• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sastra Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JSI 2 (1) (2013)

Jurnal Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

NOVEL

NEGERI 5 MENARA

KARYA AHMAD FUADI

SEBAGAI PILIHAN BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SMA

Arif Wicaksono, Nas Haryati S. dan Sumartini

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel

________________ Sejarah Artikel: Diterima September 2013 Disetujui Oktober 2013 Dipublikasikan November 2013 ________________ Keywords:

novel and teaching material of literature.

__________________

Abstrak

___________________________________________________________________ Permasalahan penelitiannya yaitu unsur intrinsik, kesahihan, dan kesesuaian novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mendeskripsi unsur intrinsik, kesahihan, dan kesesuaian novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data berupa kata, kalimat, dan dialog pada novel Negeri 5 Menara. Hasil dari penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi memperlihatkan unsur intrinsik, memenuhi aspek kesahihan, dan aspek kesesuaian yang menjadi kriteria bahan ajar sastra, sehingga novel Negeri 5 Menara ini dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

Abstract

___________________________________________________________________

The problem of the study is the intrinsic element, validity, and appropriateness of Negeri 5 Menara novel by Ahmad Fuadi as a choice to be a teaching material in Indonesian literature in senior high school. The purpose of the study is to describe the validity and the appropriateness of Negeri 5 Menara novel by Ahmad Fuadi as a teaching material of Indonesian literature in senior high school. The approach used is qualitative approach. The data are the words, sentences and conversations found in Negeri 5 Menara. The finding of this study is that Negeri 5 Menara novel by A. Fuadi has fulfilled the intrinsic element, validity and appropriateness aspects as the criteria of material in teaching literature in senior high schools.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:

Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes

Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: arwic89@yahoo.com

(2)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) PENDAHULUAN

Pembelajaran sastra seharusnya lebih diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Dalam praktiknya, pengajaran bahasa dan linguistik sangat diutamakan. Selain itu, dari hasil wawancara bebas dengan para guru bahasa dan sastra Indonesia dalam berbagai kesempatan selama ini menunjukkan bahwa secara umum, ada beberapa kendala dalam pembelajaran sastra, salah satunya adalah guru sering merasa kesulitan untuk menentukan bahan ajar yang tepat dan sering menggunakan bahan ajar tanpa memperhatikan kriteria-kriteria dalam pemilihan bahan ajar. Dari hasil wawancara itu terungkap fakta yang menarik, karya sastra yang menjadi bahan ajar sastra sebagian besar masih menggunakan novel yang lama. Karya sastra seperti novel

Belenggu karya Armijn Pane dan Layar

Terkembang karya St. Takdir Alisyahbana,

masih menjadi pilihan dalam pembelajaran sastra. Sementara itu, siswa membutuhkan internalisasi nilai yang relevan dengan kebutuhan dan problematik kehidupan mereka saat ini. Hal tersebut dapat diimbangi dengan membaca dan mengapresiasi novel masa kini, tanpa mengabaikan novel lama. Selain itu, pembelajaran sastra masih menekankan pada sejarah dan teori sastra karena alasan klasik (waktu terbatas, kurikulum yang mengikat, demi keberhasilan siswa dalam ujian nasional).

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah unsur intrinsik novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, bagaimanakah kesahihan novel Negeri

5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan

bahan ajar sastra Indonesia di SMA, dan bagaimanakah kesesuaian novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsi unsur intrinsik novel Negeri 5

Menara karya Ahmad Fuadi, mendeskripsi

kesahihan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA, dan mendeskripsi kesesuaian novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini antara lain: Rahmawati (2010), Devi (2010), Kumalasari (2012), dan Tsai (2012).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada, diketahui bahwa penelitian mengenai pemilihan bahan ajar sudah banyak dilakukan. Meskipun telah beberapa kali dilakukan penelitian mengenai bahan ajar, peneliti masih menganggap perlu dilakukan penelitian sejenis. Hal ini karena kenyataan di lapangan masih banyak novel yang belum memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar yang diajarkan di sekolah. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan peneliti bersifat melengkapi penelitian sebelumnya.

Atas dasar uraian di atas, berikut dipaparkan landasan teori. Pada bagian ini berturut-turut diuraikan novel, bahan ajar, dan kriteria pemilihan bahan ajar.

Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis (Clara Reeve dalam Wellek dan Austin 1995: 282). Menurut Jassin (dalam Nurgiyantoro 2010:16), mengemukakan bahwa novel merupakan suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai sesuatu episode.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) merupakan informasi, alat dan teks yang dipergunakan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan kata lain, bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis baik tertulis

(3)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) maupun tidak tertulis yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Suharianto 2009:9).

Bahan ajar sastra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan ajar sastra yang berupa buku bacaan karya sastra, yaitu novel yang digunakan sebagai bahan bacaan dalam proses kegiatan pembelajaran sastra di kelas.

Menurut Endraswara (2005:179) secara garis besar, untuk memilih novel perlu memperhatikan dua hal yaitu kevalidan dan kesesuaian. Kevalidan berhubungan dengan kriteria dari aspek-aspek kesastraan dan kesesuaian berkaitan dengan subjek didik sebagai konsumen novel dan proses pengajaran novel. Kevalidan, meliputi berbagai hal, antara lain novel harus benar-benar teruji sehingga ditemukan good novel. Untuk itu, penyeleksi dapat menerapkan kriteria: (a) mencari novel yang memuat nilai pedagogis, (b) novel yang mengandung nilai estetis, (c) novel yang menarik dan bermanfaat, dan (d) novel yang mudah dijangkau.

Kesesuaian, dapat ditempuh melalui kriteria: (a) bahasanya tak terlalu sulit diikuti subjek didik, (b) sejalan dengan lingkungan sosial budaya subjek didik, (c) sesuai dengan umur, minat, perkembangan kejiwaan, (d) memupuk rasa keingintahuan.

Pada dasarnya dalam memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pelajaran yang berkaitan dengan pembnaan apresiasi siswa. Prinsip dasar dalam pemilihan bahan pembelajaran adalah bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu (Rahmanto 1988:26). Kemampuan siswa berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan hendaknya

diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukarannya di samping kriteria-kriteria lainnya. Tanpa ada kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, proses pembelajaran yang disampaikan akan mengalami kegagalan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk memilih bahan pembelajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Menurut Rahmanto (1988:27 ) ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu: aspek bahasa, aspek kematangan jiwa (psikologi), dan aspek latar belakang kebudayaan siswa.

Dari beberapa kriteria pemilihan bahan ajar sastra dapat dirumuskan kriteria bahan ajar sastra yang baik dalam dua aspek yaitu aspek kesahihan dan aspek kesesuaian. Kesahihan berhubungan dengan kriteria aspek-aspek kesastraan dalam novel. Aspek kesastraan terdiri atas unsur-unsur intrinsik dalam novel, novel memuat nilai pedagogis, dan nilai estetis. Kesesuaian berhubungan dengan subjek didik. Kriteria untuk kesesuaian berupa kesesuaian dengan bahasa, psikologi, lingkungan, novel menarik dan bermanfaat, dan memupuk rasa keingintahuan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dijadikan objek dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, dan dialog yang terdapat dalam teks novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang mendukung kesahihan dan kesesuaian novel Negeri 5 Menara sebagai bahan ajar sastra, sedangkan sumber data penelitian ini berupa novel Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Novel tersebut dicetak kesebelas kalinya pada bulan April tahun 2011 dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dengan tebal 424 halaman. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Metode yang

(4)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) digunakan untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah metode analisis isi. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian terhadap novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA memperlihatkan unsur intrinsik, terdapat kesahihan, dan kesesuaian.

Unsur intrinsik dalam novel terdiri atas tema, alur, latar, tokoh penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Tema dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yaitu kesungguhan dalam meraih cita-cita. Hal ini dapat diketahui pada diri tokoh utama, yaitu Alif. Berbagai rintangan mewarnai perjalanan untuk meraih cita-cita, tetapi dengan kesungguhan mimpi itu dapat terwujud.

Alur yang digunakan dalam novel Negeri 5 Menara adalah alur flashback, hal ini terlihat dari kisah Alif yang berada di Washington DC, Amerika Serikat sebagai seorang wartawan. Cerita berawal dari keberadaan Alif di Washington DC. Alif menerima pesan singkat dari Atang, teman Sahibul Menara ketika dia belajar di Pondok Madani (PM). Seketika itu pula Alif teringat dengan masa lalunya. Pikiran Alif yang terbang jauh ke masa lalu memulai kisahnya sebelum belajar di pondok dan pada saat berada di Pondok Madani. Setelah ingatannya akan masa lalu, cerita kembali kepada masa sekarang, di mana Alif berjanji berjumpa dengan Atang dan Raja di London setelah pesan singkat yang dikirimkan Atang padanya. Alif dan kawan-kawannya telah berhasil meraih cita-cita yang dulu mereka angan-angankan. Sahibul menara telah berada di lima negara berbeda. Alif bekerja sebagai wartawan di Washington DC (Amerika Serikat), Dulmajid dan Said bekerja sama mendirikan sebuah pondok di Surabaya (Indonesia), Baso kuliah di Mekkah (Arab Saudi), Atang kuliah di Al-Azhar Kairo (Mesir), dan Raja kuliah di London (Inggris).

Latar terdiri atas tiga hal yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Untuk memperkuat penokohan maka diperlukan latar. Latar tempat diperlihatkan secara jelas di Washington D.C (Amerika Serikat), Kabupaten Agam, Pondok Madani, dan London (Inggris)

Latar tempat yang berupa pondok pesantren dalam novel ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap anak-anak yang sekolah di lingkungan pesantren. Latar tempat berupa pesantren bukanlah tempat yang dapat menghambat generasi muda dalam meraih mimpinya, seperti dalam kutipan berikut.

“Pilihlah kegiatan berdasarkan minat dan bakatmu, sehingga bisa mengerjakannya dengan penuh kesenangan dan hasil bagus.” (N5M hlm. 161)

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa PM memberikan kebebasan kepada santrinya berkreasi. Selain itu, sekolah di pondok bukanlah suatu halangan untuk meraih cita-cita. PM terbukti mampu menciptakan pribadi-pribadi yang tangguh.

Secara tidak langsung, novel Negeri 5

Menara memberikan pandangan lain tentang

dunia pondok pesantren. Dalam novel Negeri

5 Menara memberikan gambaran bahwa

pondok bukanlah tempat yang menyeramkan dan tidak tertutup dengan dunia luar, seperti dalam kutipan berikut.

“ kami bisa mendengar berbagai radio luar negeri, apalagi kalau itu berbahasa Inggris dan Arab. Stasiunnya pun berganti— ganti, bisa BBC, VOA, atau radio australia” (N5M hlm. 176)

Latar waktu dalam novel Negeri 5 Menara ini dapat dilihat pada waktu pagi hari,sore hari, dan malam hari. Latar sosial dalam novel ini adalah kehidupan tokoh utama, Alif yang menuruti keinginan Amak untuk sekolah di pondok. Antara kepatuhan terhadap orang tua atau bersikeras dalam mewujudkan impian, Alif yang sebelumnya malas menjadi rajin, itu semua karena hukum benar-benar di tegakkan. Mereka selalu dipertontonkan dengan keikhlasan,

(5)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) ketauladanan, dan semangat dalam meraih

cita-cita. Dari beberapa uraian mengenai latar sosial jelas bahwa latar sosial yang ada dalam novel adalah kehidupan Alif di Pondok Madani, yang awalnya menuruti keinginan orangtua untuk sekolah di pondok dan kehidupan di pondok yang memiliki aturan ketat dan disiplin.

Tokoh utama dalam novel Negeri 5

Menara, adalah Alif. Hal ini terbukti dengan

kemunculan yang sering dari tokoh tersebut. Adapula tokoh yang berfungsi mendukung tokoh utama dalam novel ini yaitu Dulmajid, Raja, Atang, Said, Baso, Amak, Ayah, Kiai Rais, dan Ustad Salman. Berikut ini dipaparkan hasil analisis terhadap tokoh dalam novel Ranah Tiga Warna.

Alif adalah anak yang pandai, buktinya nilai ujian Alif termasuk sepuluh yang tertinggi. Alif juga anak yang memiliki cita-cita yang tinggi, hal ini terlihat dengan keinginannya untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Ia pun anak yang jujur, dapat dipercaya, dan sungguh-sungguh dalam belajar, lemah dalam hafalan dan penguasaan bahasa Arab.

Dulmajid adalah orang yang religius dengan selalu memanjatkan doa. Selain itu, Dulmajid juga seorang pemuda yang mandiri, humoris, dan setia kawan. Raja adalah orang yang peduli dengan sahabatnya, buktinya ketika Alif mengalami kesulitan untuk menyiapkan materi pidato. Atang adalah anak yang patuh dan taat, buktinya adalah ketika Said akan melakukan kesalahan lalu dilarang oleh Atang, untuk menghindari hukuman. Atang juga anak yang kerja keras yaitu dengan berusaha menajamkan hapalan dan bahasa arab. Baso memiliki perawakan seorang pelaut. Baso termasuk anak yang pandai, hal ini karena Baso banyak menguasai pelajaran. Ia juga disiplin dalam mengatur waktu dan religius yang ditunjukkan dengan selalu berdoa kepadaNya. Amak memiliki perawakan yang kecil, memiliki sifat yang ramah, dan sederhana. Amak memiliki sifat kerja keras, hal ini dapat diketahui pada saat

menyiapkan buku untuk mengajar. Ayah Alif berpenampilan rapi, hal ini terlihat dari penataan rambut yang diberi minyak dan disisir. Beliau selalu berfikir rasional dan mengedepankan fakta. Ustad Rais adalah ustad atau guru di Pondok Madani. Beliau termasuk ustad yang murah senyum, hal ini dapat diketahui saat ustad Rais melihat santrinya. Ustad Rais juga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, buktinya beliau jadi panutan di Pondok Madani. Ustad Salman adalah ustad atau guru di Pondok Madani. Selain sebagi pengajar, beliau juga seorang ustad pemberi motivator yang ulung. Oleh karena itu Ustad Salman adalah sosok yang di idolakan oleh santrinya, termasuk juga Alif.

Sudut pandang dari novel Negeri 5

Menara adalah sudut pandang akuan-sertaan,

hal ini dapat diketahui dengan melihat paragraf berikut ini.

Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaan dengan ujung telunjuk kananku. Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku. (N5M hlm. 1)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama tokoh utama atau akuan-sertaan, kata “aku” menjadi ciri khas dari sudut pandang akuan-sertaan.

Amanat dalam novel Negeri 5 Menara yaitu, belajarlah dengan sungguh-sungguh, berusahalah dengan kerja keras untuk meraih kesuksesan, bersemangatlah dalam menempuh pendidikan, dan jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Selain itu penggunaan gaya bahasa dalam novel Negeri 5 Menara antara lain hiperbola, simile, personifikasi, metonimia, dan metafora.

Berdasarkan uraian tentang unsur intrinsik yang ada dalam novel Negeri 5

Menara disimpulkan bahwa tema dalam

novel ini yaitu kesungguhan dalam meraih cita-cita, sedangkan alur yang digunakan adalah alur flashback. Selain itu, hasil analisis mengenai latar dalam novel Negeri 5

(6)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

Menara antara lain latar tempat yaitu

Amerika, Pondok Madani Ponorogo jawa Timur, dan London, latar waktu yaitu pagi, sore hari, dan malam, sedangkan latar sosial dalam novel ini antara lain kehidupan Alif di Pondok Madani, yang awalnya menuruti keinginan orangtua untuk sekolah di pondok dan kehidupan di pondok yang memiliki aturan ketat dan disiplin.Berdasarkan intensitas keterlibatan tokoh dalam novel

Negeri 5 Menara, tokoh utama adalah Alif dan

didukung oleh beberapa tokoh tambahan yaitu Dulmajid, Raja, Atang, Said, Baso, Amak, Ayah, Kiai Rais, dan Ustad Salman. Selain tokoh, sudut pandang dalam novel

Ranah Tiga Warna adalah sudut pandang

akuan-sertaan. Amanat novel Negeri 5

Menara yaitu belajarlah dengan

sungguh-sungguh, berusahalah dengan kerja keras untuk meraih kesuksesan, bersemangatlah dalam menempuh pendidikan, dan jangan pernah meremehkan impian. Penggunaan gaya bahasa dalam novel Negeri 5 Menara antara lain hiperbola, simile, personifikasi, metonimia, dan metafora.

Aspek kesahihan yang berhubungan dengan aspek kesastraan adalah nilai pedagogis novel. Nilai pedagogis dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pedagogis yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, baik itu jika dilihat dari segi tema ataupun penokohan novel. Nilai pedagogis pada tema cerita mencakup semua nilai pedagogis yang terdapat dalam novel ini. Hal ini karena tema merupakan ide pokok dari cerita itu sendiri. Sedangkan dari segi penokohan, nilai pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut tokoh utama yakni Alif sebagai tokoh utama dan tokoh yang mendukung tokoh utama tersebut.

Nilai pedagogis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi batin pembacanya khususnya siswa SMA/MA. Adapun nilai-nilai pedagogis yang terdapat dalam karya sastra yaitu, nilai religius. nilai moral, nilai budaya, dan nilai sosial.

Nilai religius dijelaskan bahwa Alif dalam kesehariannya selalu ingat Tuhan,

yaitu ketika ia akan melaksanakan ujian dan setelah mengetahui nilai hasil ujiannya baik, Alif mengucapkan rasa syukur. Amak juga demikian, ia adalah orang yang religius, ia yakin Tuhan mengetahui segala perbuatan yang dilakukannya. Baso juga memiliki sikap religius, ia mendeklarasikan untuk menghafal Al-Quran. Nilai moral yang berkaitan dengan inti hidup disampaikan oleh Kiai Rais dalam setiap pidatonya. Dengan memahami inti dari hidup maka dalam setiap perbuatan tidak akan memikirkan kepentingan diri pribadi, namun akan memperhatikan kepentingan umum atau kepentingan yang lebih besar. Bagi beliau semua aktivitas yang dilakukan adalah bagian dari ibadah. Nilai moral yang melekat pada novel ini adalah sikap yang tidak memperbolehkan santri menonton televisi. Setiap santari tidak diperbolehkan menonton TV. Sikap dan perilaku ini didukung oleh seluruh santri yang ada di pondok. Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat yang mengakar. Nilai pedagogis yang ada kaitannya dengan nilai budaya di dalam novel Negeri 5 Menara adalah berkaitan dengan budaya menghormati dan menghargai orang tua. Budaya menghormati dan menghargai orang tua dalam novel ini ditunjukan oleh Alif dengan mencium kedua tangan orang tuanya ketika berpamitan akan pergi ke pulau Jawa. Nilai sosial yang terdapat di dalam novel Negeri 5 Menara adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Nilai sosial berupa perhatian Kiai Rais yang menyatakan bahwa semua orang harus merubah nasibnya sendiri, karena nasib tidak akan berubah jika orang tersebut tidak merubah nasibnya sendiri.

Nilai pedagogis yang ada dalam novel

Negeri 5 Menara ini yang nantinya akan

mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa di masyarakat. Melalui novel Negeri 5 Menara nilai-nilai pedagogis tersebut hasilnya dapat dijadikan teladan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki kepribadian yang baik.

(7)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) Aspek kesahihan selanjutnya adalah

nilai estetis dalam novel. Nilai estetis dalam novel Negeri 5 Menara initerlihat dari unsur-unsur pembentuk dalam novel ini, yaitu unsur intrinsik dalam novel. Berdasarkan tema yang diungkapkan, pengarang memberi motivasi kepada pembaca untuk selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mewujudkan impian yang diinginkan. Tema dalam novel ini secara tidak langsung dibawakan oleh Alif dalam perjalanan meraih impian. Dalam penggambaran alur yang digunakan dalam novel Negeri 5

Menara, alur yang digunakan adalah alur

flashback, hal ini terlihat dari kisah Alif yang berada di Washington DC, Amerika Serikat sebagai seorang wartawan. Cerita berawal dari keberadaan Alif di Washington DC. Alif menerima pesan singkat dari Atang, teman Sahibul Menara ketika dia belajar di Pondok Madani (PM). Seketika itu pula Alif teringat dengan masa lalunya. Pikiran Alif yang terbang jauh ke masa lalu memulai kisahnya sebelum belajar di pondok dan pada saat berada di Pondok Madani. Setelah ingatannya akan masa lalu, cerita kembali kepada masa sekarang, di mana Alif berjanji berjumpa dengan Atang dan Raja di London setelah pesan singkat yang dikirimkan Atang padanya. Latar dalam novel Negeri 5 Menara antara lain latar tempat yaitu Amerika, Pondok Madani Ponorogo Jawa Timur, dan London., sedangkan latar waktu yaitu pagi, sore hari, dan malam. Selain itu, latar sosial dalam novel ini antara lain kehidupan Alif di Pondok Madani, yang awalnya menuruti keinginan orangtua untuk sekolah di pondok dan kehidupan di pondok yang memiliki aturan ketat dan disiplin. Dari segi tokoh dan penokohan, Alif, sebagai tokoh utama digambarkan oleh pengarang sebagai anak yang pandai, memiliki cita-cita yang tinggi, jujur, dapat dipercaya, dan sungguh-sungguh dalam belajar.

Selain itu, amanat yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara dapat memberikan pembelajaran bagi pembaca yaitu untuk menggapai impian yang

dilakukan adalah dengan belajar sungguh-sungguh, berusahalah dengan kerja keras untuk meraih kesuksesan, bersemangatlah dalam menempuh pendidikan, dan jangan pernah meremehkan impian. Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa dalam novel Negeri 5 Menara terdapat nilai estetis yang membuat setiap unsur dalam novel ini indah dan menarik untuk dibaca.

Novel Negeri 5 Menara ini adalah novel yang menarik untuk dibaca. Apabila dilihat dari alur ceritanya, alur novel Negeri 5 Menara adalah alur flashback. alur tersebut menarik untuk dibaca. Alur tersebut menceritakan tokoh utama yaitu Alif yang sedang berada di Amerika Serikat kemudian teringat kembali bagaimana perjuangan meraih mimpi. Alif memiliki keinginan setelah lulus SMP untuk melanjutkan sekolah ke SMA, tetapi keinginan itu ditolak oleh ibunya. Alif diperintahkan ibunya untuk masuk sekolah agama. Karena takut disebut anak durhaka, maka Alif menuruti keinginan Ibunya. Selama di Pondok Madani Alif menikmati kehidupan sebagai santri walau pada awalnya tidak berniat sekolah di pondok. Alif mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, yaitu sekolah di pondok bukanlah penghalang untuk mewujudkan mimpinya. Alif selalu bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya. Setelah sekian tahun berlalu akhirnya Alif lulus dari pondok dan akhirnya cita-cita itu dapat tercapai.

Selain menarik, novel Negeri 5 Menara juga bermanfaat, yaitu memberikan informasi bagaiman sekolah di pondok yang sebenarnya, karena banyak yang memandang kalau sekolah di pondok itu hanya belajar tentang agama. Cerita dalam novel ini mampu mengubah anggapan tersebut. Karena selain belajar ilmu agama di pondok juga ada berbagai kegiatan di luar jam belajar, salah satunya adalah kegiatan olahraga.Selain itu santri juga diwajibkan untuk menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris, hal ini karena kedua bahasa itu adalah bekal setelah lulus dari pondok.

(8)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) Berdasarkan uraian tersebut maka novel

Negeri 5 Menara dapat dikatakan novel yang bermanfaat.

Berdasarkan pemaparan tentang aspek kesahihan, novel Negeri 5Menara memuat nilai pedagogis yaitu nilai religius, nilai moral, nilai budaya, dan nilai sosial, novel Negeri 5 Menara memuat nilai estetis yang tergambar dalam unsur intrinsik dalam novel tersebut, dan novel ini menarik dan bermainfaat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi memenuhi kriteria aspek kesahihan dan dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA/MA.

Kriteria pemilihan bahan ajar selanjutnya adalah aspek kesesuaian. Aspek kesesuaian berkaitan dengan subjek didik. Kesesuaian novel sebagai bahan ajar sastra yang baik dapat dilihat dari segi bahasa, psikologi, dan lingkungan.

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor lain seperti cara penulisan yang dipakai pengarang dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Cara penulisan pengarang harus sudah dipahami oleh siswa, tidak berbelit-belit, tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata sulit.

Novel Negeri 5 Menara bahasa yang digunakan mudah dipahami walaupun kadang berlebihan dalam pengungkapannya dan menimbulkan beberapa tafsiran yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa siswa. Hal tersebut harus disikapi oleh guru dengan memberikan arahan sehingga pembelajaran sastra dapat membantu peningkatan pemerolehan bahasa pada siswa.

Bahasa yang digunakan dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi beragam, diantaranya adalah penggunaan bahasa inggris “Good morning my friend, yang berarti “Selamat pagi teman”, tentunya mudah dipahami oleh anak SMA/MA, pernyataan tersebut adalah pernyataan yang sederhana tentang sapaan ketika bertemu teman di pagi

hari dan hal ini sudah dipelajari oleh anak SMA/MA. Selain penggunaan bahasa Inggris, pengarang juga menggunakan bahasa Arab. Hal ini karena bahasa Bahasa Arab merupakan alat komunikasi sehari-hari di Pondok Madani. Seperti “uthulubul ilma

walau bisshin”, artinya tuntutlah ilmu,

bahkan walau ke negeri sejauh Cina. Selain penggambaran tokoh, pengarang juga menggunakan gaya bahasa dalam menyampaikan maksudnya. Salah satunya menggunakan gaya bahasa personofikasi untuk mengibaratkan suatu benda mati seperti hidup.

Tapi semakin jauh bus berlari, semakin gelisah hatiku. (N5M hlm. 16)

Frase berlari dalam kutipan tersebut menggambarkan bus seperti benda hidup yang bisa berlari. Karena bus itu bergerak dengan cepat, pengarang pun menggunakan istilah “berlari”. Penggunaan gaya bahasa dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini dapat meningkatkan penguasaan gaya bahasa siswa.

Aspek kesesuaian yang berhubungan dengan subjek didik adalah psikologi Aspek psikologi berkaitan dengan psikologi tokoh yang ada dalam novel dan berkaitan dengan kehidupan tokoh-tokohnya, serta peristiwa yang menyertainya. Beberapa hal tersebut dapat mempengaruhi psikologi siswa dalam berpikir dan bertindak. Salah satu tokoh yang mampu menggerakkan psikologi siswa adalah tokoh utama, Alif.

Alif dalam segala kegiatan selalu menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas. Prestasi yang ditorehkan Alif ketika SMP menunjukkan kesungguhannya menyelesaikan tugas belajar dengan cemerlang. Nilai ujian Alif termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam. Perjuangan Alif menyelesaikan tugas-tugasnya mencapai kesuksesan. Nilai yang baik diperoleh Alif. Hal tersebut membuktikan bahwa belajar yang sungguh-sungguh pasti menuai kesuksesan.

(9)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) Berdasarkan uraian yang dialami Alif

tentunya akan berpengaruh terhadap sifat dan perilaku siswa SMA/MA untuk selalu berusaha dengan sungguh dalam segala hal. Siswa SMA/MA dalam perkembangan psikologi berada pada tahap generalisasi, siswa dapat menentukan sebab akibat dari peristiwa yang dialami Alif dan dapat mengambil pelajaran yang baik dari tokoh Alif. Pelajaran yang dapat dicontoh dari Alif adalah selalu berusaha dengan sungguh dan hasilnya akan memuaskan. Berdasarkan uraian tersebut, secara psikologi siswa SMA/MA sama matangnya dengan tokoh Alif.

Aspek kesesuaian yang berhubungan dengan subjek didik selanjutnya yaitu lingkungan. Siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dalam novel Negeri 5

Menara digambarkan tentang kehidupan Alif

saat sekolah di Pondok Madani. Melalui penggambaran yang demikian diharapkan siswa SMA/MA dapat mengetahui kehidupan yang akan mereka jalani ketika mereka jauh dari orangtua.

Siswa dapat belajar hidup mandiri melalui tokoh Alif yang harus jauh menuntut ilmu sampai ke Jawa Timur. Siswa SMA/MA yang memiliki cita-cita tinggi seperti Alif pun dapat bersemangat dan dapat mengetahui kehidupan di luar daerah yang berbeda dengan kehidupan di tanah kelahiran.

Berdasarkan pemaparan tentang aspek kesesuaian, bahasa yang digunakan novel

Negeri 5Menara tidaklah sulit untuk

dimengerti oleh siswa dan penggunaan bahasa asing semakin menambah kosakata bahasa asing siswa. Perkembangan psikologi SMA/MA berada pada tahap generalisasi, siswa dapat menentukan sebab akibat dari peristiwa yang dialami Alif dan dapat mengambil pelajaran yang baik dari tokoh. Lingkungan yang diungkapkan dalam novel ini membuat siswa dapat belajar hidup mandiri melalui tokoh Alif yang harus jauh

menuntut ilmu sampai ke Jawa Timur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5Menara karya A. Fuadi memenuhi kriteria aspek kesesuaian yang berkaitan dengan subjek didik dan dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA/MA.

Dari hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi memperlihatkan unsur intrinsik, memenuhi aspek kesahihan, dan aspek kesesuaian yang menjadi kriteria bahan ajar sastra yang baik, sehingga novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA/MA.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5

Menara karya A. Fuadi memperlihatkan

unsur intrinsik, memenuhi aspek kesahihan, dan aspek kesesuaian yang menjadi kriteria bahan ajar sastra yang baik, sehingga novel Negeri 5 Menara ini dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar sastra Indonesia di SMA/MA.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar penelitian ini dapat menambah khazanah penelitian tentang pemilihan bahan ajar sastra dan diharapkan dapat dianalisis dengan kajian yang berbeda misalnya, nilai-nilai islam dalam novel Negeri 5 Menara sebagai pilihan bahan ajar sastra. Selain itu juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMA maupun MA. DAFTAR PUSTAKA

Devi, Wika Sofiana. 2010. “Karakter Tokoh Ikal dan Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dan Kelayakannya sebagai Bahan Pembelajaran di SMA”. Skripsi. Unnes.

(10)

Arif Wicaksono / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013) Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori

Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Kumalasari, Nur Indra. 2012. “Novel Ranah Tiga Warna karya A. Fuadi sebagai Bahan Ajar Sastra Berbasis Pendidikan Karakter di SMA/MA”. Skripsi. Unnes.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rahmawati, Rina. 2010. “Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Sebagai Alternatif Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi. Unnes.

Suharianto, S. 2009. Menuju Pembelajaran Sastra yang Apresiatif. Semarang: Bandungan Institute.

Tsai, Chih-hsin. 2012. Students Perceptions of Using a Novel as Main Material in

the EFL Reading Course.ELT Journal,

5(8), 103-112

http://dx.doi.org/10.5539/elt.v5n8p103 [diunduh 4 Agustus 2012].

Wellek, Rene & Austin W. 1995. Teori

Kesusastraan. (Terj. Melani

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu : (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik dalam pemutusan hubungan kerja pada karyawan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu

Banyuurip Final Disposal (TPA) in Magelang City was the TPA which haven’t apply sanitary landfill system and doesn’t have the adequate leachate treatment unit, therefore need to

The Problems of guiding services at Mangkunegaran Palace are the monotonous presentation, the mastery of foreign languages, the discipline of the guide, the

This objectives of the study are to learn about the gender relation on the peasant household economies, access and control of the members to resources which were related to

Dari berbagai definisi perataan laba diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perataan laba secara keseluruhan merupakan suatu tindakan akuntansi yang dirancang dan dilakukan oleh

Kemudian, dalam waktu yang disediakan itulah, pemain harus secepatnya menemukan bagian yang

Dalam 24 film animasi Barbie, peneliti menemukan bahwa peran yang paling banyak dilakukan oleh karakter perempuan adalah peran masyarakat, dimana sebanyak 101

dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi..  tidak hanya berfokus pada hasil finansial melainkan juga masalah manusia,