• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Business Performance atau kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Business Performance atau kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kinerja Perusahaan

Business Performance atau kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi keuangan maupun non keuangan. Kinerja keuangan perusahaan lebih berorientasi jangka pendek, yaitu untuk mencari keuntungan atau profit. Ukuran dari jangka pendek adalah sekitar satu tahun siklus hidup perusahaan. Sedangkan kinerja non keuangan perusahaan lebih bersifat jangka panjang, misalnya untuk menciptakan

value (nilai) serta menjaga agar perusahaan tetap dapat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang. Orientasi jangka panjang umumnya adalah lebih dari satu tahun siklus hidup perusahaan.

Ukuran Business Performance di dalam penelitian ini menggunakan market valuation, rasio profitabilitas, dan rasio produktivitas. Indikator yang digunakan pada market valuation adalah Market To Book Value (M/B), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat ketertarikan para investor terhadap harga saham tertentu. Sedangkan rasio profitabilitas menggunakan Return On Assets

(ROA) sebagai indikatornya. ROA adalah rasio yang digunakan untuk melihat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya. Asset Turnover (ATO) adalah ukuran yang dipakai dalam rasio produktivitas. ATO digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan

(2)

perusahaan di dalam menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktiva yang dimiliki.

Sebuah perusahaan harus dapat me-maintaince kinerjanya agar dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya dan tetap dipandang memiliki daya saing oleh para stakeholder-nya. Mengacu pada penelitian Chen (2005), terhadap hubungan positif antara Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa jika pegelolaan Intellectual Capital semakin baik maka kinerja perusahaan akan semakin baik pula.

2.1.2 Intellectual Capital

2.1.2.1 Pengertian Intellectual Capital

Sejarah munculnya manajemen Intellectual Capital dimulai pada tahun 1980 pada saat para manajer, akademisi dan konsultan menyadari itangible asset

yang dimiliki suatu perusahaan merupakan Intellectual Capital yang seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan. Di Jepang, Itami (1987) memperhatikan perbedaan kinerja diantara perusahaan-perusahaan Jepang setelah perusahaan-perusahaan tersebut mempertimbangkan Intellectual Capital

untuk membedakan itangible asset perusahaan dengan kesimpulan bahwa

itangible asset tidak hanya diperoleh dengan pengeluaran sejumlah uang namun dapat juga digunakan dan menghasilkan keuntungan.

Beberapa organisasi dan pakar di dunia telah berusaha menguraikan definisi mengenai IntellectualCapital. Secara general,modal intelektual adalah ilmu pengetahuan atau daya pikir, yang dikuasai/dimliki oleh perusahaan, tidak

(3)

memiliki bentuk fisik (tidak berwujud), dan dengan adanya

IntellectualCapitaltersebut, perusahaan akan mendapatkan tambahan keuntungan atau kemapanan proses usaha serta memberikan perusahaan suatu nilai lebih dibanding dengan kompetitor atau perusahaan lain.

Perusahaan Dow Chemical dalam (Yudianti, 2000) mengidentifikasi

IntellectualCapitalsebagai paten, know-how (ketrampilan tertentu), hak cipta, merk dagang, dan rahasia dagang. Dapat dikatakan bahwa secara umum pengertian modal intelektual dalam perusahaan ini tidak berbeda jauh dengan aktiva tidak berwujud. Sementara Stewart, pengarang Intellectual Capital, The New Wealth ofOrganization (dalam Yudianti, 2000) mendefinisikan

IntellectualCapitalsebagai bahan baku intelektual seperti pengetahuan, informasi, properti intelektual, dan pengalaman yang bersama-sama digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dalam perusahaan.

Intellectual Capital secara sederhana dapat diartikan sebagai modal yang berbasis pengetahuan yang dimiliki perusahaan, yang mana Intellectual Capital

meliputi intangible assets tidak hanya yang bersifat tradisional saja (brand names,

dan trademark), tetapi juga bentuk intangible yang baru (knowledge, technology value, dan good customer relationship).

2.1.2.2 Elemen-Elemen Intellectual Capital

Para praktisi yang menyatakan bahwa Intellectual Capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000) yaitu:

(4)

1. Human Capital (modal manusia)

Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement,tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital

mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker, 2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.

2. Structural Capital (modal organisasi)

Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk Intellectual Property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka Intellectual

(5)

Capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3. Relational Capital (modal pelanggan)

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational Capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker (2000) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu:

a) Customer Profile.

Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang dimilki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari pesaing.

b) Costumer Duration.

Seberapa sering pelanggan kita berbalik kepada kita? Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan menjadi

(6)

pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.

c) Costumer Role.

Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam desain produk, produksi dan pelayanan.

d) Costumer Support.

Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan. e) Customer Success.

Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.

Tabel 2.1

Perbandingan Konsep Intellectual Capital Menurut Beberapa Peneliti Brooking (UK) Roos (UK) Stewart (USA) Bontis (Canada) Human-centered

assets

Skills, abilities and expertise, problem solving abilities and leadership styles Human capital Competence, attitude, and intellectual agility Human capital Employees are an organization’s most important asset Human capital The individual level knowledge

that each employee possesses Infrastructure assets All the technologies, process and methodologies that enable company to function Organizational capital All organizational, innovation, processes, intellectual property, and cultural assets Structural capital Knowledge embedded in information technology Structural capital Non-human assets or organizational capabilities used to meet market requirements Intellectual property Know-how, trademarks and Renewal and development capital

New patents and

Structural capital All patents, plans and trademarks

Intellectual property

Unlike, IC, IP is a protected asset

(7)

patents training efforts and has a legal definition Market assets Brands, customers, customer loyalty and distribution channels Relational capital Relationship which include internal and external stakeholders Customer capital Market information used to capture and retain customers

Relational capital Customer capital is only one feature of the knowledge embedded in organizational relationships

Sumber: Bontis et al. (2000)

Perbandingan elemen Intellectual Capital didasarkan pada studi oleh Annie Brooking, Goran Roos, Thomas Stewart dan Nick Bontis dapat digambarkan dalam Tabel 2.1. Meskipun definisi dan konseptualisasinya tidak sepenuhnya identik, pada table tersebut mulai terlihat konvergensi hal-hal apa saja yang

Intellectual Capital mencakup. Brooking (USA) membagi konsep Intellectual Capital menjadi Human Centerd Asset, Infrastructure Asset, Intellectual Property

dan Market Asset. Goran Ross (UK) membagi konsep intellectual capital menjadi

human capital, organitational capital, renewal and develop, dan relational capital. Stewart (USA) membagi Intellectual Capital menjadi Human Capital,

Structur Capital, Dan Customer Capital. Sedangkan Bontis (Canada) membagi

Intellectual Capital menjadi Human Capital, Structural Capital, Intellectual Property, Dan Relational Capital. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keempat penulis sangat menekankan pentingnya Human Capital. Brooking, khususnya, merasa bahwa keterampilan manajerial dan gaya kepemimpinan merupakan komponen penting dari Human Capital. Brooking juga menunjukkan bahwa struktur modal dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu Infrastructure Assets

(8)

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan dalam hal infrastructure asset, Brooking telah memasukkan semua teknologi dan proses yang memungkinkan sebuah perusahaan berfungsi. Roos telah menambahkan pentingnya budaya. Stewart mengklasifikasikan teknologi informasi dalam kategori ini. Brooking, Roos dan Stewart telah menyertakan merk dagang dan hak paten, sedangkan Bontis, telah mengecualikan Intellectual Property (IP), Bontis menyatakan bahwa IP adalah aset yang dilindungi dan memiliki definisi hukum (tidak seperti komponen lain dari IC).

Rincian elemen yang dapat diklasifikasikan sebagai elemen dari keempat komponen Intellectual Capital dapat dilihat pada tabel berikut. Elemen-elemen ini biasa disebut Intellectual Assets.

Tabel 2.2

ElemenIntellectual Capital Human Capital Relational

(Costumer Capital) Organizational (Structural Capital) 1. know-how 2. pendidikan 3. vocational qualification 4. pekerjaan dihubungkan dengan pengetahuan 5. penilaian psychometric 6. pekerjaan dihubungkan dengan kompetensi 7. semangat enterpreneurial, jiwa inovatif, kemampuan proaktif dan reaktif, kemampuan untuk berubah 1. brand 2. konsumen 3. loyalitas konsumen 4. nama perusahaan 5. backlog orders 6. jaringan distribusi 7. kolaborasi bisnis 8. kesepakatan lisensi 9. kontrak-kontrak yang 10. mendukung 11. kesepakatan franchise Intellectual property 1. paten 2. copyrights 3. design rights 4. trade secrets 5. trademarks 6. service marks Infrastructure assets 1. filosofi manajemen 2. budaya perusahaan 3. sistem informasi 4. sistem jaringan 5. hubungan keuangan

(9)

Sumber: IFAC (1998) dalam Astuti (2005)

2.1.2.3 Klasifikasi Intellectual Capital

Petty dan Guthrie (2000) dalam Guthrie (2001) menyediakan tabel berikut untuk membandingkan beberapa skema utama Intellectual Capital. Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah menyempurnakan perbedaan dengan secara khusus membagi Intellectual Capital

menjadi tiga kategori: external (customer-related) capital, internal (structural) capital dan human capital.

Haanes dan Lowendahl (1997) dalam Tan et al. (2007) mengklasifikasikan

Intellectual Capital sebuah perusahaan menjadi sumber kompetensi dan hubungan. Model Lowendahl (1997) dalam Tan et al. (2007) menyaring model sebelumnya dan membagi kategori kompetensi dan relasional menjadi dua subkelompok:

1. individu; dan 2. kolektif.

Stewart (1997) mengklasifikasikan Intellectual Capital menjadi tiga bentuk dasar menjadi Modal Manusia, Modal Struktural Dan Modal Pelanggan. The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengklasifikasikan Intellectual Capital sebagai manusia, sistem dan pasar (Tan et al, 2007). The European Commission (MERITUM, 2001 dalam Tan et al, 2007) mengklasifikasikan

Intellectual Capital menjadi modal manusia, modal struktural dan modal hubungan. Leliaert et al. (2003) mengembangkan the 4-Leaf model yang

(10)

mengklasifikasikan Intellectual Capital menjadi modal manusia, pelanggan, struktural dan modal aliansi strategis.

Tan et al. (2005) menyebutkan, jika ditelaah lebih jauh maka metode yang dikembangkan tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:

1. metode yang tidak menggunakan penilaian moneter Intellectual Capital; dan 2. metode yang menempatkan nilai moneter pada Intellectual Capital.

Selanjutnya Tan et al. (2007) menyatakan bahwa kelompok yang terakhir tidak hanya mencoba metode yang memperkirakan nilai rupiah dari Intellectual Capital, tetapi juga metode yang menggunakan nilai moneter melalui penggunaan rasio keuangan.

Tan et al. (2007) menyatakan sebuah daftar selektif ukuran kunci yang akan ditampilkan di bawah iniPenilaian non dolar kunci dari model Intellectual Capital

adalah:

1. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992); 2. Brooking’s Technology Broker method (1996);

3. The Edvinssion dan Malone Skandia IC Report method (1997);

4. The IC-Index yang dikembangkan oleh Ross et al. (1997); 5. Sveiby’s Intangible Asset Monitor Approach (1997); 6. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000); 7. Vanderkaay’s Vital Sign Scorecard (2000); dan 8. Model Ernst & Young (Barsky dan Marchant, 2000).

Penilaian dolar kunci dari model IC adalah:

1. model EVA dan MVA (Bontis et al. 1999); 2. model Market to Book Value;

(11)

4. model Pulic VAIC™ (1998, 2000);

5. calculated intangible value (Dzinkowski, 2000); dan

6. The Knowledge Capital Earnings Model (Lev dan Feng, 2001). Metode lain dari badan akuntansi dan praktisi adalah:

1. Human Resource Costing &Accounting (Johanson dan Grojer, 1998); 2. Accounting for The Future (Nash, 1998);

3. Total Value Creation (McLean, 1999); dan

4. The Value Explorer™ dan Weigthless Weights (Andriessen, 2001).

Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa dalam hal pengukuran, ada banyak konsep pengukuran modal intelektual yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini. Namun secara umum metode yang dikembangkan tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (non financial) dan pengukuran monetary (financial). Model-model pengukuran yang dikembangkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sesuai dengan pendapat Tan et al. (2005) teknik mengukur Intellectual Capital masih terus berkembang dan peneliti mencoba mengaplikasikan konsep keunggulan kompetitif.

2.1.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Pulic (1998) mengembangkan alat ukuruntuk efisensi penggunaan modal perusahaan.Nilai tambah perusahaan akan terbentuk jikaterjadi efisiensi dalam penggunaan CapitalEmployed (modal fisik dan modal keuangan) sertaefisensi penggunaan modal intelektual, terutamaHuman Capital. Alat ukur ini disebut sebagai ValueAdded Intellectual Coefficient atau VAICTM danalat ukur ini

(12)

menggunakan angka-angka yangtercantum dalam laporan keuangan perusahaanyang terpublikasikan (Pulic, 1998).

2.1.3.1 Komponen VAICTM

Adapun VAICTM adalah terbentuknyanilai tambah, yang diukur dari selisih antaraoutput dengan input. Nilai tambah ini terbentukdari penggunaan modal yang ada dalam perusahaan.Untuk itu perlu dilakukan pengukuran terhadapbesarnya nilai tambah yang dihasilkan olehmodal intelektual dan non-modal intelektual.

Nilaitambah yang dihasilkan oleh non-modal intelektualdiukur dengan efisiensi penggunaan modalfisik dan keuangan yang digunakan perusahaanyang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.

Metode VAICTM dirancang untuk menyediakan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud yang dimiliki sebuah perusahaan. Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu VACA (Value Added Capital Employed), VAHU (Value Added Human Capital), dan STVA(Structural Capital Value Added).

2.1.3.1.1 Value Added Capital Employed (VACA)

Value Added Capital Employed (VACA) adalah salah satu komponenVAIC yang mencerminkan Book Value dari Net Assets perusahaan (Chen et al,2005). Komponen ini memberikan nilai secara nyata. Capital employedmenunjukkan hubungan harmonis yang dimiliki perusahaan dengan mitranya,baik yang berasal dari pemasok yang andal dan berkualitas, pelanggan yang loyaldan merasa puas

(13)

dengan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, serta hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar (Riahi-Belkaoui, 2003).

Berdasarkan konsep Resource-Based Theory, untuk dapat bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lainnya, perusahaan membutuhkan sebuah kemampuan dalam pengelolaan aset baik itu Tangible Asset maupun

IntangibleAsset. VACA merupakan bentuk dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya yang berupa Capital Asset. Dengan pengelolaan

Capital Employed yang baik, diyakini bahwa perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja keuangannya.

2.1.3.1.2 Value Added Human Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) adalah salah satu komponen VAIC™yang mencerminkan total Value Added terhadap Total Salary and Wage Cost perusahaan. Stewart (dalam Ivada, 2004) menjelaskan bahwa Human Capital

adalah kemampuan karyawan untuk menciptakan produk yang dapat menjaringkonsumen sehingga konsumen tidak akan berpaling pada pesaing.

Human Capital mempresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayamanusia dan menganggap manusia atau karyawan sebagai Aset Strategic perusahaan karena pengetahuan yang mereka miliki.

Berdasarkan konsep Resource-Based Theory, agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pengelolaan yang baik atas sumber daya manusia tersebut. Sumber daya manusia atau karyawan merupakan Aset Strategic perusahaan yang

(14)

dapat menciptakan kompetensi perusahaan atas pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengelola karyawannya agar karyawan tersebut dapat memaksimalkan kemampuannya dan juga agar karyawan tersebut tidak meninggalkan perusahaan. Apabila perusahaan memiliki Human Capital

yang tinggi, maka diharapkan perusahaan tersebut tentunya akan memiliki kinerja keuangan yang tinggi pula.

2.1.3.1.3 Structural Capital Value Added (STVA)

Menurut Horibe (dikutip Yudianti, 2000), Structural Capital

merupakansaranauntuk mengubah Human Capital menjadi

kesejahteraanperusahaan/organisasi.Salah satu bagian dari Structural Capital

adalah membangun sistem seperti Data Base yang memungkinkan orang-orang dihubungkan dan belajar satu sama lain, sehingga menumbuhkan sinergi karena adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam organisasi. Penciptaan dari Structural Capital ini berhubungan dengan pengetahuan atau nilai dari seseorang yang tidak akan begitu saja hilang kalau yang bersangkutan meninggalkan perusahaan karena pengetahuannya telah dirangkum dalam Data Base, sehingga perusahaan tidak akan kehilangan nilainya.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Firer dan Williams (2003)

Melakukan penelitian dengan pada perusahaan sektor publik yang Go public

di Afrika Selatan. Di dalam penelitiannya, Intellectual Capital diproksikan dengan VAICTM dan diuji pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan, yaitu

(15)

profitabilitas (ROA),produktivitas(ATO), dan Market To Book Value (M/B) dengan menggunakan korelasi dan regresi sederhana. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Intellectual Capital hanya berpengaruh terhadap

Market to Book Value dan produktivitas, sedangkan profitabilitas tidak secara keseluruhan. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Physical Capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.

2. Penelitian Chen et al. (2005)

Menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menguji hubungan antara

Intellectual Capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan dengan perusahaan yang Go Public di Taiwan Stock Exchange. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Selain itu, Chen et al. Juga membuktikan bahwa biaya research dan development merupakan informasi tambahan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan biaya iklan tidak berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

3. Penelitian Ulum (2008)

Melakukan penelitian pada bank yang beroperasidi Indonesia tahun 2004-2006 dan secara rutin melaporkan posisi keuangannya kepada Bank Indonesia (BI). Hasil dari penelitian mereka menunjukkan adanya pengaruh Intellectual Capital (VAICTM) yang signifikan terhadap kinerja perusahaan selama tiga tahun

(16)

pengamatan, yaitu tahun 2004-2006. Selain itu, Output PLS mengindikasikan bahwa secara statistik terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, baik untuk periode 2004-2005, maupun 2005-2006. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh Rate of Growth ofIntellectual Capital (ROGIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan.

4. Penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008)

Melakukan penelitian perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh positif antara

Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan Intellectual Capital sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan perusahaan, dan kontribusi Intellectual Capital untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.

5. Penelitian Gan dan Saleh (2008)

Melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan teknologi intensif (MESDAQ) yang terdaftar di Bursa Malaysia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan antara penilaian pasar dan efisiensi VA terhadap komponen utama sumber daya perusahaan. Hanya profitabilitas dan produktivitas yang dapat diterima untuk mengukur tingkat efisiensi dari suatu perusahaan. Dalam studi tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan teknologi di Malaysia masih sangat bergantung pada efisiensi modal fisik.

(17)

6. Penelitian Anastasia (2003)

Melakukan penelitian terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental dan resiko sistematik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama, secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga salam perusahaan properti secara parsial.

7. Penelitian Situmorang (2008)

Melakukan penelitian terhadap Profitabilitas harga saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Basic Earning Power (BEP) yangn mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti, sedangkan variabel lain seperti Economic Value Added (EVA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.

(18)

Tabel 2.3

Hasil Penelitian Hubungan Antara Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan

No. Nama Peneliti & Judul Peneliti Variabel Dependen Variabel Independen Hasil 1. Firer dan Williams

(2003) “Intellectual Capital and Traditional Measures Of Corporate Performance” ROA, ATO, dan M/B VACA, VAHU dan STVA

1. Tidak terdapat pengaruh antara VAICTM dengan ROA

2. Terdapat hubungan positif antara VAICTM terhadap ATO dan M/B

3. Physical capital merupakan

faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. 2. Chen et al. (2005)

“An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital And Firms’ Market Value And Financial Performance M/B, ROE, ROA, dan GR, EP VACA, VAHU dan STVA

1. intellectual capital berpengaruh

positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

2. Biaya research dan Development Berpengaruh terhadap kinerja keuangan

3. Biaya iklan tidak Berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

3. Ihyaul Ulum, Imam Ghozali, dan AnisChariri (2008).

Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan;

Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares ROA, ATO, dan GR VACA, VAHU dan STVA

1. Hanya ROA yang signifikan untuk

menjelaskan variabel kinerja keuangan perusahaan.

2. Terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan

3. Terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan.

Tidak ada pengaruh ROGIC terhadapkinerja keuangan

perusahaan masa depan. 4. Benny Kuryanto dan

Muchamad Syafruddin (2008). Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Perusahaan ROE, EPS, dan ASR VACA, VAHU dan STVA

1. IC tidak memiliki hubungan terhadap ROE, EPS, dan ASR. 2. IC tidak memiliki hubungan

terhadap kinerja perusahaan di masa depan.

3. ROGIC tidakmemiliki hubungan terhadap kinerja perusahaan di masa depan.

4. Kontribusi IC untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.

(19)

5. Kin Gan dan Zakiah Saleh (2008).

Intellectual Capital and Corporate Performance Of Technology- Intensive Companies: Malaysia Evidence M/B, ROA, dan ATO VACA, VAHU dan STVA

1. Intellectual capital tidak

berpengaruh terhadap M/B

2. Intellctual capital Mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan ATO

3. CEE dan HCE merupakan variabel yang signifikan

terhadap ROA

4. HCE adalah faktor yang signifikan terhadap ATO.

6. Anastasia (2003) Analisis Faktor

Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta.

ROA, ROE, BV, DER, dan r Resiko Sistematik (beta)

Faktor fundamental dan resiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.

7. Situmorang (2008) Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

EVA, ROE, dan EPS

Basic Earing Power (BEP)

1. Basic Earing Power (BEP) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.

2. Economic Value added (EVA), Return On Equity (ROE), Earning per Share (EPS) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.

2.3 Kerangka Konseptual

Fenomena kenaikan harga properti yang tak wajar dan bisa menghantam perekonomian Indonesia dengan ancaman kredit macet. Tetapi pengamat menilai kalau sektor properti di Indonesia berbeda dengan negara-negaralainnya.Pasar properti Indonesia menjadi tujuan investasi yang menarik bagi investor asing karena tren pertumbuhan yang positif. Di sisi lain kekhawatiran terhadap efek kenaikan hargadalam pasar properti dalam negeri dinilai terlalu berlebihanpertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong kuat.

(20)

Sektor properti Indonesia masih jauh terkena dampak kenaikan harga. Dalam hal ini harga properti Indonesia masih naik secara terkendali dan kredit di sektor properti masih lancar.Meski BI Rate dan inflasi yang diakibatkan kenaikan harga BBM bersubsidi meningkat, namun hal itu tak mendorong terjadinya kenaikan harga properti di Indonesia. Ekonomi Indonesia yang tumbuh kuat maka kenaikan harga properti tidak jadi ancaman.

Menurut Uma Sekarang dalam Sugiyono (2008:88) menyatakan bahwa kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukungoleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatanoperasionalperusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut.

Variable Independen Intellectual Capitaldimana pengukuran menggunakan model yaitu VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998). VAICTM sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan

Structural Capital Value Added (STVA). Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan.

Variabel Dependen Kinerja Perusahaan diukur dengan Menunjukkan bahwa

intellectual capital berhubungan dengan kinerja perusahaanmenggunakan Market to Book Value(M/B), Return on Assets (ROA), dan Asset Turnover (ATO)

(21)

Berdasarkan tinjauan peneliti terdahulu, kajian teoritis, dan permasalahanyang telah dikembangkan, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut inidigambarkan suatu model Kerangka Konseptual untuk menggambarkan pengaruhIntellectual Capitalterhadap kinerja perusahaan.

(22)

Sumber : Firer dan Williams (2003)

Gambar2.1 Kerangka Konseptual

M/B ( Y1 ) Intellectual Capital Kinerja Perusahaan

VACA ( X1 ) VAHU ( X2) STVA ( X3 )

ROA ( Y2 )

(23)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

4. Intellectual Capitalberpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu Market to Book Value (M/B) pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia.

5. Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaituReturn on Assets (ROA) pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia.

6. Intellectual Capitalberpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu Asset Turnover (ATO) pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004–2006.”.

Ada beberapa analisis rasio yang digunakan untuk menghitung harga saham melalui analisis fundamental, namun demikan dalam penelitian ini analisis fundamental yang dipilih

Sedangkan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah variabel Earning Per Share (EPS), sedangkan

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa suku bunga dan nilai tukar mata uang memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap harga saham perbankan

Penelitian Panggabean (2005) menemukan bahwa EVA perusahaan LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya, menandakan perusahaan berhasil

Stock split sebagai tindakan memecah saham menjadi n lembar saham dengan harga per lembar saham baru sebesar 1/n harga saham sebelumnya, dilakukan oleh manajer perusahaan

Apakah kinerja fundamental keuangan emiten dan faktor suku bunga serta inflasi secara simultan mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap pergerakan harga saham perusahaan

Penelitian ini berjudul “Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Keputusan Pemecahan Saham (Stock Splits) : Aplikasi Analisis Diskriminan