• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Tengah Isu LGBT dan Efek Negatif Internet, Mental Anak Perlu Diperkuat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Di Tengah Isu LGBT dan Efek Negatif Internet, Mental Anak Perlu Diperkuat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Di Tengah Isu LGBT dan Efek

Negatif Internet, Mental Anak

Perlu Diperkuat

UNAIR NEWS – Belakangan ini, isu tentang LGBT menyeruak. Pun

demikian, problem terkait efek negatif internet. Termasuk di dalamnya, soal pornografi yang bisa dengan mudah terakses di dunia maya.

Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa mesti dilindungi dari dampak dekonstruktif dua hal tadi. Orang tua dan guru mesti memiliki formula khusus yang sifatnya fundamental. Pakar Psikologi Anak Dr. Dewi Retno Suminar M.Si menyatakan, penguatan mental sejak dini adalah kunci utama membentengi anak dari ekses jelek kemajuan zaman.

Wakil Dekan III Fakultas Psikologi UNAIR ini menyatakan, kalau di masa lalu, orang tua berpikir bahwa kebutuhan anak-anak adalah sandang, papan, dan pangan. Di zaman sekarang, hal-hal tadi relatif sudah bisa teratasi. Maka itu, kebutuhan yang mestinya harus ikut diperhatikan adalah penguatan mental.

Dia mengutarakan, mental merupakan kondisi psikis seseorang saat menghadapi sesuatu di sekitarnya atau yang terjadi terhadapnya. Bila seorang anak memiliki mental yang baik, dia akan menghadapi persoalan dengan tepat. Mental yang kuat akan mampu memfilter pengaruh dari luar. Pengaruh tidak baik, pasti bisa ditolak.

Bagaimana cara menguatkan mental anak? Pertama, dengan mengajarkan disiplin bersama alasan kenapa dia harus melakukan itu. Misalnya, saat anak diminta disiplin bangun pagi, dia harus pula dijelaskan mengapa harus bangun pagi. “Nalar mereka dibentuk. Logika diasah sehingga mulai dapat berpikir sebab dan akibat. Baik dan buruk,” ungkap dia.

(2)

Kedua, melatih anak-anak bertindak dengan orientasi Problem

Solving. Contohnya, saat kendaraannya rusak, orang tua tidak

langsung memperbaiki. Tapi, memberikan dia pertanyaan pancingan yang bisa melatih kemampuan berpikirnya. “Tanyakanlah, apa yang harus dilakukan jika kendaraan rusak. Biarkan anak menggunakan nalarnya untuk menyelesaikan masalahnya,” ungkap Dewi.

Dengan melatih kedisiplinan dan bertindak dengan orientasi

Problem Solving, mental anak-anak dilatih untuk menjadi kuat.

Kekuatan mental itu bakal membantu pertumbuhannya di masa datang. Khususnya, dalam mengatasi persoalan di sekitar dan membentengi diri dari pengaruh negatif dari luar. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Rektor Wacanakan Bentuk Tim

Khusus Proyek Mahasiswa

UNAIR NEWS – Keberhasilan mahasiswa Fakultas Kedokteran Jefferson Caesario meraih medali perunggu International Mathematics Competition (IMC) di Bulgaria pada 24-31 Juli 2016, makin membuktikan kalau mahasiswa UNAIR memiliki keunggulan dalam segala bidang. Bertolak dari perspektif itu, muncul banyak gagasan untuk terus menggairahkan ide kreatif dan inovatif di kalangan mahasiswa. Salah satu wacana yang tercetus dari Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA., adalah pembentukan tim khusus untuk proyek-proyek tertentu.

Saat ditemui kru UNAIR News Rabu (24/8) lalu, Prof. Nasih mengutarakan, di sejumlah kampus sudah ada tim mobil listrik, mobil hemat energi, dan lain sebagainya. UNAIR sejatinya

(3)

memiliki potensi untuk membuat kelompok-kelompok produktif seperti itu. Yang jelas, tujuan dari mereka mesti jelas.

“Misalnya, para mahasiswa dikumpulkan dalam sebuah proyek di bidang nanoteknologi. Nanti tim tersebut terdiri dari para mahasiswa lintas fakultas. Punggawa tim memang harus multidisiplin ilmu. Sehingga, produk yang dihasilkan dapat lebih komprehensif manfaatnya,” ungkap Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut.

Dia melanjutkan, UNAIR memiliki banyak peneliti dan pemikir yang sudah teruji di level nasional maupun internasional. Bahkan, mahasiswanya pun kerap berprestasi di ranah dunia. Fakta itu menunjukkan, dari segi SDM, sudah tidak ada persoalan. Tinggal segera menelaah, proyek apa yang ingin dikaji bersama, sekaligus menyesuaikannya dengan kesiapan yang sudah dimiliki.

Terlebih, fasilitas perkuliahan maupun penelitian di UNAIR juga modern. Laboratorium yang ada sudah serba canggih. Semua itu dapat menjadi elemen fundamental untuk mendukung wacana tersebut. “Nanti tim-tim tersebut bisa dikoordinasikan di Direktorat Kemahasiswaan,” ungkap Prof Nasih.

Harapannya, dengan cara ini, sumbangsih yang diberikan UNAIR u n t u k d u n i a a k a d e m i k m a u p u n m a s y a r a k a t u m u m , b i s a teraplikasikan secara konkret. Sebab, kampus bukanlah menara gading yang hanya tampak megah dari luar. Tapi, tidak bisa menyentuh publik dengan menyeluruh. (*)

Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma S.

(4)

Ilmuwan

Indonesia

Harus

Munculkan

Pemikiran

Alternatif Dunia Islam

UNAIR NEWS – Kunjungan Prof. Abdul Al-Fattah M. El-Awaisi ke

Universitas Airlangga dalam Kuliah Umum tentang Baitul Maqdis, mendorong ilmuwan Indonesia untuk melahirkan kerangka pemikiran guna mengatasi permasalahan dunia Islam.

Guru Besar Ilmu Sejarah dan Hubungan Internasional Universitas Istanbul Sabahattin Zaim Turki tersebut memaparkan gagasan di hadapan ratusan sivitas akademika di Aula Amerta Kampus C UNAIR, Selasa (22/8).

Sebelum Prof. Awaisi menyampaikan materi, terlebih dahulu Santi Soekanto selaku perwakilan dari Institut Study for Al Aqso (ISA) menyampaikan beberapa hal seputar latar belakang kuliah umum diberikan. Santi mengatakan bahwa adanya kuliah umum ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai Baitul Maqdis kepada muslim di Indonesia, utamanya kalangan akademisi.

“Karena ada beberapa hal yang belum dipahami mengenai Baitul Maqdis, sehingga membuat umat muslim di Indonesia binggung dalam mengambil sikap. Tidak sekedar memberikan bantuan saja. Ada beberapa hal yang masih perlu didalami,” paparnya.

Di awal paparannya, Awaisi mengatakan umat Islam tidak memiliki kerangka teori dan gagasan untuk memecahkan permasalahan di dunia Islam sendiri. Akibatnya, mereka sulit mengkaji permasalahan dunia Islam.

“Selama ini kita masih menggunakan kerangka orang Barat, bahkan dalam menyelesaikan permasalahan umat Islam. Dalam pengalaman studi internasional, dunia akademisi butuh kerangka dari perspektif Islam untuk menyelesaikan permasalahan dunia,”

(5)

terangnya.

“Dan selama ini saya belum menemukan teori dari sumbangan kaum muslimin Indonesia untuk problem dunia,” tambahnya.

Awaisi juga menilai, penggunaan kerangka berpikir Barat dalam penyelesaian masalah muslim adalah kesalahan besar. Ia sungguh berharap bahwa kalangan muslim sendiri yang mampu mengatasi permasalahan dunia Islam.

“Sungguh kita membutuhkan kerangka berfikir kaum muslim untuk memecahkan hal yang terjadi di kalangan umat sendiri,” harapnya.

Permasalahan Baitul Maqdis

Memandang permasalahan di Baitul Maqdis, Awaisi memecahnya menjadi beberapa hal. Pertama, adanya banyak literatur tentang Baitul Maqdis utamanya mengenai permasalahan di Al-Aqsa yang berasal dari sekolah Israel dan orientalis.

Ia juga menambahkan bahwa banyak permasalahan disekitar Al-Aqsa yang diterbitkan jurnal internasional dari para pemikir Israel. Bahkan Alquran, hadis, sejarah Islam, dan fikih Islam semua sudah dipelajari orang Israel.

“Dari sekian hal tersebut bertujuan untuk mengubah cara pandang umat Islam agar menilai bahwa Al-Aqsa tidak penting bagi muslim. Jadi pada prinsipnya mereka akan menghilangkan hubungan muslim dengan Masjidil Aqsa,” terangnya.

“Lebih jauh lagi hal ini bertujuan untuk melegitimasi secara religi dan historis berdirinya negara Israel,” imbuhnya.

Perihal banyaknya artikel dan jurnal yang ditulis baik dalam Scopus atau jurnal bereputasi lainnya, Awaisi menyayangkan minimnya pemikir muslim yang menulis mengenai Al-Aqsa. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa tidak ada pemikiran muslim yang berdampak pada dunia internasional.

(6)

“Bencana intelektual yang melanda Israel dan Palestina adalah bencana yang lebih besar dampaknya,” tandasnya.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Awaisi melahirkan Teori Lingkaran Barakah. Teori yang sudah digunakan diberbagai kampus di Malaysia, Turki, dan Inggris ini berdasarkan surat Al-Isra’ ayat satu.

“Teori yang saya kemukakan ini, saya fokuskan pada kata di sekelilingnya. Yang di dalam ayat disebut dikatakan dibarakahi,” terangnya.

Berbicara Baitul Maqdis, Awaisi berkali-kali menegaskan bahwa Baitul Maqdis tidak sekedar Al Aqso atau Palestina. Lebih dari itu Baitul Maqdis adalah pusat barakah yang ada di dunia. Jika pusat hidayah ada di Masjidil Haram Mekkah, pusat rahmah ada di Madinah, maka pusat barakah ada di Baitul Maqdis.

“Apakah Indonesia bisa merasakan keberkahan dari Baitul Maqdis? Iya, sudah tentu,” terangnya.

Peran Indonesia

Mengenai perkembangan propaganda barat terhadap dunia Islam di timur tengah, Awaisi mengatakan bahwa misi barat sudah berhasil menghancurkan negara-negara Islam yang punya andil penting di Timur Tengah. Negara-negara penting di Timur Tengah seperti Irak, Mesir, dan Syiria sudah berhasil dihancurkan. Untuk mengatasi permasalahan umat Islam di dunia, Awaisi berharap ada peran lebih dari ilmuwan muslim di Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia.

“Indonesia apakah ada peran? Sangat. Karena menjadi negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Bahkan jika negara-negara Islam di timur tengah digabung menjadi satu belum bisa melebihi penduduk muslim di Indonesia,” paparnya.

Terakhir, Awaisi kembali menegaskan bahwa menjadi suatu hal yang aneh jika sebuah negara muslim terbesar di dunia tidak

(7)

ada perguruan tinggi yang membahas tentang kajian seputar Baitul Maqdis.

“Semoga UNAIR menjadi pilar untuk hal itu,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Defrina Sukma S

Cegah DBD, Sivitas FKM

Banyuwangi Edukasi Masyarakat

UNAIR NEWS – Dimotori oleh salah seorang dosennya, sivitas

program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PDD UNAIR Banyuwangi memberikan edukasi tentang pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kepada masyarakat di Kelurahan Boyolangu, Kab. Banyuwangi, Rabu (2/3) lalu. Acara ini disambut antusias oleh ibu-ibu anggota masyarakat setempat.

Seperti diketahui, demam berdarah adalah suatu momok kesehatan yang akhir-akhir ini kembali marak. Dalam semester awal 2016 ini saja telah terjadi beberapa kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) di beberapa daerah. Karena itu Pemkab Banyuwangi pun mengantisipasi pencegahannya.

Berkaitan dengan itu dan keinginan mengabdi untuk masyarakat, prodi Kesehatan Masyarakat PDD UNAIR Banyuwangi pengajuan proposal program PSN ke Dinas Kesehatan Kab. Banyuwangi, yakni ikut berupaya menginisiasi masyarakat guna memutus mata rantai penularan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti ini. Kemudian mendapat rekomendasi dari Dinkes setempat bahwa untuk melaksanakan kegiatan ini agar bekerjasama dengan

(8)

Puskesmas Mojopanggung, sehingga dilaksanakanlah edukasi di Kelurahan Boyolangu tadi. Sebelum terjun di Kel. Boyolangu semua peserta mahasiswa dilakukan pelatihan dan pembekalan terlebih dahulu pada 6 Februari lalu.

”Rencananya edukasi ini akan kami lanjutkan pada Minggu 6 Maret besok di beberapa titik yang tersebar tersebar di Kelurahan Boyolangu. Materinya selain PSN untuk memutus daur hidup dari nyamuk. Kegiatan nanti akan dilaksanakan oleh mahasiwa dengan didampingi petugas dari Puskesmas,” ujar Aziz, koordinator program ini.

“Kalau hanya fogging itu hanya akan mengurangi nyamuk dewasa saja. Maka dari itu kegiatan PSN ini harus dilakukan menyeluruh pada kontainer-kontainer yang berpotensi tempat berkembang biaknya jentik,” kata Dian Santo Prayogo, SKM., M.Kes., dosen pembimbing itu.

Dijelaskan, tren DBD itu terjadi pada awal dan akhir musim penghujan, sehingga sangat tepat bila kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret, sehingga masyarakat bisa mempersiapkan diri untuk mencegah timbulnya penyakit ini yang diprediksi bisa menjadi KLB pada April mendatang.

“Mudah-mudahan tidak sampai terjadi, dan ingat mencegah itu lebih baik dari pada mengobati,” tambahnya. (*)

Penulis: Ahmad Zakky Multazam Editor: Bambang Bes

(9)

Murid Hingga Canangkan Ide

Angkat Anak Asuh

UNAIR NEWS – Ratusan wali murid dari mahasiswa baru calon

penerima bantuan pendidikan bidikmisi jalur SBMPTN disambut dengan sesi dialog bersama Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih., SE., MT.,Ak., CMA,. rektor yang juga didampingi Direktur Kemahasiswaan, Dr. M. Hadi Subhan, SH., M.H., C.N, dan Ketua PIH (Pusat Informasi dan Humas) UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si, mendengarkan beragam cerita dari mahasiswa baru calon penerima bidikmisi dan orang tua wali, Selasa (19/7). Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih memberikan kesempatan kepada para wali murid calon mahasiswa bidikmisi, untuk menyampaikan beberapa pertanyaan dan keluh kesahnya, setelah putra-putri mereka akan menerima bidikmisi selama masa studi di UNAIR.

“Saya gak menyangka, anak saya bisa masuk ke gedung mewah ini (merujuk ke UNAIR, red). Karena saya ini orang gak mampu,” ungkap wali murid dari mahasiswa bernama Nararian.

Wali murid lainnya juga sempat menceritakan kisah hidupnya yang berujung pada ketidaksanggupan dirinya untuk membiayai perkuliahan putrinya di UNAIR.

“Anak saya sebenarnya mau masuk kedokteran umum, saya bilang k e d i a , m a u m a s u k p a k e u a n g a p a k o k k a m u m a u m a s u k kedokteran,” ujar wali murid dari Karina, mahasiswa asal Blitar. “Saya khawatir, tapi kok Alhamdulillah ada universitas yang mau menerima anak saya,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih memberikan wejangan kepada mahasiswa calon penerima bidikmisi, agar selalu hormat kepada orang tua dan para dosen. Selain itu, ia juga mengaskan bahwa semua mahasiswa memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menuntut ilmu di UNAIR.

(10)

“Hormati para dosen kalian. Paling tidak, biasakan selalu bersikap mendengarkan para dosen,” seru Prof. Nasih. “Semua pada posisi yang sama untuk menuntut ilmu di UNAIR. Tidak ada yang dilebih-lebihkan,” imbuhnya.

Himbau jadi orang tua asuh

Ada yang unik dalam acara yang diadakan di Aula Garuda Mukti tersebut. Salah satu walimurid yang diberi kesempatan menceritakan kisah hidupnya, ia mengungkapkan bahwa anaknya menempuh sekolah SMAN 1 Geger Madiun, yang sama dengan Suko Widodo selaku moderator diacara tersebut.

Suko pun mempersilahkan mahasiswa yang bernama Ardion Massaid dan ibunya, Suhardiyah, untuk menuju panggung. Setelah berdialog, Kepala PIH tersebut menjadikan mahasiswa calon penerima bidikmisi tersebut sebagai anak asuh.

“Nanti bisa dititipkan ke saya, biar jadi anak asuh saya,” seru Suko Widodo.

Rupanya, kejadian tersebut membuat Rektor UNAIR, Prof. Nasih menghimbau kepada seluruh dosen UNAIR, agar menjadikan salah satu mahasiswa bidikmisi sebagai anak asuh oleh seluruh dosen yang merupakan satu almamater dengan mahasiswa tersebut.

“Mahasiswa bidikmisi yang berasal dari sekolah yang sama dengan salah satu dosen bisa dijadikan anak asuh,” ujar Prof. Nasih. “Kita identifikasi dulu, belum tentu dari semua sekolah ada (dosen dan mahasiswa se-almamater, red). Ini kita kembangkan lagi, dan kita himbaukan kepada para dosen di UNAIR,” imbuhnhya.

Prof. Nasih menegaskan, bahwa pengangkatan anak asuh tersebut, bukan berarti para dosen harus membantu secara finansial, namun lebih kepada sebuah bimbingan atau pembinaan kepada mahasiswa terkait selama perkuliahan di UNAIR.

(11)

kalau mahasiswa terkait memiliki permasalahan, dosen selaku orang tua asuh dapat membantu selesaikan masalah tersebut,” ujar Prof. Nasih. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan

Rangkuman Berita UNAIR di

Media Tentang Hari Ini (21/6)

Saat Tubuh Cooling Down, Pilih Buah

Berbuka puasa menjadi nikmat yang luar bisa di bulan Ramadhan ini. Tak jarang, ketika berbuka, ada yang langsung makan besar seperti balas dendam. Bahkan setelah berbuka puasa, di atas jam 20.00 beberapa orang memiliki kebiasaan makan lagi dengan porsi besar, seperti nasi atau mie goreng. Kebiasaan ini tidak baik bagi tubuh. Pukul 19.00 ke atas, tubuh sedang melakukan

cooling down. Kalau terbiasa makan di atas waktu tersebut,

yang terjadi kadar gula, kolestrol, dan berat badan bakal naik. Jika lapar, sebaiknya mengkonsumsi buah atau sayur. Menurut dr Budi Widodo SpPD, spesialis penyakit dalam Universitas Airlangga, berbuka yang manis sering diartikan kurang tepat. Menurut beliau, makanan berbuka yang tepat adalah kurma sesuai sunnah Rasul. Manis dalam kurma mudah dicerna tubuh. Puasa yang dijalankan dengan benar akan membawa dampak baik untuk kesehatan, jika salah akan berpotensi menimbulkan penyakit.

Jawa Pos, 21 Juni 2016 halaman 40

(12)

Sekolah pranikah bertujuan untuk membangun sebuah bangsa yang kuat. Dari keluarga yang kuat, terbentuk masyarakat yang kuat pula. Programnya meliputi delapan pos pengembangan yakni advokasi keluarga, pendidikan orang tua dan anak, sahabat anak dan remaja, pos ekonomi keluarga, serta pendidikan politik dan pembinaan lansia. Salah seorang pesertanya adalah Nisa Rahmi, mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Airlangga. Nisa menyatakan siap menikah begitu selesai menuntaskan skripsi. Selepas sidang, jika ada seorang laki-laki yang mengkhitbah (melamar), dia akan menerima dengan tangan terbuka.

Jawa Pos, 21 Juni 2016 halaman 30 Bangkai Tiga Paus Dikubur tepi Tambak

Setelah terbengkalai selama tiga hari, bangkai tiga ekor ikan paus yang terdampar di pantai utara, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, akhirnya dikuburkan. Proses penguburan dilakukan secara manual oleh warga setempat. Penguburan tiga bangkai ini sekaligus mengakhiri masa monitoring yang dilakukan tim relawan gabungan dari Balai Pengawasan Sumber Daya Pesisir Laut (BPSPL) Denpasar, Fakultas Kedokteran Hewan, UNAIR Surabaya. Dari 32 ekor ikan paus yang terdeteksi terdampar pada Rabu lalu, terdapat 15 ekor yang mati. Sementara, 17 ekor paus lain yang berhasil dievakuasi saat ini diperkirakan telah kembali ke laut dalam.

Sindo, 21 Juni 2016 halaman 8

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Nuri Hermawan

(13)

Lakon Sang Prabu dalam Naskah

Festival Wayang Airlangga

UNAIR NEWS – Siapa yang tidak kenal Airlangga, nama seorang

raja yang pernah memimpin tanah Jawa di abad ke-11, kini diabadikan menjadi nama sebuah perguruan tinggi terkemuka di negeri ini. Namun tidak banyak orang yang mengetahui sepak terjang raja yang mendapat julukan Sang Pembaru Tanah Jawa tersebut. Sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab untuk mengenalkan perjalanan Prabu Airlangga sekaligus sebagai rangka memperingati dies natalis yang ke-62, UNAIR menggelar Festifal Wayang Airlangga dengan berpijak pada nama tokoh Airlangga yang penuh nilai historis dan filosofis.

“Festival Wayang Airlangga yang diselenggarakan tahun ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Dies Natalis tahun sebelumnya yang mengangkat lakon Airlangga Winisudo dengan menggambarkan lahirnya seorang ksatria bernama Airlangga,” tutur Prof. Bambang Tjahjadi sembari membuka Diskusi Sejarah Airlangga di Rumah Kebudayaan Jawa Timur, Selasa (31/5).

Menambahi pernyataan Prof. Bambang, Dra. Adi Setijowati, M.Hum., selaku Wakil Ketua Panitia Festival Wayang Airlangga menjelaskan bahwa Festival Wayang Airlangga tahun ini terdiri atas beberapa acara, diantaranya adalah Sayembara Penulisan Naskah Lakon Airlangga dan Pagelaran Wayang Airlangga. Sebagai bekal bagi para dalang, seniman, sastrawan, dan para peminat sayembara tersebut, diadakanlah diskusi yang menghadirkan arkeolog dan sejarawan dari Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga.

“Diharapkan dengan adanya penjelasan sejarah dari para ahli, semakin banyak peminat untuk mengikuti Sayembara Penulisan Naskah Wayang ini,” tutur Adi.

(14)

Jawa Abad XI mengungkapkan kebanggaannya kepada raja yang memerintah Mataram Kuno pada tahun 1019-1043 Masehi tersebut. Sebagai arkeolog FIB UI, Ninie menjelaskan perjalanan panjang sang prabu, mulai dari proses lahir, persitiwa pralaya, hingga pengembaraan Airlangga menjadi seorang raja.

“Bagaimanapun kisah Airlangga ini sangat menarik bagi saya,” tandasnya.

Senada dengan Ninie, Adrian Perkasa, M.A, menekankan pembagian sejarah hidup Airlangga yang terbagi menjadi tiga tahap kehidupan. Mulai tahap Airlangga dan Pralaya, konsolidasi kekuasaan, hingga pembagian kerajaan. Sejarawan UNAIR tersebut mengungkapkan pentingnya pembahasan sejarah Airlangga untuk memperdalam pemahaman dalam menulis lakon yang akan disayembarakan.

“Pentingnya mendalami sejarah Airlangga untuk menyambut sayembara ini, agar mampu memberikan inspirasi bagi siapa saja yang berminat untuk mengikuti sayembara,” tegas Adrian. (*) Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Dilan Salsabila

Borong Medali di Kejuaraan

Internasional, UKM Panahan

UNAIR Siap Berlaga di PON

UNAIR NEWS – Bagi masyarakat Indonesia, olahraga panahan atau

memanah memang masih kalah populer dibandingkan olahraga sepakbola di kalangan masyarakat. Tapi siapa sangka olahraga panahan menjadi sebuah ladang prestasi besar untuk Universitas

(15)

Airlangga (UNAIR). Kali ini, UKM Panahan UNAIR kembali menorehkan prestasi di ajang Surabaya Archery Open Tournament 5th 2016 yang diadakan pada 21 – 29 Mei 2016 di Lapangan Koni

Surabaya. Sedikitnya, 10 orang mahasiswa panahan dari UKM Panahan diturunkan di tiga kategori yaitu Compund, Recurve dan Nasional.

Beberapa diantara mahasiswa panahan dari UKM UNAIR yaitu Yoke Rizaldi (FIB), Garincha Didi Nugroho (FST), Irvaldi Ananda Putra (FISIP), Tiara Sakti Ramadhani (FISIP), dan Dellie Threesyadinda. Mereka membawa pulang medali paling banyak di kategori Compund,

“UKM Panahan UNAIR berhasil membawa pulang 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Sedangkan di regu Recurve¸kami meraih 1 perunggu,” ujar Tiara Sakti Ramadhani, saat di wawancarai di Radio Unair

Selain meraih berbagai medali, ajang Surabaya Archery Open Tournament 5th 2016 ini sekaligus menjadi ajang bagi para

mahasiswa UKM Panahan UNAIR untuk simulasi event berikutnya, yaitu PON IXX 2016. Pasalnya, beberapa mahasiswa UKM Panahan dari UNAIR, terpilih untuk mewakili Jawa Timur di ajang yang akan diadakan di Jawa Barat pada 17 – 29 September tersebut. Pemilihan ini berdasarkan track record prestasi dari UKM Panahan UNAIR, yang sudah menyabet banyak medali di berbagai kompetisi, baik tingkat nasional maupun Internasional.

“Kompetisi ini juga sebagai ajang latihan untuk PON (Pekan Olahraga Nasional) 2016 di Jawa Barat saat September mendatang,” jelas Tiara.

Untuk berlaga di ajang PON 2016 ini, mereka harus berlatih secara rutin dan menjalani karantina (pelatihan terpusat) di Asrama Atlet KONI sejak Januari lalu. Mereka juga dilatih langsung oleh Lilies Handayani, seorang atlet panahan putri senior, yang pernah menyabet medali pertama di Olimpiade Seoul bersama dua rekannya, Kusuma dan Yana, pada tahun 1988.

(16)

“Untuk target pribadi di PON 2016, saya menargetkan tiga emas di kategori perorangan, aduan beregu dan mix-team,” harap Tiara

Sebelum ajang PON 2016 dimulai, Tiara dan juga rekannya Della Adisty Handayani terlebih dahulu berlaga untuk mewakili Universitas Airlangga di ajang ASEAN University Games ke 18. Ajang yang akan diadakan di Singapura tersebut akan dihelat pada 10-19 Juli mendatang. (*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

Dua Mahasiswi UNAIR Ikuti

ASEAN University Games Juli

Mendatang

UNAIR NEWS – Tidak hanya cerdas, tapi juga tangkas, begitulah

yang menyandang pada dua mahasiswi Universitas Airlangga yang terpilih menjadi perwakilan dari 10 altet panah. Keduanya dipilih oleh Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI), untuk mengikuti ASEAN University Games (AUG) ke 18 di Singapura pada tanggal 10-19 Juli 2016 mendatang. Dua atlet muda tersebut adalah Della Adisty Handayani, mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Tiara Sakti Ramadhani, mahasiswa Manajemen. Della dan Tiara akan berangkat bersama atlet panahan lainya dari berbagai kampus di Indonesia. Ditemui oleh wartawan UNAIR

NEWS, Direktur Kemahasiswaan UNAIR, Dr. Hadi Subhan, SH., MH.,

CN., menuturkan bahwa pihak direktorat kemahasiswaan sangat mendukung beragam kegiatan mahasiswa yang bisa membawa nama baik kampus.

(17)

“Kemahasiswaan sangat mendukung semua kegiatan mahasiswa, a p a l a g i y a n g b e r k a i t a n d e n g a n p e r l o m b a a n t i n g k a t internasional,” ujar Hadi Subhan saat kedua atlet yang juga didampingi pembinanya, Nilam Andalia Kurniasari, SH., LL.M. di Ruang Direktur Kemahasiswaan, Senin (2/5).

Optimis

Saat ditanya mengenai kesiapannya mengikuti ajang bergengsi tersebut, Tiara sangat antusias mengikuti kegiatan ini, lantaran mahasiswi ini juga tengah mempersiapkan diri mengikuti Pekan Olahraga dan Seni (PON) September nanti. Tiara berharap, ajang ini juga menjadi langkah pertamanya untuk berkarir di ajang internasional.

“Persiapan dan latihan kami sudah dimulai bersamaan dengan persiapan PON, BAPOMI pun memantau kami sejak lama untuk diikutsertakan di even mahasiswa se-ASEAN itu,” ujar Tiara. Sementara itu, Della menargetkan diri untuk mendapat medali emas pada ajang tersebut. Senada dengan Tiara, even ini juga menjadi dipersiapkan Della sebelum mengikuti ajang PON nanti. Della yang juga atlet panahan muda ini memiliki banyak prestasi diberbagai even panahan baik nasional maupun internasional seperti; 5 Medali Emas Kejurnas junior 2010; 2 Medali Emas dan 2 Perunggu Kejurnas Umum 2010; 2 Medali Perak Asian Grand Prix 2011, 1 Medali emas di PON 2012 Riau, 1 Medali Emas di SEA Games 2013 Myanmar.

“Kalau buat AUG, saya menargetkan untuk mendapatkan emas,” pungkas Della dengan optimis. (*)

Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan

(18)

Ribuan Bibit Ikan Ditebar di

Kolam Konservasi UNAIR

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H.

Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., didampingi para Wakil Rektor, para Dekan dan pimpinan lain di UNAIR menaburkan 2.500 bibit ikan di “Kolam Konservasi UNAIR Kampus C”, Minggu (31/1). Penaburan itu dilakukan usai senam pagi bersama yang diselenggarakan Fakultas Sain dan Teknologi (FST) UNAIR. Pembibitan kembali itu karena hasil pembudidayaan ikan periode sebelumnya telah dikuras atau dipanen pada Minggu 13 Desember 2015 lalu.

”Kolam ini selain untuk kepentingan lingkungan di sekitar kita, di kampus C ini, juga kita pelihara ikan yang hasilnya untuk kita nikmati bersama, yaitu tidak hanya sivitas UNAIR namun juga masyarakat di sekitar kampus. Untuk itu mari kita menjaga dan memeliharanya baik-baik,” kata Pak Rektor dalam satu-dua patah kata sambutannya.

Seperti diketahui hasil panen ikan dari Kolam Konservasi UNAIR akhir tahun lalu mencapai 5 (lima) ton, terdiri dari ikan nila (yang terbanyak), nila merah, gurami, patin, dan lele. Hasilnya dibagi-bagikan gratis kepada sivitas dan masyarakat di sekitar kampus UNAIR, sehingga dari 2000 lembar kupon yang disebar panitia, masing-masing pemegang kupon memperoleh ikan rata-rata 2 kg sampai 2,5. Acara panen dilakukan bersamaan dengan sosialisasi “Gemar Makan Ikan” bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.

Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet., dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR sebagai wakil fakultas yang ditugasi melakukan pembibitan, menjelaskan, 2.500 bibit ikan yang ditebar itu baru sebagian kecil dari yang seharusnya. Hal itu karena keterbatasan bibit yang dikehendaki yaitu yang sebesar (panjang) sekitar 10 Cm, sehingga benih selebihnya

(19)

masih menunggu hasil pembesaran dari perusahaan pembenihan. Dipilihnya benih sebesar itu agar pembesaran kolam lebih cepat.

Kemudian pada periode pemeliharaan tahun 2016 ini sekaligus diujicobakan ikan bandeng, sehingga saat ini terdapat tujuh jenis ikan air tawar yang akan dibesarkan. Tujuh jenis ikan tersebut antara lain nila hitam, nila merah, patin, bandeng, gurami, bader, termasuk ikan hias Koi.

Penambahan jenis ikan bandeng ini dilakukan setelah pada periode konservasi sebelumnya sudah sedikit dicoba dipelihara di kolam ini, dan berhasil lumayan, walaupun dari segi pembesarannya tidak bisa maksimal sebagaimana jika dipelihara pada tambak-tambak khusus ikan bandeng.

“Faktor luasnya kolam dan volume pakannya menjadi faktor penentu. Disini, saat ikan berebut pakan maka ikan bandeng yang kalah, sehingga pembesarannya tidak bisa maksimal,” kata Kustiawan.

Kegiatan pemeliharaan ikan dan kemudian hasil panennya dibagikan kepada masyarakat seperti ini, kata Kustiawan, sekaligus untuk memberi wawasan kepada masyarakat bahwa potensi perikanan air tawar di Indonesia itu sangat besar, sekaligus mengajak masyarakat untuk gemar makan ikan karena kandungan gizi ikan sangat dibutuhkan oleh tubuh. Diantaranya asam lemak Omega-3 adalah nutrisi yang sangat bagus bagi otak. “Lemak pada ikan juga bukan lemak jenuh sehingga tidak menimbulkan risiko kolesterol. Ikan juga mengandung vitamin D, vitamin B2, dan mineral yang dibutuhkan tubuh seperti kalsium, fosfor, zat besi, yodium, magnesium dan kalium,” katanya. (*) Penulis: Bambang Bes

Referensi

Dokumen terkait

Data personal yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan diagnosis penyakit sapi potong menggunakan metode KNN ini berasal dari pakar yang berasal dari Poskeswan

Virus herpes simpleks tipe 1 yang persisten dalam ganglion trigeminal dan VHS tipe 2 dalam ganglion sakralis dapat menyebabkan kekambuhan infeksi mukosa ataupun pada kulit

OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia, OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua

Pada karya musik “Masih Jawa” komposer lebih memilih pendekatan Arrangement, karena dalam karya musik ini komposer menulis kembali kedalam formasi lain dengan

Pada instuksi tersebut data yang ada pada memori eksternal dengan address sebagaimana data yang ada pada memori eksternal dengan address sebagaimana nilai

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa, masih perlu upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri atlet guna tercapainya prestasi yang maksimal bagi

keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika Keberagaman masyarakat Indonesia Menyebutkan pengertian keberagaman Uraian 1

Hasil penelitian diketahui bahwa kecemasan dalam menghadapi persalinan pada primigravida trimester III sebelum dilakukan prenatal yoga lebih dari setengahnya