• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum PPNS Bea dan Cukai. 1. Penyidikan

a) Definisi Menurut KUHAP

Pengertian dari Penyidikan itu sendiri adalah suatu istilah yang dimaksudkan sejajar dengan pengertian dalam bahasa belanda “opsporing” dan dalam bahasa inggris “investigation” atau dalam bahasa malaysia “penyiasatan atau siasat” 6Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP menjelaskan bahwasanya :“penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”7 Alasan Penulis mencantumkan Pasal diatas dengan bertujuan agar dapat mengetahui lebih dulu apa itu penyidik dan dari uraian diatas dijelaskan bahwasanya setiap penyidik akan diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, dan wewenang tersebut akan menjadi tannggung jawab dari seorang penyidik yang disini adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negri Sipil.

6 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 120. 7 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab 1, Ketentuan Umum, Pasal 1

(2)

14 Pasal 1 ayat (2) didalam peraturan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia Tentang manajemen penyidikan Tindak Pidana, Memberi Definisi mengenai penyidikan sebagai Berikut ;

“Serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.8 Dari uraian Pasal diatas menjelaskan bahwasanya setiap tindakan penyidik untuk mencari bukti-bukti yang nantinya dapat meyakinkan ataupun mendukung keyakinan bahwa perbuatan tindak pidana atau perbuatan yang dilarang oleh ketentuan pidana tersebut benar-benar terjadi, dari pengumpulan bukti tersebut yang tentunya harus dilakukan dengan cara mempertimbangkan dengan seksama dari hukum yang sesungguhnya, apakah perbuatan pidana tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat setempat.

b) Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan : Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (UU 10/1995) ditentukan:

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan

(3)

15 tindak pidana di bidang Kepabeanan.9 Dari uraian Undang-Undang diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya dari pengertian penyidik itu sendiri kurang lebih sama sebagaimana yang sudah dijelaskan didalam Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang dimana penyidik PPNS dilingkungan Ditjen diberi wewenang khusus sebagai seorang penyidik.

c) Menurut Para Ahli :

1) Menurut M. Yahya Harahap, pengertian dari penyidikan adalah suatu tindakan lanjut dari kegiatan penyelidikan dengan adanya suatu terjadinya peristiwa tindak pidana. Persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam penggunaan upaya paksa setelah pengumpulan bukti permulaan yang cukup guna membuat terang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana.10 Berdasarkan penjelasan M Yahya Harahap dapat Penulis uraikan bahwasanya tugas utama penyidik adalah membuat terang atau jelasnya suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana yang dimana penyidikan tersebut dilakukan dengan cara membuat pembatasan yang ketat dalam upaya paksa setelah semua bukti terkumpul.

2) Menurut De Pinto, menyidik (opsporing) berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun

9PPATK E-Learning, Penegakan Hukum, http://elearning.ppatk.go.id/ Diakses tanggal 10

September 2019

10 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP : Penyidikan Dan

(4)

16 mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum”.11 Sedangkan menurut De Pinto memberikan penjelasan mengenai menyidik yang berarti melakukan pemeriksaan atau tindakan pertama yang dilakukan oleh Pejabat yang sudah ditunjuk oleh Undang-undang setelah mereka mendengarkan kabar atau laporan bahwasanya terjadi suatu pelanggaran tindak pidana.

2. Wewenang

a. Undang-Undang Kepabeanan

Menurut Undang – Undang Kepabeanan, secara umum wewenang kepabeanan Pejabat Bea dan Cukai terbagi atas kewenangan dalam hal:

1. Penegahan barang dan sarana pengangkut;

Yang dimaksud dalam point pertama yakni penegahan barang adalah suatu tindakan administrasi yang dimana untuk menunda pengeluaran, pemuatan dan pengangkutan barang ekspor maupun impor, penegahan tersebut dilakukan terhadap barang yang diduga hasil pelanggaran. Sedangkan sarana pengangkut sendiri adalalah kendaraan atau angkutan melalui laut, udara, maupun darat yang dipakai untuk mengangkut barang.

2. Pengawasan dan penyegelan;

Maksud dari point kedua yakni Pengawasan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap barang yang belum

11Jurnal Ramin, http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/339_JURNAL-RAMIN.pdf

(5)

17 diselesaikan kewajibannya dan harus diawasi oleh pegawai bea dan cukai, pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan penyegelen terhadap barang tersebut

3. Pemeriksaan atas barang;

Maksud dari point ketiga adalah setiap barang yang masuk maupun keluar akan diperiksa sesuai prosedur yang berlaku 4. Pemeriksaan pembukuan;

Pembukuan sendiri adalah pencatatan transaksi keuangan 5. Pemeriksaan Bangunan dan tempat lain;

Bukan hanya barang namun pemeriksaan juga berlaku bagi bangunan dan tempatlainnya juga

6. Pemeriksaan sarana pengangkut;

Pemeriksaan ini dilakukan yang dimana sarana pengangkutan yang akan mengangkut barang nantinya apakah bisa dikatakan aman atau tidak

7. Pemeriksaan badan.12

Pemeriksaan badan adalah suatu kewenangan petugas bea cukai dalam rangka pemenuhan kewajiban pabean berdasarkan undang-undang pabean yang dimana pejabat Bea Cukai berwenang memeriksa badan setiap orang yang berada di atas atau baru saja turun dari sarana pengangkut yang masuk ke dalam Daerah Pabean, yang berada di atas atau siap naik ke sarana pengangkut yang tujuannya adalah tempat di luar Daerah

(6)

18 Pabean, yang sedang berada atau baru saja meninggalkan tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan berikat, atau yang sedang berada di atau baru saja meninggalkan Kawasan Pabean

b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Sedangkan Berdsarkan KUHAP Disebutkan dalam Pasal 7 Ayat (1) (1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:13

a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan;

(7)

19 j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.14

Berdasarkan Uraian diatas dan alasan penulis mencantumkan pasal tersebut agar dapat mengetahui urutan dari tugas wewenang Pegawai Penyidik Negri Sipil yang dimana dari Kutipan Pasal diatas sudah sangat menjelaskan mengenai tugas atau wewenang penyidik mulai dari menerima laporan, penangkapan, penyitaan bahkan penahanan sampai mengadakan tindakan lain yang dimana semua harus dilakukan sesuai dengan SOP dan Para penyidik dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus menjunjung tinggi hukum yang berlaku sebagaimana semestinya.

3. Kewenangan

a. Pengertian Kewenangan

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), kata wewenang itu disamakan dengan kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, Kekuasaan membuat keputusan , memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain/badan lain 15 Dari uraian penjelasan diatas dapat penulis jabarkan bahwasanya kewenangan itu sendiri adalah hak menggunakan wewenang yang dimana kewenangan tersebut dimiliki oleh seorang pejabat atau institusi mennurut ketentuan yang berlaku, jadi kewenangan adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seorang pejabat atau institusi, kewenangan sendiri memiliki

14 Ibid. Hal 188-189

(8)

20 kedudukan yang sangan penting dalam kajian hukum tata negara dan Hukum administrasi negara.

b. Menurut Ahli

Menurut H.D Stout kewenangan adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan. Dapat dijelaskan seluruh aturan aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang itu sendiri.16 Sedangkan Menurut

Bagir Manan Kewenangan dalam bahasa hukum tidak sama dengan sebuah kekuasaan, hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat, yang dimana sekaligus berarti hak dan kewajiban.17

Dari penjelasan kewenangan menurut para ahli diatas. Penulis berpendapat bahwa kewenangan merupakan hak yang dimiliki oleh seorang pejabat atau institusi yang bertindak menjalankan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku .

c. Sumber Kewenangan

Menurut M. Hadjon, mengatakan bahwasanya setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang telah sah. Dan kewenangan tersebut diperoleh melalui tiga sumber, diantaranya atribusi, delegasi, dan mandat Kewenangan atribusi lazimnya itu digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat

16 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013. hal 71 17 Nurmayani S.H.,M.H. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung Bandarlampung.

(9)

21 adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.18 Kemudian

Philipus M Hadjon pada dasarnya membuat perbedaan antara delegasi dan mandate itu sendiri. Dalam hal delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris. 19 Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan

wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas ”contrarius actus”. Artinya, setiap perubahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih tinggi. Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu

4. Penyalahgunaan Wewenang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti penyalahgunaan wewenang adalah: “perbuatan penyalahgunaan hak dan kekuasaan untuk bertindak atau menyalahgunakan kekuasaan yang membuat keputusan”. Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa

18 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013. Hal

108-109

(10)

22 setiap orang yang menyalahgunakan wewenang itu dengan maksud bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau juga suatu korporasi

Penyalahgunaan Kewenangan merupakan suatu kebijakan yang diberikan suatu pejabat ke pejabat lainya yang ditujukan untuk menjalankan pekerjaanya tidak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pejabat tersebut dengan kata lain pejabat tersebut menyimpang dari wewenangnya, adapaun penyalahgunaan kewenangan menurut Menurut Rivero dan Waline dalam Buku Willy (2013:146), Penyalahgunaan Kewenangan dalam Hukum Administrasi terdiri dari 3 macam yaitu : 20

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. 2. Penyalahgunaan kewenangan yang kedua yaitu tindakan pejabat

tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain.

3. Penyalahgunaan kewenangan yang terakhir yaitu menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan perubahan penggunaan lahan yang mengacu terhadap zona nilai tanah dapat dilakukan dengan overlay peta penggunaan lahan tiap tahunnya dengan peta zona

Pertama: matan hadis di atas sama sekali tidak bertentangan dengan Alquran, bahkan di dalam Alquran tidak ditemukan penyebutan aurat laki-laki secara

Riana Lutfitasari / A210120041, Pengaruh Kompetensi Akuntansi dan Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa antena dipole fraktal kurva Koch yang dibuat memiliki kualitas gambar dan suara yang sama baik dibandingkan dengan

Ruang yang dibutuhkan adalah ruang untuk area resepsionis untuk penerimaan pengunjung dan informasi, area pameran tentang wayang potehi, area cafe agar pengunjung dapat

Dari pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung, berdasarkan pengamatan peneliti, pada pertemuan belum terlaksana dengan baik tahapan-tahapan yang diterapkan di dalam

Salah satunya keunikan yang dimiliki oleh Suku Dayak Kenyah Uma Lung di desa Setulang adalah dapat kita jumpai pada permainan sampek yang dimainkan selalu berpasangan atau lebih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara regulasi emosi dengan problem focused coping