• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN (ROHANI ISLAMIYAH)TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMA NEGERI 1 GOWA KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN (ROHANI ISLAMIYAH)TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMA NEGERI 1 GOWA KABUPATEN GOWA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN (ROHANI ISLAMIYAH)TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK

SISWA SMA NEGERI 1 GOWA KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammdiyah Makassar

HARTINA 105192217 14

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1439 H / 2018 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat Rahmat, Taufik dan Inayah-Nyalah, sehingga skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah saw., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.

Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dan penhargaan kepada

1. Kedua orang tua, yakni ayahanda M. Hasir Hamid dan ibunda Alm. Rayu, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga menjadi sarjana, semoga semua jasa yang diberikan

(7)

menjadi amal saleh serta diterima Allah swt., dan semoga Allah selalu memberikan hidayah, taufiq serta inayah-Nya kepada mereka.

2. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang tel ah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam yang telah membantu penulis sejak menjadi mahasiswa hingga berakhirnya masa perkuliahan di Fakultas Agama Islam.

4. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik. 5. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si sebagai pembimbing I dan Ferdinan

S.Pd.I., M.Pd.I sebagai pembimbing II yang dalam kesibukannya tetap memberikan bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran hingga terselesaikan penulisan ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mentransfer ilmu pengetahuan kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.

7. Semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam yang selalu melayani penulis dengan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

(8)

8. Semua teman-teman angkatan 2014 kelas E. Serta seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan baik moril ataupun materi sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika, bahasa, maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin...

Makassar, 4 Dzulhijjah 1439 H 16 Agustus 2018 M Penulis, HARTINA NIM : 10519221714 viii

(9)

ABSTRAK

HARTINA (10519221714) Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler

Keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa. (dibimbing oleh Amirah Mawardi dan

Ferdinan).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kegiatan pembinaan akhlak di SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa, mengetahui pembinaan akhlak siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) dan untuk mengetahui Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa di Kabupaten Gowa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa, instrument penelitian yang digunakan observasi, pedoman wawancara, catatan dokumentasi, tehknik pengumpulan data yang digunakan yakni meliputi kutipan langsung dan kutipan tidak langsung dan

field researct (lapangan) meliputi observasi, wawancara,.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa bentuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) seperti kajian jum’at yang didalamnya terdapat pembelajaran bahasa arab,fiqhi dan akhlak, tadarrus al-qur’an, aksi menyerukan islam, dakwah dikelas, aksi menyerukan islam. Dari berbagai bentuk kegiatan tersebut dapat pula dibentuk sifat dan sikap siswa melalui dari pembinaan akhlak yang para guru biasa lakukan misalnya mereka selalu mengajak para anggota ekstrakurikuler tersebut berbicara tentang hal apa yang berubah dari mereka selama masuk dalam ekstarakurikuler tersebut dari situ para guru akan menyimak dan memberi solusi bila ada yang masih dipertanyakan. Karena pembinaan akhlak adalah suatu proses perubahan untuk merubah tingkah laku serta kepribadian seseorang Jadi kegiatan ektrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) sangat efektif bagi siswa sebab mereka mendapatkan pembelajaran yang mereka tidak dapatkan dalam proses belajar disekolah. Setelah mengikuti ektrakurikuler ini mereka lebih baik dalam hal Akhlak dan tingkah laku. Karena efektifitas adalah upaya menuju kesesuaian atau kesuksesan antara orang yang membina dan orang yang dibina seperti dalam hal keberhasilan atau perubahan siswa kearah yang baik tidak lepas dari pembina atau guru yang selalu memberikan arahan dan pembelajaran.

Kata Kunci : Kegiatan Keagamaan dan Pembinaan Akhlak

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN BERITA ACARA MUNAQASYAH ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .8

A. Efektifitas Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah)... 8

1. Pengertian Efektifitas dan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 8

2. Tujuan kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Rohani Islamiyah ... 10

3. Bentuk-bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan... 13

B. Pembinaan Akhlak ... 15

1. Pengertian Pembinaan Akhlak ... 15

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak ... 19

3. Pembentukan Akhlak ... 21

4. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak ... 23

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak ... 30

BABIII METODE PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 33

C. Fokus Penelitian... 33

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 34

E. Sumber Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa .... 39

1. Visi dan Misi ... 39

2. Sarana dan Prasarana ... 40

(11)

3. Keadaan Guru ... 41

4. Keadaan Siswa ... 43

5. Data Siswa Yang Masuk Ekstrakurikuler ... 44

B. Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) di SMA Negeri 1 Gowa di Kabupaten Gowa ... 45

C. Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) ... 51

D. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa... 55

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran-Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keadaan Fasilitas SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa ...40 Tabel 4.2 Data guru SMA Negeri 1 Gowa...43 Tabel 4.3 Daftar nama anggota Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah)...44

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efektivitas menurut Stoner and Freeman adalah merupakan kesesuaian pencapaian sasaran dengan yang ditetapkan sebelumnya atau sesuai dengan standar, sedangkan pengertian efektif menurut

Werther and Davis "effective means producing the right goods or

services that society deems appropriate". Dari pengertian efektivitas organisasi, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah pencapaian sasaran yang sesuai berdasarkan standar yang telah ditetapkan mengenai barang dan jasa yang sejalan dengan keinginan masyarakat.

Efektivitas dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan. Sedangkan efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh 6 faktor: kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, harapan dan perilaku para atasan, karakteristik, harapan dan perilaku para bawahan, kebutuhan tugas, iklim dan kebijaksanaan organisasi; dan harapan dan perilaku rekan. Namun, selain dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan yang menekankan pada aspek individu pemimpin, efektivitas organisasi juga dipengaruhi oleh efektivitas kelompok.Rohis berasal dari kata “Rohani” dan “Islam” yang berarti sebuah organisasi untuk memperkuat keislaman. Menurut Koesmarwanti dan Nugroho

(14)

Widiyantoro, Rohani Islam atau Kerohanian Islam merupakan sebuah wadah besar.1

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang utuh dan sempurna. Hakikat pendidikan tersebut tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan Nasional sebagaimana diungkapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.2

Peran Guru merupakan ujung tombak untuk mengembangkan sikap dan perilaku akademik siswa Untuk mendukung hal itu, keberadaan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan organisasi kesiswaan sangat penting. Salah satu organisasi kesiswaan di sekolah adalah Rohani Islamiyah (ROHIS). Rohani Islamiyah merupakan organisasi yang bernuansakan nilai-nilai religius. Rohani Islamiyah biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler Rohani Islamiyah.

1

Widiyantoro Nugroho & Koesmarwanti, Rohani Islamiyah (Jakarta : CV Gravindo 2007)

2

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia

(15)

Rohani Islamiyah bertujuan mendidik anggotanya menjadi lebih Islami dan mengenal lebih baik dunia keislaman serta menanamkan akhlak yang mulia bagi siswa . Kegiatan organisasi rohani Islam ini sangat erat kaitannya untuk meningkatkan nilai Religius dan kejujuran siswa di sekolah. Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Oleh karena itu organisasi Rohis mempunyai fungsi untuk mewadahi siswa yang rendah akan akhlak hingga menjadi siswa yang berakhlak mulia3. Organisasi rohani Islam bertujuan membentuk siswa untuk berakhlak mulia dengan berlaku jujur, demokratis, toleransi, dan di siplin. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan dan ekstrakurikuler menjadi tantangan tugas para pendidik yang semakin berat, karena dalam kenyataan kehidupan mengalami pola perubahan hidup. Kondisi akhir zaman sabdakan baginda Nabi Muhammad SAW.,

ؤُيو ،قِداَّصلا اَهيِف بَّذَكُيو بِذاَكلا اَهيِف قَّدَصُي ،تاَعاَّد َخ تا َوَنَس ساَّنلا ىَلَع يِتأَيَس نِئا َخلا اَهيِف نَمَت

َعلا ر مأ يف هِفاَّتلا لُج َّرلا :َلاَق ؟ةَضِب ي َوُّرلا اَمو :َل يِق ،ةَضِب ي َوُّرلا اَهيِف ق ِط نَيو ،نيِمَلأا اَهيِف ن َّو َخُيو ةَّما

Artinya :

Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, penghianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh. “ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? beliau bersabda, “orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum”. (HR, Al-Hakim).4

3

Khalid, Amru.Semua Akhlak Nabi. Solo:Aqwam. 2006 4

Al-Imam Ibnu Majah dalam As-Sunan No. 4042. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abdillah Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (4/465,512), Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad.

(16)

Pembentukan akhlak juga dimulai dari bagaimana pembinaan akhlak kedua orang tua kepada kita dan kita kepda orang tua karena, berbuat baik kepada siapapun termasuk ibu bapak adalah salah satu pembinaan atau pembentukan akhlak yang tidak hanya dalam kehidupan sosial, tetapi pembinaan akhlak juga melihat dari apa yang kita lakukan ketika keduanya meninggal kita harus berbuat baik. Cara berbuat baik kepada ibu bapak yang sudah meninggal, telah diatur dalam Islam.

Diriwayatkan :

َه ِالله َل ْوُس َراَي : َلاَقَف ٌلُج َرَءا َج

؟ اَمِهِت ْوَم َدْعَب ِهِب اَمُه ُّرِبُا ٌئْيَش َّى َوَبَأِّرِب ْنَم َىِقَب ْل

ا ُةَل ِص َو ,اَمِهِقْيِدَص ُماَرْكا َواَمِه ِدْهَعُذاَقْنِا َو ,اَمُهَل ُراَفْغِتِس ْلْا َواَمِهْيَلَع ُة َلََّصلا ْمَعَن : َلاَق

ِم ْحَّرل

ا هاور( .اَمِهِب َ ّلْا ُلَص ْوُت َلْ ىِتَّلا

)دوادوب

Artinya:

“Telah datang seorang laki-laki (kepada Rasulullah) lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, masih adakah kebaikan yang dapat saya kerjakan untuk ibu bapak sesudah keduanya meninggal ?”

“Ada jawab Rasulullah : Yaitu menyembahyangkan (jenazah) meminta ampun kepada Tuhan, menyempurnakan janjinya, memuliakan sahabatnya dan selalu bersilaturrahmi dengan keluarga yang ada hubungan dengan keduanya.” (H.R. Abu Daud)5

Dan dalam Agama Islam Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam, disamping aqidah dan syariah, sehingga dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa manusia untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak dan hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak dan hakekat manusia yang sebenarnya. Sebagaimana dalam hadits dan ajaran Islam sangat

(17)

menekankan tentang pembentukan akhlak yang mulia. Pada salah satu hadits, Rasulullah SAW yang artinya :

Telah mengabarkan kepada kita Abu Muhammad bin Yusuf Al Asbihani, telah menerangkan Abu Sa‟id bin Al-A‟robi, telah menceritakan kepada kita Abu Bakar Muhammad bin Ubaid Al- Maruqudi, telah menceritakan kepada kita Sa‟id bin Mansur, telah menceritakan kepada kita Abdul Aziz bin Muhammad, telah mengabarkan kepada saya Muhammad bin Ajlan dari AlQo‟qo‟ bin Hakim dari Abi Sholeh dari Abu Hurairah r.a. telah berkata, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Baihaqi).6

Demikian tingginya kedudukan akhlak dalam ajaran Islam, Abbdudin Nata dalam bukunya yang berjudul Studi Islam Komprehensif mengutip penjelasan Fazlur Rahman bahwa inti ajaran Islam adalah “akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang baik dengan Allah, dan hubungan yang baik dengan sesama manusia”7

. Akhlak diantaranya Menyangkut seluruh sisi kehidupan muslim, sesama manusia, akhlak dalam mengelola alam, akhlak dalam berhubungan dengan binatang, akhlak dalam kegiatan ekonomi, kegiatan politik serta dalam kehidupan beragama.

Ekstrakurikuler Rohis sebagai suatu wadah keagamaan yang bergerak secara independen dimana wadah tersebut dikelola dan dikembangkan oleh siswa serta pembina Rohis, sehingga secara struktural dan operasionalnya sudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang mempunyai kepengurusan,tujuan yang hendak dicapai secara jelas dan dapat memberikan dukungan

6

Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali, Assunan Al-Kubro, (Beirut: Darul Fikri, t.t.), h. 191- 192

7

(18)

terhadap pelajaran agama Islam. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, PAI harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa (nati on character building)8.

Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong saya untuk mengungkap lebih jauh tentang upaya dan strategi yang dilakukan pembina kegiatan ekstrakurikuler Rohis dalam meningkatkan pembinaan akhlak terhadap Siswa SMAN 1 Gowa Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) terhadap Pembinaan Akhlak siswa akan pentingnya Akhlak yang baik masih minim. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan khususnya dalam hal Rohani Islamiyah di SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa. Berdasarkan fenomena tersebut maka masalah pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) di SMA Negeri 1 Gowa di Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana pembinaan akhlak siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah)?

3. Bagaimana efektivitas kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa?

8

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam; Upaya Pembentukan Pemikiran

(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk pembinaan akhlak di SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui pembinaan akhlak siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah).

3. Untuk mengetahui Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa di Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan literatur tentang peranan pembina ekstrakurikuler Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa disekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai masukan yang konstruktif bagi pengembangan kegiatan pembinaan akhlak siswa sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan keagamaan yang bersifat pembinaan.

b. Bagi guru dan pembina Rohis, dapat memudahkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islamiyah dalam meningkatkan sikap akhlak siswa.

c. Bagi masyarakat umum,sebagai salah satu wawasan akan pentingnya Rohani Islamiyah khususnya dalam membina sikap Akhlak yang bai

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Efektifitas Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah)

1. Pengertian Efektifitas Ekstrakurikuler Keagamaan

Efektifitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efek (pengaruh,kesan,akibat)9. Dalam bahasa inggris kata efektifitas berasal dari effective yang berarti berhasil, mujarab, berlaku dan mengesankan10. Sedangkan menurut Mulyasa Efektifitas adalah upaya kesesuaikan antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju11.

Efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggotanya. Berdasarkan uraian di atas bahwa efektifitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal dapat tercapai secara optimal.

Ekstrakurikuler Keagamaan adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan kepribadian ,bakat dan minat peserta didik tentang keagamaan yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka.

9

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), h. 284

10

John M. Echols Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 2000), h. 207 11

Mulyasa. Efektifitas Ekstrakurikuler , (Yogyakarta : Airlangga, 2005), h. 82 8

(21)

Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa:

“Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dari berbagai bidang studi”12

.

Ekstrakurikuler di sekolah merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler. Kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran tatap muka dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum disebut kegiatan ekstrakurikuler13.

Kerohanian Islam berasal dari kata dasar “Rohani” yang mendapat awalan ke dan akhiran “an” yang berarti hal-hal tentang rohani dan “Islam” adalah mengikrarkan dengan lidah dan membenarkan dengan hati serta mengerjakan dengan sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri kepada Allah swt dalam segala ketetapan-Nya dan dengan segala qadha dan qadar-Nya14.

Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, kata “kerohanian Islam” ini sering disebut dengan istilah “Rohis” yang berarti

12

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setyowati . Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. h. 22

13

Suryosubroto . Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. h. 271

14

(22)

sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah15. Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam sekolah yang telah di tentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini juga di maksudkan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

Ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian sehingga manusia yang tergabung didalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian.

2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) Adapun tujuan utama dibentuknya Ekstrakurikuler keagamaan adalah membentuk karakter siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, bisa membaca Al-qur’an, berakhlak mulia serta memiliki karakter islami. Kemudian mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.

15

Koesmarwanti, Nugroho Widiyantoro . Dakwah Sekolah di Era Baru, Solo: Era Inter Media, 2000. h. 124

(23)

Kegiatan ekstrakurikuler tidak terbatas pada program untuk membantu ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi juga mencakup pemantapan dan pembentukan kepribadian yang utuh termasuk pengembangan minat dan bakat peserta didik. Dengan demikian program kegiatan ekstrakurikuler harus di rancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan kurikuler, maupun pembentukan kepribadian yang menjadi inti kegiatan ekstrakurikuler. Sebagai suatu ilmu tentu saja bimbingan rohani Islam mempunyai tujuan yang sangat jelas. Secara singkat tujuan bimbingan rohani Islam itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

a. Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

b. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat secara jasmani dan rohani.

c. Meningkatkan kualitas keimanan, keIslaman, keihsanan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.

d. Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri dan citra diri serta dzat yang Maha Suci yaitu Allah swt

2) Tujuan Khusus

a. Membantu individu agar terhindar dari masalah.

(24)

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain16.

Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani Islam adalah untuk menuntun seseorang dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas keagamaannya baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah. Dari sisi ini dapat dikatakan bahwa tujuan program kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan peserta didik, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya17.

Disisi lain, pembinaan manusia seutuhnya dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah diharapkan mampu mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai dalam rangka penerapan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum, baik program inti maupun program non inti.

Rohmat Mulyana mengemukakan bahwa :

“Inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler adalah pengembangan kepribadian peserta didik. Karena itu, profil

16

Ainur Rohim Faqih . Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001. h. 36

17

Departemen Agama R.I. Kegiatan Ekstrakurikurel Pendidikan Agama Islam

pada Sekolah Umum dan Madrasah; Panduan Untuk Guru dan Siswa , Jakarta: Depag

(25)

kepribadian yang matang atau kaffah merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditegaskan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler Rohis adalah untuk memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, pembinaan sikap dan nilai serta kepribadian yang pada akhirnya bermuara pada penerapan akhlak mulia”.18

.

3. Bentuk-Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan

Adapun bentuk-bentuk kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan seperti Rohani Islamiyah yang dapat di terapkan atau dilaksanakan di sekolah adalah pembiasaan akhlak mulia dan melaksanakan Baca Tulis Al-qur’an dan system pertukaran cerita dari masing-masing siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut.

Rohani Islamiyah mempunyai tugas yang cukup serius yaitu sebagai lembaga dakwah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan yang tidak hanya diikuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran yang ada disekolah. Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan Rohis adalah dakwah actual yaitu terlibatnya Rohis secara langsung dengan objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan bersifat sosial keagamaan19. metode dakwah pada pembinaan rohani Islam adalah suatu cara yang dipakai dalam menyampaikan ajaran materi dakwah Islam,sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Nahl ayat 125:

18

Rohmat Mulyana.Kegiatan Pemngenbangan Ekstrakurikuler.sekolah umum, Jakarta : Depag RI, 2009. h.7

19

Manfred Oepen dan Walfgang Karcher. Dinamika Pesantren, Dampak

(26)















































Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yan baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk20.”

Dari ayat di atas, Menurut M. Munir metode dakwah ada tiga, yaitu: a. Bi al-hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisisasaran dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran - ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b. Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapatmenyentuh hati mereka.

c. Wajadilhum billati hiyya ahsan,yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.21

20 Al-Qur’an dan Terjemahnya Q.S an-Nahl (ayat: 125), h. 119 21

(27)

B. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pembinaan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan oleh siapapun untuk merubah tingkahlaku serta membentuk kepribadiannya sehingga apa yang di cita-citakan sesuai dengan yang diharapkan.

Pengertian akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab dengan kosakata "al-Khuluq" yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada manusia Dalam kamus modern Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai "budi pekerti, tingkah laku, dan perangai". 22

Sedangkan pengertian akhlak menurut Jamil Shaliba dan H.Moh. Ardani dalam bukunya yang berjudul “Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat”, akhlak berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama23.

Adapun pengertian akhlak secara terminologi (istilah) Menurut Ibn Maskawaih akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa seseorang yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.

Al-Ghazali dalam bukunya Ihya 'Ulumuddin mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tetap pada jiwa seseorang yang daripadanya

22

H.A.Rahman Ritonga. Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama

Manusia, (Bukit Tinggi: Amelia Surabaya, 2005). Cet I, h. 7

23 H. Moh.Ardani. Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah,(Jakarta: CV.Karya Mulia, 2001). Edisi Pertama, h. 25

(28)

timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak membutuhkan pikiran atau pertimbangan.24

Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq mengatakan bahwa akhlak ialah membiasakan kehendak25. Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan perbuatan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.

Pada hakekatnya akhlak atau khuluq itu adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian, sehingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Abudin Nata menyimpulkan ciri-ciri perbuatan akhlak, sebagai berikut:

a. Perbuatan akhlak itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang atau telah mendarah daging sehingga telah menjadi kepribadiannya.

b. Perbuatan akhlak itu mudah dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

c. Perbuatan akhlak itu timbul atas kemauan dan pilihan sendiri, bukan karena ada paksaan dari luar.

24

Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin, (Jakarta:Pustaka, 2007). h.25 25

Ahmad Amin. System Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992). h. 26-27

(29)

d. Perbuatan akhlak itu dilakukan dengan sebenarnya bukan berpura-pura atau bersandiwara.

e. Perbuatan akhlak itu diperbuat atas dasar niat semata-mata karena Allah26.

Ada beberapa istilah yang sering disamaartikan dengan akhlak oleh banyak orang yaitu moral, etika dan susila.

a. Moral dari bahasa latin (mores) ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang dan baik buruknya perilaku itu diukur dengan norma yang berlaku (hukum dan adat).

b. Etika dari bahasa Yunani (ethos) ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Untuk mengukur baik atau buruk kebiasaan itu adalah dengan menggunakan standar logika umum yang sehat.

c. Susila dari bahas sansekerta yaitu perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Baik dan buruknya perilaku diukur dengan perasan. Susila disebut juga sebagai sopan santun27.

Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar manusia berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh si pendidik kepada anak didiknya yang berkaitan dengan masalah budi pekerti yang tertanam dalam jiwa mereka sehingga jasmani dan rohani mereka dapat

26

Abudin Nata. Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003), Cet.I, h. 4-5

27

H.A.Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, h. 8

(30)

berkembang menjadi kepribadian utama yang sesuai dengan ajaran Islam. Bicara masalah materi ini tidak lepas dari orientasi tentang tujuan akhlak karena materi adalah bahan apa dan bagaimana denan materi itu tergantung si pelakunya manusia mau diapakan dengan materi tersebut, pantaslah disebut manusia merupakan objek materi akhlak. Sementara akhlak sebagai penghias bagi karakter manusia dan manusia yang dikatakan baik atau buruknya itu dapat dilihat dari perbuatan akhlaknya.

Manusia yang berakhlak (orang yang berbudi pekerti) dapat berbuat, dapat mencintai serta membedakan perbuatan-perbuatan mana yang baik dilakukan serta perbuatan-perbuatan yang harus ditinggalkan maupun dibasmi28.pendidikan akhlak adalah bahasan atau hal ihwal yang menjadi pembahasan dalam usaha mendidik anak, untuk mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akherat. Sedang materi pendidikan akhlak merupakan pendidikan agama yang menjamin untuk memperbaiki akhlak anak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus yaitu

“Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi serta hidup bahagia.29

Jadi masalah materi tidak lepas dari orientasi tentang tujuan akhlak itu sendiri, yaitu agar pada diri anak didik mempunyai akhlaqul karimah. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berakhlak

28

Imron Pohan. Budi Pekerti, Jakarta : Bharata, 1996. h. 17 29

(31)

mulia dalam kehidupan sehari-hari. Di antara akhlak Rasulullah yang dapat dijadikan materi dalam pendidikan akhlak.

1. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

Setiap aktifitas yang dilaksanakan manusia haruslah mempunyai dasar dan tujuan agar semua aktifitasnya itu dapat tercapai dengan baik. Dasar merupakan suatu fundamen untuk berdirinya suatu tujuan, demikian pula halnya dengan pelaksanaan pembinaan harus memiliki dasar-dasar yang kuat dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam Islam yang menjadi dasar pembinaan akhlak adalah al-Quran dan Hadis.

Dengan kata lain dasar-dasar yang lain selalu dikembalikan kepada dua sumber ini. Al-Quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar alat ukur tingkah laku seseorang dalam hal kebaikan dan keburukan. Apa yang baik menurut al-Quran dan Hadis, maka baik pula perbuatan itu. Dan sebaliknya apa yang menurut al-Quran dan Hadis itu jelek, maka jelek pulalah perbuatan itu dan harus ditinggalkan.

Petunjuk Al-Quran sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi 3 pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud Al-Quran yaitu:

a. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia.

(32)

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif.

c. Petunjuk mengenai syari'at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya30.

Dasar kedua yang dijadikan dasar pendidikan akhlak adalah hadis atau sunnah Rasulullah saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah menjadikan beliau sebagai teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada isteri dan para sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian mereka mengajarkan pula kepada orang lain perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasul dan inilah yang disebut Hadis atau Sunnah31.

Rasulullah SAW adalah pembawa amanat dari Allah SWT untuk menunjukkan umat manusia ke jalan yang lurus, sekaligus merupakan pribadi yang utuh yaitu pribadi yang dapat dijadikan contoh teladan dan anutan bagi setiap muslim. Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam

30

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 33 31

(33)

menurut Athiyah Al-Abrasy adalah untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna32.

Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan melalui kegiatan pendidikan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak diatas segala-galanya. Akhlak bertujuan menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna dan membedakan dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik, bertindak baik terhadap sesama manusia, terhadap Allah dan makhluk lainnya.

2. Pembentukan Akhlak

a. Pengertian Pembentukan Akhlak

Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia pembentukan adalah proses, cara, perbuatan atau usaha untuk membentuk33. Adapun pengertian akhlak telah penulis paparkan pada pembahasan sebelumnya yaitu akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan perbuatan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.

32

Absary Al Athiyah. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005). cet I, h. 10

33

Daryanto SS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1998). h. 88

(34)

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Mengenai pembentukan akhlak, para ulama berbeda pendapat, yakni:

1) Sebagian ahli berpendapat, bahwa akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia dan hati nurani dan akhlak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa dibentuk.

2) Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Golongan ini berpendapat bahwa akhlak dapat dibentuk34.

Dalam kenyataannya akhlak perlu dibina, dididik dengan berbagai metode sehingga menghasilkan pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada kedua orang tua, saying kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Banyaknya tantangan dan godaan akibat dampak dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menyebabkan pembinaan untuk membentuk akhlakul karimah sangat diperlukan salah satunya pembinaan akhlak yang

34

(35)

dilakukan di lembaga pendidikan. Jika program pendidikan dan pembinaan itu dirancang dengan baik, sistematik, dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya.

Disinilah letak peran dan fungsi lembaga pendidikan. Dengan demikian pembentukan akhlakul karimah dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak didik dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sumgguh-sungguh dan konsisten sehingga menghasilkan generasi yang berakhlak mulia.

3. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak

Dari segi objeknya, akhlak dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada Rasulullah, Akhlak kepada diri sendiri, Akhlak kepada lingkungan35, Akhlak Kepada Masyarakat dan Akhlak Kepada Berbangsa dan Bernegara.

a. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah dimaksudkan sebagai gambaran kondisi hubungan manusia dengan Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik kepada Allah, diantaranya adalah: karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani dan naluri kepada manusia, Allah telah menyediakan berbagai

35

H.A.Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, h. 11

(36)

bahan dan sarana kehidupan bagi kelangsungan hidupnya, dan Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan kepada manusia untuk dapat menguasai daratan dan lautan36.

b. Akhlak kepada Rasulullah 1) Mencintai dan memuliakan

Rasul Sebagai seorang mukmin sudah seharusnya dan sepantasnya kita mencintai beliau melebihi cinta kita kepada siapapun selain Allah SWT. Bila iman kita tulus, lahir dari lubuk hati kita yang paling dalam tentulah kita akan mencintai beliau, karena cinta itulah yang membuktikan kita betul-betul beriman atau tidak kepada beliau.

2) Mengikuti dan mentaati Rasul

Mengikuti dan mematuhi Rasulullah, berarti mengikuti jalan lurus yang diridhai oleh Allah adalah segala aturan kehidupan yang dibawa oleh Rasulullah yang terlembagakan dalam Al Qur-an dan Sunnah. Itulah dua warisan yang ditinggalkan Rasulullah untuk umat manusia,yang apabila selalu berpegang teguh, umat manusia tidak akan tersesat buat selama-lamanya.

3) Mengucapkan Shalawat dan Salam

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi bukanlah karena Nabi membutuhkannya. Sebab tanpa doa dari siapapun beliau sudah pasti akan selamat dan mendapatkan tempat yang paling mulia dan paling

36

(37)

terhormat disisi Allah. Ucapan shalawat dan salam dari orang-orang yang beriman, disamping sebagai bukti penghormatan kepada beliau, juga untuk kebaikan kita37.

c. Akhlak kepada diri sendiri

Manusia sebagai makhluk yang berjasmani dan ruhani dituntut untuk memenuhi hak-hak jasmani dan ruhaninya. Bekerja mencari nafkah adalah kewajiban manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Makan, minum, olah raga merupakan tuntutan jasmani. Ilmu pengetahuan, sifat sabar, jujur, malu, percaya diri juga merupakan tuntutanruhani yang wajib dimiliki.

Jadi manusia yang diperlukan untuk mempertahankan kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan merupakan tuntutan akhlak pribadi yang wajib diwujudkan dalam setiap pribadi.

d. Akhlak kepada lingkungan

Akhlak kepada ingkungan adalah sikap seorang manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada disekitarnya untuk kepentingan hidupnya. Kehidupan manusia tidak dapat dipisah-pisahkan dengan lingkungan dimana ia berada. Manusia bisa menyesuaikan lingkungan tetapi juga bisa merubah lingkungannya sesuai dengan yang dikehendaki. Oleh karena itu jika manusia tidak menggunakan kode etik. mengenai bagaimana cara memanfaatkannya, lingkungan bisa rusak sebelum saatnya. Untuk itu maka manusia harus dapat menjaga

37

(38)

kelestariannya sehingga lingkungan akan terpelihara dan dapat dimanfaatkan dengan tidak melampaui batas.

Sebagaimana dalam firman Allah :

Terjemahnya :

:“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”38

. e. Akhlak Kepada Masyarakat

Akhlak kepada masyarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau kehidupaan. Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang bagaimana cara kita bertingkah laku di masyarakat. Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya ialah menumbuhkan rasa cinta, perdamaian, tolong-menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam masyarakat Islam. Kehidupan di masyarakat pastilah akan menjumpai kegiatan silaturahim. Orang yang berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahim karena ini dapat menguatkan hubungan sesama muslim39. Beberapa hal kegiatan dalam masyarakat yaitu:

38 Al-qur’an dan Terjemahnya 39

Asmaran. Pengantar Studi Akhlak.Jakarta Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1999.

(39)

1) Bertamu dan menerima tamu

a) Bertamu Sebelum memasuki rumah, yang bertamu hendaklah meminta izin kepada penghuni rumah dan setelah itu mengucapkan salam. Dalam (QS. An-Nur 24 : 27)







































Terjemahnya :

“Hai orang-orang yng beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.40”

b) Meminta izin kepada pemilik rumah dilakukan maksimal tiga kali itu memiliki sebab,diantaranya: Ketukan pertama sebagai isyarat kepada pemilik rumah bahwa telah kedatangan tamu, Ketukan kedua memberikan waktu untuk membereskan barang-barang yang mungkin berantakan dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, Ketukan ketiga biasanya pemilik rumah sudah siap membukakan pintu. Akan tetapi bisa saja pada waktu ketukan kedua pemilik rumah sudah membukakan pintu tergantung situasi dan kondisi pemilik rumah.

2) Hubungan Baik dengan Tetangga

(40)

Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah perkara yang sangat ditentukan dalam syariat islam, hal ini juga telah diperintahkan Allah dalam Firman-Nya (QS. An Nisa:36) .



































































Terjemahnya :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib, kerabat anak-anak yatim,orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, tman sejawat, ibnus sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.41”.

Hak seorang tetangga ini dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu : 1. Berbuat Baik (Ihsan) Kepada Tetangga

Diantar ihsab kepada tetangga adalah ta’ziah ketika mereka mendapatkan musibah,mengucapkan salam ketika mendapatkan kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit, dan bermuka manis ketika bertemu dengannya serta membantu membimbingnya kepada hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat. Sebagian ulama berkata, kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada 4 hal, yaitu :

a) Senang dan bahagia dengan apa yang dimilikinya b) Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya

(41)

c) Mencegah gangguan dengannya

d) Bersabar dari gangguangnya, sabar menghadapi gangguan tetangga

f. Akhlak Kepada Berbangsa dan Bernegara

Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para bangsa,yang didalamnya tedapat peraturan-peraturan yang mengikat baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita menumphkan kemerdekaan kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan yang tak mengenal darah juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan perjuangan mereka yang telah rela meberikan darahnya untuk tanah air ini untuk kebahagiaan kita menghuni tanah air ini. Agar tidak terjadi deviasi antar tanggung jawab dunia serta akhirat.

Tetapi seorang muslim yang mampu membimbing jalan hidupnya dan jalan hidup orang lain digaris literature Allah maka dialah yang paling baik diantara manusia-manusia mulia.maka bangsa ini kita sebagain penobangnya yang akan membawa penghuni negeri ini kejalan Allah, Dilihat dari tugas atau tanggung jawab manusia lah yang berhakan mengatur mengelola dan melestarikan alam ini.karena para penghuni dunia adalah manusia lah yang mempunya lahir batin yang sempurna ketimbang makhluk allah yang laiknya,bahkan manusia bisa lebih tinggi dari drajat para malaikat yang tunduk tanpa dosa setitikpun kepada Allah,dan kemurkaan Allah adalah bathilnya.

(42)

Kelakuan manusia sehingga rendahnya melibihi binatang terendah drajatnya. Negara merupakan pemikir politik terkenal dalam Islam,Al-Farabi,adalah organisasi territorial bangsa yang mempunyai kedaulatan.yakni institute suatu bangsa yang berdiam dalam suatu daerah territorial tertentu dengan fungsi penyelenggaraan kesjahteraan bersama,baik secara materiala maupun secara spiritual..Terhadap Negara yang berfungsi dan bertujuan semacam itu,seorang muslim memikul tanggung jawab pula untuk memelihara dan menjaga agar semua negara mampu melindungi bangsanya,Ibadah, dan Akhlak dalam Islam.

Tanggung jawab itu sungguh berat dan akan diperhitungkan atas apa yang dipertanggungjawabkannya.Dalam akhlak muslim terhadap suatu Negara maka harus dilihat dimana kaitannya atas apa yang akan mereka pikuli,pada prinsifnya Negara itu di isi oleh dua kategori yaitu pemimpin (pemerintah) atau warga (rakyat biasa).Keduanya harus tahu bagaimana ia bersikap dan berakhlak42. Akhlak terhadap Negara terbagi dalam 2 katagori : Akhlak para pemimpin atau pejabat dan Akhlak warga atau rakyat biasa.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak

Abudin Nata dalam bukunya "Akhlak Tasawuf" mengatakan bahwa untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang

42

(43)

amat popular, yaitu aliran Nativisme, aliran Empirisme, dan aliran Konvergensi.

a. Aliran Nativisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan, dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

b. Aliran Empirisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri sseseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya.

c. Aliran Konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan, atau melalui interaksi dalam lingkungan43

43

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif dengan mengeksploitasi data dilapangan dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran secara tepat tentang Efektivitas Ekstrakurikuler Keagamaan Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa.

Margono mendefinisikan bahwa :

“Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur peneliti yang menghasilkan data kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang teropsesi dan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya”.44

Sedangkan menurut Sugiyono :

“Metode penetilian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada obyek kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebuah instrumen kunci, pengambilan sumber sampel data dilakukan secara purposive and snowbaal, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.45

44

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. I (jakarta: Rineka Cipta, 1997). hal. 33

45

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

Research And Development Cetakan ke-11, (Bandung: Alfabet, 2010). hal. 15

(45)

Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah ungkapan atau pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi manusia mengenai hakikat, sebab, asal dan hukumnya. dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya atau biasa disebut dengan kata instrument.

Sedangkan Metode Analisis Deskriptif menurut Sugiyono, yaitu “Menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum untuk generalisasi46”.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa. Sedangkan objek penelitiannya adalah siswa dan Pembina Ekstrakurikuler keagamaan. Dengan berbagai pertimbangan sampai saya memilih meneliti ditempat tersebut yang pertama dikarenakan Ekstrakurikuler tersebut memang pantas untuk dikembangkan karena sebagai salah satu tempat dimana para siswa dapat lebih memahami agama islam itu tersendiri dan yang paling utama karena sudah terbukti bahwa kegiatan Ekstrakurikuler tersebut dapat menambah pengaruh positif bagi siswa. Dilain sisi saya juga ingin lebih mengetahui apa yang membuat para alumni tidak diisingkan kembali untuk berbagi ilmu Agama kepada para siswa.

46

Sugiyoono, Metode Analisis (Jakarta : Gravindo, 2008). h. 37

(46)

C. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi Fokus Penelitian ini adalah :

1. Efektifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) 2. Pembinaan Akhlak

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, dapat dideskripsikan fokus penelitian ini yaitu :

1. Efektivitas kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) ini dilihat dari keberhasilan seorang guru maupun pembina ekstrakurikuler tersebut akan hal-hal yang mereka berikan atau arahkan kepada para siswa. Dilihat dari kegiatan yang mereka lakukan banyak hal-hal positif yang memang siswa dapatkan dan bisa terapkan dalam kehidupan sehari-hari karena memang tidak keluar dari Al-Qur’an dan hadist contohnya shalat dhuhur tepat waktu yang mereka selalu lakukan disekolah.

2. Pembinaan Akhlak yang di maksud dalam hal ini adalah adanya berbagai bentuk-bentuk kegiatan pembinaan akhlak seperti adanya pertemuan setiap pulang sekolah dimana pada saat itu dilakukan sistem bercerita apa-apa saja yang berubah dari diri mereka selama masuk dan belajar di Ekstrakurikuler Keagamaan dan adanya proses pembelajaran khusus tentang akhlak. Jadi, Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani Islamiyah) Terhadap Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Gowa

(47)

Kabupaten Gowa adalah kegiatan yang memang paling efektif membuat para siswa lebih paham akan segala hal-hal yang berkaitan dengan Agama Islam. Dan bahkan para guru mendukung dengan munculnya ekstrakurikuler keagamaan (Rohani Islamiyah) ini karena kata mereka banyak siswa yang benar-benar mengalami perubahan dari sikap dan perilaku tidak baik kearah lebih baik.

E. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat dikalsifikasikan sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Secara teknis informan adalah orang yang dapat memberikan penjelasan yang kaya warna, detail, dan komprehensif mengenai apa, siapa, dimana, kapan, bagimana, dan mengapa. Dalam penelitian ini yang menjadi informasi kunci (key informan) adalah siswa dan pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen dan sumber data sekunder dalam penelitian adalah dokumentasi di dapatkan dari Data Pembina Ekstrakurikuler”.47

47

(48)

F. Instrumen Penelitian

Penelitian menggunakan instrumen penelitian sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan secara sistematis dan terstuktur, dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Adapun yang di maksud dengan Pedoman Observasi adalah. Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.48 Hal yang hendak diobservasi haruslah diperhatikan secara detail. Dengan metode observasi ini, bukan hanya hal yang didengar saja yang dapat dijadikan informasi tetapi gerakan-gerakan dan raut wajah pun memengaruhi observasi yang dilakukan.

Nasution, dalam Sugiyono menyatakan bahwa :

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas”.49

Penulis dapat menyimpulkan definisi observasi yaitu salah satu bentuk instrument yang sering digunakan dalam penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat melalui pengamatan di lapangan serta mengamati dan menggunakan komunikasi langsung

48

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian, Cet.VIII; Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2007). h. 70

49

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D cetakan ke-17,

(49)

dengan sumber informasi tentang objek penelitian, keadaan Siswa yang mengikuti organisasi keagamaan.

2. Pedoman Wawancara

Merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan secara mendalam dan detail. Dalam mengambil keterangan tersebut digunakan model Snow-Ball

sampling yaitu menentukan jumlah dan sampel tidak semata-mata

oleh peneliti. Peneliti bekerjasama dengan informan, menentukan sampel berikutnya yang dianggap penting.

Teknik penyampelan semacam ini Menurut Frey ibarat bola salju yang menggelinding saja dalam menentukan subjek penelitian. Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau maksimal, yang penting telah memadai dan mencapai data jenuh,yaitu tidak ditentukan informasi baru lagi tentang subjek penelitian.50

3. Dokumentasi

Merupakan sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumen. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendramata, foto dan lain sebagainya. Sifat utama ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi ruang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan

50

Suwardi Endarsawar. Penelitian Kebudayaan diologi, Epistimologi dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006). h. 116

(50)

dokumenter terbagi beberapa macam yaitu autobiografi, surat-surat pribadi, buku catatan harian, memorial, klipping, dokomen pemerintah atau swasta, data diserver dan flashdisk, data tersimpan di website dan lain-lain. Tehnik ini digunakan untuk mengetahui sejumlah data tertulis yang ada di lapangan yang relevan dengan pembahasan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa tekhnik untuk mengumpulkan data sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu mengamati dan menggunakan komonikasi langsung dengan sumber informasi tentang objek peneliti, keadaan Akhlak siswa yang mengikuti organisasi keagamaan 2. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung terhadap

siswa dan Pembina keagamaan adalah objek yang akan diteliti dalam peningkatan kegiatan keagamaan.

3. Dokumentasi, yaitu mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan deskriptif dengan menggunakan data kualitatif, lalu dianalisis beberapa metode tekhnik analisis data yaitu:

1. Metode induktif, yaitu tehnik analisis data dengan bertitik tolak dari suatu data yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan disimpulkan dengan bersifat umum.

(51)

2. Metode deduktif, yaitu suatu tehnik analisis data yang bertitik tolak dari data yang bersifat umum kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan yang bersifat khusus.

3. Metode komparatif, yaitu suatu tehnik analisis data dengan membandingkan antara data yang satu dengan data yang lain kemudian menarik sebuah kesimpulan.

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa

SMA Negeri 1 Gowa (dulu SMA Negeri 1 Sungguminasa) merupakan salah satu sekolah yang terletak di Kabupaten Gowa, tepatnya beralamat di Jl. Andi Mallombasang No.1A, Kelurahan Pandang Pandang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92111. Sekolah ini di bangun pada tahun 1960 yang merupakan sekolah ke-4 yang didirikan di provinsi Sulawesi Selatan.

Sebelum berganti nama menjadi SMA Negeri 1 Gowa dahulunya sekolah ini bernama SMA Negeri 159 (disingkat SALIS) kemudian berganti nama menjadi SMA Negeri 1 Sungguminasa. Namun, hingga saat ini SMA Negeri 1 Gowa lebih dikenal dengan nama SALIS.

Sebagai salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri favorit yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMAN 1 Sungguminasa ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII51.

1. Visi dan Misi Sekolah

a. Visi Sekolah

“Unggul, Bermutu, Beriman, dan Berbudi Pekerti Luhur serta Berprestasi dalam bidang Iptek, Olahraga, dan Seni.”

51 Dokumen SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa, 2018

(53)

b. Misi Sekolah

1) Mengaktifkan kegiatan PBM dan bimbingan agar siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2) Memotivasi siswa untuk berprestasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Olahraga, dan Seni.

3) Membantu siswa dalam mengenali potensi diri yang dikembangkan secara optimal.

4) Menumbuhkan pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran agama dan budi pekerti luhur yang bersumber dari kearifan lokal.

5) Menerapkan manajemen terbuka untuk menumbuhkan rasa memiliki, rasa kebersamaan, dan bertanggung jawab kepada semua warga sekolah.

6) Meningkatkan atau mengoptimalkan partisipasi stakeholder sekolah.

7) Mengembangkan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, keteladanan, dan keterbukaan (9K).

2. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1 Adapun Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa

(54)

No Jenis Ruangan / Gedung Keterangan Jumlah Baik Buruk

1 Ruang Kelas  35

2 Ruang Tata Usaha  1

3 Ruang Kepala Sekolah  1

4 Ruang Guru  1 5 Lapangan Olahraga  1 6 Wc/ Kamar kecil  6 7 Tempat Upacara  1 8 Masjid  1 9 Aula  1 10 Perpustakaan  1 11 Laboratorium  1 12 Ruang computer  1

Sumber : Dokumen SMA Negeri 1 Gowa Kabupaten Gowa, 2018

3. Keadaan Guru

Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang maksimal, maka diperlukan guru yang berkualitas agar dapat menciptakan generasi yang bermutu untuk bangsa. Guru adalah salah satu bagian yang mengandung peranan penting dalam proses belajar mengajar, sebab gurulah yang menanamkan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik agar anak didik memiliki kepribadian yang sebenarnya. Harkat dan martabat bangsa dipengaruhi oleh kualitas manusianya, yakni sejauh mana manusia

Gambar

Tabel 4.3 daftar nama anggota Ekstrakurikuler Keagamaan (Rohani  Islamiyah)
Gambar 2. Melakukan wawancara dengan adek Nurul Wahyuni Ahmad

Referensi

Dokumen terkait

Di SMP Wiyatama Bandar Lampung ini, kami para guru PAI memberikan alternalif kepada seluruh siswa dengan diadakanya ekstrakurikuler keagamaan yang mana diantaranya yang

Setelah diadakan kegiatan ekstrakurikuler Rohis maka siswa kesadaran dalam beraqidah sudah baik yang dapat dibuktikan dengan banyaknya kegiatan keagamaan disekolah yang

Proses pembinaan akhlak yang terjadi dalam kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dapat dimanfatkan oleh guru pembinanya dengan

penelitian mengenai bagaimana pembinaan akhlak mahmudah yang dilakukan oleh dewan guru di MTs Al Muhajirin Lampung Selatan khususnya pembinaan melalui budaya

Kemudian untuk program ekstrakurikuler yang berkaitan yaitu kegiatan ekstra kurikuler yang berada di bawah naungan organisasi keagamaan sekolah ROHIS (Rohani Islam)

Berdasarkan gejala diatas penulis ingin mengetahui sejauh mana Rohani Islam dapat membentuk akhlak siswa dan mengatasi kenakalan remaja, yang penulis tuangkan dalam

Implementasi tasawuf dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah mengarah kepada pendidikan akhlak, yang lebih mengedepan kan sikap kesahajaan dan ibadah yang banyak untuk mencapai

(3) Kendala guru PAI dalam membina perilaku keagamaan ialah: (a) Adanya siswa yang tidak mengikuti shalat berjama‟ah, yang mana akan memberikan pengaruh tidak