• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN AWAL FSO UNTUK BELIDA FIELD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN AWAL FSO UNTUK BELIDA FIELD"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Belida field adalah salah satu ladang minyak terbesar di Indonesia terletak pada 150-250 ft dari perairan Blok-B dengan 3,2 juta hektar Production Sharing Contract (PSC). Kapasitas produksi yang mencapai 100.000 barrel/hari mendorong kebutuhan FSO untuk mengimbangi produksinya. FSO atau Floating Storage and Offloading itu sendiri merupakan bangunan terapung tempat penyimpanan minyak (tanpa mengolahnya). Bangunan baru FSO saat ini mengunakan bentuk-bentuk parallelogram. Bentuk hull bangunan baru sebuah FSO memang sangat sederhana namun pembiayaan pembuatan FSO baru dikenal sangat beresiko dikarenakan sulitnya memperkirakan parameter-parameter vital dari desainnya.

Perancangan awal meliputi rencana umum, rencana kontruksi, dan penampang melintang merupakan parameter vital yang sangat menetukan. Hal ini menyebabkan perancangan awal dapat sangat mempengaruhi keberhasilan usaha menekan resiko finalsial sejak tahap awal desain dapat meningkatkan efesiensi dalam keseluruhan proses desain.

Untuk mewujudkan desain yang efesien, tugas akhir ini menawarkan sebuah metode desain baru dilengkapi dengan optimasi ukuran utama dan penyekatan mengunakan metode

Set Based sehingga memiliki jangkauan data yang luas dan

hasil yang lebih optimum. Tugas Akhir ini juga menwarkan desain kontruksi yang revolisioner untuk menekan berat kontruksi. Desain yang dihasilkan akan lebih unggul dari FSO hasil konversi. Desain ini akan memiliki ukuran yang lebih kecil, berat kontruksi yang lebih ringan, kekuatan memanjang yang lebih baik, dan memenuhi peraturan stabilitas utuh.

Kata kunci : Optimasi, Desain, FSO.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Minyak telah dihasilkan dari lokasi lepas pantai sejak 1940-an. Awalnya semua platform minyak berdiri di atas dasar laut. Sejalan dengan perkembangan eksplorasi ke perairan yang lebih dalam dan lokasi yang lebih jauh pada masa-masa berikutnya, sistem produksi terapung telah menggantikan platform minyak berdiri di atas dasar laut. Sistem produksi terapung ini kemudian medorong berkembangnya kebutuhan unit terapung untuk penyimpanan dan offloading. Unit yang hanya digunakan untuk menyimpan minyak (tanpa mengolahnya) dan offloading terapung disebut sebagai Floating Storage and Offloading (FSO).

Belida Field merupakan salah satu lahan produsen minyak terluas. Produksi minyak utamanya mencapai puncaknya di tahun 1994 dengan produksi hingga 100.000 barrel/hari. Fasilitas Belida terletak pada 150-250 ft dari perairan Blok-B dengan luas 3.2 juta hektar Production

Sharing Contract (PSC). Kapasitas produksi minyak yang sedemikian besar ini akhirnya mendorong kebutuhan terhadap unit FSO yang besar untuk mengimbangi produksinya (Indonesia, 2011).

Gambar 1 Peta Belida Field

Untuk memberikan desain FSO yang baik untuk Belida field, perencanaan matang yang sistematis dan efisien diperlukan untuk menekan waktu perencanaan dan iterasi spriral desain tanpa mengorbankan akurasi dan performa desain. Penentuan bentuk badan kapal dan ukuran utama dalah titik awal yang sangat menentukan. Bentuk parallelogram saat ini sedang marak dikembangkan untuk menekan biaya dan menekan waktu pembangunan FSO. Hal ini karena bentuk parallelogram memberikan keuntungan dalam kapasitas penyimpanan dan kemudahan perencanaan dan fleksibelitas kontruksi (Terpstra, 2003).

Tata letak tangki juga harus diperhatikan karena sangat mentukan kekuatan memanjang dan stabilitas dari unit itu sendiri. Contohnya jika penempatan sekat melintang yang banyak dapat meningkatkan kekuatan memanjang seiring dengan fleksibilitas pemuatan yang dapat dilakukan. Namun di sisi lain peningkatan jumlah sekat kedap juga memberikan dampak buruk pada berat kontruksi kapal yang juga meningkat.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan constrain, parameter, dan variabel dalam proses desain FSO

2. Menentukan variable bentuk badan kapal, pembagian ruang muat, dan kontruksi untuk proses optimasi.

DESAIN AWAL FSO UNTUK BELIDA FIELD

Martadinata Tandun, dan Wasis Dwi Aryawan

Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

(2)

3. Menentukan sistem iterasi spiral desain yang sesuai bagi desain awal FSO

4. Optimasi berat kontruksi, pengunaan ballast, stabilitas,dan kekuatan memanjang

5. Desain awal FSO yang optimum untuk Belida Field C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan basis dari desain yang dapat digunakan dalam wilayah yang luas dalam aplikasinya dan dapat digunakan untuk persiapan desain FSO berikutnya

2. Menentukan variable bentuk badan kapal, pembagian ruang muat, dan kontruksi untuk proses optimasi. 3. Menentukan sistem iterasi spiral desain yang sesuai

bagi desain awal FSO

4. Mengetahui Desain FSO yang paling optimum untuk Belida Field

D. Manfaat Penelitian

Dari tugas akhir ini diharapkan akan memberikan definisi basis dari desain dan sistem iterasi spiral desain yang sesuai bagi desain awal FSO yang dapat digunakan dalam wilayah yang luas dalam aplikasinya dan dapat digunakan untuk persiapan desain FSO berikutnya.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi FSO yang digunakan adalah untuk Belida Field 2. Modul dan fasilitas produksi yang digunakan disusun

berdasarkan kebutuhan Belida Field (Bila diperlukan) 3. Optimisasi yang ingin ditekankan adalah berat

kontruksi, pengunaan ballast, stabilitas, dan kekuatan memanjang

4. Rule dan regulasi mengunakan standart oil and gas dan anggota AISC

5. Hidrodinamika dan beban dinamis dari green sea load diabaikan

6. Mooring analysis dan Ultimate Strenght diabaikan F. Hipotesis

Basis dari desain yang dihasilkan dapat digunakan dalam wilayah yang luas dalam aplikasinya dan dapat digunakan untuk persiapan desain FSO berikutnya dan sistem iterasi spiral desain awal FSO dapat mengoptimalkan performa unit sekaligus menekan biaya sekaligus resiko finansial perencanaan FSO baru.

II. URAIANPENELITIAN A. Perumusan Spesifikasi Teknis

Berdasarkan pengumuman tender yang diumumkan oleh BP Migas pada tahun 2011 (Indonesia, 2011) secara teknis disyaratkan sebagai berikut:

1) FSO harus memiliki kapasitas penyimpanan kargo efektif 500.000 bbls - 800.000 bbls (di

kargo 98% kapasitas) setelah konversi, 2) dibangun dengan standar Badan Klasifikasi, 3) berada dalam kepatuhan penuh dengan

MARPOL, SOLAS dan semua persyaratan lainnya IMO peraturan untuk pengangkutan dan penyimpanan minyak mentah

Namun jika di lihat dari sisi produksi harian dari Belida Field sendiri maka paling tidak FSO yang akan dipergunakan haruslah mampu menampung hasil produksi harian sebesar 100.000 b/d. Selain itu data FSO sebelumnya pada Gambar 2 Data FSO Intan Ex Belida Field (Tanker Pacific Offshore Terminals Pte) juga dapat dijadikan refensi sebagai pembanding.

Gambar 2 Data FSO Intan Ex Belida Field (Tanker Pacific Offshore Terminals Pte)

B. Tahap 1 (Ukuran Utama Optimum)

Pada tahap 1 ini dilakukan proses optimasi ukuran utama. Optimasi di lakukan dengan metode Set Based Design (Parsons) dengan terlebih menebak panjang kapal yang sesuai untuk menampung kapasitas produksi Belida Field. Dilanjutkan dengan menvariasikan B, T, H, jarak kontruksi melintang (Y), dan jarak kontruksi memanjang (X) untuk dievaluasi displacement, rasio variasi, kapasitas ruang muat, lambung timbul, dan stabilitasnya. Ukuran utama optimum didapatkan dengan memilih set variable dengan biaya pembangunan yang minimum.Alur kerja dari tahap 1 dapat dilihat pada Gambar 6 Diagram alir metodologi desain.

1) Variable Design

Penentuan ukuran utama didasarkan dari kapasitas penampungan, kebutuhan akomodasi kru, dan menyesuaikan jarak-jarak kontruksi. Variasi dilakukan dengan merubah-rubah rasio L/B, B/D, dan L/D untuk memperoleh berbagai macam set L, B, T, dan H. Selain L, B, T, dan H, komponen jarak kontruksi melintang (Y), dan jarak kontruksi memanjang (X) juga di variasikan. Hal ini dilakukan untuk mencari jarak penguatan yang paling efesien untuk menekan berat kontruksi namun tetap memenuhi Rules dan Regulasi.

2) Perkiraan Panjang Kapal

Nilai dari panjang kapal yang di masukan di sini sifatnya bebas sebab nilai ini akan mengalami looping untuk mendapatkan ukuran perkiraan panjang yang sesuai cocok untuk range variable desain ini. Semakin banyak yang lolos berarti ukuran panjang yang digunakan semakin mendekati kecocokan dengan desain yang di inginkan. Dalam desain ini perkiraan panjang yang di gunakan adalah antara 200 m-230 m. Hasilnya dapat dilihat di Gambar 3 Panjang kapal yang memenuhi persyaratan desain.

(3)

Gambar 3 Panjang kapal yang memenuhi persyaratan desain 3) Metode Optimasi Set Based

Metode optimasi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode Set-Based. Metode ini bergerak dengan menggunakan range yang sangat luas dan terlalu terpengaruh oleh nilai awal yang diberikan. Metode ini hanya terpengaruh oleh seberapa besar range yang di berikan dan variasi yang digunakan. Semakin besar range dan variasi yang diberikan pilihan solusi yang diberikan juga semakin bervariasi dan tentunya akan meningkatkan kualitas dari hasil optimasi itu sendiri.

Gambar 4 Ilustrasi metode Set-Based

Sesuai dengan metode yang digunakan maka divariasikan berbagai nilai variable yang nantinya digunakan untuk mendapatkan himpuan data dari masing-masing variasi. Cara variasi yang digunakan ini disebut variasi dengan sistem akar pohon seperti yang diilustrasikan di bawah. Setiap variasi L akan divariasikan dengan berbagai variasi B dan kemudian divariasikan lagi dengan berbagai variasi T, lalu H, lalu jarak kontruksi melintang (Y), dan jarak kontruksi memanjang (X) (Parsons).

Gambar 5 Ilustrasi Metode Variasi yang digunakan 4) Parameter Desain

Parameter desain di sini adalah jumlah variasi yang kita berikan. Jumlah variasi L, B, T, H, jarak kontruksi melintang (Y), dan jarak kontruksi memanjang (X) sangat mempengaruhi hasil optimasi yang dilakukan. Semakin banyak variasi yang diijinkan maka semakin detail dan luas juga range yang bisa diteliti. Namun semakin besar range yang kita berikan juga berdampak pada lamanya waktu yang diperlukan untuk proses analisa karena banyaknya set yang dihitung.

Gambar 6 Diagram alir metodologi desain 5) Variable Optimum

Pemilihan set ukuran utama yang telah memenuhi persyaratan displacement, rasio ukuran, kapasitas ruang muat, stabilitas, dan lambung timbul dapat dipilih berdasarkan estimasi biaya pembangunan yang minimum. Pengambilan set ukuran utama dengan biaya pembangunan yang minimum diharapkan dapat menekan biaya secara keseluruhan.

(4)

C. Tahap 2 (Perencanaan Bentuk)

Pada tahap ini desain ukuran utama mulai diberikan bentuk yang sesungguhnya dan dianalisa karakteristik hidrostatiknya. Data hidrostatik yang dihasilkan pada tahap ini akan di pergunakan untuk memodelkan kontruksi pada kapal dan digunakan untuk menganalisa kekuatan memanjang dan stabilitas utuh.

1) Predefined Bentuk Badan Kapal

Bentuk Predifined yang digunakan pada tugas akhir ini berupakan gabungan dari hasil analisa dari bentuk bangunan baru FSO dan FPSO yang telah ada. Penetapan skala ukuran dan pengaturan posisi compartment dilakukan berdasarkan contoh General arrangement yang didapatkan dari paper OTC (Cotty, 2003). Bentuk dasar yang digunakan pada dasarnya mirip dengan Gambar 8 FSO Pathumabaha.

Gambar 8 FSO Pathumabaha 2) Pembuatan Rencana Garis

Bentuk rencana garis dibuat dengan menyesuaikan bentuk predefined ke ukuran utama optimum. Setelah offset dapat dipetakan berdasarkan koordinat-koordinat dari rencana garis seperti Gambar 9 Rencana garis berdasarkan bentuk predifined.

Gambar 9 Rencana garis berdasarkan bentuk predifined 3) Perhitungan Hidrostatik

Offset dari rencana garis dapat dibawa dalam bentuk numerik untuk menghitung properti dan karakteristik hidrostatik pada setiap potongan garis air. Properti dan karakteristik yang dihasilkan dalam perhitungan ini antara lain; tabel offset, tabel hidrostatik, dan tabel KN.

Tabel offset yang telah di miliki juga dapat ditransformasikan untuk memperoleh tabel Bonjean, dan tabel half grith (K.J.Rawson, 2001).

4) Data Hidrostatik

Keseluruhan data hidrosatatik termasuk tabel offset, tabel hidrostatik, tabel KN, tabel Bonjean, dan tabel Half Girth akan dipergunakan dalam tahap 3. Tabel hidrostatik, tabel KN, dan tabel Bonjean dipergunakan dalam analisa kekuatan memanjang dan stabilitas utuh. Tabel half grith dan tabel offset akan sangat berguna untuk melakukan estimasi berat kontruksi dan persebarannya. (Panunggal, 2008). D. Tahap 3 (Konstruksi Optimum)

1) Variasi Penyekatan Ruang Muat

Variasi yang digunakan dalam tahap ini adalah variasi penyekatan melintang dan memanjang. Pemilihan penyekatan akan sangat berpengaruh terhadap berat kapal. Hal ini dapat dibuktikan melalui studi terhadap contoh-contoh kapal yang telah ada.

Hasilnya dengan tahun pembuatan yang tidak terlalu jauh hubungan dari berat L.W.T. dari FSO bangunan baru dibandingkan dengan displacementnya dapat berbeda secara signifikan. Hal ini dicurigai disebabkan oleh perbedaan jumlah penyekatan yang digunakan.

2) Kombinasi Variasi Penyekatan Ruang Muat Memanjang dan Melintang

Pengunaan sekat memanjang akan sangat mempengaruhi jumlah sekat melintang yang dipasang. Jika jumlah sekat memanjang banyak maka secra otomatis jumlah sekat melintang yang dipasang akan lebih sedikit dari pada tipe kapal yang tidak menggunakan sekat memanjang.

Variation No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Type A B C D E F G H

No. Cargo Hold (X) 3 3 4 4 4 5 5 6 No. Long. Bulkhead (Y) 1 2 0 1 2 0 1 0

Tabel 1 Tabel kombinasi variasi penyekatan 3) Desain Kontruksi untuk Setiap Variasi Penyekatan

Analisa dan perancangan kontruksi dilakukan dengan bantuan software Mars2000 dari klasifikasi Bureau Veritas untuk kontruksi memanjang dan sekat dan GL-Rules dari Germanischer Lylod untuk kontruksi melintang.

4) Perhitungan & Persebaran Berat untuk masing² variasi pembagian ruang muat

Setelah memiliki berbagai variasi penyekatan dan kotruksi yang mengikuti pada setiap penyekatannya kita dapat melakukan estimasi berat dan persebaran beratnya (Santosa, 2009).

5) Perencanaan Pemuatan Standart untuk masing² variasi pembagian ruang muat

Secara umum kondisi pemuatan yang terjadi di FSO dapat dibagi menjadi 3 yaitu kondisi pemutan standart sebagai unit kapal, kondisi pemuatan ataupun pengosongan muatan, dan pengisian dan pengosongan mutan pada saat bersamaan.

(5)

Cargo Hold No. 4

Full Bunker 10% Bunker Cargo+SlopCenterCargo+Slop Center

LC1 LC2 LC3 LC4 LC5 LC7 LC8 LC10 LC11 LC12 LC13 LC16 LC17 LC18

Apply  Apply  Apply  Apply  Apply Apply  Apply Apply  Apply  Apply  Apply  Apply  Apply  Apply 

C 100% 100% 10% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% P 100% 50% 10% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% S 100% 50% 10% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% P 100% 100% 10% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% S 100% 100% 10% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% P C 98% 50% S P C 98% 98% 98% 50% 50% 98% 98% 98% 98% 98% 98% S P C 98% 98% 98% 50% 50% 98% 98% 98% 98% 98% S P C 98% 98% 98% 50% 50% 98% 98% 98% 98% S P C 98% 98% 98% 50% 50% 98% 98% 98% 98% S P C S P C S P 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% S 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% P 100% 100% 50% 50% 100% 100% S 100% 100% 50% 50% 100% 100% P 100% 100% 100% S 100% 100% 100% P 100% 100% 100% 100% S 100% 100% 100% 100% P 100% 100% 100% 100% S 100% 100% 100% 100% P S P S P 100% 75% 100% 100% 100% S 100% 75% 100% 100% 100% P 50% 100% 100% 100% 50% S 50% 100% 100% 100% 50% Ballast No2 Ballast No2 After Ballast Fresh Water  Hull Type C Cargo Tank No.5 Cargo Tank No.5 Cargo Tank No.6 Cargo Tank No.6 Cargo Tank No.6 Cargo Tank No.3 Cargo Tank No.2 Cargo Tank No.2 Cargo Tank No.2 Compartment MDO Fresh Water  Feed Water Cargo Tank No.1 Cargo Tank No.3 Feed Water Cargo Tank No.4 Cargo Tank No.4 Cargo Tank No.3 Slope Tank Slope Tank Slope Tank Cargo Tank No.1 Cargo Tank No.1 Cargo Tank No.4 Cargo Tank No.5 Fore End Ballast Ballast No3 Deep Tank Deep Tank Fore End Ballast Ballast No6 After Ballast Ballast No1 Ballast No3 Ballast No4 Ballast No4 Ballast No5 Ballast No5 Ballast No6 Ballast No1 Full 100%  Bunker

Ballast Full Cargo Tank 50% Cargo Tank

Ship in Loading or Off‐Loading Sequence Prosses tinous Loading and Off‐Loading Seque Operating Loading Standard based on Field Usage

Table 1 Kondisi pemuatan FSO

6) Perhitungan Kekuatan Memanjang untuk masing² variasi pembagian ruang muat

Kekuatan memanjang harus di analisa sebagai persyaratan rules dan regulasi. Kekuatan memanjang pada FSO menjadi isu yang penting. Hal itu disebabkan beragamnya kondisi pemuatan dan merupakan penyebab utama beban-beban terbesar dikontruksi secara global (Santosa, 2009).

7) Perhitungan Stabilitas untuk masing² variasi pembagian ruang muat

Perhitungan dilakukan berdasarkan kurva stabilitas aktual yang terjadi pada setiap kondisi pemuatan termasuk koreksi stabilitas di karenakan efek permukaan bebas dari muatan dalam tanki dan di cek berdasarkan regulasi IMO Resolution. A 749 (IMO, 2008).

8) Pemilihan Kontruksi Optimum berdasarkan fungsi Objektif

Setelah melakukan analisa stabilitas dan Kekuatan memanjang untuk semua tipe lambung yang divariasikan kemudian di pilihlah lambung yang dapat memenuhi segala persyaratan stabilitas dan kekuatan memanjang pada setiap kondisi pemutan dengan berat lightweight terkecil.

Gambar 10 Grafik rekapitulasi berat kontruksi untuk setiap tipe lambung

E. Initial Desain FSO Optimum

Setelah mengalami berbagai tahap optimasi dan analisa sehingga di dapatkan satu set data teknis desain yang optimum akirnya dapat di bawa sebagai sebagai initial desain FSO yang cocok untuk Belida Field.

1) Data Teknis Desain FSO Optimum

Berikut ini adalah data parameter dan variable yang dinputkan dalam Optimisasi Ukuran Utama pada tahap 1 Berikut dengan Ukuran utama yang Optimum yang digunakan. Ukuran tersebut telah memenuhi kriteria Kapasitas ruang muat, stabilitas, lambung timbul, dan displacement yang cukup.

Gambar 11 Ukuran utama FSO Belida Field 2) Rencana Umum

Rencana umum yang dipilih merupakan hasil dari kombinasi penyekatan dengan pembagian 4 ruang muat secara memanjang dan tanpa mengunakan sekat memanjang pada ruang muatnya. Rencana umum yang sederhana ini akan unggul dalam produksinya dibandingkan melakukan konversi yang rumit.

Gambar 12 Rencana Umum Belida Field 3) Kontruksi, Stabilitas, dan Kekuatan Memanjang

Hasil analisa stabilitas dan kekuatan memanjang (Gambar 14 Rekapitulasi analisa stabilitas dan kekuatan memanjang pada setiap kondisi pemuatan dari desain FSO optimum) menunjukan bahwa desain kontruksi optimum adalah desain kontruksi tanpa sekat memanjang di ruang muat dengan mengunakan Deck Girder (lihat Gambar 13 Kontruksi Ruang Muat FSO Belida Field) sebagai penguatan tambahan dapat memperbesar modulus deck dan meredam efek permukaan bebas yang efektif diterapkan untuk FSO yang memiliki sistem pemuatan parsial.

(6)

Gambar 13 Kontruksi Ruang Muat FSO Belida Field

LC1 LC2 LC3 LC4 LC5 LC7 LC8 LC10 LC11 LC12 LC13 LC16 LC17 LC18

Apply  Apply  Apply  Apply  Apply Apply  Apply Apply  Apply  Apply  Apply  Apply  Apply  Apply 

Area 00 to 300 m.rad 0.83 1.67 1.90 0.84 0.85 1.00 1.11 1.40 1.02 0.91 0.85 0.91 0.95 1.03

Area 00 to 400 m.rad 1.38 2.76 3.06 1.40 1.41 1.78 1.93 2.41 1.86 1.64 1.41 1.59 1.70 1.88 Area 300 to 400 m.rad 0.55 1.09 1.16 0.56 0.56 0.78 0.82 1.01 0.84 0.73 0.56 0.68 0.75 0.85 Max GFZ 300  or Greaterm 3.30 6.45 6.80 3.39 3.34 4.64 4.87 6.06 5.08 4.40 3.34 4.16 4.56 5.14 Angle of Max GFZ deg. 42.79 41.94 41.94 42.96 43.60 39.07 39.45 41.32 40.95 41.21 43.60 42.00 41.74 41.42 GFM0 m 5.88 11.36 13.33 5.97 6.13 6.20 6.97 9.16 6.58 6.01 6.13 6.14 6.32 6.74 Max WV. SF. Ton 4137 4261 4261 4137 4137 4137 4261 4261 4261 4261 4137 4137 4261 4261 Max WV. BM. Ton.m 320549 311201 311201 320549 320549 320549 320549 311201 320549 320549 320549 320549 311201 320549 Max Tot. SF. Ton 9124 10050 7446 9817 10750 4355 6096 14518 13416 15851 10750 17520 11838 12577 Max Tot. BM. Ton.m 338161 335499 326876 342249 339372 321305 327297 341564 334817 345911 339372 348892 329609 332913 Max σ actual N/mm² 81.47 80.82 78.75 82.45 81.76 77.41 78.85 82.29 80.66 83.33 81.76 84.05 79.41 80.20 Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Pass Item Unit

Status

Gambar 14 Rekapitulasi analisa stabilitas dan kekuatan memanjang pada setiap kondisi pemuatan

dari desain FSO optimum III. KESIMPULAN/RINGKASAN

1. Basis Desain yang bertumpu pada optimasi ukuran dan perencanan ruang muat dengan metode set based memiliki range optimasi yang luas dan fleksibel sehingga dapat diaplikasikan secara luas untuk desain FSO.

2. Variabel yang digunakan dalam optimisasi desain FSO dalam tugas akhir ini:

a. Variable Bentuk Badan kapal adalah Constraint dan bentuk yang digunakan adalah bentuk kapal paraleogram pada Gambar 8 FSO Pathumabaha. b. Variable pembagian ruang muat yang digunakan ada 8 tipe penyekatan yang merupakan kombinasi

variasi pembagian ruang muat secara memanjang antara 3-6 ruang muat dan pembagian ruang muat secara melintang antara 1- 3 ruang muat.

c. Variable Kontruksi yang digunakan terkait dengan variasi penyekatan memanjang. Kontruksi tanpa sekat memanjang ruang muat, kontruksi dengan satu sekat memanjang ruang muat, dan kontruksi dengan dua sekat memanjang ruang muat.

3. Sistem Iterasi bertahap adalah sistem iterasi yang paling cocok digunakan untuk mendesain FSO dikarenakan dapat menghemat waktu karena dapat memangkas iterasi yang tidak perlu sebelum memasuki tahap selanjutnya sehingga desain yang dihasilkan tetap optimum dengan range optimasi yang tetap luas. 4. Desain bangunan baru FSO yang Optimum untuk

Belida Field adalah desain dengan bentuk pararelogram, panjang 211.5 m, dan tanpa sekat memanjang di ruang muat. Desain ini lebih unggul dari FSO hasil konversi yang akan digantikan di segi ukuran yang lebih kecil, berat yang lebih ringan, dengan performa stabilitas dan kekuatan memanjang yang lebih baik.

5. Desain penampang melintang tanpa sekat memanjang di ruang muat dan menggunakan desain khusus Deck Girder sebagai penguatan tambahan untuk memperbesar modulus deck dan meredam efek permukaan bebas terbukti sangat efektif diterapkan untuk FSO.

IV. DAFTARPUSTAKA

[1] Cotty, A. L. (2003). New Build Generic Large FPSO. OTC 15311.

[2] IMO. (2008). The Intact Stability Code MSC.267(85).

[3] Indonesia, B. M. (2011). www.BP-Migas.go.id.

[4] K.J.Rawson. (2001). Basic Ship Theory. Oxford: Butterworth Heineman.

[5] Lamb, T. (2004). Ship Design and Construction

Volume II. Jersey City: The Society of Naval Architects and Marine Engineers.

[6] Manning, G. C. (1956). The Theory and Technique of Ship Design. New York: Massachusetts Institute of Technology.

[7] Panunggal, P. E. (2008). Diktat Teori Bangunan Kapal 1. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, ITS.

[8] Parsons, M. G. (n.d.). Parametric Design. In M. G. Parsons, Ship Design and Construction.

[9] Santosa, B. (2009). Diktat Kekuatan Kapal. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, ITS.

[10] Tanker Pacific Offshore Terminals Pte, L. (n.d.). FSO

INTAN. Singapore.

[11] Terpstra, T. (2003). FPSO Design and Conversion: A

Designer's Approach. (I. G. Engineering, S. B. B.B. d'Hautefeuille, & D. N. A. A. MacMillan, Eds.) OTC 13210.

Gambar

Gambar 1 Peta Belida Field
Gambar 2 Data FSO Intan Ex Belida Field  (Tanker Pacific  Offshore Terminals Pte)
Gambar 3 Panjang kapal yang memenuhi persyaratan desain  3)  Metode Optimasi Set Based
Gambar 8 FSO Pathumabaha  2)  Pembuatan Rencana Garis
+3

Referensi

Dokumen terkait

namun berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode pembelajaran discovery terbimbing yang berbasis lembar kerja

Perlu adanya respon dari Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Malang terkait rekomendasi di dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Hukum Alkohol, dengan

Funtzio batzuen konputaezintasuna frogatzearen problemari ekin baino lehen, kapituluaren hasieran aipatu dugun “ezin dugu” eta “ezin da” esamoldeen arteko oinarrizko

yang dikombinasikan dengan dosis minyak cengkeh mutunya lebih baik diban-dingkan benih kultivar Vima-1.Hasil percobaan kedua menununjukkan bahwa jenis kemasan amplop kertas dan

Setelah benih jangung mengalami pasca panen, mutu dan kualitas dari benih jagung rentan terserang oleh hama S zeamais tersebut Sitophilus zeamais sering disebut

a) Bagi siswa, dengan penerapan media gambar diharapkan dapat meningkatkan Hasil Belajar. b) memberikan sumbangan kepada guru/calon guru dalam menyusun strategi

Berdasarkan alasan – alasan tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk membuat Desain Komunikasi Visual Media Promosi Pada Nusantara English Centre, dengan

Dari keragaan pangsa pengeluaran pada keempat tabel tersebut dapat disebutkakan: Pertama, diantara jenis pangan yang dikonsumsi rumahtangga makanan