• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM UJI KESEHATAN BENIH II (BAGIAN ILMU HAMA TUMBUHAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM UJI KESEHATAN BENIH II (BAGIAN ILMU HAMA TUMBUHAN)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI KESEHATAN BENIH II (BAGIAN ILMU HAMA

TUMBUHAN)

Oleh :

Golongan A / Kelompok 7A

1. Yurike Efendi (161510501074) 2. Helmi Faghi Setiawan (161510501113) 3. Ajeng Faradhila Muninggar (161510501184)

LABORATURIUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih dalam proses produksinya perlu adanya penyimpanan dalam kurun waktu tertentu untuk sampai ke tangan konsumen. Penyimpanan merupakan salah satu cara yang digunakan dalam pasca panen yang merupakan bagian terpenting. Selama proses penyimpanan perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya adalah sifat genetis benih, kondisi benih saat sebelum panen, kondisi kulit pada benih, dan hubungan antara tingkat kemasakan dan daya simpan benih (Kuswanto, 2003).

Proses penyimpanan hasil dari produksi pertanian akan mengalami kerusakan, kerusakan yang terjadi umumnya berupa kerusakan fisik, kimia, mekanin niologis dan mikrobiologis. Kerusakan yang terjadi selama proses penyimpanan ini dapat merugikan petani karena menurunkan kualitas dan kuantitas mutu hasil sehingga menimbulkan kerugian yang besar.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi umumnya disebabkan karena adanya hama pasca panen yang menyerang benih. Hama tersebut biasanya adalah serangga hama gudang seperti tungau, tikus dan kapang. Hama-hama ini bisa muncul atau berinfestasi saat benih berada dilapang kemudian mengalami populasi tertinggi pada saat proses penyimpanan benih. Umumnya, gejala yang ditimbulkan hama-hama yang menyerang benih pada saat penyimpanan adalah sama. Gejala yang tampak biasanya menyebabkan benih menjadi berlubang dan keropos, meninggalkan gerekan yang berupa tepung pada beniih.

Kerusakan yng ditimbulkan oleh serangga umumnya berupa kerusakan fisik, kerusakan fisik ini terjadi karena sifat serangga yang selalu bermigrasi sehingga dapat memindahkan spora jamur perusak dan membuka jalan untuk kontaminasi jamur. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan hama gudang diantaranya adalah kadar air, temperatur, kelembaban dan lamanya penyimpanan benih. Salah satu contoh hama yang umum menyerang pada benih diantaranya adalah bubuk jagung yang menyerang tanaman jagung, kumbang biji kacang hijau, dan bubuk beras. Oleh karena itu, dilakukan adanya praktikum

(3)

2

mengenai uji kesehatan benih pada aspek ilmu hama tumbuhan agar kita dapat megetahui lebih dalam tentang jenis-jenis hama yang menyerang pada hasil pascapanen.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis hama pascapanen pada tanaman pangan. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi dari setiap hama pascapanen

(4)

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan bahan untuk memperbanyak suatu tanaman. Penyimpanan yang benar akan menghasilkan benih yang tahan lama serta terbebas dari beberapa hama maupun penyakit. Pada dasarnya mutu benih akan mengalami penurunan sehingga mudah rusak selama masa penyimpanan. Kerusakan benih tersebut bisa terjadi ketika hama komoditas tertentu menyerang dan tidak dapat dikendalikan. Penanaman pada lahan yang menggunakan benih tidak sehat yang terserang hama memungkinkan tidak dapat berkecambah sehingga tidak dianjurkan menanam benih yang terserang hama (Hastuti et al, 2015).

Benih yang memiliki mutu baik adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh tinggi meskipun tidak 100% tetapi benih yang bermutu harus memiliki daya kecambah (vigor dan viabilitas) diatas 80%. Kemungkinan serangan hama sangat besar hal tersebut dibuktikan dengan 20% benih yang tersisa merupakan benih yang kurang baik dalam masa pembenihan dengan mengesampingkan faktor lingkungan. Benih yang baik sekalipun dapat diserang hama pada masa penyimpanan karena karena hal tersebutlah benih akan mengalami degradaasi mutu (Siregar, 2013).

Hama yang menyerang benih pada dasarnya adalah serangga dari ordo

coleoptera karena memiliki ciri fisik kulit luar yang keras dan memiliki tipe mulut

pengunyah. Serangan hama serangga ini menjadi masalah yang sangat serius bagi pengembangan benih maupun benih yang disimpan. Hal yang harus diperhatikan dalam pembenihan atau menyimpan benih adalah tempat yang harus steril dari hama-hama dan dibuat sedemikian rupa tidak cocok dengan syarat tumbuh hama tersebut (Surachman et al, 2014).

Potensi yang paling besar dari hama penyimpanan adalah dari keluarga pengerat yang merupakan hama utama dalam ruang. Dikatakan hama karena hewan pengerat ini makan benih dan dapat menimbulkan penyakit yang dibawa saat mereka makan benih tersebut. Meskipun telah diberi bungkus berupa blastik maupun box, hama pengerat tetap bisa menjangkau benih yang berada didalam karena hama tersebut melubanginya (Stejskal, 2014).

(5)

4

Menurut Chakrarvarthy (2017), pencegahan agar benih yang dihasilkan tidak terserang hama yang dapat merugikan adalah dengan memahami benih tersebut memiliki hama apa dan cara menanganinya. Semua hal yang berhubungan dengan hama tersebut dapat dicegah, seperti pemberian musuh alami yang tidak membahayakan benih itu sendiri. Sedangkan menurut Hartman et al (2016), benih juga dapat dimodifikasi agar musuh utama dalam masa penyimpanan tidak menyerang dan merusak benih tersebut. Modifikasi tersebut dapat berupa modifikasi genetik agar benih menjadi resisten terhadap hama yang ditujukan.

Contoh hama yang menyerang kedelai pada masa penyimpanan adalah

Bruchus chinensis L. Hama gudang ini sering disebut karena tidak hanya pada

benih kedelai namun juga dapat menjadi masalah pada benih utamanya dari keluarga kacang-kacangan. Serangga yang aktif pada siang gari ini meletakkan telurnya di dalam benih dan menggerek benih untuk memenuhi asupan makannya. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya bekas lubang-lubang pada benih kedelai (Pitojo, 2003).

(6)

5

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Kegiatan praktikum Teknologi Produksi Benih acara “Uji Kesehatan Benih II (Bagian Ilmu Hama Tumbuhan)” dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2017 pukul 12.30- selesai WIB. Bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1. Cawan Petri 2. Mikroskop

3.2.2 Bahan

1. Benih Kacang Hijau 2. Klorofom

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Melakukan pengamatan pada benih beruba gabah, jagung, kacang hijau, kedelai dan kacang tanah.

2. Mematikan hama yang sudah ditemukan dengan klorofom

3. Menaruh hama yang sudah dimatikan di petridish kemudian dengan posisi yang baik dan memfoto dengan mikroskop perbesaran 25 kali

4. Melakukan pengamatan pada gejala kerusakan benih oleh hama 5. Membuat laporan sesuai format

3.4 Variabel Pengamatan 1. Jenis-jenis hama pascapanen 2. Morfologi hama Sitophilus spp 3. Morfologi Sitophilus zeamais

(7)

6 5. Morfologi Callosobrucus cinensis

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum, selanjutnya akan dianalisis mengunakan analisis statistika deskriptif.

(8)

7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

Tabel pengamatan uji kesehatan benih II (Bagian ilmu hama tumbuhan)

KEL BENIH GAMBAR KETERANGAN

1 Jagung Sitophilus spp Klasifikasi:

Kingdom: animalia Filum: arthropoda Kelas: insecta Ordo: coleoptera Famili: curcolionidae Spesies: sitophilus zeamays Morfologi:

Panjang tubuh 3,3 – 5 mm, ujung adelegus lurus, imago berwarna coklat terang hingga gelap, sungut menyiku terdiri 8 ruas, kepala moncong.

2 Jagung Sitophylus zeamays Klasifikasi:

Kingdom: animalia Filum: arthropoda Kelas: insekta Ordo: coleoptera Family: curcolionidae Genus: sitophilius

Spesies: sitophilus zeamays Morfologi:

Kepala pada ujungnya meruncing melengkung agak ke bawah, warna tubuh coklat merah sampai coklat

(9)

8

gelap. Antena menyiku dengan bagian ujung membesar seperti gada.

3 Jagung Sitophilus zeamays Klasifikasi:

Kingdom: animalia Filum: arthropoda Kelas: insecta Ordo: coleoptera Genus: sitophilus

Spesies: sitophilus zeamays Morfologi:

Merusak biji jagung ketika dalam penyimpanan kumbang bubuk meletakkan telur satu persatu pada lubang gerekan yang kemudian bertelur. Telur menetas menjadi larva kemudian menggerek biji dan hidup didalam biji jagung hingga dewasa. 4 Kedelai Callosobrunchus maculatus Klasifikasi: Domain: eukaryota Kingdom: metazoa Phylum: arthropoda Sub phylum: uniramia Kelas: insekta

Ordo: coleoptera Famili: bruchidae Genus: calosobruchus

Spesies: callosobrunchus maculatus. Morfologi:

(10)

9

dimana terdiri dari stadia telur larva dan imago. Satu telur C. Maculatus berukuran kurang lebih 0,75 mm bentuk oval/gelondong terang dan menempel kuat pada biji kedelai. 5 Kedelai Callosobrunchus maculatus Klasifikasi: Domain: eukaryota Kingdom: metazoa Phylum: arthropoda Sub phylum: uniramia Kelas: insekta

Ordo: coleoptera Famili: bruchidae Genus: calosobruchus

Spesies: callosobrunchus maculatus. Morfologi:

Tubuh berwarna coklat kemerahan. Panjang 1/8 inci. Bentuk tubuh sedikit memanjang. Elytra berwarna hitam dan abu-abu. Alat mulut pengunyah. 6 Kacang hijau Callosobrucus cinensis Klasifikasi: Kingdom: metazoa Phylum: arthropoda Sub phylum: uniramia Class: insecta

Ordo: coleoptera Family: bruchidae Genus: callosobrucus

(11)

10

Morfologi:

Bagian kepala meruncing, elytra agak gelap, ukuran tubuh kurang lebih 5-6 mm. Imago betina bertelur hingga 150 butir, menetaskan setelah 3-5 hari. Larva menggerek di sekitar tempat telur diletakkan.

7 Kacang hijau Callosobrucus cinensis Klasifikasi: Kingdom: metazoa Phylum: arthropoda Sub phylum: uniramia Class: insecta

Ordo: coleoptera Family: bruchidae Genus: callosobrucus

Spesies: callosobrucus cinensis Morfologi:

Imago berbentuk bulat telur. Bagian kepala meruncing. Elytra berwarna agak gelap. Prosotum halus. Tubuh betina 5-6 mm, bertelur 150 butir, telur diletakkan pada permukaan kacang hijau menetas setelah 3-5 hari, lama tidak keluar dari telur, produk yang diserang tampak berlubang.

4.1.1 Jenis-jenis hama pascapanen

` Pada pengamatan praktikum kali ini, dapat diketahui hasilnya berdasarkan data tabel diatas. Data tabel di atas merupakan perolehan dari data golongan.

(12)

11

Dapat diketahui bahwa pada praktikum kali ini mengunakan 3 jenis benih, yaitu benih jagung, kedelai dan kacang hijau. Kelompok 1, 2 dan 3 menggunakan benih jagung, kelompok 4 dan 5 mengunakan benih kedelai sedangkan kelompok 6 dan 7 menggunakan benih kacang hijau. Pada ketiga benih yang digunakan terdapat beberapa jenis hewan yang merusak benih tersebut yang biasa disebut sebagai hama. Hama yang ditemukan pada setiap jenis benih berbeda-beda, namun ditemukan hama yang sama pada jenis benih yang sama oleh kelompok yang berbeda, sehingga pada data diatas dapat diketahui bahwa ditemukannya satu jenis hama yang terdapat di dalam satu jenis benih.

4.1.2 Morfologi hama Sitophilus spp

Sitophilus spp adalah hama yang didapatkan pada benih tanaman jagung.

Hama ini memiliki morfologi panjang tubuh berukuran 3,3-5 mm dengan ujung adelgus lurus, pada imago berwarna coklat terang hingga gelap. Hama ini memiliki sungut menyiku yang terdiri dari 8 ruas dan kepala moncong.

4.1. 3 Morfologi Sitophilus zeamais

Sitophilus zeamais adalah hama yang ditemukan pada benih tanaman jagung yang biasanya dikenal sebagai kumbang bubuk jagung. Hama ini memiliki morfologi kepala pada bagian ujungnya meruncing dan melengkung kebawah. Tubuhnya berwarna coklat kemerahan sampai coklat gelap. Memiliki antenna menyiku dengan bagian ujungnya membesar mirip seperti gada.

4.1.4 Morfologi Callosobrunchus maculatus

Callosobrunchus maculatus adalah hama yang ditemukan pada benih

tanaman kedelai. Hama ini termasuk tipe metamorfosis holometabola dimana hanya terdiri dari stadia telur, larva dan imago. Satu telur dari hama ini memiliki ukuran kurang lebih 0,75 mm dengan bentuk oval/gelondong terang dan menempel kuat pada biji kedelai.

(13)

12 4.1.5 Morfologi Callosobrucus cinensis

Hama Callosobrucus cinensis merupakan hama yang ditemukan pada benih tanaman kacang hijau yang memiliki kepala meruncing, elytra berwarna agak gelap. Memiliki ukuran tubuh kurang lebih 5-6 mm. Imago betina bertelur hingga 150 hari. Larva hama ini menggerek disekitar tempat telur diletakkan

4.2 Pembahasan

Benih dalam penggunaannya dalam hal penanaman maupun untuk komsumsi, harus terlebih dahulu dilakukannya uji kesehatan benih. Pada acara praktikum yang berjudul “Uji Kesehatn Benih 1” dilakukannya pengamatan pada benih yang telah disimpan lama. Benih yang digunakan sebagai bahan praktikum terdapat 3 jenis benih, benih jagung, benih kedelai dan benih kacang hijau. Pada setiap benih yang di uji kesehatannya terdapat beberapa jenis hewan atau hama yang menyerangnya. Beberapa hama yang ditemukan tercampur pada benih tanaman jagung diantaranya adalah Sitophilus spp. sitophilus zeamays,

Callosobrunchus maculatus, Callosobrucus cinensis

Hama pada benih jagung memiliki nama ilmiah sitophilus zeamays. Hama benih jagung ini termasuk kedalam ordo coeloptera. Sitophilus zeamais termasuk dalam bangsa kumbang. Hama ini memiliki panjang tubuh 3,3 – 5 mm, imagonya berwarna coklat gelap, sungutnya menyiku dan kepala berbentuk moncong. S.

Zeamais menyerang benih jagung setelah benih mengalami proses pasca panen.

Setelah benih jangung mengalami pasca panen, mutu dan kualitas dari benih jagung rentan terserang oleh hama S zeamais tersebut Sitophilus zeamais sering disebut dengan kumbang bubuk, kumbang bubuk ini akan meletakkan telurnya satu persatu pada lubang gerekan yang kemudian akan menetas menjadi larva yang akan menggerek biji jagung tersebut hingga larva kumbang bubuk ini menjadi dewasa . (Respyan dkk, 2015). Sitophilus zeamais. merupakan hama yang terdapat pada benih jagung yang menjadi kendala dalam proses penyimpanan benih. Hama ini dikenal sebagai kumbang bubuk pada jagung yang dapat ditemukan dan dapat berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Hama jagung ini memiliki sifat polifag. Selain sebagai hama

(14)

13

yang menyerang benih jagung, hama ini juga menyerang serealia lain seperti gabah, gandum maupun sorgum. Akan tetapi, Sitophilus zeamais. dikenal sebagai hama yang sangat penting bagi benih jagung. Kerusakan dan kehilangan hasil yang disebabkan oleh Sitophilus zeamais. sangat tinggi yaitu berkisar 30-100%. Hama ini terdapat pada benih jagung mulai awal menjadi telur kemudian telur dari hama ini menetas dan berkembang pada benih. Pengendalian hama jagung ini ada beberapa cara, diantaranya adalah dengan cara menyimpan jagung pada tempat yang benar-benar higienis agar hama ini tidak berkembangbiak. Cara kedua adalah dengan menanam varietas jagung yang tahan terhadap hama ini. Penggunaan musuh alami juga sangat baik untuk mengendalikannya, musuh alami hama ini diantaranya adalah parasit, predator dan patogen seperti parasitoid

Lariophagus distiguendus dan Anisopteromalus calendrae (Nonci dan Muis, 2015)

Hama lain yang ditemukan pada kegiatan praktikum adalah

Callosobruchus maculatus F. Pada benih kacang hijau. Salah satu penyebab

berkembangnya hama ini adalah pengaruh dari kemasan tempat benih disimpan dan kadar air yang masih terkandung dalam benih meskipun kemasan dan kadar air memberikan pengaruh baik terhadap daya kecambah dan indeks vigor benih (Hastuti dkk, 2015). Hama pada benih kacang hijau yaitu Callosobrunchus chinensis. Hama ini termasuk ke dalam ordo coleoptera yang memiliki bentuk imago bulat telur, kepala meruncing, elytra gelap dan ukurannya sekitar 5 – 6 mm. Imago betina akan bertelur hingga 150 butir, telur-telur tersebut diletakkan pada permukaan biji kacang hijau. Telur dari callosobrunchus akan menetas setelah 3 – 5 hari. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang tidak akan keluar dari dalam biji kacang hijau, namun dia akan merobek bagian kulit kacang hijau yang melekat dan akan menggerek pada biji kacang hijau tempat larva tersebut menetas. Kacang hijau yang terserang oleh callosobrunchus akan tampak berlubang karena hama callosobrunchus termasuk hama penggerek dari biji kacang hijau.

(15)

14

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jenis-jenis hama yang menyerang pada benih jagung, kedelai, dan kacang hijau yaitu jenis hama ordo coeloptera. Pada benih jagung ditemukan adanya hama sitophilus spp dan sitophylus zeamais, pada benih kedelai ditemukannya jenis hama callosobrunchus maculatus dan pada benih kacang hijau ditemukan adanya hama callosobrunchus cinensis. Hama tersebut ditemukan oleh praktikan hampir sama pada setiap kelompok yang bagian benihnya sama.

2. Morfologi dari hama jagung sitophylus zeamais kepala pada bagian ujungnya meruncing dan melengkung kebawah. Tubuhnya berwarna coklat kemerahan sampai coklat gelap. Memiliki antenna menyiku dengan bagian ujungnya membesar mirip seperti gada. Morfologi pada hama kedelai callosobrunchus

maculatus yaitu termasuk tipe metamorfosis holometabola dimana hanya

terdiri dari stadia telur, larva dan imago. Satu telur dari hama ini memiliki ukuran kurang lebih 0,75 mm dengan bentuk oval/gelondong terang dan menempel kuat pada biji kedelai, sedangkan morfologi pada hama benih kacang hijau callosobrunchus cinensis ialah memiliki kepala meruncing, elytra berwarna agak gelap. Memiliki ukuran tubuh kurang lebih 5-6 mm. Imago betina bertelur hingga 150 hari. Larva hama ini menggerek disekitar tempat telur diletakkan.

5.2 Saran

Praktikum pada acara uji kesehatan benih II ini sudah dapat dikatakan baik karena telah berjalan dengan lancar, namun praktikan yang melakukan praktikum kurang kondusif.

(16)

15

DAFTAR PUSTAKA

Chakravarthy, A. K., K. S. Nitin, R. Yadav, and D. Lokeshwari. 2017. National Meet of Entomologists 2016. Current Science, 112(2): 217-218.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius.

Hartman, G. L., M. L. Pawlowski, T. K. Herman, and D. Eastburn. 2016. Organically Grown Soybean Production in the USA: Contraints and Management of Pathogens and Insect Pest. Agronomy, 6(16): 1-18.

Hastuti, D., Sumadi dan E. Suminar. 2015. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F., Viabilitas dan Vigor Benih Kedeli (gycine max L Merr.) Setelah Penyimpanan Tiga Bulan. Agri Sci, 2(1): 53-63.

Nonci, N dan A. Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculinidae).

Litbang Pert, 34(2): 61-70.

Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai.Yogyakarta: Kanisius.

Respyan, G., B, T, Rahardjo, dan L, P, Astuti. 2015. Pengaruh Inert Dusty terhadap Mortalitas Sitophilus zeamais Mostchulsky pada Biji Jagung dalam Simpanan. HPT 3(2):31-38.

Siregar, G. 2013. Analisis Kontribusi Program SL-PTT terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Agrium,18(2): 121-129.

Stejskal, V., R. Aulicky and Z. Kucerova. 2014. Pest Control Strategies and Demage Potential of Seed-Infesting Pests in the Czecs Stores. Plant Protect, 50(4): 165-173.

Surachman, I. K., Indriyanto, dan A. M. Hariri. 2014. Inventarisasi Hama Persemaian di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Lampung Barat. Sylva Lestari, 2(2): 7-16.

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Dokumentasi

Gambar 1. Hama Sitophilus spp pada benih jagung

(25)

Gambar 3. Hama Sitophilus zeamais pada benih jagung

(26)

Gambar 5. Hama Callosobrunchus maculatus pada benih kedelai

(27)
(28)

Chakravarthy, A. K., K. S. Nitin, R. Yadav, and D. Lokeshwari. 2017. National Meet of Entomologists 2016. Current Science, 112(2): 217-218.

(29)

Hartman, G. L., M. L. Pawlowski, T. K. Herman, and D. Eastburn. 2016. Organically Grown Soybean Production in the USA: Contraints and Management of Pathogens and Insect Pest. Agronomy, 6(16): 1-18.

(30)

Hastuti, D., Sumadi dan E. Suminar. 2015. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F., Viabilitas dan Vigor Benih Kedeli (gycine max L Merr.) Setelah Penyimpanan Tiga Bulan. Agri Sci, 2(1): 53-63.

(31)

Nonci, N dan A. Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculinidae).

(32)
(33)

Respyan, G., B, T, Rahardjo, dan L, P, Astuti. 2015. Pengaruh Inert Dusty terhadap Mortalitas Sitophilus zeamais Mostchulsky pada Biji Jagung dalam Simpanan. HPT 3(2):31-38.

(34)

Siregar, G. 2013. Analisis Kontribusi Program SL-PTT terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Agrium,18(2): 121-129.

(35)

Surachman, I. K., Indriyanto, dan A. M. Hariri. 2014. Inventarisasi Hama Persemaian di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Lampung Barat. Sylva Lestari, 2(2): 7-16.

(36)

Stejskal, V., R. Aulicky and Z. Kucerova. 2014. Pest Control Strategies and Demage Potential of Seed-Infesting Pests in the Czecs Stores. Plant Protect, 50(4): 165-173.

Gambar

Tabel pengamatan uji kesehatan benih II (Bagian ilmu hama tumbuhan)
Gambar 1. Hama Sitophilus spp pada benih jagung
Gambar 3. Hama Sitophilus zeamais pada benih jagung
Gambar 5. Hama Callosobrunchus maculatus pada benih kedelai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Inskripsi berbahasa Melayu Kuno lainnya yang ditemukan di Jawa Tengah adalah Prasasti Sojomerto (sekitar tahun 700 M). Dengan adanya temuan tersebut penafsiran

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, segala tindakan yang dilakukan adalah upaya untuk mengetahui dan

5.5.4 Pengurangan hasil tangkapan sampingan berdasarkan morfologi ikan Berdasarkan persentase pengurangan berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong yang dilengkapi dengan

Refleksi adalah menggambarkan pencerminan cermin suatu bangun yang memiliki Refleksi adalah menggambarkan pencerminan cermin suatu bangun yang memiliki sifat yaitu jarak suatu

Satuan medan yang termasuk kelas III (sedang) adalah satuan medan F2IGrk, F2IGrck dan F3IGrk. Faktor yang menyebabkan jalur kereta api antara Gundih-Karangsono

(2009) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan yang tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam

Hasil sidik ragam menunjukkan penambahan Aclinop dalam ransum dan penaburan zeolit pada litter serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tip of the tongue adalah keadaan dimana informasi atau suatu kata yang sudah ada di dalam ingatan namun