• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan salah satu analgesik-antipiretik yang efektif dan obat bebas yang mudah didapat dimana saja baik preparat murni parasetamol maupun terkandung dalam obat flu sehingga pemakaian oleh masyarakat pun sering tanpa pengawasan medis, namun pemakaian parasetamol yang melebihi dosis terapi dalam jangka waktu lama mampu menimbulkan kerusakan hepatosit. Masyarakat kurang tahu akan efek hepatotoksik parasetamol ini.

Pemakaian parasetamol dengan dosis tunggal 200-250mg/kg berat badan pada manusia dapat menimbulkan toksisitas pada hati yang ditandai adanya perdarahan dan nekrosis hepatosit. Kerusakan hati ini terjadi karena parasetamol menganggu aktivitas sitokrom P450, metabolismenya menghasilkan radikal oksigen reaktif dan parasetamol juga menurunkan aktivitas glutation yang merupakan antioksidan utama dalam pertahanan hati melawan radikal bebas (Johnson et al, 2014; Lee, 2007).

Toksisitas parasetamol adalah penyebab utama gagal hati akut di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat. Gagal hati akut terinduksi obat lain dan parasetamol predominan bertambah pada negara-negara maju yang sering diakibatkan karena pemakaian obat kombinasi narkotik-parasetamol, sedangkan

(2)

hepatitis virus banyak di Asia dan negara-negara berkembang (Bernal and Wendon, 2013).

Insiden gagal hati akut akibat pemakaian parasetamol di Amerika pada januari tahun 2013 sebanyak 916 kasus dari keseluruhan 2000 pasien gagal hati akut yang tercatat dalam register pasien nasional. Parasetamol menduduki peringkat pertama sebagai penyebab gagal hati akut, memberikan kontribusi sekitar 46% dari seluruh kasus gagal hati akut (Pauls and Senior, 2013).

Data jumlah pasien gagal hati akut dan etiologinya di Indonesia belum tercatat dengan baik, namun dari sebuah kepustakaan angka kejadian kasus hepatotoksik akibat obat di rumah sakit umum pusat dokter Sardjito Yogyakarta sekitar 3,4% dari seluruh pasien yang berobat. Obat penyebab hepatotoksik yang terbanyak adalah isoniazid, diikuti oleh parasetamol. Kasus hepatotoksik akibat isoniasid yang tinggi tersebut dikarenakan kejadian tuberkulosis yang tinggi di Indonesia, namun parasetamol sebagai agen penyebab hepatotoksik perlu diperhitungkan karena menduduki urutan kedua (Febrinasari, 2010).

Nekrosis masif hepatosit adalah gambaran predominan cedera hati akut terinduksi parasetamol. Regenerasi hati merupakan proses vital dalam survival setelah paparan bahan toksik, proses ini terjadi relatif terlambat setelah fase cedera. N-acetylcysteine (NAC), suatu prekursor glutation, hingga saat ini dipakai sebagai antidot overdosis parasetamol.

Hasil penelitian Yang et al. (2009) N-acetylcysteine (NAC) hanya efektif untuk pasien dengan overdosis akut yang baru terjadi beberapa jam dan kurang efektif pada pasien yang terpapar parasetamol dengan jangka waktu yang lebih

(3)

lama. Efektivitas NAC mulai menurun 8 jam setelah paparan parasetamol dan semakin menurun apabila diberikan lebih dari 24 jam setelah paparan parasetamol. Penelitian tersebut membuktikan 72 jam setelah paparan parasetamol, dibandingkan dengan kontrol yang diberikan larutan garam fisiologis, perlakuan dengan NAC secara signifikan meningkatkan serum transaminase (alanin transaminase / aspartat aminotransferase), menginduksi terjadinya vakuolisasi hepatosit pada daerah periportal dan pada pemeriksaan histopatologi tampak memperlambat regenerasi sel hati. Efek merugikan ini dikaitkan dengan berkurangnya faktor inti hati terikat DNA (hepatic nuclear factor (NF)-ҠB DNA binding) dan berkurangnya ekspresi protein siklus sel cyclin D1, yang keduanya merupakan faktor penting dalam regenerasi hati. Pengobatan jangka panjang NAC disimpulkan menghambat regenerasi pada cedera hati akut diinduksi parasetamol (Yang et al., 2009).

Organ yang sangat penting dalam detoksifikasi bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh adalah hati. Salah satu cara detoksifikasi bahan kimia dalam hati ialah dengan mengandalkan pertahanan antioksidan alami seperti glutation yang diproduksi sendiri oleh tubuh. Cedera hepatosit akibat paparan parasetamol dosis toksik terutama menimbulkan nekrosis pada zona 3, setelah beberapa hari akan diikuti proses regenerasi dari sel-sel hepatosit yang masih viabel di luar zona nekrosis. Proses regenerasi ini sangat membutuhkan mediator-mediator proses proliferasi dan aktivator siklus sel. Mediator regenerasi tersebut yang paling penting peranannya adalah hepatocyte growth factor (HGF), nuclear factor

(4)

κ-binding (NF-κB), dan cyclin D1 (Bienvenu, 2010; Kumar et al.,2010; Yang et al., 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas regenerasi sel melalui siklus sel. Faktor yang menginduksi peningkatan siklus sel antara lain: tumor necrozing factor alpha (TNF-α), interleukin 6 (IL6), HGF, telomerase, P44/P42, gen rat sarcoma (RAS), dan gen retinoblastoma (Rb). Keputusan apakah sel melanjutkan progresi terletak pada fase G2, saat RAS seluler menginduksi peningkatan kadar cyclin D1. Cyclin dependent kinase 4 (CDK4) membentuk kompleks dengan siklin D memfosforilasi protein RB, memfasilitasi perkembangan siklus sel melalui titik restriksi G1. Kadar cyclin D1 tersebut perlu dipertahankan selama fase G1 untuk inisiasi fase S, dimana saat tersebut kadar cyclin D1 secara otomatis dikurangi hingga berkadar rendah. Penurunan kadar cyclin D1 selama fase S diperlukan untuk sintesis DNA, dan memaksa sel untuk menginduksi peningkatan kadar cyclin D1 sekali lagi saat memasuki fase G2 (Du, et al., 2013; Bienvenu et al., 2010; Kumar et al., 2010). Sel-sel quiescent (stabil) seperti hepatosit yang diam pada fase G0 setelah distimulasi sinyal mitogenik, terjadi aktivasi CDK4 dan CDK6 yang bekerja bersama siklin D (terutama siklin D1) yang kemudian dapat masuk fase G1 dan memulai siklus sel (Carrassa, 2013). Cyclin D1 diusulkan sebagai tombol aktif dan regulasi kunci dalam pengaturan progresi siklus sel berkelanjutan (Du, et al., 2013). Induksi cyclin D1 adalah petanda yang paling dapat dipercaya untuk menilai tahapan perkembangan siklus sel (fase G1) pada hepatosit (Yang et al., 2009).

(5)

Kesadaran masyarakat kembali pada alam (back to nature) hampir di semua aspek kehidupan termasuk untuk memelihara dan menjaga kesehatan, mendorong dikembangkannya penelitian bahan–bahan alami yang berpotensi digunakan dalam pengobatan. Salah satu potensi bahan alami yang perlu dikembangkan ialah efeknya sebagai antioksidan (Hernani, 2005). Masalah yang timbul dalam pemakaian antioksidan dari luar ialah penerimaan sel terhadap antioksidan sintetik rendah. Antioksidan sintetik juga mudah membentuk ikatan sangat kuat sehingga sulit lepas, padahal antioksidan bentuk tak terikat yang mampu memberikan efek. Hal ini yang mendasari pentingnya tambahan pasokan antioksidan alamiah dalam diet kita sehari–hari. Pasokan antioksidan dalam diet dapat diperoleh dari makanan misalnya sayur dan buah atau suplemen. Tanaman kaya akan antioksidan sebagai kompensasi terhadap paparan sinar ultra violet. Salah satu tanaman obat yang sangat berpotensi digunakan sebagai antioksidan dalam bentuk suplemen adalah mimba (Sukrasno, 2003; Biswas et al., 2002).

Mimba telah banyak diteliti bahkan ada produk jadi dari mimba yang sudah dipatenkan, terutama di negara asalnya India. Mimba berdasarkan hasil penelitian memiliki efek farmakologi sebagai antioksidan, terutama daun dan kulit batangnya (Biswas et al., 2002). Daun dan kulit batang mimba mengandung senyawa utama flavonoid, dengan kuersetin sebagai komponen utamanya. Flavonoid lain yang terkandung dalam mimba antara lain: asam galat, (+)galokatekin, (-)epikatekin, (+)katekin, dan epigalokatekin (Biswas et al., 2002). Senyawa flavonoid telah lama diketahui memiliki efek sebagai antioksidan. Efek flavonoid sebagai antioksidan memiliki sinergisme dengan

(6)

glutation dan tokoferol. Flavonoid golongan katekin dari hasil penelitian memiliki efek antioksidan lebih kuat daripada butil hidroksi-anisol (BHA) dan alfa-tokoferol (vitamin E). Efek antioksidan golongan katekin bahkan setara dengan efek antioksidan butil hidroksi-toluen (BHT) yang merupakan salah satu antioksidan sintetik untuk senyawa lipid terkuat.

Sebuah penelitian menguji efek hepatoprotektor campuran lima ekstrak tanaman obat yang salah satunya mimba (2 g/100 mL formula dan 3 g/100 mL formula) melawan efek hepatotoksik parasetamol dengan dosis 2000 mg/kgBB tikus selama 5 hari. Parasetamol dosis 2000 mg/kgBB diberikan 1 kali secara peroral memperlihatkan efek hepatotoksik setelah 48 jam, dengan bukti adanya perubahan parameter biokimiawi dan histopatologi. Terdapat peningkatan signifikan kadar SGOT, SGPT, SALP, bilirubin serum dan secara signifikan menurunkan kadar total protein. Formulasi F1 (mengandung 3 g ekstrak daun mimba/100g formula) dan F2 (mengandung 2 g/100 g formula) secara signifikan menurunkan kadar SGOT, SGPT, SALP, bilirubin serum dan secara signifikan meningkatkan kadar total protein yang diinduksi parasetamol. Kadar bilirubin (total dan direct) menurun secara bermakna dengan pemakaian formula F2 dan standar, tetapi penurunan tersebut ditemukan lebih sedikit secara bermakna dengan formula F1. Hasil pemeriksaan histopatologi memberikan bukti yang mendukung analisis biokimia. Histologi dari irisan hati dari kelompok perlakuan memperlihatkan aktivitas hepatoprotektif formula standar Liv52, F1 dan F2 bila dibandingkan kelompok normal dan kontrol toksik (Sirisha et al., 2013).

(7)

Latar belakang yang telah dikemukakan di atas tersebut mendasari penelitian ini yang ingin membuktikan pemberian ekstrak daun mimba dapat meningkatkan ekspresi cyclin D1 sel hepatosit tikus Wistar yang terpapar parasetamol dosis hepatotoksik. Ekspresi cyclin D1 yang meningkat tersebut secara teoretis sebanding dengan peningkatan regenerasi sel hepatosit.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian ekstrak daun mimba oral meningkatkan ekspresi cyclin D1 sel hepatosit tikus putih galur Wistar dipapar parasetamol dosis hepatotoksik?

1.3 Tujuan

Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun mimba oral meningkatkan ekspresi cyclin D1 sel hepatosit tikus putih galur Wistar dipapar parasetamol dosis hepatotoksik.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik

a. Memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak daun mimba sebagai pengobatan alternatif untuk menurunkan efek hepatotoksik parasetamol melalui peningkatan regenerasi hepatosit lewat jalur cyclin D1.

b. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai acuan penelitian lebih lanjut efektivitas ekstrak mimba dalam melawan efek hepatotoksik parasetamol. 1.4.2 Manfaat praktis

(8)

Memberikan informasi pada masyarakat manfaat ekstrak daun mimba setelah lolos uji klinis, sebagai obat alternatif untuk menurunkan efek hepatotoksik parasetamol.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara, energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5%, serta batubara

Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat

Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat besar untuk

• penelusuran studi pustaka pilihan aksi adaptasi perubahan iklim untuk wilayah dan/atau sektor spesifik terkait perubahan iklim yang dapat ditelaah dan ditelusuri; dan.

Hasil penelitian ini berupa data mengenai pengaruh pemberian pupuk tepung cangkang telur ayam terhadap pertumbuhan tanaman caisim ( Brassica juncea L.) yang

dipastikan memberikan informasi yang akurat sesuai dengan keadaan diri.. subjek yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi kualitas. psikometrik 16 PF di Indonesia

Korelasi antara sinyal proton dengan sinyal karbon dalam dua atau tiga ikatan pada spektrum HMBC yang utama untuk mendukung struktur senyawa aurapten hasil isolasi dapat dilihat

Tahap awal dalam penelitian ini akan dimulai dengan mencari dan menentukan tanda-tanda yang merepresentasikan komunikasi empat pasangan calon Pemilihan Gubernur dan