15 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
Pasar tradisional mulai dikenal di Indonesia pada zaman kerajaan Kutai Kertanagara, yaitu pada abad ke-5 masehi yang awal mulanya karena masyarakat ingin memperoleh berbagai kebutuhan hidup dengan menggunakan sistem barter atau bertransaksi dengan cara tukar menukar barang (Malano, 2011). Pasar tradisional merupakan tempat dimana konsumen dapat membeli kebutuhan sehari-hari mulai dari bahan makanan, kain, dan pakaian biasanya diperuntukan keperluan barang-barang rumah tangga kecil, umumnya menggunakan proses tawar-menawar dengan uang tunai sebagai metode pembayaran yang dapat dilakukan (Prabowo & Rahadi, 2015). Bagi masyarakat Jawa pasar tradisional bukan sekedar sebagai tempat jual beli semata, namun lebih dari itu pasar terkait dengan konsepsi hidup dan sosial budaya, oleh karena itu dapat dikatakan pasar tradisional selain dapat menjadi wadah kegiatan ekonomi, pasar tradisional juga menjadi suatu interaksi sosial dan sarana rekreasi baik suasana pasar maupun produk barang dagangan yang mempunyai ciri khas tersendiri (Aliyah et al, 2007).
Pasar tradisional (pasar rakyat) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan pada pasal 12 ayat 1 huruf a dijelaskan yang dimaksud dengan Pasar Rakyat adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan atau Badan Usaha Milik Daerah dapat berupa toko, kios, los, tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli barang melalui tawar-menawar.
Pasar tradisional di Indonesia tersebar di beberapa kota besar sepeti Jakarta, Pontianak, Bandung, Makasar, Surabaya dan kota lainnya. Pasar tradisional di Kota
16
(bersambung) Bandung tersebar di beberapa lokasi, beberapa dikelola oleh PD Pasar Bermartabat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara Kota Bandung dan ada yang dikelola oleh pihak swasta. Berikut merupakan daftar pasar kota Bandung yang dipaparkan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar Pasar Tradisional di Kota Bandung
NO Nama Unit Pasar Alamat Kecamatan
Jumlah Pedagang
1 Baru Jln Otto Iskandardinata
No. 70
Andir 4,672
2 Kosambi Jln. Jendral Achmad
Yani
Sumur Bandung
1,376
3 Andir Jln. Waringin Andir 1,895
4 Kiaracondong Jln. Ibrahim Aji (Ters.
Kiaracondong)
Kiaracondo ng
1,058
5 Ujungberung Jln. A.H. Nasution Ujungberun
g
721
6 Anyar Jln. Astana Anyar Astana
anyar
1,378
7 Sederhana Jln. Jurang No. 1 Sukajadi 1,520
8 Cicaheum Jln. Antapani Lama
(Cicaheum)
Kiaracondo ng
566
9 Simpang Jln. Ir. H. Juanda
(Simpang) Dago 121 10 Cihaurgeulis Jln. PHH. Mustopha (Suci) Cibeunying Kaler 533
11 Balubur Jln. Taman Sari Bandung
Wetan
1,597
12 Wastukencana Jln. Wastukancana Bandung
Wetan
78
13 Cikapundung Jln. ABC Sumur
Bandung
345
14 M. Toha / ITC 1 Jln. Moh. Toha Regol 569
15 Leuwipanjang Jln. Leuwipanjang Bojongloa
Kidul
563
16 Cijerah Jln. Cijerah Bandung
Kulon
389
17 Ciwastra Jln. Ciwastra Rancasari 464
18 Sukahaji Jln. Peta – Jln. Babakan
Ciparay
Bojongloa Kaler
130
19 Pamoyanan Jln. Dursasana Cicendo 192
20 Jatayu Jln. Komud. Supadio Cicendo 376
21 Sadang Serang Jln. Sadang Tengah Coblong 416
22 Banceuy Jln. Banceuy Sumur
Bandung
157
23 Palasari Jln. Palasari Lengkong 786
24 Karapitan Jln. Karapitan Bandung Regol 658
25 Cicadas Jln. Ibrahim Aji
(Cicadas-Kiaracondong)
Kiaracondo ng
1,838
26 Cihapit Jln. Cihapit Bandung
Wetan
176
27 Gegerkalong Jln. Gegerkalong Tengah Sukasari 304
28 Pagarsih Jln. Pagarsih Astana
anyar
469
29 Ciroyom Jln. Ciroyom
(SubTerminal Ciroyom)
Andir 1009
17
(sambungan)
31 Sarijadi Jln. Sarimanah Sukasari 110
32 Cikaso Jln. Citamiang Cibeunying
Kidul
159
33 Kebon Sirih Jln. Aceh Sumur
Bandung
43
34 Puyuh Jln. Puyuh Coblong 58
35 Gempol Jln. Gempol Wetan Bandung
Wetan
46
36 Kota Kembang Jln. Dalem Kaum Regol 147
37 Gede Bage Jln. Sukarno Hatta Gedebage 1,088
38 Pasar Buah Batu Jln. Puskesmas RT.05/01 Bandung
Kidul
0
39 # Pasar Saeuran Jln. Gatot Subroto - Binong
Batunungga l
0
40 Pasar Dago Jln. Ir. H. Juanda / Term.
Dago
Coblong 0
TOTAL 26,075
Sumber: ppid.bandung.go.id
1.2 Latar Belakang
Pasar tradisional di Indonesia mengalami penurunan jumlah, menurut Abdullah Mansuri Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) jumlah pasar tradisional di Indonesia di tahun 2017 mengalami penurunan dibanding pada tahun 2007, “saat ini, jumlah pasar tradisional 9.559 unit, jumlah ini ini jauh lebih
sedikit dibanding tahun 2007, yakni 13.450” kata Abdullah
(www.kemendagri.go.id, 2017). Menurut data berdasarkan pasar sekota Bandung PD Pasar Bermartabat, jumlah pasar di kota bandung adalah sebesar 40 unit yang tersebar di beberapa daerah dengan jumlah pedagang 26.075 orang (ppid.bandung.go.id, 2016). Penurunan angka pasar tradisional dipengaruhi terhadap daya beli masyarakat yang menurun, pada Q1 2017 pertumbuhan ritel tradisional hanya mencapai 4,1%, jauh dibandingkan dengan Q1 2016 yang mencapai 11% ( Nusantaranews.co, 2017).
Pada wilayah Jawa Barat termasuk Kota Bandung menurut kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan Arief terdapat 60% pasar tradisional mengalami kerusakan dari sekitar 800 pasar tradisional di Jawa Barat (Tribunews.com, 2010). Kondisi pasar tradisional di Indonesia menurut Sekjen Kementrian Perdagangan Sri Agustina menilai bahwa 30 persen pasar tradisional di Indonesia sudah tidak layak dan harus direvitalisasi, menurut beliau masyarakat Indonesia lebih memilih belanja di pasar retail modern dibanding retail tradisional
18
dikarenakan tercatat 9.559 unit pasar di Indonesia, 30% diantaranya sudah berumur lebih dari 25 tahun dan kondisi pasar yang sudah tua terkesan kumuh dan tidak menyuguhkan kenyamanan layaknya retail modern sehingga membuat pasar tradisional kalah bersaing (www.timesindonesia.co.id, 2015).
Pemerintahan presiden Joko Widodo mempunyai program yang berguna untuk membangun dan memperbaharui wajah baru dari pasar tradisional di Indonesia yaitu dengan program revitalisasi pasar tradisional dengan jangka waktu 5 tahun akan membangun 5000 pasar tradisional dari Sabang sampai Merauke, ada 4 prinsip revitalisasi pasar yang akan dilakukan yaitu, revitalisasi fisik, manajemen, ekonomi dan sosial (presidenri.go.id, 2017).
Program revitalisasi pasar tradisional yang ada di kota bandung yang dikelola oleh PD Pasar Bermartabat sudah mulai dilaksanakan namun memiliki hambatan. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, memberikan rapor merah dan mengaku kecewa dengan kinerja PD Pasar karena memberikan banyak masalah, beberapa diantaranya adalah selalu mengalami kerugian dan lambatnya proyek revitalisasi pasar yang ada dikota Bandung (nasional.tempo.co, 2016). Salah satu penghambat lambat proyek revitalisasi adalah dari 40 pasar tradisional di Kota Bandung, hanya 13 yang memiliki sertifikasi hak milik atas nama PD Pasar Bermartabat (nasional.tempo.co, 2016)
Malano (2011) mengungkapkan peran instansi sejumlah pemerintah dibalik pasar tradisional sehingga pasar tradisional masih saja identik dengan tempat transaksi jual beli yang tidak nyaman. Ada beberapa pihak yang disebutkan, seperti dinas pasar tidak pernah memajukan pasar, merawat pasar, dan melakukan modernisasi. Dinas perpakiran didalamnya masih terdapat korupsi yang dilakukan penjabat yang terkait. Dinas kebersihan yang hanya mengangkut sampah yang sudah terkumpul ditempat sampah, dan tidak peduli dengan sampah yang bertebaran di pasar atau saluran air yang mampet karena tersumbat oleh sampah. Lalu aksi dari oknum yang tidak bertanggung jawab seperti premanisme dan aksi pencopetan yang memberikan penilaian yang buruk terhadap citra pasar tradisional.
19
Para pedagang beserta jajaran pengurus harus tau apa yang bisa menyebabkan konsumen loyal atau tidak loyal. Salah satu strategi untuk mempertahankan konsumen agar tetap loyal dengan memberikan kesan dan citra pasar yang baik dimata pelanggan atau konsumen (Wulandari, 2016)
Pengaruh modernisasi dikhawatirkan dapat menggeser prefensi konsumen dalam berbelanja dari pasar tradisional beralih ke pasar modern (Ayuningsasi, 2013), sehingga menyebabkan sampai saat ini pasar tradisional masih kalah saing dengan retail modern yang menjamin konsumennya dalam berbelanja dapat dilihat salah satu faktornya adalah kenyamanan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma (2007) membantah bahwa supermarket bukanlah penyebab utama kelesuhan usaha yang dialami pedagang pasar tradisional, terdapat faktor yang dapat menjelaskan sebagian pasar tradisional tidak terkena dampak dari adanya supermarket atau pasar modern. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional dan supermarket, dimana pasar tradisional yang berada relatif dekat dengan supermarket, paling banyak terkena dampak. Hasilnya menunjukan bahwa jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar lebih dekat dengan supermarket atau pasar modern begitu juga sebaliknya. Kedua, faktor yang terpenting adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar tradisional yang pelanggan utamanya dari kalangan kelas menengah ke atas, akan merasakan dampak yang paling besar akibat kehadiran supermarket. Sementara terdapat bukti nyata bahwa sebagian telah menutup usahanya dagangnya, alasan untuk hal ini adalah bersifat komplek dari sekedar hadirnya supermarket. Kebanyakan penutupan usaha erat berkaitan dengan persoalan internal pasar dan persoalan pribadi (Suryadarma, 2007).
Dari beberapa kondisi yang sudah dijelaskan dapat terlihat masih ada beberapa masalah terkait pasar tradisional, bahkan dari dinas pemerintahan itu sendiri yang berpengaruh terhadap nilai citra pasar tradisional menjadi kurang baik. Sehingga dapat menyebabkan citra pada pasar tradisional menjadi buruk dan pasar
20
tradisional sepi pengujung yang hanya dikunjungi oleh kalangan tertentu saja dan masyarakat lain mulai beralih ke retail modern yang menawarkan segi akses dan kenyamanan dalam berbelanja.
Peneliti melakukan survey dengan tujuan melihat perilaku pengunjung pada pasar tradisional kota Bandung dengan yang dilakukan dengan 60 orang responden yang dimana responden tersebut merupakan konsumen yang pernah berkunjung ke pasar tradisional yang ada di kota Bandung
Tabel 1.2 Kunjungan Terakhir Pasar Tradisional Kota Bandung
Recency * Usia Crosstabulation
Usia
Total 40-60 tahun 28-38 tahun
Recency 1-5 hari yang lalu Count 14 7 21
% within Recency 66.7% 33.3% 100.0%
% within Usia 46.7% 23.3% 35.0%
% of Total 23.3% 11.7% 35.0%
6-10 hari yang lalu Count 11 4 15
% within Recency 73.3% 26.7% 100.0%
% within Usia 36.7% 13.3% 25.0%
% of Total 18.3% 6.7% 25.0%
11-15 hari yang lalu Count 5 9 14
% within Recency 35.7% 64.3% 100.0%
% within Usia 16.7% 30.0% 23.3%
% of Total 8.3% 15.0% 23.3%
> 15 hari yang lalu Count 0 10 10
% within Recency 0.0% 100.0% 100.0% % within Usia 0.0% 33.3% 16.7% % of Total 0.0% 16.7% 16.7% Total Count 30 30 60 % within Recency 50.0% 50.0% 100.0% % within Usia 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%
21
(bersambung) Dapat dilihat pada tabel 1.3 mengenai kunjungan terakhir responden ke pasar tradisional Kota Bandung, total responden yang mengisi adalah 60 responden terbagi 30 responden untuk rentan usia 40-60 tahun dan 30 responden untuk rentan usia 28-38 tahun. Pada rentan usia 40-60 tahun berdasarkan persentase jumlah usia 40-60 tahun yang menjawab, skor terbanyak responden melakukan kunjungan terakhir ke pasar tradisonal di Kota Bandung adalah 1-5 hari yang lalu dengan total 14 orang atau 46,7% dari total 30 responden yang menjawab.
Sedangkan rentan usia 38 tahun berdasarkan persentase jumlah usia 28-38 tahun yang menjawab, skor terbanyak responden melakukan kunjungan terakhir ke pasar tradisional di Kota Bandung adalah > 15 hari yang lalu dengan total 10 orang atau 33,3% dari 30 responden yang menjawab. Dapat dikatakan bahwa responden dengan rentan usia 40-60 tahun melakukan kunjungan terkahir ke pasar tradisional Kota Bandung adalah 1-5 hari yang lalu, sedangkan responden dengan rentan usia 28-38 tahun adalah > 15 hari yang lalu.
Tabel 1.3 Frequency Kunjungan Pasar Tradisional Kota Bandung
Frequency * Usia Crosstabulation Usia
Total 40-60 tahun 28-38 tahun
Frequency < 1 kali Count 7 20 27
% within Frequency 25.9% 74.1% 100.0% % within Usia 23.3% 66.7% 45.0% % of Total 11.7% 33.3% 45.0% 1-3 kali Count 8 8 16 % within Frequency 50.0% 50.0% 100.0% % within Usia 26.7% 26.7% 26.7% % of Total 13.3% 13.3% 26.7% 4-6 kali Count 11 2 13 % within Frequency 84.6% 15.4% 100.0% % within Usia 36.7% 6.7% 21.7% % of Total 18.3% 3.3% 21.7% > 6 kali Count 4 0 4 % within Frequency 100.0% 0.0% 100.0% % within Usia 13.3% 0.0% 6.7% % of Total 6.7% 0.0% 6.7% Total Count 30 30 60 % within Frequency 50.0% 50.0% 100.0% % within Usia 100.0% 100.0% 100.0%
22
(bersambung) (sambungan)
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Sumber: data yang telah diolah
Dapat dilihat pada tabel 1.3 total responden yang mengisi adalah 60 responden terbagi 30 responden untuk rentan usia 40-60 tahun dan 30 responden untuk rentan usia 28-38 tahun. Pada rentan usia 40-60 tahun berdasarkan persentase jumlah usia 40-60 tahun yang menjawab, skor terbanyak responden melakukan kunjungan mereka ke pasar tradisional di Kota Bandung selama 1 minggu terakhir adalah 4-6 kali dengan total 11 orang atau 36,7% dari 30 responden yang menjawab.
Sedangkan untuk usia 38 tahun berdasarkan persentase jumlah usia 28-38 tahun yang menjawab, skor terbanyak kunjungan mereka ke pasar tradisional di Kota Bandung selama 1 minggu terakhir adalah < 1 kali dengan total 20 orang atau 66,7% dari 30 responden yang menjawab. Dapat dikatakan bahwa responden dengan rentan usia 40-60 tahun menjawab kunjungan mereka kepasar tradisional Kota Bandung dalam 1 minggu terakhir adalah 4-6 kali, sedangkan responden dengan rentan usia 28-38 tahun menjawab kunjungan mereka kepasar tradisional Kota Bandung dalam 1 minggu terakhir adalah < 1 kali.
Tabel 1.4 Uang yang dikeluarkan Saat Kunjungan ke Pasar Tradisional Kota Bandung
Monetary * Usia Crosstabulation
Usia Total 40-60 tahun 28-38 tahun Frequency < Rp 100.000 Count 3 6 9 % within Frequency 33.3% 66.7% 100.0% % within Usia 10.0% 20.0% 15.0% % of Total 5.0% 10.0% 15.0% Rp 100.000 - Rp 300.000 Count 20 17 37 % within Frequency 54.1% 45.9% 100.0% % within Usia 66.7% 56.7% 61.7% % of Total 33.3% 28.3% 61.7% Rp 300.000 - Rp 500.000 Count 7 7 14 % within Frequency 50.0% 50.0% 100.0% % within Usia 23.3% 23.3% 23.3% % of Total 11.7% 11.7% 23.3% Total Count 30 30 60
23
(sambungan)
% within Frequency 50.0% 50.0% 100.0%
% within Usia 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Sumber: data yang telah diolah
Dapat dilihat pada tabel 1.4 total responden yang mengisi adalah 60 responden terbagi 30 responden untuk rentan usia 40-60 tahun dan 30 responden untuk rentan usia 28-38 tahun. Pada rentan usia 40-60 dan 28-38 tahun berdasarkan persentase jumlah usia yang menjawab, skor terbanyak responden mengeluarkan uang untuk berbelanja di pasar tradisional Kota Bandung adalah Rp 100.000 - Rp 300.000 dengan total 20 orang atau 66,7% untuk usia 40-60 tahun dan 17 orang atau 56,7% untuk usia 28-38 tahun. Dapat dikatakan responden dengan usia 40-60 dan 28-38 tahun rata-rata uang yang mereka keluarkan untuk berbelanja di pasar tradsional Kota Bandung adalah sebesar Rp 100.000 - Rp 300.000.
Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan dengan jumlah 60 responden yang berpartisipasi dalam mengisi survey, terbagi dengan 30 responden dengan rentan usia 60 tahun dan 30 responden dengan rentan usia 28-38 tahun. Usia 40-60 tahun mempunyai kararteristik perilaku pengunjung yang sering mengunjungi pasar tradisional kota Bandung, berbeda dengan rentan usia 28-38 tahun yang jarang mengunjungi pasar tradisional kota Bandung. Dapat disimpulkan bahwa pengunjung pasar tradisional kota Bandung rata-rata adalah usia 40-60 tahun sedangkan untuk rentan usia 28-38 tahun masih jarang untuk datang ke pasar tradisional kota Bandung sehingga membuat pasar tradisional kota Bandung sepi pengunjung dikalangan usia 28-38 tahun. Survey ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabowo & Rahadi (2015) dengan hipotesis bahwa pasar tradisional kota Bandung mengalami penurunan pengunjung pada generasi Y karena lebih cenderung memiliki persepsi yang buruk terhadap atribut citra toko pasar tradisional.
Dari beberapa fenomena yang sudah dipaparkan, bahwa masih ada beberapa masalah pada pasar tradisional di kota Bandung, dan berdasarkan latar belakang
24
yang sudah dijelaskan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA BABY BOOMERS DAN GEN Y TERHADAP STORE IMAGE PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG” 1.3 Perumusan Masalah
Pasar tradisional merupakan tempat bagi para penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli secara langsung. Namun pengunjung yang datang di pasar tradisional dapat dikatakan hanya kalangan masyarakat tertentu. Harga yang terjangkau di pasar tradisional membuat pasar tersebut memiliki pengunjung tetap dan konsumen sendiri. Berdasarkan hasil survey, pengunjung pasar tradisional kota Bandung rata-rata adalah masyarakat dengan rentan usia 40-60 tahun , sehingga membuat pasar tradisional sepi pengunjung pada masyarakat dengan usia 28-38 tahun.
Pengaruh modernisasi dapat menyebabkan perubahan prefrensi konsumen dalam memilih tempat untuk berbelanja seperti dari pasar tradisional beralih untuk berbelanja ke pasar modern yang memberikan tempat yang nyaman dan penawaran harga yang lebih menarik sehingga membuat pasar tradisional kalah bersaing. Sebagian pedagang pasar tradional di Indonesia masih mengandalkan loyalitas pada generasi tua, Sementara itu kelangsungan hidup pasar tradisional dalam jangka waktu yang panjang tergantung seberapa terampil para pedagang lokal untuk menarik generasi muda sebagai konsumen masa depan mereka dan sebagai pengunjung pasar tradisional dimasa yang akan datang. Pihak pengelola pasar tradisional sudah melakukan beberapa revitalisasi pasar untuk membuat citra pasar menjadi baik, namun program tersebut belum tersebar diseluruh pasar dan masyarakat belum merasakan adanya perubahan yang dilakukan. Sehingga membuat pasar tradisional jarang dikunjungi oleh beberapa kalangan masyarakat.
Menurut Prabowo dan Rahadi (2015) menunjukan hipotesis bahwa pasar tradisional mengalami penurunan kunjungan pada generasi Y karena persepsi buruk terhadap store image. Oleh karena itu store image pada pasar tradisional menjadi faktor yang membuat pasar sepi pengunjung dan mempengaruhi persepsi
25
masyarakat khususnya generasi muda yang nantinya akan menjadi pengunjung serta konsumen pasar tradisional dimasa yang akan datang.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis uji beda persepsi antara generasi Baby boomers dan generasi Y yang berkunjung pada pasar tradisional di Kota Bandung dengan menggunakan variabel Store image.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fenomena dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, dapat ditemukan bahwa pasar tradisional jarang dikunjungi konsumen, karena persepsi dari masyarakat pasar tradisional mempunyai citra yang buruk terhadap store image sehingga masyarakat mulai beralih ke pasar modern. Maka dari itu pertanyaan penelitian yang dapat diberikan adalah:
1. Bagaimana tingkat persepsi generasi Baby boomers terhadap store image pasar tradisional di kota Bandung?
2. Bagaimana tingkat persepsi generasi Y terhadap store image pasar tradisional di kota Bandung?
3. Bagaimana perbedaan persepsi antara Baby boomers dan generasi Y terhadap store image pasar tradisional di kota Bandung?
1.5 Tujuan Penelitian
Peneliti mempunyai tujuan dan pernyataan untuk hasil yang ingin dicapai pada penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat persepsi generasi Baby boomers terhadap store image pada pasar tradisional yang ada di kota Bandung.
2. Untuk mengetahui tingkat persepsi generasi Y terhadap store image pada pasar tradisional yang ada di kota Bandung.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara Baby boomers dan generasi Y terhadap store image pasar tradisional di kota Bandung.
26 1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola pasar khususnya di kota Bandung yaitu PD Pasar Bermartabat untuk melihat perbandingan persepsi masyarakat antara generasi Baby boomers dan generasi Y dalam menjalankan dan menyesuaikan rencana program revitalisasi pasar agar mempunyai citra pasar dan Store image yang lebih baik.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempertahankan konsistensi penelitian, diperlukan batasan agar sesuai dengan tujuan penelitian. Batasan penelitian tersebut adalah :
1. Responden penelitian ini adalah konsumen yang pernah berkunjung ke pasar tradisional yang di kota Bandung.
2. Penelitian ini menganalisis perbedaan persepsi store image antara generasi Baby boomers dan generasi Y secara parsial dan simultan.
1.8 Sistematika Penulisan Proposal Tugas Akhir
Sistematika penulisan tugas akhir diperlukan untuk menggambarkan bagaimana penelitian dilakukan, sistematika tersebut terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan dan juga penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu pada bab ini juga berisi tentang kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.
27 BAB III METODE PENELITIAN
Bab Metode Penelitian berisi jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan serta membahas hasil penelitian tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelilitian dan pembahasan kemudian dari kesimpulan tersebut peneliti mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan penelitian akan berguna.
28 HALAMAN INI DISENGAJA DIKOSONGKAN