• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND IMAGE, PROMOSI DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA KONSUMEN KERAMIK CENTRO DI CV.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BRAND IMAGE, PROMOSI DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA KONSUMEN KERAMIK CENTRO DI CV."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh : Rizal Andi Prihatna

NIM. B.131.14.0518

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

konsumen keramik centro CV. Tanjung Emas, sedangkan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen keramik centro CV. Tanjung Emas. Data penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder, data primer yaitu kuisioner yang langsung diisi oleh responden dan data sekunder yaitu data primer yang diolah oleh peneliti. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, analisis regresi berganda, uji t, uji f, uji koefisien determinasi, uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Meskipun demikian brand image dan persepsi harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan dalam menguji koefisien determinasi, nilai adjusted R2 adalah 0,270, yang berarti bahwa kombinasi variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 27,0%. Sementara sisanya 73,0% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian.

(8)

viii

This study aims to determine the effect of brand image, promotion and price perception on purchasing decisions. The population used by consumers of centro ceramics CV. Tanjung Emas, while sampling uses the purposive sampling method.

The sample in this study was the centro ceramic consumer CV. Tanjung Emas. The data of this study are primary data and secondary data, primary data, namely questionnaires that are directly filled by respondents and secondary data, namely primary data processed by researchers. The analytical method used is descriptive statistics, multiple regression analysis, t test, f test, coefficient of determination test, validity test, reliability test, normality test, heteroscedasticity test, and multicollinearity test.

The results of the study show that promotion influences purchasing decisions. Even so, brand image and price perception do not affect purchasing decisions. While in testing the coefficient of determination, the adjusted R2 value is 0.270, which means that the combination of independent variables is able to explain the dependent variable by 27.0%. While the remaining 73.0% is explained by other factors outside the research model.

(9)

ix

 Jika orang suci pernah memiliki masa lalu, maka pendosa pun berhak memiliki masa depan. (Oscar Wilde)

 Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat. Melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas. (Tan Malaka)

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk mendidik dan mengasihiku serta mengiringi setiap langkahku dengan doa. 2. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagi ilmunya selama

masa perkuliahan.

3. Teman-teman dan sahabatku di Fakultas Ekonomi, serta almamaterku Universitas Semarang.

(10)
(11)
(12)

xii

Pengesahan Laporan Skripsi ... iii

Persetujuan Revisi Skripsi ... iv

Pengesahan Kelulusan ... v

Pernyataan Orisinilitas Skripsi ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Motto dan Persembahan ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Kegunaaan ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian ... 9

2.1.2 Pengertian Brand Image ... 11

2.1.3 Fungsi dan Peran Brand Image ... 11

2.1.4 Pengertian Promosi ... 14

2.1.4.1 Tujuan Promosi ... 16

2.1.5 Pengertian Persepsi Harga ... 17

(13)

xiii

Keputusan Pembelian ... 21

2.3.3 Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian ... 23

2.4 Kerangka Pemikiran ... 24

Bab III Metode Penelitian ... 25

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.1.1 Variabel Penelitian ... 25

3.1.2 Definisi Operasional... 26

3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel ... 27

3.2.1 Obyek Penelitian dan Unit Sampel ... 27

3.2.1.1 Obyek Penelitian ... 27

3.2.1.2 Unit Sampel ... 27

3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel... 28

3.2.2.1 Populasi ... 28

3.2.2.2 Penentuan Sampel ... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Wawancara ... 31 3.4.2 Kuisioner ... 31 3.4.3 Metode Dokumentasi ... 32 3.5 Metode Analisis ... 32 3.5.1 Analisis Kualitatif ... 32 3.5.2 Analisis Kuantitatif ... 32

3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 33

3.6.1 Uji Validitas ... 33

(14)

xiv

3.7.4 Uji Regresi Linier Berganda ... 36

3.7.4.1 Uji Hipotesis (Uji t) ... 38

3.7.4.2 Uji Ketepatan Model (Uji F) ... 39

3.7.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 39

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 40

4.1.1 Karakteristik Tanggapan Responden ... 43

4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian ... 44

4.2 Analisis Data ... 53

4.2.1 Uji Statistik Deskriptif ... 53

4.2.2 Uji Instrumen Penelitian ... 54

4.2.2.1 Uji Validitas ... 54

4.2.2.2 Uji Reliabilitas ... 59

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.2.3.1 Uji Normalitas ... 60

4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 61

4.2.3.3 Uji Multikolinearitas ... 62

4.2.4 Uji Analisis Regresi Berganda ... 63

4.2.4.1 Uji Hipotesis (Uji t) ... 64

4.2.4.2 Uji Ketepatan Model (Uji F) ... 66

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 66

4.3 Pembahasan ... 67

4.3.1 Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian ... 67

4.3.2 Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian ... 69 4.3.3 Pengaruh Persepsi Harga Terhadap

(15)

xv

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 73 5.4 Agenda Peneliti Selanjutnya ... 74 Daftar Pusataka ... 75 Lampiran-Lampiran

(16)

xvi

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...19

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel ...26

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...41

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur ...42

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Brand Image ...44

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Promosi ...46

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Persepsi Harga ...49

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Keputusan ... Pembelian ...50

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...53

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Image ...56

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Promosi ...56

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Harga ...57

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian ...58

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ...59

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...60

Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser ...61

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas ...62

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ...63

Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ...64

Tabel 4.18 Hasil Uji Ketepatan Model (Uji F) ...66

(17)
(18)

xviii

Lampiran III Tabel Perhitungan Kuisioner Responden Promosi Lampiran IV Tabel Perhitungan Kuisioner Responden Persepsi Harga Lampiran V Tabel Perhitungan Kuisioner Responden Keputusan

Pembelian

Lampiran VI Hasil Uji Statistik Deskriptif Lampiran VII Hasil Uji Validitas Brand Image Lampiran VIII Hasil Uji Validitas Promosi Lampiran IX Hasil Uji Validitas Persepsi Harga Lampiran X Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian Lampiran XI Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran XII Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Lampiran XIII Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser Lampiran XIV Hasil Uji Multikolinearitas

Lampiran XV Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran XVI Hasil Uji t

Lampiran XVII Hasil Uji F

Lampiran XVIII Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Lampiran XIX Surat Balasan Riset

(19)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan ekonomi saat ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya untuk perusahaan sejenis. Setiap perusahaan dituntut untuk memiliki suatu keunikan tersindiri yang dapat menarik perhatian konsumen dalam rangka mempertahankan atau merebut pangsa pasar yang ada. Pada perkembangan ekonomi para konsumen memilih produk dengan sangat kritis sampai pada keputusan untuk membeli produk tersebut.

Tawaran produk saat ini beragam dan banyak, tidak terkecuali untuk keramik yang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dikarenakan pembangunan yang meningkat dan motif yang semakin banyak. Pilihan yang semakin banyak membuat konsumen dapat menentukan pilihan akan suatu produk dalam hal ini adalah keramik yang dapat memikat dan membuat konsumen tersebut membeli dan loyal terhadap produk tersebut. Keputusan untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh penilaian bentuk dan kualitas produk tersebut.

Brand image berperan sebagai payung representasi produk barang atau

jasa yang ditawarkan, dapat berperan sebagau perusahaan, dapat berperan sebagai orang, atau bahkan dapat berperan sebagai negara. Produk merek akan menjadi

(20)

komoditas, tetapi sebaliknya produk yang diberikan merek akan memiliki nilai tinggi dimata konsumen. Berbagai macam pendapat bermunculan, diantaranya menurut Philip Kotler (2009:68), yaitu budaya, psikologis, sosial, gaya hidup, produk (kemasan, diversifikasi produk, fitru, rasa, kualitas), harga, promosi (iklan, personal selling, promosi penjualan), distribusi (pemasok, ketersediaan produk). Menurut Nugroho (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah lokasi, pelayanan dan harga.

Brand image merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu produk

dan sebagai nilai tambah bagi produk tersebut. Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itu perusahaan berusaha terus memperkenalkan merk yang dimilikinya ke konsumen yang menjadi target marketnya.

Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image yaitu :

1. Keunggulan produk.

2. Kepopuleran merek dengan strategi komunikasi melalui periklanan. 3. Memunculkan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh produk tersebut.

Adapun cara memunculkan brand image supaya dapat sesuai dengan pangsa pasar perusahaan yaitu, adalah sebagai berikut :

1. Material yang bagus untuk jangka panjang, karena harga harus sesuai kualitas yang ada.

2. Harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat, artinya harga mahal dan harga murah harus sesuai pangsa pasarnya dengan kualitas yang sama.

(21)

3. Mempunyai nilai jual kembali yang tinggi, yaitu supaya suplier yang ambil di centro dapat menjual kembali barang kepada konsumen lain. 4. Kepercayaan untuk menggunakan produk centro, karena untuk

memutuskan membeli suatu barang konsumen harus percaya terlebih dahulu untuk menggunakan suatu barang tersebut.

Selain brand image, promosi merupakan salah satu sistem dari kegiatan yang saling berhubungan ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan barang dan jasa-jasa kepada konsumen untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya perusahan tetap bisa menguasai pangsa pasar di Indonesia.

Menurut Tjiptono (2008:219), promosi adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Tjiptono (2014) promosi terhadap jasa lebih membutuhkan penekanaan untuk meningkatkan kualitas jasa yang telah dilakukan. Promosi bukan hanya memperkenalkan suatu produk atau keunggulan pada produk tersebut tetapi kegiatan promosi dimaksudkan untuk dapat berkomunikasi dengan konsumen, sehingga perusahaan bisa memperkenalkan, membujuk, mempengaruhi dan mendorong konsumen untuk membeli maupun menggunakan jasa yang ditelah ditawarkan oleh perusahaan.

(22)

Contoh kecilnya supaya konsumen loyal yaitu dengan cara memberika bonus akhir tahun atau memberi tunjangan hari raya, memberikan potongan harga pada saat mengambil barang merek tertentu, mengunjungi setiap konsumen baik didalam kota maupun diluar kota. Karena pada dasarnya setiap konsumen sangat senang apabila diperlakukan seperti layaknya pepatah “pembeli adalah raja”.

Selain pentingnya brand image dan promosi, konsumen juga harus mempertimbangkan harga pada saat akan memutuskan untuk membeli keramik. Karena persepsi harga yang sesuai dan pemasaran yang bagus dapat meningkatkan penjualan suatu perusahaan. Persepsi harga sendiri merupakan unsur penting dalam sebuah perusahaan dimana dengan adanya harga maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan bagi keberlangsungan perusahaan. Persepsi harga juga menjadi proses pertukaran terhadap suatu barang atau jasa oleh konsumen.

Persepsi harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk memperoleh sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kuat yang dapat menentukan harga pada tingkat yang limit, sehingga perusahaan lain tidak dapat mengikuti oleh karena itu tidak muncul dipasar berarti mencegah masuknya persaingan dari perusahaan lain. Perusahaan menentukan harga pada tingkat tertentu dapat digunakan untuk mengontrol persaingan., kepekaan, menganalisa kondisi dalam pangsa pasar. Harga yang dilepaskan akan lebih memudahkan untuk mengatur strategi perusahaan lebih lanjut khususnya dibidang harga, sebab dengan harga yang kompetitif, maka pembeli akan tertarik untuk melakukan pembelian.

(23)

Keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2009:184) mendefinisikan keputusan pembelian konsumen yaitu, keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:19) mengemukakan bahwa keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.

Setiap konsumen mempunyai cara yang berbeda-beda untuk membeli sestau produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan seseorang dalam memilih salah satu atau berbagai pilihan alternatif yang ada dalam memilih suatu barang atau jasa.

Dari latar belakang masalah yang ada peneliti mencantumkan tabel hasil penjualan dari CV. Tanjung Emas tahun 2015 hingga 2017 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Hasil Penjualan 2015 – 2017

Tahun Hasil Penjualan/Tahun

2015 8.791.220.039

2016 9.105.322.238

2017 6.206.002.845

Sumber : Data penjualan CV. Tanjung Emas

Dari tabel 1.1 dapat dilihat pada tahun 2015 penjualan yang diperoleh yaitu sebesar 8.791.220.039, pada tahun 2016 penjualan meningkat sebesar 314.102.199 yang hasilnya pada tahun 2016 penjualan yang diperoleh sebesar

(24)

9.105.322.238 dan penjualan ditahun 2017 menurun sebesar 2.899.319.393 yang hasilnya pada tahun 2017 yaitu sebesar 6.206.002.845.

Penjualan pada tahun 2017 menurun sangat dratis diduga karena promosi yang dilakukan sales keramik kurang memuaskan konsumen contohnya kurang berkunjung ke toko-toko atau kurang promosi dalam menyebarkan brosur dan sosial media. Pada era modern saat ini sebenarnya promosi bisa dilakukan dimana saja karena sudah adanya kecanggihan teknologi masa kini. Akibat menurunya penjualan kedua yaitu mungkin karena harga yang bersaing pada saat ini sudah banyak perusahaan yang menjual keramik dengan merek berbeda kualitas yang hampir sama tapi harga yang jauh dipasaran. Kurangnya potongan harga yang dilakukan perusahaan saat konsumen membeli barang, karena potongan harga merupakan poin penting bagi konsumen tapi tidak bagi distributor. Karena dengan adanya potongan laba yang didapat oleh perusahaan semakin sedikit sedangkan kebutuhan operasional perusahaan semakin banyak.

Menurut penelitian Irwan (2017) brand image menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bobby Yudhiarina (2009) penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari promosi terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Korniawan Raharjo, dkk (2015) menjelaskan bahwa persepsi harga mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

(25)

Beberapa peneliti terdahulu seperti Irwan (2017), Korniawan Raharjo, dkk (2015), Victorius Laoli dan Fatolosa Hulu (2018), Dony Indra (2017) telah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Atas dasar ketidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh brand image, promosi dan persepsi harga.

Adanya banyak pesaing mengharuskan perusahaan memperhatikan apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk, bukan hanya bermodalkan merek yang sudah dikenal, serta promosi yang dilakukan untuk menarik konsumen. Untuk itu berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENGARUH BRAND IMAGE, PROMOSI DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA KONSUMEN KERAMIK CENTRO DI CV. TANJUNG EMAS)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan keputusan pembelian agar target dapat tercapai sedangkan pertanyaan penelitiannya adalah :

1. Bagaimana pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian keramik centro ?

2. Bagaimanapengaruh promosi terhadap keputusan pembelian keramik centro ?

(26)

3. Bagaimana pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian keramik centro ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Untuk menganalisis pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian. 2. Untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian. 3. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini yaitu diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada sejumlah pihak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bukti yang empiris untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi pengembangan ilmu ekonomi sebagai perbandingan, sumber bacaan, dan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai pengaruh brand image, promosi dan harga terhadap keputusan pembelian.

(27)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Tri Gunawan (2017) setiap konsumen memiliki cara yang berbeda-beda untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan seseorang atau kelompok dalam memilih salah satu dari berbagai alternatif pilihan yang ada dalam memilih suatu produk barang atau jasa. Menurut Kotler dan Armstrong (2011:149) dalam Tri Gunawan (2017) menyatakan bahwa “Purchase decision is

the buyer’s decision about which brand to purchase” yang artinya bahwa

keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Konsumen sebagai pelaku utama dalam proses pembelian selalu menjadi perhatian produsen.

Menurut Basu Swasta (2003) dalam Korniawan, dkk (2015) Keputusan konsumen untuk mendapatkan atau membeli produk atau jasa sesuai yang diharapkan. Sedangkan menurut Philip Kotler (2005) dalam Korniawan, dkk (2015) pengertian keputusan pembelian adalah merupakan suatu ketentuan untuk mengidentifikasikan semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan persoalan dan menilai pilihan-pilihann secara sistemastis dan obyektif serta sasaran-sasaran yang menentukan keutungan serta kerugiannya masing-masing.

(28)

Dalam Irwan (2017) Ma’ruf (2006:61) mengungkapkan bahwa terdapat tiga proses keputusan pembelian, yaitu proses yang panjang, proses terbatas, dan proses rutin. Proses yang panjang dan yang terbatas dapat dikatakan sebagai pembelian yang incidental, yaitu yang hanya sekali atau sesekali dibeli. Berikut tiga proses keputusan pembelian, antara lain :

1. Proses keputusan panjang (extended decision making) untuk barang yang durable (rumah, lahan, mobil, kulkas, mesin cuci, dan lain-lain).

2. Proses keputusan terbatas (limited decision making), sama dengan proses diatas tetapi terjadi secara lebih cepat dan kadang meloncati tahapan. 3. Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi secara

kebiasaan sehingga proses pembelian sangat singkat saja. Begitu dirasakan ada kebutuhan, langsung dilakukan pembeliannya. Misalnya membeli baterai.

Adapun indikator yang digunakan untuk keputusan pembelian adalah (Kotler dan Armstrong, 2008) :

1. Pengenalan masalah. 2. Pencarian informasi. 3. Evaluasi alternatif. 4. Keputusan pembelian. 5. Perilaku pasca pembelian.

(29)

2.1.2 Pengertian Brand Image

Brand image pada setiap perusahaan merupakan modal usaha yang sangat

penting. Pada masa ini di berbagai kegiatan perusahaan terdapat banyak perusahaan yang menghasilakan barang yang sama (Sadono S, 2004:217). Dalam memproduksi barang mewah dan barang elektronik, sebagai contoh terdapat berbagai perusahaan yang memasarkan barang yang sama. Lihat saja jenis-jenis keramik banyak merek keramik yang berbeda tapi motif dan corak sama. Apabila barang yang diproduksi berlabel merek yang terkenal, semakin banyak barang yang dijual maka akan meningkatkan penjualan dan keuntungan untuk perusahaan. Semakin terkenal merek yang digunakan oleh suatu perusahaan semakin baik prospek keuntungannya dalam jangka panjang, karena merek yang terkenal mewujudkan kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap barang yang dipasarkan oleh perusahaan.

Menurut Wijaya (2011) brand image adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek, dengan kata lain

brand image merupakan bentuk atau gambaran tertentu dari suatu jejak makna

yang tertinggal dibenak khalayak konsumen.

2.1.3 Fungsi dan Peran Brand Image

Menurut Boush dan Jones (2006:6-8) mengemukakan bahwa citra merek

(brand image)memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

1. Pintu Masuk Pasar (Market Entry), market entry berperan penting dalam hal pioneering advantage, brand extension, dan brand alliance. Produk

(30)

pionir dalam sebuah kategori yang memiliki brand image yang kuat akan mendapatkan keuntungan karena biasanya produk yang sudah banyak diikut akan kalah pamor dengan produk pionir misalnya roman, milan dan platinum.

2. Sumber Nilai Tambah Produk, para produsen mengakui bahwa brand

image tidak hanya merangkum pengalaman konsumen dengan produk dari

merek tersebut, tapi benar – benar dapat mengubah pengalaman itu. Sebagai contoh, konsumen terbukti merasa bahwa merek platinum yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan merek centro yang harganya dibawah platinum memiliki kualitas yang sama dengan platinum walaupun harganya lebih murah. Dengan demikian brand image mempunyai peran yang jauh lebih kuat dalam menambah nilai produk dengan mengubah pengalaman produk.

3. Penyimpanan Nilai Perusahaan, yang dimaksud dalam penyimpanan nilai perusahaan adalah hasil investasi biaya iklan dan peningkatan kualitas produk yang terakumulasikan, perusahaan dapat menggunakan penyimpanan nilai ini untuk mengkonversi ide pemasaran strategi menjadi keuntungan kompetitif jangka panjang.

4. Kualitas dalam Penyaluran Produk, brand image yang kuat berfungsi baik sebagai indikator maupun kekuatan dalam saluran distribusi. Brand image tidak hanya berperan secara horizontal dalam menghadapi persaingan mereka, tetapi juga secara vertikal dalam memperoleh saluran distribusi

(31)

dan memiliki kontrol serta daya tawar terhadap persyaratan yang dibuat oleh perusahaan.

Menurut Tjiptono (2011:45-46) dalam Irwan (2017) pemahaman mengenai peran strategi merek tidak bisa dipisahkan dari tipe-tipe utama merek, karena masing-masing tipe memiliki citra merek yang berbeda, ketiga tipe tersebut meliputi :

1. Attribute brands, yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan keyakinan/kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara obyektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga merek cenderung memilik merek-merek yang dipersepsikan sesuai dengan kualitasnya.

2. Aspirational brands, yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek bersangkutan. Brand image tersebut tidak banyak menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki brand image yang terkenal, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya (konsumen) dengan kelompok aspirasi tertentu ( misalnya : golongan kaya, prestisius dan popular).

3. Experience brands, mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared associations dan emotions). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenan dengan

(32)

kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual. Kesuksesan adalah experience brand ditentukan oleh kemampuan merk bersangkutan dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal.

Adapun indikator citra merek menurut Tjiptono (2004) dalam Farouk Adhir, dkk (2013) adalah sebagai berikut :

1. Kinerja. 2. Citra sosial. 3. Nilai

4. Trustworthiness.

2.1.4 Pengertian Promosi

Menurut Saladin (2006 : 123) mengemukakan promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.

Kegiatan promosi dalam pemasaran biasanya dilakukan untuk barang-barang yan bersifat berbeda corak seperti sabun mandi, televisi, keramik, handphone, dan mobil. Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan setiap barang tersebut dan melakukan promosi merupakan cara yang pentig untuk menarik pelanggan membeli barang mereka.

Pada dasarnya kegiatan mempromosikan barang atau barang-barang yang dihasilkan perusahaan meliputi tiga aspek yaitu ( Sadono S, 2004:235) :

(33)

1. Memberikan informasi mengenai sesuatu barang (misalnya kualitasnya seperti apa, beli dimana, harga dan sebagainya).

2. Membujuk para konsumen untuk membeli harga tersebut, misalnya dengan cara memberikan diskon atau memberikan barang secara gratis untuk ketentuan tertentu.

3. Mempengaruhi konsumen, aspek ketiga bertujuan untuk memperkuat aspek kedua, yang mungkin konsumen sudah terbujuk untuk membeli suatu barang dan seterusnya dibujuk pula untuk membeli lebih banyak melalui promosi “beli dua barang dapat gratis satu” contoh ini menunjukkan bukan saja disuruh membeli barang tersebut, tetapi dipengaruhi pula agar membeli lebih banyak barang.

Promosi penjualan meliputi kegiatan tertentu atau penawaran tertentu yang masa berlakunya terbatas. Biasanya tujuan dari melakukan promosi penjualan adalah membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk berbelanja lebih banyak atau lebih sering. Promosi penjualan dapat pula dilakukan untuk memperkenalkan barang baru, berbagai cara juga digunakan untuk tujuan tersebut.

Promosi penjualan produk baru selalu dilakukan dengan menawarkan harga murah untuk barang baru diperkenalkannya. Untuk barang konsumsi, promosi penjualan terutama dilakukan dengan menurunkan harga atau harga tidak diturunkan tetapi pembeli memperoleh hadiah-hadiah tertentu seperti mendapatkan barang lain atau mendapat tiket gratis untuk berpergian.

(34)

Menurut Philip Kotler (1997:257) promosi penjualan merupakan unsur kunci dalam kampanye pemasaran. Kami mendefinisikan sebagai berikut :“Promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa tertentu secara lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang”.

Bila iklan menawarkan alasan untuk membeli, promosi penjualan menawarkan intensif untuk membeli. Promosi penjualan mencakup kiat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, penawaran pengembalian uang, potongan harga, premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi berhubungan, promosi silang, pajangan di tempat pembelian dan demonstrasi) dan promosi bisnis dan wiraniaga (misalnya, pameran dan konvensi perdagangan, kontes untuk wiraniaga, dan iklan khusus).

2.1.4.1 Tujuan Promosi

Promosi penjualan berbeda dalam tujuan spesifikasinya. Satu contoh gratis mendorong konsumen untuk mencoba, sementara jasa konsultasi manajemen gratis bertujuan mempererat hubungan jangka panjang dengan seorang pengecer. Penjual menggunakan promosi tipe intensif untuk menarik pencoba baru, untuk menghargai pelanggan setia, dan untuk menaikkan tingkat pembelian ulang dari pemakaian sesekali (Philip Kotler, 1997:258).

Promosi yang digunakan dipasar dengan kesamaan merek yang tinggi menghasilkan tanggapan penjualan yang tinggi dalam jangka pendek tetapi

(35)

sedikit keuntungan permanen dalam pangsa pasar. Saat ini, banyak manajer pemasaran memperkirakan lebih dulu apa yang perlu mereka belanjakan dalam promosi perdagangan, kemudian apa yang mereka perlu belanjakan dalam promosi konsumen, yang tersisa mereka anggarkan untuk periklanan. Terdapat juga bukti bahwa promosi harga tidak secara permanen membangun volume kategori total. Perusahaan biasanya membangun volume jangka pendek yang tidak bertahan. Pesaing dengan pangsa kecil menemukan bahwa penggunaan promosi penjualan itu menguntungkan, karena perusahaan lain tidak mampu menandingi anggaran periklanan besar dari pemimpin pasar.

Indikator promosi menurut Kotler dan Armstrong (2008) sebagai berikut :

1. Periklanan.

2. Promosi penjualan. 3. Hubungan masyarakat. 4. Penjualan personal. 5. Pemasaran langsung.

2.1.5 Pengertian Persepsi Harga

Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk sehingga setiap perusahaan harus dapat memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual kepada konsumen. Dalam Wikipedia Indonesia, persepsi adalah tindakan menyusun, mengendali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Dalam Kamus Besar Bahasa

(36)

Indonesia persepsi yaitu sebuah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Persepsi memiliki pengaruh yang kuat bagi konsumen, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsuem yaitu persepsi harga.

Menetapkan satu harga untuk semua pembeli merupakan ide yang relatif modern yang muncul dengan perkembangan penjualan eceran skala besar pada akhir abad ke-19. Secara tradisional, harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Hal ini masi berlaku untuk negara-negara miskin diantara kelompok-kelompok miskin, dan untuk produk jenis komoditas. Pengusaha perlu memikirkan tentang penetapan harga jual produknya secara tepat, karena harga yang kurang tepat akan mengakibatkan tidak menarik para pembeli untuk membeli barang.

Menurut Monroe (2003:161) dalam Lim Yosep (2013) mengemukakan bahwa persepsi harga sering diidentikkan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk, informasi harga aktual yang diperoleh akan dibandingkan dengan persepsi harga atau jasa tersebut, selanjutnya konsumen akan memutuskan apakah akan membeli produk atau jasa tersebut atau tidak.

Menurut Swastha (2003) dalam Korniawan, dkk (2015) mengemukakan pengertian harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

(37)

Indikator persepsi harga menurut Korniawan, dkk (2015) adalah :

1. Harga.

2. Kewajaran penetapan harga

3. Harga sebanding dengan barang yang dijual.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan uraian diatas penelitian yang pernah dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Tahun Sampel dan Periode Penelitian

Variabel dan Metode Analisis

Hasil

1. Korniawan Raharjo dan Suryono Budi (2015) Pembeli TB Rajawali Demak Periode : 2015 Variabel Independen : Lokasi, Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Analisis : accidental sampling dan Snowball Sampling Lokasi, Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian. 2. Victorinus Laoli (2018) Konsumen UD. Sentosa Gunung Sitoli Periode : 2018 Variabel Independen :

Brand Image dan Penetapan Harga Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Analisis : Stratified Random Sampling (penelitian sampling secara acak)

Brand Image dan Penetapan Harga berpengaruh Terhadap Keputusa Pembelian 3. Farouk Adhir, dkk (2013) Konsumen Toko Jeddah Padang Variabel Independen : Diferensiasi Produk, Diferensiasi Produk, Merek dan Promosi

(38)

No Peneliti dan Tahun Sampel dan Periode Penelitian

Variabel dan Metode Analisis

Hasil

Periode : 2013 Merek dan Promosi Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Ananlisis : Acciidental Sampling berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian 4. Silvia Buyung, dkk (2016) Konsumen Toko Lico Periode : 2016 Variabel Independen : Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Analisis : Regresi Linier Berganda

Citra Merek dan Kualitas Produk berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian. Sedangkan Harga Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

5. Maudy Marla (2013) Konsumen di Tonasa

Periode : 2013

Variabel Independen : Kualitas Produk, Citra Merek, Harga dan Promosi. Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Analisis : Analisis Regresi Berganda

Kualitas Produk, Citra Merek, Harga dan Promosi berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

6. Lim Yosep (2013) Konsumen Cat Merek Mowilek Periode : 2013

Variabel Independen : Harga dan Promosi. Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Metode Analisis:

Purposive Sampling

Harga dan Promosi berpengaruh positif Terhadap Keputusan Pembelian.

Sumber : disarikan dari berbagai jurnal

2.3 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian

Brand image yang baik akan berdampak terhadap

konsumen dalam memilih suatu barang atau produk. Brand image menjadi satu bagian bagi perusahaan untuk menunjang produknya diminati atau tidak oleh konsumen. Brand image yang buruk akan menyebabkan tidak diminati oleh konsumen, sedangkan brand

(39)

brand image nya maka akan mengganggu kelangsungan

operasional perusahaan, jika semakin baik brand image nya operasional perusahaan akan terjamin atau semakin baik.

Pada dasarnya konsumen saat ini hanya mementingkan citra merek saja tanpa mementingkan kualitas yang ada. Jika dengan kualitas lebih bagus tapi mereknya tidak terkenal akan sama saja merugikan perusahaan yang benar-benar menjual kualitas bukan merek. Karena brand image hanyalah sebuah tulisan untuk nama barang atau jasa sedangkan jika perusahaan hanya menjual merek tanpa melihat kualitas lalu bagaimana dengan pangsa pasar sekarang yang ada, perusahaan kecil yang benar-benar menjual kualitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silvia Buyung (2016) menemukan bahwa citra merek secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maudy Marla (2013) menyatakan bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

H1 : Brand Image Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

2.3.2 Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Promosi merupakan salah satu cara yang paling baik untuk sebuah perusahaan, karena dengan adanya promosi ke konsumen setiap perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang meningkat. Menurut Lamb et al (2001:145) dalam Farouk Adhir (2013)

(40)

pengertian promosi adalah komunikasi dari para pemasar yang menginformasikan, membujuk, dan mengikatkan calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu respon. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008) dalam Farouk Adhir (2013) promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.

Promosi sendiri bisa dilakukan dimana saja, karena pada era globalisasi saat ini mempromosikan barang dan jasa bisa lewat sosial media karena sudah banyak sekali sosial media yang bisa digunakan untuk promosi barang. Selain itu ada juga iklan di televisi yang bisa digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa. Jika zaman dahulu promosi hanya bisa dilakukan dengan menyebar selebaran brosur tapi saat ini promosi bisa dilakukan tanpa perlu mengeluarkan banyak uang. Jadi operasional perusahaan bisa diminimalkan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lim Yosep (2013) menyatakan bahwa promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maudy Marla (2013) mengemukakan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

(41)

Pada variabel promosi peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Farouk Adhir (2013) yang menyatakan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

H2 : Promosi Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

2.3.3 Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Persepsi harga merupakan poin penting dalam perusahaan, setiap perusahaan sebelum memasarkan produknya akan menghitung terlebih dahulu harga yang akan dipasarkan kepada konsumen. Karena bagi perusahaan jika salah dalam menghitung harga akan mempengaruhi laba perusahaan. Menurut William J. Stanton (1998) dalam Korniawan, dkk (2015) mengemukakan bahwa harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Sedangkan menurut Wikipedia persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan persepsi harga yaitu tindakan menyusun, mengenali dan menafsirkan harga barang yang akan dijual kepada konsumen dengan memperhatikan lingkungan yang akan dijadikan ospek untuk melakukan kegiatan jual beli.

Berdasarkan penelitian yang dilakukanmenurut Lim Yosep (2013) mengemukakan bahwa persepsi harga berpengaruh positif

(42)

terhadap keputusan pembelian.Pada persepsi harga peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Korniawan, dkk (2015) yang menunjukkan bahwa persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

H3 : Persepsi Harga Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pengembangan hipotesis diatas, yang meguji brand

image, promosi dan persepsi harga terhadap keputusan

pembelian maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

H1 H2 H3 Brand Image X1 Promosi X2 Persepsi Harga X3 Keputusan Pembelian (Y)

(43)

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Menurut Soeparno (2009 : 7) Variabel adalah nilai yang mencerminkan karakter dari unit pengamatan terkecil atau elemen dari suatu objek penelitian. Oleh karena itu, variabel memiliki variasi yang berubah-ubah atau berbeda-beda sesuai dengan sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing elemen. Variabel adalah sesuatu yang bisa membawa atau membedakan variasi pada nilai. Nilai dapat berbeda terhadap berbagai waktu untuk obyek atau orang yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diajukan, maka dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu, variabel independen (variabel bebas) menurut Mudrajad (2001 : 5) Variabel ini biasanya dianggap sebagai variabel prediktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen sedangkan variabel terikat (variabel dependen) variabel yang diprediksi atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini

variabel independen meliputi : brand image, promosi, dan persepsi harga.

Sedangkan dalam variabel terikat (variabel dependen) yaitu keputusan pembelian.

(44)

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional, yaitu sebuah konsep dan tipe skala yang digunakan untuk tujuan mengategorikan, mengurutkan tingkatan, dan menguraikan variabel untuk tingkat kecanggihan yang bermacam-macam, membantu manajer untuk melakukan survei kecil sendirian, tanpa banyak kesulitan (Sekaran, 2006 : 25). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel No Nama

Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

1 Brand

Image

Brand : nama, istilah,

tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (tjiptono, 2004)

Image : kombinasi antara

titik, garis, bidang dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu objek.

Jadi brand image adalah simbol yang digunakan untuk menciptakan sesuatu objek supaya konsumen dapat membedakan produk tersebut dengan mudah

1. Kinerja 2. Citra Sosial 3. Nilai 4. Trustworthiness Farouk Adhir, dkk (2013)

2 Promosi Suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut (Saladin, 1. Periklanan 2. Promosi Penjualan 3. Hubungan Masyarakat 4. Penjualan Personal 5. Pemasaran Langsung Farouk Adhir,dkk (2013)

(45)

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber 2006:123).

3 Persepsi Harga

Persepsi harga sering diidentikan dengan kualitas produk dan biaya yang akan dikeluarkan untuk memperoleh produk tersebut (Lim Yosep, 2013)

1. Keterjangkauan Harga 2. Kewajaran Penentapan

Harga

3. Harga Sebanding dengan Barang yang Dijual

Lim Yosep (2013) dan Korniawan (2015) 4 Keputusan Pembelian

Tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk (Tri Gunawan, 2017) 1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Perilaku Pasca Pembelian Tri Gunawan (2017) dan Farouk Adhir, dkk (2013)

3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel

3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel

3.2.1.1 Objek Penelitian

Obyek penelitian adalah penelitian ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk meneliti suatu obyek tertentu yang sesuatu hal obyektif valid dan reliabel tentang suatu hal (varian tertentu). Obyek penelitian ini konsumen keramik centro. Obyek ini dipilih karena dari tahun ke tahun penjualan di CV. Tanjung Emas tidak signifikan maka peneliti tertarik untuk meneliti kenapa pembelian keramik pada perusahaan ini tidak bisa signifikan.

3.2.1.2 Unit Sampel

Unit sampel merupakan responden yang menjadi pembeli keramik centro pada CV. Tanjung Emas.

(46)

3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel

3.2.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti yang dapat dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah konsumen keramik centro CV. Tanjung Emas.

3.2.2.2 Penentuan Sampel

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel (Augusty, 2013:171). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah konsumen produk keramik centro CV. Tanjung Emas. Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui, maka untuk memudahkan penentuan jumlah sampel yang diambil ditentukan dengan rumus (Riduwan, 2004:66) :

( )( ) Dimana :

n = Jumlah sampel

= Nilai yang didapat dari tabel normal atau tingkat keyakinan e = kesalahan penarikan sampel

(47)

tingkat keyakinan dalam penelitian ini ditetntukan sebesar 95 persen maka nilai adalah 1,96. Tingkat kesalah penarikan sampel ditentukan sebesar 10 persen. Maka dari perhitungan rumus tersebut dapat diperoleh sampel yang dibutuhkan yaitu :

( )( )

Jadi berdasarkan rumus diatas, sampel yang diambil sebanyak 96,04 responden. Untuk mempermudah perhitungan maka dibulatkan menjadi 96 responden.

Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Dalam hal ini kriteria yang diambil oleh peneliti yaitu sebagai berikut :

1. Minimal usia 18 tahun

2. Konsumen yang memutuskan membeli dan menggunakan produk keramik centro

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data adalah informasi berupa keterangan yang didapat dari hasil pengamatan atau observasi untuk diolah kembali, data ini dapat berupa angka, catatan, gambar dan informasi lainnya dalam upaya memahami suatu fenomena dan objek. Jenis data dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan sekunder.

(48)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Uma Sekaran, 2006:60).

Sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tanggapan responden yang diperoleh melalui kuisioner mengenai pengaruh brand image, promosi dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian konsumen yang beli di CV. Tanjung Emas. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau misalnya catatan, dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah dll. Dalam beberapa kasus, lingkungan atau situasi dan peristiwa khusus pun dapat menjadi sumber data (Uma Sekaran, 2006 : 61).

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari informasi-informasi atau hasil penelitian yang disediakan oleh unit atau lembaga-lembaga yang ada, buku referensi, media masa, internet dan lainnya yang menunjang dan berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti.

(49)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena bertujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, peneliti tidak akan bisa mendapatkan data yang memenuhi kriteria data yang ditetapkan. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

3.4.1 Wawancara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah responden masuk kedalam kriteria penelitian.

3.4.2 Kuisioner

Kuisioner yaitu mengumpulkan data dengan cara membagikan lembar pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan dibagikan kepada responden yang akan diteliti. Untuk mengukur pendapat responden penelitian ini menggunakan skala

Likert lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan

angka 1 untuk pendapat tidak setuju (STS). Berikut perinciannya :

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

(50)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

3.4.3 Metode Dokumentasi

Dalam Wikipedia Indonesia dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat, buku, undang-undang dan sebagainya. metode ini digunakan untuk memperoleh data sampel penelitian dari responden yang dimenjadi topik penelitian.

3.5 Metode Analisis 3.5.1 Analisis Kualitatif

Menurut Sugiyono (2011:9) analisis kualitatif bersifat induktif, yaitu data yang diperoleh, selanjutnya di kembangkan pola hubungan kemudian dikonstruksi menjadi hipotesis. Teknik pengumpulan data secara triagulasi (gabungan) dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna (data sebenarnya) daripada

generalisasi.

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuatitatif bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Selanjutnya hipotesis diuji melalui data yang telah diperoleh, dan perolehan data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau

(51)

inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak (Sugiyono, 2011:8).

Metode analisis data dalam penelitian ini berupa analisis kualitatif dan kuantitatif yang diawali analisis regresi linier berganda,uji parsial (uji t), uji ketepatan model (uji f), koefisien determinasi (R2), uji validitas, uji reliabilitas untuk kuisioner, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas).

3.6 Uji Instrumen Penelitian

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Mengukur validitas dapat dilakukan dengan 3 cara (Imam Ghozali, 2016:52) yaitu:

1. Melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.

2. Uji validitas dapat juga dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.

3. Uji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA), CFA digunakan untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimesionalitas atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel.

(52)

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabel dapat digunakan 2 cara yaitu (Imam Ghozali, 2016:47) :

1. Pengukuran ulang (repeated measure), disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

2. Pengukuran Sekali (one shot), disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

3.7 Analisis Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini ada beberapa uji yang dipakai oleh peneliti yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji glejser. Berikut penjelasan dari masing-masing uji, yaitu :

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi

(53)

ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Imam Ghozali, 2016:154).

Dalam buku Imam Ghozali (2016) ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik.

a. Analisis Grafik, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. b. Uji Statistik, yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual

yaitu uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis (Imam Ghozali, 2016:158).

H0 : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual berdistribusi tidak normal

3.7.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskredastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskresdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas (Imam Ghozali, 2016:134). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji glejser, uji glejser adalah uji yang mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual

(54)

terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dalam Imam Ghozali (2018).

3.7.3 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Multikolinearitas dapat juga dilihat dari :

1. Nilai tolerance dan lawannya 2. Variance inflation factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance)

3.7.4 Uji Regresi Linier Berganda

Suatu variabel yang dependen dapat saja dihubungkan dengan dua atau lebih dari dua variabel independen. Teknik regresi berganda sebetulnya dipakai

(55)

guna menggambarkan betapa suatu variabel dependen dihubungkan dengan 2 atau lebih dari 2 variabel independen ( Anto Dajan, 1972:399).

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis hipotesis penelitian. Seperti yang dijelaskan Anto Dajan (1972:399) analisis regresi berganda dapat menggambarkan pengaruh variabel dependen dengan beberapa independen.

Analisis dari penelitian ini guna menguji pengaruh brand image, promosi dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian (studi pada konsumen keramik centro di CV. Tanjung Emas)

Analisis regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan : Y = Keputusan Pembelian a = Konstanta X1 = Brand Image X2 = Promosi X3 = Persepsi Harga

b1 = Koefisien regresi variabel

(56)

3.7.4.1 Uji Hipotesis (Uji t)

Distribusi t selain digunakan untuk menguji suatu hipotesis juga untuk membuat perdugaan interval. Biasanya, distribusi t digunakan untuk menguji hipotesis mengenai nilai parameter, paling banyak dari 2 populasi (lebih dari 2, harus digunakan F) dan dari sampel yang kecil, misalnya n < 100 bahkan seringkali n ≤ 30. Untuk n yang cukup besar (n ≥ 100, atau mungkin cukup n > 30) dapat digunakan distibusi normal, maksudnya tabel normal dapat dipergunakan sebagai pengganti tabel t. Uji t dibagi menjadi 2 Uji-T (student

T-test) dan Uji-T Satu Sampel (one sample T-Test) (Modul Penelitian Komputer

Dasar, 2017).

a. Uji-T (Student T-test), Uji-T merupakan salah satu uji parametrik yang digunakan untuk menilai rata-rata (mean) dan keragaman (varian) suatu kelompok data apakah berbeda secara statistik atau tidak. Uji-T meliputi :

One Sample Test, Independent Sample Test dan Paired Sample T-Test.

b. Uji-T Satu Sampel (One Sample T-Test), pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu nilai tertentu yang digunakan sebagai pembanding berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai tertentu disini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter untuk mengukur suatu populasi.

(57)

3.7.4.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji asumsi mengenai tepatnya fungsi produksi, fungsi permintaan, dan fungsi konsumsi untuk ditetapkan terhadap data empiris atau data hasil observasi (J.Supranto, 2001:69).

3.7.4.3 Uji Koefesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah bagian dari keragaman total variabel tak bebas Y (variabel yang dipengaruhi atau dependent) yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas X (variabel yang mempengaruhi atau independen). Jadi koefisien determinasi adalah kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y (Suharyadi & Purwanto S.K, 2004;465).

(58)

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membagikan kuisioner yang diisi oleh responden yang merupakan konsumen keramik centro CV. Tanjung Emas. Kuisioner dibagikan mulai tanggal 7 Januari 2019 sampai dengan 12 Januari 2019 . Pengumpulan kembali kuisioner dilakukan sendiri oleh peneliti dan dilakukan secara bertahap tergantung pada kesediaan para responden untuk melakukan pengisian kuisioner. Kuisioner sudah terkumpul kembali dan diterima oleh peneliti pada tanggal 14 Januari 2019.

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen keramik centro CV. Tanjung Emas. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 96 responden. Sedangkan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik puposive sampling.

Berdasarkan kuisioner yang telah diberikan kepada 106 responden diperoleh sampel sebanyak 96 responden dimana terdapat 6 kuisioner tidak dikembalikan kepada peneliti dan 4 kuisioner tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diolah. Jumlah sampel sebanyak 96 responden masih layak untuk di proses dan sesuai syarat yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Setelah melakukan pengamatan pada hasil kuisioner dapat dilihat jawaban deskriptif responden dimana digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari responden terhadap tiap-tiap pertanyaan yang ada pada masing-masing variabel. Sehingga jumlah keseluruhan yang mewakili populasi sebanyak 96 responden.

(59)

a. Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 53 55,2 %

2 Perempuan 43 44,8 %

Total 96 100 %

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2019

Dari tabel 4.1 dapat ditunjukkan bahwa dari 96 responden, responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 53 orang atau 55,2 persen. Dapat disimpulkan bahwa responden yang mengisi kuisioner keputusan pembelian terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki sebesar 53 orang. Karena konsumen keramik rata-rata berjenis kelamin laki-laki, sebab konsumen laki-laki lebih mengerti dan paham tentang bahan-bahan bangunan serta berwawasan lebih luas dalam memilih keramik.

b. Responden Berdasarkan Umur

Pengelompokkan dilakukan menggunakan rumus sturges (Sugiyono, 2007) sebagai berikut :

Rumus jumlah kelas interval : K = 1+3,3 log n

Keterangan :

K = Banyaknya kelas

(60)

Rumus panjang kelas interval : Keterangan : C : interval kelas K : Jumlah kelas Jumlah responden : 96 Jumlah kelas = 1+3,3 log n

= 1 + 3,3 (1,98) = 1 + 6,53

= 7,53 dibulatkan 8 Interval kelas =

= 3

Berikut karakteristik responden berdasarkan umur yang dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Umur

No Kategori Umur Jumlah Persentase

1 18-20 4 4,17% 2 21-23 6 6,25% 3 24-26 18 18,75% 4 27-29 14 14,58% 5 30-32 22 22, 91% 6 33-35 15 15,63% 7 36-38 9 9,38% 8 39-42 8 8,33% Total 96 100%

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2019 42 – 18

(61)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang terbanyak merupakan responden yang memiliki umur berkisar 30-32 tahun yaitu sebesar 22,91 persen atau berjumlah 22 orang dan yang terendah merupakan responden yang memiliki umur 18-20 tahun yaitu sebesar 4,17 persen atau yang berjumlah 4 orang. Dapat disimpulkan bahwa responden yang mengisi kuisioner keputusan pembelian terbanyak yaitu umur berkisar 30-32 tahun sebanyak 22 orang, karena pada umur 30-32 tahun merupakan masa produktif dalam bekerja dan rata-rata pembeli di keramik centro merupakan konsumen yang berumur 24 hingga 35 tahun.

4.1.1 Karakteristik Tanggapan Responden

Deskripsi statistik variabel dalam penelitian ini yaitu Brand Image, Promosi dan Persepsi Harga. Instrumen kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari 3 pengukur variabel. Variabel brand image yang digunakan ada 4 pertanyaan, variabel promosi yang digunakan ada 5 pertanyaan, persepsi harga yang digunakan ada 3 pertanyaan, dan untuk keputusan pembelian yang merupakan variabel dependen dari penelitian menggunakan 5 pertanyaan.

Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert 5 tingkat dimana skor terendah STS (Sangat Tidak Setuju) diberikan skor 1 dan untuk skor tertinggi SS (Sangat Setuju) diberikan skor 5. Dalam penilaian digunakan interval dengan perhitungan sebagai berikut :

Interval = skor tertinggi (5) – skor terendah (1) Jumlah jenjang (5)

(62)

Dikategorikan menjadi 5 yaitu :

1. 0,96 – 1,76 = Sangat Tidak Setuju 2. 1,77 – 2,57 = Tidak Setuju

3. 2,58 – 3,38 = Netral 4. 3.39 – 4,19 = Setuju

5. 4,20 – 5,00 = Sangat Setuju

Hasil jawaban responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian

a. Variabel Brand Image

Variabel tentang Brand Image dari masing-masing responden dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3

Tanggapan Responden Mengenai VariabelBrand Image

No Indikator STS TS N S SS Rata-rata 1 2 3 4 5 1 X1. 1 23 23 26 52 11 33 18 72 18 90 270 2,81 2 X1. 2 9 9 18 36 50 150 14 56 5 25 276 2,88 3 X1. 3 15 15 28 56 28 84 18 72 7 35 262 2,73 4 X1. 4 14 14 29 58 25 75 21 84 7 35 266 2,77 Rata-rata 2,8

(63)

Berdasarkan tabel 4.3 tanggapan responden terhadap variabel brand image menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan netral (tidak memihak) terhadap pernyataan-pernyataan mengenai brand image. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian responden memberikan jawaban netral dengan rata-rata sebesar 2,8.

Berdasarkan indikator kinerja menunjukkan bahwa responden menilai bahwa komposisi bahan keramik centro dapat memberikan material keramik yang bagus untuk jangka waktu yang lama. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor sebesar 2,81 yang berada dalam kategori netral (tidak memihak). Komposisi material keramik centro yang baik membuat konsumen untuk memutuskan membeli keramik centro, adapun sebagian konsumen tidak membeli keramik centro lagi karena alasan tertentu.

Berdasarkan indikator citra sosial menunjukkan bahwa keramik centro memiliki harga yang terjangkau untuk semua konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata sebesar 2,88 yang artinya netral. Keramik centro dianggap memiliki harga yang terjangkau karena harganya tidak mahal dan tidak juga murah, maka dari itu ada sebagian konsumen ada yang setuju dengan pernyataan itu dan ada yang tidak setuju, tetapi responden paling banyak memilih untuk netral artinya bisa dikatakan pernyataan tersebut disetujui tergantung kondisi harga yang dikatakan terjangkau.

Berdasarkan indikator nilai menunjukkan bahwa konsumen percaya keramik centro mempunyai nilai jual yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata sebesar 2,73 yang artinya netral. Keramik centro dikatakan memiliki harga

(64)

jual yang tinggi karena setiap konsumen yang membeli dikeramik centro biasannya dijual kembali.

Berdasarkan indikator trustworthiness menunjukkan konsumen menaruh kepercayaan kepada keramik centro untuk mmpercantik bangunan mereka. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata 2,77 yang berarti netral. Dalam indikator kepercayaan sebagian konsumen percaya bahwa keramik centro bisa membuat cantik bangunan rumah atau gedung, tetapi sebagian beranggapan keramik centro memang bagus untuk dijadikan lantai dirumah karena motif dan coraknya dari dahulu tidak berubah (konsisten dengan motif yang dipasarkan) kemungkinan sebagian konsumen suka dengan corak atau motif-motif yang lama.

Gambar

Tabel 4.12  Hasil Uji Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh promosi, harga, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen dalam pembelian bahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi, harga dan brand image terhadap keputusan pembelian produk provider handphone pada mahasiswa Universitas

Semakin baik dan menarik Promosi online yang dilakukan oleh Musalimah Collection, maka semakin meningkat keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen Promosi

Pernyataan nomor 5 tentang Kosmetik revlon menggunakan kharisma selebritas sehingga konsumen terpengaruh untuk melakukan pembelian dan menggunakan produk memiliki

dibenak konsumen, yaitu dengan melakukan sosialisasi mengenai kesehatan mulut, gigi kepada kosumen, dan memberikan manfaat dan keunggulan produk yang nyata sehingga

Dalam penelitian Anggar (2012) yang berjudul “Analisis pengaruh harga, kualitas produk, dan promosi terhadap keputusan pembelian sepeda motor honda (studi kasus

PENGARUH DESAIN, PROMOSI DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK AIR MINERAL PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. Disusun sebagai salah satu

Kegiatan promosi dilakukan guna memberikan informasi kepada konsumen yang masih belum mengenal produk secara jelas, didukung dengan penyajian program-program promosi lainnya yang