ANALISIS MANAJEMEN RESIKO
(Studi Kasus: PT.PLN (PERSERO) APJ Malang)Disusun Oleh: ADITYA RAHMADHANI 105060700111020 IKLIL LAZUARDI FIRDAUS 105060700111076 ANDREAS ARYO 105060707111016 TANWIRUL AZHAR 105060707111037 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI MALANG 2014
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Nomor : Ment, 16/ 1/20 tanggal 20 Mei 1961 diantaranya disebutkan didaerah – daerah, dibentuk daerah EXPLOITASI yang terdiri dari 10 Daerah Explotasi Listrik Umum (Pembangkit dan Distribusi) dimana untuk Wilayah Jawa Timur adalah Exploitasi IX yang melaksanakan fungsi pembangkitan dan pendistribusian tenaga listrik.
Berdasarkan Keputusan Direksi PLN Nomor 054/ DIR / 73 pada tanggal 23 Oktober 1973, Nama PLN Distribusi I/ Pembangkit I, dan kemudian diubah menjadi PLN Wilayah XII berdasarkan Keputusan Direksi PLN Nomor 012/ DIR/ 1976 pada tanggal 25 Februari 1976.
Selanjutnya sejak tanggal 3 Juli 1982 dengan Keputusan Direksi No 042/ DIR/ 1982 nama PLN wilayah XII berubah lagi menjadi PLN Distribusi Jawa Timur, dengan tugas dan tanggung jawab mengelola pendistribusian tenaga listrik di Jawa Timur sampai dengan saat ini.
Bahwa sejalan dengan kebijakan restrukturisasi sektor ketenaga listrikan sebagian tertuang dalam keputusan Menteri Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 39 / KEP / MK. WASPAN / 9 / 1998 serta kebijakan PT. PLN (Persero) Kantor Pusat tentang PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa timur diarahkan kepada stagic bussinesunit/ investment centre.
Seiring dengan itu dan dalam rangka optimasi Corporate Gain dan penyusunan organisasinya berdasarkan Value Chain, sehingga tugas pokok dan susunan seperti yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara Nomor 154.K/ 023/ DIR/ 2001 tanggal 20 Februari 2001.
Kepuasan Direksi PT. PLN (Persero) No.120.K/010/ 2002. Tanggal 27 Agustus 2002 tentang Nama Unit Bisnis di lingkungan PT. PLN (Persero) yang intinya Organisasi dengan status Unit Bisnis hanya untuk anak Perusahaan PT. PLN (Persero) sedangkan PLN Jawa Timur menjadi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur.
Berdasarkan KEPUTUSAN DIREKSI PT. PLN (Persero) Nomor 012.K/ 010/ DIR/ 2003 tanggal 16 Januari 2003, dengan susunan Organisasi :
a. General Manager b. Bidang yang tediri atas : 1. Perencanaan; 2. Operasi; 3. Niaga; 4. Keuangan; 5. Sumber Daya Manusia dan Organisasi; c. Audit Internal d. Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) e. Area Pelayanan (AP) f. Area Jaringan (AJ) g. Area Pengatur Distribusi
Dikelola oleh 4010 orang pegawai PLN Distribusi dan 14 area Pelayanan, 1 Unit Pengaturan Distribusi, 108 UPPTR, 81 Unit Kantor Jaga 1715 Unit Payment Point. Sarana kelistrikan terdiri dari jaringan tegangan menengah 27.756,6 Kms, Jaringan Tegangan Rendah 49.953,5 Kms, Pelanggan Daerah Pelayanan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa timur dengan luas 47.922 Km2, yang terdiri dari 29 Kabupaten, 9 Kota Madya, 607 Kecamatan, 8.402 Desa. Tingkat kebocoran sebesar 12,54%, berhasil kembalikan atas energi yang dipakai secara ilegal berkat Operasi Penerbitan Aliran Listrik (OPAL) rata – rata Rp 2 Milyar per bulan.
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur pada akhir tahun 2003, energi terjual mencapai 15.704.975 MWh dan pendapatan sebesar Rp 7.75 Juta, harga jual per kWh Rp 562,23 susut 9,19% langganan tersambung 6.118.120 langganan daya tersambung 7.813.398 kVA. Pengembangan Organisasi menambah 3 Area, Area layanan Surabaya Barat, Area Jaringan Surabaya Barat dan Area Pelayanan Ponorogo.Konstribusi pendapatan keuangan PT. PLN (Persero) sebesar 25% terhadap kelistrikan Indonesia.
OPERATIONAL RISK
Faktor‐Faktor Penyebab Gangguan Listrik di Area Malang Kota (Identifikasi Resiko) Terdapat banyak factor‐faktor yang menyebabkan arus listrik terganggu alirannya dan menimbulkan kerugian bagi PLN,berikut akan disebutkan factor‐faktornya.Antara lain : 1) Susut :Susut merupakan kerugian energi akibat masalah teknis dan non teknis. Masalah teknis umumnya disebabkan oleh kualitas daya hantar listrik, semakin bagus kualitas daya hantar listrik semakin rendah susut yang terjadi. Sedangkan susut non teknis umumnya di akibatkan oleh rusaknya instalasi di jaringan maupun dalam rumah yang tidak standar (akibat pencurian) maupun menggunakan peralatan yang tidak sesuai. Penyusutan Jaringan (Losses) merupakan salah satu penyebab kerugian yang dialami PLN. Di bawah ini adalah Roadmap susut area malang. Tabel Roadmap Susut Area Malang Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PLN berusaha menurunkan susut semaksimal mungkin mulai tahun 2011 hingga 2015.Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah susut menggunakan I4 dan tanpa I4.Untuk mewujudkan roadmap tersebut,PT.PLN membuat strategi Susut 2011 2012 2013 2014 2015 Dengan I4 7,85 6,88 6,22 5,88 5,62 Tanpa I4 8,35 7,38 6,72 6,38 6,12utama untuk menurunkan susut,berikut adalah strateginya. Pada tabel 4.4 berikut ini akan dijabarkan strategi utama roadmap susut adalah sebagai berikut : Tabel Strategi Utama Roadmap Susut 2) Gangguan penyulang :Gangguan pada tiang‐tiang listrik utama PLN,berikut ini merupakan sajian data yang berupa grafik dan tabel gangguan penyulang. Gambar 4.1 Grafik Gangguan Total Penyulang Periode 2010‐2012 60 84 56 65 94 71 75 76 89 85 66 71 61 52 53 54 49 49 40 54 33 51 77 31 93 58 47 32 23 27 26 21 15 48 0 20 40 60 80 100 2010 2011 2012
Tabel Data Total Gangguan Penyulang Pada Tahun 2010 total gangguan penyulang adalah 892,tahun 2011 adalah 604 dan tahun 2012 adalah 390.Angka gangguan tertinggi ada pada tahun 2010 dan terendah pada tahun 2012,ini menunjukkan PLN berhasil melakukan pengurangan resiko gangguan penyulang setiap tahunnya. PLN APJ Malang juga mengumpulkan faktor‐faktor apa saja yang menyebabkan gangguan penyulang di kota Malang untuk triwulan terakhir (Agustus‐September‐Oktober).Kemudian dari factor‐faktor penyebab gangguan yang ada,dipilah kembali menjadi faktor internal dan eksternal.Berikut adalah factor‐faktor yang menyebabkan gangguan penyulang yang sudah dibuat dalam bentuk pareto untuk mengetahui factor mana yang paling sering menganggu. Gambar Pareto Penyebab Gangguan Penyulang Triwulan Terakhir. 12 10 9 8 6 5 4 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Isolator rusak Binatang nempel pada jaringan SUTM Bersamaan memasukkan/melepaskan LBS/AVS FCO rusak IML Pelanggan Rusak Antena roboh kena jaringan SUTM karena … Jumper SUTM rusak Tiang SUTM roboh karena sebab lain
PARETO PENYEBAB GGN PENYULANG
TRIWULAN TERAKHIR
Berdasarkan Diagram Pareto diatas,dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi penyebab gangguan penyulang untuk triwulan terakhir adalah isolato rusak (frekuensi=12),gangguan sementara karena hujan/petir (frekuensi=10),dan Gangguan sementara karena sebab lain (frekuensi 9),sementara untuk penyebab lain seperti binatang yang menempel pada jaringan SUTM,pohon/dahan /bambu terkena jaringan SUTM,bersamaan memasukkan LBS/AVS,CO Branch putus juga menjadi faktor penyebab gangguan penyulang di wilayah Malang kota. Seperti penjelasan diatas,setelah diketahui faktor apa saja yang menjadi penyebab gangguan penyulang,kemudian dipetakan menjadi factor internal dan eksternal dan dibuatkan diagram pareto kembali untuk mengetahui jumlah persis gangguan tiap bulannya.Berikut adalah pareto gangguan internal dan eksternalnya. Gambar Pareto Penyebab Gangguan Penyulang (Internal dan Eksternal) tahun 2012 Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat diketahui gangguan internal tertinggi di tahun 2012 ada pada bulan Januari(61 kali) dan gangguan internal terendah ada pada bulan Agustus dan September(8 kali).Tiap bulannya terjadi fluktuasi jumlah gangguan internal,ini mungkin disebabkan kelalaian operator dalam mengontrol/memaintenance komponen‐komponen dalam trafo dan penyulang,serta penjadwalan maintenance yang kurang rutin.Sedangkan gangguan
eksterna septemb disebabk ambruk,s penyulan 3) TAHUN 2011 2012 D sekali ter 2012 gan 0 1 2 l paling bany er (7kali),dis kan karena p sedangkan p ng yang diseb Gangguan t menyebabk dan tabel ga JAN FEB M 0 1 0 0 1 0 ari tabel 4.4 rjadi,total ga ngguan trafo 0 1 0 0 1 yak terjadi d sini juga terja ada bulan Se pada bulan fe babkan oleh trafo : Gangg kan ganggua angguan traf Gambar G T MAR APRIL 0 0 0 0 dan grafik 4 ngguan trafo o hanya seka 0 0 1 0 0 0 2 i bulan Febr adi fluktuasi eptember be ebruari,suda pohon amb guan yang te n listrik. Beri fo. Grafik Gangg Tabel Data T MEI JUNI 1 1 0 0 4.5 diatas da o tahun 201 li terjadi yait 1 0 0 0 2011 2012 uari (41 kali) jumlah gang elum mulai m h mulai mus bruk. erjadi pada e ikut ini meru guan Trafo pe Total Ganggu JULI AGS 0 0 0 0 pat diketahu 1 adalah 6 k tu pada bula 0 1 ) dan ganggu gguan,mung musim hujan sim hujan da elemen‐elem upakan sajian eriode 2011 uan Trafo SEP OKT 0 1 0 0 ui bahwa gan kali gangguan n februari. 2 0 uan terendah gkin salah sat n jadi tidak b an banyak ga men dalam tr n data yang ‐2012 NOP DES T 2 0 6 1 ngguan trafo n,sedangkan h ada pada b tunya anyak pohon angguan rafo,yang berupa grafi TOTAL 6 1 o sangat jara n pada tahun bulan n ik ang n
4) Gangguan JTR (Jaringan tegangan rendah),SR (Sambungan Rumah),APP (Alat pembatas dan pengukur Daya total energi listrik) dan Gardu. Berikut ini merupakan sajian data yang berupa grafik dan pie chart tentang gangguan JTR,SR dan APP. Gambar Grafik Total Gangguan pada JTR,SR,APP dan Gardu Area Malang Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah gangguan terbanyak ada pada bulan Mei (94 gangguan),Pada tahun 2011gangguan terbanyak ada pada bulan November (77 gangguan),dan di tahun 2012 jumlah gangguan terbanyak ada pada bulan Januari (93 gangguan). Jika melihat dari grafik ini sebenarnya dari tahun 2010 hingga 2012 ini terjadi penurunan jumlah gangguan pada JTR,SR,APP dan Gardu,terutama pada tahun 2012,jumlah gangguan semakin sedikit,ini menunjukkan PLN semakin siap menuju era WCS.
Ga 9% 1 Gambar P mbar Lanjut GARD 4% 24% 13% 13% ie Chart Ana tan Pie Chart JTR 7% DU %
PRO
GAN
28% %GANG
alisa Ganggu t Analisa Gan SR APP 89%OSENTAS
NGGUAN
% 9% 4%GUAN S
an JTR,SR da ngguan JTR,SSE
N
SR
Lost kon SM put SR putu Lost kon Lost kon an APP SR dan APP ntak di atas rumah us / terbakar us / terbakar ntak di tiang ( JTR ntak SR ‐ SR h ‐ SR )Dari pie c dan APP. pada APP khusus. Pengenda NO 1 2
chart diatas Gangguan p P gangguan d alian Resiko Jen Gangguan s huj Isola 2% 6% 1% 0% dapat diketa pada SR yang dengan pros Operasional Tabel Priorit is Resiko ementara ka jan/petir ator rusak 1 4% 31% ahui bahwa p g paling serin sentase palin tas Utama P R arena 1 1 % 17% 22% GANGG prosentase g ng adalah Los ng besar ada engendalian RN 15 Peng k Pen Panja untu 15 Pen berka dik 0% 0% 4% 12% GUAN APP gangguan ya st kontak dia pada NH fu n Resiko Ope Cara P ggunaan kab kuat,tahan h pe ngadaan pro at Tiang Sam uk mengatas gontrolan is ala (weekly m ketahui man waktu NH Fuse / NFB A khusus MCB rusak Rele dan / atau C Pelebur putus da MCB trip karena Lost kontak dala ng paling se atas rumah ( se/NFB APP erasional Pengendalian el‐kabel yan ujan dan pet enyulang. gram P2TST pai Tuntas) si gangguan p olator yang maintenance a isolator ya unya diganti. APP milik pelanggan CB rusak an LBS jatuh atau rus beban lebih m terminal APP ring ada pad (28%),sedan milik pelang n g berbahan tir pada (Program oleh PT.PLN penyulang. ada secara e) agar lebih ng sudah . sak da SR gkan ggan
LanjutanTabel Prioritas Utama Pengendalian Resiko Operasional
NO Jenis Resiko RRN Cara Pengendalian
3 Susut 12 Penyusunan Strategi utama roadmap susut oleh PT.PLN yang meliputi a) peningkatan mutu tegangan sesuai standar. b) perbaikan pembebanan. c) perbaikan kinerja peralatan. d) Peningkatan pengukuran dan pembacaan meter KWH. 4 Lost kontak diatas rumah 12 Pengadaan program P2TST (Program Panjat Tiang Sampai Tuntas) oleh PT.PLN untuk mengatasi gangguan SR 5 Lost kontak di tiang (JTR‐SR) 12 Pengadaan program P2TST (Program Panjat Tiang Sampai Tuntas) oleh PT.PLN untuk mengatasi gangguan JTR‐SR. 6 Gangguan Trafo 9 Pelaksanaan daily maintenance sampai annual maintenance untuk pengontrolan kondisi trafo. Pembentukan tim inspeksi jaringan dan trafo oleh PT.PLN 7 MCB trip karena beban lebih 9 Pengadaan MCB kapasitas tahan beban yang lebih besar Perbaikan/pengurangan pembebanan agar tidak banyak mengganti MCB karena trip.
8 MCB rusak 9 Penggantian MCB Tenaga ahli memperbaiki MCB yang rusak,agar tak perlu ganti MCB 9 Lost kontak dalam terminal APP 9 Perbaikan terminal APP oleh tenaga ahli yang telah disediakan PT.PLN
MARKET RISK
Ruang Lingkup Usaha Pokok P3B Bidang usaha pokok yang ditangani oleh P3B sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya sebagai pelaksana monopoli transmisi, pengelola operasi sistem dan transaksi tenaga listrik adalah: 1. Penyaluran Tenaga Listrik, termasuk layanan penyambungan ke sistem penyaluran; 2. Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari indikasi kebutuhan pembangkitan dan pengembangan sistem penyaluran; 3. Operasi Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi dan pengendalian operasi; 4. Transaksi Tenaga Listrik yang meliputi penyediaan informasi sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik; serta 5. Setelmen Transaksi Tenaga Listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan tagihan transmission charges, system service charges dan transaksi tenaga listrik, termasuk pengelolaan sistem metering. Ruang Lingkup Usaha Di Luar Usaha Pokok P3BDisamping mengelola bidang usaha yang bersifat monopoli, P3B memiliki peluang untuk mengembangkan usaha lain di luar usaha pokok dengan maksud untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan investasi yang telah dilakukan agar dapat memberikan kontribusi kepada laba usaha P3B, yang secara tidak langsung pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat kepada stake holders.
Jenis‐jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain: jasa operasi dan pemeliharaan instalasi listrik, pelaksana pengujian dan komisioning instalasi dan peralatan listrik, konstruksi/instalasi gardu induk dan transmisi, enjiniring instalasi, pelaksana operasi sistem tenaga listrik, konsultasi dan pelatihan, serta penyewaan peralatan dan properti.
Identifiksai Risiko
• Risiko yang dihadapi jika prakiraan permintaan listrik lebih tinggi daripada realisasi:
‐ Kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang dibangun lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.Pembangkit dioperasikan pada CF rendah, atau bahkan sebagian tidak dioperasikan. Dalam halpembangkit IPP, PLN dapat terkena penalti pengambilan energi minimum. Transmisi dan distribusijuga berbeban rendah.
‐ Pendapatan dari penjualan listrik lebih rendah daripada yang direncanakan, sehingga tidak cukup untukmembayar pinjaman (pokok berikut bunganya) yang dilakukan untuk mendanai proyek pembangkit,transmisi dan distribusi.
‐ Menimbulkan kecurigaan pada stakeholders, yaitu PLN dianggap melakukan fraud dengan membuat prakiraan permintaan listrik yang tinggi untuk menjustifi kasi kelayakan proyek kelistrikan tertentu.
‐ PLN terkena penalti dari kontrak energi primer (batubara, gas) jangka panjang akibat penghentianoperasi beberapa pembangkit idle.
• Prakiraan beban lebih rendah dari realisasi permintaan, maka risiko yang akan dihadapi : ‐ Kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang dibangun lebih sedikit dari yang
dibutuhkan.Banyak pembangkit dioperasikan maksimal secara terus menerus bahkan menunda pemeliharaan yangjatuh tempo, sehingga dapat menurunkan kinerja mesin. ‐ Banyak calon pelanggan baru dan penambahan daya tidak dapat dilayani, kualitas pelayanan
menurunbahkan terjadi pemadaman.
‐ Citra PLN terpuruk karena gagal melaksanakan misi yang diberikan oleh Pemerintah untuk menyediakanlistrik dalam jumlah yang cukup dan handal.
‐ Konsumen industri dan bisnis memproduksi listrik sendiri dengan pembangkit skala kecil, secarakeekonomian nasional hal ini sangat tidak efi sien.
‐ Sektor swasta membangkitkan listrik dengan gas atau batubara dan menjual produknya langsung kekonsumen dalam kawasan tertentu, PLN kehilangan market share.
‐ Susut teknis meningkat karena penambahan jaringan yang terbatas. Susut non‐teknis juga meningkatkarena pelanggan/calon pelanggan sulit memperoleh tambah daya/akses listrik yang legal.
Pengendalian Risiko
• Realisasi penjualan lebih rendah daripada demand forecast
‐ Mengupayakan peningkatan pemasaran secara agresif dan proaktif apabila terdapat indikasipertumbuhan penjualan lebih rendah dari yang diprediksi.
‐ Mendorong Pemerintah Pusat/Daerah untuk mempercepat arus masuk investasi agar industri danperdagangan tumbuh lebih cepat sehingga dapat menyerap listrik lebih banyak.. ‐ Mempercepat elektrifi kasi daerah‐daerah yang belum terjangkau listrik. ‐ Secara periodik (tahunan) mereview dan memperbaharui perhitungan prakiraan kebutuhan listrikdengan menggunakan parameter terbaru yang lebih akurat, • Realisasi penjualan lebih tinggi daripada demand forecast. ‐ Mengendalikan atau membatasi penyambungan pelanggan baru maupun tambah daya. ‐ Mengefektifkan demand side management (DSM), termasuk penghematan listrik oleh
konsumen.
‐ Mengusulkan kepada Pemerintah kenaikan tarif atau pemberlakuan insentif/disinsentif yang lebihtinggi agar masyarakat lebih berhemat dalam memakai listrik.
‐ Meminta kesediaan pelanggan industri dan bisnis untuk mengoperasikan pembangkit sendiri terutamapada waktu beban puncak.
‐Mempercepat penyelesaian proyek‐proyek pembangunan pembangkit dan transmisi/distribusi, ‐ Mendorong percepatan investasi untuk pembangunan pembangkit baru. ‐ Secara periodik (tahunan) mereview dan memperbaharui perhitungan prakiraan kebutuhan listrikdengan menggunakan parameter terbaru yang lebih akurat. ‐ Mendorong pembelian listrik dari excess power, pembangkit skala kecil.
FINANCIAL RISK
Saat ini PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur telah berhasil melayani 7.350.425 pelanggan memakai energi listrik rata – rata sebulan 1.152.907.858 kWh, dengan pendapatan rata – rata Rp 974.332.119.601 per bulan, 92,77% terdiri dari kelompok Rumah Tangga yang memberikan konstribusi pendapatan sebesar 35,13% sedangkan industri sejumlah 0,18% memberikan pendapatan sebesar 46,83% daya tersambung sebesar 7.568.614.211 VA pemakaian energi Jawa Timur pada siang hari tertinggi 933 MW pada malam hari 2.151 MW.
Identifikasi Risiko
• Risiko harga dan ketersediaan energi primer
‐ Risiko harga energi primer. Perubahan harga energi primer khususnya batubara dan gas akan sangat mempengaruhi program pengembangan ketenagalistrikan yang optimal. Dalam RUPTL, hargabatubara diasumsikan USD 80 per ton, harga gas alam USD 7 per mmbtu dan harga crude oil USD100 per barel. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan harga batubara naik atau turun 10% akanmengakibatkan perubahan nilai risiko cukup besar yaitu USD 1 s/d 2.5 miliar selama periode studi10 tahun.
‐ Risiko ketersediaan energi primer. RUPTL ini disusun dengan asumsi gatubara dan gas tersedia dengancukup, andal dan tepat waktu. Namun pengalaman menunjukkan bahwa pasokan gas alam seringterlambat datang ke pembangkit yang membutuhkan, atau tersedia
dalam volume yang semakinberkurang akibat depletion. Pasokan batubara ke pembangkit juga sering terkendala, baik karenaalasan komersial maupun operasional. • Risiko likuiditas terdiri dari: ‐ Risiko likuiditas kas, yaitu adanya kemungkinan perusahaan tidak dapat menyediakan dana untukpembayaran kewajiban jatuh tempo. Risiko ini dapat terjadi bila kesehatan keuangan Perusahaan tidakmengalami perbaikan yang signifi kan sehingga tidak dapat menghasilkan kas operasional, dan bilaterjadi keterlambatan pembayaran subsidi oleh Pemerintah. ‐ Risiko pencairan dana pinjaman untuk investasi. ‐ Risiko likuiditas aset. • Risiko Pendanaan Pendanaan investasi di Bidang ketenagalistrikan akan terus tumbuh seiiring pertumbuhan ekonomi. Keterbatasan pendanaan internal PLN telah mendorong pencarían dana dari eksternal/lender. Risiko pendanaan terkait dengan covenant yang menjadi perhatian lender.
Pengendalian Risiko
• Risiko harga dan ketersediaan energi primer
‐ Membuat kontrak jangka panjang dengan penyedia energi primer untuk memastikan ketersediaannyapada saat instalasi siap beroperasi.
‐ Mengintegrasikan hulu untuk menjamin ketersediaan sumber energi primer. ‐ Mensertifi kasi sumber gas yang memasok pembangkit.
• Risiko likuiditas
‐ Mengusulkan mekanisme pencairan subsidi yang lebih efektif untuk mengurangi periode pencairansubsidi.
‐ Menyusun Investasi peralatan secara lebih efektif untuk mengurangi jumlah dan nilai aset tidakproduktif yang harus dilikuidasi.
• Risiko Pendanaan
‐ Meningkatkan komunikasi dengan pemerintah selaku pemegang saham terkait keterbatasan pendanaanoleh PLN dalam mengembangkan ketenagalistrikan nasional guna memperoleh struktur pendanaanyang lebih baik. ‐ Menjaga covenant tetap berada dalam batasan aman bagi lender. ‐ Melakukan prioritas investasi sesuai batasan ketersediaan pendanaan.
REGULATORY RISK
Identifikasi Risiko • Risiko regulasi terutama berkaitan dengan:‐ Risiko tarif listrik, yang dapat menghambat atau memperlambat proses penyesuaian tarif listrik sesuaitarget karena penyesuaian tarif perlu persetujuan parlemen, dan keputusan persetujuan penyesuaiantarif dapat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
‐ Risiko kepastian subsidi, yang terkait dengan kemampuan keuangan Pemerintah dan doronganberbagai pihak untuk menurunkan atau bahkan mencabut subsidi.
‐ Risiko perubahan tatanan sektor ketenagalistrikan, khususnya bila ditetapkannya perundangan yangmengubah status PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) atau diberlakukannyaopen access jaringan transmisi dan adanya pasar kompetisi tenaga listrik. Risiko perubahanperundangan yang mengubah struktur industri dari monopoli bidang transmisi dan distribusi menjadistruktur industri dengan persaingan bebas bukan saja di bagian pembangkit tetapi di bagian lain dalamketenagalistrikan.
Pengendalian Risiko
• Mitigasi risiko regulasi
‐ Meningkatkan komunikasi dengan pihak terkait supaya pross penyesuaian tarif sejalan dengan rencana.
‐ Mengembangkan tarif supaya sejalan dengan perkembangan kondisi keuangan Pemerintah sehinggadapat memperkecil ketidakpastian subsidi.