• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori 1. Penerjemahan

1.1 Definisi Penerjemahan

Definisi tentang penerjemahan sudah banyak dikemukakan oleh Para pakar penerjemahan. Nida (1975:33) menyatakan definisi penerjemahan “translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalence to the message of the source language, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Bell (1991:5) bahwa “translation is the expression in the target language of what has been expressed in source language, preserving two aspects, which are semantic and stylistic equivalence.” Kedua definisi di atas menunjukkan bahwa penerjemahan memfokuskan tidak hanya kesepadanan makna, tetapi juga bentuk.

Sementara itu, Catford (1965:20) memberikan definisi penerjemahan sebagai “translation is the replacement of textual material in one language (Source Language / SL) by equivalent textual material in another language (Target language / TL)”. Dalam definsi tersebut, Catford memfokuskan kesepadanan antara Teks bahasa sumber dan Teks bahasa sasaran.

Definisi lain tentang penerjemahan dinyatakan oleh Newmark (1981:7) yang menyatakan bahwa “translation is a craft consisting of the attempt to replace a written message and/or statement in another language”. Menurutnya penerjemahan hanya memfokuskan pada pengalihan pesan tertulis dan/atau pernyataan tanpa memperhatikan bentuk yang digunakan dalam teks.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan dari satu bahasa ke bahasa yang lain yang sepadan dengan memperhatikan makna dan bentuk.

(2)

1.2 Teknik Penerjemahan

Tujuan penerjemah menerapkan berbagai teknik penerjemahan adalah mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi pada saat menerjemahkan dan mencari padanan yang lebih dekat dengan bahasa sasaran. Machali (2009:107) menyatakan bahwa “teknik adalah hal yang bersifat praktis dan diberlakukan terhadap tugas tertentu (dalam hal ini tugas penerjemahan)”. Molina dan Albir (2002: 499-500) memaparkan teknik penerjemahan, sebagai berikut:

1. Adaptasi (adaptation)

Teknik adaptasi adalah teknik yang digunakan untuk mengganti unsur budaya BSu pada BSa. Teknik ini seringkali digunakan dengan tujuan agar menghasilkan terjemahan yang berterima pada teks BSa.

Contoh penerapan teknik adaptasi yaitu: BSu: Massage

BSa: Pijat

Di dalam BSu, istilah massage seringkali digunakan dalam banyak hal, diantaranya untuk istilah memijit orang bahkan hewan peliharaan. Sedangkan pada BSa, istilah massage kemudian diadaptasi menjadi pijat.

2. Amplifikasi (Amplification)

Teknik amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara memparafrase istilah implisit yang terdapat pada BSu ke dalam BSa.

Contoh penerapan teknik amplifikasi adalah sebagai berikut:

BSu: Giordany Gold Age-Defying Foundation.

BSa: Giordany Gold Age-Defying Foundation untuk semua jenis kulit.

Pada contoh di atas, penerjemah bermaksud untuk menyatakan kegunaan produk tersebut. Namun, penerjemah tidak tepat di dalam menerjemahkan maksud Perusahaan. Produk tersebut sebenarnya merupakan produk yang seharusnya digunakan untuk orang dewasa, jadi bukan untuk konsumsi remaja. Jadi, pernyataan untuk semua jenis kulit tidak tepat untuk menggantikan makna

(3)

commit to user

dari Age-defying . Alternatif penerjemahannya adalah Alas bedak Giordany Gold Anti Penuaan Dini.

3. Peminjaman (Borrowing)

Teknik peminjaman adalah teknik yang digunakan oleh penerjemah dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari BSu pada BSa dari segi fonetik maupun morfologi. Molina dan Albir membedakan Teknik peminjaman menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Teknik peminjaman murni (pure borrowing)

Di dalam menerjemahkan teks BSu ke dalam BSa, penerjemah memilih untuk tetap mempertahankan teks BSu pada teks BSa.

Contoh penerapan teknik peminjaman murni (pure borrowing) adalah sebagai berikut:

BSu: Facial BSa: Facial

BSu: Eyeliner BSa: Eyeliner

Kedua contoh diatas tidak menunjukkan perbedaan antara keduanya. Kata yang terdapat di dalam BSu sama dengan kata yang terdapat di dalam BSa. Meskipun tetap mempertahankan bentuk asli, tingkat kualitas penerjemahan tersebut tetap tergolong sebagai penerjemahan yang akurat dan berterima. Namun bagi sebagian orang, penerjemahan tersebut tidak terbaca. b. Teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi (naturalized borrowing)

Teknik peminjaman ini memperhatikan dari segi fonetik dan morfologi.

Contoh penerapan teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi adalah: BSu: Secretary

(4)

Dari kedua contoh di atas, dapat diketahui bahwa penerjemahan dengan menggunakan teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi berkaitan langsung dengan segi fonetiknya.

4. Calque (Calque)

Teknik penerjemahan calque adalah teknik penerjemahan kata demi kata dan juga menggunakan aspek peminjaman di dalamnya.

Contoh penerapan teknik calque adalah sebagai berikut: BSu: Effective against and perspirant deodorant

BSa: Efektif mengurangi keringat dan bau badan berlebih

Pada kalimat di atas, penggunaan teknik calque dapat ditunjukkan pada frasa effective against yang diterjemahkan menjadi Efektif mengurangi. Penerjemahan frasa tersebut menggunakan kata demi kata. Sedangkan, teknik peminjaman terdapat pada kata effective yang diterjemahkan menjadi efektif. BSu: This Shampoo contains extract of apple

BSa: Sampo ini mengandung ektrak buah apel

Contoh kedua dari kalimat di atas juga menggunakan teknik penerjemahan kata demi kata. Kemudian ditunjukkan pula teknik peminjaman yang terdapat pada kata extract dalam BSu yang diterjemahkan menjadi ektrak dalam BSa.

5. Kompensasi (Compensation)

Teknik penerjemahan ini digunakan ketika penerjemah memindahkan unsur bahasa atau pengaruh stilistika dari tempat dan satuan tertentu dari bahasa sumber ke tempat dan satuan lainnya dalam bahasa sasaran.

Contoh penerapan teknik kompensasi adalah sebagai berikut:

BSu: A pair of trousers BSa: Sebuah celana panjang

(5)

commit to user

Pada contoh di atas, penerapan teknik kompensasi dapat ditunjukkan dengan kata a pair of yang berarti sepasang diganti dengan kata sebuah di dalam BSa.

6. Deskripsi (Description)

Teknik penerjemahan deskripsi adalah teknik penerjemahan yang digunakan untuk mengganti istilah atau ungkapan yang terdapat dalam BSu dengan deskripsi dari segi bentuk atau fungsinya dalam BSa.

Berikut adalah contoh penerapan teknik deskripsi: BSu: Chemical peeling

BSa: Chemical peeling, yaitu perawatan wajah dengan cara memijat yang dilakukan dengan tujuan untuk menghaluskan dan meremajakan kulit dari jerawat, pigmentasi, pori – pori besar dan lain sebagainya.

(http://cantik-kecantikan.blogspot.com/2009/05/chemical-peeling.html)

7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)

Teknik kreasi diskursif adalah teknik yang digunakan dengan tujuan untuk menghasilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga pada BSa karena sama sekali berbeda dari BSu dan keluar konteks.

Berikut adalah contoh penerapan teknik kreasi diskursif yang diambil dari blog Winoto:

BSu: Grease BSa: Vaseline

Dalam tulisan blognya, Winoto mengatakan bahwa orang Argentina mengganti istilah Grease yang merupakan judul film musikal terkenal yang terdapat dalam BSu menjadi Vaseline dalam BSa (Spanyol) yang merupakan merk petroleum jelly yang digunakan sebagai bahan dasar pelembab kulit. Dari contoh di atas jelas terlihat bahwa kata yang terdapat dalam BSu tidak ada kaitannya dengan kata dalam BSa atau bisa disebut makna yang dihasilkan keluar konteks. Sebagai alternatif penerjemahannya, kata Grease dapat diterjemahkan menjadi Grasa.

(6)

Contoh lain penerapan teknik kreasi diskursif adalah sebagai berikut:

BSu: Die Hard BSa: Die Slowly

Contoh di atas juga merupakan terjemahan yang menyimpang dari BSu. Die Slowly yang berarti mati perlahan jelas mempunyai tingkat ekspresi yang berbeda dengan frasa Die Hard. Sehingga, kesannya penerjemahan yang dihasilkan terasa aneh atau janggal dan jelas penerjemahan seperti contoh di atas tidak berterima dan tidak terbaca dalam BSa.

8. Pemadanan yang Lazim (Established Equivalence)

Teknik ini diterapkan dengan cara mengganti istilah di dalam BSu dengan istilah sehari-hari yang terdapat di dalam kamus pada BSa.

Contoh penerapan teknik pemadanan lazim adalah sebagai berikut:

BSu: Facial treatment BSa: Perawatan wajah

Di dalam bahasa kedokteran, penggunaan istilah facial tentu sudah tidak asing lagi. Namun, tidak ada salahnya untuk mengganti kata facial dengan kata yang mempunyai padanan yang lebih tepat dalam BSa yang berhubungan dengan wajah.

9. Generalisasi (Generalization)

Teknik generalisasi digunakan oleh penerjemah untuk menghilangkan penggunaan istilah yang sifatnya khusus. Jadi, penerjemah menggunakan istilah umum atau yang lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan yang berterima dan terbaca dalam BSa.

Contoh penggunaan teknik generalisasi adalah sebagai berikut:

BSu: Skin Care Salve BSa: Krim

(7)

commit to user

Pada contoh di atas, kata Salve yang berarti salep untuk menyembuhkan luka di kulit diterjemahkan secara umum ke dalam BSa menjadi Krim. Padahal dalam BSa, istilah krim banyak jenisnya dan tidak hanya digunakan untuk kulit saja, ternasuk diantaranya krim keju yang bisa dimakan. Jadi, klausa pada contoh di tas lebih baik diterjemahkan menjadi krim wajah.

10. Amplifikasi Lingusitik (Lingusitic Amplification)

Teknik amplifikasi linguistik adalah teknik penerjemahan yang digunakan dengan cara menambahkan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini seringkali diterapkan ketika pengalihan bahasa secara konsekutif atau sulih suara (dubbing).

Contoh penerapan teknik amplifikasi linguistik, yaitu:

BSu: May I?

BSa: Bolehkah saya menggunakan kosmetik ini?

Pada contoh di atas jelas terlihat bahwa adanya penambahan unsur-unsur linguistik berfungsi untuk memperjelas maksud pembicaraan dan menghindari terjadinya kesalahpahaman atau kebingungangan.

11. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)

Teknik penerjemahan kompresi linguistik adalah teknik penerjemahan yang digunakan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks BSa. Teknik penerjemahan jenis ini seringkali ditemukan dalam penerjemahan film (subtitling).

Contoh penerapan teknik kompresi linguistik adalah sebagai berikut:

BSu: I want you to understand. BSa: Pahamilah!

(8)

Pada contoh di atas, penerjemah menerapkan teknik kompresi linguistik dengan memadatkan unsur-unsur linguistik dalam BSu tanpa mengurangi pesan yang disampaikan dalam BSa.

12. Modulasi (Modulation)

Teknik penerjemahan modulasi digunakan untuk mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif BSu dalam BSa.

Contoh penerapan teknik Modulasi adalah sebagai berikut:

BSu: Gently massage over wet skin, avoid eye area with water

BSa: Pijatkan secara lembut pada kulit yang telah dibasahi lalu bilas sampai bersih.

Penerapan teknik modulasi pada contoh di atas terlihat pada frasa wet skin yang berbentuk aktif dalam BSu kemudian diterjemahkan menjadi kulit yang telah dibasahi yang berbetuk pasif dalam BSa.

13. Partikularisasi (Particularization)

Teknik partikularisasi menekankan pada penggunaan istilah yang lebih khusus dalam BSa.

Contoh penerapan teknik partikularisasi adalah sebagai berikut:

BSu: Sabun wajah BSa: Facial foam

Kata sabun pada Bsu diterjemahkan menjadi foam dalam BSa. Kata tersebut mengalami penyempitan makna karena kata foam yang sebenarnya mempunyai makna busa.

14. Reduksi (Reduction)

Teknik reduksi adalah teknik yang berfungsi untuk memadatkan teks BSu dalam BSa.

(9)

commit to user

Contoh penerapan teknik reduksi adalah sebagai berikut:

BSu: Whitening day lotion. A light SPF 15 daily moisturizer. BSa: Lotion pelembab dengan SPF 15.

Frasa Whitening day lotion pada BSu hanya diterjemahkan menjadi Lotion pelembab pada BSa. Tentu saja, penerjemahan tersebut mengalami reduksi. Kata whitening di dalam BSu tidak diterjemahkan ke dalam BSa karena SPF 15 sudah menunjukkan adanya kandungan whitening (pemutih).

15. Penerjemahan Harfiah (Literal translation)

Penerjemahan harfiah sama artinya dengan menerjemahkan kata demi kata.

Contoh penerjemahan harfiah adalah sebagai berikut:

BSu: I decide to cut my hair.

BSa: Aku putuskan untuk memotong rambutku.

Di dalam menenerjemahkan kata pada BSu, penerjemah menerjemahkan keseluruhan kata demi kata dalam BSa.

16. Substistusi (Substitution)

Teknik substitusi adalah teknik penerjemahan dengan mengganti unsur linguistik yang ada pada BSu ke dalam unsur paralinguistik (berhubungan dengan isyarat tubuh) pada BSa.

Contoh penerapan teknik substitusi adalah sebagai berikut:

BSu: She nods her head BSa: Ia menyetujui.

Di dalam menerjemahkan frasa nods her head, penerjemah memilih menerjemahkan dengan cara menggantinya dengan ungkapan lain pada BSa yang memiliki makna sama dengan BSu. Di dalam budaya BSa, frasa nods her head (mengangguk) memiliki makna menyetujui atau menyatakan pendapat yang sama.

(10)

17. Transposisi (Transposition)

Teknik transposisi adalah teknik yang digunakan untuk mengubah kategori gramatikal atau bisa juga dikatakan pergeseran kategori, struktur, dan unit termasuk diantaranya pergeseran nomina jamak menjadi tunggal dan sebaliknya, pergeseran nomina dalam BSu menjadi verba dalam BSa, dan sebagainya.

Contoh penerapan teknik transposisi adalah sebagai berikut:

BSu: Use only as directed. BSa: Gunakan sesuai petunjuk.

Kata directed yang terdapat dalam BSu pada contoh di atas merupakan jenis kata kerja bentuk ke-3 dan kata tersebut kemudian diterjemahkan menjadi petunjuk yang berupa kata benda dalam BSa.

18. Variasi (variation)

Teknik variasi adalah teknik yang mengganti unsur linguistik ke paralinguistik yang mempengaruhi aspek variasi linguistiknya, yang berupa gaya bahasa, dialek sosial, dan dialek geografis.

Berikut adalah contoh penerapan teknik variasi:

BSu: What‟s up, bro? BSa: Apa kabar, bro?

Pada contoh di atas jelas terlihat bahwa pemakaian teknik variasi yaitu lebih sering digunakan pada saat dialek sosial yang lebih sering digunakan oleh para remaja.

1.3 Penilaian Kualitas Terjemahan

Nababan (2003:85) menyatakan bahwa penilaian kualitas terjemahan perlu dilakukan karena penilaian kualitas terjemahan ini akan memberikan manfaat untuk penerjemah, produsen, dan konsumen. Penilaian kualitas terjemahan tersebut meliputi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.

(11)

commit to user

House (dalam Yuwono, 2010:20) menyatakan bahwa, “the essence of translation lies on the preservation of „meaning‟ across two different languages.” Pendapat yang sama dinyatakan oleh Sadtono (1985:9) bahwa seorang penerjemah seharusnya mempertahankan makna suatu teks yang ia terjemahkan. Jadi, penerjemah harus berusaha menghasilkan makna yang sama pada bahasa sasaran dengan yang ada pada bahasa sumber. Bahkan, Ia menilai bahwa hal terpenting dalam menerjemahkan adalah cara menyampaikan makna yang sepadan dalam bahasa sasaran, bukan cara mempertahankan bentuk asli dari bahasa sumber.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa keakuratan adalah hal terpenting dalam penerjemahan agar diperoleh terjemahan yang bagus. Oleh karena itu, penerjemah harus mempertahankan pesan atau makna teks bahasa sumber yang akan diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran.

Penilaian kualitas yang kedua adalah keberterimaan. Aspek ini berkaitan dengan kealamiahan terjemahan dalam bahasa sasaran. Menurut Dewi (dalam Yuwono 2010:20), penerjemah dapat memproduksi, mengadaptasi, atau bahkan menulis kembali pernyataan yang telah dinyatakan dalam teks bahasa sumber, tidak hanya menerjemahkannya.

Keterbacaan merupakan aspek ketiga dalam penilaian kualitas terjemahan. Richards dkk (dalam Yuwono 2010:20) menyatakan bahwa keterbacaan terjemahan menunjukkan seberapa mudahnya teks terjemahan tersebut dapat dipahami. Oleh sebab itu, seorang penerjemah harus mampu menghasilkan terjemahan yang baik untuk membantu pembaca bahasa sasaran dalam hal ini konsumen untuk memahami teks terjemahan dengan mudah.

2. Pragmatik

Beberapa pakar pragmatik mendefinisikan pragmatik sebagai berikut: a. Yule (1996:3):

“Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). It has, consequently, more to do with the analysis of what people mean by their utterances than what the words or phrases in those utterances might mean by themselves. Pragmatics is the study of speaker meaning.”

(12)

Dengan demikian, menurut Yule (1996:3) Pragmatik didefinisikan sebagai studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis), dan ditafsirkan oleh mitra tutur (atau pembaca).

b. Widjana & Rohmadi (2011:4):

“Pragmatics is distinc from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate”.

Dengan kata lain, Menurut Widjana & Rohmadi (2011:4) Pragmatik merupakan ilmu tentang cara bahasa digunakan untuk berkomunikasi.

c. Dascal (2003:293):

“that at the very least pragmatics is the comprehensive study of language use. The most important use of language is for the purposes of communication between human beings, and that of achieving this purpose requires that they reach some sort of understand.”

Dari definisi di atas, Dascal (2003) berpendapat bahwa tujuan yang paling penting dari bahasa yaitu untuk tujuan komunikasi antar manusia. Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus saling memahami pesan yang dikomunikasikan.

Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang makna atau pesan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur untuk mencapai tujuan komunikasi yang hakiki.

Tidak hanya mengkaji makna internal dari sebuah tuturan, tetapi peran konteks sangat penting dalam kajian pragmatik (Mey dalam Nadar, 2009:3). Sementara itu, Leech (1983:13) menegaskan bahwa konteks adalah latar belakang pemahaman penutur dan mitra tutur, sehingga mempermudah mitra tutur memahami pesan yang disampaikan oleh penutur.

Gadzar (dalam Nadar 2009:5) tentang beberapa kajian Pragmatik: “Pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts and aspects of discourse structure.” Pernyataan Gadzar tersebut menegaskan bahwa objek kajian pragmatik mencakup deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur, dan

(13)

commit to user 3. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah suatu tuturan atau ujaran yang merupakan satuan fungsional dalam komunikasi. Seperti yang dinyatakan oleh Hurford, et.al, (2007: 260-261) berikut ini:

“When a speaker, in appropriate circumstances, makes an utterance containing a referring expression, he carries out a certain act, an act of referring. Referring is typically a linguistics act, but we shall see that it is possible to carry out all sorts of other acts using language.”

Dari pernyataan di atas, Hurford, et.al. (2007: 260-261) menyatakan bahwa ketika penutur menuturkan sesuatu, tentunya disertai dengan ekspresi-ekspresi tertentu yang secara tidak langsung ia juga melakukan tindakan. Austin (dalam Thomas, 1995:49) membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lebih jauh, Hurford, et.al. (2007: 270) menyatakan bahwa ada 3 jenis kalimat yakni deklaratif, interogatif, dan perintah dimana jika dikaitkan dengan konsep tindak tutur, jenis kalimat deklaratif merujuk pada tindak tutur asertif, jenis interogatif untuk bertanya, dan jenis kalimat perintah merupakan tindak tutur menyuruh.

3.1 Tindak Lokusi (Locutionary act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Berikut adalah contoh Tindak Lokusi dalam film The Queen yang disampaikan oleh Sekretaris pribadi Tuan Tony Blair kepada Tuan Tony Blair:

BSu: I've got a copy of the Queen's speech. BSa: Aku terima pidato Ratu.

Dari contoh di atas Sekretaris pribadi Tuan Blair hanya memberitahukan kepada Tuan Tony Blair bahwa ia telah menerima pidato Ratu Elizabeth.

3.2 Tindak Ilokusi (Illocutionary act)

Tindak Ilokusi adalah tindak tutur yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Seperti yang dijelaskan oleh Hurford, et.al. (2007: 273) sebagai berikut:

“The Illocutionary act (or simply the Illocution) carried out by a speaker making an utterance is the act viewed in terms of the utterance‟s significance within a conventional system of social interaction.”

(14)

Di bawah ini adalah contoh Tindak Ilokusi yang terdapat dalam film The Queen yang disampaikan oleh Ratu Elizabeth kepada Pangeran Phillip:

BSu: Just make sure the boys never hear you talk like that. BSa: Jangan sampai anak-anak mendengarmu bicara begitu.

Dalam tindak tutur di atas, Ratu Elizabeth tidak hanya memberitahukan kepada Pangeran Phillip, tetapi sekaligus ia melarang suaminya untuk mengatakan kepada cucunya bahwa Ibunya yaitu Putri Diana lebih menyebalkan ketika meninggal daripada hidup.

3.3 Tindak Perlokusi (Perlocutionary act)

Tindak Perlokusi adalah tindak tutur yang ditujukan untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan apa yang dimaksudkan oleh penutur.

Berikut pernyataan Hurford, et.al. (2007):

“The perlocution of an utterance is the causing of a change to be brought about, perhaps unitentionally, through, or by means of, the utterance (Latin per „through, by means of‟). The point of carefully distinguishing the perlocutionary aspect of the speect act from others is that perlocutions can often be accidental, and thus bear a relatively unsystematic relationship to any classification of sentence types.” Dari pernyataan di atas Hurford, et.al. menyatakan bahwa tindak perlokusi merupakan tindak tutur dari penutur yang menyebabkan perubahan tindakan mitra tutur yang dilakukan secara tidak sadar.

Berikut adalah contoh tindak perlokusi dalam film The Queen:

Elizabeth : I think I‟m going to walk back. I don‟t feel like stalking. (Aku mau pulang jalan kaki saja. Aku tak ingin berburu.) Prince Charles : Oh, are you sure?

(Ibu tak apa-apa?) Elizabeth : I’ll take the dogs.

(Aku bawa anjingnya.)

Percakapan antara Pangeran Charles dan Ibunya terjadi dalam perjalanan hendak berburu. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ratu Elizabeth mengurungkan niatnya untuk pergi berburu. Pada kenyataannya pernyataan Ratu Elizabeth tersebut

(15)

commit to user

mengimplikasikan bahwa dirinya yakin untuk kembali pulang ke Istana karena ia sudah kehilangan niatan untuk berburu.

3. Implikatur Percakapan

Grice (1975) berpendapat bahwa di dalam melaksanakan prinsip kerja sama, penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim hubungan, dan maksim cara.

3.1. Maksim Kuantitas:

1. Buatlah percakapan yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung).

2. Jangan membuat percakapan lebih infornatif dari yang diminta. Di bawah ini adalah contoh pelanggaran maksim kuantitas:

Prince Phillip : What was she doing in Paris? I thought she was supposed to be in London.

(Sedang apa dia di Paris? Kupikir dia sedang berada di London.)

Elizabeth : You know what she's like. (Kau tahu dia seperti apa.)

(Data 23/ EL/A/00:13:54)

Percakapan di atas terjadi antara Ratu Elizabeth dan suaminya yang masih membicarakan tentang Putri Diana. Pangeran Phillip menanyakan kepada isterinya, Ratu Elizabeth terkait kegiatan Diana ketika di Paris. Akan tetapi, jawaban Ratu Elizabeth tidak memberikan informasi yang cukup. Sehingga, jawaban Ratu Elizabeth tersebut dianggap melanggar maksim kuantitas karena Ratu Elizabeth kurang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Pangeran Phillip. Kemudian, dari jawaban singkat yang diberikan oleh Ratu Elizabeth You know what she's like yang diterjemahkan menjadi Kau tahu dia seperti apa mengimplikasikan bahwa ia sangat tidak suka kepada Putri Diana.

3.2. Maksim Kualitas: Cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar. 1. Jangan mengatakan sesuatu yang anda yakini adalah salah.

(16)

Berikut adalah contoh pelanggaran maksim kualitas:

Tony Blair : I'm so sorry, sir. And if there's anything I or my government can do…

(Perdana Menteri. Aku turut berdukacita. Katakan jika aku dan pemerintahanku dapat membantu.)

Prince Charle : They stood up as we drove past in cafés..in restaurants. Removed their hats.

(Mereka berdiri saat kita lewat, di kafe, restoran, melepas topi.) This was Paris. One of the busiest cities in the world and you

could hear a pin drop.

(Ini Paris, salah satu kota tersibuk di Dunia dan kota ini sunyi sekali.)

Tony Blair : I imagine it will be the same here. (Kubayangkan di sini juga sama.)

(Data42/ PC/A/00:27:49)

Percakapan di atas terjadi antara Tuan Blair dan Pangeran Charles. Pangeran Charles baru saja tiba di Inggris sepulangnya dari Paris membawa peti jenazah mantan istrinya, Putri Diana. Pernyataan dari Pangeran Charles di atas telah melanggar maksim kualitas karena pada kenyataannya ia tidak melihat Paris yang ramai.

3.3. Maksim Relevan

Berikut adalah contoh pelanggaran maksim relevan::

Robin Janvrin : I'm sorry to disturb, Ma'am, but I‟ve the Prime Minister for you. From his constituency.

(Maaf mengganggu, Yang Mulia. Yang Mulia. Perdana Menteri menelepon dari kantornya.)

The Queen’s Mother : Lucky you. (Itu urusanmu.) Elizabeth : Thank you, Robin.

I'll take it in the study.

(Terima kasih, Robin. Kuterima di ruang kerja.) (Data31/QM/A/00:20:46)

Percakapan di atas terjadi antara Robin Janvrin, sekretaris pribadi Ratu Elizabeth dengan Ratu Elizabeth dan Ibunya. Janvrin menghampiri Ratu Elizabeth yang sedang menikmati makan pagi bersama Pangeran Phillip dan Ibunya. Janvrin mengatakan kepada Ratu Elizabeth bahwa ada telefon masuk untuk Ratu dari Tuan Blair. Kemudian, Ibu Ratu

(17)

commit to user

Elizabeth mengatakan Lucky you. Jadi, respon Ibu Ratu Elizabeth tersebut mengimplikasikan sebaliknya bahwa Ratu Elizabeth sedang tidak beruntung. Maksim relevan juga dilangggar oleh Ibu Ratu Elizabeth. Ia merespon hal yang tidak sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Janvrin.

3.4. Maksim Cara: Cerdiklah.

1. Hindarkan ungkapan yang tidak jelas. 2. Hindarkan ketaksaan.

3. Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu). 4. Buatlah secara urut/teratur.

Berikut adalah contoh pelanggaran maksim cara:

Prince Charles : The palace would still prefer to see it as a private funeral. (Istana masih ingin mengadakan pemakaman tertutup.)

What are your feelings on that? (Apa pendapatmu?)

Tony Blair : I...I think that would present us with difficulties.

(Aku…kupikir itu akan menimbulkan masalah.)

(Data43/TB/A/00:27:55) Percakapan di atas masih terjadi antara Tuan Blair dan Pangeran Charles. Pangeran Charles kemudian menanyakan pendapat Tuan Blair bahwa keluarga Kerajaan masih menginginkan pemakaman tertutup untuk Putri Diana. Kemudian, Tuan Blair merespon I...I think that would present us with difficulties yang diterjemahkan Aku…kupikir itu akan menimbulkan masalah. Respon Tuan Blair tersebut yang membingungkan dan tidak jelas dianggap melanggar maksim cara. Pernyataan Tuan Blair tersebut pada kenyataannya mengandung makna implisit yaitu harapan rakyat Inggris untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Putri Diana dengan menyelenggarakan pemakaman terbuka berbeda dengan pemikiran keluarga Kerajaan yang menginginkan pemakaman tertutup.

5. Penerjemahan dan Pragmatik

Penerjemahan dan pragmatik merupakan dua ilmu linguistik yang saling berkaitan. Kajian Pragmatik erat kaitannya dengan konteks yang digunakan untuk

(18)

penyampaian pesan atau makna. Lebih jauh Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadai sebuah pertuturan atau disebut juga dengan konteks situasi tutur. Sedangkan definisi Penerjemahan menurut Larson (1984:2) yaitu:

translation consists of studying the lexicon,grammatical structure, communication situation, and cultural context of the source language text, analyzing it in order to determine its meaning, and then reconstructing this samemeaning using the lexicon and grammatical structure which are appropriate in the receptor language and its cultural context.

Dari definisi tersebut Larson mengungkapkan bahwa penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan dari BSu ke dalam BSa dengan menggunakan struktur gramatikal dan leksikon yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.

Jadi, dapat disimpulkan jelas bahwa konteks dalam kajian pragmatik sangat berperan dalam penerjemahan.

6. Penerjemahan Subtitle

Menurut Fong (dalam Bannon, 2009:91), “subtitles represent and re-present dialogue, which is speech, as writing; in this sense, subtitling is a cross-media transference of meaning and message: the process involves a double conversation, traversing from one language to another and from one medium to another.”

Kemudian Shuttleworth dan Cowie (1997:161) menyatakan bahwa “Subtitle is a term used to refer to one of the two main methods of language transfer used in translating types of mass-audio visual communication such as film and television. It can be defined as a process of providing synchronized captions for film and television dialogue.”

Menurut Shuttleworth dan Cowie (1997:161) subtitle adalah istilah yang digunakan untuk salah satu dari dua metode pengalihan bahasa yang digunakan dalam penerjemahan tipe komunikasi audio visual misalnya film dan televisi.

Lebih jauh, Baker (1998:244-245) menyatakan bahwa “Subtitles are transcriptions of film or TV dialogue, presented simultaneously on the screen. It consists of one or two lines of an average maximum length of 35 characters. As a rule, subtitles are placed at the bottom of the picture and are either centered or left-aligned.”

(19)

commit to user

Menurut Baker (1998:244-245) menyatakan bahwa subtitle adalah salinan dialog film atau TV, yang ditampilkan secara berurutan di layar. Subtitle terdiri dari satu sampai dua baris yang panjangnya sampai 35 karakter.

“The subtitle-translator needs to consider some requirements in transferring subtitle. S/he needs to consider about the space and time. Normally, one line of subtitle contains of 35-40 characters and maximum two lines at once appearing. Then, the subtitles normally appear 0.25 second after the utterance start. They will be on screen during 3-6 seconds and will be removed no more than 2 seconds after the utterance finishes” (Bannon, 2009:94).

Seorang penerjemah subtitle perlu mempertimbangkan beberapa hal dalam menerjemahkan subtitle. Ia harus mempertimbangkan ruang dan waktu. Pada umumnya, satu baris terdiri 35-40 karakter dan maksimal dua baris dalam satu kali tampilan. Subtitle tersebut akan muncul di layar selama 3-6 detik dan akan ganti tidak lebih dari 2 detik setelah percakapan selesai. (Bannon, 2009:94)

7. Sekilas tentang Film The Queen

Film The Queen ini mengangkat sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth dan Tony Blair sebagai Perdana Menteri. Ratu Elizabeth sebagai Pemegang kekuasaan tertinggi menentukan dan menunjuk calon Perdana Menteri, menentukan kebijakan Pemerintahan yang akan dilaksanakan oleh Perdana Menteri. Sebagai Perdana Menteri terpilih, Tony Blair melaksanakan kebijakan Pemerintahan Ratu Elizabeth dan meminta Ratu untuk memberikan nasihat serta bimbingan untuk menjalankan tugasnya.

Konflik antara Ratu Elizabeth dan Tony Blair terjadi saat meninggalnya Putri Diana. Tony Blair menyarankan Ratu Elizabeth untuk memberikan pernyataan resmi terhadap meninggalnya Putri Diana mengingat Putri Diana populer dimata Masyarakat atas kegiatan sosial yang dilakukannya, seperti mengunjungi daerah-daerah konflik, memberikan perhatian terhadap anak-anak dengan gizi buruk, dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Namun, Ratu Elizabeth menolak untuk memberikan pernyataan karena Putri Diana sudah tidak lagi dianggap menjadi bagian dari keluarga Kerajaan. Selain itu, Tony Blair berpendapat untuk menyelenggarakan pemakaman terbuka sebagai penghormatan terakhir terhadap Putri Diana, tetapi Ratu juga tidak menyetujui karena pemakaman tersebut dianggap sebagai masalah pribadi yang tidak perlu dipublikasikan secara luas.

(20)

Masyarakat kecewa dengan sikap Ratu Elizabeth yang tidak menghargai mendiang Putri Diana. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pernyataan resmi dari Ratu Elizabeth dan tidak adanya simbol kerajaan yang menunjukkan duka cita seperti dikibarkannya bendera setengah tiang. Sementara itu, ucapan bela sungkawa mengalir deras dari berbagai kalangan baik dari Masyarakat, artis, komunitas, hingga Kepala Negara seperti Nelson Mandela dan Bill Clinton. Hal ini menunjukkan Putri Diana sangat populer dan dikagumi oleh banyak orang karena prestasi dan rasa sosialnya yang tinggi.

Sebagai Perdana Menteri, Tony Blair tidak henti-hentinya menyarankan Ratu Elizabeth untuk menunjukkan sikap simpatik keluarga Kerajaan terhadap meninggalnya Putri Diana. Namun, pihak Kerajaan masih tetap berpegang teguh pada aturan Kerajaan yang masih ssangat kaku. Semakin hari keadaan menjadi semakin kritis dengan banyaknya kecaman dari Masyarakat. Hingga akhirnya Tony Blair mengingatkan Ratu Elizabeth bahwa hasil pemungutan suara mengindikasikan 70% rakyat yakin tindakan yang dilaksanakan Ratu Elizabeth akan menghancurkan Kerajaan. Pada akhirnya, Ratu Elizabeth mengikuti saran Tony Blair diantaranya untuk mengibarkan bendera setengah tiang di atas Istana Buckingham dan semua rumah Kerajaan, untuk sesegera mungkin meninggalkan Balmoral dan menuju London serta memberikan penghormatan terakhir secara langsung pada peti jenazah Putri Diana. Selain itu, memberikan pernyataan lewat siaran langsung Televisi pada rakyat dan seluruh Dunia.

Setelah Ratu Elizabeth mengikuti semua saran Tony Blair, Ratu Elizabeth menjadi terbuka dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih modern. Tony Blairpun juga kagum dengan sikap Ratu Elizabeth yang kuat, berani, dan rendah hati. Ratu Elizabeth mempunyai pendirian kuat, tetapi masih bisa menerima pemikiran baru.

8. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Sari (2007) dengan judul An Analysis of Implicatures In Request Expression in Drama Entitled A Raisin In The Sun by Lorraine Hansberry. Penelitiannya membahas strategi request dan pelanggaran maksim yang dilakukan oleh beberapa tokoh dalam drama A Raisin in the Sun. Dari hasil penelitiannya ditemukan adanya lima strategi request yaitu Hinting strategy,

(21)

commit to user

Ability/Willingness, Suggestory formulae, Wishes, Desires/Needs. Selain itu, dalam peneliannya ditemukan adanya pelanggaran maksim relevan, kualitas, dan kuantitas.

Mulyani (2010) dengan judul penelitian An Analysis of Flouting Maxims in “Forest Gump” Film Based on Grice’s Cooperative Principle (A Pragmatics Approach) membahas tentang jenis maksim yang dilanggar, prinsip kerjasama yang terlibat, dan sebab-sebab adanya pelanggaran maksim. Penelitiannya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kualitas, relevan, dan cara.

Penelitian relevan yang sejenis dilakukan oleh Mahasiswa Pascasarjana UNS yaitu Sumardiono (2011) dengan judul penelitian Kajian Terjemahan Ujaran Yang Mengandung Implikatur Pada Novel The Da Vinci Code. Penelitian tersebut membahas tentang jenis-jenis implikatur dan pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan yang terkandung dalam ujaran. Selain itu, penelitiannya juga mengkaji teknik- teknik penerjemahan yang diterapkan serta kualitas terjemahan meliputi tingkat keakuratan dan keberterimaan dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.

Dari hasil penelitian tersebut didapat empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya, yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Beberapa data ditemukan mengalami pergeseran daya pragmatis dan sebagian lainnya tidak. Disamping itu, ada 13 (tiga belas) teknik yang digunakan oleh penerjemah. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran, sedangkan beberapa teknik diantaranya teknik penambahan, penghapusan, dan eksplisitasi mengakibatkan pergeseran daya pragmatis. Dari hasil penelitiannya, tingkat kualitas keakuratan memiliki hasil yang lebih tinggi yaitu rata-rata 2,86 daripada kualitas keberterimaan yaitu rata-rata 2,85.

Penelitian juga mengacu pada karya Kuncara (2012) yaitu Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif pada Novel Sang Godfather karya Maria Puzo. Di dalam penelitiannya, Ia membahas fungsi tindak tutur ilokusi direktif dalam novel The GodFather dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, teknik yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan tindak tutur tersebut, teknik yang paling dominan digunakan penerjemah dan kualitas terjemahan yang dihasilkan. Dari 152 data yang diteliti, ditemukan delapan fungsi ilokusi direktif. Fungsi memerintah 76 data (50%), menyarankan 22 data (14,4%), meminta 17 data (11,1%), memohon 11 data (7,2%), melarang 10 data (6,6%), menasihati 9 data

(22)

(5,9%), membujuk 4 data (2,7%), menyilakan 3 data (2%). Sedangkan, teknik penerjemahan yang digunakan yaitu teknik harfiah 80 kali (32,8%), peminjaman murni 50 kali (20,5%), transposisi 33 kali (13,5%), reduksi 28 kali (11,5%), penambahan 16 kali (6,6%), modulasi 14 kali (5,7%), partikularisasi 7 kali (2,9%), adaptasi 6 kali (2,5%), amplifikasi linguistik 5 kali (0,8%), penghilangan 2 kali (0,4%), padanan lazim, deskripsi, dan generalisasi masing-masing 1 kali (0,4%). Dari 12 teknik penerjemahan yang digunakan, teknik penerjemahan yang dominan digunakan adalah teknik harfiah yaitu 80 kali (32,8%). Kemudian, terjemahan tersebut menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami.

Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam Komik Amazing

Journey dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Wisudawanto

(2012) meneliti tentang jenis dan fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan tokoh Spongebob dalam komik Amazing Journey dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, teknik penerjemahannya, serta dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan tokoh Spongebob tersebut. Penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat empat jenis tindak ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Sedangkan Teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan yaitu kombinasi dua teknik (58 data), literal (51 data), peminjaman murni (17 data), kalke (12 data), kombinasi tiga teknik (11 data), peminjaman naturalisasi (6 data), modulasi (6 data), padanan lazim (1 data), dan variasi (1 data). Kemudian, analisis kualitas keakuratan dan keberterimaannya dinilai tinggi yaitu lebih dari 85%.

Dari kelima review di atas, ditemukan ruang yang dapat digunakan oleh peneliti untuk penelitian lebih jauh yang menjadikan penulisan ini berbeda dengan karya sebelumnya dengan menggunakan sumber data yang berbeda selain komik dan novel yaitu film untuk mengkaji terjemahan tindak tutur yang mengandung pelanggaran maksim. Adapun persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dan kelima review di atas yaitu sama- sama mengkaji tentang tindak tutur.

(23)

commit to user 9. Kerangka berpikir

Subtitle film The Queen dalam bahasa sumber

Tuturan yang mengandung pelanggaran maksim

Keakuratan Keberterimaan

Rater

Kualitas terjemahan Subtitle film The Queen dalam

bahasa sasaran

Jenis pelanggaran maksim

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui profil pelaku wirausaha 2) mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha, dan 3)

Untuk mempelajari BBM ini, terutama agar dapat menerapkan model- model pembelajaran yang terdapat dalam BBM ini Anda diharapkan sudah memiliki pengetahuan tentang

1) Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan tingkat teknologi

Dalam pencarian solusi kasus MST, Permasalahan direpresentasi seperti sekumpulan semut yang bekerja sama untuk menetukan solusi MST yang paling baik, semut-semut

Pedagang (wholesaler) Perantara yang secara nyata mempunyai barang dagangan dan melakukan fungsi pemasaran di mana barang yang didagangkan dalam jumlah volume

Temperatur yang dibutuhkan dalam mencairkan bahan-bahan logam biasanya lebih dari 1300 O F.. 2 Mempunyai permukaan yang licin untuk mendapatkan detail dan tepi casting yang

Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan dengan target capaian output sebagaimana yang tercantum dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang

Pengelola kantor dan administrasi kesekretariatan PARMUSI sepenuhnya menjadi kewajiban dan kewenangan tim kesekretaritan, yaitu Sekretaris Jenderal ditingkat Pusat/Sekretaris