• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Jembatan Selat Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Jembatan Selat Sunda"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,taufik Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,taufik dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelasaikan makalah yang berjudul “

dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelasaikan makalah yang berjudul “PengadaanPengadaan Jembatan Selat Sunda sebagai Bentuk Solusi Penumpukan Kendaraan Antre Jalur Laut

Jembatan Selat Sunda sebagai Bentuk Solusi Penumpukan Kendaraan Antre Jalur Laut ” dengan baik” dengan baik guna menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Transportasi. Semoga makal

guna menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Transportasi. Semoga makal ah ini dapat dipergunakanah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman pembaca dalam bidang pendidikan khususnya sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman pembaca dalam bidang pendidikan khususnya Sistem Transportasi.

Sistem Transportasi.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

1. Dr. Ir. M Zainul Arifin M.T, selaku dosen mata kuliah Sistem TransportasiDr. Ir. M Zainul Arifin M.T, selaku dosen mata kuliah Sistem Transportasi 2.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materiOrang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi 3.

3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah iniTeman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini

Dalam menyusun makalah ini, kami tak luput dari kesalahan baik dari segi penyusunan, Dalam menyusun makalah ini, kami tak luput dari kesalahan baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca. Untuk menjadi acuan dan bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik membangun dari pembaca. Untuk menjadi acuan dan bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

di masa yang akan datang.

Penyusun Penyusun

(2)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. TUJUAN STUDI

BAB II TEORI DAN PERMASALAHAN 2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Pengertian Transport Supply 2.1.2. Pengertian Transport Traffic 2.1.3. Pengertian Transport Law

2.1.4. Hubungan antara Transport Supply, Traffic dan Law 2.1.5. Hukum Pengadaan Jembatan antar Pulau

2.2. KONDISI DAN SITUASI

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 3.1. PEMBAHASAN

3.2. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jembatan merupakan infrastruktur yang salah satu fungsinya untuk mendukung moda transportasi darat. Ada berbagai macam jembatan dibangun di dunia, mulai dari  jembatan paling tinggi, terpanjang dan jembatan paling lebar. Jembatan Selat Sunda

menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Mega proyek yang rencananya akan menelan biaya yang diperkirakan sekitar Rp 117 triliun tersebut mulai dikerjakan di tahun 2014. Tentunya patut kita menanyakan dulu pada diri sendiri, seberapakah kita perlu membangun jembatan Selat Sunda yang nantinya akan mencapai panjang 31 km?

Sejak lama, jembatan merupakan simbol perodaban dan simbol suatu masa atau  jaman. Kejayaan akan peradaban akan senantiasa diikuti dengan pencapaian simbol-simbol yang menandakan monumen akan peradaban itu sendiri. Jembatan tidak lagi dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan seperti jembatan gantung, melainkan diwujudkan untuk menjadi simbol suatu kejayaan. Disamping itu, jembatan pula menjadi simbol keajaiban ilmu pengetahuan, yaitu keajaiban di bidang konstruksi.

Tidak semua negara selalu menggunakan simbol peradaban negaranya ke dalam bentuk bangunan konstruksi. Beberapa negara cukup selektif memilih kebutuhan konstruksi untk memenuhi kebutuhan infrastrukturnya. Inggris misalnya, merupakan salah satu negara yang terbentuk melalui gugus kepulauan. Negara tersebut tidak memiliki satu pun jembatan yang menghubungkan antar pulau-pulau besar. Kebanyakan jembatan besar dibangun menghubungkan di antara sungai maupun teluk. Demikian halnya negara kepulauan lainnya seperti Jepang. Jembatan terpanjang di Malaysia hanya berjarak kurang dari 12 km yang menghubungkan pulau Penang dan daratan Malaysia. Jembatan terpanjang saat ini justru bukan menghubungkan antar pulau besar, melainkan hanya menghubungkan dua daratan yang dipisah oleh sungai.

Ada 3 buah jembatan penghubung antar pulau yang digagas di masa Soekarno, yaitu Jembatan Selat Sunda (JSS), Jembatan Suramadu, dan Jembatan Selat Bali. Pengkajiannya sendiri baru rampung di masa pemerintahan Orde Baru. Baru satu di antaranya yang diwujudkan, yaitu Jembatan Suramadu. Bulan Desember 2011 lalu, Presiden RI telah menyetujui pelaksanaan pembanguann JSS yang nantinya akan dimulai pada tahun 2014 dan baru bisa digunakan di tahun 2025.

Tentunya para bapak terdahulu memiliki alasan yang melatarbelakangi gagasan untuk membangun jembatan antar pulau tersebut. Berpedoman pada fungsi dan simbol peradaban, maka ide/gagasan jembatan antar pulau di masa lalu muncul untuk mewujudkan simbol-simbol kejayaan pembangunan. Indonesia yang ketika itu belum lama merdeka menginginkan untuk sejajar harga dirinya dengan negara-negara maju lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu, aspek fungsi semakin lama semakin bertambah.

Data terkini menyebutkan apabila volume kendaraan yang melintasi Selat Sunda terdapat sebanyak 2 juta kendaraan per tahun atau sekitar 5.479 kendaraan per harinya. Volume kendaraan sebesar itu pun tidak akan menunjang kelayakan finansial sebuah tol (at grade/di atas permukaan tanah) sebab minimal lalu lintas hariannya harus 20.000 unit

(4)

kendaraan. Terlebih, proyek ini sebuah jembatan, lebih mahal daripada jalan tol biasa (Kompas, 8 Desember 2009).

Kelayakan infrastruktur secara finansial mungkin bisa dikesampingkan, karena prinsip pengadaannya tidak selalu harus memperhitungkan (pertimbangan) untung-rugi. Pengadaan infrastruktur bertujuan untuk membantu menggerakkan dinamika perekonomian di pusat-pusat pertumbuhan.

Sebagai bagian dari Kawasan Barat Indonesia (KBI), propinsi-propinsi di Pulau Sumatera sesungguhnya telah memiliki sendiri pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat pertumbuhan terbentang dari sepanjang Aceh hingga Sumatera Selatan. Di Pulau Sumatera ini pula telah terdapat lebih dari satu gerbang pelabuhan internasional berupa pelabuhan laut maupun bandar udara (bandara, airport). Propinsi-propinsi di Pulau Sumatera sesungguhnya mampu dijadikan kawasan yang mandiri, tanpa harus banyak tergantung dari Pulau Jawa. Sayangnya, penyediaan infrastruktur di Pulau Sumatera sendiri masih terbatas, terutama untuk penyediaan jalan raya yang menghubungkan antar propinsi. Jumlah pelabuhan laut pun hendaknya perlu dikembangkan dan ditambahkan untuk mengantisipasi gejolak pertumbuhan dan dinamika perekonomian yang cepat di masa yang akan datang.

1.2. TUJUAN STUDI

Makalah ini disusun bertujuan untuk mengkaji permasalahan antre panjang dan penumpukan kendaraan yang akan menyeberang dari pelabuhan Merak ke Bakauheni dan sebaliknya yang disebabkan oleh padatnya lalu lintas kapal yang tidak diimbangi dengan banyaknya jumlah dermaga dan kapal pengangkut. Penyusun ingin dengan adanya pembahasan terkait masalah ini, dapat dicari solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut sesuai dengan kebijakan dan hukum yang telah ada sebelumnya di Indonesia.

(5)

BAB II

TEORI DAN PERMASALAHAN

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Tranport Demand

Transport demand adalah sistem kegiatan yang menyebabkan orang melakukan kegiatan berdasarkan kebutuhannya. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan.

2.1.2. Transport Supply

Transprt supply adalah alat pemenuh kebutuhan perpindahan atau dengan kata lain bisa disebut sebagai sarana transportasi, seperti tempat pejalan kaki, jalan raya dsb.

2.1.3. Transport Traffic

Transport trafic adalah alat yang digunakan untuk melakukan pergerakan seperti mobil pesawat kapal dsb

2.1.4. Transport Law

Hukum adalah seperangkat aturan atau norma yang memiliki kekuatan sanksi yang pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh negara/aparat penyelenggara negara. Hukum berisi separangkat aturan yang mengatur sebagian besar kehidupan manusia. Hukum terdiri dari hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis dituangkan dalam bentuk Pasal-Pasal, dalam undang-undang yang disusun secara sistematis dalam lembaran negara, sedangkan hukum tidak tertulis bersandarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Hukum diciptakan untuk melindungi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai penghormatan atas jiwa, tubuh, harta, kehormatan dan kemerdekaan. Kegiatan manusia amat banyak dan hukum itu sendiri sudah dipastikan tidak mampu untuk mengakomodir atau melindungi dan mengatur seluruh kegiatan manusia ini.

Hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada dasarnya belum ada seorang sarjanapun yang mendefinisikannya. Hukum Lalu Lintas dan angkutan jalan biasanya hanya diidentikan dengan hukum pengangkutan dalam kajian pengangkutan dalam lapangan hukum dagang. Hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak hanya memiliki segi pengangkutan, tetapi jauh lebih luas daripada hukum dagang, seperti

(6)

kajian hukum perdata, hukum pidana dan juga hukum administrasi negara, walaupun pada hakikatnya hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan lebih bersifat spesifik dibandingkan hukum pengangkutan, hal ini karena hukum lalu lintas hanya mengatur mengenai lalu lintas angkutan darat, sedangkan pengangkutan terdiri dari beberapa jenis baik darat, laut, udara dan pos.

Hukum lalu lintas dalam buku ini tidak hanya akan membahas mengenai masalah hukum semata, tetapi juga mengungkap mengapa hukum tersebut dibuat. Hal ini karena hakikat hukum lalu lintas yang bersifat ilmiah, keberadaannya bukan hanya sebagai pengatur dan pelindung berbagai kepentinan di jalan raya, tetapi juga pengatur laju gerak lalu lintas agar dapat berjalan sistematis. Hukum yang akan dibahas bukan semata mata mengetengahkan benar atau salah tetapi harus juga dapat mengatur laju kendaraan agar tidak terjadi kemacetat, keadaan disnorm dan keadaan buruk lainnya.

Seperti halnya ilmu-ilmu lain, hukum lalu lintas memiliki tiga aspek keilmuan baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi. Secara ontologi, objek hukum lalu lintas terbagi menjadi dua yaitu aturan/ norma dan perilaku pengendara kendaraan. Karena sifat hukum lalu lintas yang kami nyatakan logis, maka segi pengaturan penulis juga mengetengahkan mengapa pengaturan tersebut dibuat, apa alasannya, dan bagaimana apabila aturan tersebut dilanggar. Hukum lalu lintas bersifat logis seperti halnya hukum gravitasi yang diciptakan Isaac Newton. Hukum gravitasi menyatakan bahwa ketika benda dilemparkan ke langit maka akan jatuh kembali, atau benda jatuh dari atas menuju bawah. Begitupula hukum lalu lintas yang menyatakan bahwa, kecelakaan di awali oleh pelanggaran lalu lintas. Secara logis kita dapat mengetahui bahwa, kecelakaan dapat terjadi karena kendaraan tidak layak jalan, atau pengendara teledor melewati marka, memacu kendaraan di atas rata-rata dan faktor lainnya. Faktor-faktor inilah yang merupakan pelanggaran

(7)

hukum dan berakibat logis pada kecelakaan. Berdasarkan deskripsi tersebut maka  jelas memperlihatkan ada relasi aantara hukum sebagai aturan yang seharusnya

ditaati dengan perilaku yang tidak menaati peraturan dan berujung kecelakaan, maka jelas bahwa objek yang nantinya akan dikaji dari hukum lalu lintas adalah norma dan perilaku.

Objek hukum lalu lintas terbagi menjadi dua, maka epistemologi atau cara mengkajinya juga terbagi menjadi dua. Kajian hukum atau norma, dapat dikaji dengan metode normaatif dan kajian perilaku manusia dikaji dengan metode empiris. Dengan menggunakan dua pendekatan tersebut diharapkan menghasilkan tulisan yang komprehensif mengenai hukum lalu lintas.

Setiap ilmu haruslah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Ilmu harus dapat digunakan untuk sebesar-besarnya kemanfatan hidup. Kita dapat mengetahui bagaimana Albert Einstein seorang fisikawan besar dunia menangis. Suatu ketika, "menangislah" Albert Einstein, "Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sangat sedikit? Albert menangis pilu dalam hati karena karya besarnya  – teori relativitas umum dan khusus digunakan sebagai inspirasi untuk membuat bom atom. Bom inilah yang dijatuhkan di atas kota Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II berlangsung.

Begitupula ilmu hukum lalu lintas yang juga memiliki manfaat atau aksiologi. Hukum lalu lintas memiliki manfaat yang besar bagi para pembaca baik penegak hukum, mahasiswa, teknisi dan pembaca lainnya yang ingin mengetahui pedoman dan dasar logika berlalu lintas. Dengan buku yang banyak memaparkan perbandingan konsep berlalulintas di berbagai negara ini, diharapkan dapat menjadi petunjuk dan bahan kajian mengenai cara mengatur lalu lintas yang dapat diterapkan di Indonesia.

2.1.5. Hubungan antara Transport Supply, Traffic dan Law

(8)

Saat ini belum ada produk hukum yang secara khusus menjadi panduan pokok pengadaan infrastruktur di dalam negeri padahal pedoman pokok mengenai pengadaan infrastruktur dibutuhkan agar pengadaan infrastruktur akan memperhatikan aspek hukum, aspek kebutuhan, aspek pilihan (dan alternatif pilihan), aspek karakter geografis, dan aspek keberlanjutannya. Bagian yang nantinya akan menjadi pertimbangan (keputusan) bertumpu pada aspek pilihan dan aspek karakter geografis. Ketiadaan pedoman pokok tersebut dapat menyebabkan penyediaan infrastruktur menjadi kurang tepat mengenai sasaran. Tidak jarang pengadaan infrastruktur di dalam negeri kurang memberikan dampak positif bagi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.

Produk hukum yang ada sekarang ini hanya mengatur secara individu mengenai pengadaan infrastruktur, seperti undang-undang tentang jalan raya, undang-undang tentang lahan untuk proyek infrastruktur, dan lain sebagainya. Seperti halnya pada

 pengadaan jembatan Selat Sunda. Dasar hukum

 pembangunan jembatan Selat Sunda tertuang dalam perpres no 86 tahun 2011.

2.2. KONDISI DAN KASUS

Fakta mengatakan bahwa terjadi kemacetan panjang kendaraan sampai 26 kilometer dari mulut dermaga penyeberangan Merak sampai mengular di jalan tol Merak  –  Jakarta setiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kemacetan itu menimbulkan rasa menyiksa berkepanjangan, kadang lebih dari 48 jam, yang dialami oleh para penumpang yang ingin menggunakan fery penyebrangan Merak  –  Bakauheni. Hal ini juga mengakibatkan pemborosan yang ditimbulkan oleh setiap peristiwa kemacetan yang sering dijuluki warga Merak, Serang, Banten sebagai konvoi kendaraan terpanjang sedunia itu.

Ketika pertama sekali rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dibahas serius di tahun 1960an, semua pihak yang terlibat dalam rencana proyek itu menyadari bahwa moda transportasi laut dalam hal ini kapal ferry tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan transportasi kendaraan, orang dan barang pada masa mendatang.

Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pertumbuhan jumlah kendaraan dan  jumah manusia di Pulau Jawa dan Sumatera dipastikan membutuhkan moda transportasi yang lebih cepat, ekonomis, efisien, aman dan nyaman. Kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh pembangunan jembatan Selat Sunda sebagai moda trasportasi utama antara dua pulau dan tetap mempertahankan moda trasportasi ferry sebagai pendukung sekaligus alternatif bagi pelintas pulau sebagai pengguna jasa.

(9)

BAB III

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.3. PEMBAHASAN

Kemacetan panjang kendaraan sampai 26 kilometer dari mulut dermaga penyeberangan Merak sampai mengular di jalan tol Merak  – Jakarta setiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri menimbulkan rasa menyiksa berkepanjangan, kadang lebih dari 48 jam, yang dialami oleh para penumpang yang ingin menggunakan fery penyebrangan Merak  – Bakauheni. Kemacetan ini dikarenakan menumpuknya jumlah kendaraan yang akan menyeberang dari pelabuhan Merak ke Bakauheni (sebaliknya) dan padatnya lalu lintas kapal yang tidak diimbangi dengan banyaknya jumlah dermaga dan kapal pengangkut.

Menyikapi permasalahan tersebut, terpikirkan untuk membangun Jembatan Selat Sunda (JSS) yang sudah pernah dibahas serius sejak tahun 1960an, semua pihak yang terlibat dalam rencana proyek itu menyadari bahwa moda transportasi laut dalam hal ini kapal ferry tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan transportasi kendaraan, orang dan barang pada masa mendatang.

Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pertumbuhan jumlah kendaraan dan  jumah manusia di Pulau Jawa dan Sumatera dipastikan membutuhkan moda transportasi yang lebih cepat, ekonomis, efisien, aman dan nyaman. Kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh pembangunan jembatan Selat Sunda sebagai moda trasportasi utama antara dua pulau dan tetap mempertahankan moda trasportasi ferry sebagai pendukung sekaligus alternatif bagi pelintas pulau sebagai pengguna jasa. Artinya, dengan ketersediaan dua moda transportasi itu, konsumen memiliki kebebasan memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Hampir 50 tahun berlalu rencana pembangunan JSS itu masih dalam bentuk tuangan di atas kertas. Tidak ada progres dari rencana sebagai implementasinya. Kebutuhan tersedianya dana yang sangat besar menyebabkan rencana yang dimatangkan sejak puluhan tahun yang lalu itu tetap tidak terwujud. Pemerintah Indonesia sampai pada hari ini tidak mungkin mampu membangun JSS karena keterbatasan dana pembangunan. Meski jumlah APBN 2013 sudah mencapai Rp. 1.600 triliun, namun dari total jumlah tersebut masih sangat minim yang merupakan bagian dari anggaran pembangunan infrastruktur yang dapat digunakan untuk membiayai JSS yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 120  –  150 triliun. Pemerintah Indonesia tidak mungkin menggunakan dana APBN untuk membiayai pembangunan JSS. Struktur atau komposisi APBN Indonesia masih didominasi oleh peruntukan biaya rutin seperti gaji dan belanja pegawai, pembayaran utang pemerintah yang terdiri dari luar negeri, utang domestik, utang BLBI dan utang lain berikut dengan bunganya yang mencapai ratusan triliun per tahun. APBN Indonesia masih terbebani biaya subsidi energi dan listrik, biaya subsidi pupuk dan ketahanan pangan, biaya subsidi untuk kewajiban pelayanan publik (public service obligation /PSO), biaya subsidi bunga untuk pengembangan usaha koperasi dan UMKM dan biaya subsidi – subsidi lainnnya.

APBN Republik Indonesia harus mengutamakan alokasi anggaran untuk daerah -daerah seluruh Indonesia baik pemerintah propinsi, -daerah otonom, -daerah khusus dan daerah istimewa. Termasuk juga dana hibah, bagi hasil dan perimbangan pusat  –  daerah.

(10)

Dengan kata lain, APBN tahun 2014 sampai setidaknya sepuluh tahun mendatang mustahil menyisihkan sebagian portofolionya untuk membiayai proyek JSS. Pembiayaan proyek JSS melalui skema utang pemerintah juga mustahil dilakukan karena akan semakin memperbesar defisit APBN terhadap PDB (product domestic bruto). Keadaan ini akan semakin melemahkan ketahanan ekonomi nasional dan sangat riskan ditempuh sebagai solusi pembiayaan proyek JSS. Sementara itu, urgensi keberadaan jembatan pemyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera itu semakin mendesak.

Peningkatan pengguna jasa ferry penyeberangan Merak  –  Bakauheni setiap tahun semakin besar. Jumlah mobil pribadi, truck, bus dan sepeda motor serta orang dan barang yang diangkut awalnya 41 kapal ferry kian tidak terlayani. Dari 41 kapal ferry itu pun hanya 25  – 30 unit kapal yang dapat dikatakan bisa beroperasi dengan baik. Penambahan unit kapal dan dermaga penyeberangan selain membutuhkan biaya yang sangat besar, juga kurang diminati investor swasta. Sedangkan BUMN PT. ASDP dan Pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengadaan kapal dan dermaga tambahan tersebut. Disamping itu, semua ahli transportasi sepakat, jika volume kendaraan dan manusia yang diangkut kapal ferry antar pulau sudah melebihi 1 juta kendaraan atau 5 juta orang per tahun, moda transportasi ferry sudah tidak lagi memadai dan ideal. Kondisi riel volume penumpang Merak  – Bakauheni saat ini sudah lebih 6 juta penumpang per tahun dan kendaraan lebih 1 juta unit per tahun. Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan pada saat menjelang lebaran  jumlah kenderaan sudah lebih 10.000 unit per hari dan jumlah penumpang sudah lebih 100.000 orang. Mobilisasi kendaraan dan manusia sebanyak itu sudah tidak lagi ideal untuk dilayani moda kapal ferry.

Terlalu banyak kapal ferry yang dibutuhkan dan terlalu banyak dermaga penyeberangan yang harus dibangun. Dampak sosial ekonominya akan cenderung destruktif dan riskan bilamana terjadi kerusakan pada kapal ferry pengangkut dan fasilitas dermaga. Dalam 10 tahun ke depan, jumlah kendaraan dan penumpang akan melonjak tajam lebih dari 100%. Kapal ferry yang tersedia tak akan mampu melayani semua konsumen dan dipastikan akan menciptakan ledakan kemacetan yang sangat parah dan membahayakan secara sosial, ekonomi dan politik. Dengan volume 100.000 orang penumpang dan 10.000 unit kendaraan yang akan melintasi selat Sunda seperti saat ini, kapal ferry dan dermaga Merak  – Bakauheni sudah tidak mampu melayani dan menimbulkan kemacetan sepajang belasan hingga puluhan kilometer.

Proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) sepanjang 30 km dengan moda transportasi jalan raya yang mampu dilintasi 600.000 unit mobil setiap hari dan jutaan orang baik yang menumpang kendaraan mau pun kereta api dipastikan akan menjadi solusi sampai puluhan bahkan seratus tahun ke depan. Sementara itu, moda kapal ferry tetap difungsikan sebagai pilihan atau alternatif bagi para konsumen yang membutuhkannya. Kedua sistem transportasi dengan tiga moda ini (ferry, kereta dan tol) adalah solusi terbaik untuk rakyat dan negara Indonesia. Bahkan dengan proyek JSS ini, pengembangan kawasan sekitar mulut jembatan di Lampung dan Banten akan menjadi nilai tambah yang luar biasa di mana sektor transportasi bisa diintegrasikan dengan sektor industri dalam satu kawasan terpadu.

Manfaat luar biasa lain yang diperoleh dari proyek JSS yang dibiayai investor swasta ini adalah multiplier effects yang sudah akan dinikmati oleh berbagai pihak terutama masyarakat sekitar, belasan hingga puluhan ribu pekerja proyek JSS, para subkontraktor,

(11)

vendor, dan lain – lain. JSS adalah proyek raksasa dengan manfaat yang luar biasa. JSS proyek megaraksasa yang menjadi ikon kebanggaan nasional Indonesia.

Bagaimana dengan pihak tertentu yang menolak pembangunan JSS ini? Umumnya mereka terdiri dari para pengamat yang mengkhawatirkan efek samping atau dampak negatif dari pembangunan JSS. Tentu saja jawaban atas keberatan mereka tersebut harus diberikan dalam bentuk minimalisasi dampak negatif seperti dampak negatif terhadap lingkungan, problem sosial, atau pun dampak negatif dari sisi ekonomi. Namun yang sudah dapat dipastikan adalah, dengan pembangunan JSS yang sepenuhnya dibiayai oleh pihak swasta ini, dengan menggunakan metode penilaian apa pun, manfaat yang diraih jauh lebih besar daripada dampak negatifnya.

Jika ada pihak tertentu yang keberatan karena menilai transportasi laut harus lebih diutamakan, jelas sekali pendapat tersebut keliru karena mereka tidak melihat sumber pembiayaan pembangunan JSS yang sepenuhnya swasta. Dalam dunia investasi, minat investor untuk berinvestasi pada suatu sektor tertentu tidak dapat dipaksakan dan pasti selalu merujuk pada pertimbangan bisnis atau untung rugi. Tidak ada investor yang bersedia masuk ke sektor yang pasti merugi atau tidak profitable.

Meski demikian, jika pada pembangunan JSS ini pemerintah banyak memberikan konsesi atau kemudahaan dan fasilitas, sudah seharusnya pula, kemudahan dan fasilitas yang sama diberikan kepada investor sektor lain, termasuk sektor transportasi laut.

Saat ini belum ada produk hukum yang secara khusus menjadi panduan pokok pengadaan infrastruktur di dalam negeri padahal pedoman pokok mengenai pengadaan infrastruktur dibutuhkan agar pengadaan infrastruktur akan memperhatikan aspek hukum, aspek kebutuhan, aspek pilihan (dan alternatif pilihan), aspek karakter geografis, dan aspek keberlanjutannya. Bagian yang nantinya akan menjadi pertimbangan (keputusan) bertumpu pada aspek pilihan dan aspek karakter geografis. Ketiadaan pedoman pokok tersebut dapat menyebabkan penyediaan infrastruktur menjadi kurang tepat mengenai sasaran. Tidak jarang pengadaan infrastruktur di dalam negeri kurang memberikan dampak positif bagi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.

Produk hukum yang ada sekarang ini hanya mengatur secara individu mengenai pengadaan infrastruktur, seperti undang-undang tentang jalan raya, undang-undang tentang lahan untuk proyek infrastruktur, dan lain sebagainya. Seperti halnya pada pengadaan  jembatan Selat Sunda. Dasar hukum pembangunan jembatan Selat Sunda tertuang dalam

(12)

3.4. KESIMPULAN

Kemacetan panjang kendaraan untuk menyeberangi Selat Sunda menggunakan kapal ferry khusunya pada libur hari raya Idul Fitri mencapai hingga lebih dari 48 jam. Kemacetan ini dikarenakan menumpuknya jumlah kendaraan yang akan menyeberang dan padatnya lalu lintas kapal yang tidak diimbangi dengan banyaknya jumlah dermaga dan kapal pengangkut.

Menyikapi permasalahan tersebut, terpikirkan untuk membangun Jembatan Selat Sunda (JSS). Semua pihak yang terlibat dalam rencana proyek itu menyadari bahwa moda transportasi laut dalam hal ini kapal ferry tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan transportasi kendaraan, orang dan barang pada masa mendatang. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pertumbuhan jumlah kendaraan dan jumah manusia di Pulau Jawa dan Sumatera dipastikan membutuhkan moda transportasi yang lebih cepat, ekonomis, efisien, aman dan nyaman. Kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh pembangunan jembatan Selat Sunda sebagai moda trasportasi utama antara dua pulau dan tetap mempertahankan moda trasportasi ferry sebagai pendukung sekaligus alternatif bagi pelintas pulau sebagai pengguna jasa. Artinya, dengan ketersediaan dua moda transportasi itu, konsumen memiliki kebebasan memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Peningkatan pengguna jasa ferry penyeberangan Merak  –  Bakauheni setiap tahun semakin besar. Penambahan unit kapal dan dermaga penyeberangan selain membutuhkan biaya yang sangat besar, juga kurang diminati investor swasta. Sedangkan BUMN PT. ASDP dan Pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengadaan kapal dan dermaga tambahan tersebut. Disamping itu, semua ahli transportasi sepakat, jika volume kendaraan dan manusia yang diangkut kapal ferry antar pulau sudah melebihi 1 juta kendaraan atau 5 juta orang per tahun, moda transportasi ferry sudah tidak lagi memadai dan ideal.

Sekalipun akan dibangun jembatan Selat Sunda, moda kapal ferry tetap difungsikan sebagai pilihan atau alternatif bagi para konsumen yang membutuhkannya. Kedua sistem transportasi dengan tiga moda ini (ferry, kereta dan tol) adalah solusi terbaik untuk rakyat dan negara Indonesia. Bahkan dengan proyek JSS ini, pengembangan kawasan sekitar mulut  jembatan di Lampung dan Banten akan menjadi nilai tambah yang luar biasa di mana sektor

transportasi bisa diintegrasikan dengan sektor industri dalam satu kawasan terpadu.

Menjawab kesangsian beberapa pihak mengenai dampak negatif JSS, keberatan mereka tersebut harus diberikan dalam bentuk minimalisasi dampak negatif seperti dampak negatif terhadap lingkungan, problem sosial, atau pun dampak negatif dari sisi ekonomi. Namun yang sudah dapat dipastikan adalah, dengan pembangunan JSS yang sepenuhnya dibiayai oleh pihak swasta ini, dengan menggunakan metode penilaian apa pun, manfaat yang diraih jauh lebih besar daripada dampak negatifnya.

Meski demikian, jika pada

 pembangunan JSS ini pemerintah banyak memberikan konsesi atau kemudahaan dan

fasilitas, sudah seharusnya pula, kemudahan dan fasilitas yang sama diberikan kepada

investor sektor lain, termasuk sektor transportasi laut.

Mengenai hukum yang mengatur tentang pengadaan jembatan antar pulau, hingga saat ini masih secara individu atau khusus yaitu pengadaan jembatan Selat Sunda yang tertuang dalam perpres no 86 tahun 2011.

(13)

DAFTAR PUSTAKA http://leo4kusuma.blogspot.com/2012/01/perlukah-jembatan-selat-sunda.html#.VDoKGPmSwwp http://yudisamara.org/2014/01/12/siapa-yang-tak-butuh-jembatan-selat-sunda/ http://pkps.bappenas.go.id/index.php/id-ID/berita/143-berita-internal/901-perpres-no-86-tahun-2011-sudah-keluar

Referensi

Dokumen terkait

yang dimiliki oleh kelima bank tersebut adalah 50.10% dari total asset perbankan nasional, dengan perincian Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 14%, Bank Central Asia (BCA) Tbk

menggunakan kamera dengan baik - Jenis-Jenis Kamera - Mengoperasikan Kamera 4.11 Mengoperasikan jenis-jenis kamera dan alat bantu fotografi 6.11.1 Menjelaskan

Oleh karena itu, untuk dapat bertahan hidup, Sacrophyton yang hidup secara mendominasi di wilayah ini memproduksi senyawa bioaktif sitotoksik cembranoid seperti

Olahraga / latihan jasmani pada PPOK ditujukan untuk meningkatkan otot pernapasan yaitu bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga dapat

i*tem *anita*i Klinik terdiri dari *i*tem air er*ih- *i*tem pemuan!an air kotor atau air limah- kotoran dan *ampah- *erta penyaluran air huan1. i*tem

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses mikroenkapsulasi perlakuan jenis bahan penyalut dan proporsi minyak buah merah memberikan pengaruh yang nyata (α =

Semua kemungkinan hasil evaluasi tidak akan memberi konsekwensi, selama keputusan yang diambil tidak harus dipertanggungjawabkan kepada pihak lain?. Atau selama proses