• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Sekolah

SMP Negeri 5 Salatiga mulai berdiri pada tahun 1979. Hal ini didasarkan pada SK pendirian sekolah Nomor 0188/0/1979 dengan tanggal SK pada 3 Maret 1979. SMP Negeri 5 Salatiga terletak di Jl. Bima No. 10 Salatiga, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai sebuah lembaga, SMP Negeri 5 Salatiga juga memiliki visi yang akan dicapai. Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah terbentuknya generasi muda yang PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman kepada Tuhan yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat, Aman, dan berwawasan lingkungan. Visi sekolah ini juga menjadi yel – yel dari SMP Negeri 5 Salatiga dalam upaya untuk memupuk rasa cinta dan bangga kepada almamaternya. “ SMP Negeri 5 Salatiga ... P A S T I B I S A ! “

(2)

54 Dalam mewujudkan visi sekolah maka perlu dijabarkan misi-misinya. Adapun misi SMP Negeri 5 Salatiga yaitu:

1. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk mengoptimalkan prestasi akademis siswa.

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai landasan untuk mewujudkan insan yang beriman dan bertakwa.

3. Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

4. Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal. 5. Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi terwujudnya

Wawasan Wiyata Mandala, utamanya optimalisasi pembinaan SDM.

6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat, dan aman.

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, maka ada sumber daya manusia atau SDM. SDM tersebut meliputi

(3)

55 semua warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, dan para siswa. Guru di SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 54 orang dengan rincian PNS sebanyak 50 orang dan GTT sebanyak 4 orang. Sedangkan karyawan TU berjumlah 8 orang dengan rincian PNS sebanyak 3 orang dan GTT sebanyak 5 orang. Sehingga secara keseluruhan guru dan karyawan tata usaha di SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 62 orang.

SMP Negeri 5 Salatiga memiliki siswa 667 siswa. Adapun rinciannya kelas 7 dengan 8 rombongan belajar siswanya berjumlah 244 siswa. Kelas 8 terdapat 7 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 212 orang. Sedangkan kelas 9 terdapat 9 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 211 orang.

Selain adanya sumber daya manusia, kelancaran kegiatan di sekolah juga ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana atau sarpras. Sarana prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5 Salatiga yaitu 1 ruang guru, 1 ruang loby, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang kesiswaan, 1 ruang kurikulum, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang Bimbingan Konseling (BK), 24

(4)

56 ruang kelas, 3 kamar mandi guru dan karyawan, 20 kamar mandi siswa, 1 mushola, 1 laboratorium IPA, 2 laboratorium computer, 1 ruang kesenian, 1 ruang OSIS, 1 ruang karawitan, dan 1 ruang koperasi siswa.

Terkait dengan pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi, sarana yang dimiliki SMP Negeri 5 Salatiga antara lain 2 ruang laboratorium computer, 80 unit PC computer, wifi di masing-masing laboratorium computer, wifi di ruang tata usaha, serta LCD dan proyektor di tiap-tiap kelas.

Sejak masa berdirinya hingga sampai saat ini SMP Negeri 5 Salatiga telah banyak menorehkan prestasi yang cukup membanggakan. Prestasi tersebut ditorehkan oleh siswa, guru, maupun oleh lembaga sekolah itu sendiri. Adapun prestasi yang diraih selama dua tahun terakhir antara lain Juara III Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017, Juara I OGN Mata pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017, Juara I OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Provinsi Tahun 2018, Juara III OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Nasional Tahun 2018, Juara III Lomba PTK Tingkat

(5)

57 Kota Salatiga tahun 2018, Juara III OGN Mata Pelajaran IPA Tingkat Kota Salatiga, Juara III OSN mapel IPS tingkat kota, dan lain-lain.

4.2 Kondisi Awal

Mulai tahun 2010 hingga tahun 2017 para guru di SMP Negeri 5 Salatiga belum banyak yang menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam pembelajaran, sebagian besar guru menggunakan metode ceramah yang konvensional dan belum menggunakan media pembelajaran. Kalau pun ada yang menggunakan, media tersebut bersifat audio atau visual saja. Penggunaan media yang kovensional ini tentu berpengaruh pada mutu pembelajaran di kelas.

Dalam kurun waktu 7 tahun, sekolah pernah mengadakan pelatihan bagi para guru tentang media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Namun masih bersifat umum dan belum mengarah secara khusus pada pembuatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi, dalam hal ini aplikasi Ms.Word,Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint. Akibatnya masih banyak guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut.

(6)

58 Dari pengamatan awal diketahui bahwa dari 42 orang guru di SMP Negeri 5 Salatiga, yang belum menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi ada 30 guru. Hal ini jika diprosentasekan terdapat 71,4 % guru yang belum menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati selaku kepala sekolah.

“Penggunaan media pembelajaran di sekolah ini belum maksimal. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran. Banyak yang menggunakan media yang bersifat visual berupa gambar-gambar saja. Kalau yang bersifat teknologi masih sebatas pada penggunaan powerpoint saja.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 26 November 2018)

Pendapat Ibu Dwi Hartati ini juga diperkuat oleh Bp. Arif Rahman S., S. Kom selaku guru TIK.

“Kalau menurut saya guru-guru di SMP Negeri 5 Salatiga belum banyak yang memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK. Salah satu penyebabnya karena faktor usia. Banyak yang sudah mau pensiun.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 27 November 2018)

Banyaknya guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran memberikan pengaruh terhadap mutu pembelajaran di SMP Negeri 5 Salatiga. Pembelajaran di kelas menjadi

(7)

59 monoton dan tidak membangkitkan motivasi belajar siswa. Akibatnya ketika diadakan penilaian, hasil yang dicapai belum maksimal. Capaian rata-rata per mata pelajaran rendah dan banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menyikapi hal tersebut, maka sekolah berinisiatif mengadakan kegiatan pelatihan agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

4.3

Pengelolaan Tindakan 1

Adanya kondisi tersebut, di mana masih banyak guru SMP Negeri 5 Salatiga yang masih belum menguasai dan memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi maka mendorong kepala sekolah mengadakan pelatihan. Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi melalui in house training (IHT) dilaksanakan pada:

1) Tanggal : Tanggal 10, 11, 17, 18, dan 31 Desember 2018 2) Waktu pelaksanaan : pukul 10.00 – 16.00

(8)

60 3) Tempat : SMP Negeri 5 Salatiga

4) Peserta diklat : 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga Pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah yang merupakan hasil kolaborasi dari langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang dikemukakan oleh Dag Roll-Hansem (2012:17), Robani (2015), dan Giarti dkk (2016). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

4.3.1 Identifikasi Masalah Pembelajaran

Pada langkah ini peneliti menganalisis kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang dikalangan dalam peningkatan mutu pembelajaran para guru di SMP Negeri 5 Salatiga adalah kegiatan yang mampu memberi pemecahan atau solusi bagi para guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam hal ini adalah penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis kebutuhan dilakukan dengan memberikan angket kepada para guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.

(9)

61 Dari hasil pengumpulan angket diperoleh data bahwa dari 42 guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku responden, terdapat 26 guru yang menguasai Ms. Word, 17 guru yang menguasai Ms. Exel, dan 24 guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Atau jika diprosentasekan baru sekitar 62 % guru yang menguasai Ms. Word, sekitar 40,5 % guru yang menguasai Ms. Exel, dan 57,1 % guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Kondisi ini menggambarkan bahwa penguasaan ketiga aplikasi tersebut di kalangan guru SMP Negeri 5 Salatiga masih sangat rendah. Data ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S. Kom selaku guru TIK di SMP Negeri 5 Salatiga.

“Bersifat personal. Ketika ada yang bertanya karena mengalami kesulitan biasanya saya jelaskan langsung. Biasanya masalah internet dan excel. Kalau word dan powerpoint tidak begitu banyak yang bertanya karena mereka tidak terlalu kesulitan dengan itu dan sudah terbiasa memakainya.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 28 November 2018)

Pendapat Ibu Nuzhah ini diperkuat dengan apa yang disampaikan oleh Bp. Arif Rahman selaku guru TIK.

“Responnya pada umumnya baik. Tergantung dari usianya juga. Kalau yang masih muda biasanya responnya cepat

(10)

62 memahami. Tapi kalau yang sudah senior dan mendekati pensiun responnya lambat. Mereka biasanya butuh 2-3 kali bimbingan baru bisa mandiri. Kalau misalnya diadakan pelatihan tentang TIK saya rasa mereka juga setuju, karena benar-benar membutuhkan. Harus menguasai Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint agar dapat digunakan dalam pembelajaran.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 27 November 2018)

Penguasaan teknologi infomasi yang rendah juga berpengaruh pada mutu pembelajaran di sekolah ini. Karena hanya 29% guru yang menguasai teknologi informasi tersebut mengakibatkan kebanyakan guru mengajar dengan metode yang konvesional dan belum menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Akibatnya capaian rata-rata per mata pelajaran masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(11)

63 Tabel 4.1

Capaian Rata-rata Mata Pelajaran

Sebelum Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT

No Mata Pelajaran Rata-rata

1. Pendidikan Agama 71,2

2. PPKn 66,9

3. Bahasa Indonesia 72,4

4. Matematika 69,7

5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,3 6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 74,3

7. Bahasa Inggris 65,7

8. Seni Budaya 78,5

9. PJOK 55,3

10. Prakarya 74,5

11. Bahasa Jawa 71,5

Capaian rata-rata per mata pelajaran tersebut dapat dikategorikan rendah. Hal ini dikarenakan masih belum mencapai rata-rata yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah yaitu 75,00. Sebagian besar masih jauh di bawah rata-rata. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan capaian rata-rata tersebut rendah. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang monoton. Salah satu indikatornya adalah masih banyak guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas. Faktor penyebabnya adalah para guru belum menguasai berbagai

(12)

64 aplikasi dan penggunaan media-media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd selaku kepala sekolah.

“Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak guru yang belum menguasai teknologi informasi dengan baik. Mereka masih terbatas pada penggunaan powerpoint saja. Sebenarnya harapan saya itu lebih dari itu. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran bisa meningkat pada penggunaan web, blog, atau model soal daring dan sebagainya. Tapi saya melihat para guru di sekolah ini masih banyak yang belum mampu untuk

menuju ke arah sana.” (Ika Tyasing

Kusumawati,wawancara, 26 November 2018) 4.3.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT

Desain pelatihan pembelajaran IHT dilakukan sebelum kegiatan IHT dilaksanakan. Desain pelatihan dilakukan oleh kepala sekolah beserta waka urusan kurikulum. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Selain itu juga dalam rangka untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

(13)

65 Dari analisis kebutuhan yang dilakukan, maka dapat ditemukan langkah yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para guru di SMP Negeri 5 Salatiga. Pemecahan tersebut adalah dengan mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan model in house training (IHT). Adapun desain pelatihannya meliputi kegiatan berikut:

1. Menilai kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran/pelatihan;

2. Melakukan analisis instruksional;

3. Melakukan analisis karakteristik peserta dan konteks pembelajaran/pelatihan;

4. Menulis tujuan pembelajaran/pelatihan maupun kompetensi khusus;

5. Mengembangkan instrument penilaian hasil belajar/pelatihan; 6. Mengembangkan strategi pembelajaran;

7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran; 8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif; 9. Merevisi program pembelajaran/pelatihan;

(14)

66 Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun proposal yang didalamnya memuat perencanaan mengenai alur kegiatan, kepanitiaan, biaya, dan lain-lain. Dalam penelitian ini disusun prpoposal kegiatan peningkatan mutu dengan model pendidikan dan pelatihan. Dan model yang digunakan adalah model in house training (IHT).

Adapun isi dari proposal kegiatan sebagai berikut. 1. Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang atau rasional yang mendorong diadakannya kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di suatu lembaga. Dalam konteks ini adalah SMP Negeri 5 Salatiga di mana para gurunya belum memiliki penguasaan teknologi informasi yang memadai. Dalam artian para guru belum menguasai aplikasi Ms. Word, Ms. Exel, dan Ms.Powerpoint maupun aplikasi dan media-media lainnya dengan baik. Sehingga terdapat kecenderungan para guru belum memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

(15)

67 2. Dasar pelaksanaan kegiatan

Dasar pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai dasar untuk menetapkan suatu kegiatan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Adapun dasar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah: a. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional b. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentan Standar

Nasional Pendidikan

c. Program Kerja Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019

3. Susunan kepanitiaan

Agar kegiatan pendidikan dan pelatihan berjalan dengan baik maka diperlukan kepanitiaan yang bertanggung jawab atas persiapan dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun susunan kepanitiaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah:

(16)

68 PANITIA IHT SMP NEGERI 5 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019 No NAMA / NIP JABATAN DINAS PANITIA 1 2 3 4

1. Dwi Hartati, S.SI, M.Pd

NIP. 19590603 198301 1 004 Kepala Sekolah Penanggung Jawab Umum 2. Wahyu Eko S., S.Pd.

NIP. 19750710 200312 1 010 Wakil Kepala Sekolah I Ketua 3. Dyan Ernawati , S.Pd

NIP. 19601029 198103 2 004

Koordinator Bidang

Kurikulum Sekretaris

4. Yeni Mulyawati, S.Pd.

NIP. 19681211 199302 2 001 Bendahara BOS Bendahara 5. Dra. HASANAH FAUZATI

NIP. 19680429 199702 2 003

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Jadwal IHT

6. Elia Tri R, S.Pd

NIP. 19711011 200604 2 015

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Notulen/ ATK

7. Christanti Y., S.Pd

NIP.19700728 199412 2 003

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Konsumsi

8. Aris Munadi, S.Pd

NIP. 19690114 199802 1 002

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota /Dokumentasi

9. Nuzah Alwaaidhoh, S.Kom NIP.19841105 201001 2 032 Sekretaris Urusan Kurikulum Anggota/Administrasi/ Sertifikat 10. Suyitno, S.Pd

NIP.19590323 198103 1 010 Koordinator Humas Anggota/Pembawa Acara

11. Saptono Staf Tata Usaha Anggota / Tempat

.Perlengkapan 12. Yeni Sulistyaningsih Staf Tata Usaha Anggota /

Konsumsi/Perlengkapan

13. Muhamad Irawani Staf Tata Usaha Anggota / Tempat /

(17)

69 4. Tujuan kegiatan pendidikan dan pelatihan

Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan in house training ini ada dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi guru dan tenaga pendidik di SMP Negeri 5 Salatiga. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan kompetensi guru SMP Negeri 5 Salatiga dalam hal:

a. Memanfaatkan aplikasi Microsof Word

b. Memanfaatkan aplikasi Microsof Excel dalam penilaian c. Memanfaatkan aplikasi Microsof Powerpoint

5. Materi kegiatan pelatihan

Materi pelatihan juga perlu dipersiapkan dengan baik agar dalam pelaksanaanya tidak tumpang tindih dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya. Materi yang disampaikan dalam pelatihan ini meliputi konsep dan praktik aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.

(18)

70 6. Waktu dan tempat kegiatan

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di aula SMP Negeri 5 Salatiga. Dan dilaksanakan selama lima hari mulai tanggal 10, 11, 17, 18, dan 31 Desember 2018.

7. Narasumber/instruktur

Narasumber atau instruktur yang memberikan materi dalam pelatihan ini berasal dari lingkungan internal sekolah. Pemateri adalah guru TIK di sekolah dan guru yang ahli dan menguasai aplikasi teknologi informasi. Narasumber tersebut antara lain Arif Rahman Saifudin, S.Kom; Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd, M.Pd; dan Nuzhah Al Waidhooh,S. Kom.

8. Target kegiatan

Adapun target dari kegiatan ini adalah setelah selesainya kegiatan ini diharapkan :

a. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan Ms. Word dalam pembelajaran maupun penyelesian administrasi sekolah.

(19)

71 b. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan Ms. Excel dalam pembelajaran maupun penyelesian penilaian dan administrasi sekolah.

c. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan Ms. Powerpoint dalam pembelajaran.

9. Rencana anggaran dan sumber anggaran

Setiap kegiatan pasti membutuhkan anggaran untuk membiayai pelaksanaan kegiatan tersebut. Agar dalam pelaksanaannya biaya yang dibutuhkan tidak membengkak terlalu besar maka perlu disusun rencana anggaran/biaya. Demikian halnya dengan pelaksanaan IHT ini. Adapun rancangan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan IHT ini adalah sebagai berikut.

(20)

72 NO ANGGAR

AN BIAYA

JUMLAH NO PENGELUARAN JUMLAH

1. Dana BOS Rp 6.000.000,00 1. Konsumsi

a. Snack Rp 5.000 x 45 Rp 225.000,00 b. Makan siang Rp 15.000 x 45 x 5 hari Rp 3.375.000,00 2. Narasumber 5 x 3 x Rp 125.000,00 Rp 1.875.000,00 3. Kebersihan Rp 400.000,00 4. Lain-lain Rp 125.000,00 JUMLAH Rp 6.000.000,00 JUMLAH RP 6.000.000,00 10. Penutup

Pada bagian penutup berisi harapan disetujuinya proposal oleh atasan dan terlaksananya kegiatan IHT dengan baik. 4.3.3 Penyusunan panduan/pedoman kegiatan pelatihan bagi

panitia, instruktur, dan peserta

Penyusunan panduan/ pedoman kegiatan dilakukan sebelum kegiatan IHT dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan IHT dapat berjalan dengan baik dan maksimal sehingga apa yang menjadi tujuan dari pelatihan itu dapat tercapai. Penyusunan panduan/dilakukan oleh panitia yang sudah ditunjuk oleh kepala sekolah.

(21)

73 Panduan/pedoman atau petunjuk teknis pelaksanaan sangat penting diperlukan agar dalam pelaksanaannya nanti kegiatan pelatihan dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun secara garis besar isi panduan tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan

A. Rasional atau latar belakang diadakannya kegiatan pelatihan

B. Dasar hukum yang menjadi pedoman diadakannya kegiatan pelatihan

C. Tujuan pelatihan

D. Hasil yang diharapkan dari adanya pelatihan 2. Bab II Pelaksanaan

A. Judul Kegiatan

B. Peserta, waktu, dan tempat C. Metode

D. Jadwal

E. Alur Kegiatan F. Narasumber

(22)

74 3. Bab III Tata tertib, hak, dan kewajiban peserta

A. Tata tertib Peserta B. Kewajiban Peserta C. Hak Peserta

4.3.4 Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan 4.3.4.1 Perencanaan Tindakan 1

Dari analisis kebutuhan, terlihat bahwa tingkat penguasaan dan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi di SMP Negeri 5 Salatiga masih rendah. Oleh karena itu kepala sekolah berinisiatif mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam bentuk IHT. Sasarannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dan dalam jangka panjangnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 5 Salatiga.

Pada tahap implementasi ini, pendidikan dan pelatihan dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam proposal. Kegiatan pada tindakan tahap 1 dilaksanakan dalam empat pertemuan yaitu pemaparan materi Ms. Word, Ms.Exel,

(23)

75 dan Ms.Powerpoint yang dilaksanakan selama empat hari yaitu tanggal 10, 11, 17, dan 18 Desember 2018. Adapun rincian rencana kegiatannya sebagai berikut.

a) Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan penyampaian konsep Ms. Word, Ms.Exel, dan Ms.Powerpoint.

b) Pada pertemuan ketiga dan keempat dilanjutkan dengan praktik membuat dokumen dengan menggunakan ketiga aplikasi tersebut. Praktik dilakukan secara individual dengan bimbingan dalam kelompok besar atau secara klasikal.

4.3.4.2 Pelaksanaan Tindakan 1

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua sesi yaitu sebagai berikut. a. Sesi pertama

Kegiatan pelatihan pada tahap pertama dilaksanakan selama dua hari yaitu pada hari Senin, 10 Desember 2018 dan Selasa, 11 Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB dan diakhiri pukul 16.00 WIB. Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pemaparan konsep Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh narasumber. Narasumber pada tahap

(24)

76 ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S.Kom.

b. Sesi kedua

Kegiatan pelatihan pada sesi kedua dilaksanakan selama dua hari yaitu pada hari Senin, 17 Desember 2018 dan Selasa, 18 Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dan diakhiri pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal dikarenakan sudah memasuki liburan semester gasal, sehingga tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan narasumber. Namun bimbingan yang diberikan bersifat klasikal atau dalam kelompok besar. Dalam artian masih bersifat umum. Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta yang mengalami kesulitan. Narasumber pada tahap ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S.Kom.

(25)

77 Tindakan yang dilakukan adalah setiap peserta praktik membuat dokumen dalam Ms. Word, sheet dalam Ms. Excel, serta slide dalam Ms.Powerpoint.

4.3.4.3 Hasil Tindakan 1

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam tahap pertama ini, maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan dalam penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.

Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat beberapa guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut. Adapun rinciannya 9 guru belum menguasai Ms. Word, 19 guru belum menguasai Ms. Excel, 12 guru belum menguasai Ms.Powerpoint. Jika diprosentasekan maka terlihat sekitar 78,5 % guru yang menguasai Ms. Word, 54,8 % guru yang menguasai Ms. Excel, dan 71,4 % guru menguasai Ms. Powerpoint. Dari ketiga aplikasi tersebut hanya penguasaan Ms.Word yang sudah memenuhi kriteria kinerja yaitu minimal 75 % peserta sudah menguasai materi yang diberikan.

(26)

78 Masih belum maksimalnya penguasaan terhadap ketiga aplikasi tersebut juga berdampak pada mutu pembelajaran di kelas. Dampaknya pun terlihat pada pencapaian nilai rata-rata pada tiap mata pelajaran yang masih berada di bawah nilai KKM yang distandarkan. Hal itu dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2

Pencapaian Rata-rata Mata Pelajaran Setelah IHT Tahap 1 dan

Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT

No Mata Pelajaran Rata-rata

Setelah IHT Tahap 1 1. Pendidikan Agama 71,8 2. PPKn 70,3 3. Bahasa Indonesia 72,4 4. Matematika 69,7

5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,0 6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 76,7

7. Bahasa Inggris 65,8 8. Seni Budaya 83,5 9. PJOK 63,8 10. Prakarya 81,4 11. Bahasa Jawa 75,6 4.3.4.4 Refleksi Tindakan 1

Dari IHT tahap 1 yang dilakukan dapat diketahui perbandingan dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian

(27)

79 rata-rata dari tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal dan setelah IHT tahap 1.

Tabel 4.3

Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi Kondisi Awal dan IHT Tahap 1

No Penguasaan Aplikasi Kondisi Awal/ Sebelum IHT

Setelah IHT Tahap 1

1. Ms. Word 26 orang 33 orang

2. Ms. Excel 17 orang 23 orang

3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan penguasaan pada masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word terdapat peningkatan sebanyak 7 orang, Ms. Excel sebanyak 6 orang, dan Ms. Powerpoint sebanyak 6 orang. Adapun indikator yang menunjukkan penguasaan dari ketiga aplikasi yaitu sebagai berikut: a) peserta menguasai aplikasi Ms. Word apabila mampu membuat dan menyusun dokumen dengan aplikasi Ms. Word, b) peserta menguasai Ms.Excel apabila mampu mengolah nilai hasil pembelajaran dengan rumus-rumus Excel, dan c) peserta menguasai Ms.Powerpoint apabila mampu membuat slide

(28)

80 powerpoint yang dapat digunakan untuk pemaparan/presentasi dan mengoperasikannya dalam kegiatan pembelajaran.

Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian rata-rata tiap mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 1 No Mata Pelajaran Rata-rata

Sebelum IHT/kondisi awal Rata-rata Setelah IHT Tahap 1 1. Pendidikan Agama 71,2 71,8 2. PPKn 66,9 70,3 3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4 4. Matematika 69,7 69,7 5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,3 55,3 6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 74,3 76,7 7. Bahasa Inggris 65,7 65,8 8. Seni Budaya 78,5 83,5 9. PJOK 55,3 63,8 10. Prakarya 74,5 81,4 11. Bahasa Jawa 71,5 75,6

(29)

81 Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan pencapaian rata-rata pada sebagian besar mata pelajaran. Adapun mata pelajaran yang mengalami kenaikan rata-rata yaitu Pendidikan agama, PPKn, IPS, Bahasa Inggris, Seni budaya, prakarya, dan bahasa Jawa.

4.3.4.5 Tindak lanjut

Hasil dari kegiatan pendidikan dan pelatihan sudah dapat dilihat. Terdapat peningkatan pada penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian nilai rata-rata tiap mata pelajaran. Meskipun demikian, belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada penguasaan aplikasi Ms. Excel masih rendah. Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang menguasai aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang diberikan.

(30)

82 Selain itu meskipun pada beberapa mata pelajaran mengalami kenaikan nilai rata-rata, namun belum mencapai nilai KKM yang dipersyaratkan yaitu 75.

Hal lain yang menjadi hambatan dan kendala yang ditemui dalam IHT tahap 1 adalah para peserta pelatihan masih mengalami kesulitan dalam praktik Ms. Excel. Pada umumnya peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus yang digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam Ms. Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam membuat design-design yang menarik. Hal ini sangat penting karena dapat menarik perhatian siswa dan dapat digunakan untuk membangun motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah melanjutkan kegiatan pendidikan dan pelatihan (IHT) dengan menggunakan kelompok yang lebih kecil, yaitu kelompok per mata pelajaran.

(31)

83 4.4 Pengelolaan Tindakan 2

4.4.1 Perencanaan Tindakan 2

Pada IHT tahap 1 penguasaan pada aplikasi Ms. Excel masih rendah. Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang menguasai aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang diberikan.

Selain itu para peserta juga masih mengalami kesulitan pada penguasaan Ms. Excel dan Ms.Powerpoint. Pada umumnya peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus Ms. Excel yang digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam Ms. Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam membuat design-design yang menarik.

Melihat hasil yang dicapai pada tahap 1 belum maksimal, maka kepala sekolah merencanakan tindakan yang kedua. Kegiatan yang kedua direncanakan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 31 Desember 2018. Pada kegiatan ini dilanjutkan dengan peserta pelatihan mengerjakan tugas membuat dokumen dengan

(32)

84 ketiga aplikasi dengan bimbingan dalam kelompok kecil per mata pelajaran.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan 2

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga. Dilaksanakan di aula SMP Negeri 5 Salatiga pada hari Senin, 31 Desember 2019. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal karena pada saat itu masih dalam libur semester gasal sehingga tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan narasumber serta evaluasi kegiatan. Narasumber dalam IHT tahap 2 ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S.Kom.

Tindakan yang dilakukan adalah membagi kelompok mata pelajaran ke dalam tiga kelompok bimbingan. Kelompok pertama di bawah bimbingan Bp. Wahyu meliputi kelompok guru mata

(33)

85 pelajaran Pendidikan agama, PPKn, Matematika, dan Prakarya. Kelompok kedua dibawah bimbingan Bp. Arif antara lain kelompok guru mata pelajaran IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, dan PJOK. Sedangkan kelompok ketiga di bawah bimbingan Ibu Nuzhah meliputi kelompok guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan seni budaya. Bimbingan yang diberikan sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata pelajaran. Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil, maka bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain itu dalam kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau sharing antaranggota kelompok apabila ada peserta atau anggota kelompok yang mengalami kesulitan.

Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut. Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia yang turut mempengaruhi cepat atau lambatnya peserta dalam menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9 peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama

(34)

86 kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut mengalami kebingungan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, ditempuh dengan cara para instruktur memberikan bimbingan yang lebih instensif dan secara lebih personal kepada sembilan peserta tersebut. Bimbingannya dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap hingga mereka dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut.

4.4.3 Hasil Tindakan 2

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam dua tahap ini, maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan dalam penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.

Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat 9 guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut. Hal ini dikarenakan 9 guru tersebut sudah mendekati masa pensiun, sehingga dipengaruhi faktor usia dan kesulitan dalam memahami perkembangan teknologi. Meskipun demikian kegiatan pendidikan dan pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil karena sudah lebih dari separuh peserta yaitu sekitar 77,5% sudah dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut. Temuan ini

(35)

87 mengindikasikan adanya keberhasilan dari kegiatan tersebut karena sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yaitu penelitian ini dianggap berhasil apabila terdapat minimal 75 % guru menguasai aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

4.4.4 Refleksi Tindakan 2

Dari IHT yang dilakukan dapat diketahui perbandingan dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian rata-rata dari tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal, setelah IHT tahap 1, dan setelah IHT tahap 2.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi Kondisi Awal, IHT Tahap 1, dan IHT Tahap 2 No Penguasaan Aplikasi Kondisi Awal/ Sebelum IHT Setelah IHT Tahap 1 Setelah IHT Tahap 2

1. Ms. Word 26 orang 33 orang 34 orang

2. Ms. Excel 17 orang 23 orang 31 orang

3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang 33 orang

Dari tabel di atas, jika dilihat dari kondisi awal (sebelum diadakan IHT) hingga ke kondisi akhir (setelah diadakan IHT Tahap 2) dapat dilihat adanya peningkatan penguasaan pada

(36)

88 masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word terdapat peningkatan sebanyak 8 orang, Ms. Excel sebanyak 14 orang, dan Ms. Powerpoint sebanyak 9 orang.

Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian rata-rata tipa mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran Kondisi awal, IHT tahap 1, dan IHT tahap 2 No Mata Pelajaran Rata-rata

Sebelum IHT/kondisi awal Rata-rata Setelah IHT Tahap 1 Rata-rata Setelah IHT Tahap 2 1. Pendidikan Agama 71,2 71,8 76,9 2. PPKn 66,9 70,3 72,2 3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4 75,0 4. Matematika 69,7 69,7 68,9 5. IPA 55,3 55,3 66,2 6. IPS 74,3 76,7 69,2 7. Bahasa Inggris 65,7 65,8 67,1 8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8 9. PJOK 55,3 63,8 68,0 10. Prakarya 74,5 81,4 83,0 11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8

(37)

89 Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan pencapaian rata-rata pada sejumlah mata pelajaran. Jika dilihat dari perbandingan antara kondisi awal dan setelah IHT tahap 2 maka dapat dikatakan hampir semua mata pelajaran mengalami kenaikan. Hanya beberapa mata pelajaran yang mengalami penurunan yaitu matematika dan IPS.

4.4.5 Tindak lanjut

Kegiatan IHT yang dilaksanakan memberikan hasil yang positif bagi peningkatan mutu pembelajaran. Terdapat peningkatan rata-rata mata pelajaran. Sehingga sebagi tindak lanjut dari kegiatan ini, kepala sekolah mengadakan supervisi atau pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.

4.4.6 Evaluasi kegiatan pelaksanaan program

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Evaluasi yang dilakukan meliputi bagi panitia penyelenggara, narasumber, maupun peserta pelatihan. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan memberikan angket kepada para peserta untuk memberikan penilaian tidak baik, kurang baik,

(38)

90 baik, atau sangat baik pada beberapa aspek seperti sarana dan prasarana, penyelenggaraan pelatihan, maupun narasumber. Peserta memberikan sikap sangat tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, setuju, atau sangat setuju pada setiap pernyataan. Selain itu juga dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan kegiatan pelatihan. Aspek yang diteliti juga sama dengan yang dinilai oleh peserta yaitu meliputi sarana prasarana, penyelenggaraan pelatihan, dan narasumber.

Pada penyebaran angket, peserta diminta memberikan penilaian dengan mengisi atau memberikan tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan penilaiannya. Terdapat lima kolom yaitu pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Setuju(S), dan Sangat Setuju (SS). Dari angket yang disebarkan kepada peserta diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 4.7 di lampiran 1 .

Dari data yang telah dikumpulkan dibuat rekapitulasi sebagai berikut.

(39)

91 Tabel 4. 8

Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan IHT

No Pernyataan Sikap Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju 1 2 3 4 5 1. Panitia Penyelenggara 0,95% 10,48% 13,33% 55,24% 20,00% 2. Narasumber 3,57% 8,93% 10,7% 58,9% 17,9%

3. Sarana dan Prasarana 11,11% 20,63% 23,80% 32,53% 11,93% 4. Peserta Diklat 2,87% 10,95% 12,86% 53,80% 19,52%

Berdasarkan rekapitulasi tabel di atas dapat dijabarkan hasil evaluasi kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut.

1. Hasil evaluasi untuk panitia penyelenggara

Sangat Tidak Setuju (STS) = 2 poin = 0,95 % Tidak Setuju (TS) = 22 poin = 10,48 % Kurang Setuju (KS) = 28 poin = 13,33 %

Setuju (S) = 116 poin = 55,24 %

Sangat Setuju (SS) = 42 poin = 20,00 % 2. Hasil evaluasi untuk narasumber atau instruktur

Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 3,57 % Tidak Setuju (TS) = 15 poin = 8,93% Kurang Setuju (KS) = 18 poin = 10,7 %

(40)

92

Setuju (S) = 99 poin = 58,9 %

Sangat Setuju (SS) = 30 poin = 17,9 % 3. Hasil evaluasi untuk sarana dan prasarana

Sangat Tidak Setuju (STS) = 14 poin = 11,11 % Tidak Setuju (TS) = 26 poin = 20,63 % Kurang Setuju (KS) = 30 poin = 23,80 %

Setuju (S) = 35 poin = 32,53 %

Sangat Setuju (SS) = 15 poin = 11,93 % 4. Hasil evaluasi untuk peserta diklat

Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 2,87 % Tidak Setuju (TS) = 23 poin = 10,95 % Kurang Setuju (KS) = 27 poin = 12,86 %

Setuju (S) = 113 poin = 53,80 %

Sangat Setuju (SS) = 41 poin = 19,52 % Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan

(41)

93 kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara, narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat. a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9 %. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53 %. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat dikatakan masih belum berhasil.

d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80 %. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini

(42)

94 dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah penyediaan ruang atau aula yang nyaman untuk pelaksanaan kegiatan.

4.5 Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis TI Melalui IHT

4.5.1 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi di SMP Negeri 5 Salatiga

Dengan sudah mengikuti kegiatan IHT, maka kompetensi guru dalam menguasai ketiga aplikasi tersebut juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 di lampiran 2.

Dengan sudah menguasai ketiga aplikasi tersebut maka implikasinya semakin banyak pula guru yang memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jika dibandingkan dengan sebelum diadakan IHT, maka terjadi peningkatan dalam pemanfaatan media pembelajaran tersebut. Hal ini tampak pada tabel 4.10 yang dapat dilihat pada lampiran 3.

(43)

95 Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar guru sudah memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dengan demikian akan berimbas pada kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat membangkitkan gairah dan motivasi belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd selaku kepala sekolah.

“Secara umum banyak manfaatnya. Dalam pembelajaran di kelas siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kalau siswa sudah antusias maka secara otomatis dia akan termotivasi dengan pelajaran tersebut. Kalau sudah ada motivasi pada diri siswa itu maka di akan belajar sungguh-sungguh dan nilai/prestasi yang diperolehnya akan bagus pula. Dan pada akhirnya juga akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 26 November 2018).

Selain berpengaruh pada meningkatnya antusias dan motivasi belajar siswa, juga tampak pada hasil capaian rata-rata per mata pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(44)

96 Tabel 4.11

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 2 No Mata Pelajaran Rata-rata Sebelum IHT/kondisi awal Rata-rata Setelah IHT Tahap 1 Rata-rata Setelah IHT Tahap 2 1. Pendidikan Agama 71,2 71,8 76,9 2. PPKn 66,9 70,3 72,2 3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4 75,0 4. Matematika 69,7 69,7 68,9 5. IPA 55,3 55,3 66,2 6. IPS 74,3 76,7 69,2 7. Bahasa Inggris 65,7 65,8 67,1 8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8 9. PJOK 55,3 63,8 68,0 10. Prakarya 74,5 81,4 83,0 11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8

Berdasarkan pengamatan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa hampir semua mata pelajaran mengalami kenaikan pada capaian rata-rata. Hanya ada dua mata pelajaran yang mengalami penurunan yaitu pada matematika dan IPS. Terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi turunnya nilai rata-rata yaitu karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Matematika diakui oleh sebagian besar orang sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal

(45)

97 tersebut juga berlaku bagi siswa SMP Negeri 5 Salatiga yang memiliki nilai akademik rata-rata. Sedangkan IPS gabungan dari ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi. Selain materi yang banyak, juga cenderung hafalan. Sehingga terdapat kecenderungan mata pelajaran tersebut dikategorikan berat atau sulit bagi siswa.

4.5.2 Pelaksanaan IHT dalam Peningkatan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

Dalam melaksanakan IHT terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah identifikasi masalah yang sesuai dengan kondisi lapangan; desain pelatihan pembelajaran IHT; penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatihan bagi panitia, narasumber, dan peserta; tahap implementasi pendidikan dan pelatihan/ pengelolaan tindakan 1 dan 2; dan evaluasi kegiatan. Berikut akan diuraikan satu per satu.

4.5.2.1 Identifikasi Masalah yang sesuai dengan kondisi lapangan

(46)

98 Pada langkah ini peneliti menganalis kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan kondisi para guru di SMP Negeri 5 Salatiga adalah perlu adanya kegiatan yang mampu memberi pemecahan atau solusi bagi para guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam hal ini adalah penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis kebutuhan dilakukan dengan memberikan angket kepada para guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.

Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka pada langkah ini lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan dkk pada tahun 2016. Pada penelitiannya, Dharmawan juga menyebarkan angket untuk menganalisis kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Sebelum kegiatan in-house training dilakukan terlebih dahulu ditetapkan skenario pembinaan sebagai berikut: (a) menyebarkan angket kepada seluruh guru untuk mengetahui respon guru terhadap pentingnya melakukan penelitian, perlu atau tidak in-house

(47)

99 training dilakukan, dan untuk mengetahui motivasi guru dalam menyusu proposal penelitian, (b) mendata guru yang akan mengikuti kegiatan in-house training berdasarkan data hasil pemeriksaan pengalaman melakuklan penelitian. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa seluruh guru perlu mengikuti kegiatan in-house training yang terdiri dari 29 guru, (c) melaksanakan kegiatan in-house training, (d) tugas individu penyusunan proposal penelitian.

4.5.2.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada para guru, diperoleh kesimpulan bahwa para guru SMP Negeri 5 Salatiga memerlukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Terutama berkaitan dengan pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Para guru memilih in house trainning dengan alasan dilakukan di lingkungan sekolah sendiri, sehingga lebih nyaman dalam pelaksanaan dan tidak ada rasa canggung.

Dalam kegiatan IHT ini dihadirkan narasumber dari lingkungan internal sekolah. Narasumber tersebut adalah guru TIK dan guru yang memiliki kompetensi dan menguasai TIK

(48)

100 dengan baik. Hal ini dilakukan agar memberikan kenyamanan kapada para peserta selama kegiatan dan agar para peserta tidak canggung dalam melakukan komunikasi dengan narasumber ketika ada hal-hal yang belum dipahami.

Pada tahap ini panitia menyusun proposal sebagai langkah awal untuk pengajuan kepada atasan, dalam hal ini kepala sekolah. Selain itu juga dilakukan dengan maksud agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Jika dihubungkan dengan penelitian terdahulu maka relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robani tahun 2015, yaitu pada penyusunan proposal. Selain itu juga memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Giarti tahun 2016 yaitu pada fase perencanaan yang meliputi menentukan tujuan, menentukan materi, menentukan pendekatan dan metodologi pelatihan, menentukan peserta pelatihan dan fasilitator (trainer), menentukan waktu dan tempat, menentukan semua bahan, menentukan model evaluasi pelatihan, menentukan sumber dana dan pembiayaan yang dibutuhkan.

(49)

101 4.5.2.2 Penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatihan

bagi panitia, narasumber,dan peserta.

Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun panduan atau pedoman yang didalamnya memuat panduan-panduan yang dijalankan selama kegiatan berlangsung. Pada langkah ini memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Robani tahun 2015 yaitu menyusun buku panduan atau pedoman kegiatan pelatihan.

4.5.2.3 Tahap Implementasi Pendidikan dan Pelatihan/ Pengelolaan Tindakan 1 dan 2

Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi ini adalah sebagai berikut.

1. Registrasi atau daftar ulang peserta pelatihan.

Pada kegiatan ini para peserta melakukan kegiatan daftar ulang dengan mengisi daftar hadir.

2. Implementasi kegiatan pelatihan

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut.

(50)

102 a. Tahap pertama

Pada tahap ini meliputi dua sesi. Pada sesi pertama, kegiatan yang dilakukan adalah pemaparan konsep Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh narasumber. Selanjutnya pada sesi kedua ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan narasumber. Namun bimbingan yang diberikan bersifat klasikal atau dalam kelompok besar. Dalam artian masih bersifat umum. Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta yang mengalami kesulitan.

b. Tahap kedua

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan narasumber. Namun bimbingan yang diberikan sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata pelajaran. Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil,

(51)

103 maka bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain itu dalam kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau sharing antaranggota kelompok apabila ada peserta atau anggota kelompok yang mengalami kesulitan.

Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut. Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia yang turut mempengaruhi csepat atau lambatnya peserta dalam menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9 peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut mengalami kebingungan.

Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan ini jika dikaitkan dengan penelitian terdahulu, maka ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhtarudin pada tahun 2017 yaitu pada pelaksanaan penelitian, khususnya pada materi pelatihan yang diberikan. Materi pelatihan adalah tentang pemanfaatan media pembelajaran.

(52)

104 4.5.2.4 Evaluasi Kegiatan

Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara, narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat. a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9 %. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53 %. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat dikatakan masih belum berhasil.

(53)

105 d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80 %. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah penyediaan ruang atau aula yang nyaman untyuk pelaksanaan kegiatan.

Pada umumnya setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan selalu diakhiri dengan evaluasi. Apabila dikaitkan dengan penelitian terdahulu maka memiliki relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutu & Giarti tahun 2016 dan penelitian Corinorita tahun 2017.

Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam hal pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, maka dapat ditemukan kesamaan dan

(54)

perbedaan-106 perbedaannya. Persamaan dan perbedaannya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.12

Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan Diklat dengan Model IHT

No Aspek Persamaan Perbedaan

1. Tujuan Pada umumnya dilakukan untuk meningkatkan satu kompetensi guru Dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan 2. Langkah-langkah

Pada umunya menggunakan langkah-langkah berikut. 1. Fase perencanaan, meliputi menentukan tujuan, materi, pendekatan dan metodologi pelatihan, peserta pelatihan dan fasilitator (trainer), waktu dan tempat, bahan, model evaluasi pelatihan, sumber dana dan pembiayaan yang dibutuhkan.

2. Fase proses

penyelenggaraan

meliputi mempersiapkan kelengkapan bahan pelatihan dan sarana prasarana.

3. Fase evaluasi adalah fase penilaian terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Identifikasi masalah yang sesuai dengan kondisi lapangan. 2. Desain pelatihan pembelajaran IHT. 3. Menyusun pedoman/panduan kegiatan. 4. Implementasi pendidikan dan pelatihan. 5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan yang dilakukan oleh sendi diperoleh melalui proprioceptive pada sendi tersebut maka ketika melakukan exercise, sendi lebih akan stabil karena ditunjang juga oleh kekuatan

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan strategi komunikasi pada

Dengan mengusung tema yang ditujukan untuk memberi informasi bagi pelajar atau mahasiswa maupun masyarakat umum, dengan bangga kami mempersembahkan sebuah acara

Analisis kriteria investasi, dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga bank yang berlaku 12 %, maka usahatani apel di daerah penelitian layak untuk

Implementasi Electronic Government mencakup; membuat pekerjaan lebih efektif, layanan berbasis online, kemudahan akses ke data dan informasi, mengurangi biaya yang terkait

Andi shigemi muranak (2017) Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Dana

malang KoTa –Berdasarkan data dari sejumlah pihak berwenang, sejak awal maret 2020 hingga januari ini (11 bulan), tercatat ada 412 tenaga kesehatan (nakes) di malang raya

Untuk melakukan proses penilaian dilakukan dengan menentukan kriteria yang akan digunakan, dan melakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria tersebut dengan