• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan di dalam perusahaan merupakan salah satu sumber informasi penting yang dibutuhkan oleh para stakeholders atau para pemegang kepentingan. Bagi para pemegang saham atau investor, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut sedangkan bagi manajemen dapat dijadikan informasi untuk mengetahui kinerja perusahaan. Tidak hanya berguna bagi pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan perusahaan tersebut, laporan keuangan juga berguna bagi masyarakat, yang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan karena dengan respon dari masyarakat perusahaan dapat mengetahui persepsi mereka mengenai perusahaan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna menurut Standar Akuntansi Keuangan.

Laporan keuangan menurut PSAK No. 1 revisi 2009 merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas

(2)

9 selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Sementara itu isi laporan keuangan menurut pendapat Fraser dan Ormisston (2010:3) adalah sebagai berikut: “Financial statements and their accompanying notes contain a wealth of useful information regarding the financial position of a company, the succees of its operations, the policies and strategies of management, and insight into its future performance” sementara menurut pendapat Helfert (2003:20) “Financial statement reflect the cumulative effects of all management’s past decisions”.

Tujuan dari pembuatan laporan keuangan berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Standar Akuntasi Keuangan yang dibuat oleh IAI sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

(3)

10 3. Menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Mengacu pada pendapat Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011:21) setiap perusahaan mempersiapkan empat laporan keuangan yang digunakan untuk mencatat data keuangan perusahaan, yaitu:

1. Laporan laba rugi (income statement), menyajikan pendapatan dan beban serta hasil dari keuntungan bersih ataupun kerugian bersih dari suatu perusahaan pada waktu tertentu.

2. Laporan perubahan ekuitas (retained earnings statement), menyajikan perubahan ekuitas pada waktu tertentu.

3. Laporan posisi keuangan (statement of financial position), menyajikan laporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada waktu tertentu.

4. Laporan arus kas (statement of cash flows), menyajikan informasi yang tertuju pada kas masuk (penerimaan) dan kas keluar (pengeluaran) pada waktu tertentu.

Mengacu pada pendapat Kieso, Weygandt dan Warfield (2011:623) informasi akuntansi yang bisa digunakan serta bermanfaat bagi penggunanya harus memiliki karakteristik kualitatif seperti berikut:

(4)

11 1. Kualitas Fundamental (Fundamental Quality)

a. Relevan (Relevant)

Informasi akuntansi yang relevan harus mampu membuat pengambil keputusan mengambil keputusan yang berbeda dan sesuai dengan informasi tersebut. Informasi keuangan mampu membuat perbedaan ketika memiliki nilai prediktif, nilai konfirmasi ataupun keduanya.

1) Nilai Prediktif (Predictive Value)

Dinyatakan bahwa informasi keuangan dalam laporan keuangan membantu pengguna dalam meramalkan kejadian-kejadian di masa yang akan datang.

2) Nilai Konfirmasi (Confirmatory Value)

Informasi keuangan yang relevan mampu membantu pengguna menegaskan ataupun memperbaiki kejadian sebelumnya, tindakan menegaskan ataupun mengubah berdasarkan evaluasi yang telah ada sebelumnya. b. Representasi yang Terpercaya (Faithful Representation)

Representasi yang terpercaya mempunyai maksud bahwa angka, jumlah yang tercantum serta deskripsi sesuai dengan dengan apa yang benar-benar ada dan terjadi. Representasi yang terpercaya merupakan keharusan karena sebagian besar pengguna tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi konten faktual dari sebuah informasi.

(5)

12 1) Kelengkapan (Completeness)

Kelengkapan berarti semua informasi yang dibutuhkan untuk representasi yang terpercaya telah dihasilkan. Kelalaian dapat menyebabkan informasi menjadi salah atau menyesatkan dan dengan demikian tidak akan bermanfaat bagi pengguna dari laporan keuangan. 2) Netral (Neutrality)

Perusahaan tidak dapat memilih informasi untuk mendukung suatu pihak yang berkepentingan atas yang pihak yang lain. Informasi yang tidak bias harus menjadi pertimbangan utama.

3) Terlepas dari Kesalahan (Free from Error)

Informasi keuangan yang bebas dari kesalahan akan lebih akurat untuk representasi yang terpercaya dari sebuah unit keuangan. Informasi tersebut akan lebih terpercaya untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2. Peningkatan Kualitas (Enhancing Qualities) a. Dapat Dibandingkan (Comparability)

Informasi yang diukur dan dilaporkan dengan cara serupa pada perusahaan yang berbeda harus bisa dibandingkan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasikan persamaan

(6)

13 dan perbedaan yang ada dalam kejadian ekonomi antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

b. Dapat Diverifikasi (Verifiability)

Hal ini terjadi ketika pengukuran secara independen, dengan menggunakan metode yang sama, menghasilkan hasil yang sama. Ketika sebuah informasi keuangan diukur hal tersebut bisa diverifikasi dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan.

c. Tepat Waktu (Timeliness)

Ketepatan waktu memliki arti bahwa informasi tersedia untuk pengambil keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan.

d. Dapat Dipahami (Understandability)

Suatu laporan keuangan yang baik memiliki manfaat dapat dimengerti oleh penggunanya dan hal tersebut akan bisa terwujud jika isi dari laporan akuntansi tersebut disesuaikan dengan standar yang berlaku sehingga pihak yang melihat dapat secara cepat memahami informasi tersebut.

II.1.2. Aset Tak Berwujud

Menurut PSAK No. 19 revisi 2010 aset tak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Ditambahkan Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011:406) menyatakan bahwa “Intangible asset are rights, privileges, and competitive advantages that result

(7)

14 from the ownership of long-lived assets that do not possess physical substances”. Berdasarkan definisi tersebut, tiga elemen harus disesuaikan sebelum sebuah item bisa didefinisikan sebagai aset tak berwujud yaitu:

1. Dapat diidentifikasi

Aset tak berwujud harus bisa diidentifikasi untuk memisahkannya dari goodwill. Sebuah aset dapat diidentifikasi sesuai dengan kriteria aset tak berwujud ketika aset tersebut dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan, baik secara individual atau bersama dengan kontrak terkait, aset teridentifikasi, atau liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut atau timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lain.

2. Pengawasan

Suatu entitas bisa mengendalikan aset tak berwujud ketika mengacu kepada kekuatan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang mengalir dari sumber daya yang mendasari dan kekuatan untuk membatasi akses kepada pihak lain atas manfaat tersebut.

3. Manfaat Ekonomi di Masa Depan

Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tak berwujud seperti pendapatan yang didapat dari penjualan produk atau jasa, atau manfaat lainnya yang dihasilkan dari penggunaan aset tak berwujud oleh entitas untuk menunjukkan manfaat ekonominya di masa depan.

(8)

15 Suatu item diakui sebagai aset tak berwujud jika memenuhi definisi dari aset tak berwujud dan juga kriteria pengakuannya yaitu kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan serta biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

II.1.2.1. Jenis-Jenis Aset Tak Berwujud

Berdasarkan pendapat Kieso, Weygandt dan Warfield (2011:623) terdapat enam kelompok jenis dari aset tak berwujud yaitu:

1. Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran (Marketing-related intangible assets)

Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran digunakan dalam pemasaran atau promosi produk atau jasa. Contohnya yaitu merek dagang atau nama dagang, susunan dewan direksi di surat kabar, nama domain Internet, dan nama perjanjian nonpersaingan.

Bentuk yang paling umum atas aset tak berwujud yang berkaitan dengan pemasaran adalah merek dagang (trademark) atau nama dagang (trade name) merupakan suatu kata, frasa, atau simbol yang membedakan atau mengidentifikasi suatu perusahaan atau produk tertentu.

2. Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan (Customer-related intangible assets)

Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan dalam bentuk interaksi dengan pihak luar. Contohnya adalah daftar pelanggan, catatan

(9)

16 pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang terikat kontrak maupun yang tidak.

3. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan seni (Artistic-related intangible assets)

Aset tak berwujud yang terkait dengan seni termasuk hak kepemilikan naskah drama, karya sastra, karya musik, gambar-gambar, foto, dan materi video dan audiovisual. Hak cipta melindungi hak kepemilikan ini.

Hak cipta (copyrights) merupakan hak yang diberikan pemerintah kepada para penulis, pelukis, pemusik, pematung, dan seniman lain atas kreasi dan ekspresi mereka. Hak cipta diberikan selama umur penciptanya ditambah 70 tahun dan memberikan kepada pemilik, atau pewarisnya, hak eksklusif untuk memproduksi ulang dan menjual suatu pekerjaan artistik atau yang dipublikasikan. Hak cipta tidak dapat diperbaharui. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak cipta dapat dikapitalisasi, tetapi biaya penelitian dan pengembangan yang terlibat harus dibebankan pada saat terjadinya.

4. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak (Contract-related intangible assets)

Aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak merupakan nilai dari hak yang muncul dari perjanjian kontrak. Contoh dari waralaba

(10)

17 (franchise) yaitu perjanjian lisensi, ijin bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa, atau pasokan. Bentuk umum dari aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise).

Franchisor, yang telah mengembangkan suatu konsep atau produk yang unik melindungi konsep atau produknya dengan paten, hak cipta, merek dagang, atau nama dagang. Franchisee memperoleh hak untuk memanfaatkan ide-ide atau produk franchisor dengan menandatangani perjanjian waralaba.

5. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan teknologi (Technology-related intangible assets)

Aset tak berwujud yang berhubungan dengan teknologi berkaitan dengan inovasi atau kemajuan teknologi. Contoh dari teknologi yang dipatenkan dan rahasia dagang diberikan oleh pemerintah ataupun bagian dari pemerintah.

Paten (patent) memberikan kepada pemegangnya hak eksklusif untuk menggunakan, membuat, dan menjual suatu produk atau proses selama periode 20 tahun tanpa campur tangan atau pelanggaran dari pihak lain.

6. Goodwill

Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diperbolehkan untuk dikapitalisasi dalam akun karena pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan menghubungkan setiap biaya dengan manfaat masa depan sangat sulit. Manfaat masa depan dari goodwill mungkin tidak

(11)

18 memiliki hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan goodwill tersebut. Goodwill bisa saja muncul tanpa biaya khusus untuk mengembangkannya. Akhirnya karena tidak ada transaksi objektif dengan pihak luar yang telah dilakukan, maka subjektivitas bahkan misrepresentasi dapat terjadi.

II.1.2.2. Aset Tak Berwujud yang Dihasilkan Internal

Berdasarkan pendapat Lam dan Lau (2009:161) untuk menentukan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal maka entitas dapat mengklasifikasikan proses aset menjadi tahap riset dan tahap pengembangan.

1. Tahap riset, didefinisikan sebagai penyelidikan asli dan direncanakan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan teknologi serta pemahaman yang baru. Dalam IAS 38 diminta bahwa entitas harus membebankan pengeluaran dari riset atau dari tahapan riset yang berasal dari proyek internal ketika pengeluaran tersebut terjadi. Entitas tidak dapat mengakui atau mengkapitalisasi pengeluaran tersebut atau setiap aset tidak berwujud yang timbul dari riset atau dari tahapan riset yang berasal dari proyek internal sebagai aset tidak berwujud dalam laporan posisi keuangan karena tidak memungkinkan bagi entitas untuk menunjukkan bahwa pengeluaran tersebut atau aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan. Contoh dari aktivitas riset termasuk:

(12)

19 a. Kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru b. Pencarian, evaluasi dan seleksi akhir untuk penerapan atas

penemuan riset atau pengetahuan lain

c. Pencarian alternatif untuk bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa

d. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi akhir berbagai kemungkinan alternatif bahan baku, perangkat, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.

2. Tahap pengembangan, didefinisikan sebagai pengaplikasian temuan-temuan riset atau pengetahuan lainnya untuk merencanakan atau merancang produksi bahan baku, perangkat, produk, proses, sistem atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial sebelum memulai produksi komersial atau penggunaan. Aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan atau tahapan pengembangan yang bersal dari proyek internal, diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat memenuhi enam kriteria spesifik dibawah ini:

1) Kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud untuk digunakan atau dijual

2) Niat menyelesaikan aset tak berwujud dan menggunakan atau menjualnya

(13)

20 4) Kemungkinan besar menghasilkan manfaat ekonomis masa

depan

5) Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pengembangan dan menggunakan atau menjual aset tak berwujud

6) Kemampuan mengukur secara andal pengeluaran terkait aset tak berwujud selama tahapan pengembangan.

Contoh dari aktivitas pengembangan termasuk:

a. Desain, konstruksi, dan pengujian pra-produksi atau prototipe dan model

b. Desain peralatan, jig, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru

c. Desain, konstruksi, dan operasi pabrik percontohan, yang skalanya tidak ekonomis, untuk produksi komersial

d. Desain, konstruksi, dan pengujian alternatif yang dipilih untuk bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.

II.1.3. PSAK No. 19 revisi 2010

PSAK merupakan kepanjangan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dibuat oleh IAI. PSAK mengatur standar pelaporan serta unsur-unsur yang ada di pelaporan akuntasi pada setiap perusahaan. PSAK direvisi seiring munculnya isu-isu terbaru yang ada di

(14)

21 bidang akuntansi yang bisa menyebabkan perubahan pada standar pelaporan keuangan.

Perubahan PSAK juga disesuaikan dengan standar di dunia yang mulai mengikuti International Financial Reporting Standards (IFRS). Banyak revisi yang terjadi pada PSAK agar laporan keuangan tidak memiliki perubahan yang signifikan jika digunakan di negara lain. Pada tahun 2012 juga diharapkan PSAK yang dikonvergensi dari IFRS akan lebih selaras lagi hal tersebut juga dibuktikan dengan beberapa PSAK yang di revisi dan mulai aktif pada 1 Januari 2012.

Beberapa perbedaan yang ada antara PSAK No. 19 revisi 2000 dengan PSAK No. 19 revisi 2010 yaitu:

1. Dalam PSAK terbaru terdapat penjelasan mengenai pengukuran aset tak berwujud dengan selain nilai wajar jika dilakukan melalui transaksi pertukaran aset dimana transaksi tersebut kurang mengandung substansi komersial atau nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan tidak dapat diandalkan. Jika kedua hal tersebut terjadi maka perolehan aset tak berwujud tersebut diukur dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan.

2. Pada PSAK No. 19 revisi 2010 memperkenakan model revaluasi selain model biaya untuk pengukuran jumlah aset tak berwujud setelah pengakuan.

3. Aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi. Perusahaan menguji setiap tahun jika aset tak berwujud yang memiliki umur manfaat tidak terbatas dan memiliki indikasi

(15)

22 penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dan jumlah tercatatnya.

4. Perlunya pengungkapan mengenai rekonsiliasi atas jumlah tercatat aset tak berwujud pada awal dan akhir periode yang menunjukkan bahwa aset tak berwujud yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK No. 58 revisi 2009 (Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan pelepasan lain) selain itu pengungkapan atas jumlah tercatat aset juga dapat menunjukkan bahwa adanya jika ada peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi serta dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikkan di pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK No. 48 revisi 2009 (Penurunan nilai aset).

II.1.3.I. Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud

Penurunan nilai pada aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dilakukan pengujian jika aset tak berwujud tersebut memiliki indikasi adanya penuruna nilai namun entitas juga harus melakukan pengujian sesuai PSAK No. 48 revisi 2009.

PSAK No. 48 revisi 2009 Par. 10 menyatakan bahwa

“Menguji penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau aset tidak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan nilai tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan

(16)

23 asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Aset tidak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Namun untuk aset tidak berwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan, aset tidak berwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahunan berjalan berakhir.”

II.1.3.2. Goodwill

Penyajian dan pengungkapan goodwill seharusnya dipisahkan dengan aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan agar nilainya dapat relevan dengan keadaan perusahaan tersebut.

Pada PSAK No. 19 revisi 2010 Par. 11 mengatur tentang

“Dalam definisi aset tak berwujud terdapat kriteria bahwa keteridentifikasian aset tak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomi masa depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis tersebut yang tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah. Manfaat ekonomi masa depan dapat dihasilkan dari sinergi antara aset teridentifikasi yang diperoleh atau dari aset, yang secara individual, tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan.”

II.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai aset tak berwujud di Indonesia belum terlalu banyak jumlahnya. Beberapa penelitian banyak ditemukan di negara lain terlebih mengenai pembahasan aset tak berwujud yang berkaitan dengan IFRS (International Financial Accounting Standards). Beberapa penelitian terdahulu ini digunakan sebagai sumber dari penelitian ini ataupun sebagai bahan pendukung untuk melengkapi penelitian ini.

Dalam jurnal berjudul ‘Have IAS (International Accounting Standards)/IFRS Improve the Information Content of Intangible in France?’,

(17)

24 Jean-Michael Sahut dan Sandrise Boulerne. (2010) mengemukakan bahwa laporan keuangan pada perusahaan di Perancis yang diukur dengan menggunakan IAS 38 memiliki harga saham dan nilai pengembalian investasi yang lebih baik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa goodwill dan aset tak berwujud lainnya yang diukur dengan IFRS memiliki nilai yang lebih relevan dibandingkan pengukuran dengan menggunakan GAAP Perancis. Penelitian ini dilakukan karena laporan keuangan harus mulai diukur dengan standar baru yang bersifat internasional dengan faktor-faktor seperti:

1. Pasar uang yang bersifat global 2. Meningkatnya merger dan akuisisi

Referensi

Dokumen terkait

lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing- masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi

Oleh karena itu pembmaannya diarahkan agar anggota kelompok secara merata memiliki kemampuan kemampuan, antara lain dalam : menggali dan merumuskan keperluan

[r]

Mark Simon dalam tulisannya mengemukakan bahwa Injil adalah kabar baik bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang telah bangkit sehingga dosa-dosa setiap orang

Uji dilakukan dengan menduga adanya zat pewarna tekstil seperti rhodamine B (warna merah), methanyl yellow (warna kuning) dan malachite green (warna hijau) yang terkandung dalam

Mantra Jawa dalam KPAA sebagai warisan leluhur Jawa yang ditransmisikan melalui budaya lisan, di dalamnya terdapat kearifan lokal yang berbentuk nilai-nilai kultural yang berguna

Berdasarkan Peraturan Menteri Penddikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 danNomor 70 Tahun 2013 menjelaskan bahwa hasil belajar siswa sesuai Kurikulum

Sebagian besar remaja memiliki peran diri yang positif, dimana hal ini disebabkan karena remaja mengatakan setuju bahwa remaja akan tetap bergaul dengan teman-teman saya