• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Pembelajaran Faktor Produksi Alam 1. Capaian Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5.1 Pembelajaran Faktor Produksi Alam 1. Capaian Pembelajaran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Pembelajaran Faktor Produksi Alam 1. Capaian Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari semua materi dalam modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan Faktor Produksi Alam Dalam Usahatani

Upaya untuk memahami capaian pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pelajari dengan seksama semua materi pelajaran yang dijelaskan di dalam kegiatan pembelajaran dari modul ini,

b. Kerjakan semua Soal-soal latihan dan Soal-soal Evaluasi yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran, dengan tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah selesai saudara kerjakan semua Soal Latihan dan Soal Evaluasi yang ada, saudara bisa melihat kunci jawaban yang tersedia. Jika jawaban yang sudara peroleh tingkat kebenarannya kurang dari 80%, maka saudara disarankan untuk mempelajari kembali uraian kegiatan pembelajaran dari modul yang terkait, dan jika tingkat kebenaran jawaban saudara telah mencapai 80%, saudara sudah bisa melanjutkan mempelajari kegiatan pembelajaran atau modul berikutnya.

c. Lengkapi pemahaman saudara, dengan membaca kembali secara seksama rangkuman yang ada di setiap pembelajaran pada modul yang bersangkutan

2. Materi Pelajaran ”Faktor Produksi Alam Dalam Usahatani”

Faktor produksi dalam usahatani, adalah semua masukan atau korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input produksi dan korbanan produksi. Secara umum faktor produksi dalam usahatani terdiri dari empat komponen, yaitu alam atau tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen (pengelolaan).

Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan manajemen (pengolaan) disebut faktor produksi sekunder. Ada sebagian ahli menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima, namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu tidak termasuk faktor produksi dalam usahatani, karena teknologi masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan dengan alam, ada teknologi yang terkait dengan tenaga kerja, terkait dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor produksi dalam usahatani yang dikenal sampai saat ini tetap empat faktor, yaitu alam (tanah), tenaga kerja, modal dan manejemen (pengelolaan).

(2)

Masing-masing faktor tersebut mempunyai fungsi yang bebeda dan saling terkait antara satu dengan lainnya. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan dapat berjalan dengan baik, terutama 3 faktor terdahulu, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.

Menurut Suratiyah (2015), faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan, faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang harus diketahui, karena usaha pertanian adalah usaha yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor produksi alam yang terdiri atas udara, iklim, lahan, flora dan fauna, sangat memengaruhi produksi usahatani, tanpa tanah/lahan, udara, sinar matahari, dan cahaya tidak akan pernah ada hasil pertanian. Lebih jauh dijelaskan pula, faktor iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan dalam suatu usahatani, baik untuk tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus sesuai dengan kondisi iklim setempat, hal ini dimaksudkan agar produktivitasnya tinggi dan dapat memberi manfaat yang lebih baik bagi manusia. Selain itu iklim juga memengaruhi penentuan tenologi yang cocok digunakan untuk setiap jenis usahatani yang diusahakan.

Menurut Setiawan (2009) iklim merupakan salah satu komponen lingkungan yang terpenting bagi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Unsur-unsur iklim tersebut ialah cahaya matahari (intensitas cahaya), suhu udara, suhu tanah, curah hujan, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah dan angin. Perubahan iklim yang terjadi di suatu daerah akan mengakibatkan unsur-unsur tersebut juga akan berubah sesuai dengan perubahan ilkim yang terjadi. Hal ini dapat memegaruhi pertumbuhan dari tanaman tersebut. Selain itu pada suatu kondisi tertentu, pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi di suatu tempat sering kali lebih kuat, dibandingkan dengan pengaruh faktor produksi tanah. Perubahan unsur-unsur iklim sering kali juga bisa menjadi ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan secara potensial akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pangan serta produksi pertanian pada umumnya.

Sebagaimana dijelaskan oleh Suratiyah (2015), bahwa faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Tanah termasuk faktor produksi yang penting, karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani secara keseluruhan, walaupun tanah sebagai faktor produksi tidak terlepas dari peran iklim seperti sinar matahari, curah hujan, angin dan sebagainya yang turut memengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanah mempunyai sifat istimewa, yaitu tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah, karena itu tanah mempunyai nilai terbesar diantara semua faktor

(3)

produksi. Selanjutnya dapat dijelaskan, bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi dalam usahatani bisa ditinjau dari berbagai variabel sebagai berikut:

(1) Tanah Sebagai Faktor Produksi

Tanah sebagai faktor produksi pada umumnya mempunyai sifat sebagai berikut: ➢ Relatif langka dibanding dengan faktor produksi lainnya,

➢ Distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata

Tanah merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian. Tanah adalah faktor produksi yang tahan lama, sehingga tidak diadakan depresiasi atau penyusutan dan mendapatkan bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi tersebut. Pembayaran atas jasa produksi ini disebut sewa tanah. Tanah sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Faktor tanah yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani adalah luas lahan garapan, kondisi fisik, fragmentasi tanah, lokasi tanah dari pusat perekonomian, serta status penguasaan tanah. Secara umum dapat dinyatakan, bahwa semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

Pentingnya tanah sebagai faktor produksi dalam usahatani, terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah, dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Besarnya balas jasa atas tanah ini disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain: karena ketersediaan tanah terbatas, kebutuhan atas tanah makin banyak diperlukan untuk berbagai kepentingan, terutama yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk, dan sebagainya. Salah satu faktor yang memengaruhi efisiensi usahatani adalah perpecahan (division) tanah, yaitu pembangian tanah (lahan) milik seseorang kedalam bidang atau petak-petak kecil, dan juga perpencaran (fragmentasi) tanah, yang diartikan sebagai tanah (lahan) usahatani yang terletak berpencar-pencar. Perpecahan dan perpencaran tanah (lahan) usahatani ini, umumnya terjadi karena proses jual-beli, pewarisan dan hibah perkawinan, serta sistem penyakapan, hal mana pada semua kondisi tersebut umumnya akan menurunkan tingkat efisiensi produksi.

(2) Pengaruh Luas Lahan

Luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan pada umumnya bisa menjamin jumlah atau hasil produksi usahatani yang akan diperoleh petani. Jika luas lahan meningkat dan diikuti dengan meningkatnya produksi, maka sangat mungkin pendapatan usahatani tersebut akan meningkat, demikian juga sebaliknya, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang tidak langsung antara luas lahan dengan pendapatan usahatani yang bersangkutan.

Luas lahan pertanian pada umumnya akan memengaruhi skala usaha yang pada akhirnya juga akan memengaruhi efisiensi usaha pertanian. Seringkali dijumpai makin luas

(4)

lahan yang digunakan dalam suatu usahatani, akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini terutama disebabkan karena:

➢ Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, ➢ Terbatasnya persediaan tenaga kerja,

➢ Terbatasnya persediaan modal. (3) Pengaruh Topografi

Topografi menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang didasarkan pada tinggi tempat diatas permukaan laut. Misal : lahan dataran pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Penggunaan lahan menurut topografinya ini dapat mencirikan karakteristik usahatani di daerah yang bersangkutan. Secara umum tanaman yang sesuai diusahakan pada daerah dataran tinggi tidak akan memberikan hasil produksi yang optimal, jika ditanam pada daerah dataran rendah. Hal ini terkait dengan iklim, seperti kelembaban udara yang berbeda antara dataran rendah dengan kelembaban udara di dataran tinggi.

Topografi juga terkait dengan kelerengan yang berhubungan erat dengan iklim dan tanah, terutama dalam menentukan tipe usahatani. Perbedaan topografi di berbagai wilayah pada umumnya ditentukan oleh tinggi dan bentuk lahan di wilayah tersebut. Berdasarkan besar kemiringannya, kondisi topografi wilayah dapat digolongkan menjadi:

a) Kemiringan 0 - 2% = datar

b) Kemiringan 2 - 5% = sedikit bergelombang

c) Kemiringan 5 - 8% = bergelombang-berbukit

d) Kemiringan 8 - 15% = berbukit-bukit

e) Kemiringan > 15% = lahan curam

Lahan dengan kemiringan > 5% tidak sesuai untuk jenis tanaman berumur pendek, kalaupun bisa harus diimbangi dengan usaha untuk mencegah erosi, sedangkan lahan dengan kemiringan > 8% sebaiknya tidak digunakan untuk lahan pertanian, melainkan sebaiknya dihutankan kembali untuk menjaga kelestarian lingkungan (Tjakrawiralaksana, A.1983). (4) Pengaruh Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah pertanian dapat menentukan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah pertanian ini secara umum berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah, yang akan menentukan jenis tanahnya (alluvial, grumosol, dsb). Pada akhirnya jenis tanah ini akan menentukan jenis tanaman yang dapat hidup dan tumbuh di lahan tersebut. Tanah merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman yang dibudidayakan. Tanah dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman apabila tanah tersebut dalam keadaan subur.

Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik, yaitu bahan yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah terdekomposisi. Bahan organik ini

(5)

berpengaruh terhadap pembentukan sturktur tanah, aerasi pada tanah, dan kondisi pH tanah yang akan memengaruhi ketersediaan unsur hara pada tanah. Keberadaan bahan organik pada tanah pada akhirnya akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik tanah ini juga bepengaruh baik terhadap sifat fisik tanah seperti aerasi tanah dan agregat tanah.

Selain berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, bahan organik juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara pada tanah. Bahan organik seperti sisa-sisa dari tumbuhan dan hewan yang telah mengalami dekomposisi, akan menyumbang unsur hara pada tanah terutama unsur hara N, P, dan yang lainnya. Unsur hara merupakan salah satu zat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kesuburan tanah ini dapat dilihat dari ketersediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tersedia secara terus-menerus, yakni dari perkecambahan hingga tanaman matang atau dapat dipanen. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat dibagi menjadi dua yakni unsur hara makro dan mikro. Menurut Winarso (2005), unsur hara makro seperti N, P, dan K merupakan unsur hara yang dubutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak atau besar, sedangkan unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ci merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang sedikit.

Meskipun unsur hara sangat berpengaruh pada pertumbuhan suatu tanaman, akan tetapi jika unsur hara yang tersedia terus ditingkatkan dan melebihi dari kebutuhan suatu tanaman, maka akan memengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, terutama pada produksi hasil suatu tanaman, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Winarso (2005), jika suplai unsur hara terus ditingkatkan hingga melebihi kebutuhan tanaman, maka produksi tanaman akan turun, oleh karena itu keseimbangan dan kebutuhan unsur hara ini perlu diperhatikan. Upaya untuk tetap mempertahankan tanah agar tetap subur dan produktif, dapat dilakukan dengan pengelolaan yang tepat, sehingga dapat menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman, selain itu dapat pula dilakukan dengan penambahan pupuk organik maupun anorganik.

Jenis pupuk anorganik memiliki unsur hara yang lebih tinggi dan tersedia dengan cepat dibanding dengan organik namun penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) haruslah tepat. Jika pemberian pupuk anorganik atau pupuk kimia dilakukan secara terus menerus dengan dosis yang tinggi, maka akan menyebabkan pencemaran tanah oleh zat kimia pada pupuk sehingga akan memengaruhi kesuburan tanah. Selain itu pemberian pupuk anorganik yang terlalu tinggi akan memengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah, agregat tanah dan

(6)

terjadi maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena kebutuhan unsur hara dan keadaan tanah tidak mendukung sebagai tempat untuk bertumbuh dan berkembangnya akar tanaman yang menopang tegaknya tanaman. Kondisi inilah yang perlu diperhatikan, terutama terkait dengan ketersediaan bahan organik pada tanah dan pemberian bahan anorganik yang sesuai, sehingga tidak merusak tanah dan menurunkan kualitas suatu tanah.

(5) Pengaruh Status Tanah

Status tanah pada dasarnya memberikan arti sebagai hubungan antara tanah atau lahan usahatani dengan kepemilikan lahan tersebut, atau sering pula dinyatakan sebagai status kepemilikan atas tanah yang digunakan petani untuk berusahatani. Menurut Suratiyah (2015) hubungan antara tanah usahatani dengan petani terbagi dalam tiga tingkatan, dari hubungan yang terkuat sampai dengan yang terlemah, yaitu (1) Hak Milik, (2) Hak Sewa, dan (3) Hak Bagi Hasil atau Sakap. Perbedaan atas hubungan tersebut, umumnya akan berpengaruh terhadap kesediaan petani untuk meningkatkan produksi serta memperbaiki kesuburan tanah. Berdasarkan bentuk hubungan antara petani dengan lahan garapan dapat digolongkan menjadi tiga macam petani, yaitu petani pemilik penggarap, petani penyewa, dan petani penyakap.

Ketiga status tanah tersebut, masing-masing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) Tanah Hak Milik.

(1) Bebas diolah oleh petani pemilik,

(2) Bebas untuk menentukan cabang usahatani yang akan diusahakan diatas tanah tersebut (3) Bebas menggunakan teknis dan cara budidaya yang paling dikuasai oleh petani

(4) Bebas diperjual-belikan oleh petani pemilik

(5) Dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab atas tanah tersebut (6) Waktu kepemilikan atas tanah tersebut tidak terbatas

(7) Dapat dijadikan sebagai jaminan (agunan) untu meminjam modal dari Bank. (b) Tanah Hak Sewa

Tanah Sewa adalah tanah yang disewakan oleh petani kepada pihak atau petani lain, Ciri-ciri dari tanah sewa ini, bagi petani pemilik mempunyai kewenangan seperti tanah milik di luar jangka waktu sewa yang disepakati oleh petani pemilik dengan petani penyewa, tetapi petani penyewa tidak boleh menjual dan menjadikan tanah tersebut sebagai jaminan (agunan), sedangkan waktu pengelolaannya terbatas pada waktu sewa-menyewa yang telah disepakati. (c) Tanah Bagi Hasil

(7)

Tanah sakap adalah tanah orang lain yang atas persetujuan dari pemiliknya, digarap atau dikelola oleh petani lain dalam pengelolaan usahataninya. Bagi petani penyakap tidak bebas menentukan cabang usahatani yang akan diusahakan, demikian pula dengan pilihan teknologi yang akan digunakan dalam pengelolaan usahatni harus dikonsultasikan dengan pemiliknya. Waktu pengelolaan bagi petani penyakap tidak menentu, karena petani pemilik sewaktu-waktu bisa menghentikan penggarapan atau pengelolaan usahataniya.

3. Rangkuman

Secara umum faktor produksi dalam usahatani terdiri dari empat komponen, yaitu alam atau tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen (pengelolaan). Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan manajemen (pengolaan) disebut faktor produksi sekunder. Ada sebagian ahli menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima, namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu tidak termasuk faktor produksi dalam usahatani, karena teknologi masuk ke masing-masing faktor produksi tersebut di atas. Dengan demikian faktor produksi dalam usahatani yang dikenal sampai saat ini tetap empat faktor, yaitu alam (tanah), tenaga kerja, modal dan manejemen (pengelolaan). Masing-masing faktor tersebut mempunyai fungsi yang bebeda dan saling terkait antara satu dengan lainnya. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan dapat berjalan dengan baik, terutama 3 faktor terdahulu, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.

Menurut Suratiyah (2015), faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan, faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang harus diketahui, karena usaha pertanian adalah usaha yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor produksi alam yang terdiri atas udara, iklim, lahan, flora dan fauna, sangat memengaruhi produksi usahatani, tanpa tanah/lahan, udara, sinar matahari, dan cahaya tidak akan pernah ada hasil pertanian.

Tanah termasuk faktor produksi yang penting, karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani secara keseluruhan, walaupun tanah sebagai faktor produksi tidak terlepas dari peran iklim seperti sinar matahari, curah hujan, angin dan sebagainya yang turut memengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanah mempunyai sifat istimewa, yaitu tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah, karena itu tanah mempunyai nilai terbesar diantara semua faktor produksi. Selanjutnya dapat dijelaskan, bahwa

(8)

tanah sebagai salah satu faktor produksi dalam usahatani bisa ditinjau dari berbagai variabel sebagai berikut:

(1) Tanah sebagai faktor produksi, (2) Pengaruh luas lahan,

(3) Pengaruh topografi,

(4) Pengaruh kesuburan tanah, (5) Pengaruh status tanah,

4. Latihan Soal Pembelajaran 5.1 Modul 5

(1) Jelaskan pentingnya tanah sebagai salah faktor produksi dalam usahatani (2) Sebutkan faktor apa saja yang memengaruhi tanah sebagai faktor produksi

(3) Jelaskan mengapa seringkali dijumpai makin luas lahan yang digunakan dalam suatu usahatani, akan semakin tidak efisien lahan tersebut.

(4) Jelaskan pengaruh status tanah terhadap pengelolaan usahatani 5. Evaluasi Pembelajaran 5.1 Modul 5

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling benar. (1) Faktor produksi primer yang dimaksud adalah:

(a) alam dan tenaga kerja (b) modal dan manajemen (c) alam dan tanah

(d) modal dan tenaga kerja

(2) Lahan yang tidak sesuai untuk jenis tanaman berumur pendek, yaitu pada topografi dengan kemiringan:

(a) Kemiringan 0 - 2%

(b) Kemiringan 2 - 5%

(c) Kemiringan 5 - 8%

(d) Kemiringan 8 - 15%

(3) Status tanah yang tidak bebas dikelola oleh petani, adalah: (a) Tanah milik

(b) Tanah sewa (c) Tanah bagi hasil (d) Tanah kebun

(9)

(a) Unsur hara N,P,K dan Fe, Mn, (b) Unsur hara Organik dan Anorganik

(c) Unsur hara Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia (d) Unsur hara makro dan mikro

Referensi

Dokumen terkait

Non Aplicable Seluruh anggota kelompok Jeneponto 6 tidak melakukan pembelian kayu sehingga tidak diketahui terdapat pemasok yang ber-SLK/ber-DKP.. Informasi terkait VLBB untuk

Perubahan ini tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan antar penduduk dan antar sektor ekonomi, karena sektor pertanian lebih mampu menyerap tenaga kerja dibanding sektor

Oleh karena itu peneliti memberikan saran bahwa perubahan pola menstruasi yang terjadi pada akseptor KB suntik DMPA dalam 9 bulan memang secara teori akan

Komunitas burung di Kabungolor dan Kabalob, dimana tipe hutannya merupakan hutan primer dan sekunder tua, memiliki jumlah jenis dan indeks keanekaragaman yang tinggi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1 ii zat pengotor akan menjadi tidak stabil dan pudar.Lalu untuk membuat larutan pH 4.5 digunakan larutan Natrium Aseta yang telah diturunkan

Dari hasil simulasi pada Tabel 3 terlihat pengaruh arus infeed pada gangguan hubung singkat satu fasa ketanah terjadi selisih pengukuran impedansi oleh rele jarak, pada gangguan

Pengalaman siswa dalam pembelajaran inkuiri akan mempengaruhi jumlah pertanyaan yang diajukan siswa (Chin, 2002). Siswa pun tidak terlalu merasa kesulitan dalam menjawab

PRAKTEK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN LONG TERM DAN SHORT TERM.. DISCRETIONARY