• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kakao di Perkebunan PT Rumpun Sari Antan 1 seluruhnya merupakan tanaman menghasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan di antaranya adalah pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian gulma. Secara umum untuk Afdeling B dan Afdeling C jenis gulma yang ditemui sama, yaitu Mikania micrantha, Cyperus kyllingia, Cromolaena odorata, Cleome rutidosperma, Stacitaperta indica, Imperata cylindrica, Boreria alata, Paspalum conjugatum, Ageratum conizoides, keladi-keladian, serta kacangan yang sudah menjadi gulma. Keberadaan gulma tersebut sangat mengganggu selain merupakan kompetitor bagi tanaman, juga mengganggu pelaksanaan pemeliharaan seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta menggangu pelaksanaan panen yang akan meningkatkan kehilangan hasil panen.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad rendah untuk gulma yang sudah terlalu tinggi. Norma kerja babad gulma di Afdeling C 3 HK/ha, tetapi dalam pelaksanaannya bisa mencapai 5 HK/ha, karena kondisi gulma di kebun sudah terlalu tinggi dan banyak. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan 1.5 - 2 bulan setelah pengendalian gulma secara manual.

Pengendalian gulma secara kimia menggunakan Gerosin 480 SL, Round up 486 SL, dan Rodiamin 720 WSC. Gerosin 480 SL digunakan untuk gulma golongan rumput dan gulma lunak, sedangkan Round up 486 untuk lalang, dan Rodiamin 720 WSC untuk kacang-kacangan. Herbisida yang akan digunakan dilarutkan terlebih dahulu (kecuali Rodiamin 720 WSC) dengan air, perbandingan antara air dengan herbisida 1:1. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi resiko pencurian herbisida.

(2)

Gerosin 480 SL digunakan dengan konsentrasi 200 ml herbisida oplosan per 15 liter larutan atau 100 ml herbisida per 15 liter larutan, sedangkan Rodiamin 720 WSC digunakan dengan konsentrasi 40 ml per 15 liter larutan. Aplikasi herbisida menggunakan knapsack sprayer, dilengkapi dengan nozel kipas yang mempunyai lebar bidang semprotan 1.5 meter, efektif 1.25 meter.

Pelaksanaan penyemprotan dilakukan dengan sistem barisan (strip weeding) sehingga setiap baris akan dilalui oleh dua orang penyemprot yaitu di sebelah kiri dan kanan barisan kakao dengan lebar areal efektif yang disemprot setiap baris 2.5 meter. Selain strip weeding juga dilakukan spot lalang pada areal-areal yang ditumbuhi lalang.

Hasil penyemprotan gulma akan terlihat setelah 5 - 7 hari kemudian, dengan tanda-tanda gulma akan terlihat menguning seperti terbakar daunnya. Jika masih ada gulma yang bewarna hijau maka akan dilakukan spot weeding untuk areal tersebut. Kegiatan penyemprotan gulma dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kegiatan Penyemprotan Gulma

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia masih terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan kurang efektifnya pengendalian gulma yang dilakukan. Kesalahan tersebut antara lain masih ada karyawan yang mengganti nozel dengan nozel corong sehingga pengendalian gulma menjadi tidak efektif dan knapsack sprayer yang digunakan kadang-kadang bocor sehingga banyak larutan herbisida terbuang serta penerapan sistem baris belum konsisten sehingga yang seharusnya strip weeding menjadi total atau spot weeding yang tidak teratur. Selain itu untuk menentukan kebutuhan herbisida, konsentrasi larutan semprot, dan volume semprot, tidak melalui kalibrasi sehingga terjadi pemborosan penggunaan herbisida. Karyawan juga

(3)

belum sepenuhnya memahami cara yang benar melakukan penyemprotan gulma seperti jika melakukan strip weeding harus berjalan lurus sesuai alur, kecepatan jalan konstan, stik tidak boleh digoyang, dan lainnya. Oleh karena itu, peranan mandor dalam pengawasan harus lebih ditingkatkan.

Untuk pengendalian gulma secara kimia ditetapkan norma 2 HK/ha, dalam pelaksanaannya karyawan dapat melakukan dengan rata-rata 1.65 HK/ha. Sedangkan penulis melakukannya dengan prestasi kerja rata-rata 1.88 HK/ha.

Pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari - Maret dan bulan Oktober - November. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan masih tergolong tinggi sehingga air tersedia cukup untuk melarutkan pupuk dengan lebih baik.

Jenis pupuk yang diaplikasikan di Afdeling B dan Afdeling C Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas pupuk Urea Prill (46 % N), pupuk SP-18 (18 % P2O5) dan pupuk MOP (60 % K2O). Selain itu pada tahun ini digunakan juga

pupuk Gandasil B yang mengandung N 6 %, P2O5 20 %, K2O 30 % dan

MgSO4 3 % serta beberapa hara mikro seperti mangan, cobal, boron, tembaga,

seng dan vitamin bagi tanaman seperti aneurine, lactoflavine dan nicotinic acid amide. Pemupukan menggunakan Gandasil B tersebut merupakan uji coba, belum berdasarkan rekomendasi pemupukan seperti halnya pada penggunaan pupuk tunggal.

Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, atas dasar hasil analisis tanah dan daun. Rekomendasi pemupukan tersebut diberikan langsung kepada kantor direksi di Jakarta dan direksi akan menerbitkan surat keputusan yang menentukan dosis pupuk yang harus digunakan untuk pemupukan tahun tersebut. Setelah itu, kebun akan membuat surat permintaan barang (SPB) ke direksi lalu direksi akan mengirim pupuk sebanyak yang dibutuhkan. Rekomendasi pemupukan yang diterbitkan direksi berbeda untuk setiap blok, bergantung pada hasil analisis tanah dan daun dari blok tersebut. Pada pemupukan tahap pertama tahun 2009 masih menggunakan rekomendasi pemupukan untuk tahun 2008. Dosis pupuk Urea yang ditetapkan rata-rata hanya 71 %, dosis pupuk MOP rata-rata hanya 39 %, dan

(4)

dosis pupuk SP-18 rata-rata 98 % dari dosis rekomendasi. Tabel 3 menunjukkan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B.

Tabel 3. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B PT Rumpun Sari Antan I

Blok Luas (ha)

Jumlah pokok

Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP

…………..…… (g/pokok) …………..…… 13 15.32 6 648 115.0 190.0 90.0 81.0 203.0 36.0 14 17.54 7 365 105.0 165.0 80.0 74.0 176.0 32.0 15 7.29 7 031 115.0 170.0 75.0 81.0 181.0 30.0 16 17.7 9 117 90.0 115.0 70.0 63.0 122.0 28.0 17 7.77 3 529 90.0 115.0 70.0 63.0 122.0 28.0 18 12.15 10 710 120.0 190.0 90.0 70.0 186.0 36.0 19 21.52 14 179 85.0 175.0 70.0 84.0 186.0 28.0 20 6.98 5 173 95.0 170.0 85.0 60.0 106.0 34.0 22 19.2 7 461 115.0 100.0 75.0 97.0 106.0 30.0 Rata-rata 103.3 154.4 78.3 74.8 154.2 31.3 Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1

Pada Tabel 4 dapat dilihat dosis pupuk yang ditetapkan direksi di Afdeling C, terlihat bahwa dosis yang ditetapkan lebih rendah dari yang direkomendasikan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

Di Perkebunan Rumpun Sari Antan 1 pemupukan pada tanaman kakao dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tanah dan melalui daun. Pupuk yang diaplikasikan melalui tanah adalah pupuk Urea, MOP dan SP-18, sedangkan yang diaplikasikan melalui daun adalah Gandasil B. Pengaplikasian pupuk melalui tanah dilakukan dengan cara membuat lubang pupuk sebanyak satu lubang pada setiap pokok tanaman. Lubang pupuk dibuat dengan jarak 50 - 75 cm dari pokok, dalam 15 - 25 cm, dan lebar 20 cm. Setelah campuran pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk sebanyak takaran pupuk yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis yang ditetapkan, kemudian lubang ditutup kembali. Dari sepuluh orang sampel tenaga kerja yang diamati masih ada karyawan yang membuat lubang pupuk terlalu dekat ke pokok tanaman dengan jarak < 50 cm serta pada daerah lereng lubang pupuk dibuat pada lereng bagian bawah pokok tanaman.

(5)

Tabel 4. Dosis Pupuk yang Direkomendasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I

Blok Luas (ha)

Jumlah pokok

Dosis Rekomendasi Dosis Ketetapan Urea SP-18 MOP Urea SP-18 MOP

…………..…… (g/pokok) …………..…… 3 6.06 2 021 105.0 130.0 90.0 70.0 155.0 30.0 4 7.95 4 269 105.0 130.0 90.0 70.0 155.0 29.0 5 12.98 7 089 85.0 210.0 65.0 70.0 155.0 30.0 6 18.24 13 552 125.0 140.0 70.0 70.0 155.0 30.0 7 9.43 8 039 100.0 185.0 70.0 70.0 155.0 30.0 8 1.95 1 602 100.0 185.0 70.0 70.0 156.0 28.0 9 24.66 16 062 85.0 110.0 75.0 70.0 156.0 30.0 10 14.68 9 836 85.0 145.0 75.0 70.0 155.0 30.0 11 7.84 10 321 110.0 205.0 80.0 70.0 155.0 30.0 Rata-rata 100.0 160.0 76.1 70.0 155.2 29.7 Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1

Untuk ketiga jenis pupuk yang akan diaplikasikan dicampur pada sore hari (sehari sebelum diaplikasikan), kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan di gudang. Pencampuran pupuk dilakukan sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Pupuk yang sudah dicampur diangkut ke lokasi pemupukan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 – 06.30 WIB, sebelum dilaksanakannya pemupukan. Pupuk tersebut ditumpuk di sekitar jalan utama kebun tempat dilaksanakan pemupukan.

Cara aplikasi pupuk Gandasil B adalah dengan melarutkannya dalam air dengan konsentrasi 30 g/10 liter larutan, kemudian larutan Gandasil B diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer. Dosis yang digunakan adalah 0.6 g/pokok atau 0.2 liter larutan per pokok tanaman. Pengaplikasian pupuk lewat daun biasanya dicampur dengan insektisida untuk pengendalian Helopeltis. Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, buah, dan batang tanaman.

Dalam pelaksanaan pemupukan, tenaga kerja penabur pupuk sebagian besar wanita. Alat untuk menabur pupuk adalah ember sebagai wadah pupuk dan takaran yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan beberapa sampel tenaga kerja penabur pupuk (Lampiran 7) di Afdeling B diketahui bahwa dosis pupuk campuran yang diapikasikan rata-rata 238.35 g/pokok, sedangkan dosis pupuk yang ditetapkan 260.3 g/pokok dan di Afdeling C dosis yang diaplikasikan rata-rata 357.34 g/pokok sedangkan dosis yang ditetapkan 255 g/pokok.

(6)

Pada Tabel 5 dapat dilihat perbandingan dosis pupuk yang diaplikasikan dengan dosis pupuk yang ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C.

Tabel 5. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C

Afdeling B Afdeling C ……….. (g/pokok)………..

Dosis yang Ditetapkan 260.3 254.9

Dosis yang Diaplikasikan 238.4 357.3

Hasil uji t tn **

Keterangan : tn tidak berbeda nyata ** sangat berbeda nyata

Di Afdeling B penulis melakukan pengamatan terhadap dosis aplikasi pemupukan pada lahan dengan topografi yang berbeda. Perbandingan antara dosis pupuk yang ditetapkan dengan dosis pupuk yang diaplikasikan terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang Ditetapkan Pada Berbagai Topografi Lahan di Afdeling B

Dosis Pupuk Topografi Lahan

Datar Miring Curam Diaplikasikan (g/pkk) 272.12 261.99 180.93 Ditetapkan (g/pkk) 260.30 260.30 260.30

Hasil Uji t tn tn **

Keterangan : Lahan Datar 0-15 % tn tidak berbeda nyata Lahan Miring 15-25 % ** sangat berbeda nyata

Lahan Curam > 25 %

Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa di lahan datar sampai miring dosis yang diaplikasikan tidak berbeda dengan dosis yang ditetapkan. Sedangkan pada lahan curam dosis yang diaplikasikan berbeda dengan dosis yang ditetapkan, yaitu lebih rendah dari dosis yang ditetapkan.

Untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan, karyawan dibagi menjadi lima kelompok yaitu pengaduk, pengangkut, pelangsir, pembuat lubang, dan penabur pupuk. Ada perbedaan pembagian kelompok karyawan antara Afdeling B dan Afdeling C. Di Afdelng B antara pembuat lubang pupuk terpisah dengan penabur pupuk, dengan membentuk kelompok masing-masing. Sedangkan di Afdeling C kelompok pembuat lubang dan penabur pupuk beriringan, seorang pembuat lubang langsung diikuti oleh seorang penabur pupuk. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.

(7)

(a) Langsir Pupuk (b) Pembuatan Lubang Pupuk (c) Penabur Pupuk dan Langsir Pupuk

Gambar 3. Kegiatan Pemupukan

Untuk kegiatan pemupukan mulai dari pengaduk pupuk, angkut, langsir, pembuat lubang dan penabur pupuk digunakan norma 0.7 HK/ha untuk setiap jenis pupuknya di Afdeling B dan 1 HK/ha di Afdeling C.

Pemangkasan. Pemangkasan adalah kegiatan mengurangi cabang atau ranting tanaman kakao yang bertujuan untuk mencapai produksi tinggi dan keseragaman tanaman sehingga memberikan kemudahan dalam perawatan tanaman dan pemanenan.

Pemangkasan terdiri atas pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan dan pangkasan produksi. Pangkasan bentuk adalah pangkasan yang bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) yang telah membentuk jorquette sampai tanaman memasuki fase produktif. Pangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki seperti cabang sakit, patah, tunas air serta cabang berbenalu. Pangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dengan rentang waktu 3 bulan sekali sedangkan untuk wiwilan dua kali sebulan. Pangkasan produksi adalah pemangkasan yang bertujuan agar tanaman dapat berproduksi maksimum dengan mempertahankan ILD optimum dan mengatur pengalokasian asimilat antara pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pangkasan produksi di PT Rumpun Sari Antan 1 dilakukan pada TM, dua kali setahun pada bulan Oktober – November dan bulan Februari - Maret.

Pemangkasan yang dilakukan di Afdeling C PT Rumpun Sari Antan 1 adalah pemangkasan pemeliharaan dengan membuang tunas air, cabang cacing, cabang yang menggantung, cabang-cabang yang tingginya lebih dari 3.5 meter

(8)

dari permukaan tanah, cabang berbenalu, cabang yang tumpang tindih dengan tanaman lain serta cabang kering, rusak, dan busuk. Pembuangan bagian tanaman yang dilakukan adalah mengatur agar tidak ada percabangan termasuk tunas air pada jarak 25 - 40 cm dari jorquette, membuang tunas air yang tumbuh pada cabang primer dan pangkal cabang sekunder, mengatur cabang sekunder dan tersier (cabang kipas) agar tidak terlalu rapat, cabang gantung dipotong agar cabang dapat terangkat kembali dan mengarah ke atas, serta juga dilakukan pembuangan buah busuk, layu atau dimakan tikus/tupai.

Dalam pelaksanaan pemangkasan seringkali karyawan pangkas melakukan kesalahan di antaranya adalah memangkas jorquette, tidak tuntasnya membuang cabang kipas, sengaja meninggalkan cabang orthotrof yang seharusnya dibuang dan membuang cabang plagiotrof, serta tajuk tanaman yang terlalu terbuka (pemangkasan yang terlalu berat) menyebabkan cahaya matahari mengenai jorquette secara langsung yang mengakibatkan jorquette menjadi kering. Selain itu topping yang dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang berukuran besar sehingga saat bagian tanaman hasil pangkasan jatuh ke bawah merusak bunga dan buah yang ada di bawahnya.

Alat yang digunakan untuk melakukan pemangkasan adalah golok, gergaji, dan antel (pisau pangkas). Alat pangkas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. Golok biasanya digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tidak terlalu tinggi atau yang bisa dijangkau tanpa menggunakan galah. Gergaji digunakan untuk memangkas bagian tanaman yang tinggi dan berukuran besar. Antel digunakan untuk melakukan wiwilan, membuang cabang yang masih berukuran kecil (diameter < 5cm) dan untuk membuang buah busuk, layu atau dimakan tupai atau tikus. Antel dan gergaji diberi galah sepanjang 3.5 meter, sedangkan antel yang digunakan untuk wiwil diberi galah sepanjang 1.5 meter. Dalam pelaksanaan pemangkasan kadang-kadang pekerja langsung memanjat tanaman kakao untuk membuang bagian tanaman.

(9)

Gambar 4. Alat Pangkas : Antel (kiri), Gergaji Pangkas (kanan).

Ketajaman alat sangat mempengaruhi kualitas pangkasan. Jika alat tidak tajam akan merusak kulit batang, menimbulkan luka pada tanaman yang tidak teratur sehingga akan lambat pulih. Pemangkasan menggunakan antel terhadap cabang-cabang yang berukuran besar akan lebih sulit dan menyebabkan kerusakan pada tanaman. Kerusakan yang terjadi adalah pelukaan yang parah pada tanaman dan dapat merusak serta menggugurkan bunga dan buah. Untuk meningkatkan kualitas pangkasan perusahaan sebaiknya memperhatikan ketersediaan alat seperti gunting galah, gergaji, dan lainnya.

Untuk melakukan pemangkasan dibutuhkan tenaga kerja yang benar-benar paham bagian mana yang harus dibuang sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas hasil pangkasan yang baik. Di Afdeling C, karyawan pangkas adalah orang-orang yang memang sudah dilatih atau khusus melakukan pemangkasan. Prestasi kerja karyawan dalam melakukan pemangkasan pemeliharaan adalah 4.5 HK/ha dan penulis adalah 5.3 HK/ha, sedangkan norma yang ditetapkan adalah 5 HK/ha. Kegiatan pemangkasan yang penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.

(10)

Pembuangan tunas air atau wiwil dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan norma 0.6 HK/ha dalam pelaksanaannya prestasi kerja karyawan adalah 1 HK/ha. Penulis sendiri tidak melakukan kegiatan tersebut.

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas Helopeltis sp., Zeuzera coffeae, Canopomorpha cramerella, tikus dan tupai. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman kakao adalah busuk buah dan kangker batang (Phytopthora palmivora), jamur upas dan Colletotricum sp. pada daun.

Pengendalian hama dan penyakit di PT Rumpun Sari Antan 1 didahului dengan deteksi tingkat serangan hama dan penyakit. Setiap blok kebun diambil tanaman sampel sebanyak 5 % dari populasi untuk keperluan pengambilan data tingkat serangan. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap baris tersebut diberi tanda dan diberi nomor baris. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh tanaman yang terdapat pada baris sampel tersebut. Baris yang sama akan diamati pada rotasi berikutnya. Untuk deteksi tingkat serangan hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi dua kali dalam sebulan. Data hasil deteksi tersebut seharusnya digunakan sebagai dasar pengendalian pada blok-blok yang terserang hama dan penyakit di atas ambang ekonomi. Akan tetapi, pada kenyataannya di lapangan pelaksanaan deteksi belum sinkron dengan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit.Selama ini data hasil deteksi hanya digunakan untuk menyusun anggaran, kebutuhan tenaga kerja, material, dan alat pengendalian hama dan penyakit saja. Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman tetap mengikuti putaran rotasi yang dijalankan blok demi blok.

Kepik penghisap buah (Helopeltis sp) adalah hama yang menyerang buah, menyebabkan adanya bintik hitam pada buah. Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah mati. Bercak pada buah yang terserang berat akan menyatu, sehingga jika buah dapat berkembang terus permukaan kulit buah akan retak-retak dan terjadi perubahan bentuk yang dapat menghambat perkembangan biji dalam buah. Helopeltis sp. juga dapat menyerang daun dan ranting muda. Kehilangan hasil akibat serangan Helopeltis sp. dapat mencapai 40 - 50 persen. Pengendalian

(11)

kepik penghisap buah menggunakan insektisida Emcindo 500 EC yang merupakan insektisida kontak berbahan aktif BPMC 500 gram/liter. Dosis yang digunakan 120 ml/ha dengan konsentrasi 1 ml/liter air, dan volume semprot 120 liter/ha. Alat yang digunakan adalah knapsack spayer dan mistblower. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) Menggunakan Mistblower (b) Menggunakan Knapsack Sprayer

Gambar 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Untuk hama yang lain belum dilakukan usaha pengendalian yang khusus karena dari data deteksi tingkat serangannya kecil sehingga tidak ada anggaran khusus untuk menanggulangi hama-hama tersebut.

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophora palmivora merupakan penyakit penting yang menyerang buah kakao di PT RSA 1. Gejala serangan menunjukkan buah mengalami pembusukan disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas. Serangan penyakit busuk buah biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah, perkembangan bercak coklat sangat cepat dalam beberapa hari seluruh buah akan menjadi hitam. Penyakit busuk buah menyerang buah yang masih muda sampai dewasa. Serangan pada buah yang masih muda akan menyebabkan buah tidak dapat dipanen, sedangkan jika pada buah yang telah dewasa (tergolong size 4) masih dapat dipanen tetapi kualitas bijinya akan menurun. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan cara sanitasi, yaitu membuang seluruh buah yang terserang kemudian dikubur. Selain itu juga dilakukan pengendalian secara kimia menggunakan fungisida Sidazeb 80 WP, yaitu fungisida kontak berbentuk tepung warna kuning keabu-abuan. Fungisida tersebut berbahan aktif mankosep 80 persen. Dosis fungisida yang

(12)

digunakan 240 g/ha, dengan konsentrasi 2 g/liter air. Penggunaan Sidazeb juga sekaligus untuk mengendalikan penyakit lain seperti Colletotricum, Corticium salmonicolor, dan kangker batang.

Pengendalian jamur upas dilakukan dengan cara pemangkasan pada bagian yang terserang dan kegiatan tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan. Sedangkan untuk Colletotricum dilakukan penyemprotan menggunakan belerang dengan dosis 240 g/ha.

Dalam aplikasi pengendalian hama dan penyakit secara kimia penggunaan insektisida dan fungisida seringkali dicampurkan. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dan mistblower. Kelebihan mistblower dibandingkan dengan knapsack sprayer adalah kemampuan menghasilkan droplet yang halus dan dapat menghasilkan tekanan yang kuat sehingga cairan semprot dapat mencapai pucuk tanaman. Dengan demikian pengendalian beberapa jenis hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan sekaligus. Selain itu dengan mistblower pekerjaan juga dapat lebih cepat dengan hasil semprotan yang lebih luas, sehingga rotasi pengendalian dua kali sebulan dapat dilakukan.

Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimia, norma kerja yang ditetapkan 0.7 HK/ha, sedangkan kemampuan kerja karyawan 0.8 HK/ha. Penulis sendiri dapat melakukan dengan prestasi kerja 0.8 HK/ha.

Pemanenan

Panen merupakan kegiatan memetik buah kakao yang sudah matang dari pohon untuk dilakukan pengolahan sehingga menjadi bahan yang bermanfaat. Oleh karena itu, panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil sesuai target yang diinginkan, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Kegiatan paling awal sebelum dilakukannya pemanenan adalah pengamatan kematangan buah oleh mandor panen pada lahan yang direncanakan akan dipanen. Pengamatan dilakukan secara visual terutama pada perubahan warna buah yang menunjukkan kematangan buah. Buah kakao yang pada saat masih muda kulit buahnya bewarna hijau, maka ketika masak akan berubah menjadi kuning, sedangkan buah kakao yang kulit buahnya bewarna merah saat masih muda akan berubah menjadi merah kekuningan atau orange. Kriteria buah

(13)

dapat dipanen adalah ketika tingkat perubahan warnanya sudah lebih dari 60 persen, dan pada blok yang akan dipanen telah terdapat minimal 20 % tanaman yang memiliki buah matang.

Pada areal yang akan dipanen dilakukan perhitungan kerapatan panen dengan cara mengambil tanaman sampel pada areal tersebut sebanyak 5 % dari populasi. Pengambilan tanaman sampel berdasarkan barisan. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel adalah baris-baris yang berada pada kelipatan 20 dari baris awal. Setiap pokok tanaman pada barisan sampel tersebut diamati dan dihitung jumlah buahnya yang siap dipanen, kemudian dihitung kerapatan panen di areal tersebut.

Kerapatan panen digunakan sebagai dasar menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sekaligus menentukan proyeksi produksi untuk keesokan harinya pada areal tersebut. Penulis melakukan perhitungan kerapatan panen (KP) di Blok E8 yang populasinya 1 602 pokok. Tanaman sampel yang diambil sebanyak 80 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap buah yang siap dipanen pada 80 pokok tanaman tersebut. Dari 80 pokok tanaman setelah diamati terdapat 139 buah matang atau siap panen, maka KP nya adalah sebagai berikut :

Kerapatan Panen (KP) =

=

=

1.73

Bobot hasil panen adalah : 1 kg BCB = 12 buah

Buah yang harus dipanen = KP x Populasi

= 1.73 x 1 602

= 2 771.4 buah → 2 772 buah (pembulatan) Berat biji coklat basah (BCB) =

=

/ = 231 kg BCB

Jumlah pemanen yang dibutuhkan adalah : Standar panen 55 kg/HK

(14)

Jumlah tenaga kerja =

=

/ = 4.2 HK → 4 HK (pembulatan)

Dengan demikian di Blok C8 dibutuhkan 4 orang tenaga kerja dengan perkiraan produksi dari blok tersebut adalah 231 kg.

Kegiatan panen meliputi pemetikan buah, pemecahan buah, pengeluaran biji dari cangkang sekaligus pemisahan dari plasenta, penimbangan hasil panen dan pengangkutan ke pabrik.

Pemetikan buah. Pemetikan buah dilakukan dengan memotong tangkai buah, tetapi tidak sampai merusak bantalan buah yang ada. Saat memotong tangkai buah, tangkai buah harus tetap disisakan ± 5 mm dari bantalan buah, hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan bantalan buah tersebut. Pemetikan buah harus dilakukan dengan alat panen yang tajam yaitu antel untuk memetik buah yang tinggi dan golok untuk memetik buah yang rendah. Penggunaan alat panen yang tajam dimaksudkan agar tidak merusak bantalan buah dan kulit batang. Kegiatan panen dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7.

Setiap pemanen membawa tas karung yang berukuran hampir sama bagi setiap pemanen sebagai wadah buah yang sudah dipanen. Tas karung tersebut sekaligus merupakan takaran hasil bagi pemanen untuk menentukan bobot biji coklat basah (BCB) per tumpukan. Setelah tas penuh dengan buah, buah kakao lalu ditumpuk di lokasi tertentu sebelum dilakukan pemecahan buah. Setiap tumpukan biasanya sekitar lima tas karung buah atau setara dengan bobot BCB ± 25 kg. Setelah buah kakao ditumpuk langsung dipecah sebelum pemanen memetik buah lagi. Dalam pemetikan buah selain memetik buah matang, pemanen juga harus memetik buah yang terserang hama dan penyakit serta buah yang sudah hitam.

(15)

(a) Pemetik Buah (b) Alat Panen

Gambar 7. Kegiatan Pemanenan dan Alat yang Digunakan

Pemecahan buah. Pemecahan buah merupakan tahapan berikutnya setelah buah dipetik. Pemecahan buah dilakukan setelah buah ditumpuk di tempat tertentu sebelum pemanen melanjutkan memetik buah untuk tumpukan berikutnya. Pemecahan buah dilakukan menggunakan golok dengan cara memotong kulit buah pada posisi membujur. Kegiatan pemecahan buah harus dilakukan dengan hati-hati agar biji di dalam buah tidak terpotong. Jika biji terpotong dapat menyebabkan menurunnya mutu produk yang dihasilkan. Untuk memecah satu tumpukan buah yang jumlahnya sekitar 300 buah atau setara dengan bobot BCB ± 25 kg membutuhkan waktu 15 - 20 menit. Kegiatan memecah buah dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan Pemecahan Buah

Pengeluaran biji. Pengeluaran biji dari cangkang dilakukan setelah pemanen menyelesaikan pemanenan pada hancanya. Buah yang sudah dipecah kemudian bijinya dikeluarkan dari cangkang. Biji yang sudah dikeluarkan dimasukkan ke dalam karung tanpa plasentanya. Biji dari buah sehat harus

(16)

dimasukkan ke dalam karung yang berbeda dengan biji dari buah terserang busuk buah, buah muda atau biji yang sudah berkecambah. Cangkang atau kulit buah kakao dan plasentanya dibuang di sekitar tumpukan buah tersebut, yang kadang-kadang tepat berada di bawah pokok tanaman kakao.

Untuk mengeluarkan biji dari cangkangnya satu tumpukan buah yang jumlahnya sekitar 300 buah membutuhkan waktu 25 - 35 menit. Biji yang sudah dimasukkan ke dalam karung, dibawa ke tempat penampungan hasil (TPH). Untuk blok-blok yang berada jauh dari jalan utama kebun, TPH-nya berada di satu tempat yang sama, tetapi blok-blok yang berada atau dilalui jalan utama kebun TPH nya berada dipinggir jalan tersebut. Pemanen bertanggung jawab mengangkut hasil panen sampai ke tempat penampungan hasil atau pinggir jalan utama.

Setelah berada di TPH, BCB yang diperoleh pemanen ditimbang oleh tenaga khusus penimbang hasil panen dari afdeling. Setelah itu penimbang melaporkan hasil panen hari tersebut kepada mandor panen untuk dibuatkan surat pengantar buah (SPB), sebelum diangkut ke pabrik.

Pengangkutan biji. Pengangkutan biji merupakan proses pemanenan terakhir yang dilakukan di afdeling sebelum dilakukan pengolahan di pabrik. Pengangkutan biji dilakukan menggunakan truk atau mobil bak terbuka. Semua hasil panen harus diangkut ke pabrik sesegera mungkin, tidak boleh ada yang restan di afdeling. Selama pengangkutan harus ada pengawasan agar seluruh hasil panen sampai di pabrik. Untuk itu, seluruh fasilitas seperti alat angkut dan jalan harus dapat menunjang pengangkutan tersebut.

Organisasi panen. Sistem panen di Afdeling C PT RSA 1 memakai sistem hanca semi tetap pada sistem tersebut setiap kelompok pemanen mendapat hanca dengan luas areal tertentu pada lokasi yang akan dipanen, tetapi kelompok pemanen tersebut tidak mendapat hanca yang tetap untuk rotasi berikutnya. Rotasi panen antara 5 -7 hari. Tiap kelompok pemanen biasanya terdiri atas 2 hingga 5 orang, tetapi ada juga yang hanya sendiri bergantung pada hanca yang akan dipanen. Kelompok pemanen dan hanca yang akan dipanen ditentukan oleh mandor panen saat apel pagi. Rata-rata seorang pemanen mendapat areal panen seluas 1.5 ha. Pada saat buah sedikit setiap kelompok mendapatkan hanca yang

(17)

lebih luas. Antara satu hanca dengan hanca yang lain dibatasi oleh jalan, jalan setapak, jurang, selokan atau sungai. Setiap hanca arealnya sudah tetap sehingga batas ataupun luas arealnya selalu digunakan untuk setiap tahunnya.

Pemanenan di Afdeling C dilakukan dengan sistem borong murni, yaitu setiap pekerja digaji berdaasarkan hasil panen yang diperolehnya. Pihak afdeling akan menetapkan output atau target hasil panen harian (kg BCB) yang harus didapat pemanen kemudian akan ditentukan harga per kg nya dengan membagi gaji untuk I HK dengan output tersebut. Contoh perhitungan gaji pemanen sebagai berikut :

Output yang ditetapkan 45 kg/HK Gaji 1 HK Rp 15 000,-

Harga BCB per kg =

=

. = Rp 333,33 / kg. Output yang ditetapkan akan berubah sesuai dengan peningkatan produksi. Pada minggu I dan II April output 45 kg/HK, minggu III dan IV April output 50 kg/HK dan pada bulan Mei output naik menjadi 60 kg/HK.

Tenaga kerja pemanen di Afdeling C terdiri atas tenaga kerja laki-laki dan perempuan, yang umumnya merupakan orang-orang yang memang sudah terbiasa dan terlatih untuk melakukan panen. Pada setiap musim panen orang-orang tersebut selalu mendapat prioritas utama sebagai tenaga kerja pemanen. Tenaga pemanen tersebut dapat memperoleh 140 kg BCB per hari dengan jam kerja dari jam 07.00 WIB sampai jam 15.00 WIB, tetapi rata-rata karyawan pemanen mampu memperoleh 74 kg BCB dengan waktu kerja rata-rata 6 jam kerja. Dengan demikian mereka memperoleh penghasilan diatas gaji normal yang ditetapkan perusahaan.

Pengolahan

Pengolahan hasil memegang peranan penting untuk memperoleh mutu biji kakao yang sesuai dengan permintaan konsumen. Tahapan proses pengolahan dimulai dari penerimaan biji kakao di pabrik, fermentasi, pengeringan, sortasi sampai dengan pengepakan.

(18)

Penerimaan biji coklat basah ( BCB). Penerimaan biji kakao di pabrik diawali dengan penimbangan, setelah itu dilakukan analisis terhadap BCB. Penimbangan BCB dilakukan dua kali yaitu di afdeling dan di pabrik. Penimbangan BCB di pabrik bertujuan untuk mengecek BCB berkurang atau tidak selama dalam perjalanan dari afdeling ke pabrik. Setelah dilakukan pengamatan, selama pengangkutan akan terjadi penyusutan berat akibat terjadinya penirisan air yang dikandung BCB. Hasil penimbangan di pabrik merupakan dasar untuk menetapkan upah dan rendemen biji. Analisis biji kakao dilakukan untuk mengetahui kualitas panen dari afdeling, yang meliputi seberapa banyak biji kakao yang normal, muda, terserang penyakit, pipih, terpotong, dan berkecambah serta plasenta dan bahan lain yang terdapat pada hasil panen. Untuk kepentingan analisis tersebut sampel BCB dari setiap karung diambil sebanyak 0.5 kg.

Fermentasi. Setelah ditimbang BCB dimasukkan ke dalam peti fermentasi yang terbuat dari kayu berukuran 250 cm x 100 cm x 40 cm dengan kapasitas 750 kg. Secara garis besar proses fermentasi ada dua macam yaitu fermentasi eksternal untuk menghancurkan pulp yang melekat pada biji dengan bantuan mikroorganisme dan fermentasi internal yang menyebabkan perubahan-perubahan kimia di dalam biji dengan bantuan enzim.

Peti fermentasi yang digunakan di PT RSA 1 disusun dalam dua tingkat. Peti yang terbuat dari kayu tersebut sisi-sisinya dilubangi untuk mengalirkan cairan pulp dan menjaga aerasi selama fermentasi berlangsung. Selama proses fermentasi biji kakao basah dalam peti ditutup menggunakan karung goni. Setelah proses fermentasi berlangsung dua hari, baru dilakukan pembalikan dengan menurunkan biji kakao dari peti atas ke peti yang ada di bawahnya. Pembalikan biji bertujuan untuk mengatur aerasi dan meratakan suhu sehingga dapat menyediakan kondisi optimum untuk kegiatan mikroorganisme dalam proses fermentasi. Dengan demikian, proses fermentasi akan berlangsung sempurna dan merata. Proses fermentasi pada peti yang terakhir berlangsung selama dua hari, sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi adalah empat hari. Fermentasi dinyatakan selesai apabila sudah terjadi perubahan warna biji kakao dari putih menjadi kecoklatan dan timbul bau asam cuka yang jelas. Setelah itu, biji yang telah difermentasi dikeringkan di bawah sinar matahari.

(19)

Pengeringan. Pengeringan biji hasil fermentasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengeringan dengan cahaya matahari dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan dryer (Samoan). Pengeringan dengan cahaya matahari dilakukan dengan menjemur biji di atas lantai jemur yang terbuat dari semen dan di atas anjang-anjang yang terbuat dari anyaman bambu.

Lantai jemur berukuran 30 m x 3 m sebanyak dua unit masing-masing berkapasitas 2 ton. Lantai jemur dibuat miring ke arah dua sisi panjangnya dengan bagian tengah dibuat tinggi, pada bagian tepi lantai jemur dibuat saluran air. Anjang-anjang terbuat dari bambu berukuran 35 m x 1 m sebanyak18 unit dan 20 m x 1 m sebanyak 7 unit dengan tinggi 0.5 m, yang berkapasitas masing-masing 700 kg dan 400 kg. Bagian atas dari anjang-anjang terbuat dari anyaman bambu. Tempat penjemuran tersebut dilengkapi dengan terpal sebagai penutup.

Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama dua hari sebelum dimasukkan ke dryer (Samoan). Selama penjemuran dilakukan pembalikan setelah 24 jam, dengan tujuan agar biji lebih cepat kering. Pada saat pembalikan juga dilakukan pembersihan dari kotoran atau plasenta yang terbawa saat panen serta pemecahan biji yang masih lengket satu sama lain. Ketebalan hamparan biji kakao saat dijemur berkisar 2 - 3 lapisan biji. Penjemuran dengan sinar matahari dapat menurunkan kadar air dari 50 – 65 % menjadi 20 - 30 % (berdasarkan keterangan mandor pabrik). Dari pengamatan yang dilakukan terhadap tingkat kekeringan biji yang dijemur di lantai jemur dan di anjang-anjang, menunjukkan bahwa biji yang dijemur di anjang-anjang lebih kering dari pada di lantai jemur pada waktu yang sama. Selain itu, penjemuran di anjang-anjang akan menghasilkan biji kakao yang terlihat lebih bersih dari serangan jamur dan bewarna lebih cerah.

Setelah dua hari pengeringan biji dengan sinar matahari dilanjutkan dengan menggunakan Samoan. Samoan merupakan dryer berbahan bakar kayu, berbentuk persegi empat dengan ukuran 7 m x 3 m sebanyak empat unit berkapasitas 5 ton dan 8 m x 3 m sebanyak tiga unit berkapasitas 6 ton. Tinggi Samoan 1.5 meter dengan lantai samoan berada pada ketinggian 1 meter. Pada bagian bawah Samoan terdapat saluran berbentuk pipa untuk menyalurkan udara panas. Pada bagian pangkal Samoan terdapat tungku, serta mempunyai dua

(20)

pasang kipas. Udara panas disalurkan melalui pipa yang terbuat dari drum, dipasang membentuk cabang dua di pangkalnya kemudian menyatu kembali di ujungnya yang merupakan corong pembuang panas. Kipas bertujuan untuk meratakan panas yang disalurkan ke atas lantai Samoan.

Pada kapasitas maksimal 5 ton dengan kadar air biji saat dipindahkan ke samoan berkisar 20 - 30 %, maka pengeringan akan berlangsung selama 40 - 45 jam. Waktu pengeringan menggunakan Samoan bergantung pada kadar air saat awal masuk Samoan, ketebalan tumpukan (ideal 30 - 40 cm), pembalikan (satandar setiap 4 jam sekali) dan keadaan apinya. Untuk mengeringkan 1 ton BCB diperlukan 4 - 5 m3 kayu bakar dan 9 - 10 HK. Biji kakao dinyatakan kering apabila sudah mencapai kadar air 7 persen. Dalam praktiknya penentuan kadar air tersebut hanya berdasarkan perkiraan karena kebun RSA I tidak mempunyai alat pengukur kadar air.

Dari mulai proses fermentasi sampai pengeringan memerlukan waktu 8 hari. Setelah biji kakao kering, biji kemudian dipindahkan ke ruangan sortir untuk dilakukan sortasi dan pengepakan.

Sortasi dan pengepakan. Sortasi merupakan tahap akhir dalam pengolahan biji kakao kering. Pada tahap tersebut biji kakao dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dipisahkan dari kotoran yang masih terbawa. Sortasi dilakukan secara mekanis dengan menggunakan ayakan dan dilakukan secara manual oleh tenaga kerja. Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kakao kering ke dalam kelompok berdasarkan ukuran dan bobot/100 butir. Berdasarkan kelas mutu, biji kakao di PT RSA I terbagi ke dalam 4 kelompok yaitu :

1. Grade 1A : banyaknya biji per 100 gram 86 s/d 110 butir, 2. Grade 1C : banyaknya biji per 100 gram 111 s/d 120 butir, 3. Small bean : banyaknya biji per 100 gram 121 s/d 140 butir, 4. Under grade : biji pecah.

Alat sortasi mekanis yang digunakan di PT RSA 1 adalah tipe ayakan silinder berputar dengan kapasitas 1 - 1.25 ton/jam. Lubang ayakan terdiri atas tiga ukuran yaitu 10, 15, dan 18 mm. Pintu pengeluaran dari alat tersebut ada empat, yaitu pintu pertama yang terdapat paling atas adalah pintu pengeluaran kotoran atau biji yang hancur berupa serbuk dan debu. Pintu kedua mengeluarkan

(21)

biji yang berukuran kecil yang termasuk kelas 1C. Pada pintu ketiga adalah pintu pengeluaran untuk biji kakao yang digolongkan pada kelas 1A. Sedangkan pintu terakhir adalah pintu untuk biji yang berupa brongkolan dan biji yang berukuran besar. Biji yang berukuran besar dimasukkan ke dalam kelas 1A, tetapi terhadap biji yang brongkolan dilakukan pemisahan melalui sortasi manual. Biji yang keluar dari pintu dua dilakukan sortasi mekanis dua sampai tiga kali lagi untuk mendapatkan biji yang bisa keluar di pintu tiga dan dapat diikutkan ke dalam kelas 1A. Sortasi manual dilakukan untuk memisahkan kelas 1C, yang didapat setelah dilakukan sortasi mekanis dengan biji gepeng, kotoran dan biji pecah.

Setelah sortasi, biji coklat kering (BCK) dimasukkan ke dalam karung kemudian diambil sampel BCK untuk dianalisis tingkat mutunya. Analisa mutu BCK mengacu pada SNI 01 – 2323 – 2002. Pengambilan sampel BCK dilakukan dengan menggunakan alat takar plastik pada setiap karung. Sampel BCK selanjutnya dicampurkan agar merata kemudian ditimbang sebanyak 100 g, dihitung jumlah BCK yang terdapat dalam 100 g tersebut untuk mendapatkan jumlah biji per 100 gramnya, kemudian diamati kadar smokey, slaty, dan mouldy dari 200 butir sampel BCK yang sudah dibelah. Untuk mengetahui smokeynya dicium bagian dalam sampel BCK tersebut. Untuk mengetahui slaty dan mouldy dilakukan pengamatan terhadap penampakan bagian dalam BCK. Kadar air biji yang diharapkan 7-7.5 persen.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia / SNI 01 – 2323 – 2002 spesifikasi dan syarat mutu BCK yang digunakan adalah sebagai berikut :

Grade : 1A

Moisture : 7.5 % (maks)

Mouldy : 3 % (maks)

Slaty : 3 % ( maks) Kadar Waste : 2 % (maks) Insect Hidup : Tidak ada Kadar Biji Pecah : 2 % (maks) Bean Count : 100 - 110 g Kadar Benda Asing : 0 %

(22)

Biji kakao hasil sortasi dikemas dengan karung goni dengan berat bersih 62.5 kg/karung. Karung goni yang telah berisi biji kakao kering kemudian dijahit dan dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan, ditumpuk rapi dengan tinggi tumpukan maksimal 6 tumpuk untuk mencegah kerusakan biji kakao yang berada pada tumpukan paling bawah.

Rendemen. Rendemen kakao adalah perbandingan antara bobot biji coklat kering (BCK) dengan bobot biji coklat basah (BCB).

Rendemen = ( )

( ) x 100 %

Di PT RSA 1 rendemen rata-rata pada bulan April dan Mei adalah 37 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen adalah jenis kakao, iklim dan musim, tingkat kematangan buah dan cara pengolahan.

Tingkat kematangan buah akan sangat berpengaruh pada rendemen. Banyaknya buah muda yang terpanen akan menurunkan rendemen karena buah muda yang belum berkembang sempurna dan menghasilkan biji gepeng setelah dikeringkan. Sebaliknya buah yang sudah matang mendekati 100 % akan memiliki rendemen lebih tinggi, kadar air yang rendah dibandingkan dengan hasil yang tingkat kematangannya masih di bawah 60 persen. Musim atau cuaca juga dapat mempengaruhi rendemen. Menurut Yusianto, Wahyudi, dan Sulistyowati (2008) rendemen biji kakao pada musim hujan, pertengahan dan musim kering masing-masing adalah 33.3 - 35.3 %, 35.3 - 36.6 %, dan 36.6 – 40 persen. Penyusutan bobot saat pengolahan lebih disebabkan kehilangan hasil akibat biji tercecer dan proses lain yang dapat menurunkan bobot jika dilakukan dengan kurang tepat. Tahapan beberapa kegiatan yang dilakukan di pabrik dapat dilihat pada Gambar 9.

(23)

(d) Penjemuran (e) Pengeringan Dengan Samoan (f) Alat Sortasi Gambar 9. Beberapa Tahap Pengolahan Biji Kakao di Pabrik

Aspek Manajerial

Struktur Organisasi

Kebun PT Rumpun Sari Antan 1 dipimpin oleh seorang administratur. Dalam menjalankan tugasnya administratur dibantu oleh seorang kepala tatausaha (KTU), seorang kepala teknik dan pabrik, serta tiga orang asisten atau kepala afdeling. Kepala teknik dan pabrik serta kepala afdeling dibantu oleh mandor-mandor.

Afdeling C dipimpin oleh seorang kepala afdeling dan dibantu oleh empat orang mandor yaitu mandor panen, mandor rawat, mandor hama dan penyakit tanaman serta mandor karet. Mandor bertugas mengkoordinir dan berhubungan dengan karyawan secara langsung pada setiap kegiatan sesuai jabatannya. Dalam pelaksanaannya kepala afdeling dapat memperbantukan mandor-mandor tersebut ke setiap jenis kegiatan bergantung pada keadaan kebun. Struktur organisasi PT Rumpun Sari Antan 1 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Administratur mempunyai tugas memimpin, mengelola, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan di kebun dengan berpedoman pada kebijakan direksi baik pelaksanaan kegiatan di afdeling, pabrik, teknik, maupun kegiatan yang berhubungan dengan pihak luar kebun. Kepala tata usaha (KTU) bertanggung jawab dalam hal administrasi, kepegawaian, pembukuan, logistik serta keuangan kebun secara keseluruhan. KTU bertanggung jawab terhadap ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk operasional kebun. Kepala pabrik bertanggung jawab terhadap pengelolaan pabrik seperti maintenance, administrasi, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi kegiatan. Sebagai kepala teknik

(24)

bertanggung jawab terhadap kelancaran alat-alat transportasi termasuk jalan, bangunan dan perbengkelan. Kepala afdeling bertugas memimpin afdeling merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap kegiatan di afdelingnya termasuk menyusun anggaran afdeling.

Struktur tenaga kerja PT Rumpun Sari Antan 1 terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas administratur, kepala tata usaha, kepala pabrik dan teknik, serta kepala afdeling. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap. Susunan tenaga kerja dapat dilihat pada Tebel 7.

Tabel 7. Susunan Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Antan I

Status Tanaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Kantor Pabrik/Teknik Lapangan

……… (orang)……… Staf 2 1 3 6 Non Staf : Karyawan Bulanan 1 10 4 15 PHT Fungsional 2 1 15 18 PHT Pekerja 3 13 6 22 Total 8 25 28 61

Sumber : Kantor administrasi PT RSA 1

Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan untuk karyawan staf, karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap diberikan berdasarkan tigkat golongan dan lama bekerja. Untuk karyawan harian lepas yang bekerja di kebun digaji Rp 15 000,- per hari dengan 5 jam kerja. Karyawan yang bekerja pada pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian gulma secara kimia akan mendapat premi sebesar Rp 1 000,-, dan untuk yang bekerja sebagai petugas EWS diberi premi Rp 2 000,-. Untuk karyawan harian lepas yang bekerja di pabrik digaji Rp 19 000,- per hari dengan 8 jam kerja.

Untuk karyawan yang bekerja lebih dari jam kerja yang ditetapkan akan dihitung lembur dengan penggajian dihitung berdasarkan kelebihan jam kerja yang dilakukan, dengan perhitungan :

(25)

Perusahaan juga memberikan bonus dan tunjangan sosial lainnya kepada karyawan.

Pelaksanaan Aspek Manajerial Kebun

Aspek manajerial yang penulis lakukan adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping kepala afdeling.

Pendamping mandor. Peran mandor dalam menunjang pencapaian sasaran perusahaan merupakan ujung tombak karena berhubungan langsung dengan kegiatan operasional kebun. Mandor memainkan peranan sebagai seorang pengawas yang mengontrol pekerja dalam melakukan kegiatan di kebun. Mandor mengawasi pekerjaan beserta pekerjanya mulai dari jam 05.45 WIB. Mandor melakukan apel pagi yang berisikan absensi, pengarahan tentang pekerjaan yang dilakukan, memeriksa kelengkapan alat, memotivasi karyawan serta melakukan doa bersama. Mandor juga harus mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu mengenai waktu kerja dan hasil kerja baik kuantitas maupun kualitasnya. Waktu kerja di PT RSA I mulai jam 06.30 - 12.00 WIB dengan waktu istirahat jam 10.00 - 10.30 WIB.

Secara garis besar seorang mandor harus mengawasi pekerjaan para pekerja di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Secara rinci tugas mandor adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengarahan teknik budidaya di bidang perawatan tanaman dan kebun.

2. Mengabsen para pekerja sebelum dan sesudah bekerja. 3. Menghitung secara acak prestasi kerja karyawan.

4. Membuat laporan harian para pekerja tentang blok yang dikerjakan, luas areal, jumlah pekerja dan situasi selama melakukan aktivitas kerja.

Selama berperan sebagai pendamping mandor penulis melakukan pengawasan terhadap kegiatan pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma secara manual serta pengawasan terhadap pemanenan.

Pendamping kepala afdeling. Seorang kepala afdeling adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan dan produksi di afdeling tersebut. Kepala Afdeling merupakan perpanjangan tangan dari kepala kebun

(26)

dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan yang berlangsung di afdeling bersangkutan untuk mencapai produksi dengan anggaran biaya yang tersedia. Kepala afdeling bersama kepala kebun (administratur) membuat rencana pengelolaan kebun tahunan, menjabarkannya dalam perencanaan semesteran, lalu dijabarkan lagi menjadi rencana triwulanan, bulanan, dan rencana harian. Seorang kepala afdeling harus dapat mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber dana yang tersedia untuk mengelola afdelingnya sehingga diperoleh produksi yang maksimal dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Secara umum tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang kepala afdeling adalah :

1. Bersama dengan administratur menetapkan sasaran produksi/rawat atas dasar visi perusahaan dan data tahun sebelumnya dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai kondisi lapangan dan faktor lainnya.

2. Membuat rencana kerja blok mingguan dari dasar rencana bulanan.

3. Memberikan pengarahan tentang pekerjaan hari ini pada pagi hari kepada mandor sesuai norma yang telah disepakati.

4. Memberikan pengarahan kepada mandor tentang pekerjaan esok hari dan evaluasi pekerjaan hari ini.

5. Mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama mandor untuk mengetahui norma yang benar.

6. Mengoreksi hasil kerja harian yang disampaikan oleh para mandor yang kemudian diserahkan kepada bagian administrasi untuk dijadikan data base dan rencana pembayaran.

7. Mempertanggungjawabkan kondisi afdeling, cost, dan produksi serta bertanggung jawab penuh terhadap hal-hal yang terjadi di afdeling.

8. Kepala afdeling wajib menguasai blok yang ada dalam afdelingnya. Penguasaan blok tersebut meliputi :

a. Luas areal per blok yang ada di afdelingnya.

b. Luas areal blok yang tidak bisa ditanami (jurang, genangan, banjir dan lain-lain)

c. Jumlah pokok dalam blok.

(27)

e. Kondisi areal ( LCC, lalang dan gulma lainnya). f. Blok yang rawan hama dan paling aman.

g. Produksi rata-rata setiap blok. h. Kondisi jalan, parit dan jembatan.

9. Melakukan pembinaan terhadap mandor sehingga diperoleh peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan di lapangan.

Selama menjadi pendamping kepala afdeling, penulis membantu dalam pembuatan rencana kerja bulanan dan harian, melakukan pengawasan terhadap kinerja mandor dan pelaksanaan kegiatan di lapangan, ikut dalam rapat tingkat afdeling bersama mandor-mandor, ikut mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukan di afdeling, serta ikut dalam rapat tingkat kebun bersama kepala afdeling lain.

Gambar

Tabel  3.  Dosis  Pupuk  yang  Direkomendasikan  dan  yang  Ditetapkan  di  Afdeling B PT Rumpun Sari Antan I
Tabel  4.  Dosis  Pupuk  yang  Direkomendasikan  dan  yang  Ditetapkan  di  Afdeling C PT Rumpun Sari Antan I
Tabel 5.   Dosis Pupuk Campuran yang Diaplikasikan dan yang   Ditetapkan di Afdeling B dan Afdeling C
Gambar 3. Kegiatan Pemupukan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan adanya enam spot sampel yang terbentuk pada ekstrak kasar, sebaliknya fraksi aktif dan fukosantin standar hanya membentuk satu spot senyawa

Penelitian perlu dilakukan yaitu untuk mengetahui bentuk- bentuk miskonsepsi yang terdapat pada buku pelajaran matematika kelas IV SD khususnya materi semester

Tujuan dari kegiatan Program Layanan Masyarakat melalui PKM (Program Kemitraan Masyarakat) pada pelatihan pembukuan sederhana bagi pelaku usaha kerajinan anyam mendong di

Martono dan Agus Harjito. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Pengaruh

 Penetapan Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan berlangsung sejak ditetapkannya keputusan ini tanggal

Berdasarkan pengamatan penulis pada tanggal 5 Mei 2012 yang dilakukan di Bangsal Penyakit Dalam (Bougenvile) RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo terhadap 10 dokumentasi

(6) Sekretaris Fakultas mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kerjasama dan pengembangan,

While preventive maintenance relies on the straightforward concept of “mean time between failure” to create practical maintenance schedules, predictive maintenance is based on a