• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Manajemen konstruksi yaitu terdiri dari 2 (dua) kata yaitu “manajemen” dan “konstruksi”. Manajemen adalah proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996). Sedangkan konstruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (Depdikbud, 1996).

Dalam proyek menurut Kathy Schwalbe (2006) kata proyek berarti suatu usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Sehingga dengan berarti sementara berarti proyek konstruksi merupakan pekerjaan dengan waktu yang dibatasi. Oleh karena itu, manajemen konstruksi perlu dan dibuat agar dapat selesai dengan batasan waktu. Manajemen konstruksi bisa diartikan ilmu pengetahuan tentang pembangunan sebuah proyek yang dilakukan oleh konsultan konstruksi untuk memberi nasehat dan bantuan dalam proses pembangunan. Sedangkan manajemen material dan manajemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan karena manajemen perencanaan berperan sekitar 20% dan sisanya untuk manajemen pelaksanaan termasuk pengendalian biaya, mutu bahan dan waktu proyek. Manajemen konstruksi meliputi tentang fisik pada konstruksi, biaya dan waktu. Sehingga dapat dilihat dari pandangan pekerjaan tujuan manajemen konstruksi adalah mengelola dan mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa yang diharapkan dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan persyaratan dalam pembangunan suatu proyek.

2.2 Definisi Manajemen Konstruksi

Dalam suatu proyek konstruksi terdapat banyak rangkaian - rangkaian kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan dan umumnya dibatasi oleh waktu yang telah ditentukan. Dengan kriteria bangunan konstruksi yang sangat berbeda-beda karakteristik dan kemungkinan banyak kendala dengan kondisi yang belum kita tahu

(2)

sebelumnya menyebabkan kebutuhan akan manajemen konstruksi sangat penting dengan sistem-sistem yang dibuat untuk mendapat hasil seperti yang diharapkan. Berikut ini tentang beberapa definisi dari manajemen proyek, diantaranya sebagai berikut :

1. Menurut Budi Santoso (2003), Manajemen proyek merupakan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.

2. Menurut Harold Kerzner (2001), Manajemen proyek berarti suatu kegiatan yang berada dalam konstruksi dengan 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu.

3. Menurut Wulfram I. Ervianto (2005), Manajemen proyek konstruksi ada dua pemahaman yang pada pelaksanaannya menjadi satu kesatuan dalam mencapai tujuan proyek yaitu :

a. Teknologi Konstruksi (Construction Technology) yaitu mempelajari metode atau teknik tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam mewujudkan bangunan fisik di suatu lokasi proyek, sesuai dengan spesifikasi teknik yang disyaratkan.

b. Manajemen Konstruksi (Construction Management) adalah bagaimana sumber daya (man, material, machine, money, method) yang terlibat dalam pekerjaan dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan proyek, sesuai dengan kebutuhan atau hukum yang berhubungan dengan konstruksi.

Manajemen konstruksi telah diakui sebagai salah satu cabang manajemen yang khusus, yang dikembangkan dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengendalian atas beberapa kegiatan pelaksanaan proyek yang sifatnya kompleks. Dengan demikian, teknik atau manajemen yang dapat mengakomodasi kebutuhan sumber daya konstruksi selalu dilakukan peninjauan dan penyesuaian terus menerus, setiap saat dalam menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan.

2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi

Fungsi-fungsi manjemen menurut beberapa para pakar adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan mengikuti suatu tahapan-tahapan tertentu dalam

(3)

pelaksanaannya. Pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi manejemen adalah barbagai jenis tugas atau kegiatan manjemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Manajemen konstruksi pada proyek adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen pada suatu proyek dengan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Beberapa diantara fungsi manajemen konstruksi menurut George R. Terry (2000) adalah sebagai berikut :

2.3.1 Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan dari manajemen konstruksi adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini menyangkut pada pengambilan keputusan terhadap beberapa pilihan-pilihan yang berkaitan pada proses pembuatan konstruksi. Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara iterative untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.

Pada proses planning perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

1. Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia. 2. Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang

tersedia.

3. Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit. 4. Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan

sasaran (seluruh tahap : proses pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi dan FHO).

2.3.2 Mengorganisasi (Organizing)

Fungsi ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan. Fungsi ini juga berguna agar tugas atau kegiatan-kegiatan pada proyek lebih mudah ditangani karena sudah terorganisir dengan sangat baik. Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis

(4)

pekerjaan, menurut pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil positif bagi organisasi.

Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk : 1. Menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.

2. Membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen. 3. Mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada

di dalam kordinasinya.

Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui mekanisme :

1. Koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),

2. Koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan

3. Koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando).

Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing.

Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis :

a. Pelaksana Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan

Equipment Superintendant.

b. Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal

dan bersifat hirarkis.

2. Koordinasi horizontal dan bersifat satu level :

a. Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan Construction Engineer atau dengan Equipment

(5)

Superintendant merupakan Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi

horizontal dan bersifat satu level. 3. Koordinasi diagonal :

a. Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Kepala Satuan Kerja Pekerjaan dengan General

Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi

vertikal.

2.3.3 Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.

Berikut ini beberapa metoda mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R. Terry (2000), yaitu:

1. Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.

2. Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.

3. Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan oleh pegawainya.

4. Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.

5. Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya.

(6)

6. Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan.

7. Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas keputusannya.

8. Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain menjadi naik emosinya.

9. Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.

10. Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.

2.3.4 Pengendalian (Controlling)

Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek, Controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. General

Superintendat berkewajiban melakukan Controlling (secara berjenjang) terhadap

pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya yaitu Site Administration,

Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf sudah melakukan

tugasnya dalam koridor “quality assurance”. Sehingga tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi.

Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, selain itu secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity

Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal Controlling ini dapat

mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan kontraktor.

Ruang lingkup kegiatan Controlling mencakup pengawasan atas seluruh aspek pelaksanaan rencana, antara lain adalah:

(7)

1. Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2. Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)

3. Prosedur dan cara kerjanya

4. Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.

Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta

tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan antara rencana dan pelaksanaan, untuk memahami kemungkinan terjadinya penyimpangan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yng telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.4 Peranan Manajemen Konstruksi

Peranan Manajemen Konstruksi dalam proyek konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek. Pada tahap pra-konstruksi, manajer proyek konstruksi akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah pengawasan yang ketat. Menekankan pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. Netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan konsultan dan kontraktor, yang memungkinkan untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi beberapa peranan, yaitu :

1. Agency Construction Manajement (ACM)

Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan manajemen konstruksi dapat mulai dilibatkan, mulai dari fase perencanaan

(8)

tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan. 2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Jasa konsultan manajemen konstruksi dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa manajemen konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini. Pada tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa manajemen konstruksi berdasarkan permintaan pemilik ESCM/kontraktor.

3. Owner Construction Management (OCM)

Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.

4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)

Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

2.5 Tujuan Manajemen Konstruksi

Sasaran Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek

(9)

tersebut, sehingga konsep manajemen konstruksi dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut :

1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.

2. Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal desain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap desain.

3. Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai.

4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.

2.6 Penerapan Manajemen Konstruksi

Dalam penerapan manajemen konstruksi, sebuah perusahaan membutuhkan pemimpin yang dapat memotivasi karyawan dan harus terorganisir, disiplin dan berorientasi pada kualitas. Maka ada lima komponen untuk menuju kearah personil pemimpin/manajemen yang efektif agar penerapan prinsip manajemen konstruksi berjalan dengan baik, yaitu:

1. Manajemen Direksi

Direksi diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada proyek, terutama jadwal pelaksanaan dan penyelesaian proyek.

2. Manajemen Waktu

Manajemen waktu merupakan hal yang paling utama, karena dapat mempertimbangkan rutinitas terbaik, maupun pekerjaan intinya. Manajemen waktu mewajibkan para manager memastikan bahwa bawahan mereka telah menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan.

(10)

3. Manajemen Sumber Daya

Adanya peralatan yang siap kerja menjadi sangat penting dalam kelancaran bekerja. Umumnya perusahaan konstruksi gagal karena tidak dapat mengelola sumber daya yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. Manajemen Keuangan

Kepemimpinan yang efektif dalam konstruksi ialah efektif dalam merencanakan keuangan. Manajemen keuangan mewajibkan untuk mengerti tentang anggaran proyek dan estimasi biaya serta produktifitas pekerjaan. 5. Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas mewajibkan para manager mengikuti prosedur yang sah dalam bekerja untuk produksi dalam proyeknya. Hal ini sangat penting dalam perusahaan konstruksi agar tidak terjadi pengulangan pekerjaan. Para manager diwajibkan pandai mengelola stafnya agar selalu menyiapkan pekerjaan, safety plan, dan penyiapan lapangan.

2.7 Tahap Penerapan Manajemen Konstruksi 2.7.1 Tahap Persiapan

a. Membantu pengelola kegiatan melaksanakan pengadaan penyedia jasa perencanaan, termasuk menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), memberi saran waktu dan strategi pengadaan, serta bantuan evaluasi proses pengadaan. b. Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program

pelaksanaan seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan.

c. Membantu Panitian Pengadaan Barang dan Jasa, baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik.

d. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan prakualifikasi calon peserta seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan.

e. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan.

f. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (HPS) / Owner’s Estimate (OE) pekerjaan.

(11)

h. Membantu pengelola kegiatan menyiapkan dalam penyebarluasan pengumuman seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan surat perjanjian pekerjaan perencanaan.

2.7.2 Tahap Perencanaan

a. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh penyedia jasa perencanaan, yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan penyusunan dokumen lelang.

b. Memberikan konsultansi kegiatan perencanaan, yang meliputi penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi.

c. Mengendalikan program perencanaan melalui kegiatan evaluasi program terhadap hasil perencanaan, perubahan – perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan yang timbul, serta pengusulan koreksi program.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak – pihak yang terlibat pada tahap perencanaan.

e. Menyusun laporan bulanan kegiatan konsultansi manajemen konstruksi tahap perencanaan, merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

f. Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen pelelangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama penyedia jasa perencanaan, dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.

g. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan.

h. Mengadakan dan memimpin rapat – rapat koordinasi perencanaan serta menyusun laporan perencanaan.

i. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap usulan teknis dan biaya dari penawaran yang masuk, hasil rapat koordinasi dan membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.

(12)

2.7.3 Tahap Pelelangan

a. Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik.

b. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam penyebarluaskan pengumuman pelelangan, baik melalui papan pengumuman, media cetak maupun media elektronik.

c. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan prakualifikasi calon peserta pelelangan (apabila pelelangan dilakukan melalui prakualifikasi). d. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan

pekerjaan.

e. Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (HPS) / Owner’s Estimate (OE) pekerjaan konstruksi fisik. f. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang

masuk.

g. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.

h. Menyusun laporan kegiatan pelelangan.

2.7.4 Tahap Pelaksanaan

1. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh pelaksan konstruksi, yang meliputi program – program pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance /

Quality Control, program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administratif, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

(13)

4. Melakukan koordinasi antara pihak – pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik.

5. Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas :

1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan. 2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,

mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi.

3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume / realisasi fisik.

4) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.

5) Menyelenggarakan rapat – rapat lapangan secara berkala, membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen konstruksi dengan masukan hasil rapat – rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat oleh pelaksana konstruksi.

6) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.

7) Meneliti gambar – gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan oleh pelaksana konstruksi.

8) Meneliti gambar – gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawing) sebelum serah terima.

9) Menyusun daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima 1 (pertama) dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.

10) Bersama – sama dengan penyedia jasa perencanaan menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.

11) menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah terima kedua pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi.

(14)

13) Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan dokumen Sertifikat Layak Funsi (SLF) dari Pemerintah Kabupaten / Kota Setempat.

6. Menyusun laproran akhir pekerjaan manajemen konstruksi.

2.8 Tugas Manajemen Konstruksi (MK) pada Proyek Bangunan Gedung

Proyek gedung dengan nilai kontrak yang besar biasanya akan membutuhkan suatu konsultan pengawas yang mengawasi jalannya proyek. Biasanya konsultan pengawas pada proyek gedung disebut dengan Manajemen Konstruksi. Manajemen Konstruksi (MK) ini bisa berupa badan usaha atau tidak tergantung dari jenis proyek yang ditangani. Proyek-proyek yang menggunakan Manajemen Konstruksi biasanya proyek swasta atau proyek pemerintah dengan tipe Design and Build.

Secara garis besar tugas-tugas Manajemen Konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode konstruksi yang benar atau tidak

b. Meminta laporan progress dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara tertulis

c. MK berhak menegur dan menghentikan jalannya pekerjaan apabila tidak sesuai dengan kesepakatan

d. Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor.

e. Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam menyampaikan segala sesuatu di proyek

f. Menyampaikan progress pekerjaan kepada owner langsung

g. Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan spesifikasi kontrak atau tidak.

h. Mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu.

i. Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor

j. Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.

(15)

k. Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar memenuhi syarata K3LMP (kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, mutu, dan pengamanan)

l. Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang harus dikerjakan namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat skedul.

2.9 Keberhasilan Proyek Konstruksi

Didalam pengelolaan kegiatan dengan menggunakan konsep manajemen konstruksi pada suatu proyek merupakan langkah yang sesuai dengan kebutuhan dengan kegunaan waktu, mutu dan biaya. Konsep ini ditandai dengan menerapkan suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran-pemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rangka menghadapi kegiatan yang dinamis dan non rutin yaitu kegiatan proyek konstruksi (Iman Soeharto, 1999).

Keberhasilan suatu proyek tidak hanya dilakukan secara efisien dan efektif, namun perlu dilandasi dengan karakter moral dalam lingkungan yang semakin berpengaruh dengan pelaksanaan suatu proyek. Moral dalam konteks etika dapat menjaga alur hubungan dalam manajemen yang berintegrasi. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan serta terciptanya keharmonisan, kepercayaan, persaudaraan dan nilai-nilai moral diantara anggota tim, pemasok, Stakeholder, subkon, mandor, dan semua pelaku pada bidang yang terkait dalam suatu pelaksanaan pada proses pembangunan suatu proyek konstruksi.

Dalam pelaksanaan proyek tentu memunyai sasaran yang akan dituju. Menurut Iman Soeharto (1995), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam proses mencapai tujuan tersebut terdapat 3 (tiga) sarana pokok yaitu besarnya biaya anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan dan mutu yang harus dipenuhi mencapai suatu keberhasilan proyek, dimana hubungan biaya, waktu dan mutu yang dapat digunakan sebagai berikut :

1. Biaya

Suatu proyek dikatakan berhasil jika proyek yang dilaksanakan dapat selesai tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Proyek harus diselesasikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan pada saat

(16)

pelaksanaan pembangunan kontruksi di lapangan. Untuk proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal yang tahunan, anggaran bukan ditentukan untuk total proyek secara keseluruhan, tetapi dipecahkan menjadi beberapa komponen atau periode yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan sampai proyek itu selesai secara keseluruhan. Dengan demikian anggaran yang diperlukan untuk penyelesaian perbagian atau perperiode dapat memenuhi sasaran.

2. Waktu

Proyek konstruksi dalam pengerjaannya kebanyakan dibatasi oleh kurun waktu dan tanggal akhir yang ditentukan. Jadi untuk saat sudah selesai semua tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan, jika sampai melewati batas maka biasanya akan mendapatkan penalti yang dipertanggungjawabkan oleh pihak pelaksanaan dan pengawas yang telah terlibat dalam suatu pembangunan proyek konstruksi tersebut.

3. Mutu

Suatu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi atau kriteria yang telah ditentukan dalam pembangunan suatu proyek. Yang dimaksud adalah kebutuhan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan dalam suatu proyek dengan produk yang detail produk sesuai dengan spesifikasi yang tertulis. Jika produk tidak bisa digunakan lagi karena tidak diproduksi lagi atau masalah yang lain, maka akan dicari dengan mencari produk lain dengan spesifikasi yang sama dan sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.

Ketiga sasaran tersebut saling terkait hubungannya. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah ditentukan spesifikasinya, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu dari produk, yang kemudian akan mempengaruhi naiknya anggaran biaya. Sebaliknya jika ingin menekan biaya, maka akan menurunkan mutu produk. Sedangkan waktu pelaksanaan dari pandangan teknis, keberhasilan proyek dikaitkan dengan jumlah sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.

2.10 Kriteria Keberhasilan Proyek

Dinilai dari pekerjaan proyek yang sementara, keberhasilan proyek harus diukur dalam hal menyelesaikan proyek dengan batasan antara lain ruang lingkup,

(17)

waktu, biaya, kualitas, sumber daya dan resiko yang disetujui antara manajer proyek dengan Stakeholder. Manajer proyek adalah orang yang bekerja pada jasa manajemen proyek konstruksi. Untuk memastikan pembuktian manfaat untuk proyek yang dilakukan, masa uji bias menjadi bagian dari total waktu proyek sebelum menyerahkannya ke operasi permanen. Keberhasilan proyek harus dirujuk ke garis dasar yang disetujui oleh Stakeholder yang berwenang. Manajer proyek bertanggung jawab dan akuntabel untuk menetapkan batas-batas realistis dan dapat dicapai untuk proyek dan untuk menyelesaikan proyek dalam garis dasar yang disetujui.

Kesuksesan suatu proyek diukur dari ketepatan waktu penyelesaian sebagaimana dijadwalkan, tidak melebihi dana yang telah dianggarkan, spesifikasi (kualitas) yang disyaratkan terpenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. Hal yang sering terlupakan, bahwa apabila proyek tersebut tidak dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, maka sebenarnya proyek tersebut tidak bisa dikatakan sukses. Menurut Shenhar, Levy dan Dvir (1997), kesuksesan proyek termasuk diukur dari sejauh mana keberhasilannya secara komersial dan kontribusi yang diberikannya terhadap pengembangan pasar atau teknologi baru.

Jika menurut Wibowo (2009), pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan atau apakah kinerja telah sesuai dengan yang diharapkan. Pada suatu proyek manajemen waktu termasuk kedalam proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian dari proyek tersebut. Menurut Clough dan Sears (1991), sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik atau jelas untuk menyelesaikan kegiatan proyek dengan lebih cepat dan efisien. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran serta terdiri dari elemen-elemen perencanaan dan penetapan tujuan, pengembangan ukuran yang relevan, pelaporan formal atas hasil dan penggunaan informasi dijadikan sebagai aspek utama yang diukur.

Render dan Heizer (2001), keberhasilan proyek dapat dilihat pada 3 (tiga) aspek yaitu sebagai berikut :

(18)

a. Biaya, apakah pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat efektif dan sesuai dengan rencana atau bahkan lebih efisien.

b. Mutu, apakah pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat memberikan kualitas output yang diharapkan.

c. Waktu, pengelolaan terhadap bahan baku, tenaga kerja, peralatan, metode, lingkungan kerja yang digunakan dapat optimal dan sesuai dengan rencana atau bahkan lebih cepat, sehingga dapat memberikan output yang diharapkan. Kegiatan yang pengelolaan suatu kegiatan dengan berpedoman dengan pengaruh biaya, kualitas (mutu) dan waktu dalam acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan menjadikan suatu proyek konstruksi lebih tepat sasaran. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2001), sistem manajemen mutu ISO 9001 yang terkait dengan biaya, mutu dan waktu terdapat pada klausal-klausal sebagai berikut :

a. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran biaya, terhadap penggunaan dana yang diperbandingkan terhadap rencana pembiayaan.

b. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran mutu, terhadap produk yang diperbandingkan terhadap standar yang ditetapkan.

c. Klausal 8.2, pemantauan dan pengukuran waktu, terhadap waktu yang diperbandingkan terhadap rencana penyelesaian atau time schedule.

Referensi

Dokumen terkait

Gereja berhadapan di sini dengan sebuah tugas besar dan berat, yakni bagaimana menanamkan injil dalam budaya suatu masyarakat sehingga warga masyarakat pemilik budaya itu dapat

Kesepakatan tersebut adalah mengubah jam masuk siswa, disesuaikan dengan kesiapan guru, sehubungan karena berbagai alasan yang dapat diterima masih ada guru yang belum

Jika anda telah mendapat promosi satu bulan percuma kami, dan telah mendaftar untuk pelan Takaful BIMA, sumbangan anda untuk bulan pendaftaran tidak akan ditolak. Kredit akan

Daniel (1986), satu-satunya informasi yang digunakan oleh uji tanda untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan adalah apakah nilai X lebih besar daripada, lebih

Pemodelan tiga dimensi model produk berbasis feature ini diharapkan mampu mewakili bentuk produk yang akan dibuat sehingga dapat digunakan untuk mempermudah kegiatan perancangan

SKRIPSI PEMBUATAN NATA DE SOYA DAN IDENTIFIKASI HAZARD.. EKA

Administrator pada sistem ini bisa disebut sebagai staf pelayanan pada perusahaan, Pimpinan perusahaan dalam sistem informasi pelayanan jasa desain rumah berbasis web

Dari kedua definisi tersebut, dapat diketahui bahwa informasi yang terdapat di dalam e-journal (jurnal elektronik) adalah sekumpulan serial yang dapat berupa artikel-artikel