• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM MERAWAT KEBERAGAMAN. Oleh : Husein Muhammad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISLAM MERAWAT KEBERAGAMAN. Oleh : Husein Muhammad"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM MERAWAT KEBERAGAMAN Oleh : Husein Muhammad

Pluralisme adalah sebuah terminologi populer yang ingin menegaskan suatu pandangan dan sikap terhadap keberbedaan, keragaman, kemajemukan dan kebihinekaan manusia dalam aspek keyakinan atau pandangan keagamaan.

Pertanyaan utama kita adalah bagaimana sebenarnya atau apa pandangan Islam tentang pluralisme dalam konteks ini (agama dan keyakinan)? Apakah Islam sejalan dengan dan mengapresiasi pluralism Agama?

Guru Besar Maulana Rumi, Syeikh Syams Tabrizi menyampaikan pandangan yang menarik dalam salah satu Kaidah Cintanya yang 40 itu :

دقل انقلخ ا ًعيمج لىع ةروص ،الله عمو كلذ اننإف اعيمج تاقولخم ةفلتخم ة ز يممو . ل دجوي ناصخش ،ناهباشتم لو قفخي نابلق امهل عاقيلإا هتاذ . ولو دارأ الله نأ نوكن ز يهباشتم انقلخل ز يهباشتم . ،كلذل نإف مدع ما ريحا تافلاتخلا ضرفو كراكفأ لىع نيرخلآا زنعي مدع ما ريحا ماظنلا سدقملا يذلا هاسرأ الله

"Kita semua diciptakan menurut citra-Nya, dan pada saat yang sama tiap-tiap dari kita diciptakan berbeda dan unik. Tak ada dua orang yang sama. Tak ada dua hati yang memiliki karakter sama. Jika Tuhan ingin semua orang sama, maka Dia tentu akan menciptakan demikian. Oleh karena itu, tak menghargai perbedaan atau memaksakan pandanganmu terhadap orang lain sama saja dengan tak menghargai sistem suci yang telah ditetapkan oleh Tuhan".

Tidak seorangpun di dunia ini yang dapat menolak sebuah kenyataan bahwa alam semesta adalah plural, beragam, berwarna-warni dan berbeda-beda. Keberagaman adalah hukum alam semesta atau

Sunnatullah. Dengan kata lain keberagaman merupakan kehendak Allah dalam alam semesta. Al Qur’an menyatakan dengan jelas mengenai hal ini :

(2)

ن ِمَو ِهِتاَيآ قلْخَ ِتاَوا َم َّسلا ض رلأا َو فلاِتخا َو مكِتُ ن ِسَ لْأَ مكِنا َوُ لْأ َوَ َّ ن ِإ ِزف َ ك ِلذَ تاَيلآ َز ي ِم ِلا َعل ِلْ ( مورلا , ٢٢ )

"Di antara bukti kemahabesaran dan kemahabijaksanaan Tuhan adalah bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan keberagaman bahasa dan warna kulit manusia. Realitas ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi orang-orang yang mengerti (li al 'alimin/ulu al ilm)". (Q.S. al Rum, 30; 22).

Dalam bacaan lain: "li al 'alamin" (dzawi al 'uqul/bagi ciptaaan Tuhan yang mempunyai pikiran/seluruh manusia). Muhammad Thahir bin 'Asyur menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perbedaan bahasa adalah perbedaan berpikir dan berekspresi (ikhtilaf al tafkir wa tanwi' al tasharruf).

Allah juga mengatakan :ۢ

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu".

Pluralisme Agama

Tidak ada keraguan sama sekali bagi kita untuk mengatakan bahwa Islam mengafirmasi sekaligus mengapresiasi keberagaman. Terdapat begitu banyak teks keagamaan Islam baik al Qur’an, hadits Nabi maupun pandangan para ulama mengenai hal ini.

Hal pertama dan utama yang perlu dikemukakan lebih awal adalah bahwa Islam adalah agama Tauhid. Ini adalah inti dalam ajaran Islam. Keyakinan ini menegaskan bahwa hanya Allah yang Maha Besar, Maha Kuasa dan Maha Adil, dan hanya Kepada-Nyalah semua makhluk menyembah dan mengabdikan diri. Dengan arti ini, maka menurut Islam semua makhluk Tuhan, meskipun berbeda-beda dalam banyak aspeknya, adalah sama dan setara di hadapan-Nya. Al Qur’an pada ayat lain yang sangat populer menyebutkan : ا َي ا َهُّيأَ سانلاَّ . ان ِإَّ انَقلَخَ مكُ ن ِم ركَذَ َ ن نأ َوُ مكاُ نَل َع َج َوْ ً ابو عش َل ِئآَبق َوَ اوف َرا َعت ِلَ . َّ ن ِإ مك َم َرُ كْأَ َ دن ِع ِالله مكاُ قَتأَ .

(3)

“Wahai manusia, Kami ciptakan kalian, laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di hadapan-Ku adalah yang paling bertaqwa”.

Pernyataan Al Qur’an ini ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad saw bahwa ۢ

“tidak ada kelebihan orang Arab atas non Arab, kecuali karena ketaqwaannya”.

Nabi saw juga mengatakan :

“Allah tidak menilai kalian dari tubuh dan wajah kalian, melainkan pada hati dan perbuatan kalian”.

Manusia sebagai Makhluk terhormat dan bermartabat

Kedua, Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling terhormat di antara makhluk Tuhan yang lain. Kitab suci kaum muslimin menyatakan hal ini dengan sangat eksplisit dan serius: دقَل َوَ ان م َّرَ كَ ِزنَب َمدآَ مهانَل َم َح َوْ ِز ف ر َ يلاْ ر حَبْلا َو مهانَقز َر َوَ َن ِم ِتاَبريطلاَّ هانَلْضَّ ف َوَ م َ لىعَ يِثكَ ن َّم ِم انَقلَخَ ً لي ِضفتَ ( ءاسرلإا / 70 )

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan".

Ayat ini menyatakan penghormatan Tuhan kepada semua manusia. Siapapun ia, dari manapun, berwarna kulit apapun, beragama apapun dan identitas kultural politik apapun dan lain-lain. Tidak ada seorang ulamapun yang mengatakan bahwa yang dimaksud manusia dalam ayat tersebut dikhususkan pada satu kelompok, suku, jenis kelamin, kelas, kebangsaan atau penganut agama tertentu.

(4)

Atas hal ini al Syekh al Akbar, maha guru, Ibn Arabi mengatakan : ل رقتحت ادحا لو اء ش نل الله ل هرقتحي ز يح هقلخ

"Janganlah kau merendahkan siapapun dan apapun. Karena Allah tidak merendahkannya ketika menciptakannya.

Keistimewaan dan keunggulan manusia dibandingkan makhluk Tuhan lainnya, lebih karena dia diberi akal intelelektual atau akal budi. Tidak ada makhluk Allah yang mempunyai alat cangggih luar biasa ini, selain manusia. Berkat keunggulan akal intelektual itulah, manusia menjadi makhluk yang diserahi Tuhan untuk tugas dan tanggungjawab mengatur, mengelola, menyusun sistem dan menciptakan peradaban. Tugas utamanya adalah menyejahterakan manusia di muka bumi, atau dalam bahasa agama disebut kemaslahatan : Mashalih al Ibad fi al Ma’asy wa al Ma’ad. Tugas kemanusiaan ini dalam al Qur'an disebut dengan Khilafah fi al Ardh.

Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan tentang keistimewaan akal ini : "Awwal ma khalaqa Allah al 'Aql" (Ciptaan pertama Tuhan adalah akal). Beliau kemudian menyampaikan kata-kata Tuhan :

ِرت َّز ِع َو ِلل َج َوَ ا َم تقلَخَ ً اقلْخَ ُّزعَاَ َّ َ لىعَ َ كن ِم , َ كِب ذخآ َ كِبَو ِ طعأُ َ كِبَو ب ِساَحأُ َ كِبَو ب ِقاعَ أُ

"Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak menciptakan sesuatu yang lebih mulia di hadapan-Ku kecuali kamu (akal). Denganmu Aku meminta, denganmu Aku memberi, denganmu Aku meminta pertanggungjawabanmu dan denganmu pula Aku menghukummu".

Para sufi dan sarjana muslim mendefinisikan akal sebagai :"inti (jawhar) yang bersinar yang diciptakan Tuhan di dalam otak (dimagh). Dia menjadikan cahayanya di dalam hati dan dengan itu diketahuilah segala hal (al ma'lumat) dan ditampakanlah segala realitas (al musyahadat).(Ibid).

(5)

Dengan akal pikirannya, manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, termasuk memilih pikiran atau pandangan orang dan memilih keyakinan agamanya. Keyakinan agama adalah bagian dalam diri manusia yang paling personal, eksklusif, tersembunyi. Hanya Allah sendirilah yang mengetahui isi hati dan pikiran orang. Oleh karena demikian, maka tidak ada kekuatan apapun dan siapapun selain Allah yang bisa memaksanya.

Ayat al Qur’an yang lain dan paling jelas menyatakan ۢ

“tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas jalan petunjuk dari jalan yang sesat”.

Dalam ayat al Qur’an yang lain Allah menyatakan bahwa keputusan pilihan orang untuk berkeyakinan atau beragama pada akhirnya merupakan kehendak Tuhan. Oleh karena itu tidak ada seorangpun yang boleh memaksakan kehendaknya. Al Qur’an menyatakan dengan bahasa Istifham Inkari (pertanyaan yang jawabanya pasti tidak):

ول َوَ َءآش َ كُّب َر َن َملآَ ن َم ِز ف ض رَ لْا م هلُّكُ ً اعيج َ تنأَفَأَ ه ركْت َسانلاَّ َّر ن َح اونوكَيُ َز يِن ِمؤ م .( ةروس سنوي ةيلآا : 99 )

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi ini. Apakah kamu hendak memaksa manusia sehingga mereka beriman?”.

Bahkan ketika Nabi Saw sangat menginginkan agar orang yang dicintainya beriman kepada nya dan mengikuti seruannya, Allah menegaskan :

َ كن ِإَّ ل ي ِد هَت ن َم َ ت بَب حأَ َّن ِكل َوَ ََ للّا ي ِد هَي ن َم ءاشَيَ َوه َو ملَعأَ َني ِدت ه مَ لاِبْ ( صصقلا , ٥٦ )

"Kamu (Muhammad) tidak bisa memberikan petunjuk sekalipun terhadap orang yang kamu cintai (agar dia mengikuti keyakinanmu). Tuhanlah satu-satunya yang memberikan petunjuk itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya". (Q.S. al Qashshash, 28; 56)

(6)

Secara lebih jauh kebebasan beragama ini juga disebutkan al Qur’an ۢ “Katakanlah (hai Muhammad) kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin beriman silakan dan barangsiapa yang ingin kufur, silakan”.(Q.S. al Kahfi, 18ۢ29).

Para ulama sepakat mengatakan bahwa keimanan adalah hidayah atau anugerah dari Allah. Imam al Ghazali, sufi besar Islam, dalam bukunya “Faishal al Tafriqah Baina al Islam wa al Zandaqah” mengatakan bahwa : نا َم ي ِلْاَ رون هف ِذقَي الله ِزف ِبولُق ِه ِداَب ِع ً ةَّي ِطَع ً ةَّي ِده َوَ ن ِم ِه ِدن ِع

“Iman adalah cahaya yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya, sebagai anugerah dan hadiah dari sisi-Nya”.

Maka menurut Al-Qur’an kewajiban manusia hanyalah menyampaikan Amar ma’ruf nahi Munkar”, dan tidak memaksakan kehendaknya :

ن ِإفَ او مل سَ أَ ِدقَفَ ا ودَتَها نِإَو ا ول َوَ تَ ا َمن ِإَّ فَ َ ك يلَعَ غلَبَ لاْ الله َو ي ِصَب ِداَب ِعلاِبْ

“Maka jika mereka berserah diri kepada Allah, maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha

Mengetahui hamba-hamba-Nya”.(Q.S. Ali Imran, 3ۢ20).

Selanjutnya, atas dasar itu pula Tuhan menganjurkan, jika kaum muslimin tidak setuju dengan ahli kitab (kaum Yahudi atau Nasrani), untuk melakukan dialog dengan cara yang terbaik yang bisa dilakukan. Al Qur’an menyatakan ۢ َ لْ َو اول ِداُ َج ت َلهأَ ِبات ِكَ لاْ َّ لْ ِا ِر نلاِبَ َ ِ ه ن َس حاَ

“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan cara yang lebih baik”.(Q.S. al ankabut, 29:46).

(7)

Allah juga memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan bertindak adil kepada mereka, sepanjang mereka tidak melakukan penyerangan dan pengusiran. Al Qur’an menegaskanۢ

َ لْ مكا َهُ ن َي الله نَع َني ِذلاَ ملَ مكوُ لِتاُ ق يَ ِزف نيدلار مل َوَ مكو ج رُ خ ي ن ِم مك راُ َي ِد ناَ مهو ُّ َ يتَ اوط ِسقت َو م ِه يَلِا . َّ ن ِا َالله ُّب ِح ي َز ي ِط ِسق ملاْ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu “yang lain” untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Q.S. Al Mumtahanah, [60]ۢ7-8).

Dalam ayat al-Qur'an yang lain disebutkan :

نِإَو د َحأَ َن ِم َز ي ِك ش م لاْ َ ك َرا َجت ساَ ه ر ِجأَفَ ى َّر ن َح َع َم سَي َملَكَ َِ للّا َّمث هغِل بأَ هن َمَ أ َمْ ۚ َ ك ِلىذَ م هنَّأِبَ م وقَ َ لْ َ نو مل عَيَ

"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka

lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui". (Q.s. al Taubah, 6).

Dalam ayat yang lain Allah melarang orang-orang beriman mencacimaki keyakinan orang lain. Mencaci maki orang lain, termasuk dalam soal keyakinannya, berarti juga sama dengan mencaci maki Allah.

ل َو او ُّب ستَ َني ِذلاَ َ نوعدَي ن ِم ِنود َِ للّا او ُّب سَيفَ ََ للّا ا ًودعَ يغِبَ ِع ملْ َ ك ِلذَكَ انَّيَّزَ رلك ِلُ ة َّمأُ م هل َمَ عَ َّمث َ ل ِإ م ِهر بَر م ه ع ِج رَم م هئ ربن يَ فَ ا َمِب اوناكَ َ نول َم عَيُ ( ١٠٨ )

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (Q.S. al-An'am, 6: 108).

(8)

Nabi juga mengatakan : َ لْأَ ن َم َملَظَ اد ِها َع مً وأَ ه َصقَتَنا وأَ هفَلَكَ َ ق وفَ ِهِتقاَ طَ وأَ َ ذخَ َأ هن ِم ائ يً شَ يغِبَ ِبي ِط سفنَ انَأَفَ ه جي ِجَح َم و َي ِة َماَي ِقلاْ

“Perhatikan baik-baik, siapa yang mendzalimi seorang non muslim, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa kerelaannya, maka aku adalah lawannya pada hari kiamat” (HR. Abu Daud).

Itu semua merupakan gagasan besar tentang kemanusiaan (humanisme) yang diberikan Islam. Pandangan kemanusiaan dalam Islam tidak lain adalah cara melihat manusia/orang sebagai

manusia/orang, apapun identitas dirinya, yang harus dihormati dan dihargai, sebagaimana Tuhan sendiri menghormati dan menghargainya. Soal apa keyakinan dalam hati atau pikirannya hanya Allah yang akan memutuskannya. Inilah makna firman Tuhan "Wa Maa Arsalnaka Illa Rahmatan li al 'Alamin" (Kami tidak mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta). Sungguh, tidak ada pernyataan kemanusiaan yang demikian indah seperti ini. Ini merupakan puncak pandangan Islam tentang pluralisme.

Pluralisme Bukan menyamakan agama

Ada sebagian orang yang menganggap bahwa mengakui pluralisme, toleransi (tasamuh) dan dialog antar agama sama artinya dengan mengakui kebenaran agama lain, atau berarti menyamakan agama atau sama dengan sinkrisisme (mencampuradukkan keyakinan agama). Pandangan ini tentu ditolak bukan hanya oleh Islam, tetapi juga oleh pemeluk semua agama. Pengakuan atas pluralisme, toleransi dan dialog antar agama sesungguhnya hanya berarti mengakui fakta dan realitas adanya agama-agama yang dipeluk oleh umat manusia. Pengakuan atas pluralisme dan toleransi antar umat beragama adalah penghargaan kepada pemeluk agama untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. Karena Tuhan jugalah yang membuat agama-agama itu eksis, dibiarkan hidup dan melindungi tempat-tempat peribadatan mereka. َ لْ ول َوَ عفدَ ِالله َسانلاَّ م هض عَبَ ض عَبِب ت َمد هَّ لَ ع ِما َو َص عَيِبَو تا َول َص َوَ د ِجاَس َم َو ركَذ ي ا َهي ِف م سا ِالله ً ا يِثكَ نَيل وَ َّ ن َ صُ الله ن َم ه صُنَي . َّ ن ِإ َالله ي وقَلَ زي زعَ .

(9)

“Andaikata Allah tidak melindungi kebrutalan sebagian manusia atas sebagian yang lain, niscaya telah dihancurkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesunguhnya Allah menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat, Maha Perkasa”.(Q.S. al Hajj, 22ۢ40)

Saya kira arti pengakuan atas pluralisme dan toleransi paling tegas ditunjukkan oleh sikap dan pernyataan Nabi Muhammad saw :

“Wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamamu (keyakinanmu) dan bagiku agamaku (keyakinanku)”(Q.S. al-Kafirun).

Tampak jelas bahwa penghormatan atau bersikap toleran kepada orang yang berbeda agama sama sekali tidaklah berarti mengikuti keyakinan agamanya, melainkan menghormati orangnya, karena ia adalah hamba Allah, sepanjang ia melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan adil.

Praktik-praktik kerjasama saling menghormati antar pemeluk agama sangat populer dalam masa-masa awal Islam. Mereka saling belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Diceritakan bahwa Mawlana Jalal al-Din al-Rumi, sufi dan penyair terbesar Persia, memiliki mahasiswa-mahasiswa dari beragam agama, Islam, Yahudi, Kristen bahkan Zoroaster. Al Rumi memperlakukan mereka secara adil, tanpa memaksa mereka untuk melakukan konversi agama. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diantar oleh ribuan orang juga dari berbagai penganut agama. Kita juga mengenal kisah George Bakhtisyu II, seorang dokter beragama Zoroaster, diangkat sebagai dokter pribadi Khalifah Harun al Rasyid sekaligus kepala Rumah Sakit Jundi Sapur. Ketika Bakhtisyu meninggal dunia, Khalifah membiayai pemakaman dan

mengantarkan Jenazahnya, bersama ribuan umat Islam yang lain. Lagi-lagi bukan karena merestui agamanya, tetapi karena dia seorang manusia. Alaisat Nafsan? (bukankah ia tubuh yang

berjiwa/manusia).

Pernyataan menarik dikemukakan oleh Dr. Aisyah al-Manna’i, dekan fakultas Syari’ah dan Studi Islam, Universitas Islam Qatar. Dalam seminar dialog antar agama yang diselenggarakan di Qatar, dia mengatakan :

”Adalah kekeliruan besar bahwa dialog antar agama adalah pengakuan terhadap orang lain (beragama lain) dan penerimaan terhadap agamanya. Dialog antar agama tidaklah berarti membenarkan atau

(10)

merestui keyakinan orang lain, tidak pula membenarkan atau merestui cara-cara ritual mereka. Akan tetapi ia adalah menghargai keyakinan atau agama orang lain dan tidak merendahkannya”.

Dalam pernyataan sebelumnya ia mengatakan ۢ “Dialog antar agama dalam rangka kemanusiaan adalah suatu keutamaan dalam Islam. Universalisme Islam mengharuskan kita untuk bekerjasama secara damai dengan semua komponen masyarakat manusia. Islam adalah agama dialog, agama saling memahami, agama damai, toleran dan cinta. Islam tidak pernah menjadi agama perang atau agama pedang. Banyak sekali ayat-ayat al Qur’an yang menegaskan hal-hal seperti ini”.(Baca ۢ Surat Kabar Al Alam al Islamy, No. 2021, Senin, 31 Maret 2008, h. 4).

Arjawinangun, Cirebon, 29.04. 2021 Husein Muhammad

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi masyarakat pengelola lahan terhadap lingkungan dan manfaat hutan Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi tentang manfaat keberadaan hutan di wilayah DAS

Fiksasi juga bertujuan untuk mengawetkan morfologi dan komposisi jaringan sehingga jaringan tetap, seperti keadaan semula sewaktu hidup, serta memudahkan pemulasan

Nuryono et al (2014), telah melakukan sintesis magnetit dilapisi merkapto- silika menggunakan larutan natrium silikat yang dibuat dari abu sekam padi sebagai sumber silika

Cara pemotongan blok (sectioning) 1) Menyiapkan kaca objek bersih. 2) Kaca objek diberi albumin ditengahnya dan direkatkan. Setelah jaringan mengembang, jaringan diambil dengan

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu mukjizat kerasulannya. Al- Qur‟an merupakan

Sistem pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten Pulau Morotai belum tertata / dikelolah dengan benar, pengelolaan limbah rumah tangga black water masih dilakukan

Dinding esophagus pada beberapa jenis ikan pada bagian buco-faring hingga bagian cardinal lambung terdapat organ lymphoid yang dikenal dengan Leidug yang menghasilkan sel-sel