• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Cystitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Cystitis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

GANGGUAN PADA SISTEM URINARIA :

GANGGUAN PADA SISTEM URINARIA : CHYSTITIS 

CHYSTITIS 

DI RUANG LAVENDER RSUD dr.

DI RUANG LAVENDER RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATAR GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

PURBALINGGA

oleh: oleh:

ANNISYA FATWA, S. Kep. ANNISYA FATWA, S. Kep.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO PURWOKERTO

2012 2012

(2)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Di antara ke empat organ tersebut, ginjal adalah organ yang paling penting. Ginjal  berfungsi menyaring sampah dari saluran darah, mengatur keseimbangan cairan,

dan memproduksi beberapa hormon. Ureter berfungsi mengalirkan cairan hasil  penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan semantara dan bila kandung kemih telah penuh maka akan dikeluarkan ke luar melalui uretra. Gangguan pada sistem urinaria yang umum terjadi yaitu sistitis (chystitis), hematuria, gromeluronefritis, batu ginjal, dan gagal ginjal. Chystitis merupakan inflamasi kandung kemih yang lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pada pria, dan  juga sering disertai dengan disuria, urgency atau demam ringan. Bagi kaum

wanita, radang selaput lendir kandung kemih dapat terjadi satu atau dua hari sesudah bersenggama. Peradangan pada kandung kemih juga dapat terjadi karena terjadinya peradangan pada pada ginjal. Bagi kaum pria, jenis penyakit ini ada hubungannya dengan peradangan pada ginjal atau prostat. Sesuatu yang menghalangi mengalirnya air kencing sehingga menyebabkan tertinggalnya air  kencing di dalam kandung kemih dapat mengakibatkan peradangan. Peradangan selaput lendir kandung kemih atau chystitis dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa zat asam di dalam tubuh yang muncul karena makan daging, zat asam oxalat dari  bayam, atau sisa-sisa makanan berkanji lainnya (Nainggolan, 2006).

Kekambuhan meskipun penanganan infeksi saluran kamih khususnya chystitis selama 3 hari biasanya adekuat pada wanita, tetapi kambuhnya infeksi  pada 20% wanita yang mendapat penanganan untuk infeksi saluran kemih non komplikasi (Suhartono dkk, 2008). Chystitis merupakan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Pada  populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar 1-3% pada anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring dengan peningkatan aktivitas seksual pada dewasa.

(3)

ISK sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun. Sedangkan pada  populasi pria, ISK akut terjadi pada usia-usia pertama kehidupan dan ISK jarang ditemukan pada pasien di bawah usia 50 tahun. Wanita lebih sering mngalami sistitis dari pada pria dikarenakan uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria. Selain itu juga getah pada cairan prostat pria mempunyai sifat  bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai  bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis. Sedangkan ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretriti (Benson & Pernoll, 2009).

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuannya adalah untuk mengetahui konsep teori chystitis dan asuhan keperawatan yang tepat.

 b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengkajian chystitis.

2) Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan chystitis.

3) Mengetahui rencanan asuhan keperawatan pada pasien dengan chystitis.

B. TINJAUANTEORI 1. Pengertian

Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih, dimana akan terasa nyyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang tidak  tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis (chystitis) merupakan peradangan yangterjadi di kantung urinaria. Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Ferdinand & Ariebowo, 2007).

(4)

Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitis bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik  dan displastik, atau ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan  pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks

vesikureter.

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan cystitis sekunder. Cystitis  primer merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih, divertikel/ penonjolan mukosa buli, hipertropi prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik/jaringan parut  pada uretra atau daerah urethra). Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis/peradangan yang terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan yang terjadi pada prostat (Benson & Pernoll, 2009).

Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe infeksi dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan  parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan

interstisial (tidak diketahui penyebabnya/ideopatik).

2. Etiologi

Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu :

a. Infeksi :

• Bakteri

Kebanyakan berasal dari bakteri  Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah  Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

(5)

• Jamur 

Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.

• Virus dan parasit

Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin.

 b. Non infeksi :

• Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya

cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).

• Radio terapi

• Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih neurogenis, keadaan-keadaan obsdtruktif, dan diabetes mellitus (Tambayong, 2000). Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah :

a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.

Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria.  b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan

termasuk stasis urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik. Contoh : strikur, anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis.

c. Obstruksi

Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic. d. Gangguan inervasi kandung kemih

Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosi. e. Penyakit kronis

(6)

f.Instrumentasi

Contoh : prosedur kateterisasi.

g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya. 4. Patofisiologi

Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu  Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.

Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.

2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk  melalui darah dari suplai jantung ke ginjal.

3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang

(7)

mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan  penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya  bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami  pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya.

5. Tanda dan Gejala

Menurut Taber (1994), secara umum tanda dan gejala cystitis adalah : a. Disuria.

 b. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.

c. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah. d. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).

e. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih).

f. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna.

g. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).

h. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.

i. Nyeri suprapubik 

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan chystitis menurut Grace dan Borley (2007) yaitu :

(8)

a. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau, dan dengan mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan bakteriuria. Leukosuria atau  piuria terdapat >5/lapang pandang besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10

eritrosit/lpb sedimen air kemih.

 b. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.

c. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda  pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk mengetahui asal dari  perdarahan yang ada.

d. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).

e. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi  penyebab dasar.

f.Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung kemih, IVU (kelainan struktural), dan sistoskopi.

(9)

7. Pathway

Infeksi noninfeksi

Bakteri jamnur virus dan parasit paparan bahan kimia radio terapi reaksi imunologi

Pertahanan tubuh menurun Infeksi

Urin dan bakter menembus dinding mukosa bladder  Refluks ke dalam kandung kemih

Infeksi saluran kemih bawah : cystitis Risiko infeksi

Disuria inkontinensia pengosongan kandung retensi urin nyeri tulang nyeri suprapubik  

kemih tidak sempurna punggung

Gangguan eliminasi urin nyeri akut

8. Pengkajian

Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan hesistancy serta perubahan dalam urin dikaji didokumentasikan dan dilaporkan.  pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual,  prakrek kontraseptif, dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu, urin  pasien dikaji dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan baau yang semuanya itu akan beubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius (Tucker  dkk, 1999).

9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul pada Pasien dengan Chystitis a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi

(10)

8. Pengkajian

Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan hesistancy serta perubahan dalam urin dikaji didokumentasikan dan dilaporkan.  pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual,  prakrek kontraseptif, dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu, urin  pasien dikaji dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan baau yang semuanya itu akan beubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius (Tucker  dkk, 1999).

9. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul pada Pasien dengan Chystitis a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi.

 b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

(11)

10. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi

 Nyeri akut  berhubungan

dengan agen cidera biologis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri hilang/berkurang, dengan kriteria hasil:

Indikator Awal Target

Pasien mengatakan nyeri hilang/

 berkurang.

Skala nyeri  berkurang/turun

Ekspresi wajah tampak  rileks

Pasien mengerti penyebab nyeri dan cara

mencegahnya

TTV dalam batas normal Pasien menunjukkan teknis relaksasi yang efektif untuk mengurangi nyeri Keterangan : 1 : keluhan ekstrim 2 : keluhan berat 3 : keluhan sedang 4 : keluhan ringan 5 : tidak ada keluhan

1. Kaji nyeri secara komprehensif  meliputi lokasi, intensitas, kualitas, durasi, dan skala dengan PQRST.

2. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.

3. Gunakan komunikasi terapeutik  untuk mengetahui pengalaman dan penerimaan respon pasien terhadap nyeri.

4. Jelaskan faktor penyebab nyeri. 5. Ajarkan teknik relaksasi dan

distraksi untuk mengurangi nyeri.

6. Ukur Tanda-tanda Vital (TTV)  pasien.

7. Kolaborasi medis untuk   pemberian analgetik.

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan  penyembuhan, perubahan

dalam karakteristik nyeri. 2. Dengan lingkungan yang

nyaman rasa nyeri bisa  berkurang.

3. Dengan menggunakan komunikasi terapeutik akan mudah menggali pengalaman  pasien terhadap respon nyeri. 4. Supaya pasien dapat

memahami nyerinya dan mengurangi kecemasan. 5. Teknik relaksasi dan distraksi

dapat menurunkan nyeri dan kecemasan.

6. Ketika seseorang mengalami nyeri, maka TTV akan menigkat.

7. Pemberian analgetik yang tepat dapat membantu pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri. Gangguan eliminasi urin  berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan eliminasi urin secara adekuat, dengan kriteria hasil:

Indikator Awal Target

Pasien dapat berkemih setiap 3 jam

Pasien tidak kesulitan  pada saat berkemih

Pasien dapat BAK dengan  berkemih Keterangan : 1 : keluhan ekstrim 2 : keluhan berat 3 : keluhan sedang 4 : keluhan ringan 5 : tidak ada keluhan

1. Ukur dan catat urin setiap kali  berkemih.

2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam.

3. Palpasi kandung kemih setiap 4  jam

4. Bantu pasien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal.

5. Bantu pasien untuk   mendapatkan posisi berkemih yang nyaman.

6. Melanjutkan terapi sesuai  program untuk pemberian obat.

1. Untuk mengetahui adanya  perubahan warna dan untuk 

mengetahui input/output. 2. Untuk mencegah terjadinya

 penumpukan urin dalam vesika urinaria.

3. Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4. Untuk memudahkan pasien di

dalam berkemih.

5. Supaya pasien tidak sukar  untuk berkemih.

6.Terapi farmakologis dibutuhkan untuk mengurangi nyeri ketika  berkemih dan melancarkan

eliminasi urin. Risiko infeksi  berhubungan dengan ketidakadekuatan  pertahanan sekunder.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan risiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil:

Indikator Awal Target

TTV dalam batas normal Jumlah leukosit dalam  batas normal

Urin berwarna bening dan tidak bau

Keterangan : 1 : keluhan ekstrim

1. Ukur TTV dan kaji suhu tubuh  pasien setiap 4 jam dan lapor   jika suhu di atas 38,5oC.

2. Catat karakteristik urin.

3. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.

4. Anjurkan pasien untuk   mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali

1. Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.

2. Untuk mengetahui/mengiden-tifiasi indikasi kemajuan atau  penyimpangan dari hasil

yangdiharapkan.

3. Untuk mencegah stasis urin 4. Untuk mencegah adanya

(12)

Gangguan eliminasi urin  berhubungan

dengan infeksi saluran kemih.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan eliminasi urin secara adekuat, dengan kriteria hasil:

Indikator Awal Target

Pasien dapat berkemih setiap 3 jam

Pasien tidak kesulitan  pada saat berkemih

Pasien dapat BAK dengan  berkemih Keterangan : 1 : keluhan ekstrim 2 : keluhan berat 3 : keluhan sedang 4 : keluhan ringan 5 : tidak ada keluhan

1. Ukur dan catat urin setiap kali  berkemih.

2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam.

3. Palpasi kandung kemih setiap 4  jam

4. Bantu pasien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal.

5. Bantu pasien untuk   mendapatkan posisi berkemih yang nyaman.

6. Melanjutkan terapi sesuai  program untuk pemberian obat.

1. Untuk mengetahui adanya  perubahan warna dan untuk 

mengetahui input/output. 2. Untuk mencegah terjadinya

 penumpukan urin dalam vesika urinaria.

3. Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4. Untuk memudahkan pasien di

dalam berkemih.

5. Supaya pasien tidak sukar  untuk berkemih.

6.Terapi farmakologis dibutuhkan untuk mengurangi nyeri ketika  berkemih dan melancarkan

eliminasi urin. Risiko infeksi  berhubungan dengan ketidakadekuatan  pertahanan sekunder.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan risiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil:

Indikator Awal Target

TTV dalam batas normal Jumlah leukosit dalam  batas normal

Urin berwarna bening dan tidak bau

Keterangan : 1 : keluhan ekstrim

1. Ukur TTV dan kaji suhu tubuh  pasien setiap 4 jam dan lapor   jika suhu di atas 38,5oC.

2. Catat karakteristik urin.

3. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.

4. Anjurkan pasien untuk   mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali

1. Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.

2. Untuk mengetahui/mengiden-tifiasi indikasi kemajuan atau  penyimpangan dari hasil

yangdiharapkan.

3. Untuk mencegah stasis urin 4. Untuk mencegah adanya

distensi kandung kemih.

2 : keluhan berat 3 : keluhan sedang 4 : keluhan ringan 5 : tidak ada keluhan

kemih.

5. Berikan perawatan perineal,  pertahankan agar tetap bersih

dan kering.

6. Lanjutkan terapi sesuai  program untuk pemberian

antibiotik.

5. Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra. 6. Terapi farmakologis

dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi.

(13)

2 : keluhan berat 3 : keluhan sedang 4 : keluhan ringan 5 : tidak ada keluhan

kemih.

5. Berikan perawatan perineal,  pertahankan agar tetap bersih

dan kering.

6. Lanjutkan terapi sesuai  program untuk pemberian

antibiotik.

5. Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra. 6. Terapi farmakologis

dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000.  Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000.  Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3 . Jakarta: EGC.

Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009.  Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC.

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2007.  Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah  Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:

Visindo.

Grace, P. A., & Borley, N. R. 2007.  At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: EMS.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000.  Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000.  Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3 . Jakarta: EGC.

Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009.  Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC.

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2007.  Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah  Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:

Visindo.

Grace, P. A., & Borley, N. R. 2007.  At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: EMS.

Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak . Jakarta: Pustaka Populer Obor.

 Nainggolan, R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet: Cara Alami Menaklukkan 99  Jenis Penyakit . Jakarta: Agro Media Pustaka.

 NANDA Internasional. 2012.  Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Suharyanto, Toto, & Madjid. A. 2008.  Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.

Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedariratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tucker, S. M., Canobbio, M. M., Paquette, E. V., & Wells, M. F. 1999. Standar   Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi Edisi V 

Referensi

Dokumen terkait

Bakterial vaginosis adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (Bacteroides Spp, Mobilincus Spp,

Uji spesifik dilakukan dengan penambahan pereaksi tertentu yang akan memberikan warna pada larutan atau endapan yang merupakan ciri untuk ion-ion tertentu.

Untuk itu setiap mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) pada umumnya dan Departemen Teknik Elektro pada khususnya mewajibkan kepada mahasiswanya

Secara umum maharah al-kalam bertujuan agar mampu berkomunikasi lisan secara baiok dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Secara baik dan wajar mengandung

2013.Pengaruh Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D Terhadap Pertumbuhan Kalus Eksplan Kotiledon Akasia (Acacia mangium) Pada Media MS.. Malang : Fakultas Sains dan Teknologi

Field observation data and examine rubber manufactured shown that PB 330 clone was having colorless latex with highly crumb rubber contain (> 40%).. PB 330 has a good

Penerapan Teori Stimulus-Organisme-Respon dengan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa

Menggunakan komputer berukuran kecil mempunyai rasio harga atau kinerja yang lebih dibanding komputer yang besar karena komputer mainframe memiliki kecepatan sepuluh