• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pemeriksaan Mikrobiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pemeriksaan Mikrobiologi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

O O K K 7 7 “ “ A A U U T T O O I I M M U U N N ” ” BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1.

1.1. Latar Latar BelakangBelakang

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materiil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian akan mengakibatkan kerugian materiil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.

upaya pengobatannya.(3)(3)

Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi Mikrobiologi Kedokteran sangat berperan dalam penanganan penyakit infeksi terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui berbagai cara terutama untuk mengetahui penyebab infeksinya sehingga mudah diketahui berbagai cara  penanggulanganny

 penanggulangannya a baik baik yang yang terjadi terjadi di di komunitas komunitas maupun maupun di di rumah rumah sakit. sakit. MikrobiologiMikrobiologi kedokteran dalam pelayanan medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik, kedokteran dalam pelayanan medis di klinik, selanjutnya disebut Mikrobiologi Klinik,  berperan

 berperan pada pada pada pada semua semua tahap tahap proses proses medis, medis, mulai mulai tahap tahap pengkajian, pengkajian, tahap tahap analisis analisis dandan  penegakan diagnosis klinik, peny

 penegakan diagnosis klinik, penyusunan rancangan intervensi medis, implementasi rancanganusunan rancangan intervensi medis, implementasi rancangan intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak lanjut.

intervensi medis, sampai dengan tahap evaluasi, dan penetapan tindak lanjut. (3) (3)

Mikrobiologi Klinik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang berfungsi Mikrobiologi Klinik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang berfungsi menjembatani laboratory science, khususnya mikrobiologi medik, dengan clinical sciences, menjembatani laboratory science, khususnya mikrobiologi medik, dengan clinical sciences, khususnya yang berkaitan dengan manajemen infeksi. Pada pelayanan/asuhan medis dalam khususnya yang berkaitan dengan manajemen infeksi. Pada pelayanan/asuhan medis dalam menghadapi masalah medis yang berhubungan dengan infeksi, diagnosis rasional dan bijak menghadapi masalah medis yang berhubungan dengan infeksi, diagnosis rasional dan bijak apabila analisis data dan informasi hasil pengkajian menggunakan landasan teori dan konsep apabila analisis data dan informasi hasil pengkajian menggunakan landasan teori dan konsep mikrobiologi kedokteran, terutama kepentingannya dalam merancang alternatif tindakan dan mikrobiologi kedokteran, terutama kepentingannya dalam merancang alternatif tindakan dan terapi antibiotik pilihan (educated-guess).

terapi antibiotik pilihan (educated-guess). (3) (3)

Dengan bertambah jelasnya bidang garapan mikrobiologi klinik dalam menghadapi Dengan bertambah jelasnya bidang garapan mikrobiologi klinik dalam menghadapi masalah medis, maka bertambah jelas pula macam dan lingkup perannya dalam masalah medis, maka bertambah jelas pula macam dan lingkup perannya dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah medis yang berhubungan dengan penyakit mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah medis yang berhubungan dengan penyakit infeksi, baik pengetahuan ilmiah maupun cara-cara pemeriksaan bakteriologi, virologi, infeksi, baik pengetahuan ilmiah maupun cara-cara pemeriksaan bakteriologi, virologi, mikologi, dan serologi/imunologi, yang sangat berperan dalam proses medis dan mikologi, dan serologi/imunologi, yang sangat berperan dalam proses medis dan  pengambilan keputusan medis.

(2)

Resistensi bakteri terhadap antimikroba (disingkat : resistensi antimikroba) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, karena menyulitkan terapi penderita dengan antibiotik pada penyakit infeksi sebagai dampak yang merugikan karena dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. (3)

Data pola keseluruhan penggunaan antibiotik di dalam rumah sakit telah terlihat dalam kepustakaan selama lebih dari satu dekade. Umumnya data tersebut menunjukkan  bahwa seperempat sampai sepertiga populasi yang dirawat di rumah sakit telah menerima

antibiotik sistemik. Penelitian lain di tujuh rumah sakit umum yang tersebar di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 30 % penderita menerima satu atau lebih antibiotik sistemik, tetapi hanya 38 % dari penderita yang menerima obat tersebut benar-benar mengalami infeksi. (3)

Berdasarkan penelitian Djoko Widodo di RSCM Jakarta dinyatakan bahwa 52 % dari seluruh terapi antimikroba dipertimbangkan tidak sesuai. Berdasarkan pada penggunaanya  pada pelayanan diketahui bahwa 42 % dari seluruh pelayanan medik tidak sesuai sedangkan

dibagian bedah mencapai 62 % dari seluruh terapi antibiotik. (3)

Penggunaan yang cukup banyak obat-obat antibakteri tertentu di rumah sakit, apakah  pemberiannya untuk indikasi yang tepat atau tidak, mempunyai efek yang besar terhadap

inang yang menerima obat-obat tersebut dan bakteri yang terpapar oleh obat tersebut. (3)

1.2. Rumusan Masalah

1. Pemeriksaan Mikrobiologi langsung 2. Kultur Mikrobiologi.

3. Uji Kepekaan Antibiotik

(3)

K 7 “A U TO IM U N ” BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil (diamater kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu  peralatan khusus. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi, mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan  pesatnya dari tahun ke tahun, sehingga merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri

sendiri-sendiri.(1)

Dalam mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan penyakit (infeksi); dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta  pemberantasannya. Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinya karena mikroorganisme sebagai makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru, sehingga hal ini akan tetap merupakan tantangan bagi ilmu kedokteran.(1)

Pemeriksaan mikrobiologik merupakan sarana diagnostik yang penting. Hal tersebut tercapai bila cara memilih, mengambil, menyimpan, dan mengirim bahan pemeriksaan benar, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengelola bahan pemeriksaan tersebut. Apabila salah satu tatacara tidak memenuhi syarat, maka hasil pemeriksaan yang diperoleh tidak akan sesuai dengan keadaan klinis maupun rencana pengelolaan pengobatan. Salah satu cara agar  pemeriksaan mikrobiologik dapat diandalkan yaitu dengan memantapkan mutu dalaman (internal) maupun luaran (external), terutama untuk laboratorium sebaiknya dilakukan cara dalaman, agar mempunyai nilai kepercayaan.(2)

(4)

2.2. Pemeriksaan Mikrobiologi 2.2.1 Pemeriksaan Langsung

Pemeriksaan Mikroskopik langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan  pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat

mengalami fixasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan. Cara yang paling baik adalah dengan membuat sediaan tetesan gantung.(4)

Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel  bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan.(4)

a). Untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan acid fast /tahan asam untuk Mycobacterium..

 b). Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagel, pewarnaan kapsul, pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus.

(5)

K 7 “A U TO IM U N ”

Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium diphtheriae. Untuk semua prosedur pewarnaan mikrobiologis dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik. Caranya tidak sulit tetapi membutuhkan kehati-hatian dalam  pembuatannya.(4)

Tahap-tahap yang harus dilakukan secara hati-hati, adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan kaca objek: menghapus lemak atau minyak untuk membersihkan kaca dengan menggunakan air hangat atau serbuk penggosok, selanjutnya dengan suatu campuran air dan alkohol (alkohol 95%), kemudian kaca dikeringkan dan disimpan di atas lap laboratorium sampai siap untuk digunakan.

2) Pembuatan apusan: menghindari apusan yang tebal dan rapat adalah penting secara mutlak. Suatu apusan yang baik merupakan selapis tipis. Apusan dapat dibuat dari kultur kaldu atau medium kultur padat dengan berbagai cara:

3) Dari kultur kaldu, pengambilan satu atau dua loop kultur sel dapat langsung dipindahkan ke kaca objek dengan loop inokulasi steril dan sebarkan secara merata kira-kira sebesar uang logam.

4) Dari medium padat: mikroorganisme yang diambil dari medium padat menghasilkan  pertumbuhan yang tebal dan rapat, tidak dapat langsung dipindahkan ke atas kaca objek.

Pemindahan sel dari kultur dilakukan dengan menggunakan jarum inokulasi steril.

Hanya ujung jarum yang menyentuh kultur, untuk mencegah pemindahan sel terlalu  banyak. Pengenceran dilakukan dengan memutar ujung jarum di atas tetesan air, sampai

kelihatan semitransparan. Sebelum proses selanjutnya , apusan dibiarkan kering. Jangan ditiup, biarkan kering di udara.(4)

Fiksasi panas: tanpa difiksasi, apusan bakteri akan tercuci selama memasuki prosedur  pewarnaan. Fiksasi panas dibutuhkan selama protein bakteri mengalami koagulasi dan melekat di atas permukaan kaca objek. Fiksasi panas dilakukan dengan melalukan secara cepat apusan kering, sebanyak dua atau tiga kali di atas lidah api bunsen.(4)

(6)

2.2.2 Kultur Media 1. Penyiapan biakan murni

Mula-mula yang disiapkan adalah cawan petri yang mengandung media padat (agar) atau setengah padat, berupa makanan. Jika spesimen mengandung berupa air ludah tersebut disebarkan diatas medium tersebut. Selanjutnya mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak dan akan kelihatan membentuk bercak-bercak atau koloni, yang akan terlihat dengan mata telanjang. Selanjutnya koloni tersebut dapat dimurnikan lagi apabila belum murni dengan cara mengambilnya dan memindahkannya pada cawan petri yang lain yang mengandung medium yang diinokulasikan.

2. Tekhnik biakan murni

Untuk memperoleh mikroorganisme sebagai sumber biakan murni, ada dua cara yang sering digunakan yaitu metode gores atau streak-plate method dan metode tuang atau  pour plate method. Cawan petri yang mengandung medium yang dipadatkan dengan  penambahan agar. Campuran antara zat makanan atau nutritif tersebut disebut

medium.

a. Metode goresan atau streak-plate method.

Disiapkan medium agar steril, selanjutnya didinginkan sampai suhu 45oC kemudian dituang ke cawan petri steril kurang lkebih 15-20 ml dan dibiarkan sampai memadat. Setelah memadat digoreskan biakan bakteri dengan menggunakan oce atau sangkelit steril pada permukaan medium agar. Cara penggoresan ada beberapa cara yang  berbeda yang kesemuanya ditujukan untuk memperoleh pertumbuhan

(7)

K 7 “A U TO IM U N ”

 b. Metode tuang atau pour plate method

Cara ini adalah menginokulasi mikroorganisme uji yang melakukan pengenceran sesuai dengan derajat kontaminasi bahan tabung uji yang mengandung nutrien agar cair dengan suhu 15oC. selanjutnya diisikan kedalam cawan

 – 

 cawan petri steril dan dihomogenkan dan dibiarkan sampai memadat. Secara alternative biakan mikroorganisme dibuat pengenceran dari setiap hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan petri steril selanjutnya ditambahkan atau dituangi medium yang sesuai yang sementara cair pada suhu 45oC. Kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu dan waktu t ertentu. (5)

2.2.3. Uji Kepekaan Antibiotik

Menurut Waluyo (2008), pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dilakukan dengan :

1. Cara Cakram (Disc Method),

Menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan  pertumbuhan kuman di sekeliling cakram antibiotik, maka kuman yang diperiksa sensitif terhadap antibiotik tersebut. Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.

(8)

2. Cara Tabung (Tube Dilution Method),

Membuat penipisan antibiotik pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotik yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).(6)

(9)

K 7 “A U TO IM U N ” BAB III PEMBAHASAN 3.1. Bahan Pemeriksaan 1. Air seni /Urine

Pada dasarnya urine manusia yang sehat tidak mengandung kuman, namun dalam keadaan abnormal atau akibat terjadinya infeksi dapat ditemukan berbagai macam jasad renik.

Untuk pemeriksaan mikrobiologi diperlukan minimal 10 ml urine yang didapat dengan cara aseptic dengan wadah steril. Pengambilan specimen urine pada  pemeriksaan mikrobiologi dilakukan dengan cara Supra Pubic Fungsi, Midstream dan Cateter. Pemeriksaan mikrobiologis dan Cultur / biakan urine menggunakan sedimen urine.

2. Darah

Pemeriksaan mikrobiologi darah untuk mengetahui septisemia/ bacterimia/ Parasitemia/Viremia. Pemeriksaan parasitologi pada pemeriksaan mikroskopis Plasmodium malaria dan Mikrofilaria yaitu cacing darah penyebab penyakit kaki gajah atau elephantiasis . Pada pemeriksaan kaki gajah pengambilan sampel darah dilakukan pada ujung jari waktu malam hari hingga subuh.

Sebagian besar diagnose penyakit menular menggunakan bahan darah (serum) untuk pemeriksaan Immunologi atau serologi dimana diidentifikasi anti gen atau anti body yang spesifik terhadap mikrobnya.

Pemeriksaan bakteri misalnya Gaal Cultur/Widal, ASTO, TPHA, dll. Oleh  parasit misalnya pemeriksaan Toksoplasma, Malaria,Filaria dll. Oleh virus misalnya

DBD, Campak, Chikungunya, hepatitis, rubella, HIV dll. 3. Feses

Untuk memastikan adanya pencemaran atas suatu kejadian luar biasa misalnya kasus diare, muntah berak yang disebabkan antara lain oleh bakteri Coli , Cholera serta  bakteri pathogen lain misalnya Salmonella dan Shigella. Kuman kuman patologis  pada tinja ini mudah mati pada suhu kamar sehingga untuk dapat diidentifikasi dilaboratorium harus dimasukkan pada media transport bakteri ( Amies, Stuart, Carry

(10)

Pemeriksaan parasitologi pada kecacingan dengan menemukan cacing atau telur cacing pada tinja, menemukan amoeba atau protozoa lain penyebab dysentri.  pada tersangka Polio atau AFP ( Acut Flacid Paralisis) dimana terjadi kelumpuhan yang mendadak pada anak dilakukan juga pengambilan specimen Tinja untuk mengidentifikasi /isolasi virus penyebabnya.

4. Dahak

Pemeriksaan sputum sebagian besar dilakukan untuk diagnose infeksi TBC yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculose, cara pengambilan specimen sebanyak 3 kali atau sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS). Pemeriksaan sputum dilakukan juga untuk diagnose kuman lain penyebab ISPA misalnya kuman Klebsiella , Pneumonia dan lain-lain.

5. Kerokan kuku, kulit, potongan rambut

Bahan pemeriksaan ini diambil untuk pemeriksaan parasitologi jamur superfacialis (permukaan)

6. Cairan pleural

Cairan yang berasal dari rongga paru-paru diambil untuk pemeriksaan terhadap bakteri maupun parasit jamur penyebab infeksi .

7. Cairan cerebrospinal

Cairan yang diambil pada tulang belakang dengan lumbal fungsi untuk mengetahui adanya infeksi bakteri /Parasit /virus pada selaput otak misalnya pada kasus meningitis

8. Pus/nanah

Pengambilan Nanah dapat dilakukan dengan apusan maupun aspirasi untuk mengetahui kuman penyebab infeksi maupun resistensi obat

(11)

K 7 “A U TO IM U N ”

Usap Dubur /Rectal swab/anal swab dilakukan bila tidak memungkinkan mendapatkan tinja, pada kasus infeksi cacing Kremi yang disebabkan oxyuris vermicularis pengambilan specimen perianal (sekitar dubur) dengan menggunakan selotape dilakukan pada malam hari.

Usap tenggorok /Oropharing dan Usap Hidung/ nasopharing swab, Usap tenggorok dilakukan pada kasus infeksi bakteri Corynebacterium diptheriae, virus Flu burung, maupun campak

10. Reitz/serum

Disebut juga bubur jaringan ,diambil dengan melakukan sayatan dengan scalpel pada permukaan kulit dan mengambil cairannya yang diduga terinfeksi Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra atau kusta.(9)

3.2. Pengambilan Sampel Urin

Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis dengan cara mengambil urin pancar tengah (midstream) pada pasien infeksi saluran kemih. Pancaran urin dapat dibagi menjadi 3  bagian, yaitu: 1/3 bagian adalah urin yang pertama keluar, merupakan pendorong atau  pembersih kuman yang ada di uretra, bagian ini tidak diambil, 1/3 bagian berikutnya

ditampung dalam kontainer steril, dan 1/3 bagian adalah urin akhir

 – 

 dibuang. 3.3. Transportasi Sampel Urin

Pada proses transportasi semua spesimen urin dimasukkan lemari pendingin segera atau langsung diperiksa dalam waktu tidak melebihi 2 jam. Jika urin harus ditranspor untuk  jarak jauh urin dipak dalam es kering atau dipreservasi dengan cara: penambahan 0,5 gram  boric acid pada kontainer steril kemudian diisi dengan urin (kira

 – 

kira 28 ml, atau konsentrasi 1,8%). Penggunaan boric acid untuk menghambat pertumbuhan bakteri tanpa menurunkan  jumlahnya dan bekerja sebagai buffer untuk mencegah kerusakan leukosit.

3.4. Kultur / Media Transpor

Kawat ose dipijarkan di atas lampu bunsen tidak lupa melewatkan juga tangkainya di atas api, didinginkan beberapa saat, kemudian dicelupkan ose pada urin penderita infeksi saluran kemih sampai mengisi lingkaran ose kemudian digoreskan urin pada media tanam MacConkey dan agar darah yang telah disediakan. Diberi nomor pada media tanam sesuai dengan nomor urut penderita. diinkubasi dalam suhu 37⁰ C selama 24 jam.

(12)

3.5. Pemeriksaan Mikroba

Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1.  pemeriksaan makroskopis yang dapat diamati pada hasil kultur urin, 2.  pemeriksaan mikroskopis terdiri dari pengecatan gram,

3. uji biokimia.

Proses pengecatan gram dimulai dengan pembakaran obyek glass di atas lampu  bunsen untuk menghilangkan lemak dan organisme-organisme yang mungkin terdapat pada obyek glass, kemudian diteteskan satu tetes larutan formalin untuk mensterilkan obyek glass. Selanjutnya, dipijarkan seluruh panjang kawat ose di atas lampu bunsen tidak lupa melewatkan juga tangkainya di atas api lalu dianginkan beberapa saat. Diambil satu atau dua koloni bakteri pada media tanam dengan menggunakan ose, diletakkan pada obyek glass lalu diratakan dan dibiarkan kering dan diletakkan di atas lampu Bunsen.

Pada sediaan yang telah tersedia, dituang cat gram A dibiarkan 1 menit, kemudian, zat warna dibuang dan segera diberi cat gram B (tanpa dicuci terlebih dahulu), dibiarkan 1 menit kemudian dibuang dan sediaan dicuci dengan cat gram C sampai tidak ada lagi zat warna yang terlarut. Sediaan dicuci air bersih dan ditetesi cat gram D dan dibiarkan 1 menit lalu dicuci dengan air kran sampai bersih dan dikeringkan, kemudian dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 kali yang terlebih dahulu ditetesi minyak imersi.

Uji biokimia untuk bakteri gram positif dan negatif. Pada bakteri gram positif menggunakan uji katalase dan uji koagulase dan pada bakteri gram negatif menggunakan uji deret biokimia. Uji katalase dimulai dengan mengambil beberapa koloni pada media agar darah menggunakan ose bulat dan diletakkan pada obyek glass, kemudian ditambahkan 1 tetes reagen H₂O₃  3% lalu diamati dalam waktu kurang dari 30 detik. Uji katalase positif

(13)

K 7 “A U TO IM U N ”

Uji deret biokimia dilakukan pada media Klieger Iron Agar (KIA), Semi Solid Sucrose (SSS), Luminescence Immuno Assay (LIA) dan Motilitas Indole Ornithine (MIO). Pertama dipanaskan ose di atas lampu bunsen kemudian dibiarkan dingin, kemudian diambil 1-2 koloni dari media tanam lalu digoreskan pada 4 media uji deret biokimia. diinkubasi media 24 jam pada suhu 37⁰ C. Identifikasi dilakukan dengan mengamati reaksi biokimia dan motilitas.

3.6. Uji Kepekaan Antibiotik

Uji kepekaan kuman dilakukan dengan metode difusi disk/cakram dengan cara Kirby Bauer, pemeriksaan dimulai dengan mengambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24  jam pada agar dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan NaCl hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman Mac Farlan >108. Setelah itu kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media agar hingga rata, kemudian diletakkan disk/cakram yang mengandung antibiotika di atasnya dan diinkubasi pada 37⁰ C selama 19-24 jam

3.7. Hasil dan Terapi Antibiotik.

Pembacaan hasil diukur dengan penggaris millimeter, diukur lebar diameter zone hambatan pada cakram/disk dan diinterpretasikan hasilnya (sensitif, resisten, atau intermediet).

Persentase jenis bakteri pada pasien infeksi saluran kemih ditemukan 25 bakteri yang didapatkan :

1. Escherichia coli sebanyak 18 bakteri (72%), 2. Salmonella parathypi sebanyak 1 bakteri (4%), 3. Enterobacter aerogenes sebanyak 1 bakteri (4%),

(14)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada pasien infeksi saluran kemih.(7)

Hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik didapatkan :

1. Bakteri gram negatif Escherichia coli sensitif terhadap antibiotik meropenem (88,89%), tetapi resisten terhadap antibiotik lainnya yaiitu: ciprofloxacin (55,56%), gentamicin (66,67%%), trimetophrim-sulfomethoxazole (77,78%%), amoxicillin (83,33%%) dan cefixime (88,89%).

2. Bakteri Salmonella parathypi didapatkan sensitif terhadap antibiotik meropenem (100%), tetapi bakteri tersebut resisten terhadap antibiotik lainnya yaitu amoxicillin (100%), cefixime (100%), ciprofloxacin (100%), gentamicin (100%) dan trimetophrim-sulfomethoxazole (100%).

(15)

K 7 “A U TO IM U N ”

5. Bakteri gram positif Streptococcus sp didapatkan sensitif terhadap antibiotik meropenem (66,67%) dan gentamicin (66,67%), tetapi resisten antibiotik lainnya yaitu amoxicillin (66,67%), cefixime (66,67%), ciprofloxacin (67%) dan trimetophrim-sulfomethoxazole (66,67%).

Antibiotik tidak selamanya selalu efektif membunuh bakteri atau menghambat  pertumbuhannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu. Resistensi kuman adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotik.

(16)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terdapat 5 mekanisme yang menyebabkan mikroorganisme bersifat resisten terhadap obat, yaitu

1. menghasilkan enzim yang menghancurkan obat aktif contohnya Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin G menghasilkan lactamase yang menghancurkan obat. ²-laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang gram negatif.

2. mengubah permeabilitas terhadap obat, contohnya tetrasiklin menumpuk pada bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri resisten. Resistensi terhadap polimiksin juga dikaitkan dengan permeabilitas terhadap obat. Streptococcus mempunyai sawar  permeabilitas alami terhadap aminoglikosida. Resistensi terhadap amikasin dan  beberapa aminoglikosida lain dapat bergantung pada kurangnya permeabilitas

terhadap obat-obatan.

3. dengan mengubah target struktural untuk obat, contohnya organisme resisten eritromisin mempunyai reseptor yang berubah pada subunit 50S ribosom, disebabkan oleh metilasi RNA 23S ribosom.

4. dengan mengubah jalur metabolik yang dilintasi oleh reaksi penghambatan obat, contohnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan PABA ekstraseluler tetapi, seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk sebelumnya.

5. dengan mengubah enzim yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi kurang dipengaruhi obat, contohnya pada bakteri yang resisten trimetropim, asam

(17)

K 7 “A U TO IM U N ”

aktivitas poten yang dimiliki meropenem sebagai antibiotik spektrum luas baik terhadap  bakteri aerob maupun anaerob.(8)

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil sebagian besar bakteri penyebab ISK resisten terhadap cefixime dan amoxicillin. Tingginya angka resistensi terhadap golongan beta laktam ini diakibatkan oleh kemampuan bakteri membentuk enzim beta lactamase.(8)

Turunan sefalosporin masih tahan terhadap bermacam-macam lactamase yang dibentuk oleh berbagai kuman, namun kenyataannya bakteri penyebab infeksi saluran kemih, sebagian besar menunjukkan angka resistensi yang cukup tinggi terhadap sefalosporin. Tingginya angka resistensi 100 terhadap sefalosporin diakibatkan oleh penggunaan sefalosporin secara luas dan tidak rasional.(8)

Ciprofloxacin biasanya digunakan sebagai kemoterapika cadangan untuk pengobatan infeksi yang disebakan oleh bakteri yang resisten terhadap obat-obat standar, namun kini memperlihatkan angka resisten tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Terjadinya resistensi pada kuman diakibatkan oleh kemampuan kuman melakukan mutasi pada DNA atau membran sel kuman.(8)

Resistensi terhadap sulfonamida dapat terjadi sebagai hasil mutasi, menyebabkan  produksi PABA yang berlebihan, suatu perubahan struktur dalam enzim folat sintetase

dengan penurunan afinitas terhadap sulfonamida atau kehilangan permeabilitas.(9)

Gentamicin merupakan antibiotik spektrum luas golongan aminoglikosida. Kebanyakan bakteri streptococcus resisten terhadap gentamisin karena kegagalan obat ini untuk mencapai ribosom di dalam sel kuman.(10)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi saluran kemih secara umum dan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram negatif adalah meropenem.

Antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram positif adalah gentamicin, ciprofloxacin, dan trimethoprim-sulfomethoxazole.

Antibiotik yang tidak direkomendasikan sebagai pengobatan infeksi saluran kemih adalah cefixime dan amoxicillin karena memiliki resistensi yang tinggi terhadap bakteri penyebab

(18)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1.

Volk,W.A & Wheeler.M.F.1993.Mikrobiologi dasar jilid I edisi 5.Erlangga, Jakarta.

2.

Jurnal Pengendalian Mutu Bidang Mikrobiologi Klinik, Prihatini, Unair.

3.

Peran Mikrobiologi klinik pada penanganan penyakit infeksi, Hendro Wahjono,Semarang.

4.

Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

5.

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-7 . Percetakan

Imagraph. Jakarta.

6.

Waluyo L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang

7.

Paramita, L. Pola kepekaan bakteri penyebab infeksi saluran kemih te rhadap beberapa antibiotika di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2006.

8.

Helmansyah, R. Pola Kepekaan Bakteri Isolat Urin Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2003-2006. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. 2006.

9.

Jawetz, M & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23 alih bahasa hartanto, huriawati, dkk. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG. 2004.

Referensi

Dokumen terkait

bakteri dan spektrum aktivitas antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari 2013 – September 2015 .....

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kepekaan bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi dari urin penderita infeksi saluran kemih terhadap antibiotik cefixime,

Digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang rentan, terutama dalam saluran kemih, pernafasan, dan saluran pencernaan sehingga dapat digunakan untuk

Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Infeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman dan resistensi bakteri terhadap antibiotik pada penderita infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap rumah sakit

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat betapa pentingnya untuk mengetahui perbedaan pola resistensi antimikroba pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh

Untuk pengobatan radang sendi, mastitis, infeksi saluran pernapasan dan saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap Penisilin

Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien dewasa dengan infeksi saluran kemih menggunakan metode Gyssens di RS Bethesda