PEMBIMBING :
FAIS HAMZAH ST MT
FAIS HAMZAH, ST. MT.
(deformation). Salah satu penyebabnya adalah proses pengelasan.Selain pada perubahan bentuk, perubahan dimensi juga bisa terjadi pada saat pembuatan k l D f i i i bil tid k di t i k i b lk l h d t h kapal.Deformasi ini apabila tidak diatasi akan menimbulkan masalah pada tahap selanjutnya atau tahap erection.Masalah ini akan menambah jam kerja orang, menambah waktu produksi dan lain‐lain yang akan merugikan pihak galangan sebagai produsen kapal.Pada galangan PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard bahkan di beberapa galangan yang ada di seluruh Indonesia permasalahan ini sering terjadi di sini.
1. Bagaimana cara mencegah deformasi yang terjadi saat perakitan pondasi mesin?
2 Apakah yang terjadi jika proses levelling tidak dilakukan 2. Apakah yang terjadi jika proses levelling tidak dilakukan
pada perakitan pondasi mesin?
1. Untuk memperbaiki deformasi dan perubahan dimensi pada pondasi mesin dengan melakukan levelling.
2. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pengerjaan perakitan pondasi mesin tanpa disertai proses levelling
1. Proses levelling dilakukan di PT.Dumas Tanjung Perak Shipyard.
2. Produk yang dianalisa berupa pondasi mesin saat sub assembly.
3. Semua pengaruh lingkungan dan parameter pengelasan diabaikan.
1 Dapat mengetahui keakuratan (accuracy control) pada pengerjaan 1. Dapat mengetahui keakuratan (accuracy control) pada pengerjaan
sebuah produk.
2. Dapat menentukan solusi yang digunakan guna mengatasi deformasi. 3. Dengan memberikan perlakuan levelling pada pondasi mesin saat
sub assembly,deformasi dapat diminimalisir hingga saat menginjak proses berikutnya.
4. suatu keakuratan (accurancy control) dan kontrol suatu kualitas (quality control) merupakan hal yang sangatlah penting dalam pembangunan suatu produk.
Levelling adalah kegiatan mengukur perbedaan ketinggian suatu
k k k k b h
permukaan untuk menemukan suatu kerataan sebuah permukaan/bidang.
Pekerjaan pengukuran dan levelling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis
pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.
1. Proses levelling dengan menggunakanselang air yang berisi air.
Cara seperti ini masih bersifat konvensional dan metode ini digunakan jika peralatan levelling lainnya tidak tersedia Meskipun cukup akurat metode peralatan levelling lainnya tidak tersedia.Meskipun cukup akurat, metode selang air ini cukup memakan waktu untuk proses pekerjaan.
2. Theodolite, dengan menggunakan alat theodolite diharapkan suatu akurasi dapat tercapai daripada menggunakan selang air yang masih konvensional.
Alat Theodolite
Proses Levelling Dengan Theodolite Start Identifikasi Masalah Menentukan Blok Accuracy Control Proses Levelling Pondasi Mesin Pengambilan Data Levelling Studi Literatur
Proses Sub Assembly
Quality Control
Kesimpulan Analisa Data dan
Data yang dianalisa bertempat pada blok 113 yang berupa pondasi mesin saat masih proses sub assembly.Pengambilan data levelling pondasi dilakukan pada tanggal 12 Februari 2011 dari pukul 08.00 s/d 17.00 WIB di PT.Dumas Tanjung Perak Shipyard.
Posisi Pondasi Mesin Didudukkan Pada Building Birth
•Mempersiapkan alat theodolite,diletakkan sejauh ±2meter dari
building birth kemudian theodolite disetel.
•Melihat gambar kerja ukuran ketinggian pondasi mesin dari keel
•Melihat gambar kerja ukuran ketinggian pondasi mesin dari keel
sampai dengan engine bed, salah satu frame dijadikan acuan
pengerjaan levelling.
•Meteran ditarik dari keel sampai dengan baseline (tanah) dan
ditembak dengan theodolite.Kedua wrang posisi portside dan
starboard side diukur ketinggiannya dengan meteran, meteran
ditarik dari sisi pinggir wrang ke baseline.
p gg
g
•Jika salah satu sisi wrang bertambah atau berkurang dari ukuran
yang terdapat pada gambar kerja maka ketinggian tidak sama dan
dilakukan proses levelling.
diletakkan. Dongkrak ditarik sampai menyentuh angka yang sama
antara sisi portside dan starboard side.
•Setelah sama maka kedua sisi portside dan starboard side diberi
bracket dengan dilas pada center girder.Dengan memberikan
bracket penahan diharapkan posisi yang telah sama tadi tidak
berubah nilainya.
•Dilakukan menyeluruh dari frame 16 s/d frame 25.
•Setelah proses leveling selesai wrang pada pondasi mesin dapat
dil
h
l
b
k
h
P
l
lli
dilas penuh tanpa melepas bracket penahan.Proses levelling
dimulai dari wrang 1000mm dari center line hingga wrang
2000mm dari center line.
Frame longitudinal 1000mm
from CL (x) BL to Keel (y) x‐y=z
± (mm) P S 16 1135 77 1058 0 0 17 1271 51 1220 ‐40 40 18 1322 32 1290 ‐8 8 19 1374 19 1355 7 ‐7 20 1579 10 1569 ‐18 18 2 6 9 6
Hasil Levelling Engine Bed Longitudinal 1000mm From CL P/S
21 1619 4 1615 15 ‐15 22 1671 0 1671 0 0 23 1723 0 1723 11 ‐11 24 1490 0 1490 8 ‐8 25 1400 0 1400 ‐5 5 Frame longitudinal 2000mm
from CL (x) BL to Keel (y) x‐y=z
± (mm)
P S
16 1403 77 1326 0 0
Hasil Levelling Engine Bed Longitudinal 2000mm From CL P/S
17 1363 51 1312 ‐20 20 18 1322 32 1290 14 ‐14 19 1374 19 1355 8 ‐8 20 1579 10 1569 ‐12 12 21 1619 4 1615 17 ‐17 22 1671 0 1671 ‐9 9 23 1723 0 1723 0 0 24 1490 0 1490 18 ‐18
X = Jarak girder dari center line Y = Jarak baseline terhadap keel Z = Jarak girder dari center line ‐ Jarak baseline terhadap keel
P/S = Hasil levelling wrang posisi portside dan starboard side
Frame ± (mm) P S 16 0 0 17 ‐40 40 18 ‐8 8 19 7 ‐7 20 ‐18 18 21 15 ‐15 22 0 0 23 0 ‐11
Frame 16 pada posisi portside & starboard side menunjukkan angka 0 mempunyai arti bahwa kedua sisi tidak mengalami deformasi atau selevel
Frame 17 pada posisi portside & starboard side menunjukkan angka ‐40 & +40 mempunyai arti
23 0 11
24 8 ‐8
25 ‐5 5
bahwa kedua sisi mengalami deformasi atau selevel
1) Benda kerja mengalami pemuaian karena distribusi panasyang terjadi selama proses pengelasan sehingga pelat baja menjadi melar.Dengan adanya pemuaian dapat pengelasan sehingga pelat baja menjadi melar.Dengan adanya pemuaian dapat membuat perubahan dimensi dari benda kerja.Pada kasus ini wrang berubah dimensi yang tadinya simetri berubah naik turun posisinya karena center girder melengkung akibat pemuaian dari proses pengelasan.
2) Saat perakitan dan pengelasan secara langsung tanpa dilakukan proses levelling
dahulu.Dengan adanya proses perakitan tanpa dilevelling dahulu akan menimbulkan masalah saat semua perangkat terpasang hingga seluruh frame.Akan timbul masalah saat memasang engine bed, engine bed tidak bisa terpasang tepat pada girder dan memerlukan modifikasi.Pemasangan shell plate, akan timbul masalah bagaimana memasang shell plate saat semua main frame tidak simetris.Levelling pada engine bed berpengaruh saat pemasangan main engine nantinya.Berhubungan dengan penempatan baut penyetel kedudukan main engine sebelum dimulai chock fast.Baut penyetel berada pada antara frame 18 & 19 dan antara frame 22 &23.
1) Ketika tahap sub assembly berakhir dan dilanjutkannya tahap assembly dimana semua perangkat konstruksi sudah terpasang, dan deformasi ini tentu sangat
id k ki dil k k l lli k k i
menggangu, tidak mungkin dilaksanakan proses levelling saat semua konstruksi sudah terpasang.Makajam kerja akan bertambah,dan tidak sesuai targetyang telah disetujui karena harus membongkar keseluruhan pondasi.
2) Sesuai dengan perencanaan awal semua posisi wrang dalam keadaan level,tetapi jika tidak level nantinya saat akan pemasangan bracket akan terjadi masalah.Yakni bracket akan dimodif ulang agar posisi level.Bracket yang dimodif nilai modulusnya akan berkurang.Modulus pada pondasi mesin sangat besar karena untuk menopang bobot mesin induk juga menahan getaran yang dihasilkan dari mesin induk
dihasilkan dari mesin induk.
3) Produk yang gagal tentunya membuat owner kapal tidak akan kembali memesan kapal di galangan tersebut diakibatkan kurangnya suatu tingkat akurasi dan kualitas suatu produk.Dimana galangan kapal selaku produsen dan owner merupakan konsumen, jelas yang akan merugi adalah pihak galangan karena order akan akan berkurang.
1. Pada pengerjaan perakitan pondasi mesin seharusnya dilakukan proses
levelling dahulu pada wrang‐wrang sebelum melakukan proses
pengelasan
2. Dari segi accuracy control dilakukan untuk memonitor masing‐masing proses pekerjaan dari awal hingga akhir Selain itu penerapan
proses pekerjaan dari awal hingga akhir.Selain itu, penerapan
sepenuhnya sistem accuracy control memunculkan suatu timbal balik yang kuantitatif antara produk, perencanaan,serta hasil di lapangan. 3. Analisa dapat diperlihatkan pada hal ini sangat jelas untuk perbaikan
dan kemajuan dari suatu galangan kapal,seorang yang berada dibagian
quality control harus mengikuti seperti :
a. Lebih detail dalam pemeriksaan data/dimensi dari suatu produk.
b P ik l l d l k
b. Pemeriksaan peralatan‐peralatan dalam proses pengukuran (measuring).
c. Mereview kembali dari metode kerja.