• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF BIAYA DAN MANFAAT KEANGGOTAAN INDONESIA PADA ASIA-PACIFIC SPACE COOPERATION ORGANIZATION (APSCO) Oleh: Kelompok Penelitian I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF BIAYA DAN MANFAAT KEANGGOTAAN INDONESIA PADA ASIA-PACIFIC SPACE COOPERATION ORGANIZATION (APSCO) Oleh: Kelompok Penelitian I"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN EKSEKUTIF

BIAYA DAN MANFAAT KEANGGOTAAN INDONESIA PADA

ASIA-PACIFIC SPACE COOPERATION ORGANIZATION (APSCO)

Oleh: Kelompok Penelitian I Husni Nasution Sri Rubiyanti Bernhard Sianipar Dini Susanti Shinta Rahma Diana

Astri Rafikasari

PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

(LAPAN)

(2)

BIAYA DAN MANFAAT KEANGGOTAAN INDONESIA PADA ASIA PACIFIC SPACE COORDINATION ORGANIZATION (APSCO)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Asia-Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) adalah organisasi kerjasama

keantariksaan di luar sistem PBB untuk kawasan Asia-Pasifik yang diinisiasi oleh Republik Rakyat Tiongkok. Gagasan pembentukan APSCO telah dimulai pada pertengahan pertama tahun 1990-an. Pembentukan APSCO diawali dengan pembentukan wadah kerjasama

Asia-Pacific Multilateral Cooperation in Space Technology and Applications (AP-MCSTA) oleh

Tiongkok, Pakistan, dan Thailand di Beijing pada tahun 1992. AP-MCSTA bertujuan melakukan kerjasama di antara negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dalam aplikasi dan pengembangan teknologi antariksa, serta sekaligus membentuk institusi sebagai wadah untuk kerjasama tersebut.

Dalam upaya pembentukan APSCO tersebut AP-MCSTA beberapa kali menyelenggarakan pertemuan. Dalam berbagai pertemuan tersebut Indonesia diwakili oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai instansi focal point di bidang keantariksaan dan Kementerian Luar Negeri RI. Pada pertemuan penandatanganan, Beijing, 27—29 Oktober 2005, Indonesia ikut menandatangani Konvensi APSCO pada tanggal 28 Oktober 2005 bersama dengan tujuh negara lainnya yaitu Bangladesh, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru, Thailand, dan Tiongkok. Tujuh negara tersebut sudah meratifikasi Konvensi APSCO sekaligus sudah menjadi anggota penuh. Kemudian disusul dengan Turki yang masuk belakangan menjadi anggota, juga sudah menandatangan dan meratifikasinya. Sehingga sampai saat ini, dari delapan negara penandatangan awal ditambah dengan Turki hanya Indonesia yang belum meratifikasi Konvensi APSCO.

Tujuan utama APSCO adalah untuk memungkinkan pengembangan kemampuan negara anggota di bidang keantariksaan melalui pemanfaatan bersama suberdaya bagi keuntungan masyarakat di wilayah Asia-Pasifik pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Sasaran yang ingin dicapai oleh APSCO, yaitu:

1. Mempromosikan dan memperkuat pengembangan program-program kerjasama keantariksaan diantara negara-negara anggota melalui pembentukan basis kerjasama secara damai dalam hal pemanfaatan iptek keantariksaan;

2. Mengambil tindakan-tindakan yang efektif guna membantu negara-negara anggota di bidang penelitian dan pengembangan, pemanfaatan dan pelatihan dengan jalan mengembangkan dan mengiplementasikan kebijakan pengembangan keantariksaan; 3. Meningkatkan kerjasama, pengembangan bersama, dan berbagi pencapaian

(kemajuan) di bidang iptek keantariksaan besera pemanfaatannya, serta penelitian di bidang sains antariksa dengan menggali potensi kerjasama di wilayah Asia-Pasifik; 4. Memperluas kerjasama diantara perusahaan dan institusi yang relevan dan

mempromosikan industrialisasi teknologi antariksa dan pemanfaatannya.

5. Berkontribusi terhadap pemanfaatan antariksa secara damai dalam aktivitas kerjasama internasional di bidang teknologi antariksa dan pemafaatannya.

Struktur organisasi Sekretariat APSCO pada saat ini sebagaimana diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

(3)

Gambar 1: Struktur Organisasi Sekretariat APSCO

Rumusan kebijakan yang dibuat untuk meratifikasi atau tidaknya konvensi APSCO didasarkan pada kajian biaya dan manfaat. Sedangkan dasar analisis untuk merumuskan kebijakan bagi Indonesia dalam keanggotaannya pada APSCO berlandaskan pada, Keputusan Presiden RI Nomor 64 Tahun 1999 tentang Keanggotaan Indonesia dan Kontribusi Pemerintah Republik Indonesia pada Organisasi Organisasi Internasional, pada Pasal 3, terkait dengan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan kerja sama pada organisasi internasional.

1. Pertimbangan pertama dan kedua Keputusan Presiden RI Nomor 64 Tahun 1999

Pertimbangan pertama menitikberatkan pada manfaat yang dapat diperoleh dari keanggotaan pada organisasi internasional yang bersangkutan dan kontribusi yang harus dibayar sebagaimana disepakati bersama dan diatur dalam ketentuan organisasi yang bersangkutan serta formula perhitungannya.

Manfaat yang dapat diperoleh Indonesia jika Indonesia masuk menjadi anggota APSCO dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan dan program-program yang dijalankan APSCO. Tabel 1 program APSCO yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia jika menjadi anggota.

Tabel 1 : PEMANFAATAN PROGRAM APSCO OLEH INDONESIA

No. Description Remark

1 SALARY

(International Official)/ Deputy Director-General

- Asumsi untuk posisi Deputy

Director-General

- Asuransi kesehatan dan Tunjangan Pendidikan Anak (di bawah 18 tahun)

2 BASIC ACTIVITIES: o Fundamental Research

 Activities on Space Science  APOSOS Projects  Earthquake Project

- keuntungan dari training and

workshop

- Manfaat tidak berwujud, seperti Secretary general

Deputy Secretary General

Department of External Relation &

Legal Affairs

Department of Strategic Plan & Program Management Department of Education/Training & Database Management Department of Administration & Finance

(4)

No. Description Remark  Ka Band Project

- keuntungan dari training and workshop

- 2 training/workshop per tahun dengan 2 patrisipan setiap kegiatan

- Estimasi biaya ticket, akomodasi, makan,

transportasi, dokumen, biaya pengajar/trainer, dsb.

ilmu pengetahuan dan peningkatan kompetensi

2 orang untuk 6 Workshop (atau

meeting)

 Activities on Space Technology

 1 large-scale project, SMMS Constellation  opportunities from both space-based and

ground-based networks

 shared space development infrastructure - 2 trainings/workshops per year with 2

participants under the project

- Estimated cost includes tickets,

accommodation, meals, transportation, documents, lecture fee, etc.

- Develop 8 satellites jointly with all Member States

- Phase B (design) will KO soon

- Will be launched by China

 Activities on Space Application

 DSSP and Its Application Pilot Projects  Navigation Project

 Radiometric Calibration Project  Establishment of Framework Project  Newly approved project: Telemedicine

Project

 shared 5 ground-based networks - 2 trainings/workshops per year with 1

participants under each activity

- Estimated cost includes tickets,

accommodation, meals, transportation, documents, lecture fee, etc.

1 orang untuk 10 Workshop/meeting

o Education & Training  Short Training Program:

 Training 1 (1 person/Member State)  Training 2 (2 person/ Member State)  Training 3 (1 person/ Member State)

- Including tickets, accommodation,

meals, transportation, documents, lecture fee, etc.

 Degree Education Program  2 participants for MASTA/year  1 participants for DOCSTA/year

- Biaya Transport - Uang Pendidikan  Distance Education Program

 4 kali dalam setahun  Student Small Satellite project  Kick-off SSS project (in China)

 On-line Training on SSS project (in China)  Project Management Meeting (in

Turkey/Pakistan)/ The 1stAPSCO Small Satellite Workshop

 SSS project A/B Technical Review  Other necessary project meetings and

trainings as decided by PMB

1 person untuk 4 training/meeting

 Database development strategy

(5)

No. Description Remark  Space Education for Future Generation

 Summer School (2 people)  CanSat competitions

1 orang untuk 2 meeting

 Space education curricula development

project

 Two Expert Group Meetings (1 participant

per meeting)

1 orang untuk 2 meeting

Exchange of Scientist/Technologists

 International Symposium (once every two

years, 2 participants)

 Space Law & Policy Forum (once every two

years, 2 participants)

2 orang untuk 1 Simposium (atau Forum Hukum)

Data Sharing Service Platform

Kajian biaya dan manfaat dapat dilakukan salah satunya dengan melihat struktur keuangan organisasi APSCO. Dengan melihat struktur keuangan APSCO akan tergambar kegiatan-kegiatan dan program-program yang dilakukan oleh APSCO sehingga dapat dilihat kinerja organisasi APSCO. Lebih lanjut yang menjadi penting adalah dengan mengetahui struktur keuangan APSCO, maka dapat dilihat seberapa besar potensi manfaat yang dapat diperoleh dari APSCO dibandingkan dengan biaya berupa kontribusi yang dibayarkan. Berikut ini adalah gambar struktur keuangan APSCO.

Gambar 2: Struktur Income Organisasi APSCO

Gambar 3: Struktur Expenditure Organisasi APSCO

Sumber: Data diolah

Struktur keuangan tersebut diatas memperlihatkan bahwa struktur keuangan APSCO terdiri dari Income dan Expenditures. Income merupakan penerimaan bagi APSCO atau arus kas masuk bagi APSCO. Income organisasi APSCO terdiri dari contribution member state,

(6)

optional project management fee dan other income (interest dan tax). Contribution member state berasal dari kontribusi yang dibayarkan oleh negara-negara anggota APSCO, yang

diperhitungkan dari GDP masing-masing anggota. Dengan demikian Income merupakan biaya bagi Negara-negara anggota.

Expenditures merupakan pengeluaran bagi APSCO atau arus kas keluar. Pengeluaran

digunakan untuk medanai kegiatan-kegiatan ataupun program-program APSCO, berupa (1)

staff salary : international official, local staff, personnel documents management, (2) Basic Activities : Activities & Development Plan, Fundamental Research, Extending Applications, Education & Training, Membership Expansion, dan Network Management dan (3) Administration. Dengan demikian, Expenditures tersebut merupakan manfaat yang dapat

diperoleh oleh Negara-negara anggota APSCO.

Berdasarkan ketentuan Konvensi APSCO, apabila suatu negara meratifikasi Konvensi APSCO, maka akan ada konsekuensi yang harus dipenuhi oleh pemerintah dari negara peratifikasi tersebut. Konsekuensi tersebut, antara lain ialah harus memberi kontribusi tahunan (annual fee) untuk anggaran APSCO. Untuk mendanai kegiatan-kegiatan, maka dibuat pengaturan keuangan sebagai berikut (APSCO, 2005):

a. Dana organisasi harus disediakan melalui konstribusi negara-negara anggota, hibah sukarela dari pemerintah Tuan Rumah dan negara anggota lainnya, sumbangan atau subsidi yang diterima dari organisasi lain, dan jasa-jasa yang diberikan terhadap pihak lainnya;

b. Setiap negara anggota wajib berkontribusi untuk anggaran organisasi sesuai dengan pengaturan keuangan yang akan diputuskan oleh Dewan;

c. Dewan melalui konsensus akan menentukan skala kontribusi keuangan dari masing-masing negara anggota, dan harus ditinjau kembali setiap tiga tahun;

d. Skala kontribusi keuangan dari masing-masing negara anggota wajib dihitung dari setiap tingkat kemajuan ekonomi dan rata-rata Gross Domestic Product (GDP) per kapita;

e. Masing-masing negara anggota wajib dipersyaratkan untuk memberikan kontribusi keuangan minimum, yang disebut dengan ”floor” kepada organisasi, yang akan diputuskan oleh Dewan berdasarkan dua per tiga mayoritas suara;

f. Tidak satupun negara anggota wajib dipersyaratkan untuk membayar kontribusi keuangan melebihi 18 % dari anggaran Organisasi yang telah disepakati;

g. Berdasarkan setiap arahan yang diberikan oleh Dewan, Sekretaris Jenderal dapat menerima sumbangan-sumbangan, hadiah-hadiah atau warisan-warisan (legacies) pada Organisasi asalkan tidak memberikan persyaratan apapun yang bertentangan dengan tujuan-tujuan Organisasi.

Dalam menentukan skala kontribusi negara anggota APSCO untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 menggunakan data GDP dan populasi negara anggota tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Perhitungan skala kontribusi negara anggota menggunakan data GDP dan populasi yang dikeluarkan/dipublikasikan oleh World Bank. Hasil perhitungan kontribusi (%) yang diolah untuk tiap-tiap Negara anggota dengan menggunakan dasar data yang diambil dari World Bank adalah sebagaimana dimuat dalam Tabel 2 berikut.

(7)

Tabel 2: PERSENTASE KONTRIBUSI NEGARA ANGGOTA APSCO DAN INDONESIA TAHUN 2015-2017 (USD)

Nama Negara 50% rata-rata GDP

50% Rata-rata GDP per kapita

(0,5xGDP) + (0,5 x

GDP per Kapita) (%) Kontribusi (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Bangladesh 0,59 0,9645 1,5545 3,0000 China 36,39 6,8491 43,2391 18,0000 Iran, Islamic Rep. 2,33 7,7818 10,1118 10,1118 Mongolia 0,05 4,5602 4,6102 4,6102 Pakistan 0,96 1,3746 2,3346 3,0000 Peru 0,81 6,8163 7,6263 7,6263 Thailand 1,57 5,9493 7,5193 7,5193 Turkey 3,41 11,7136 15,1236 15,1236 Indonesia 3,89 3,9906 7,8806 7,8806 TOTAL 50,00 50,0000 100,0000 76,8718 Sumber: (Data diolah)

Sedangkan perhitungan yang dilakukan oleh APSCO apabila Indonesia menjadi anggotanya kontribusi masing-masing anggota APSCO untuk tahun 2015—2017 sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3: PERSENTASE KONTRIBUSI NEGARA ANGGOTA APSCO DAN INDONESIA TAHUN 2015-2017 (USD)

Negara Anggota Rata2 GDP 3 Thn (2011-2013) GDP (%) 50% GDP Rata2 GDP per kapita 3 Thn (2011-2013) GDP per kapita (%) 50% GDP per kapita Total (%) (5)+(8) Kontr (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Bangladesh 119.265.372.121 1,06 0,53 770,466 1,75 0,83 1,41 3,00 2. China 8.263.884.145.587 73,14 35,57 6.115.841 13,93 6,97 43,54 18,00 3. Iran 466.686.574.918 4,13 2,07 6.115.841 13,93 6,97 9,03 9,03 4. Mongolia 10.199.934.549 0,09 0,05 3.642.852 8,30 4,16 4,19 4,19 5. Pakistan 225.063.672.652 1,99 1,00 1.255.763 2,86 1,43 2,43 3,00 6. Peru 188.498.547.995 1,67 0,83 6.281.007 14,31 7,15 7,99 7,99 7. Thailand 366.296.737.409 3,24 1,62 5.483.619 12,49 6,35 7,87 7,87 8. Turkey 794.608.139.869 7,03 3,52 10.737.068 24,46 12,23 15,75 15,75 9. Indonesia 863.665.546.159 7,64 3,82 3.498.809 7,97 3,98 7,81 7,81 Total 11.298.168.671.558 100 50,00 43.901.248 100,00 50,00 100,00 76,63 Sumber: APSCO

Apabila hasil perhitungan APSCO dibandingkan dengan data diolah, maka selisihnya dapat dilihat dalam Tabel 4, dengan menggunakan dasar kurs dolar dan berdasarkan kurs Bank Indonesia sebesar Rp. 13.103,- anggaran APSCO untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 masing-masing adalah 4.763.075,00 USD; 4.878.756,00 USD; dan 4.990.301,00 USD.

(8)

Tabel 4: PERBANDINGAN KONTRIBUSI DATA PERHITUNGAN APSCO DENGAN DATA DIOLAH TAHUN 2015-2017

Kontribusi (%)

Kontribusi Anggota

2015 2016 2017

USD IDR USD IDR USD IDR

7,81 371,996.16 4.874.265.684 381,030.84 4.992.647.097 389,742.51 5.106.796.109

7,88 375,358.9 4.918.327.667 384,475.3 5.037.779.856 393,265.7 5.152.960.467

Selisih 3,362,74 44.061.983 3,444.46 45.132.759 3,523.19 46.164.358

Sumber: Data Diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan kontribusi apabila Indonesia masuk menjadi anggota APSCO, memperlihatkan hasil perhitungan kontribusi yang diperhitungkan oleh secretariat APSCO lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan data diolah. Sehingga untuk analisa lebih lanjut dalam menghitung biaya dan manfaat menggunakan data yang lebih menguntungkan bagi Indonesia yaitu menggunakan skala kontribusi yang lebih kecil yaitu 7,81%.

Manfaat yang diperoleh Indonesia apabila masuk menjadi anggota APSCO akan dilihat dari manfaat berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) dengan berlandaskan kepada Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 1999 tentang Keanggotaan dan Kontribusi Pemerintah Indonesia Pada Organisasi-Organisasi Internasional.

Dari anggaran APSCO yang dihimpun melalui kontribusi anggota APSCO termasuk Indonesia apabila sudah menjadi anggota APSCO, biaya pengelolaan proyek opsional, dan masukan dari sumber lainnya, Indonesia dapat memperolah manfaat pengembalian dari kontribusi yang diberikan tersebut yaitu dari staff salary, basic activities dan administration.

Manfaat dari Staff salary diperoleh apabila Indonesia menduduki salah satu jabatan yang ada di organisasi APSCO, baik sebagai Sekretaris Jenderal maupun sebagai Deputi Sekretaris Jenderal serta jabatan lainnya. Indonesia juga dapat sebagai tuan rumah untuk program-program APSCO.

Manfaat yang dapat diperoleh dari basic activities, adalah sebagai berikut:

a. Kemanfaatan dari kegiatan-kegiatan penelitian dasar di bidang peraturan dan hukum antariksa, ilmu pengetahuan antariksa, teknologi antariksa, dan apikasi antariksa. b. Kemanfaatan dari pengembangan sumber daya manusia (capacity building) mencakup

short training course, degree education program, distance education, international symposium, dan lain-lain.

c. Kemanfaatan yang dapat diperoleh dengan dapat diikutsertakan Indonesia di dalam pemeran-pameran berkaitan dengan program APSCO.

d. Kemanfaatan lainnya dapat diperoleh dari Establishment of APSCO and Membership

Expansion. Establishment of APSCO and Membership Expansion merupakan suatu

tindakan yang dilakukan oleh Organisasi untuk memperbesar Organisasi (memperbesar kegiatan dan program-program), dengan cara perluasan modal. Perluasan atau expansi diperlukan oleh suatu Organisasi dalam hal ini APSCO, untuk mencapai efisiensi dan dapat menjadikan Organisasi lebih kompetitif, sehingga dapat meningkatkan bargaining power Organisasi di mata Negara-negara lain. Peluang

(9)

potensi positif negara lain tersebut dapat diambil manfaatnya oleh negara-negara anggota APSCO. Expansi juga diperlukan untuk meningkatkan Value Organisasi dan manfaatnya dapat diterima oleh negara-negara anggota. Manfaat

tangible yang dapat diambil tersebut berupa berkurangnya prosentase kontribusi yang

harus dibayarkan Negara-negara anggota. Hal tersebut dapat dilihat dari rumus perhitungan kontribusi yang menunjukkan bahwa dengan bertambahnya anggota dalam organisasi maka kontribusi yang dibayarkan oleh negara-negara anggota akan semakin kecil. Hal tersebut mendukung dan sesuai dengan konsep Nuechterlein terkait dengan economic interest yaitu adanya peningkatan ekonomi bangsa dan negara untuk kesejahteraan dalam melakukan interaksi dengan negara lain. Manfaat yang diterima berupa potensi penghematan sumber RI minimal sebesar konsep perhitungan Basic Activitiy yang diterapkan pada perhitungan biaya dan manfaat kajian ini.

Sedangkan manfaat yang dapat diterima dari biaya administrasi dapat dilihat dari komponen pembentuk biaya tersebut. Prosentase besar komponen pembentuk biaya tersebut adalah biaya yang digunakan untuk keperluan meeting, official travel dan biaya pendukung lainnya. Biaya diselenggarakannya council meeting APSCO tidak lagi dibebankan kepada negara-negara anggota. Pengeluaran-pengeluaran terkait dengan penyelenggaraan council

meeting termasuk perjalanan dinas ditanggung oleh APSCO. Hal tersebut merupakan manfaat

yang diterima oleh negara anggota. Besaran manfaat yang diterima adalah sebesar biaya yang dikeluarkan oleh APSCO terkait dengan penyelenggaraan meeting tersebut. Hal ini tidak seperti organisasi lainnya dimana negara anggota tetap mengeluarkan biaya untuk menghadiri pertemuan.

Manfaat yang dapat diperoleh seperti yang telah dijelaskan diatas diklasifikasikan kedalam 3 kelompok biaya, yaitu staff salary, basic activities, dan administration. Dasar perhitungan menggunakan data forecast 3 tahunan yang dibuat oleh APSCO. Dasar untuk perhitungan staff salary menggunakan asumsi bahwa Indonesia menduduki satu kursi dalam anggota dewan APSCO minimal sebagai Deputi. Sedangkan dasar perhitungan untuk basic

activity, tahap awal adalah mengelompokkan basic activity kedalam kelompok urutan

berdasarkan tingkat likuiditasnya. Basic activity yang dikelompokkan kedalam enam kelompok kemudian dibagi kedalam 3 kelompok yaitu fundamental research, education and

training dan expenditures lainnya masuk kedalam kelompok Establishment of APSCO and membership. Dasar perhitungan untuk basic activity menggunakan dasar perolehan manfaat

sebesar kontribusi yang dibayarkan yaitu sebesar 7,81%. Sedangkan dasar perhitungan untuk menghitung administration menggunakan dasar pembagian yang sama untuk semua Negara anggota. Hal ini dikarenakan bahwa setiap Negara anggota mempunyai hak yang sama untuk menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh APSCO.

Berdasarkan konsep-konsep perhitungan yang sudah disebutkan di atas, maka hasil perhitungan biaya dan manfaat jika Indonesia meratifikasi konvensi APSCO dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut.

(10)

Tabel 5: ESTIMASI KONTRIBUSI BIAYA (COST) DAN MANFAAT (BENEFIT) KEANGGOTAAN INDONESIA PADA APSCO DASAR

MANFAAT DIPEROLEH SEBESAR KONTRIBUSI

dalam US $

Kontribusi Expenditure – Manfaat yang diperoleh 381.031  Salary 64.265  Basic activity : - Fundamental Research (1.145.000 x 7,81%) - Education & Training (660.000 x 7,81%) - Establishment of APSCO and Membership Expansion

Total Basic Activity 7,81% x 2.289.000

89.425

51.546 37.800

178.771  Administrasi (Asumsi sama untuk semua negara) 96.889

Total 339.925

Sumber : Data diolah

Perhitungan biaya dan manfaat dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep teori investasi, dimana tingkat pengembalian investasi diperoleh minimal sebesar dana yang dikeluarkan untuk investasi tersebut. Sehingga manfaat yang diperoleh Indonesia minimal harus sebesar kontribusi yang dibayarkan. Kontribusi Indonesia sebesar 7,81% dari anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran APSCO yang ditetapkan untuk tahun 2016 sebesar US $ 4.878.756, sehingga kontribusi yang harus dibayarkan oleh Indonesia sebesar $ 381.031.

Manfaat yang dapat diperoleh dari expenditures sebesar US $ 339.925 yang berasal dari salary, basic acivities dan administration. Manfaat dari salary diperhitungkan berdasarkan forecast yang ada dalam financial report tahunan dengan asumsi penempatan 1 orang di dalam keorganisasian APSCO sebagai Deputi. Berdasarkan perhitungan, maka manfaat yang dapat diperoleh dari salary diukur dalam satuan moneter sebesar US $ 64.265. Manfaat yang diperoleh dari basic activity sebesar US $ 178.771, berasal dari 7,81% dari total basic activity yang dianggarkan sebesar US $ 2.289.000. Basic Activity tersebut diperoleh dari fundamental research sebesar US $ 89.425, education & training sebesar US $ 51.546 dan establishment of APSCO and membership expansion sebesar US $ 37.800. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari administration sebesar US $ 96.889.

Hasil perhitungan menunjukkan dari kontribusi yang dibayarkan Indonesia sebesar US $ 381.031, manfaat yang dapat diterima sebesar US $ 339.925. Sehingga jika dilihat dari kemanfaatan tangible, Indonesia defisit sebesar US $ 41.106. Hal tersebut menunjukkkan bahwa jika Indonesia meratifikasi konvensi APSCO, seharusnya Indonesia memperoleh kemanfaatan lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi APSCO, APSCO memberikan peluang yang sama untuk semua negara-negara anggotanya didalam memanfaatkan program-program basic activity yang ditawarkannya. Sehingga dengan melihat kecenderungan tersebut maka perhitungan cost dan benefit APSCO didasarkan pada pembagian program basic activity yang sama untuk semua negara anggota. Sedangkan untuk

(11)

sebagai Deputi. Perhitungan biaya dan manfaat dengan dasar pertimbangan tersebut adalah sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6: ESTIMASI KONTRIBUSI BIAYA (COST) DAN MANFAAT (BENEFIT) KEANGGOTAAN INDONESIA PADA APSCO DASAR

PEROLEHAN MANFAAT YANG SAMA UNTUK SEMUA ANGGOTA

dalam US $

Sumber: Data Diolah

Hasil perhitungan kontribusi menggunakan konsep yang sama, dan diperoleh hasil yang sama dengan Table 5 di atas, yaitu sebesar US $ 381.031. Manfaat yang dapat diperoleh dari expenditures sebesar US $ 415.486 yang berasal dari Salary, Basic Acivities dan Administration. Manfaat dari Salary diperhitungkan berdasarkan forecast yang ada dalam

financial report tahunan dengan asumsi penempatan 1 orang di dalam keorganisasian

APSCO sebagai Deputi. Berdasarkan perhitungan, maka manfaat yang dapat diperoleh dari Salary diukur dalam satuan moneter sebesar US $ 64.265. Manfaat yang diperoleh dari Basic Activity sebesar US $ 254.332, berasal dari perolehan manfaat yang sama untuk semua Negara anggota, dimana Basic Activity dianggarkan sebesar US $ 2.289.000 untuk 9 negara anggota. Basic Activity tersebut diklasifikasikan kedalam 3 kelompok aktivitas, yaitu Fundamental Research sebesar US $ 127.222, Education & Training sebesar US $ 73.333 dan Establishment of APSCO and Membership Expansion sebesar US $ 53.777. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari Administration sebesar US $ 96.889.

Hasil kajian dengan menggunakan dasar perhitungan diatas menunjukkan bahwa dari kontribusi yang dibayarkan Indonesia sebesar US $ 381.031, manfaat yang dapat diterima sebesar US $415.486. Sehingga jika dilihat dari kemanfaatan tangible dengan menggunakan pola dasar yang diterapkan oleh APSCO, maka Indonesia dapat memperoleh surplus sebesar US $34.455. Hal tersebut menunjukkkan bahwa jika Indonesia meratifikasi konvensi APSCO, Indonesia memperoleh kemanfaatan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Hasil perhitungan biaya dan manfaat memperlihatkan bahwa seharusnya Indonesia memperoleh kemanfaatan sebesar prosentase kontribusi yang dibayarkan Indonesia ke organisasi APSCO, dimana hasil perhitungan menunjukkan bahwa Indonesia mengalami deficit atau dengan kata lain kemanfaatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi yang dibayarkan jika kontribusi yang dibayarkan sebesar 7,81% (berdasarkan perhitungan secretariat (APSCO). Akan tetapi secara perhitungan actual yang didasarkan

Kontribusi Expenditure 381.031  Salary 64.265  Basic activity :

- Fundamental Research (1.145.000:9 neg)

- Education Training (660.000 : 9 neg) utk 4 program - Establishment of APSCO and Membership

Expansion

Total Basic Activity

127.222 73.333 53.777 254.332

 Administrasi (Asumsi sama untuk semua negara) 96.889

(12)

pada pola atau sistem yang diterapkan oleh APSCO, yang menerapkan sistem bahwa setiap Negara anggota mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh kemanfaatan yang ditawarkan melalui kegiatan-kegiatan ataupun program-program APSCO, hasilnya menunjukkan realisasi kemanfaatan yang diperoleh Indonesia adalah surplus. Artinya manfaat yang diperoleh Indonesia lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang dibayarkan.

Surplus tersebut dengan asumsi bahwa Indonesia memanfaatkan manfaat tangible program APSCO dengan maksimal. Benefit yang didapatkan benar-benar terealisasi jika Indonesia dapat benar-benar memanfaatkan program-program yang ditawarkan oleh APSCO dan dapat menempatkan orang untuk menduduki salah satu jabatan yang ada di organisasi APSCO setingkat Deputi. Surplus sebesar US $ 34.455, belum menghitung kemanfaatan dari data Sharing Service Platform dan kemanfaatan lain yang dapat diterima dari manfaat

intangible. Apabila dikuantifikasikan maka data sharing service platform dapat

menghasilkan manfaat sebesar : 1000 scenes of satellite data/year (for 2 meter resolution:

around 625USD/scene) atau (for 0.8 meter resolution: around 1560USD/scene).

Kemanfaatan tidak berwujud mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 1999 Tentang Keanggotaan Indonesia Dan Kontribusi Pemerintah Republik Indonesia Pada Organisasi-Organisasi Internasional, pasal 4, yang menyebutkan bahwa manfaat-manfaat yang perlu dipertimbangkan adalah manfaat ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, perdamaian dan keamanan internasional, kemanusiaan, dan manfaat lainnya.

Manfaat ideologi yang diharapkan dari kerjasama pada APSCO adalah untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan Negara, yaitu dapat memperoleh manfaat untuk mengetahui nilai-nilai negara lain, sehingga dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif yan terdapat di dalamnya. Di samping itu pula, Indonesia dapat menunjukkan keunggulan ideologi Pancasila yang dimiliki dan telah beberapa kali diuji ketangguhannya dalam perjalanan bangsa Indonesia sampai saat ini.

Manfaat politik, yaitu Indonesia sebagai negara yang masih sedang berkembang dalam teknologi keantariksaan menjadikan APSCO sebagai connectivity dengan negara-negara anggota APSCO lainnya sehingga terbuka jalur untuk kerjasama bilateral sehingga Indonesia dapat memperoleh transfer of technology keantariksaan. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan Indonesia sebagai negara anggota untuk mempengaruhi dan meluaskan hubungan kerja sama melalui mekanisme APSCO. Selain itu keberadaan APSCO yang telah terdaftar di PBB dan menjadi observer tetap COPUOS, menjadikan APSCO memiliki peranan yang penting dalam keantariksaan internasional dengan cara berpatisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan keantariksaan yang dilaksanakan oleh PBB, yang secara tidak langsung akan meningkatkan “National Pride” Indonesia di mata negara-negara lain dalam kegiatan keantariksaan Internasional.

Manfaat Ekonomi, yaitu kerjasama multilateral APSCO dan bilateral yang dilakukan Indonesia dengan Tiongkok akan menambah kepercayaan untuk investasi di Indonesia untuk kepentingan riset bersama yang akan meringankan beban pendanaan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi penerbangan dan antariksa di Indonesia, baik lewat joint on venture, joint investation maupun lainnya.

Manfaat sosial budaya, yaitu masuknya Indonesia dalam organisasi APSCO akan menjadikan organisasi tersebut semakin disegani, mendatangkan tenaga ahli dari

(13)

negara-negara anggota APSCO yang memiliki ahli tertentu dimana Indonesia masih belum mimiliki atau masih mimiliki kekurangan. Melalui kerjasama APSCO tujuan Indonesia tersebut diharapkan dapat dilakukan lebih mudah.

Manfaat Perdamaian dan Keamanan Internasional, yaitu untuk mendorong menciptakan stabilitas tidak hanya di kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi juga di kawasan Asia Pasifik bersama-sama dengan negara-negara anggota APSCO lainnya, dan hal tersebut sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yang diantaranya menyebutkan bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.

Manfaat Kemanusiaan adalah untuk menunjang upaya pencegahan dan penanggulangan bencana serta rehabilitasi yang diakibatkannya, dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam setiap tahunnya seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, dan gunug api sangat membutuhkan teknologi tersebut.

Manfaat lainnya yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan kapasitas yang tidak dapat dikuantifikasikan, dimana manfaat tidak berwujud ini sangat penting bagi penjalaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa di Indonesia. Negara-negara Anggota akan mendapatkan keuntungan maksimal melalui kerja sama multilateral dalam penelitian, eksplorasi, pengembangan, dan penerapan dari pengembangan bersama program dan kegiatan keantariksaan. Pembangunan bersama akan mengurangi risiko yang terkait dengan teknologi antariksa ini. Dengan menjadi anggota APSCO, SDM yang telah mengikuti pelatihan ataupun yang mengikuti pendidikan S2 atau S3 dapat memberi manfaat bagi SDM lain, baik di LAPAN maupun di luar LAPAN melalui Bimbingan Teknik. Dengan menjadi anggota APSCO, ada peluang bagi Indonesia untuk memajukan keterlibatan industry swasta nasional dalam berbagai proyek APSCO sebagaimana diatur dalam Konvensi APSCO khususnya pasal 5 tentang Kebijakan Industri. 2. Pertimbangan ketiga Keputusan Presiden RI Nomor 64 Tahun 1999

Pertimbangan ketiga adalah keanggotaan Indonesia pada suatu organisasi internasional yang mempunyai lingkup dan kegiatan yang sejenis. Keterlibatan Indonesia di dalam organisasi yang ada di dalam dan luar sistem PBB dan kontribusi Indonesia pada organisasi internasional di bidang teknologi keantariksaan, dilakukan dalam rangka meningkatkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa. Lingkup kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut berupa sidang tahunan, seminar, workshop, diklat dalam aplikasi inderaja, satelit komunikasi, satelit meteorologi, space

sciences, hasil penelitian tentang keantariksaan yang disebarluaskan kepada anggota

(pertemuan-pertemua ilmiah), symposium solar-terrestrial physics, dan pertukaran data/informasi.

Lingkup kerja sama dengan organisasi-organisasi internasional tersebut yang membedakan dengan kerja sama yang akan dilakukan dengan APSCO adalah kerja sama di APSCO setiap negera diberi kesempatan yang sama di dalam setiap kegiatan. Negara anggota diberi kesempatan untuk mengusulkan kegiatan-kegiatan untuk dilakukan secara bersama. Kesempatan tersebut dapat dijadikan peluang bagi negara anggota untuk mengusulkan kegiatan penting di bidang keantariksaan yang ada di masing-masing negara anggota untuk didampingkan dengan kegiatan yang ada di APSCO, sehingga dimungkinkan dalam kegiatan

(14)

tersebut terjadinya sharing pengetahuan dari para ahli negara anggota dan transfer teknologi dari negara yang memiliki kemampuan lebih di bidang teknologi keantariksaan. Karena, di dalam kerja sama APSCO terdapat proyek-proyek yang dapat meningkatkan kemampuan, seperti proyek Small Satellite System (SSS) dan APOSOS. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan APSCO ke depanya sepertinya akan sama dengan apa yang dilakukan oleh Kelompok Negara-Negara Eropa yang tergabung dalam European Space Agency (ESA). Masing-masing anggota memberikan kontribusi dan akan mendapat manfaat dari kontribusi tersebut untuk kepentingan negaranya.

Kemampuan yang dimiliki negara anggota APSCO juga beragam, ada yang baru memiliki kemampuan pada tahap aplikasi teknologi antariksa, tetapi ada juga yang telah memiliki kemampuan di dalam memproduksi teknologi dan mengkomersialisasikanya. Bahkan negara tersebut sudah dapat disetarakan dengan Amerika Serikat dan Rusia. Beberapa negara juga ada yang memiliki program pengembangan teknologi roket dan telah mampu di dalam merancang dan membangun roket-roket sonda untuk tujuan ilmiah yang mana program tersebut tidak terdapat di dalam programnya APSCO. Hal tersebut juga memberikan peluang lain bagi Indonesia apabila masuk menjadi anggota APSCO, melalui kerja sama APSCO tentu akan mempermudah dilakukannya kerja sama bilateral dengan negara-negara APSCO.

Dari uraian dan analisis tersebut diatas maka kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk meratifikasi atau tidak meratifikasi Konvensi APSCO dapat lebih jelas. Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:

1. Apabila Indonesia masuk menjadi anggota APSCO maka benefit yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi yang dibayarkan oleh pemerintah Indonesia.

2. Masuknya Indonesia dalam organisasi APSCO, akan memberikan peluang lebih mudah bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama bilateral dengan negara anggota di program lain yang tidak terdapat di APSCO, misalnya dalam program pengembangan teknologi wahana peluncur roket.

3. Sebagai negara penandatangan berdirinya APSCO dan apabila Indonesia melanjutkannya dengan meratifikasi Konvensi APSCO tersebut, maka akan memberikan citra yang lebih baik lagi bagi Indonesia di tingkat internasional dengan kekonsistensian Indonesia.

Dari kesimpulan tersebut di atas maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Sebaiknya Indonesia segera meratifikasi Konvensi dan menjadi anggota APSCO. 2. Perlu melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait dan pihak Kementerian Luar

Negeri RI di level yang lebih tinggi mengingat Indonesia membutuhkan berbagai kerja sama internasional untuk meningkatkan kemampuan teknologi antariksa di Indonesia.

3. Apabila hal tersebut benar-benar dapat terealisasikan maka Indonesia harus dapat memanfaatkan dengan maksimal program-program ataupun kegiatan yang ditawarkan oleh APSCO dan menempatkan minimal satu orang untuk menduduki jabatan di dalam organisasi APSCO.

Gambar

Tabel 1 program APSCO yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia jika menjadi anggota.
Gambar 2:    Struktur Income   Organisasi    APSCO
Tabel  2:  PERSENTASE KONTRIBUSI NEGARA ANGGOTA APSCO DAN INDONESIA            TAHUN 2015-2017 (USD)
Tabel 4:   PERBANDINGAN KONTRIBUSI DATA PERHITUNGAN APSCO DENGAN DATA   DIOLAH TAHUN 2015-2017
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan strategi yang akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian ini kedepannya adalah Menggunakan metode yang berbeda untuk membandingkan metode manakah yang

Pemberian vaks in diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang

Tetapi, untuk kepentingan implementasi strategi, anggaran bukan hanya merupakan sekumpulan standard atau

Serangkaian percobaan adsorpsi emas dari larutan thiosulfat hasil pelindian bijih emas dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dan 3 tipe resin penukar ion berbeda yaitu resin

Ketercapaian ketuntasan belajar pada siklus II ini membuktikan bahwa pelaksanaan tindakan dengan metode latihan dalam menggunakan huruf kapital pada karangan dapat

Hal ini nampak pada tiap pasal Undang-Undang baik Undang Partai Politik maupun Undang-Undang Pemilu, negara dengan tegas menetapkan sekurang-kurangnya 30%

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W3, 2013 ISPRS/IGU/ICA Joint Workshop on Borderlands Modelling