• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK BATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK BATIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-1

ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING

PRODUK BATIK

Suhartini (1), Evi Yuliawati(2)

Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jalan Arief Rachman Hakim 100 Surabaya Telp. (031) 5997244

E-mail : ttitin63@yahoo.com(1), evi_y_widodo@yahoo.com(2)

ABSTRAK

Pengakuan dunia atas batik membawa pengaruh positif pada meluasnya pasar batik ke berbagai negara. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan industri batik saat ini sangat pesat, Dengan perkembangan industri batik yang sangat pesat secara tidak langsung akan meningkatkan potensi pengembangan industri batik Indonesia untuk mendukung penciptaan nilai tambah ekonomi. Industri batik saat ini masih menghadapi beberapa masalah dan juga tantangan, dimana permasalahan dalam pengembangan batik Indonesia adalah ketersediaan bahan baku, kendala pemasaran dan berkurangnya tenaga pembatik.

Pendekatan strategi yang akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value

chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan

untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif.

Dari hasil diagnosa rantai nilai pada produk batik dapat diketahui bahwa profit margin dari produk batik sebesar Rp. 226.190,86,- per potong kain batik. Profit margin dari produk batik ini bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja dari pengrajin batik secara maksimal yaitu dengan mempertimbangkan peran dari beberapa aktifitas dari proses usaha batik, adapun yang harus dipertimbangkan adalah aktifitas inbound logistics, operation, outbound logistic,

marketing and sales dan service. Dengan mempertimbangkan peran aktifitas rantai nilai pada

proses batik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan daya saing industri batik.

Kata kunci : manajemen strategi, UKM batik, value chain analisys, value added

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengakuan dunia atas batik membawa pengaruh positif pada meluasnya pasar batik ke berbagai negara. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan Industri batik saat ini sangat pesat, berdasarkan sumber data dari Kementerian Perdagangan, selama kurun waktu tahun 2008 hingga 2012 rata- rata pertumbuhan ekspor batik sebesar 33,83%, dimana pada tahun 2012 nilainya mencapai USD 278 juta. Sementara itu, pada triwulan pertama tahun 2013 ekspor Indonesia telah mengalami pertumbuhan sebesar 18,49% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Negara-negara tujuan ekspor batik antara lain Amerika Serikat (AS), Belgia, Jerman, Inggris, Jepang dan Korea Selatan. AS tercatat sebagai negara tujuan

(2)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-2

ekspor terbesar dari total penjualan ke luar negeri pada kuartal I/2013 yaitu sebesar USD 21,18 juta, adapun pada kuartal I tahun sebelumnya sebesar USD17,46 juta. Ekspor batik terbesar selanjutnya yaitu ke Jerman dan Korea Selatan.

Dengan perkembangan industri batik yang sangat pesat secara tidak langsung akan meningkatkan potensi pengembangan industri batik Indonesia untuk mendukung penciptaan nilai tambah ekonomi dan lapangan kerja. Diharapkan pasar batik akan terus meluas sehingga bisa meningkatkan devisa negara dan menggerakkan ekonomi rakyat. Pesaingan perkembangan industri batik tidak lepas dari tujuan pokok dalam meningkatkan daya saing produk.

Walaupun dianggap sebagai salah satu industri yang strategis untuk dikembangkan, Industri batik saat ini masih menghadapi beberapa masalah dan juga tantangan, dimana permasalahan dalam pengembangan batik indonesia adalah ketersediaan bahan baku, kendala pemasaran dan berkurangnya tenaga pembatik. Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan batik adalah fluktuasi pasar luar negeri, perkembangan teknologi, terbatasnya pengetahuan konsumen batik, konsentrasi pasar batik dalam negeri, isu pencemaran lingkungan.Salah satu kendala yang dihadapi yang dilihat dari sisi teknologi, para pengusaha industri batik umumnya belum melakukan perbaikan sistem dan teknik produksi agar lebih produktif.

Karena pada kenyataannya di dalam negeri sendiri, batik Indonesia belum bisa bersaing dengan batik printing buatan dari luar negeri khususnya dari negara Cina dan Thailand, secara kualitas batik buatan Indonesia lebih baik, namun dari segi harga batik Indonesia kalah bersaing dengan buatan dari luar negeri terutama Thailand dan Cina. Hal ini diakui sendiri oleh Menteri Perdagangan bahwa baju batik yang dijual murah di pasar-pasar tradisional di Indonesia kebanyakan berbahan baku kain batik impor dari luar negeri khususnya Cina dan Thailand. Pakaian batik dengan kain batik produksi asli Indonesia masih sangat terbatas di kalangan tertentu khususnya pada kalangan ekonomi atas dikarenakan harganya yang lebih mahal. Dan sepertinya pemerintah Indonesia belum bisa memberikan perlindungan dan pendampingan yang memadai untuk produsen batik khususnya dikalangan usaha kecil dan menengah, agar bisa menghasilkan kain batik dengan harga yang lebih murah agar bisa bersaing dengan produk impor dari luar negeri.

Dari permasalahan tersebut diatas maka akan dilakukan suatu pendekatan-pendekatan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki industri batik dengan mengeliminir berbagai kendala yang dihadapi industri batik khususnya menghadapi persaingan dengan kain batik printing dari luar negeri. Pendekatan strategi yang akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif.

Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang yang ada, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut :

1. Bagaimana pemetaan value chain produk batik ?

2. Bagaimana mengembangkan strategi peningkatan daya saing produk batik?

Asumsi

1. Responden memahami dengan baik supply chain produk batik 2. Biaya yang terlibat dalam perhitungan tidak mengalami perhitungan.

(3)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-3

Ruang Lingkup

1. Objek penelitian adalah produsen produk batik, yang berada di Kabupaten Sidoarjo provinsi Jawa Timur.

2. Penelitian dilakukan pada supply chain produk batik, mulai dari supplier, sampai ke buyer.

3. Analisis value chain dilakukan untuk mendapatkan strategi peningkatan daya saing.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis value chain produk batik.

Mendapatkan strategi pengembangan untuk meningkatkan daya saing produk batik.

METODE

Berikut akan dijelaskan masing-masing tahapan penyelesaian penelitian sesuai dengan diagram alirnya, termasuk juga tentang data yang dibutuhkan, bagaimana memperoleh data tersebut dan hasil dari masing-masing tahapannya.

Pemetaan Value Chain Produk Batik

Langkah awal dalam menyelesaikan penelitian adalah dengan melakukan pemetaan rantai nilai produk batik, dimana tujuan dalam pemetaan ini untuk mengetahui aliran input produk dan jasa dalam rantai nilai produk batik. Didalam pemetaan ini akan dilakukan mulai dari segmen upstream, segmen midstream, dan dilanjutkan pada segmen downstream.

1. Jenis data dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mencari studi literatur dari lembaga atau

instansi. 2. Pengumpulan data

Adapun sumber data yang dilakukan yaitu dengan :

a. Dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

b. Mempelajari topik penelitian melalui buku, jurnal, laporan dari lembaga yang terkait yang berhubungan dengan penelitian.

c. Melakukan observasi dengan mencatat informasi dan mendokumentasi objek penelitian dengan foto.

3. Penentuan sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling, artinya bahwa sampel yang distrasifikasikan secara proporsional namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Sampel yang diambil adalah 2 orang.

4. Penentuan variabel 5. Definisi operasional

a. Bahan baku adalah semua yang dibutuhkan dalam proses pembuatan batik yang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penunjang.

b. Proses produksi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk jadi yang berupa kain potongan batik.

(4)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-4

c. Harga produk jadi adalah besarnya harga yang dijual oleh pengrajin batik ke end

customer.

6. Analisis value chain

Langkah dalam menganalisis dengan menggunakan analisis value chain : a. Mengidentifikasi aktifitas value chain

Memisahkan kegiatan atau operasi pada usaha pengrajin batik menjadi beberapa aktivitas bisnis, dengan cara mengelompokkan aktifitas atas proses tersebut kedalam kategori primer atau pendukung.

b. Mengidentifikasi cost driver pada setiap aktifitas nilai.

Bertujuan untuk mengidentifikasi aktifitas dimana pengrajin mempunyai keunggulan biaya baik saat ini maupun keunggulan biaya potensial.

c. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan mengurangi biaya atau menambah nilai. Pengrajin menentukan sifat keunggulan kompetitif potensial dan saat ini dengan

mempelajari aktifitas nilai dan cost driver yang sudah diidentifikasi.

7.Analisis Finansial

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis biaya dilakukan dalam bentuk perhitungan margin dan blok kuantitatif. Dalam analisis ini bertujuan untuk mengetahui peran masing-masing segmen rantai nilai dalam memberikan kontribusi terhadap penambahan nilai sehingga dapat dijadikan acuan untuk langkah analisis selanjutnya. Metode yang digunakan dalam analisis finansial ini dengan melakukan metode wawancara ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga sampel yang digunakan analisis finansial akan dilakukan dengan ketua Paguyuban dan Koperasi Batik Sidoarjo.

HASIL DAN DISKUSI

Mapping Value Chain

Berikut adalah value chain pengrajin batik di kampoeng batik Jetis Sidoarjo dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

Analisa Data

Mapping Value Chain

Mapping value chain pada gambar diatas menggambarkan distribusi batik dari produksi

hingga konsumen akhir melewati tahapan dan proses yang berbeda. Mapping value chain terdiri dari tiga bagian yaitu segmen utama value chain, pelaku utama value chain, dan lembaga-lembaga terkait yang menunjang keberlangsungan value chain batik.

a. Segmen utama value chain

Segmen utama value chain adalah segmen Upstream, segmen Midstream, dan segmen Downstream.

b. Pelaku utama value chain

Pelaku utama value chain adalah supplier, pengrajin, wholeseller, ritel dan end customer. c. Lembaga penunjang value chain

(5)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-5

Gambar 1 Mapping Value Chain

Berikut adalah keterangan tiga bagian dalam mapping value chain : Segmen utama value chain

Dalam mapping value chain terdiri dari tiga segmen utama : a. Segmen Upstream

Segmen upstream terdiri dari supplier-supplier yang terdiri dari supplier bahan baku utama dan supplier bahan bahu penunjang. Bahan utama batik adalah kain mori dan bahan baku penunjang batik adalah lilin/malam, kaustik soda, pewarna naptol, pewarna

vatsol, HCL.

UPSTREAM MIDSTREAM DOWNSTREAM

Input supplie

Proses Pembatikan Wholeselle

1. Kain mori 2. Lilin/malam 3. Kaustik soda 4. Pewarna Naptol 5. Pewarna Vatsol 6. HCL 1. Tahap I Persiapan a. Pemotongan b. Menjahit pinggir c. Diketel d. Pencucian e. Pengeringan f. Ngloyor g. Ngemplong 2. Tahap II Perekatan lilin

a. Memola b. Mbatik c. Nembok

3. Tahap III Pewarnaan napsol a. Nyoled

b. Pengeringan c. Mbironi d. Pengeringan e. Pewarnaan 4. Tahap IV Pewarnaan vatsol

a. Ngesol b. Pengeringan 5. Tahap V Nglorod a. Nglorod 6. Tahap VI Finishing a. Pengeringan b. Pelipatan c. Pelabelan d. Packing Distribusi Bahan utama: Kain mori  Bahan penunjang: Lilin/malam Kaustik soda Pewarna Naptol Pewarna Vatsol HCL Pengrajin retailer Retail wholeseller

(6)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-6 b. Segmen Midstream

Segmen midstream terdiri merupakan produsen dalam aktifitas value chain. Dalam segmen ini terdapat proses-proses penambahan nilai yaitu proses yang persiapan, perekatan lilin, pewarnaan napsol, pewarnaan vatsol, nglorod dan finishing. c. Segmen Downstream

Segmen downstream merupakan keseluruhan kegiatan yang melibatkan pengiriman produk kepada konsumen akhir. Kegiatan utama dalam distribusi, pergudangan, transportasi dan layanan purna jual.

Pelaku Utama Value Chain

Pelaku utama value chain terdiri dari : a. Supplier

b. pengrajin c. Wholesaller d. Retailer

Lembaga Penunjang Value Chain

Selama ini upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk mendukung pertumbuhan industri usaha kecil menengah terutama pengrajin batik Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo yaitu:

a. Dengan melakukan pembinaan, adapun pembinaan yang dilakukan, antara lain:

1. Pembinaan pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan yaitu berupa pelatihan desain dan motivasi kewirausahaan.

1. Pembinaan peningkatan kemampuan teknologi. Peningkatan kemampuan teknologi yaitu berupa kemampuan teknologi dalam produksi batik dan kemampuan teknologi dalam bidang pemasaran.

b. Dengan melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo yaitu:

1. Memberikan fasilitasi akses permodalan, Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan Bank Jatim untuk masalah akses permodalan.

2. Memberikan fasilitasi pemasaran. Untuk fasilitasi pemasaran Diskoperindag dan ESDM mengadakan kegiatan pameran dan promosi.

Dalam pembinaan dan pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo bisa dikatakan sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pengrajin kampoeng batik Jetis. Karena pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan belum secara keseluruhan untuk kedepannya diharapkan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan tersebut bisa dilakukan secara merata sehingga pengrajin kampoeng batik jetis dapat memanfaatkan hasil dari pembinaan dan pemberdayaan tersebut. Sebagian pengrajin Akan tetapi, dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pengrajin batik dikarenakan pembinaan dan pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan kepada semua pengrajin batik di Kampoeng Batik Jetis.

Perhitungan Margin

Berikut adalah hasil perhitungan margin segmen-segmen value chain. Langkah-langkah dalam menentukan marjin adalah:

(7)

ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-7

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Margin Segmen-Segmen Value Chain Value

Chain Actor

Costs Revenoues Profits Margins

Unit Total Cost (Rp) Added Unit Cost (Rp) % Added Cost Unit Price (Rp) Unit Profit (Rp) % Total Profit Unit Margin % Unit Margin Supplier 78660 0.504166 86526 7866 0.129977 95178.6 0.420789 Produksi 159886 73360 0.470196 175874.6 15988.6 0.264195 89348.6 0.395014 Whole-seller 178874.6 3000 0.019228 196762.06 17887.46 0.295571 20887.46 0.092344 Retailer 197762.06 1000 0.006409 217538.27 18776.20 0.310257 20776.20 0.091853 Jumlah 156020 1 60518.26 1 226190.86 1

Value Chain and Value Added

Setelah dilakukan perhitungan margin maka dapat digambarkan value chain dan value

added daripengrajin batik sehingga akan diketahui profit margin dari industri tersebut.

Gambar 2. Value Chain and Value Added

Adapun dari gambar menunjukan bahwa nilai tambah terbesar di aktivitas primer mulai dari inbound logistics, operation, outbound logistic, marketing, sales dan service berturut-turut,- untuk inbound logistics adalah Rp. 95178.6, untuk operation and outbound logistics adalah Rp. 89348.6,-, dan untuk marketing and service adalah Rp. 41663,66,-.

Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa nilai tambah terbesar sebenarnya terdapat pada inbound logistics karena harga bahan baku batik yang cukup tinggi. Harga bahan baku yang cukup tinggi dikarenakan bahan baku lilin atau malam tidak tersediaanya lilin lokal di Sidoarjo sehingga pengrajin harus membeli lilin atau malam produksi di luar Sidoarjo. Bahan baku untuk pewarna batik yang digunakan selama ini adalah pewarna sintetis bukan menggunakan pewarna alami sehingga akan berdampak pada harga pewarna batik yang sangat mahal.

Selanjutnya nilai tambah yang terbesar kedua adalah pada operation dan inbound logistics yaitu sebesar Rp. 89348.6,-, hal ini dikarenakan pada proses operation khususnya pada proses “mbatik” untuk tenaga kerja nya dari luar kota hal ini dikarenakan para pengrajin batik mencari tenaga kerja yang benar-benar ahli dibidang membatik sehingga harga yang dikeluarkan untuk proses batik dapat dikatakan cukup mahal. Para pengrajin batik mencari tenaga kerja untuk proses “mbatik” selain mencari tenaga yang benar-benar ahli juga dikarenakan daya saing dari desain motif batik.

Sedangkan nilai tambah yang ketiga adalah pada marketing and sales, service yaitu sebesar Rp. 41663,66,-, nilai tersebut dapat dikatakan terendah karena selama ini pada proses tersebut hanya terdapat aktifitas pengiriman produk jadi batik.

Firm infrastructure

Visi dan misi pengrajin batik

Profit margin= add value ( Inbound logistics+ Operation+ Outbound logistic+ Marketing and sales+ service) Profit margin =Rp. 226190.86,-= Rp. 95178.6,-+ Rp. 89348.6,-+ Rp. 20887.46,- + Rp.

20776.20,-Human resources development

Karyawan mengikuti pelatihan yang diadakan disperindag Sidoarjo

Technology development

Proses produksi sistem manual, pemasaran menggunakan teknologi informasi

Inbound logistics Operation Outbound logistic Marketing and sales service Add value produk supplier Add value industry pengolahan Add value industry penyimpanan Pengiriman Rp. 95178.6,- Rp. 89348.6,-Rp. 20887.46,- + Rp. 20776.20,- = Rp.

(8)

41663,66,-ISBN : 978-602-70604-0-1

A-18-8

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:

1. Dalam mapping value chain terdiri dari tiga segmen utama yang meliputi segmen upstream, segmen midstream dan segmen downstream. Sedangkan pelaku utama dalam value chain pengrajin batik adalah supplier pengrajin batik, wholeseller dan retailer.

2. Dari hasil diagnosa rantai nilai dapat diketahui bahwa profit margin dari produk batik sebesar Rp. 226190,86,- per potong kain batik. Profit margin dari produk batik ini bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja dari pengrajin batik secara maksimal yaitu dengan mempertimbangkan peran dari beberapa aktifitas dari proses usaha batik, adapun yang harus dipertimbangkan adalah aktifitas inbound logistics, operation, outbound

logistic, marketing and sales dan service. Pada aktifitas inbound logistics yang harus

dipertimbangakan adalah pengadaan bahan baku terutama pada pengadaan lilin atau malam dan pewarna, Pada aktifitas operation yang harus dipertimbangkan adalah teknologi untuk proses produksi batik khususnya pada proses “mbatik”. Pada aktifitas marketing and sales

dan services yang harus dipertimbangkan adalah pemasaran produk batik. Dengan

mempertimbangkan peran aktifitas rantai nilai pada proses batik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan daya saing industri batik.

DAFTAR PUSTAKA

Bernard,Scott A. (2005). An Introduction To Enterprice. 2nd Edition.

Disperindag, (2013) Strategi Industri Nasional, Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, Jakarta.

David, F. R (1997), “ Strategi Management”, 6 Th Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey Donelan, Joseph G., Kaplan, Edward A, (2000): Value Chain Analyisis: A Strategi Approach

To Cost Management, Thomson Learning.

Kumalasari Y.Y, Suryono A, Rozikin M, (2013). Pembinaan dan pemberdayaan pengrajin batik, Jurnal Administrasi public (JAP), Vol.2, No. 1, Hal 66-70, Unibraw Malang. Kuncoro, Mudrajat (2006). Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Bersaing. Erlangga.

Jakarta.

Porter, M.E., (1985), Competitive Advantage: Creating And Sustaining Superior Performance, Free Press, New York.

Rangkuti, Freddy (2004). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suhartini, Mahbubah Nina A, Muid A, Udisubakti Ciptomulyono, Singgih M. L,(2010), Perancangan Sistem Teknologi Informasi Berdasarkan Integrasi Model Green Productivity Dan Environmental Management Accounting Untuk Pengembangan

Usaha Kecil Menengah, Prosiding Seminar Nasional MMT ITS Surabaya.

Sekaran, Uma, (1992), Research Method for Business. John Wiley and Sons, Inc. New York. Ward, John, Dan Peppard, Joe. (2002). Strategic Planning For Information Systems. John Wiley

Gambar

Gambar 1 Mapping Value Chain
Gambar 2. Value Chain and Value Added

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku korosi beton busa pozzolan lebih baik dari pada beton busa normal, fenomena ini terjadi akibat pengaruh penambahan 10% pozzolan yang menyebabkan permeabilitas

Permission to use more than one teacher/Examiner will only be granted on the understanding that (i) teacher/Examiners at the centre work together to ensure a common approach to

9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP dan KHI pasal 116 menyebutkan pada poin g diantaranya adalah Suami melanggar ta’lik talak.Berkaitan dengan hal tersebut, salah

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lama pemasakan dapat mempengaruhi kadar abu bandeng presto yang dihasilkan di mana semakin lama proses pemasakan dengan menggunakan

Penyimpangan serius tertinggi pada RPU-SK di Jakarta Barat adalah tidak tersedia fasilitas untuk pencucian tangan yang dilengkapi sabun, tidak dilakukan pemeriksaan postmortem dan

[r]

Subjek pertama saat follow up mengalami penurunan emosi positif dan peningkatan emosi negatif. Hal ini terjadi karena subjek