• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI. Wa Ode Anti 1 dan La Sinaini 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI. Wa Ode Anti 1 dan La Sinaini 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

8

Jurnal Agrokompleks

http://journal.lldikti9.id/Agrokompleks

Vol 9, No, 2, Desember 2020, pp 08-15 p-ISSN:2301-7678 dan e-ISSN: 2656-89-69

DOI:https://doi.org/

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK HAYATI

Wa Ode Anti1 dan La Sinaini1 1) Sekolah Tinggi Pertanian Wuna Korespondensi: lasinaini@ymail.com Artikel info Artikel history: Received; 17-08-2020 Revised: 01-09-2020 Accepted;15-10-2020

Abstract.The purpose of this research is to know the influence of super biota

biological fertilizer plus the growth and production of red onion plants (Allium asnomination) to know the concentration of super biota plus biological fertilizer that has the highest influence on growth and production of red onion plants (Allium asnomination). This research was conducted in Kasaka village of Kabawo subdistrict of Muna Regency in the month of June until August 2019. The experimental Design Used in this research is the group's random draft (RAK) One Facoradand the treatment that will be tried is the concentration of biological fertilizer. The results showed that the provision of various concentrations of super biota fertilizer plus the effect is very real to the plant height, number of leaves, number of saplings and production. Treat biota super fertilizer plus with a concentration of 12 cc/10 liters water gives the best growth and production of shallots with an average production reaches 5.13 t/ha.

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi pupuk hayati super biota plus terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum ). Untuk mengetahui konsentrasi pupuk hayati super biota plus yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum L). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kasaka Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna di laksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2019. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Adapun perlakuan yang di coba adalah konsentrasi pupuk hayati super biota plus yang terdiri dari 5 taraf perlakuan dan masing-masingnya di ulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk super biota plus berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan produksi. Perlakukan pupuk super biota plus dengan konsentrasi 12 cc/10 liter air memberikan pertumbuhan dan produksi bawang merah yang terbaik dengan rata-rata produksi mencapai 5,13 t/ha.

(2)

shallots, growth, production, Super Biota Plus Email: lasinaini81@gmail.com

artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium Ascalonicum L) adalah komoditas bumbu yang paling banyak di gunakan di Indonesia, merupakan salah satu jenis sayuran yang digunakan sebagai bumbu penyedap makanan dan memiliki banyak vitamin serta bahan obat tradisional (Waluyo dan Sinaga, 2015) atau bahan untuk industri makanan yang saat ini berkembang pesat dengan beraneka ragam olahan makanan lezat.

Bawang merah (Allium Ascalonicum L) merupakan tanaman semusim dan dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian antara 10-250 m dpl dan pada dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 m dpl. Melihat potensi kebutuhan di dalam negeri maupun luar negeri yang cukup besar, maka bawang merah mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan (Suriani,2012) Kebutuhan bawang merah (Allium Ascalonicum L) semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas ini.

Pada saat ini peningkatan produksi bawang merah (Allium Ascalonicum L) umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil yang tinggi tetapi ternyata banyak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik yang mudah larut secara terkonsentrasi dan terus menerus dapat mengganggu kehidupan tanah dan mengakibatkan pengasaman, kekosongan nutrient mikro, degradasi tanah, kesehatan tanaman yang buruk serta hasil yang lebih rendah (Reijintjes,Coen dkk, 1999).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut , maka perlu adanya teknologi budidaya yang mampu meningkatkan produksi bawang merah yaitu melalui pendekatan teknologi pertanian organic. Pupuk organik mampu meningkatkan kesuburan tanah tanpa merusak kelestarian lingkungan serta produktivitas lahan.Pemberian pupuk organik cair ke dalam tanah tidak hanya berperan meningkatkan produksi tanaman, namun juga terhadap tanah yaitu mensuplai bahan organik dan nitrogen di dalam tanah serta memperbaiki sifat fisika tanah (Hakim et. al. 1986). Pemakaian super biota plus mampu meniningkatkan kualitas hingga 25%-30% dan mengurangi pemakayan pupuk organik lebih dari 25% dan diharapkan mampu mengurangi pemakayan pupuk kandang hingga 50% (Tri Harmoni Abadi, 2007). Pertanian organik mampu meningkatkan produktifitas bawang merah. Oleh karena itu salah satu alternative untuk meningkatkan produktivitas bawang merah yaitu dengan menggunakan pupuk organik cair, berupa pupuk hayati super biota plus. Super Biota Plus merupakan pupuk organic cair alami, berkualitas tinggi dengan hasil ekstraksi berbagai bahan organik tanaman tertentu seperti ubi gadung, kunyit, serei dan jahe, ditambah dengan bahan dari terasi, tepung tulang, minyak ikan hiu sebagai nutrisi, yang diproses berdasarkan teknologi berwawasan atau ramah lingkungan (bioteknologi), menurut H. Muh. Ali. 2007.

Beberapa Hasil penelitiaan terdhulu yaitu Noverita dan Frida, (2009) menyatakan bahwa pupuk organik cair super biota plus dengan kosentrasi2m/liter air memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Hasil penelitian Azmiati (2018) bahwa perlakuan pupuk organic cair super biota plus pada tanaman basil dengan dosis 0,7 /ha menghasilkan total berat basah tertinggi tanaman basil dibandigkan dengan dosis 0,8 l/ha dan 0,6 l/ha. Hasil penelitian Nahapun, (2009) menyatakan bahhwa pemberian super biota plus dengan kosentrasi 2cc/l air memberikan pengaruh terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas dan bagian bawah, juga beratkering bagian bawah tanaman kakao. Hasil penelitian Budianto dkk (2005)pemberian dosispupuk kandang ayam 10 ton/ha pada tanaman bawang merah memberikan hasil terbaik berat umbi kering 623,33 g/ perbedeng dan berat umbi kering 1, 66 ton /ha sedangkan hasil penelitian Anami (2019) menyatakan bahwa kosentrasi 15 ml 1-1 air memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau yangterbaik dengan rata-rata produktivitas 4, 33 ton h-1 .

(3)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi pupuk hayati super biota plus terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum L).2m/liter air memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kasaka Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara dan di laksanakan Juni sampai dengan Agustus 2019. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah (Allium Ascalonicum L) varietas lokananta, pupuk hayati super biota plus, air, insektisida/pestisida, Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,parang, meter, label,timbangan, selang air atau gembor, tangki semprot/ handsprayer, kamera, dan perlengkapan alat tulis menulis.Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Adapun perlakuan yang di coba adalah konsentrasi pupuk hayati super biota plus yang terdiri dari 5 taraf perlakuan dan masing-masingnya di ulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Adapun perlakuannya adalah:

P0= Kontrol (tanpa pupuk super biota plus)

P1 = Konsentrasi Super Biota Plus 3 cc /10 liter air P2 = Konsentrasi Super Biota Plus 6 cc/10 liter air P3 = Konsentrasi Super Biota Plus 8 cc/10 liter air P4 = Konsentrasi Super Biota Plus 12 cc/10 liter air.

Persemaian benih bawang merah ( Allium Ascalonicum L) dilakukan dengan membuat baris-baris disetiap guludan dengan jarak 10 cm. Benih disebar pada baris-baris guludan dengan kedalaman 1 cm, kemudian tutup dengan abu sekam atau tanah halus selanjutnya tutup guludan dengan jerami dan lakukan penyiraman.Dalam persemaian harus ada naungan agar benih bawang tidak terkena sinar matahari secara langsung.Benih disemaikan selama 4 minggu kemudian dipindahkan kelokasi tanam.

Sambil menunggu bibit cukup umur, lahan dipersiapkan untuk penanaman.Lahan yang dipersiapkan untuk penanaman harus di olah dengan sebaik-baiknya.Setelah dilakukan pembersihan lahan kemudian tanah di olah dengan menggunakan traktor dan cangkul untuk membuat bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran 100 cm x 120 cm sebanyak 15 unit, untuk 5 kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak 3 petak atau bedeng. Jarak antar bedengan 20 cm dengan kedalaman drainase 30 cm di buat pada kiri dan kanan petak percobaan. Setiap kelompok dan petak percobaan akan di beri label.

Satu hari sebelum penanaman, larikan telah dibuat agar memudahkan penanaman. Penanaman bibit bawang merah (Allium Ascalonicum L) akan dilakukan 4 minggu setelah benih disemaikan. Bibit bawang merah dipilih yang sehat dan pertumbuhannya seragam.Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari panas matahari pada waktu siang, yang dapat menyebabkan bibit menjadi layu (Winda C. Saragih, 2008). Jarak tanam yang akan digunakan adalah 20 cm x 15 cm. Apabila ada tanaman yang mati segera lakukan penyulaman paling lama satu minggu setelah tanam.

Perlakuan pupuk hayati super biota plus, akan di berikan sebanyak 5 kali penyemprotan. Pemupukan pertama akan dilakukan dengan menyemprotkan larutan super biota plus pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, dengan konsentrasi berturut-turut Po= kontrol, tanpa konsentrasi super biota plus, P1= konsentrasi super biota plus 3 cc/10 liter air, P2= konsentrasi super biota plus 6cc/10 liter air, P3= konsentrasi super biota plus 9cc/10 liter air, dan P4= konsentrasi super biota plus 12cc/10 liter air, pada setiap petak kelompok.

Pemupukan kedua akan dilakukan saat umur 20,30,40 dan 50 hari setelah tanam, dengan konsentrasi yang sama seperti pemupukan pertama.

Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini adalah pertama penyiraman, dilakukan 1-2 kali sehari dengan menggunakan gembor yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Kedua penyiangan, dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada disekitar pertanaman, yaitu dengan mencabut rerumputaan tanaman dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dan ketiga pengendalian hama dan penyakit, akan dilakukan apabila ada gejala yang menyerang.

(4)

Panen akan dilakukan saat tanaman umur antara 65-70 hari setelah tanam, tergantung varietasnya. Tanaman siap panen dicirikan dengan 6% populasi dari seluruh tanaman, daun tanamannya sudah rebah, daunnya mengering, umbi tersembul kepermukaan tanah, leher batang semu apabila ditekan lunak atau tidak keras. Panen dilakukan saat cuaca cerah. Seluruh tanaman dicabut secara hati-hati dengan tangan agar tidak ada umbi yang tertinggal di dalam tanah ( Hendro S. 1983).

Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Tinggi tanaman (cm), di ukur pada pangkal tanaman sampai dengan titik tumbuh yang akan di lakukan pada umur 2 minggu setelah tanam, 4 minggu setelah tanam, 6 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam.

2. Jumlah daun, di hitung banyaknya helai daun yang tumbuh pada umur 2 minggu setelah tanam, 4 minggu setelah tanam, 6 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam 3. Jumlah Anakan, di hitung pada umur 2 minggu setelah tanam, 4 minggu setelah tanam, 6

minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam.

4. Produksi ( t/ha), di hitung dengan menimbang seluruh umbi setiap petak yang di panen pada setiap tanaman sampel.

Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam. Khusus data untuk tinggi tanaman, jumlah daun, diamaeter batang dan luas daun disajikan dalam bentuk gambar kurva dinamika pertumbuhan. Hasil analisis yang menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 95 % (Kusriningrum 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk super biota pluspada umur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam serta hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman pada Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Tanam

Perlakuan 2 Umur tanaman (mst) 4 6 8

P0 13,00a 17.00a 28.42 a 38.75 a P1 14,30b 18.32 b 30.91 b 41.65 b P2 14,47b 20.80 c 32.23 c 44.46 c P3 15,40c 25.08 d 34.06 d 46.87 d P4 16,67d 26.52e 34.32 d 47.01 d BNJ 0,05 0,99 1.29 1.40 1.63

Ket. : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada tiap kolom, berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji BNJ (Tabel 1) menunjukkan bahwa pengaruh berbagai pupuk super biota plusterhadap rata-rata tinggi tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam, tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3. Sedangkan tanaman yang terendah diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tetapi perlakuan perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P4. Pada umur 4minggu setelah tanam, tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Sedangkan tanaman yang terendah diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Pada umur 6 dan 8 minggu setelah tanam, tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1dan P2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3. Sedangkan tanaman yang terendah diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tetapi perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2.

(5)

Rata-rata jumlah daun pada berbagai konsentarasi pupuk super biota pluspada umur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam serta hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Jumlah Daun pada Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Tanam

Perlakuan 2 Umur tanaman (mst) 4 6 8

P0 4.43a 10.47 a 16.25 a 27.84a P1 5.30b 11.75 b 18.06 b 33.17b P2 6.35c 13.56 c 19.06 c 35.39c P3 7.10d 14.35 d 22.54d 40.46d P4 7.43d 15.03 e 23.69 e 43.39e BNJ 0,05 0.54 0,30 0.95 1.89

Ket. : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada tiap kolom, berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji BNJ pada Tabel 2. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun pada berbagai konsentrasi pupuk super biota pluspada umur 2minggu setelah tanam, jumlah daun yang terbanyak diperoleh pada perlakuan P2 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P3 dan P4 tetapi perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P4. Sedangkan jumlah daun yangsedikit diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam, daun yang terbanyak diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Sedangkan jumlah daun yang sedikit diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4.

Rata-rata jumlah anakan pada berbagai konsentrasi pupuk super biota pluspada umur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam serta hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3.Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Jumlah Anakan (batang) pada Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Tanam

Kode Perlakuan Umur tanaman (mst) 2 4 6 8 P0 0,91a 1.93a 3.62 a 4.40a P1 1,37b 2.22b 4.14b 5.63b P2 1,74b 2.46c 4.62 c 6.81c P3 2,32c 2.69d 5.16 d 8.13d P4 2,57c 2.96e 6.72 e 8.61e BNJ 0,05 0,34 0.21 0,37 0.26

Ket. : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada tiap kolom, berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji BNJ pada Tabel 3. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anakan pada berbagai konsentrasi pupuk super biota pluspada umur 2minggu setelah tanam, jumlah anakan yang terbanyak diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 dan perlakuan P1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2. Sedangkan jumlah anakan yang sedikit diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Pada umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam, jumlah anakan yang terbanyak diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Sedangkan jumlah anakan yang sedikit diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4.

(6)

Rata-rata produksi pada berbagai konsentrasi pupuk super biota plus serta hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Produksi Setelah Panen

Perlakuan Produksi (t/ha)

P0 2,59a P1 3,34b P2 4,21c P3 4,57c P4 5.13d BNJ 0.45

Ket. : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada tiap kolom, berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa rata-rata produksi pada berbagai konsentrasi pupuk super biota plus yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P1 tetapi perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3. Sedangkan produksi tanaman yang terendah diperolah pada perlakuan P0 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tetapi perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3.

2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk super biota plus pada berbagai konsentrasi berpengaruh sangat nyata terhadap semua komponen yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan produksi (lampiran 2b, 3b, 4b, 5b, 6b, 7b, 8b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b dan 14b). Perlakuan konsentrasi pupuk super biota plus menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik dibending dengan tanpa perlakuan konsentrasi pupuk super biota plus (kontrol. Hal ini diduga unsur hara yang terkandung dalan pupuk super biota plus dapat membantu ketersediaan unsur hara tanaman sehingga tanaman bawang merah memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik.

H. Muh. Ali. (2007) bahwa super biota plus mengandung hara makro maupun mikro (N, P, K, CA, Mg, S, B, Fe, Cu, Cl, Mn, n, dan Mo) dalam bentuk tersedia (dapat diserap tanaman) dalam komposisi yang optimal untuk memacu pertumbuhan vegetatif maupun generatif.Komposisi super biota plus adalah N :16,64%, P2O5 :2,43 %, K2O : 17,51, SO4:2,64, Clorida :1,49%, Mg : 0,07, Fe :43,03 ppm, Cu :0,63, Mo :0,58 Zn:28,80, pH:7,76%, C/N 0,14%, organic cair 6,87%. Super biota plus mengandung hormon (zat pengatur tumbuh diantaranya IAA (Indole Acetic Acid), Giberelin dan Zeatin/Citokinin yang berfungsi mempercepat pertumbuhan akar, tanaman, mengurangi kerontokan bunga dan memacu pembuahanKandungan unsur hara N yang tinggi pada pupuk super biota plus memacu pertumbuhan tanaman secara umum. Nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak dan enzim.Sedangkan unsur hara P berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar.Unsur K membantu pembentukan protein dan mineral serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit (Purwa, 2009).

Perlakuan pupuk organik cair super biota plus meningkatkan pertumbuhan bagian atas tanaman. Hal ini diduga karena tingginya kandungang unsur hara N dan K yang terdapat dalam pupuk super biota plus, selain itu pupuk super biota plus juga mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang cukup lengkap sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan memperkuat jaringan-jaringan akar dan batang tanaman. Hal ini sesuai pendapat H. Muh. Ali. (2007) yang menyatakan bahwa (POCL) yang diformulasikan khusus untuk meningkatkan hasil produksi tanaman 40% sampai dengan 100%.Hal ini juga terjadi pupuk organik cair tersebut diaplikasikan melalui daun, sehingga memudahkan tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui daun (stomata) dan celah-celah kutikula. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa pupuk yang diberikan lewat daun diharapkan dapar diserap melalui mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula, sehingga lebih cepat tersedia

(7)

dan digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Kegunaan Pupuk lengkap cair super biota plus dapat mempercepat pertumbuhan tanaman yang masih kecil atau pembibitan, kakao yang sudah tua bisa produktif kembali dan kakao lebih sering berbunga dan buah berkesinambungan sehingga bisa panen (Anonim, 2008).

Hasil penelitian bahwa konsentrasi pupuk super biota plus yang terbaik dapat meningkatkan parameter produksi tanaman ialah dengan memberikan konsentrasi 12 cc/liter air. Hal ini disebabkan karena pupuk super biota plus mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan untuk Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkan danYuwono (2002) yang menyatakan bahwa dalam pertumbuhan dan produksi tanaman selain membutuhkan unsur hara makro, tanaman juga memerlukan unsur hara mikro meskipun dalam jumlah yang kecil. Unsur hara makro yang dibutuhkan meliputi Fe (besi), B (Boron), Mo (Molibdenium), Cu (Tembaga), Zn (Seng), Mn (Mangan), dan Cl (Chlor). Sutedjo (2002) juga menyatakan tidak lengkapnya unsur hara makro dan unsur hara mikro dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berpengaruh langsung terhadap produktifitas tanaman

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan pemberian pupuk super biota plus, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk super biota plus berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan produksi.

b. Perlakukan pupuk super biota plus dengan konsentrasi 12 cc/10 liter air memberikan pertumbuhan dan produksi bawang merah yang terbaik dengan rata-rata produksi mencapai 5,13 t/ha.

Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini yaitu :

a. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk super biota plus dengan konsentrasi 20 cc/10 liter air.

b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada lokasi dan musim yang berbeda mengenai aplikasi pupuk super biota plus sebagai bahan pembanding dengan penelitian ini.

UCAPAN TERIMAHKASI

Ucapan terimakasih kepada Ketua STIP WUNA dan mahasiswa mahasiswi atas kerjasamanya selama penelitian dan semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu terima kasih atas bantuannya.

DAFTAR RUJUKAN

Ali M.. 2007. Manfaat dan Unsur-unsur pupuk super biota plus. PT. Harmoni Abadi. Makassar. Anami, 2019.Respon pertumbuhan dan Produksi tanaman kacang Hijau (Vigna Radiata L) terhdap

pemberian pupuk organic cair super biota plus. Sekolah tinggi pertanian Wuna

Azmiati, S 2018.Respon pertumbuhan dan tanaman Basil (ocimum basilicum L) terhadap pemberian pupuk organic cair superbiota plus dan pupuk organic Bioslurry padat. Artikel Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Budianto, A., Sahiri, N., Madauna, IS. 2005. Pengaruh pemberian dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium cepa L) Varietas lemba palu. Jurnal Mahasiswa dan staf dosen Program studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Tadulako, Palu.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan Cetakan I. Airlangga.University Press Surabaya.

Nahampun Rino.D.C. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan pupuk organic cair terhadap pertumbuhan tanaman Kakao (Theobroma cacao L)di Pre.Nursery.Hasil Penelitian. Depertemen budidaya pertanian. Fakultas pertanian .Universitas Sumatra Utara).

(8)

Noverita s.frida. V.2009. pengaruh pupuk organic cair super biota plus dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaan sawi(Brassica Juncceae L) Jurnal penelitiaan bidang Ilmu Pertanian.

Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Jogjakarta

Rosmarkam, A. Dan N. W. Yowono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Samadi dan Cahyono, 1998 Intensifikasi Budidaya Bawang Merah.Kanisius,Yokyakarta Samadi, B dan Cahyono, B. 2005. Bawang Merah Intensitas Usaha Tani.Kanisius.Yogyakarta Santoso, H.B. 2009 .Pupuk Organik.Kanisius. Jogjakarta

Singgih wibowo. 2009. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan BawanBombay . Penebar Swadaya.Jakarta.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian dan Pengembangan.Kencana. Jakarta

Sutanto, D. 2002. Pertanian Organik (Menuju Pertanian Alternatif dan berkelanjutan). Kanisius. Jakarta

Gambar

Tabel 1.Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman pada  Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Tanam
Tabel 2.   Pengaruh Konsentrasi Pupuk Super Biota Plus terhadap Rata-rata Jumlah Daun pada  Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Tanam
Tabel  4.Pengaruh  Konsentrasi  Pupuk  Super  Biota  Plus  terhadap  Rata-rata  Produksi      Setelah  Panen  Perlakuan  Produksi  (t/ha)  P0  2,59 a  P1  3,34 b  P2  4,21 c  P3  4,57 c  P4  5.13 d  BNJ  0.45

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut berbeda apabila karyawan notaris memberikan kesaksian di persidangan dalam kedudukannya sebagai saksi instrumentair, maka karyawan notaris bertanggung

Senam pagi yang rutin diadakan tiap bulan, dengan bergilir pada masing-masing fakultas di UNAIR tersebut, kali ini mengusung konsep yang berbeda dari acara-acara

Mengingat luasnya cakupan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dan keterbatasan kemampuan, waktu serta biaya, maka peneliti perlu membatasi masalah dengan

Glok dan Stark (1966) membagi aspek religius dalam lima dimensi sebagai berikut: 1) Religius belief (aspek keyakinan), yaitu adanya keyakinan terhadap Tuhan dan

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Rekomendasi umum ini bermaksud memberikan kontribusi bagi pemenuhan kewajiban Negara Peserta untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia perempuan pekerja

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses degradasi selulose, pengaruh waktu, suhu dan konsentrasi katalis terhadap proses degradasi selulose, mempelajari

Simulasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan GPC prediksi 4 langkah kedepan dan masih pada beban yang sama. Hasil simulasi diperlihatkan pada