• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Kewajiban Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5. Kewajiban Hukum"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5

Kewajiban Hukum

Bab ini akan membahas kewajiban hukum dan menyajikan pandangan sekilas tentang pentingnya melindungi reputasi profesi yang mempunyai standar etika yang tinggi, dan konsekuensi yang mereka hadi jika gagal memenuhi standar etika tersebut dan dapat dituntut secara hukum menyangkut jasa profesional yang mereka berikan.

1 Lingkungan Hukum Akuntan Publik

Para profesional selalu diminta untuk cermat ketika menjalankan tugas melayani klien. Menurut common law, para orofesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi apa yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabi!a auditor gagal memberlkan jasa atau tidak cermat dalam pelaksanaannya, mereka secara hukum bertanggung jawab kepada klien atas kelalaian dan/atau pelanggaran kontrak, dan dalam situasi tertentu, kepada pihak selain klien mereka. Meskipun kriteria bagi tindakan hukum terhadap auditor oleh pihak ketiga bervarlasi di setiap negara bagnn, umumnya auditor berkewajiban memperhatikan pihak ketiga yang merupakan bagian dari kelompok orang yang terbatas yang bergantung pada "peramalan" auditor.

Selain kewajiban menurut common law, auditor juga bertanggung jawab kepada pihak ketiga menurut undang-undang statuter. Securities Act tahun 1933 dan Securities Exchange Act tahun 1934 berisi ketentuan yang berlaku sebagai dasar tindakan hukum terhadap auditor. Namun jarang sekali auditor dituntut atas tindakan kriminal. Tuntutan kriminal terhadap auditor dapat terjadi apabila pihak penggugat membuktikan bahwa auditor tersebut bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.

Meskipun profesi telah melakukan berbagai upaya untuk membahas kewajiban hukum akuntan publik, jumlah tuntutan dan besar ganti-rugi bagi para penuntut tetap tinggi, termasuk tuntutan yang melibatkan pihak ketiga menurut common law Inaupun UU sekuritas federal.

Tidak ada alasan sederhana yang menjelaskan tren ini, tetapi faktor-faktor berikut merupakan penyebab utamanya:

(2)

 Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung jawab akuntan publik.

 Kesadaran yang meningkat di pihak SEC

 Kerumitan fungsi-fungsi akuntansi dan auditing yang disebabkan oleh meningkatnya ukuran bisnis , globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.

 Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan hukum dari pihak yang dirugikan terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang salah.  Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan

akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum atas dasar fee kontinjen.

 Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang merugikan.

 Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan masalah teknis akuntansi dan auditing.

2 Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan Resiko Audit

Kegagalan bisnis, bisnis tidak mampu mengembalikan pinjaman atau memenuhi harapan para

investor karena keadaan ekonomi atau bisnis.

Kegagalan audit, auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena gagal

memenuhi persyaratan standar audit.

Resiko audit, kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan kenyataanya mengandung salah saji yang material. Mungkin saja auditor telah melaksanakan prosedur audit namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

Contohnya adalah kantor yang menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit di mana mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam

(3)

catatan klien yang seharusnya dapat ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat. Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak dapat dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian dan karena kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi. Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh standar auditing namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

Para profesional akuntansi cenderung setuju bahwa dalam kebanyakan kasus, ketika audit tidak dapat menemukan salah saji yang material dan pendapat audit yang salah sudah diterbitkan, maka layak untuk dipertanyakan apakah auditor menggunakan kemahirannya dalam melaksanakan audit. Dalam kasus kegagalan audit, UU yang berlaku sering memperbolehkan pihak yang dirugikan menuntut akuntan publik untuk membayar sebagian atau seluruh kerugian yang disebabkan oleh kegagalan audit. Dalam praktiknya, karena kerumitan auditing, sulit ditentukan apakah auditor gagal dalam menggunakan kemahirannya. Juga sulit untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh keuntungan dari audit. Meskipun demikian, kegagalan auditor dalam menggunakan kemahirannya sering kali menimbulkan kewajiban hukum, bahkan kerugian yang besar bagi kantor akuntan publik.

Sebagai contoh, ketika perusahaan bangkrut dan tidak dapat membayar utang-utangnya, umumnya para pemakai laporan keuangan akan menyatakan bahwa telah terjadi kegagalan audit, terutama bila laporan auditor terbaru mengindikasikan bahwa laporan keuangan sudah dinyatakan secara wajar. Lebih buruk lagi, jika yang terjadi adalah kegagalan bisnis dan ternyata laporan keuangan tersebut mengandung salah saji, para pemakai laporan keuangan akan menganggap bahwa auditor ceroboh meskipun audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum. Konflik antara pemakai laporan keuangan dan auditor ini sering muncul karena ada "kesenjangan harapan" di antara keduanya. Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing adalah satu-satunya yang dapat diharapkan auditor- Akan tetapi, banyak pemakai yakin bahwa auditor dapat menjamin keakuratan laporan keuangan, dan beberapa pemakai bahkan yakin bahwa auditor menjamin viabilitas bisnis ltu. Untungnya bagi profesi ini, pengadilan terus mendukung pandangan auditor. Namun, kesenjangan harapan ini sering kali mengakibatkan tuntutan hukum yang tidak terjamin.

(4)

Mungkin di masa depan, profesi ini akan memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk mendidik para pemakai laporan keuangan tentang peran auditor dan perbedaan antara kegagalan bisnis, kegagalan audit, serta risiko audit. Akan tetapi, untuk saat ini auditor harus menerima bahwa tuntutan atas kegagalan audit sebagian mungkin juga disebabkan oleh harapan mereka yang mengalami kerugian usaha untuk memperoleh ganti rugi dari sumber mana pun, tanpa memperhatikan siapa yang salah.

3 Kewajiban Hukum Para Auditor

Seorang akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek pekerjaan akuntansi publiknya, termasuk auditing, perpajakan, jasa bantuan manajemen, dan jasa akuntansi serta pembukuan. Jika seorang akuntan pubiik gagal menyiapkan dan mengisi SPT pajak klien dengan benar, akuntan publik itu dapat dituntut untuk membayar semua denda dan bunga yang harus dibayar oleh klien ditambah fee penyiapan SPT pajak. Pada beberapa negara bagian, pengadilan juga dapat menetapkan jumlah kerugian yang layak dibebankan.

Sebagian besar tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik berkaitan dengan laporan keuangan yang sudah maupun yang belum diaudit. Pembahasan pada bab ini dibatasi terutama pada dua aspek dari akuntansi publik tersebut. Pertama, kita telaah beberapa konsep hukum yang berkenaan dengan tuntutan hukum terhadap akuntan publik. Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan penjamin atau penerbit. laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk melaksanakan audit dengan kemahiran, dan tidak diharapkan untuk benar 100 persen. Standar kemahiran (due care) ini sering disebut sebagai konsep orang yang bijak (prudent person concept). Hal ini dikemukakan dalam Cooley on Torts sebagai berikut:

Setiap orang yang menawarkan jasa kepada orang lain dan yang dipekeryakan memiliki kewajiban untuk menggunakan keahlian yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan secara hati-hati dan tekun. Dalam semua pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus itu, bila seseorang menawarkan jasanya, dia sudah memahami bahwa ia mengumumkan kepada publik bahwa ia memiliki keahlian yang umumnya dimiliki orang lain yang menangani pekerjaan tersebut, dan bila ia berpura-pura memiliki keahlian itu dan orang lain tahu, ia sudah melakukan penipuan terhadap setiap orang yang mempekerjakan ia menyangkut profesi publiknya. Tetapi tidak seorang pun, baik yang terlatih maupun

(5)

tidak, menjalankan tugas yang ia perkirakan bisa berhasil tanpa kesalahan sedikitpun. la bekerja dengan keyakinan dan integritas yang baik, tetapi bukannya tanpa kesalahan, dan ia bertanggung jawab kepada pemberi kerja atas kecerobohan, niat buruk, atau ketidakjujuran, tetapi bukan untuk konsekuensi kerugian yang semata - mata akibat kekeliruan penilaian.

Biasanya, para partner, atau para pemegang saham korporasi profesional, memiliki tanggung jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata (civil action) terhadap setiap pemilik. Akan tetapi, situasinya berbeda jika kantor ini beroperasl sebagai persekutuan dengan kewajiban terbatas (limited liability perseroan dengan kewajiban terbatas (limited liability company = LLC), korporasi umum, atau korporasi profeslonal dengan tanggung jawab terbatas. Menurut struktur perusahaan di atas, kewajiban yang timbuh dari tindakan salah satu pemilik tidak mempengaruhi aktiva pribadi pemilik lain, kecuali pemilik lain terlibat langsung dalam tindakan yang dilakukan pemilik yang menyebabkan kewajiban ini. Tentu saja, aktiva perusahaan menjadi jaminan atas kerugian yang mungkin timbul.

Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan.

1 Kelalaian biasa, tidak ada perhatian yang layak yang dapat diharapkan dari seseorang dalam suatu situasi

2 Kelalaian besar, tidak ada perhatian sama sekali, setara dengan perilaku ceroboh, yang dapat diperkirakan dari seseorang.

3 Penipuan konstruktif, adanya kelalaian ekstrem sekalipun tidak ada maksud untuk menipu atau merugikan

4 Penipuan, terjadi bila suatu salah saji telah dilakukan dan auditor sama-sama mengetahui adanya kesalahan itu dan juga adanya maksud untuk menipu

Sumber kewajiban hukum auditor: 1 Kewajiban kepada klien

2 Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law 3 Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal

4 Kewajiban kriminal.

(6)

Sumber tuntutan hukum yang datang kepada akuntan publik umumnya datang dari klien.Tuntutan ini dapat terjadi jika akuntan publik lalai dalam melaksanakan tugasnya dan yang menjadi masalah utama dari kelalaian adalah tingkat kemahiran yang dibutuhkan.

Sekarang kantor akuntan publik dan klien harus menandatangani surat penugasan, yang disyaratkan untuk audit, untuk memformalkan kesepakatan tentang jasa yang diberikan, fee, dan waktu penyelesaian. Tetap ada perjanjian tertulis, tetapi surat penugasan dapat mendefinisikan kontrak lebih jelas.

Kantor akuntan publik biasanya menggunakan empat kombinasi pembelaan bila ada tuntutan hukum oleh klien : yaitu, tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, kelalaian kontribusi, dan ketiadaan hubungan timbal balik.

Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, Bahwa kantor akuntan publik mengklaim bahwa tidak ada kontrak yang tersirat atau yang dinyatakan secara jelas. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, Auditor dapat mengklaim bahwa ia telah melaksanakan prosedur atau standar auditing dengan benar.

Kelalaian kontribusi, Auditor mengklaim bahwa klien campur tangan dalam kegiatan pelaksanaan audit yang mengakibatkan kerugian, sehingga auditor tidak dapat menemukan

penyebab kerugian tersebut.

Ketiadaan hubungan sebab-akibat, Agar klien dapat menuntut akuntan publik, klien harus memiliki dan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor dalam menaati standar auditing dengan kerugian yang di derita klien.

5 Kewajiban Terhadap Pihak ke-3

Pihak ketiga meliputi pemegang saham aktual dan calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lainnya, karyawan, serta pelanggan.

Kasus Ultramares, pengadilan menekankan bahwa bila ada kecurangan atau kelalaian besar di pihak auditor, auditor dapat bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara lebih umum. Dari kasus Ultramares menghasilkan doktrin ultramares, mengizinkan pemulihan oleh pihak ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, merupakan anggota dari

(7)

golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan. Tiga pendekatan utama yang

diberlakukan :

Credit Alliance, Pemberi pinjaman menuntut auditor atas nama salah satu peminjam nya, karena pemberi pinjaman itu mengandalkan laporan keuangan peminjam dalam memberikan pinjaman,

yang ternyata menyesatkan.

Restatement of Torts, Pendekatan yang digunakan adalah menerapkan peraturan yang mengacu

pada seperangkat prinsip hukum otoritatif.

Foreseeable Users, Menurut konsep ini, para pemakai yang sudah harus dapat ditentukan sebelumnya oleh auditor sebagai pemakai laporan keuangan klien, memiliki hak yang sama seperti halnya pada privity of contract.

Tiga pembelaan yang tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan hukum oleh pihak ke tiga yaitu :

 tidak ada kewajiban untuk melaksanakan jasa,  pelaksanaan kerja tanpa kelalaian,

 dan ketiadaan hubungan sebab-akibat.

Pembelaan tidak ada kewajiban dalam menghadapi tuntutan pihak ketiga mencakup tidak hanya

privity of contract. Jika auditor melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing, pembelaan

lainnya tidak akan diperlukan.

6 Kewajiban Sipil Akuntan Menurut Sekuritas Federal

Securitas Act tahun 1933, persyaratan bagi pelaporan bagi perusahaan yang menerbitkan sekuritas baru, termasuk informasi dalam laporan registrasi atau pendaftaran dan propektus.Satu-satunya pihak yang mendapat ganti rugi dari auditor menurut UU tahun 1933 adalah pembeli pertama sekuritas pada saat tuntutan diajukan.

Menurut Securitas Exchange Act tahun 1934 sering kali berpusat pada laporan keuangan yang telah diaudit yang diterbitkan kepada publik dalam laporan tahunan, yang diserahkan kepada SEC sebagai bagian dari laporan tahunan Form-10K.

(8)

Peraturan 10b-5 dari Securitas Exchange Act tahun 1934, sering disebut sebagai anti kecurangan dari undang-undang 1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang melibatkan pembelian atau penjualan setiap sekuritas.

Undang-undang Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, melarang pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan memperoleh atau mempertahankan hubungan bisnis. Meskipun undang-undang ini berlaku, ketentuan yang berkaitan dengan catatan akuntansi dan pengendalian internal sebagian besar diganti oleh persyaratan yang lebih ketat dari Sarbanes-Oxley Act tahun 2002.Undang-undang ini mempertebal tanggung jawab perusahaan publik dan para auditornya. Undang-undang ini juga mensyaratkan CEO dan CFO untuk mengesahkan laporan keuangan tahunan serta kuartalan yang didaftarkan ke SEC. PCAOB juga mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi kepada kantor akuntan publik yang terdaftar atas setiap pelanggaran terhadap UU ini.

7 Kewajiban Kriminal Bagi Akuntan

Kewajiban kriminal bagi akuntan, Akuntan publik dapat disalahkan karena tindakan kriminal menurut hukum federal atau hukum di setiap negara bagian masing-masing. Securitas Act tahun 1933 dan 1934 sera Federal Mail Fraud Statue dan Federal False Statement Statue, semua peraturan ini menetapkan bahwa menipu orang lain, yaitu dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu merupakan tindakan kriminal. Sarbanes-Oxley Act 2002 juga menetapkan bahwa merupakan kejahatan bila merusak atau membuat dokumen untuk menghambat atau menghalangi penyelidikan federal.

8 Respon Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

AICPA dan profesi secara keseluruhan. dapat melakukan sejumlah hal untuk mengurangi risiko para praktisi terkena tuntutan hukum:

(9)

I. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji.

2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan lebih baik.

3. Mendidik para pemaka; mengenai batas-batas auditing. Mari kita bahas beberapa aktivitas khusus secara singkat:

 Riset dalam auditing. Riset yang berkesinambungan diperlukan untuk menemukan cara yang lebih baik guna mengungkapkan salah saji atau kecurangan yang tidak disengaja» mengomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan, dan memastikan bahwa auditor bersikap independen. Riset yang penting telah dilakukan oleh AICPA, kantor akuntan publik, dan universitas.

 Penetapan standar dan peraturan. AICPA dan PCAOB harus secara konstan menetapkan standar serta merevisinya untuk memenuhi kebutuhan audit yang terus berubah. Sebagai contoh, perubahan standar auditing menvangkut tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan telah diterbitkan guna memenuhi kebutuhan dan harapan pemakai atas kinerja auditor.

 Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor. AICPA dapat membantu melindungi para anggotanya dengan menetapkan persyaratan tertentu yang telah sukses diikuti olelvpara praktisi, seperti persyaratan SAS 85 (AU 333) tentang surat representasi tertulis dari manajemen dalam semua audit. Tentu saja, persyaratan tersebut tidak boleh bertentangan dengan pemenuhan kebutuhan pemakai.

 Menetapkan persyaratan peer review. Dengan memeriksa secara periodik praktik dan prosedur kantor akuntan, AICPA dapat mendidik para praktisi serta mengidentifikasi kantor akuntan yang tidak memenuhi standar profesi.

 Melawan tuntutan hukum. Kantor akuntan publik harus terus melawan tuntutan yang tidak berdasar meskipun, dalam jangka pendek, biaya untuk memenangkan perkara itu lebih besar daripada biaya untuk berdamai. AICPA telah membantu para praktisinya dalam melawan ekspansi kewajiban hukum yang tidak berdasar bagi akuntan dengan

(10)

menyerahkan dokumen pengadilan yang dikenal sebagai amicus curiae ("teman pengadilan").

 Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan. AICPA, pimpinan kantor akuntan publik, dan para pengajar harus mendidik investor serta pihak lain yang membaca laporan keuangan mengenai arti yang tepat dari pendapat auditor serta ruang lingkup dan sifat dari pekerjaan auditor. Selain itu, para pemakai laporan juga harus memahami bahwa auditor tidak menguji 100% semua catatan dan tidak menjamin keakuratan catatan keuangan atau keberhasilan perusahaan yang diaudit di masa depan. Orang-orang di luar profesi ini juga perlu memahami bahwa akuntansi dan auditing adalah seni, bukan ilmu pengetahuan. Kesempurnaan dan ketepatan tidak akan pernah tercapai.

 Memberi sanksi kepada anggota karena perilaku dan kinerja yang tidak pantas. Suatu profesi harus mengawasi anggotanya sendiri. AICPA telah mencatat kemajuan dalam manangani masalah kinerja akuntan publik yang kurang memadai, tetapi masih diperlukan review yang lebih keras terhadap kegagalan yang telah dituduhkan.

 Melobi perubahan UU. Sejak tahun 1990-an, beberapa perubahan pada UU negara bagian dan federal telah berdampak positif bagi lingkungan hukum profesi. Sebagian besar negara bagian telah merevisi UU yang mengizinkan kantor akuntan untuk berpraktik dalam bentuk organisasi yang lain, termasuk organisasi dengan kewajiban terbatas yang memberikan sejumlah perlindungan dari proses pengadilan. Diberlakukannya Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995 secara signifikan telah mengurangi kerugian potensial akibat proses pengadilan yang berhubungan dengan saham dengan menyediakar-i kewajiban yang proporsional pada sebagian besar contoh. Namum karena Reform Act hanya diterapkan pada pengadilan federal, para pengacara mulai memindahkan kasus mereka ke pengadilall negara bagian, di mana Reform Act tidak berlaku. Akan tetapi, lubang kecil ini ditutup oleh Securities Litigation Uniform Standars Act tahun 1998, yang mewajibkan bahwa tindakan class actions yang melibatkan sekuritas diajukan ke pengadilan distrik Federal. Profesi terus mengupayakan reformasi proses pengadilan pada tingkat negara bagian, termasuk penerapan standar privitas yang ketat untuk kewajiban terhadap nonklien dan kewajiban proporsional pada semua kasus yang tidak melibatkan kecurangan/penipuan.

(11)

Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban Hukum

Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk meminimalkan kewajibannya. Beberapa dari tindakan yang umum itu adalah sebagai berikut:

 Hanya berurusan dengan klien yang tnemiliki integritas. Ada kemungkinan yang semakin besar bahwa auditor akan menghadapi masalah hukum jika klien kurang memiliki integritas dalam berurusan dengan para pelanggan, karyawan, instansi pemerintah, dan pihak lainnya. Sebuah kantor akuntan publik membutuhkan prosedur untuk mengevaluasi integritas klien dan harus langsung menarlk diri apabila klien tersebut kurang memdiki integritas-

 Mempekerjakan personil yang kornpeten dan melatih serta mengawasi mereka secara layak. Bagian yang penting dari sebagian besar audit biasanya dikerjakan oleh profesionai muda yang belum begitu berpengalaman. Mengingat tingginya risiko yang dihadapi kantor akuntan publik dalam melakukan audit, profesional muda ini harus memenuhi syarat dan sangat teriatih. Supervisi atas pekerjaannya oleh profesional yang berpengalaman dan memenuhi kualifikasi juga sangat penting.

 Mengikuti standar profesi. Sebuah kantor akuntan harus mengimplementasikan prosedur untuk memastlkan bahwa semua anggota kantor itu memahami dan mengikuti standar auditing, pendapat FASB, peraturan perilaku, dan pedoman profesional iainnya.

 Mempertahankan independensi. Independensi mempunyai arti yang lebih luas darl sekadar masalah keuangan. Dalam kenyataannya, independensi membutuhkan sikap tanggung jawab yang terpisah dari kepentingan klien. Banyak proses pengadilan terjadi akibat mengalahnya auditor terhadap pernyataan atau tekanan klien. Auditor harus mempertahankan sikap skeptisme yang sehat.

 Memahami bisnis klien. Kurangnya pengetahuan terhadap praktik industri dan operasi klien telah menjadi faktor utama kegagalan auditor untuk mengungkapkan salah saji

(12)

daiam beberapa kasus. Tim audit harus dididik dalam bidang ini, yang sekarang sudah diwajibkan menurut standar pekerjaan lapangan yang kedua.

 Melaksanakan audit yang bermutu. Audit yang berrnutu menøharuskan auditor memperoleh bukti yang memadai dan membuat pertimbangan yang tepat atas bukti tersebut. Sebagai contoh, penting sekali bahwa auditor memahami pengendalian Internal klien dan memodifikasi bukti agar mencerminkan temuan-temuan tersebut. Audit yang baik akan mengurangi kemungkinan salah saji dan tuntutan hukum.

 Mendokumentasikon pekerjaan secara layak. Penyusunan dokumentasi audit yang baik akan membantu auditor mengorganisasl dan melaksanakan audit yang bermutu. Dokumentasi audit yang bermutu sangat penting ketlka auditor menghadapi perkara audit di pengadilan.

 Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi. Kedua surat ini sangat diperlukan dalam mendefinisikan kewajiban klien dan auditor. Kedua dokumen ini terutama bermanfaat dalam perkara hukum antara klien serta auditor, dan juga dalam tuntutan hukum pihak ketiga.

 Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia. Auditor menurut standar etis, dan kadang-kadang kewajiban hukum, tidak boleh mengungkapkan masalah klien kepada orang luar.

 Mengadakan asuransi yang memadai. Sangat penting bagi kantor akuntan publik (KAP) untuk memiliki perlindungan asuransi yang memadai dalam peristiwa tuntutan hukum. Meskipun premi asuransi telah meningkat dalam jumlah besar akibat meningkatnya litigasi atau proses pengadilan, asuransi kewajiban profesional masih tersedia bagi semua akuntan publik.

 Mencari bantuan hukum. Jika terjadi masalah yang serius selama proses audit, akuntan publik sebaiknya menghubungi penasihat hukum yang ber- pengalaman. Jika timbul tuntutan hukum, auditor harus segera mendapatkan seorang pengacara yang berpengalaman.

(13)

 Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas. Banyak kantor akuntan publik sekarang beroperasi sebagai korporasi profesional, perusahaan dengan kewajiban terbatas, atau persekutuan dengan kewajiban terbatas dalam rangka memberikan perlindungan kewajiban pribadi kepada para pemilik.

 Mengungkapkan skeptisme profesional. Auditor sering dianggap bersalah ketika dihadapkan dengan informasi yang menunjukkan masalah yang tidak mereka sadari. Auditor perlu berusaha keras untuk mempertahankan tingkat skeptisme yang sehat, yang membuatnya waspada terhadap salah saji yang potensial, sehingga mereka dapat menemukan salah saji ketika hal itu terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

dikenakan, maka saya cenderung bertanya pada teman saya Saya menuruti pendapat teman saya dari pada pendapat orang lain Saya setuju dengan pendapat teman- teman bahkan jika

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji

Opini Wajar dengan pengecualian (biasa disingkat WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material,

Opini Wajar dengan pengecualian (biasa disingkat WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah

 Opini Wajar dengan pengecualian (WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali

Opini Wajar dengan pengecualian (biasa disingkat WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah

Opini Wajar dengan pengecualian (biasa disingkat WDP) adalah opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji

Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Controlling Transaksi Manufaktur Aktivitas pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi salah saji : Pemisahan fungsi akuntansi