• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN KERJA UZMAN HILVAN MAHANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN KERJA UZMAN HILVAN MAHANI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI

KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN

KERJA

UZMAN HILVAN MAHANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 5 Maret 2014

Uzman Hilvan Mahani

(4)

ABSTRAK

UZMAN HILVAN MAHANI. Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.

Kabupaten Karo, Sumatera Utara, memiliki letak geografis yang sangat mendukung terhadap pengembangan budidaya tanaman sayuran dataran tinggi. Salah satu komoditas unggulan pada daerah ini yaitu kentang. Akan tetapi, produksi kentang mengalami ketidakstabilan pencapaian target produksi pada kurun waktu tujuh tahun terakhir ini. Berdasarkan permasalahan ini, terdapat daya tarik penelitian terutama pada bidang pengelolaan sumberdaya petani. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini yaitu (1) menganalisis waktu kerja petani komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja individu, (2) menganalisis situasi problematis petani kentang, (3) menganalisis pendapat ahli mengenai keterkaitan elemen penciptaan petani kentang berdaya saing tinggi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa beban kerja aktivitas petani kentang pada musim tanam lebih padat dibandingkan dengan beban kerja aktivitas petani pada musim panen. keadaan ini memperlukan pengelolaan waktu tanam dan waktu panen yang lebih sistematis agar tercapai kestabilan hasil produksi pertanian. Selain itu, peran aktif antar stakeholder dalam memajukan kegiatan pertanian juga perlu dikembangkan guna peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan. Kata kunci : analisis beban kerja, daya saing, petani komoditas kentang

ABSTRACT

UZMAN HILVAN MAHANI. Strategy for Improving Vegetable Farmers competitiveness In highland Potato Commodities Through The Analysis Of The Workload. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.

Karo Regency, North Sumatera, has a high geographical potential through the development of vegetable cultivation. One of the leading commodities in this region is potato. However, the achievement of potato target production has been facing instability since seven years ago. Based on the problem, there are several factors related with human resource management that will be analyzed in the research. The objectives of this research are (1) to analyze farmers working time based on individual analysis workload, (2) to analyze farmers problematic situation, (3) to analyze experts opinion about elements relationship that influence high competitive farmer. The research indicates that farmers workload is more intensive on planting season activity rather than harvesting season activity. This conditions need the systematic time management in order to achieve the agricultural production stability. In addition, The stakeholders play critical factors in increasing farmer competitiveness.

(5)

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI

KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN

KERJA

UZMAN HILVAN MAHANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

Judul skripsi : Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja

Nama : Uzman Hilvan Mahani NIM : H24100095

Disetujui Oleh

Lindawati Kartika, SE, M.Si Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah peningkatan daya saing berkelanjutan, dengan judul Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE. M.Si selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Bapak Dr. Eko Rudi Cahyadi, S.Hut, MM selaku penguji yang telah memberikan banyak saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ir. Muhammad Syamsun, MSc., PhD dan Bapak R. Dikky Indrawan, MM yang telah membantu dan mengarahkan selama pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat dekat atas doa, semangat, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 5 Maret 2013

(9)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN ii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODE PENELITIAN 6

Kerangka Pemikiran Penelitian 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Jenis dan Sumber Data 8

Metode dan Penetuan Ukuran Sampel 8

Metode Pengumpulan Data 8

Metode Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karo 10

Profil Desa Ujung Sampun 10

Profil Responden Penelitian 11 Analisis Beban Kerja Individu Petani Komoditas Kentang 12

Analisis CATWOE 14

Analisis Keterkaitan Intepretative Structural Modeling (ISM) 16

Implikasi Manajerial 20

SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 23

(10)

DAFTAR TABEL

1. Nilai FTE stakeholder komoditas kentang Kabupaten Karo 1

2. Format perhitungan waktu kerja efektif 10 3. Profil responden penelitian 11

4. Perhitungan nilai FTE individu petani kentang 13 5. Hasil analisa CATWOE 15

DAFTAR GAMBAR

1. Daerah produksi komoditas kentang di Sumatera Utara tahun 2012 1

2. Target dan realisasi produksi kentang Kabupaten Karo 2007-2013 2

3. Kerangka pemikiran penelitian 7

4. Rich picture aktivitas individu petani komoditas kentang 12

5. Keterkaitan antar elemen pelanggan dan aktor 16

6. Keterkaitan antar elemen transformasi 17

7. Keterkaitan antar elemen kerangka pikir 18

8. Keterkaitan antar elemen pemilik 19

9. Keterkaitan antar elemen kendala Lingkungan 20

10. Bagan Alir Implikasi manajerial peningkatan daya saing petani 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner analisis beban kerja 25

2. Kuesioner Interpretive Structural Modeling (ISM) 29

3. Denah lahan pertanian di Desa Ujung Sampun 33

4. Final reachability matrix (FRM) pada setiap elemen CATWOE 34

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kegiatan bisnis mempengaruhi keadaan pasar yang semakin bebas atas arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja sebagai keunggulan daya saing yang dimiliki suatu negara. Kegiatan ini akan terus mengalami persaingan yang semakin ketat, tak terkecuali pada bisnis sektor pertanian hortikultura. Hal ini turut menjadi tantangan bangsa dalam membangun Indonesia yang mampu bersaing pada bisnis hortikultura yang dinamis.

Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan salah satu wilayah potensial terhadap pengembangan bisnis hortikultura. Salah satu komoditas hortikultura unggulan wilayah ini adalah kentang.Potensi wilayah ini terhadap pengembangan tanaman kentang cukup besar ditinjau dari jumlah produksi dan luas panen yang tersedia. Kabupaten Karo pada tahun 2012 berhasil menyumbangkan produksi kentang sebesar 53.958 ton atau 41.48 % dari produksi kentang di Sumatera Utara dengan produktivitas wilayah sebesar 164.92 kw/ha (BPS Prov. Sumut 2012). Hal ini menjadikan Kabupaten Karo sebagai penghasil komoditas kentang terbesar pada tahun 2012 diikuti Kabupaten Simalungun sebesar 35.94 % dan Samosir sebesar 11.74 % yang tersajikan pada Gambar 1

Gambar 1 Daerah produksi komoditas kentang di Sumatera Utara tahun 2012 (Sumber: Statistik tanaman hortikultura Sumatera Utara 2012)

Sebagai wilayah pemasok komoditas kentang terbesar di Sumatera Utara, Kabupaten Karo menjadi obyek penelitian terhadap aspek peningkatan daya saing komoditas kentang. Aspek daya saing ini dapat ditinjau melalui pencapaian produksi komoditas kentang dengan target produksi setiap tahunnya. Adapun data target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo tahun 2007 sampai 2013 disajikan pada Gambar 2

41.48 % 35.94 %

11.74 %

(12)

Gambar 2 Target dan realisasi produksi kentang Kabupaten Karo 2007-2013 (Sumber: BPS Karo 2013)

Pencapaian target produksi kentang Kabupaten Karo tahun 2007 sampai 2011 belum mencapai target yang ditentukan. Akan tetapi pada tahun 2012, produksi kentang pada wilayah ini menggambarkan kondisi perkembangannya. produksi kentang sebesar 53.958 ton berhasil mencapai target produksi sebesar 53.350 ton. Kemudian pada tahun 2013, produksi dan pencapaian target produksi kembali menurun dibandingkan dengan tahun 2012 dengan hasil produksi sebesar 40.420 ton dan target produksi sebesar 45.237 ton. Hal ini masih menggambarkan ketidakstabilan pencapaian produksi komoditas kentang dalam kurun tujuh tahun terakhir.

Potensi pencapaian target produksi komoditas kentang dapat ditingkatkan melalui peningkatan daya saing produksi komoditas kentang. Salah satu hal utama yang mendukung peningkatan daya saing produksi komoditas kentang adalah aspek kualitas sumber daya petani. Aspek ini dapat ditinjau melalui analisis beban kerja individu petani berdasarkan penggunaan total jam efektif bekerja (Full Time

Equivalent-FTE). Petani memiliki total jam efektif bekerja dengan nilai paling

tinggi pada setiap pelaku rantai pasok (Stakeholder) pertanian komoditas kentang di Kabupaten Karo yang tersaji pada Tabel 1

Tabel 1 Nilai FTE stakeholder komoditas kentang Kabupaten Karo

Aspek Perbandingan Petani Pengumpul Eksportir Total Nilai FTE Nilai FTE yang dihasilkan 0,039 0,0008 0,00924 0,04905 Sumber: Putri (2013)

Penggunaan total jam efektif bekerja petani yang paling tinggi menjadikan petani sebagai pemeran utama terhadap keberlangsungan aktivitas pertanian

(13)

komoditas kentang. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut terkait penggunaan waktu kerja petani dan situasi problematisnya guna membangun strategi daya saing petani yang berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan waktu kerja individu petani komoditas kentang melalui analisis beban kerja ?, (2) Bagaimana penggambaran situasi problematis petani komoditas kentang di Kabupaten Karo ?, (3) Bagaimana keterkaitan elemen penciptaan petani komoditas kentang berdaya saing tinggi ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis aktivitas petani komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja individu, (2) Menganalisis situasi problematis petani komoditas kentang pada Kabupaten Karo, (3) Menganalisis keterkaitan elemen penciptaan petani komoditas kentang berdaya saing tinggi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi pelaku usaha pertanian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi agar para petani dapat menjalankan aktivitas bertani lebih terorganisir dalam pencapaian petani berdaya saing tinggi, (2) Bagi pemerintah dan stakeholder terkait, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam berkontribusi pembangunan kegiatan pertanian yang lebih baik, (3) Bagi umum, diharapkan menjadi referensi terkait analisis beban kerja yang diterapkan pada aktivitas petani serta menjadikan acuan terhadap penyusunan penelitian pada bidang yang berhubungan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada perencanaan sumber daya manusia, khususnya menganalisis beban kerja aktivitas individu petani dan kondisi sosial petani pada lokasi penelitian di Desa Ujung Sampun, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo. Data yang digunakan merupakan data penggunaan waktu aktivitas bertani serta kondisi sosial yang terjadi terhadap pengembangan potensi pertanian wilayah setempat.

RADEN BUKIT CANDRA GINTING SEDIA SEMBIRING

1 USIA 45 36 35

2 JENIS KELAMIN PRIA PRIA WANITA

3 PENDIDIKAN TERAKHIR S1 S1 S1

4 POSISI PEKERJAAN PETANI PEMILIK LAHAN PETANI PEMILIK LAHAN PETANI PEMILIK LAHAN

5 LUAS LAHAN PERTANIAN 3 Hektar 3 Hektar 3 Hektar

6 PENGALAMAN BERTANI (TAHUN) 10 6 6

7 PEKERJAAN BERTANI LAINNYA BISNIS DEPOT AIR DAN ASURANSI TIDAK ADA TIDAK ADA

8 STATUS PERNIKAHAN MENIKAH MENIKAH MENIKAH

9 JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA 5 5 5

10 PENDAPATAN PERBULAN (KISARAN) Rp 4.000.000,00 Rp 7.000.000,00 Rp 7.000.000,00 11 ASAL KEPENDUDUKAN PENDUDUK ASLI KAB. KARO PENDUDUK ASLI KAB. KARO PENDUDUK ASLI KAB. KARO

IDENTITAS RESPONDEN

(14)

TINJUAN PUSTAKA

Strategi

Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Argyris, Mintzberg, Steiner, dan Miner seperti yang dikutip dalam Rangkuti (1998) menyatakan bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman (eksternal) serta kekuatan dan kelemahan (internal) yang dapat mempengaruhi organisasi.

Daya Saing

Daya saing menurut Michael Porter (1990) adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Menurut Michael Porter (1990), pada dasarnya ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi daya saing suatu negara, yaitu:

1. Strategi, struktur, dan tingkat persaingan perusahaan, yaitu bagaimana unit-unit usaha di dalam suatu negara terbentuk, diorganisasikan, dan dikelola, serta bagaimana tingkat persaingan dalam negerinya.

2. Sumber daya di suatu negara, yaitu bagaimana ketersediaan sumber daya di suatu negara, yakni sumber daya manusia, bahan baku, pengetahuan, modal, dan infrastruktur. Ketersediaan tersebut menjadi penentu perkembangan industri di suatu negara. Ketika terjadi kelangkaan pada salah satu jenis faktor tersebut maka investasi industri di suatu negara menjadi investasi yang mahal. 3. Permintaan domestik, yaitu bagaimana permintaan di dalam negeri terhadap produk atau layanan industri di negara tersebut. Permintaan hasil industri, terutama permintaan dalam negeri, merupakan aspek yang mempengaruhi arah pengembangan faktor awalan keunggulan kompetitif sektor industri. Inovasi dan kemajuan teknologi dapat terinspirasi oleh kebutuhan dan keinginan konsumen.

4. Keberadaan industri terkait dan pendukung, yaitu keberadaan industri pemasok atau industri pendukung yang mampu bersaing secara internasional. Faktor ini menggambarkan hubungan dan dukungan antar industri, dimana ketika suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, maka industri-industri pendukungnya juga akan memiliki keunggulan kompetitif.

Beban Kerja

Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan formasi pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan

(15)

norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja organisasi. Sedangkan tujuan dari analisis beban kerja adalah mendapatkan informasi kebutuhan pegawai, tingkat efisiensi kerja dan prestasi kerja (unit/jabatan) yang dilaksanakan secara sistematis, dan bermanfaat dalam penataan/penyempurnaan struktur organisasi, penilaian prestasi kerja, evaluasi pelaksanaan tugas, dan penataan pegawai. Dalam melaksanakan analisis beban kerja diperlukan beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap penetapan hasil akhir.

Waktu Kerja

Menurut (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004), waktu kerja yang dimaksud disini adalah waktu kerja efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja efektif dan jam kerja efektif.

a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan cuti. Adapun rincian perhitungan hari kerja efektif sebagai berikut:

Jumlah hari menurut kalender .... Hari Jumlah hari minggu dalam 1 tahun .... Hari

Jumlah hari libur dalam 1 tahun .... Hari Jumlah cuti dalam 1 tahun .... Hari

Hari libur dan cuti .... Hari

Hari kerja efektif .... Hari

b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas lelah, istirahat, makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan rata-rata 30% dari jumlah jam kerja formal. Dalam menghitung jam kerja efektif sebaiknya digunakan ukuran 1 minggu.

Studi Penelitian Terdahulu

Fitrianti (2012), dalam disertasinya yang berjudul Rekontruksi Daya Saing UMKM Industri Kreatif Berbasis Tiga Tingkat Kerangka Kelembagaan (Sebuah Aplikasi Riset Tindakan berbasis Soft Systems Methodology) menjelaskan bahwa sentra-sentra UMKM industri kreatif dengan komoditas unggulannya dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan struktur kebijakan dan pembinaan yang perlu disediakan untuk mendukung peningkatan daya saing UMKM di sentra-sentra tersebut. Hubungan timbal balik ini menunjukkan bahwa mekanisme

decoupling, compliance dan embeddedness dalam pengembangan daya saing

UMKM. Untuk UMKM Industri Kreatif di Kota Depok, hubungan timbal balik di antara tiga tataran sebenarnya sudah berjalan, meskipun masih perlu dioptimalkan. Variabel penunjang dalam analisis ini yaitu peran pemangku kepentingan pada UMKM serta aspek perkembangan UMKM di kota Depok. Metode yang

(16)

digunakan dalam penelitian ini adalah analisa pengembangan daya saing UMKM melalui metode Soft System Methodology (SSM).

Putri (2013), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Beban Kerja

Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi,

Sumatera Utara, menjelaskan bahwa waktu kerja yang digunakan dalam rantai pasok stakeholders komoditas kentang melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE) pada Desa Gurusinga, Sumatera Utara masih belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan cara-cara yang masih tradisional sehingga beberapa aktivitas yang ada pada petani masih memakan waktu yang cukup lama. Berdasarkan business process mapping, kondisi eksisting aktivitas rantai pasok

stakeholders pada komoditas kentang dalam rangka meningkatkan daya saing

petani dari segi harga dan kualitas masih belum efektif dan efisien. Variabel penunjang dalam analisis berupa beban kerja, waktu (produtif, tidak produktif, dan pribadi), kebutuhan petani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja (Kep.Men. PAN Nomor: KEP/75/M. PAN/7/2004) dan perhitungan FTE (Full Time Equivalent) serta pendekatan metode business process mapping.

Raeesi et al. (2013), pada jurnalnya yang berjudul Understanding the

Interactions among the Barriers to Entrepreneurship Using Interpretive Structural Modeling menjelaskan bahwa interaksi rintangan dalam bisnis terbagi

menjadi rintangan internal dan ekstenal. Kedua rintangan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi keadaan bisnis yang sedang dijalankan oleh suatu pihak. Salah satu kunci utama dalam pengembangan bisnis masih dipengaruhi oleh pengaturan dari pemerintah. Peran pemerintah yang adil dan tegas mampu mendongkrak kepada keadaan bisnis yang lebih baik. Variabel penunjang pada penelitian ini adalah bisnis, rintangan, dan konsep berpikir serba sistem lunak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa pengembangan rancangan strategi melalui pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM).

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Ketidakstabilan hasil produksi komoditas kentang di Sumatera Utara, turut memberikan dampak terhadap produktivitas komoditas kentang pada lahan potensial daerah di Kabupaten Karo. Salah satu hal utama yang perlu dikaji dalam mengatasi permasalahan ini adalah peningkatan kualitas sumber daya petani. Peningkatan kualitas sumber daya petani dapat ditinjau pada berbagai aspek salah satunya adalah analisis beban kerja petani.

Penelitian ini mendefinisikan permasalahan melalui pendekatan analisis beban kerja petani dan pendekatan model Interpretive Structural Modeling (ISM) dengan konsep berpikir serba sistem lunak. Model yang sudah terbentuk akan dibandingkan dengan situasi probematis yang terjadi hingga membangun perumusan aksi nyata yang dapat dijadikan strategi peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan sebagaimana kerangka penelitian tersaji pada Gambar 3

(17)

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian warga setempat, Desa Ujung Sampun, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan sejak bulan September 2013 sampai Februari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara mendalam kepada responden petani kentang dan ahli akademisi IPB sebagai reponden penentu hubungan elemen daya saing petani. Adapun data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, penelitian terdahulu,

Situasi problematis yang muncul

Penurunan hasil produksi komoditas kentang secara tidak menentu dalam kurun tiga tahun terakhir di Kabupaten Karo

Model konseptual berdasarkan pendefinisian permasalahan problematis

Pembentukan model keterkaitan antar elemen penciptaan petani berdaya saing tinggi melalui analisis Interpretive Structural Modeling (ISM)

Perbandingan situasi dunia nyata dengan model konseptual

Perbandingan model ISM dengan situasi problematis yang terjadi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Sistem aktivitas yang relevan dengan situasi problematis yang terjadi

Indentifikasi permasalahan melalui pendekatan analisis beban kerja dengan konsep berpikir serba sistem lunak

Penetapan situasi problematis

Ketidakstabilan pencapaian target produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo

Perubahan situasi problematis

Implikasi manajerial yang mengacu kepada pembentukan strategi peningkatan daya saing petani komoditas kentang berkelanjutan

Perumusan aksi nyata untuk perbaikan

Membentuk sinergisitas stakeholder pertanian untuk membangun program pengembangan dan pengelolaan aktivitas petani

(18)

informasi melalui internet, serta data-data dari instansi-instansi terkait mengenai data pertanian dan komponen pendukungnya.

Metode dan Penetuan Ukuran Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Gay. teknik penentuan ukuran sampel Gay yaitu teknik pengkuruan sampel yang diambil dari populasi relatif kecil sebesar 20% dari populasi obyek penelitian (Umar 2005). Responden yang diteliti pada penelitian ini berjumlah tiga petani kentang dari dua lahan pertanian yang berbeda. Pada lahan satu berjumlah tujuh petani pengelola sehingga diambil dua petani sebagai responden. Sedangkan pada lahan dua berjumlah empat petani pengelola sehingga diambil satu petani sebagai responden penelitian. Responden ahli yang diteliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling yang bertujuan untuk menetukan keterkaitan elemen daya saing petani. Responden ahli yang diteliti berjumlah tiga akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer mengenai penggunaan waktu kerja petani diperoleh melalui metode work sampling. Metode work sampling tersebut dilakukan melalui pengamatan pada aktivitas petani. Hasil pengamatan akan dicatat dalam kuesioner work sampling yang terlampir pada Lampiran 1. Selain itu, pengumpulan data mengenai analisis keterkaitan elemen daya saing petani dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden ahli sebagaimana kuesioner terlampir pada Lampiran 2. Adapun data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mengutip informasi dari buku, penelitian terdahulu, informasi melalui internet, dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh institusi.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mendefinisikan permasalahan melalui pendekatan analisis beban kerja petani dan pendekatan model Interpretive Structural Modeling (ISM) dengan konsep berpikir serba sistem lunak. Siklus baku dalam proses berpikir serba sistem lunak terdiri dari 7 (tujuh) tahap kegiatan yang dikelompokkan kedalam dua ranah yaitu ranah dunia nyata dan ranah berpikir serba sistem (Hardjosoekarto 2012). Tahapan siklus ini terangkum pada kerangka pemikiran yang terbentuk. Tahap pertama, problem situation considered problematic yaitu proses penetapan situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Masalah problematis ini berhubungan dengan tindakan perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan atas situasi probelamtis yang dikaji. Tahap kedua, problem

situation expressed. Tahap ini adalah tahap penuangan situasi masalah yang

dianggap problematis ke dalam bentuk penyajian tertentu, yang lazim disebut dengan rich picture. Tahap ketiga, root definition of relevant purposeful activity

(19)

relevan. Tahap keempat, conceptuals model of the system named in the root

defintion. Ini adalah tahap pembuatan model konseptual berdasarkan root definition yang sudah dipilih dan diberi nama pada tahap sebelumnya. Tahap

kelima, comparison of model and real world. Ini adalah tahap pembanding antara situasi nyata dengan model konseptual. Tahap keenam, change systemically,

desirable cullturally feasible. Ini adalah tahap perumusan saran tindak untuk

perbaikan penyempurnaan dan perubahan situasi dunia nyata. Tahap ketujuh,

action to improve the situation. Ini adalah langkah tindakan untuk perbaikan

penyempurnaan dan perubahan situasi problematis. 1.Analisis Beban Kerja

Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut:

a. Menetapkan Waktu Kerja

Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Hari Kerja Efektif = (A – (B + C + D)) ……… (1) Keterangan (1) :

A = jumlah hari menurut kalender (hari)

B = jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun (hari) C = jumlah hari libur dalam setahun (hari)

D = jumlah cuti tahunan (hari) b. Menganalisis Beban Kerja

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikalikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk informasi mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja organisasi. Adapun format perhitungan waktu kerja efektif dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Format perhitungan waktu kerja efektif

No Uraian Tugas Pokok F WA WPT FTE

1. Persiapan 2. Penanaman 3. Pemeliharaan 4. Pemanenan 5. Pasca panen

Keterangan: F = Frekuensi kegiatan dilakukan

WA = Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan WPT = Jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan

(20)

2. Analisis keterkaitan melalui model Interpretive Structural Modeling (ISM) Analisis keterkaitan elemen peningkatan daya saing petani melalui pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM) dengan referensi pada (Thakkar et al. 2008; Wang et al. 2008; Singh et al. 2008). Analisis ISM ini dilakukan kedalam beberapa tahapan, yaitu: (1) Mengidentifikasi seluruh elemen, faktor, kriteria, atau dimensi yang terkait pada suatu sistem. Pada penelitian ini, elemen yang terlibat terdapat pada hasil analisis CATWOE dengan pendekatan metode berpikir sebrba sistem lunak, (2) Membentuk hubungan kontekstual antar elemen yang akan diuji dengan indentifikasi V, A, X atau O, (3) Mengembangkan

Structural Self Interaction Matrix (SSIM) guna menunjukkan hubungan antar

elemen dalam sistem yang telah dinotasikan dengan angka 0 atau 1, (4) Menyusun

Initial Reachability Matrix (IRM) dari SSIM dan menguji hubungan

transitivitasnya. Transitivitas yang menunjukan hubungan kontekstual bahwa Elemen A berhubungan dengan elemen B dan elemen B berhubungan dengan elemen C, kemudian A berhubungan dengan C, (5) Membagi matrix IRM pada level yang berbeda dan merangkumnya pada Final Reachability Matrix (FRM),

(6) merancang grafik hubungan kontekstual berdasarkan hasil IRM yang terbentuk, (7) Mengubah grafik yang terbentuk menjadi model ISM dengan mengubah nomor elemen kedalam bentuk kalimat, (8) Membangun hasil analisis pada model yang terbentuk serta membentuk modifikasi model yang memiliki kepentingan dalam sistem. Tahapan pembentukan model ISM ini merupakan tahapan pengolahan data untuk melihat keterkaitan elemen yang berpengaruh pada peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak di Dataran Tinggi Pengunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Secara keseluruhan Kabupaten Karo termasuk dalam kategori iklim musim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1000 - 4000 mm per tahun. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah dengan nilai kelembaban rata-rata 82%. Suhu udara berkisar 16-27% dengan suhu rata-rata 22°C (Karo 2010). Karakterisik cuaca yang sejuk dan pemandangan yang indah turut mendukung wilayah ini sebagai wilayah potensial terhadap pengembangan bidang pertanian dan pariwisata lokal.

Profil Desa Ujung Sampun

Desa Ujung Sampun merupakan desa yang terletak pada Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Desa ini memiliki karakteristik masyarakat untuk bertani secara polikultur. Sistem budidaya ini yang menjadikan petani dapat menghasilkan lebih dari satu produk dalam satu lahan pertanian.

(21)

Lampiran 3 menggambarkan lahan pertanian salah satu warga yang menerapakan sistem budidaya pertanian secara polikultur.

Profil Responden Penelitian

Responden penelitian yang menjadi obyek penelitian ini yaitu petani komoditas kentang yang mengelola sebidang lahan pertanian kentang pada Desa Ujung Sampun, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tabel 3 menunjukkan profil responden yang terlibat penelitian ini.

Tabel 3 Profil Responden Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada dua lahan pertanian yang berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan tidak ada perbedaan aktivitas pertanian dalam mengelola tanaman komoditas kentang. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada penggunaan waktu bertani dalam satu hari. Petani 1 menghabiskan waktu sekitar 3 sampai 4 jam per hari, sedangkan petani 2 dan 3 menghabiskan waktu sekitar 9 jam per hari dalam mengelola lahan pertaniannya. Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi penghasilan yang didapatkan pada masing-masing petani. pendapatan setiap bulan pada masing-masing petani berbeda. petani 2 dan 3 memiliki pendapatan hampir dua kali lebih besar dari pada petani 1. Hal ini memberikan gambaran bahwa bisnis pertanian juga memberikan penghasilan yang cukup mapan.

Analisis Beban Kerja Individu Petani Komoditas Kentang

Perhitungan nilai penggunaan watu kerja efektif (FTE) yang dilakukan oleh petani komoditas kentang di Desa Ujung Sampun terbagi menjadi dua penggolongan yaitu penggunaan waktu kerja pada musim tanam dan musim panen. Penggolongan tersebut menjadi lingkup penelitian terhadap pengembangan sumber daya petani melalui analisis beban kerja. Adapun rich picture yang mendefinisikan lingkup analisis beban kerja yang tersaji pada Gambar 4

No Identitas responden Responden petani

Petani 1 Petani 2 Petani 3

1 Usia 45 36 35

2 Jenis kelamin Pria Pria Wanita

3 Pendidikan terakhir S1 S1 S1

4 Posisi pekerjaan Petani pengelola Petani pengelola Petani pengelola

5 Luas lahan pertanian (ha) 3 3 3

7 Alokasi waktu (jam/hari) 4 9 9

8 Pengalaman bertani (tahun) 10 6 6

9 Pekerjaan bertani lainnya Bisnis Tidak ada Tidak ada

10 Status Menikah Menikah Menikah

11 Jumlah tanggungan keluarga 5 5 5

12 Pendapatan perbulan Rp4.000.000 Rp7.000.000 Rp7.000.000 13 Asal kependudukan Kabupaten Karo Kabupaten Karo Kabupaten Karo

(22)

Gambar 4 Rich picture aktivitas individu petani komoditas kentang

Aktivitas pertanian terbagi menjadi tiga aktivitas utama yaitu aktivitas pra tani meliputi kegiatan persiapan umbi, persiapan lahan, dan penanaman; kegiatan saat tani meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman dan persiapan pemanenan; kegiatan pasca tani meliputi kegiatan pemanenan dan pengiriman komoditas kentang yang akan di distribusikan kepada rantai pasok selanjutnya yaitu pengumpul, perusahaan eksportir, maupun pedagang atau pasar induk. Proses ini merupakan proses berulang mengikuti siklus kegiatan bisnis komoditas kentang. Adapun perhitungan waktu efektif kerja (FTE) individu petani komoditas kentang di Kabupaten Karo :

1 Tahun = 360 Hari

Hari non tanam kentang = 0 Hari -

Hari kerja = 360 Hari

Waktu kerja dalam 1 hari = 9 Jam

Total hari bertani = 3240 Jam (9 Jam x 360 Hari) Faktor efisiensi rata-rata = 70 %

Total jam efektif bertani = 2268 Jam/Tahun; (3240 Jam x 70 %) 189 Jam/Bulan;

47.25 Jam/Minggu;

6.7 Jam/Hari

Perhitungan nilai waktu kerja efektif petani (FTE) ditentukan oleh total waktu efektif bertani dalam satu tahun. Total waktu efektif bertani didapatkan melalui perkalian antara jumlah jam bertani dalam satu hari yaitu 9 jam (penggunaan waktu maksimum responden dalam bertani selama satu hari) dengan jumlah hari bertani dalam satu tahun yaitu 360 hari. Setelah itu, nilai tersebut dikalikan kembali dengan waktu kelonggoran (allowance) yang ditentukan oleh (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004) sebesar 70 %. Sehingga didapatkan total

(23)

waktu efektif bertani individu dalam satu tahun sebesar 2268 jam/tahun atau 136.080 menit/tahun. Nilai FTE diperoleh yaitu dengan membagi total waktu bertani (menit) dengan total waktu efektif bertani (menit/tahun). Adapun analisis beban kerja petani pada Tabel 4

Tabel 4 Perhitungan nilai FTE individu petani kentang

Nilai FTE yang diperoleh individu petani ketang pada musin tanam yaitu sebesar 0.2442. Sedangkan nilai FTE pada musim panen yaitu sebesar 0.0050. Perhitungan nilai FTE mengindikasikan bahwa beban kerja aktivitas petani kentang pada musim tanam memiliki beban kerja yang lebih padat dibandingkan dengan beban kerja aktivitas petani pada musim panen. Keadaan ini dapat dioptimalisasi melalui program-program pengembangan petani. Program pengembangan kegiatan petani dapat dibentuk melalui penyusunan penjadwalan aktivitas tanam yang sistematis pada saat musim tanam tiba. Hal ini meliputi pengelolaan waktu tanam yang bersamaan pada masing-masing kecamatan.

No Aktivitas Volume

(Kali/Tahun) Waktu dialokasi

Total waktu

digunakan (Menit) FTE

Persiapan Umbi

1 Memilah umbi hasil produksi 3 60 menit 20 0,0001

2 Membelah umbi 2-4 potongan 3 90 menit 30 0,0002

3 Merendam bibit dengan POC 3 620 menit 206,6667 0,0015

4 Penyimpanan umbi 3 2 Bulan 28800 0,2116

5 Sortir umbi yang rusak 6 90 menit 15 0,0001

Persiapan Lahan

1 Mengembangbiakkan pengendali hama 3 90 menit 30 0,0002

2 Membersihkan tanah 3 1080 menit 360 0,0026

3 Membajak lahan yang akan ditanam 3 1440 menit 480 0,0035

4 Pembuatan bedengan dan alur tanam 3 2880 menit 960 0,0071

5 Membuat saluran pembuangan air 3 2160 menit 720 0,0053

6 Menebarkan pengendali hama 3 360 menit 120 0,0009

7 Mencampur pupuk kandang dengan tanah 3 360 menit 120 0,0009

8 Pemasangan musa dan lubang nutrisi 3 1440 menit 480 0,0035

Penanaman

1 Meletakkan satu umbi bibit/lubang 3 1080 menit 360 0,0026

2 Pemberian pupuk buatan 3 720 menit 240 0,0018

Pemeliharaan

1 Mengganti tanamaan yang tidak tumbuh 3 360 menit 120 0,0009

2 Pengkontrolan tanaman 365 21900 menit 60 0,0004

3 Pengaturan ketersediaan air 48 480 menit 10 0,0001

4 Penyiangan 6 360 menit 60 0,0004

5 Pemangkasan bunga 90 4050 menit 45 0,0003

0,2442

No Aktivitas Volume

(Kali/Tahun) Waktu dialokasi

Total waktu

digunakan (Menit) FTE

Pemanenan

1 Mengangkat umbi dengan garuk (panen) 3 1440 menit 480 0,0035

2 Memisahkan umbi rindilan dan layak 3 180 menit 60 0,0004

3 Mengemas umbi kedalam karung goni 3 360 menit 120 0,0009

Kegiatan Pasca Panen

1 Pengiriman kentang ke pengumpul 3 60 menit 20 0,0001

0,0050 Musim Tanam

TOTAL FTE MUSIM TANAM

Musim Panen

(24)

Kemudian penggunaan waktu musim panen dengan membangun program peningkatan keterampilan petani terhadap pengolahan produk hilir pada kolonggaran waktu yang tersedia dalam rangka peningkatan nilai tambah produk lokal.

Analisis CATWOE

Analisis CATWOE merupakan alat bantu pengingat (mnemotic) supaya

root definition yang dibuat benar-benar menggambarkan sebuah sistem aktivitas

manusia yang relevan. Pada penelitian ini pendekatan analisis CATWOE dimaksudkan untuk menganalisis situasi problematis petani komoditas Kentang pada Kabupaten Karo. Adapun pendekatan analisis CATWOE sebagai berikut:, Yaitu :

a. C (Customers)

Customers merupakan orang yang langsung atau hampir langsung menjadi korban

atau yang akan diutungkan oleh proses transformasi di dalam sebuah organisasi. Pada penelitian ini, Petani komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul, pasar, konsumen, eksportir, pemerintah, dan opinion leader desa. Setiap komponen peran terlibat sebagai customer terhadap transformasi peningkatan daya saing petani. Peningkatan daya saing ini difokuskan kepada pengembangan daya saing petani yang akan berpengaruh terhadap kegiatan binis kentang secara keseluruhan melalui keadaan sosial yang terjadi pada daerah setempat.

b. A (Actors)

Actors merupakan orang yang melakukan kegiatan dalam rangka pelaksanaan

proses transformasi (T). Pada penelitian ini, peran Actors dilakukan oleh petani komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul, pasar, konsumen, eksportir, pemerintah, dan opinion leader desa. Peran Actors ditunjukan sebagai komponen pembangunan pertanian dalam meningkatkan produktivitas petani melalui program-program kerja petani. Program ini dirancang agar komunikasi yang terbentuk dalam forum dapat terimplentasi terhadap peningkatan produktifitas petani.

c. T (Transformation)

Transformation adalah proses pengubahan input menjadi output, baik yang

bersifat kongkret maupun abstrak. Input yang terkait dalam transformasi ini yaitu aktivitas petani dan kondisi sosialnya. Input ini akan ditransformasikan menjadi output yang terbentuk dari yaitu berupa konsep strategi peningkatan daya saing individu petani pada daerah setempat melalui pendekatan analisis beban kerja dan indentifikasi lingkungan sosial.

d. W (Worldview)

Worldview merupakan sudut pandang, kerangka pikir, atau citra yang menjadikan root definition memiliki makna berarti dalam konteks. Kabupaten Karo, Sumatera

Utara merupakan wilayah potensial terhadap pengembangan komoditas kentang akan tetapi, pemenuhan target produksi kentang secara regional masih belum terpenuhi. Oleh karena itu, hal ini perlu dikaji sebagai sudut pandang yang perlu dikembangkan dalam merancang petani berdaya saing tinggi melalui penerapan kinerja yang sistematis dan berkompeten dari segi pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini bertujuan sebagai persiapan dalam menghadapi perkembangan bisnis yang dinamis.

(25)

e. O (Owners)

Orang atau sekelompok orang yang berkuasa atas sistem dan mempunyai kewenangan untuk menghentikan atau mengubah proses trasnformasi. Pada penelitian ini, individu yang memiliki kuasa terhadap keterbukaan infomasi yang tesedia adalah Pemilik lahan pertanian, gapoktan, pasar, pemerintah, petani kentang. Semua komponen ini yang merupakan orang atau sekelompok orang yang menentukan terlaksana atau tidak implementasi atas aksi transformasi yang terbentuk.

f. Kendala lingkungan (Enviromental Constraints)

Lingkungan yang menjadi kendala berlangsungnya proses trasnformasi, seperti peraturan perundang-undagan, anggaran, dan peraturan lainnya. Pada penelitian ini, Karakteristik masyarakat setempat (self concept), Birokrasi, Regulasi, dan Faktor Alam masih berperan sebagai elemen penghambat proses transformasi yang terbentuk.

Komponen elemen CATWOE yang terbentuk merupakan hasil analisis dari keadaan sosial yang terjadi pada wilayah sempat. Setiap komponen yang terkait terangkum pada Tabel 5

Tabel 5 Hasil analisa CATWOE

Elemen CATWOE Komponen penelitian yang terkait

C (Customers) Petani komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul, pasar, konsumen, eksportir, pemerintah, opinion leader desa

A (Actors) Petani komoditas kentang, penyuluh, Gapoktan, pengumpul, pasar, konsumen, eksportir, pemerintah, opinion leader desa

T (Transformation)

Input yang terkait dalam proses ini yaitu individu petani kentang yang ditransformasikan menjadi Output berupa strategi peningkatan daya saing petani komoditas kentang

W (World View)

Merancang aktivitas petani dengan kinerja yang optimum guna membentuk individu petani yang kompetitif dari segi produktifitas maupun daya saing petani menghadapi bisnis yang dinamis O (Owner) Pemilik lahan pertanian, gapoktan, pasar, pemerintah, petani kentang E(Enviromental

Constraints)

Karakteristik masyarakat setempat (self concept), Birokrasi, Regulasi, dan Faktor Alam

Setiap elemen memiliki peran peting terhadap peningkatan daya saing

petani. Sinergisitas antar komponen sangat diperlukan dalam membangun ragam program pembangunan bagi petani dan pengembangan bidang pertanian mulai pada industri hulu sampai hilir. Elemen ini akan terlihat masing-masing perannya dengan analisis keterkaitan melalui metode interpretive structural modelling yang akan tersaji pada pembahasan selanjutnya.

(26)

Keterkaitan Elemen Peningkatan Daya Saing Petani Melalui Metode

Interpretive Structural Modeling (ISM)

Analisis CATWOE menghasilkan elemen pembentuk peningkatan daya saing petani. Elemen yang sudah terbentuk selanjutnya dianalisis melalui model

Interpretive Structural Modeling (ISM) untuk diindetifikasi pengaruh dan

keterkaitannya dalam konteks peningkatan daya saing petani kentang di Kabupaten Karo. Adapun elemen yang dianalisis sebagai berikut:

a. Model ISM pada elemen pelanggan dan aktor

Elemen pelanggan dan aktor memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final

Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk

akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen pelanggan dan aktor terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada Gambar 5

Gambar 5 Keterkaitan pada elemen pelanggan dan aktor Keterangan :

: Elemen pendukung

: Elemen saling berhubungan

Gambar 5 menujukan keterkaitan antar elemen pelanggan dan aktor dalam melakukan proses transformasi. Pada basis pertama, terlihat hubungan antara penyuluh pertanian, opinion leader desa, dan pemerintah. Hal ini menunjukan adanya peranan mendasar pada pemerintah maupun penyuluh dan opinion leader desa dalam melakukan pendekatan terhadap pengembangan pertanian. Peran mendasar ini dapat ditunjang dengan program-program pembangunan pertanian yang diadakan oleh pemerintah dan dimediatori oleh tim penyuluh dan opinion

leader desa sebagai mediator program secara efektif. Selanjutnya pada tingkat

kedua terlihat keterkaitan antara petani komoditas kentang, Gapoktan, dan pengumpul sebagai pemeran selanjutnya dalam melakukan kegiatan transformasi. elemen ini berperan sebagai pelaku pelaksana program pengembangan petani pada dunia nyata. Pada tingkat ketiga, pasar, konsumen, dan eksportir merupakan elemen penerima dampak atas hasil transfromasi yang telah dilaksanakan. Pasar,

Pasar Konsumen Eksportir

Petani komoditas kentang

Gapoktan Pengumpul

Penyuluh pertanian

Pemerintah Opinon leader desa

(27)

konsumen,dan eksportir menjadi pemeran akhir terhadap pelaksanaan kegiatan transformasi ini.

b. Model ISM pada Elemen Transformasi/Perubahan

Elemen transformasi atau perubahan memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada

Final Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang

terbentuk akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen perubahan terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada Gambar 6

Gambar 6 Keterkaitan pada elemen transformasi Keterangan:

: Elemen pendukung

: Elemen saling berhubungan

Gambar 6 menujukan keterkaitan antar elemen transformasi yang menjadi langkah dalam mengelola aktivitas petani yang efektif dan efisien. Tingkat mendasar berada pada elemen penyuluh pertanian yang berperan aktif dalam mengayomi dan memberikan informasi kepada petani setempat. Pada elemen ini, penyuluh memiliki peran sebagai mediator pembangunan informasi atas program pengembangan pertanian. Elemen penyuluh diharapkan mampu memberikan stimulasi kepada petani dalam meningkatkan peran aktifnya terhadap program yang diselanggarakan oleh Gapoktan. Gapoktan dapat menjadi wadah bagi petani dalam memahami dan mengelola setiap isu pertanian yang berlangsung. Dalam hal ini, pengadaan program dari Gapoktan dapat berupa peningkatan ketepatan waktu tanam dengan penjadwalan waktu tanam yang tepat dan peningkatan kegiatan waktu panen melalui aktivitas industri hilir menjadi hal yang saling berhubungan dalam pengelolaan beban kerja petani yang efektif dan efisien serta didukung oleh penanganan distribusi pasca panen sesuai dengan praktik GMH

(Good Material Handling).

c.Model ISM pada Elemen Kerangka Pikir

Elemen kerangka pikir memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final Reachability

Penanganan distribusi pasca panen sesuai dengan praktik Good Material Handling

Peningkatan ketepatan waktu tanam dengan penjadwalan waktu tanam

yang tepat

Peningkatan kegiatan waktu panen melalui aktivitas industri

hilir

Peran aktif petani terhadap program yang diselenggarakan oleh Gapoktan

Penyuluh pertanian berperan aktif dalam mengayomi dan memberikan informasi kepada petani setempat

(28)

Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk akan

memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen kerangka pikir terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada Gambar 7

Gambar 7 Keterkaitan pada elemen kerangka pikir Keterangan:

: Elemen pendukung

: Elemen saling berhubungan

Pada model optimasi elemen kerangka pikir ini, terdapat serangkaian rancangan pemikiran dalam mendukung pencapaian petani berdaya saing secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas SDM menjadi hal utama dalam meningkatkan daya saing petani terhadap perkembangan bisnis pertanian. Peningkatan kualitas SDM dapat didukung melalui program-program pemerintah maupun swadaya untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi pada petani. Kreativitas dan inovasi petani akan memberikan pengaruh kepada peningkatan kualitas dan nilai tambah komoditas kentang yang dihasilkan. Hal ini juga memberikan kemudahan terhadap akses pemanfaatan sumber daya dan pasar bagi petani. Kemudahan tersebut secara tidak langsung telah memberikan nilai lebih bagi petani dalam berkontribusi terhadap pembangunan pertanian wilayah setempat dan peningkatan kesejahteraan petani. kesejahteraan ini menjadi potret bahwa petani telah siap menghadapi tantangan bisnis mendatang. Hal ini juga didukung oleh program pengembangan kemampuan petani dan peran stakeholder sesuai dengan perkembangan bisnis yang terjadi.

d.Model ISM pada Elemen Pemilik

Elemen pemilik memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final Reachability Matrix

(FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk akan memberikan

informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang

Siap menghadapi perkembangan bisnis yang dinamis

Peningkatan kesejahteraan petani

Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar bagi petani

Peningkatan kualitas komoditas kentang

Peningkatan kreativitas dan inovasi pada petani

(29)

ada. Adapun diagram pengelompokan elemen pemilik terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada Gambar 8

Gambar 8 Keterkaitan antar elemen pemilik Keterangan:

: Elemen pendukung

: Elemen saling berhubungan

Pada gambar 8, pemilik lahan pertanian memiliki peran dalam menentukan kewanangan atas implementasi suatu transformasi. pemilik lahan pertanian memiliki hubungan pada keanggotaan Gapoktan. Gapoktan menjadi wadah bagi para pemilik lahan untuk berdiskusi bersama dan menentukan suatu kesepakatan bersama. Selain itu, peran Gapoktan juga turut memiliki kekuatan suara karena berhubungan dengan kumpulan antar pemilik lahan pertanian. Keputusan yang disepakati besama dapat memberikan dampak kepada petani penggarap, pasar, atau bahkan pemerintah jika memang keputusan ini memiliki kepentingan yang baik dalam memajukan pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.

e.Model ISM pada Elemen Kendala Lingkungan

Elemen kendala lingkungan memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final

Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk

akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen kendala lingkungan terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada Gambar 9

Pasar Pemerintah

Petani kentang (petani penggarap)

Anggota Gapoktan

(30)

Gambar 9 Keterkaitan antar elemen kendala lingkungan Keterangan:

: Elemen pendukung

: Elemen saling berhubungan

Pada level satu dapat terlihat bahwa karakteristik masyarakat setempat masih menjadi elemen kendala lingkungan. masyarakat masih sulit untuk menerima beberapa komoponen transformasi untuk perkembangan pada lahan pertaniannya. Hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh bebagai faktor seperti faktor pandangan masyarakat setempat yang masih sulit menerima pengaruh dari pihak yang belum dikenalnya. Pemerintah yang masih mementingkan kepentingan golongan dan kesulitan dalam birokrasi dan regulasi juga menjadi kendala lainnya dalam petani setempat. Dukungan pemerintah ini turut berdampak kepada pengembangan kegiatan bisnis pertanian saat ini diantaranya keterbatasan petani pada pengetahuan dan perkembangan IPTEK serta gangguan eksternal terkait penanganan faktor alam (Cuaca dan Iklim).

Implikasi Manajerial

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peta implikasi manajerial dari analisis beban kerja individu komoditas kentang di Desa Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10

Karakteristik masyarakat setempat (Self concept)

Faktor Alam (Cuaca dan Iklim)

Regulasi Pemerintah Kesulitan dalam Birokrasi

Keterbatasan pada pengetahuan dan perkembangan IPTEK

(31)

Continuous improvement

Gambar 10 Bagan Alir Implikasi manajerial peningkatan daya saing petani

Implikasi manajerial terbentuk pada kerangka pikir yang ingin dikembangkan pada hasil tranformasi yang diharapkan. Kerangka pikir utama yang menjadi basis proses transformasi ini adalah peningkatan kualitas sumber daya petani terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung. Proses kerangka pikir ini, melibatkan serangkaian komponen pertanian yang berhubungan. yaitu, aktor sebagai pelaku utama dalam melakukan kegiatan transformasi maupun pelanggan sebagai pihak yang berdampak atas terjadinya proses transformasi ini. Pemahaman yang terbentuk pada setiap komponen aktor dan pelanggan merupakan input transformasi untuk mengawali setiap langkah perubahan yang akan dilakukan.

Proses transformasi merupakan proses utama dalam menerapkan perubahan kedalam keadaan nyata kondisi pertanian saat ini. Dalam pelaksanaan proses transfromasi, terdapat komponen Pemilik dan kendala lingkungan yang menjadi penentu dalam penerapan proses transformasi ini. Pemilik sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk menghentikan dan mengubah proses transformasi. Sedangkan Kendala lingkungan yaitu hal-hal yang menjadi penghambat terhadap penerapan transfromasi ini. Adapun aspek transformasi yang terbentuk pada hasil analisis penelitian ini, yaitu:

a. Penyuluh berperan aktif dalam mengayomi dan memberikan informasi kepada petani setempat. Pada aspek ini, Penyuluh turut berperan sebagai mediator informasi antara petani dengan komponen yang terkait. Kesejahteraan dan dukungan pengembangan bagi penyuluh sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan kepercayaan sebagai mediator informasi daerah setempat. INPUT Kerangka Pikir Peningkatan kualitas sumberdaya petani Pelanggan Petani kentang Aktor Stakehoder pertanian kentang PROSES Kendala Lingkungan Karakteristik masyarakat Pemilik Petani pemilik lahan

Elemen Perubahan Peran aktif penyuluh sebagai aktor pembangkit pertanian setempat OUTPUT

Tersedianya program pengembangan petani secara sistematis

OUTCOME

Implementasi program pengembangan petani yang merata setiap kecamatan

BENEFIT

Peningkatan produktivitas dan kestabilan pencapaian target produksi komoditas

kentang

IMPACT

Peningkatan daya saing petani kentang dalam menghadapi keadaan binsis yang dinamis

Analisis beban kerja petani

(32)

b. Peran aktif petani terhadap program yang diselanggarakan oleh Gapoktan. Gapoktan menjadi wadah bagi petani untuk mengembangkan diri dan pusat informasi petani. Oleh karena itu, kesadaran petani terhadap partisipasi pada Gapoktan sangat diperlukan terhadap pengembangan pengetahuan dan ketereampilan petani.

c. Peningkatan waktu tanam dengan penjadwalan waktu tanan yang sesuai. Penjadwalan waktu tanam yang sesuai diharapkan mampu meningkatkan kemerataan terhadap hasil produksi komoditas hasil pertanian pada areal tertentu. Hal ini tentunya dapat menjadi bagian pada program Gapoktan untuk mengembangkan kemerataan hasil produksi.

d. Peningkatan kegiatan waktu panen melalui aktivitas indutri hilir. Peningkatan aktivitas industri hilir diharapkan mampu menunjang petani dalam meningkatkan nilai tambah pada komoditas yang telah dihasilkan. Hal ini merupakan peningkatan kemampuan petani untuk lebih mandiri dan keratif. e. Penanganan distribusi pasca panen sesuai dengan GNH (Good Material

Handling). hal ini terkait dengan distribusi produk pertanian dengan

penanganan kualitas yang baik. Hal ini tentunya dengan didukung oleh pelatihan program pertanian mengenai penerapan GNH (Good Material

Handling) khususnya pada komoditas kentang.

Pada setiap aspek penerapan transformasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tehadap peningkatan daya saing petani dan produktivitas komoditas kentang yang berkelanjutan. Hal ini juga perlu didukung pada tindakan contionus

improvement agar setiap komponen perubahan yang ingin dicapai dapat mengikuti

setiap perkembangan bisnis yang sedang terjadi saat ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian terhadap strategi peningkatan daya saing petani komoditas ketang melalui analisis beban kerja menyimpulkan bahwa (1) aktivitas petani kentang memiliki beban kerja 49 kali lipat lebih besar pada aktivitas musim tanam dibandingkan aktivitas pada musim panen, (2) situasi problematis petani kentang pada Kabupaten Karo masih memperlukan program-program pengembangan pertanian yang mengacu kepada peran stakeholders dalam mendukung program petani setempat, (3) analisis keterkaitan elemen penciptaan daya saing petani memberikan gambaran mengenai peningkatan kualitas sumberdaya petani menjadi peran dasar terhadap transformasi peningkatan kemampuan daya saing petani secara berkelanjutan.

(33)

Saran

Saran penelitian mengenai strategi peningkatan daya saing petani komoditas ketang melalui analisis beban kerja, sebagai berikut: (1) saran untuk Petani wilayah setempat, Petani dapat mengembangkan dan meningkatkan potensi diri dalam bertani dan berwirausaha melalui sikap proaktif terhadap perkembangan lingkungannya. Sikap proaktif petani terhadap situasi pertanian terkini dan program-program pertanian yang telah disediakan baik pada pemerintah maupun stakeholder terkait diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pribadi petani yang unggul untuk menuju pertanian yang mandiri secara berkelanjutan, (2) saran untuk Pemerintah dan Stakeholders Terkait, Pemerintah dan Stakeholders terkait diharapkan aktif terhadap pengembangan aktivitas petani melalui pembinaan, pelatihan, dan pengabdian terhadap petani dan perkembangan lingkungan setempat, (3) saran untuk Peneliti, Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna melengkapi dan menyempurnakan data penelitian terdahulu. Penelitian selanjutnya dapat mengfokuskan penelitian pada analisis beban kerja komoditas kentang pada daerah potensial lainnya atau komoditas sayuran yang berbeda pada regional tertentu.

Daftar Pustaka

[BPS Karo] Badan Pusat Statistik Karo. 2013. Karo dalam Angka 2013. Karo (ID): BPS Karo.

[BPS Karo] Badan Pusat Statistik Karo. 2010. Karo dalam Angka 2010. Karo (ID): BPS Karo.

[BPS Prov. Sumatera Utara] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2012.

Statistik Tanaman Hortikultura Sumatera Utara Tahun 2012. Medan (ID): BPS

Sumatera Utara.

Fitrianti. 2012. Rekontruksi Daya Saing UMKM Industri Kreatif Berbasis Tiga Tingkat Kerangka Kelembagaan (Sebuah Aplikasi Riset Tindakan berbasis

Soft Systems Methodology) [disertasi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Hardjosoekarto S. 2012. Soft System Methodology. Depok (ID): UI Pr.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. 2004. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta (ID): Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban kerja (Workload Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan Peraturan Menteri Keuangan No.140/PMK.01/2006. Jakarta (ID): Peraturan Menteri Keuangan.

(34)

Putri. 2013. Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Raeesi R, Dastranj M, Mohammadi S, dan Rasouli E. 2013. Understanding the Interactions among the Barriers to Entrepreneurship Using Interpretive Structural Modeling. International Journal of Business and Management. [internet].[diunduh 2014 Januari 30]; 8(13): 56-72. Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.5539/ijbm.v8n13p56

Rangkuti F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Singh MD, dan Kant R. 2008. Knowledge management barriers: An interpretive structural modeling approach. International Journal of Management Science

and Engineering Management. [internet].[diunduh 2014 Januari 30]; 1(3):

141-150. Tersedia pada: http:// www.ccsenet.org/ijbm

Thakkar J, Kanda A, dan Deshmukh SG. 2008. Interpretive structural modeling (ISM) of IT-enablers for Indian manufacturing SMEs. Information

Management & Computer Security. [internet]. [diunduh 2014 Januari 30];

1(16): 113-136. Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.1108/09685220810879609 Umar. 2001. Strategic Management in Action: Konsep, Teori, dan Teknis

Menganalisis Manajemen Strategis Berdasarkan Konsep Michael R Porter, Freed R David, dan Wheelen-Hunger. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Utama.

Umar. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Wang G, Wang Y, dan Zhao T. 2008. Analysis of interactions among barriers to energy saving in China. Energy Policy. [internet]. [diunduh 2014 Januari 30]; 1(36): 1879-1889. Tersedia pada: http: //dx.doi.org/10.1016/ j.enpol.2008.02.006

(35)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner Analisis Beban Kerja

Kuesioner Analisis Beban Kerja

Analisis Beban Kerja Individu pada Aktivitas Petani Komoditas Kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kepada Yth,

Bapak/ Ibu tenaga pertanian komoditas kentang di tempat. Dengan hormat,

Saya ucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam membantu mengisi kuesioner ini dengan baik dan benar. Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian dalam penyusunan Skripsi yang berjudul “Strategi Peningkatan Daya Saing Individu Petani Komoditas Kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara ”, yang disusun oleh : Nama : Uzman Hilvan Mahani

NIM : H24100095 Departemen : Manajemen Nomor Telepon : 085691277926

Kuesioner ini dibuat untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu, penulis berharap agar pernyataan-pernyataan yang dijelaskan dapat dijawab secara jujur dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dinas pertanian untuk terus berkembang dan semakin produktif.

Atas ketersediannya menjawab pertanyaan koesioner ini, penulis mengucapkan terimakasih.

Petunjuk : Isilah titik-titik dengan keterangan yang sesuai. Atau berilah Silang pada pertanyaan pilihan ganda. (X)

I. Identitas Responden

Nama Responden : ... Usia : ... Tahun Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Wanita

Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c.SMA/SMK d. Diploma e. S1 f. Lainnya…….. Posisi Pekerjaan : ... (Misal : Petani, Pengelola, Dst) Pengalaman bertani : ...Tahun ...Bulan

pekerjaan tani lainnya : ... (Misal : Peternakan, Dst) Status pernikahan : a. Menikah b. Belum menikah

Jumlah tanggungan keluarga

(termasuk diri sendiri) : ...Orang

kepemilikan lahan pertanian : a. Milik Sendiri b. Menggarap milik orang lain luas lahan pertanian : ± ... Hektar

Pendapatan/bln dari bertani : ± Rp...

usaha lain selain bertani : ... (Misal : berdagang, Dst) pendapatan usaha selain bertani : ± Rp...

(36)

Lanjutan Lampiran 1

II. Daftar work sampling individu

Nama / Wilayah : ... Tanggal : ...

Waktu* Daftar kegaiatan yang dilakukan oleh petani dalam satu minggu senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 05.00 05.30 06:00 06:30 07:00 07:30 08:00 09:00 09:50 10:00 10:10 10:20 10:30 10:40 10:50 11:00 11:10 11:20 11:30 11:40

(37)

Lanjutan Lampiran 1

* Waktu dapat menyesuaikan sesuai dengan kegiatan yang berlangsung

Waktu* Daftar kegaiatan yang dilakukan oleh petani dalam satu minggu senin selasa rabu kamis jumat sabtu Minggu 11:50 12:00 12:10 12:20 12:30 12:40 12:50 13:00 13:10 13:20 13:30 13:40 13:50 14:00 14:10 14:20 14:30 14:40 14:50 15:00 15:30 16:00 17:30 18:00

(38)

Lanjutan Lampiran 1 III. Pertanyaan Tambahan

1. Berapa jumlah petani dalam menangani satu lahan pertanian (…...ha/m) dan bagaimana pembagian tugasnya masing-masing dalam 1 lahan tersebut?

Jawaban : …... ... ... ... ...

2. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana definisi petani yang sukses itu ? Jawaban : …... ... ... ... ...

3. Apa saja kendala Bapak/Ibu, Selama bertani sayuran dataran tinggi di Berastagi, Kab.Karo, Sumatera Utara ?

Jawaban : …... ... ... ... ...

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

L ampi ra n 3 De n ah laha n pe rta nian di De sa Ujun g S ampun

Gambar

Tabel 1  Nilai FTE stakeholder komoditas kentang Kabupaten Karo
Tabel 3 menunjukkan profil responden yang terlibat penelitian ini.
Gambar 4  Rich picture aktivitas individu petani komoditas kentang
Tabel 4  Perhitungan nilai FTE individu petani kentang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh responden menyatakan audio visual yang ditampilkan dalam presentasi membantu mereka dalam membayangkan situasi yang ada di Perguruan Tinggi, dan informasi tentang kuri-

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk berpengaruh terhadap jumlah daun, nisbah tajuk dan akar, berat kering pucuk dan berat kering total

dilakukan melalui PT. Smelting Gresik Company dengan memiliki syarat berupa ketersediaan lisensi industri atau bisa juga melalui PT. Semen Padang dengan menggunakan Surat

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar biologi siswa Kelas X.7 SMAN 1 Koto XI Tarusan pada materi tumbuhan

Perhitungan diameter sedimen dalam hal ini adalah melalui pengujian analisa saringan dan analisa hidrometer yang dilakukan di laboratorium, sehingga dari hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan dimensi bendung gerak dengan pintu air tipe drum gate untuk kontrol banjir dengan sensor ketinggian air di muka

Pengelola program malaria Provinsi dapat melaporkan kegiatan distribusi kelambu di desa- desa yang belum dilaporkan oleh Kabupaten melalui menu Ubah Data di website setelah

[r]