EKSPERIMEN PERBANDINGAN TEGANGAN DAN TINGKAT KEDEWASAAN
(KEMATANGAN) ANTARA SEMEN HOLCIM DAN ORDINARY PORTLAND
CEMENT (OPC)
Nopandi Selamat Tampubolon1, Ir. Besman Surbakti, MT2
1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: selamatnopandi@yahoo.com
2
Staf Pengajar Departeman Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
ABSTRAK
Karena beton terbuat dari agregat yang diikat bersama oleh pasta semen yang mengeras maka kualitas semen sangat mempengaruhi kualitas beton. Pasta semen adalah lem, yang bila semakin tebal tentu semakin kuat. Namun jika terlalu tebal juga tidak menjamin lekatan yang baik. Dalam tugas akhir ini telah dilakukan percobaan membandingkan tegangan dan tingkat kedewasaan (kematangan) antara Semen Holcim dan Ordinary Portland Cement (OPC). Dari hasil percobaan, diperoleh bahwa tingkat kematangan Ordinary Portland Cement (OPC) pada awalnya lebih tinggi dari pada Semen Holcim, tetapi pada umur 28, 35 dan 40 hari tingkat kematangan Semen Holcim lebih tinggi dari pada Ordinary Portland Cement (OPC). Pada umur 28 hari Ordinary Portland Cement (OPC) yang diproyeksi menurut SNI 03-6805-2002 (Metode Pengujian untuk mengukur nilai kuat tekan beton pada umur awal dan memproyeksikan kekuatan pada umur berikutnya) diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar 198,885
kg/cm2. Sedangkan hasil dari pengujian beton secara konvensional didapat nilai kuat tekan beton adalah sebesar
217,140 kg/cm2. Persentase perbedaannya adalah 8,407% ≤ 10%. Dari hasil tersebut kekuatan hasil proyeksi pada
umur 28 hari masih dalam rentang yang diijinkan. Pada Semen Holcim hasil proyeksi pada umur 28 hari diperoleh
kuat tekan beton adalah sebesar 191,764 kg/cm2, sedangkan dari hasil pengujian secara konvensional nilai kuat
tekan beton adalah sebesar 219,8147 kg/cm2. Persentase perbedaannya adalah 11,16% ≥ 10%. Hasil tersebut tidak
dalam rentang yang diijinkan. Sehingga hasil proyeksi pada umur 28 hari Semen Holcim masih sedikit kurang teliti. Oleh karena itu, dibutuhkan alat yang lebih teliti/canggih agar hasil yang didapat lebih akurat/teliti.
Kata kunci: tegangan, kematangan, Semen Holcim, Ordinary Portland Cement (OPC) ABSTRACT
Because concrete is made of aggregates are bound together by the cement paste hardens that the cement quality greatly affects the quality of the concrete. Cement paste is the glue, which when the thicker certainly stronger. However, if too thick nor does it guarantee a good juxtaposition. In this final experiment was conducted to compare the stress and maturity (maturity) between Holcim Cement and Ordinary Portland Cement (OPC). From the experimental results, found that the level of maturity of Ordinary Portland Cement (OPC) initially higher than the Holcim Cement, but at age 28, 35 and 40 days maturity of Holcim Cement higher than Ordinary Portland Cement (OPC). At the age of 28 days of Ordinary Portland Cement (OPC) which is projected by SNI 03-6805-2002 (Testing Methods for measuring the value of the compressive strength of concrete at early age and projecting the strength in the next age) compressive strength of concrete is obtained at 198.885 kg/cm2. While the results of testing the value
obtained in the conventional concrete compressive strength of concrete is equal to 217.140 kg/cm2. The percentage
difference is 8.407% ≤ 10%. From these results projected strength at 28 days is still within the allowable range. At
Holcim Cement projected results obtained at 28 days compressive strength of concrete is equal to 191.764 kg/cm2,
while the results of the conventional testing concrete compressive strength value is equal to 219.8147 kg/cm2. The
percentage difference is 11.16% ≥ 10%. These results are not in the allowable range. So that the projection at 28 days Holcim Cement is slightly less rigorous. Therefore, it takes a more rigorous / advanced so that the results are more accurate / thorough.
1. PENDAHULUAN
Semen dapat didefenisikan sebagai material yang memiliki sifat adhesif dan kohesif, sehingga memungkinkan untuk menyatukan bagian-bagian dari mineral menjadi suatu kesatuan. Dalam lingkup konstruksi, pengertian dari semen ini terbatas pada material penyatu yang digunakan bersamaan dengan batu, pasir, bata, dan
lainnya.Salah satu jenis dari semen Portland adalah Ordinary Portland Cement (OPC) yaitu semen Portland yang
dipakai untuk semua macam konstruksi apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi, dan kekuatan awal. Ordinary Portland Cement (OPC) memenuhi persyaratan SNI 15-2049-94, ASTM C 150-95 a, BSS 12-1989, JIS R 5210-1981. Dalam hal ini pemilihan Ordinary Portland Cement (OPC) sebagai pembanding dikarenakan semen ini merupakan jenis semen yang sering dipakai dalam semua jenis konstruksi. Pada percobaan ini akan dilakukan perbandingan antara Semen Holcim dengan Ordinary Portland Cement (OPC) dalam konteks tegangan dan tingkat kedewasaan (kematangan). Karena berdasarkan suatu kasus di lapangan (proyek), tegangan dan tingkat kedewasan (kematangan) yang terjadi pada semen Holcim akan mengalami penurunan tetapi setelah beberapa hari tegangan dan tingkat kedewasaan (kematangan) semen Holcim akan sama atau mendekati sama dengan tegangan dan tingkat kedewasaan (kematangan) Ordinary Portland Cement (OPC). Dengan menggunakan metode kematangan akan diketahui penurunan tegangan yang dialami semen Holcim yang kemudian setelah beberapa hari akan sama atau mendekati sama dengan tegangan Ordinary Portland Cement (OPC).
2. METODOLOGI
Eksperimen ini menggunakan konsep kematangan menurut SNI 03-6805-2002 (Metode Pengujian untuk mengukur nilai kuat tekan Beton pada umur awal dan memproyeksikan kekuatan pada umur berikutnya). Kematangan merupakan tingkat perkembangan suatu sifat dari suatu campuran yang mengandung bahan semen, tergantung dari reaksi kimia yang terjadi pada campuran tersebut dan cara perawatannya.
Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Untuk menguji kekuatan beton pada umur awal dan kekuatan yang diproyeksikan
Cetak dan pelihara bahan uji sesuai dengan Pd.M 16-1996-03 (metode Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji di Laboratorium)
Tanamkan sensor temperatur pada tengah-tengah salah satu benda uji, aktifkan alat pencatat
temperatur, lanjutkan pemeliharaan sampai sekurang-kurangnya selama 24 jam, catat temperatur beton selama periode pemeliharaan. Dalam percobaan ini, suhu beton diukur dengan melubangi
bagian tengah benda uji sedalam ± 7,5 cm dan diukur dengan termometer dengan ketelitian 0,5oC.
Setelah 24 jam, segera keluarkan benda uji dari cetakan.
Uji kuat tekan silinder sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
Silinder) pada umur 24 jam atau sesudahnya, kemudian catat kekuatan dan umur pada waktu pengujian.
Tentukan faktor temperatur-waktu dengan peralatan pencatat kematangan atau dapat dihitung
riwayat temperatur beton dengan cara membagi umur ke dalam rentang waktu yang sesuai, temperatur beton rata-rata selama masing-masing rentang waktu dikalikan dengan panjang rentang waktu dan hasilnya dijumlahkan untuk mendapatkan nilai faktor temperatur-waktu.
M (t) ═ ∑ ( )∆ (1)
dimana:
M (t) : faktor termperatur-waktu pada umur t (oC.jam)
Δ t : rentang waktu
Tn : temperatur beton rata-rata selama rentang waktu Δt (oC)
T0 : temperatur datum (oC)
Catat faktor temperatur-waktu pada umur awal dari benda uji.
Bila data yang mewakili kuat tekan dan faktor temperatur-wakru akan digunakan untuk
memproyeksikan kekuatan beton pada waktu-waktu berikutnya, tentukan kekuatan pendugaan dengan menggunakan persamaan pendugaan seperti di bawah ini.
b. Prosedur untuk mencari Persamaan Pendugaan
Persiapkan benda uji sesuai dengan SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Laboratorium), gunakan prosedur 1 (di atas) untuk mendapatkan nilai kuat tekan dan faktor temperatur-waktu pada saat pengujian, data yang diambil meliputi pengujian pada umur 24 jam, 3, 7, 14, dan 28 hari, apabila kekuatan yang diproyeksikan lebih dari 28 hari, maka data harus termasuk pengujian pada umur yang diinginkan, kekuatan pada tiap-tiap umur adalah nilai rata-rata kekuatan dari sekurang-kurangnya 2 buah silinder.
Siapkan lembaran kertas semi-log, 3 siklus. Sumbu-Y menyatakan tekanan (kg/cm2 atau Mpa) dan
sumbu-X (skala logaritma) menyatakan faktor temperatur-waktu pada waktu pengujian (dimulai
dari 100oC.jam dan berakhir pada 100.000oC.jam)
Plotkan nilai kekuatan yang diperoleh dari langkah pertama terhadap faktor temperatur-waktu
yang sesuai, gambarkan garis lurus yang mewakili titik-titik yang sudah diplotkan.
Cari persamaan pendugaan dengan menggunakan rumus:
SM = Sm + b (log M – log m) (2)
di mana:
SM : kekuatan yang diproyeksikan pada faktor temperatur-waktu M
Sm : kuat tekan yang diukur pada temperatur-waktu m.
b : tangen dari garis yang didapat dari langkah ke 3, yaitu jarak vertikal antara perpotongan
garis dengan permulaan dan akhir dari satu siklus pada-X dibagi dengan jarak siklus
tersebut dalam satuan tekanan (kg/cm2 atau Mpa).
M : faktor temperatur-waktu dalam kondisi pemeliharaan standar.
m : faktor temperatur-waktu pada pengujian awal.
Gunakan konstanta b dan persamaan di atas untuk menentukan kekuatan pendugaan yang
didasarkan pada hasil-hasil pengujian umur awal.
Interpretasi Hasil Pengujian
Variabilitas kuat awal yang didapat dari pengujian adalah sama atau lebih kecil daripada yang didapat dari
cara tradisional. Jadi hasilnya dapat digunakan dalam menaksir dengan cepat variabilitas untuk keperluan pengontrolan dan sebagai tanda perlu tidaknya penyesuaian. Penggunaan hasil-hasil dari metode ini dalam memenuhi spesifikasi pendugaan kekuatan pada umur akhir, harus diterapkan hati-hati karena kekuatan yang diminta dalam spesifikasi yang ada tidak berdasarkan pada pengujian umur awal.
Diperlukan suatu nilai rentang keandalan untuk menentukan kekuatan yang diproyeksikan. Rentang
keandalan didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang diukur antara kekuatan yang diproyeksikan dan yang diukur pada umur tertentu. Biasanya rentang keandalan ditentukan pada tingkat keandalan 90%.
3. HASIL PENELITIAN
1. Ordinary Portland Cement (OPC)
Nilai kekuatan benda uji silinder yang diperoleh dari hasil pengujian pada berbagai umur : Tabel 3.1 Nilai Kuat Tekan Ordinary Portland Cement (OPC) pada berbagai umur
No. Umur Kuat tekan rata-rata (kg/cm2) 1 24 jam 69,625 2 3 hari 83,31 3 7 hari 138,64 4 14 hari 191,634 5 21 hari 204,438 6 28 hari 217,14
Tabel 3.2 Temperatur benda uji silinder Ordinary Portland Cement (OPC)
Umur (jam)
Temperatur Benda Uji
Benda Uji I (oC) Benda Uji II (oC) Benda Uji III (oC) Rata-rata 0 29 29 29 29 1 28 29 28 28,33333 2 27,5 27,5 27 27,33333 3 27 27 27 27 4 26,5 27 26,5 26,66667 5 26,5 26,5 26,5 26,5 6 28 28 28 28 7 28 28 28 28 8 28 28 29 28,33333 9 28,5 28,5 28,5 28,5 16 29 29 29 29 17 29,5 29,5 29 29,33333 18 30 30 29,5 29,83333 21 29,5 29,5 30 29,66667 22 29 29 29 29 23 28,5 28,5 28,5 28,5 24 28 28,5 28 28,16667 25 28 28 28,5 28,16667 26 28 28 28 28
Faktor Temperatur-Waktu diperoleh berdasarkan persamaan: M (t) ═ ∑( )∆
24 jam × 28oC = 672 oC jam
3 hari × 24 jam × 28oC + 672 oC jam = 2.688 oC jam
7 hari × 24 jam × 28oC + 2.688 oC jam = 7.392 oC jam
14 hari × 24 jam × 28oC + 7.392 oC jam = 16.800 oC jam
21 hari × 24 jam × 28oC + 16.800oC jam = 30.912 oC jam
28 hari × 24 jam × 28oC + 30.912 oC jam = 49.728 oC jam
Hasil plot nilai kekuatan terhadap factor temperatur-waktu yang sesuai, sehingga diperoleh nilai b yang merupakan tangent dari garis yang didapat. Yaitu jarak vertical antara perpotongan garis dengan permulaan dan akhir dari satu siklus pada-X dibagi dengan jarak siklus tersebut dalam satuan tekanan.
Gambar 3.1 Nilai b pada persamaan Pendugaan - Ordinary Portland Cement (OPC)
Tabel 3.3 Perhitungan untuk menentukan Faktor Temperatur-Waktu pada umur pengujian Ordinary Portland Cement (OPC)
Faktor temperatur-waktu setelah 28 hari perawatan pada temperature 28oC adalah:
M = 28 oC × 28 hari × 24 jam = 18.816 oC.jam 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 100 1000 10000 100000 K u at T ek an ( kg /c m 2)
Faktor Temperatur-Waktu (oC.jam)
b = 92 kg/cm2 Umur (jam) Temperatur (oC) Rentang umur (jam) Temp. Rata-rata selama rentang waktu (oC) T-To Kenaikan faktor waktu (oC.jam) Kumulatif faktor temp.-waktu (oC.jam) 0 29 - - - - - 1 28,34 1 28,67 28,67 28,67 28,67 2 27,34 1 27,84 27,84 27,84 56,51 3 27 1 27,17 27,17 27,17 83,68 4 26,5 1 26,75 26,835 26,75 110,43 5 26,5 1 26,5 26,585 26,5 136,93 6 28 1 27,25 27,25 27,25 164,18 7 28 1 28 28 28 192,18 8 28,34 1 28,17 28,17 28,17 220,35 9 28,5 1 28,42 28,42 28,42 248,77 16 29 7 28,75 28,75 201,25 450,02 17 29,17 1 29,085 29,17 29,085 479,105 18 29,84 1 29,505 29,59 29,505 508,61 21 29,67 3 29,755 29,755 89,265 597,875 22 29 1 29,335 29,335 29,335 627,21 23 28,5 1 28,75 28,75 28,75 655,96 24 28,17 1 28,335 28,335 28,335 684,295 25 28,17 1 28,17 28,17 28,17 712,465 26 28 1 28,085 28,085 28,085 740,55
Kekuatan yang diproyeksikan pada umur 28 hari, dihitung sebagai berikut:
SM = Sm + b (log M – log m)
= 69,625 + 92 (log 18.816 – log 740,55) = 69,625 + 92 (1,405)
= 198, 885 kg/cm2
Rentang perbedaan yang diproleh dari hasil proyeksi pada umur 28 hari adalah:
217,14 kg/cm2 – 198,885 kg/cm2 = 18,255 kg/cm2
Persentase perbedaan adalah: ,, × 100% = 8,407 %
Keandalan hasil proyeksi tersebut masih dalam rentang yang diijinkan yaitu 91,593% ≥ 90 %. Jadi kekuatan hasil proyeksi pada umur 28 hari berdasarkan pengujian pada umur awal masih dapat diterima.
Dari hasil perhitungan indeks kematangan Ordinary Portland Cement (OPC) dihubungkan dengan Tegangan Karakteristik pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 35, dan 40 hari dapat disusun dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 3.4 Kematangan dan Tegangan Karakteristik pada OPC Kematangan (0C.jam) Tegangan Karakteristik (Kg/cm2) 672 69,625 2.688 83,310 7.392 138,640 16.800 191,6337 30.912 204,4377 49.728 217,140 73.248 220,283 100.128 224,773
Gambar 3.2 Perbandingan Kematangan dan Tegangan pada OPC 0 50 100 150 200 250 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 K u at T ek an ( kg /c m 2)
2. Semen Holcim
Nilai kekuatan benda uji silinder yang diperoleh dari hasil pengujian pada berbagai umur: Tabel.3.5 Nilai Kuat Tekan Semen Holcim pada berbagai umur
No. Umur Kuat tekan rata-rata (kg/cm2) 1 24 jam 48.1888 2 3 hari 49.4152 3 7 hari 111.1559 4 14 hari 177.5119 5 21 hari 202.9878 6 28 hari 219.8147
Tabel 3.6 Temperatur benda uji silinder Semen Holcim
Umur (jam)
Temperatur Benda Uji
Benda Uji I (oC) Benda Uji II (oC) Benda Uji III (oC) Rata-rata 0 28 28.5 28.5 28.33333 1 28 28.5 28.5 28.33333 2 28 27.5 27.5 27.66667 3 27.5 26 26 26.5 4 26.5 26 26 26.16667 5 26 26 26 26 6 26.5 26 26 26.16667 7 26.5 26 26 26.16667 8 27 26 26 26.33333 9 28 26 26.5 26.83333 16 28 28 28 28 17 29 28.5 28.5 28.66667 18 29.5 29 28.5 29 21 29 29 29.5 29.16667 22 28 29.5 29 28.83333 23 27.5 28 28 27.83333 24 27.5 28 27.5 27.66667 25 27.5 28 27.5 27.66667 26 27.5 28 27.5 27.66667
Faktor Temperatur-Waktu diperoleh berdasarkan persamaan:
M (t) ═ ∑( )∆
24 jam × 27,6667oC = 664 oC jam
3 hari × 24 jam × 27,6667oC + 664 oC jam = 2.656,0024 oC jam
14 hari × 24 jam × 27,6667oC + 7.304,008 oC jam = 16.600,0192 oC jam
21 hari × 24 jam × 27,6667 oC + 16.600,0192 oC jam = 30.544,036 oC jam
28 hari × 24 jam × 27,6667 oC + 30.544,036 oC jam = 49.136,0584 oC jam
Hasil plot nilai kekuatan terhadap factor temperatur-waktu yang sesuai, sehingga diperoleh nilai b yang merupakan tangent dari garis yang didapat. Yaitu jarak vertical antara perpotongan garis dengan permulaan dan akhir dari satu siklus pada-X dibagi dengan jarak siklus tersebut dalam satuan tekanan.
Gambar 3.3 Nilai b pada persamaan Pendugaan – Semen Holcim
Tabel.3.7 Perhitungan untuk menentukan Faktor Temperatur-Waktu pada umur pengujian Semen Holcim 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 100 1000 10000 100000 ku a t te ka n ( M p a ) 10 -1
Faktor Temperatur Waktu (oC jam) b = 102 kg/cm2 Umur (jam) Temperatur (oC) Rentang umur (jam) Temp. Rata-rata selama rentang waktu (oC) T-To Kenaikan faktor waktu (oC.jam) Kumulatif faktor temp.-waktu (oC.jam) 0 29 - - - - - 1 28.34 1 28.67 28.67 28.67 28.67 2 27.34 1 27.84 27.84 27.84 56.51 3 27 1 27.17 27.17 27.17 83.68 4 26.5 1 26.75 26.835 26.75 110.43 5 26.5 1 26.5 26.585 26.5 136.93 6 28 1 27.25 27.25 27.25 164.18 7 28 1 28 28 28 192.18 8 28.34 1 28.17 28.17 28.17 220.35 9 28.5 1 28.42 28.42 28.42 248.77 16 29 7 28.75 28.75 201.25 450.02 17 29.17 1 29.085 29.17 29.085 479.105
Faktor temperatur-waktu setelah 28 hari perawatan pada temperature 27,17oC adalah:
M = 28,17 oC × 28 hari × 24 jam
= 18.930,24 oC.jam
Kekuatan yang diproyeksikan pada umur 28 hari, dihitung sebagai berikut:
SM = Sm + b (log M – log m)
= 48,1888 + 102 (log 18.930,24 – log 684,295) = 48,1888 + 102 (1,407)
= 195,264 kg/cm2
Rentang perbedaan yang diproleh dari hasil proyeksi pada umur 28 hari adalah:
219,8147 kg/cm2 – 195,264 kg/cm2 = 24,5507 kg/cm2
Persentase perbedaan adalah: ,
, × 100% = 11,16 %
Keandalan hasil proyeksi tersebut tidak dalam rentang yang diijinkan yaitu 88,4% ≤ 90 %. Jadi kekuatan hasil proyeksi pada umur 28 hari berdasarkan pengujian pada umur awal masih perlu dilakukan pengukuran suhu dengan alat yang lebih teliti.
Dari hasil perhitungan indeks kematangan Semen Holcim dihubungkan dengan Tegangan Karakteristik pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 35, dan 40 hari dapat disusun dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 3.8 Kematangan dan Tegangan Karakteristik pada Semen Holcim Kematangan (0C.jam) Tegangan Karakteristik (Kg/cm2) 664 48.1888 2656.0024 49.4152 7304.008 111.1559 16600.0192 177.5119 30544.036 202.9878 49136.0584 219.8147 72376.0864 226.8248 98936.1184 236.7641 Umur (jam) Temperatur (oC) Rentang umur (jam) Temp. Rata-rata selama rentang waktu (oC) T-To Kenaikan faktor waktu (oC.jam) Kumulatif faktor temp.-waktu (oC.jam) 18 29.84 1 29.505 29.59 29.505 508.61 21 29.67 3 29.755 29.755 89.265 597.875 22 29 1 29.335 29.335 29.335 627.21 23 28.5 1 28.75 28.75 28.75 655.96 24 28.17 1 28.335 28.335 28.335 684.295 25 28.17 1 28.17 28.17 28.17 712.465 26 28 1 28.085 28.085 28.085 740.55
Gambar 3.4 Perbandingan Kematangan dan Tegangan pada Semen Holcim
Gambar 3.5 Perbandingan Kematangan dan Tegangan pada Semen Holcim dan Ordinary Portland
Cement (OPC) 0 50 100 150 200 250 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 T eg a n ga n ( M p a) 1 0 -1Faktor Temperatur-Waktu (oC.jam)
0 50 100 150 200 250 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 T eg an ga n ( M p a ) 10 -1
Faktor Temperatur-Waktu (oC.jam)
holcim opc
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan Ordinary Portland Cement (OPC) pada awalnya lebih tinggi dari pada Semen Holcim, tetapi pada umur 28, 35 dan 40 hari tingkat kematangan Semen Holcim lebih tinggi dari pada Ordinary Portland Cement (OPC). Pada umur 28 hari Ordinary Portland Cement (OPC) yang diproyeksi menurut SNI 03-6805-2002 (Metode Pengujian untuk mengukur nilai kuat tekan beton pada umur awal dan memproyeksikan
kekuatan pada umur berikutnya) diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar 198,885 kg/cm2.
Sedangkan hasil dari pengujian beton secara konvensional didapat nilai kuat tekan beton adalah
sebesar 217,140 kg/cm2. Persentase perbedaannya adalah 8,407% ≤ 10%. Dari hasil tersebut
kekuatan hasil proyeksi pada umur 28 hari masih dalam rentang yang diijinkan. Pada Semen Holcim hasil proyeksi pada umur 28 hari diperoleh kuat tekan beton adalah sebesar 191,764
kg/cm2, sedangkan dari hasil pengujian secara konvensional nilai kuat tekan beton adalah sebesar
219,8147 kg/cm2. Persentase perbedaannya adalah 11,16% ≥ 10%. Hasil tersebut tidak dalam
rentang yang diijinkan. Sehingga hasil proyeksi pada umur 28 hari Semen Holcim masih sedikit kurang teliti. Walaupun kematangan awal dari semen ini rendah tetapi pada akhirnya kematangan semen ini sama dan bahkan sedikit lebih tinggi dari pada Ordinary Portland Cement (OPC) pada umur 28, 35 dan 40 hari. Dengan adanya perbandingan ini, maka para konsumen dapat memilih Semen Holcim untuk konstruksi bangunan seperti bendungan, pelat lantai atau konstruksi yang memerlukan beton dengan volume skala besar karena pengerjaannya membutuhkan waktu yang
lebih lama.
Saran
1. Dalam penelitian percobaan berikutnya, dapat dikembangkan pada jenis semen lain dengan
jumlah dan bentuk sampel yang berbeda untuk mendapatkan karakteristik semen yang lebih banyak lagi.
2. Diharapkan dapat dilakukan percobaan dengan menggunakan alat yang lebih teliti/canggih
sehingga didapat hasil yang lebih akurat.
5. DAFTAR PUSTAKA
Neville, A, M,1973, Properties of Concrete, Edisi Kedua, Pitman Publishing Limited, London.
Nugraha, Paul dan Antoni,2007, Teknologi Beton dan Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Murdock, L, J, dan Brook, K, M,1991, Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Pratomo, Alfonsus, A,2007, Proses Pembuatan Semen,…, Jakarta.
Hidayat, Syarif,2009, Semen Jenis & Aplikasinya, Kawan Pustaka, Jakarta. Taufik, Dede,2010, Pengaruh Ash dalam Semen,…, Jakarta.
Teknologi Semen, Edisi 1998, PT Semen Padang.
Usman, Husaini, Mpd & Akbar, R, P, S,1995, Pengantar Statistika, Bumi Aksara, Jakarta. Oktopianto,Yogi,2010,Air dalam Pembuatan Beton,Teknik Sipil Gunadarma,Jakarta.
http://www.google.co.id/SNI 15-7064-2004.pdf, diakses tanggal 1 Oktober 2011.
http://www.google.co.id/SNI 15-2049-2004.pdf, diakses tanggal 5 Oktober 2011
http://www.google.co.id/SNI 03-6809-2002.pdf, diakses tanggal 28 Mei 2012.