• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hutan Kota yang ada di Kota Samarinda

Menurut PP RI No. 63 Tahun 2002 hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Kota Samarinda memiliki luas 71.800 ha, dan dari luasan tersebut yang teridentifikasi sebagai hutan kota berdasarkan keputusan Walikota Samarinda Nomor: 178/HK-KS/2005 tentang Penetapan Hutan Kota Dalam Wilayah Kota Samarinda bahwa total luas hutan kota di Kota Samarinda sebesar 732,777 ha. Lokasi dan luas hutan kota di Kota Samarinda disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Lokasi dan luas hutan kota di Kota Samarinda

No Lokasi Luas (ha)

1 SMU 10 MELATI 5

2 Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) 300

3 Tanah Pemkot 5

4 Hutan Kota Belakang Rumah Walikota 1,75

5 Asih Manuntung 0,25

6 Pesantren Hidayatullah 1

7 Tanah Pemkot di Makroman 167

8 Tanah Pertanian Terpadu 20

9 Kas Desa Lempake 3,5

10 Fakultas Pertanian Unmul 49

11 Pesantren Nabil Husein 9,75

12 Pesantren Syachona Cholil 0,25

13 Rumah Potong Hewan 2

14 Hotel Mesra 2,3

15 Jalan Pembangunan Voorvo 0,48

16 Lingkungan Balaikota 6,9

17 Lingkungan Lapangan Softball GOR Segiri 0,5

18 Perpustakaan Kota Samarinda 0,6

19 Ujung Jembatan Mahakam 1,5

20 PT. HARTATY 60

21 PT. Gani Mulya 0,097

22 PT. Sumber Mas 85

23 PT. Sumalindo 3,6

24 Taman Makam Pahlawan 1,3

25 PT. KIANI (Teluk Cinta di Selili) 6

Jumlah 732,777 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda (2010)

(2)

G Hu adalah mi Kehutanan lokasi hut adalah lok pemkot M Ke satu lokas berada pad sebesar 30 ha dan arb lebar, huta bambu (A 5.2 Kebu 5.2.1 Ke ka a. Ka Ma pernapasa hembus d CO2 yang (Goth 201 ambar 2. Hu utan kota y lik masyara n Kota Sam tan kota be kasi tanah p Makroman. ebun Raya U si yang dite da Kelurah 00 ha. Kaw boretum hu an tanaman Anonim 1999 utuhan Lua ebutuhan l arbondioksi arbondioks anusia seba an. Menurut ari sekali n dihasilkan 2). (a) utan Kota ( yang terdap akat dan sw marinda me erada pada pemkot Sam Unmul Sam tapkan seba an Lempak wasan ini me utan buatan n konifer, ke 9, diacu dal as Hutan K luas hutan ida (CO2) sida yang d agai makhl t Guyton & napas sebesa dari pernap a) Lingkung pat di Kota wasta. Sekre engatakan b lokasi tanah marinda Seb marinda atau agai hutan k ke Kecamata emiliki kara seluas 62 ebun bunga lam Oktavia Kota n kota ber dihasilkan p luk hidup m & Hall (19 ar ± 500 m pasan manu gan Balaiko a Samarind etaris Dinas bahwa sem h milik Pem erang, lingk u biasa diseb kota oleh W an Samarin akteristik hu ha yang me a, kebun bua aningsih L & rdasarkan penduduk d menghasilk 96), volum ml pada rata-usia dalam ota, (b) Keb da tersebut Pertanian, mbilan dari merintah K kungan Bal but KRUS m Walikota Sa nda Utara da utan alam t eliputi huta ah, kebun p & Oktavian fungsi seb di Kota Sam kan karbond me normal u -rata orang 1 jam seban (b bun Raya Un sebagian Perkebunan dua puluh Kota, dianta laikota dan merupakan amarinda. K an memilik tropis selua an tanaman palma dan k a T 2009). bagai peny marinda dioksida m udara hisab dewasa. Ju nyak 39,6 g b) nmul besar n dan lima ranya tanah salah KRUS i luas s 238 daun kebun yerap elalui b dan umlah g CO2

(3)

Skenario 1

Tabel 4. Jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2004-2009

No Tahun Jumlah (jiwa) Perkembangan Rata-rata Perkembangan Per Tahun (%) Jumlah % 1 2004 569.004 7.043 1,24 1,33 2 2005 576.047 12.088 2,10 3 2006 588.135 5.692 0,97 4 2007 593.827 8.290 1,40 5 2008 602.117 5.558 0,92 6 2009 607.675 - -

Sumber : BPS Kota Samarinda (2010)

Berdasarkan data di atas maka diperoleh laju rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,33 %. Dengan laju pertumbuhan rata-rata ini, tanpa adanya perubahan nilai laju pertumbuhan penduduk maka dapat diduga jumlah penduduk Kota Samarinda sampai tahun 2050. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Samarinda adalah 632.245 jiwa, sedangkan tahun 2050 adalah 1.044.554 jiwa.

Mengacu pada tabel 4, jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2009 adalah sebesar 607.675 jiwa. Jika diketahui jumlah penduduk sebesar 607.675 jiwa, maka dapat dihitung jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk Kota Samarinda yaitu: (607.675 jiwa x 39,6) g/jam = 24.063.930 g/jam. Dengan metode yang sama dapat diduga jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari penduduk Kota Samarinda sampai tahun 2050 seperti disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah karbondioksida yang dihasilkan penduduk Kota Samarinda

tahun 2012-2050 (skenario 1)

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa)

Karbondioksida yang Dihasilkan (g/jam) 2012 632.245 25.036.902 2015 657.808 26.049.196,8 2020 702.732 27.828.187,2 2025 750.723 29.728.630,8 2030 801.992 31.758.883,2 2035 856.762 33.927.775,2 2040 915.273 36.244.810,8 2045 977.779 38.720.048,4 2050 1.044.554 41.364.338,4

(4)

Skenario 2

Tabel 6. Jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2004-2010

No Tahun Jumlah (jiwa) Perkembangan Rata-rata Perkembangan Per Tahun (%) Jumlah % 1 2004 569.004 7.043 1,24 4,39 2 2005 576.047 12.088 2,10 3 2006 588.135 5.692 0,97 4 2007 593.827 8.290 1,40 5 2008 602.117 5.558 0,92 6 2009 607.675 119.825 19,72 7 2010 727.500 - -

Sumber : BPS Kota Samarinda (2011)

Berdasarkan data di atas maka diperoleh laju rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 4,39 %. Dengan laju pertumbuhan rata-rata ini, tanpa adanya perubahan nilai laju pertumbuhan penduduk maka dapat diduga jumlah penduduk Kota Samarinda sampai tahun 2050. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Samarinda adalah 792.776 jiwa, sedangkan tahun 2050 adalah 4.056.849 jiwa.

Mengacu pada tabel 6, jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2010 adalah sebesar 727.500 jiwa. Jika diketahui jumlah penduduk sebesar 727.500 jiwa, maka dapat dihitung jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk Kota Samarinda yaitu: (727.500 jiwa x 39,6) g/jam = 28.809.000 g/jam. Dengan metode yang sama dapat diduga jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari penduduk Kota Samarinda sampai tahun 2050 seperti disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Jumlah karbondioksida yang dihasilkan penduduk Kota Samarinda

tahun 2012-2050 (skenario 2)

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa)

Karbondioksida yang Dihasilkan (g/jam) 2012 792.776 31.393.929,6 2015 901.836 35.712.705,6 2020 1.117.949 44.270.780,4 2025 1.385.851 54.879.699,6 2030 1.717.952 68.030.899,2 2035 2.129.636 84.333.585,6 2040 2.639.976 104.543.049,6 2045 3.272.611 129.595.395,6 2050 4.056.849 160.651.220,4

Perhitungan kebutuhan luas hutan kota berdasarkan fungsi sebagai penyerap karbondioksida dilakukan 2 skenario, dimana skenario pertama

(5)

menggunakan data jumlah penduduk tahun 2004 sampai 2009 sedangkan skenario kedua menggunakan data jumlah penduduk tahun 2004 sampai 2010. Berdasarkan data jumlah penduduk yang diperoleh dari Bapan Pusat Statistik Samarinda, terlihat perkembangan jumlah penduduk tiap tahunnya berbeda-beda. Namun terjadi peningkatan tajam pada tahun 2010, menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat hal ini disebabkan banyaknya pendatang atau urbanisasi dari kota-kota besar ke Samarinda seperti Jawa Timur, Sulawesi dan Kalimantan Selatan. Faktor lain adalah kelahiran baru.

Terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara prediksi jumlah penduduk pada skenario 1 dan skenario 2. Jumlah penduduk Kota Samarinda pada tahun 2050 dengan menggunakan skenario 2 empat kali lipat lebih banyak dari jumlah penduduk menggunakan skenario 1. Hal ini karena laju pertumbuhan pada skenario 2 lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan pada skenario 1. Perbandingan jumlah penduduk dan jumlah karbondioksida yang dihasilkan antara skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 2012 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 jum lah penduduk (jiwa) tahun

Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk di Kota Samarinda

Skenario 1 Skenario 2

(6)

b. Karbondioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran BBM (bensin, solar, dan minyak tanah) dan LPG

Oksigen merupakan faktor penting dalam proses pembakaran. Hasil dari proses pembakaran itu akan menghasilkan salah satu unsur yaitu CO2. Pembakaran BBM (bensin, solar, minyak tanah) dan LPG akan menghasilkan CO2.

Skenario 1

Berdasarkan data dari Pertamina Unit Pemasaran I Balikpapan, diketahui data tingkat pemakaian BBM dan LPG tahun 2006-2009 di Kota Samarinda yaitu sebagai berikut :

Tabel 8. Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2006-2009

Tahun Bensin (kl) Solar (kl) Minyak Tanah (kl) LPG (ton) 2006 123.686 55.161 49.824 3.478,858 2007 129.675 59.300 51.813 4.067,564 2008 132.313 68.202 51.618 4.921,042 2009 129.629 49.948 46.200 5.894,593

Sumber : Pertamina Unit Pemasaran Balikpapan (2011) 0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 2012 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 em isi CO 2 (g/jam ) tahun

Gambar 4. Grafik Emisi CO2yang dihasilkan Penduduk di Kota Samarinda

skenario 1 skenario 2

(7)

Berdasarkan data pada tabel 8, apabila dibagi dengan jumlah penduduk total pada tahun yang bersangkutan maka diperoleh laju kebutuhan rata-rata BBM dan LPG sebesar:

Bensin : 0,215 kl/orang/tahun Solar : 0,097 kl/orang/tahun Minyak Tanah : 0,083 kl/orang/tahun LPG : 0,008 ton/orang/tahun

Sesuai dengan peningkatan penduduk rata-rata sebesar 1,33 % tiap tahunnya, maka kebutuhan rata-rata BBM dan LPG ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pemakaian BBM dan LPG sampai tahun 2050.

Tabel 9. Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 1) Tahun Bensin (kl) Solar (kl) Minyak Tanah (kl) LPG (ton) 2012 135.932,675 61.327,765 52.476,335 5.057,960 2015 141.428,720 63.807,376 54.598,064 5.262,464 2020 151.087,380 68.165,004 58.326,756 5.621,856 2025 161.405,445 72.820,131 62.310,009 6.005,784 2030 172.428,280 77.793,224 66.565,336 6.415,936 2035 184.203,830 83.105,914 71.111,246 6.854,096 2040 196.783,695 88.781,481 75.967,659 7.322,184 2045 210.222,485 94.844,563 81.155,657 7.822,232 2050 224.579,110 101.321,738 86.697,982 8.356,432

Dari data di atas, dapat diketahui jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM dan LPG seperti yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 1)

Tahun Bensin (g/jam) Solar (g/jam) Minyak Tanah (g/jam) LPG (g/jam) 2012 35.690.085,90 18.482.340,14 15.155.836,48 860.315,11 2015 37.133.111,42 19.229.620,16 15.768.618,94 895.099,47 2020 39.669.060,96 20.542.877,92 16.845.512,86 956.228,93 2025 42.378.141,95 21.945.792,90 17.995.927,26 1.021.531,75 2030 45.272.265,30 23.444.533,26 19.224.920,10 1.091.295,05 2035 48.364.019,29 25.045.617,92 20.537.837,03 1.165.822,26 2040 51.666.951,88 26.756.062,77 21.940.431,20 1.245.439,97 2045 55.195.401,31 28.583.292,96 23.438.791,35 1.330.493,80 2050 58.964.834,82 30.535.318,30 25.039.485,67 1.421.356,58

(8)

Skenario 2

Berdasarkan data dari Pertamina Unit Pemasaran I Balikpapan, diketahui data tingkat pemakaian BBM dan LPG tahun 2006-2010 di Kota Samarinda yaitu sebagai berikut :

Tabel 11. Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2006-2010

Tahun Bensin (kl) Solar (kl) Minyak Tanah (kl) LPG (ton) 2006 123.686 55.161 49.824 3.478,858 2007 129.675 59.300 51.813 4.067,564 2008 132.313 68.202 51.618 4.921,042 2009 129.629 49.948 46.200 5.894,593 2010 142.223 56.315 7.749 11.577,8

Sumber : Pertamina Unit Pemasaran Balikpapan (2011)

Berdasarkan data pada tabel 11, apabila dibagi dengan jumlah penduduk total pada tahun yang bersangkutan maka diperoleh laju kebutuhan rata-rata BBM dan LPG sebesar:

Bensin : 0,211 kl/orang/tahun Solar : 0,093 kl/orang/tahun Minyak Tanah : 0,069 kl/orang/tahun LPG : 0,009 ton/orang/tahun

Sesuai dengan peningkatan penduduk rata-rata sebesar 4,39 % tiap tahunnya, maka kebutuhan rata-rata BBM dan LPG ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pemakaian BBM dan LPG sampai tahun 2050.

Tabel 12. Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 2) Tahun Bensin (kl) Solar (kl) Minyak Tanah (kl) LPG (ton) 2012 167.275,736 73.728,168 54.701,544 7.134,984 2015 190.287,396 83.870,748 62.226,684 8.116,524 2020 235.887,239 103.969,257 77.138,481 10.061,541 2025 292.414,561 128.884,143 95.623,719 12.472,659 2030 362.487,872 159.769,536 118.538,688 15.461,568 2035 449.353,196 198.056,148 146.944,884 19.166,724 2040 557.034,936 245.517,768 182.158,344 23.759,784 2045 690.520,921 304.352,823 225.810,159 29.453,499 2050 855.995,139 377.286,957 279.922,581 36.511,641

Dari data di atas, dapat diketahui jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM dan LPG seperti yang tertera pada Tabel 13.

(9)

Tabel 13. Jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 2)

Tahun Bensin (g/jam) Solar (g/jam) Minyak Tanah (g/jam) LPG (g/jam) 2012 43.919.428,40 22.219.447,89 15.798.505,29 1.213.598,88 2015 49.961.302,60 25.276.115,84 17.971.861,93 1.380.550,31 2020 61.933.864,12 31.333.200,74 22.278.579,56 1.711.380,83 2025 76.775.512,59 38.841.796,52 27.617.352,63 2.121.491,09 2030 95.173.756,35 48.149.723,18 34.235.488,66 2.629.878,57 2035 117.980.862,0 59.688.154,19 42.439.561,25 3.260.093,47 2040 146.253.464,9 73.991.656,11 52.609.658,71 4.041.333,12 2045 181.301.155,1 91.722.768,58 65.216.860,99 5.009.784,65 2050 224.747.582,2 113.702.918,5 80.845.220,31 6.210.313,37

5.2.2 Kebutuhan luas hutan kota berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002 Pasal 8 ditetapkan bahwa luas hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 ha. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan mengacu pada peraturan tersebut, jika diperlukan 10 % dari wilayah Kota Samarinda yang mana mempunyai luas 71.800 ha maka hutan kota yang dibutuhkan ialah seluas 7.180 ha.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Samarinda 2011 tentang luas baku dan persentase penggunaan tanah di Kota Samarinda terdapat lahan sawah, lahan pertanian bukan sawah dan lahan bukan pertanian. Lahan sawah seluas 7.562 ha atau setara dengan 10,53 % dari luas Kota Samarinda. Lahan pertanian bukan sawah seluas 27.220 ha atau setara dengan 37,91 % dari luas Kota Samarinda. Lahan pertanian bukan sawah ini terdiri dari tegal/kebun, ladang/huma, lahan yang sementara tidak diusahakan, dan lainnya (perkebunan, hutan rakyat, tambak, kolam/empang, dll). Lahan bukan pertanian terdiri dari rumah, bangunan dan halaman, hutan Negara, rawa-rawa yang tidak ditanami, dan lain-lain memiliki luas sebesar 37.018 ha atau setara dengan 51,56 % dari luas Kota Samarinda. Rincian detail luas penggunaan lahan disajikan pada Tabel 14.

(10)

Tabel 14 Luas dan persentase penggunaan tanah Kota Samarinda tahun 2010

Uraian Luas Wiayah

(ha)

Persentase (%) 1. Lahan sawah (yang ditanami padi)

a. Sawah irigasi b. Sawah non irigasi

c. Sementara tidak diusahakan 2. Lahan pertanian bukan sawah

a. Tegal/kebun b. Ladang/huma

c. Lahan yg sementara tidak diusahakan

d. Lainnya (perkebunan, hutan rakyat, tambak, kolam/empang, dll)

3. Lahan bukan pertanian

(rumah, bangunan dan halaman, hutan Negara, rawa-rawa yang tidak ditanami)

730 1.781 5.051 4.238 2.538 3.845 16.599 37.018 1,02 2,48 7,03 5,90 3,53 5,36 23,12 51,56 Jumlah 71.800 100,00

Sumber : BPS Kota Samarinda (2011)

Luas hutan kota di Kota Samarinda berdasarkan keputusan Walikota Samarinda saat ini adalah 732,777 ha atau hanya 1,02 % dari luas wilayah Kota Samarinda. Jika dibutuhkan luasan hutan kota sebesar 7.180 ha, maka ada kekurangan sebesar 6.447,22 ha. Tentunya kekurangan luasan ini dapat diatasi dengan menambah luasan, karena luas kawasan tak terbangun di Kota Samarinda yang berupa lahan sawah dan lahan pertanian bukan sawah masih sangat luas yaitu sebesar 34.782 ha.

5.3 Analisis Penentuan Luas Hutan Kota Berdasarkan Fungsi sebagai Penyerap Karbondioksida (CO2)

Berdasarkan data perkiraan jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme manusia dan pembakaran BBM dan LPG, maka dengan menggunakan metode kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida diperoleh perhitungan kebutuhan luasan hutan kota pada tahun 2012 sampai tahun 2050. Berdasarkan Prabang (2009), karbondioksida dapat terserap sebesar 8.000 g/jam/ha.

Skenario 1

Luasan hutan kota yang dibutuhkan Kota Samarinda pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

L 25.036.902 + 35.690.085,90 + 18.482.340,14 + 15.155.836,48 + 860.315,11 8.000

(11)

Pada tahun 2012 dibutuhkan luasan hutan kota sebesar 11.903,18 ha atau 16,58 % dari luas wilayah Kota Samarinda. Untuk tahun-tahun berikutnya dengan menggunakan cara yang sama akan diperoleh luasan hutan kota seperti yang tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Luas hutan kota yang dibutuhkan di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 1)

Tahun Total emisi CO2 yang dihasilkan

(g/jam)

Luas Hutan Kota (ha) Persentase Luas Hutan Kota (%) 2012 95.225.479,63 11.903,18 16,58 2015 99.075.646,79 12.384,45 17,25 2020 105.841.867,9 13.230,23 18.43 2025 113.070.024,7 14.113,75 19.68 2030 120.791.896,9 15.098,99 21.03 2035 129.041.071,7 16.130,13 22,46 2040 137.853.696,6 17.231,71 24.00 2045 147.268.027,8 18.408.50 25.64 2050 157.325.333,8 19.665,67 27,39 Skenario 2

Luasan hutan kota yang dibutuhkan Kota Samarinda pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

L=31.393.929,6 + 43.919.428,40 + 22.219.447,89 + 15.798.505,29 + 1.213.598,88 8.000

L= 14.318,11ha

Pada tahun 2012 dibutuhkan luasan hutan kota sebesar 14.318,11 ha atau 19,94 % dari luas wilayah Kota Samarinda. Untuk tahun-tahun berikutnya dengan menggunakan cara yang sama akan diperoleh luasan hutan kota seperti yang tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Luas hutan kota yang dibutuhkan di Kota Samarinda tahun 2012-2050 (skenario 2)

Tahun Total emisi CO2 yang dihasilkan

(g/jam)

Luas Hutan Kota (ha) Persentase Luas Hutan Kota (%) 2012 114.544.910,1 14.318,11 19,94 2015 130.302.536,3 16.287,82 22,68 2020 161.527.805,7 20.190,97 28,12 2025 200.235.852,4 25.029,48 34,86 2030 248.219.746,0 31.027,47 43,21 2035 307.702.256,5 38.462,78 53,57 2040 381.439.162,5 47.679,89 66,41 2045 472.845.964,9 59.105,74 82,32 2050 586.157.254,8 73.269,66 102,05

(12)

Dari hasil perhitungan skenario 1, total karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk, pembakaran BBM dan LPG pada tahun 2012 adalah 95.225.479,63 g/jam dan pada tahun 2050 mencapai 157.325.333,8 g/jam. Total karbondioksida yang dihasilkan berdasarkan skenario 2 pada tahun 2012 adalah 114.544.910,1 g/jam dan pada tahun 2050 mencapai 586.157.254,8 g/jam. Perbandingan total karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk, pembakaran BBM dan LPG antara skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida, kebutuhan luas hutan kota menggunakan skenario 1 pada tahun 2012 sebesar 11.903,18 ha dan pada tahun 2050 sebesar 19.665,67 ha. Kebutuhan luas hutan kota menggunakan skenario 2 pada tahun 2012 sebesar 14.318,11 ha dan pada tahun 2050 sebesar 73.269,66 ha. Perbandingan kebutuhan luas hutan kota di Kota Samarinda antara skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 6.

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 2012 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 total em isi CO 2 (g/jam ) tahun

Gambar 5. Grafik Emisi CO2yg dihasilkan Penduduk, BBM & LPG

skenario 1 skenario 2

(13)

Keberadaan karbondioksida di udara semakin tinggi karena semakin meningkatnya aktivitas di perkotaan seperti kendaraan bermotor, jumlah industri dan aktivitas lainnya dari penduduk kota. Peningkatan gas ini di udara bebas akan mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca yaitu terjadinya peningkatan suhu udara. Selain itu juga pencemaran udara oleh gas ini dengan kadar 3 % dapat menimbulkan keracunan pada tubuh bila terisap waktu bernapas dan menyebabkan sesak napas, serta kepala pusing. Bila kadarnya di udara mencapai 10 % akan mengakibatkan gangguan pada penglihatan, pendengaran, tremor dan akhirnya pingsan setelah karbondioksida berada 1 menit di udara (Supardi, 1994). Oleh karena itu, keberadaan tanaman di kawasan perkotaan merupakan hal yang sangat mutlak. Tanaman akan menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernapasan. Dengan demikian adanya hutan kota akan memberikan banyak manfaat terhadap wilayah perkotaan, dan agar manfaat yang diharapkan hutan kota dapat dirasakan secara maksimal tentunya harus diketahui luasan hutan kota di suatu wilayah perkotaan.

Penentuan luasan hutan kota di suatu wilayah dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pendekatan berdasarkan isu penting dan berdasarkan luasan per kapita. Pendekatan berdasarkan isu penting dilakukan berdasar permasalahan sentral yang ada di suatu kota yaitu berdasarkan pemenuhan

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 2012 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

luas hutan kota

(ha)

tahun

Gambar 6. Grafik Luas Hutan Kota di Kota Samarinda

skenario 1 skenario 2 PP No.63 Th 2002 RTRWK

(14)

kebutuhan akan air bersih, pemenuhan kebutuhan oksigen dan kemampuan hutan kota dalam menyerap dan menjerap polutan. Penentuan luasan hutan kota berdasarkan luasan per kapita dihitung berdasar jumlah penduduk.

Penentuan luasan hutan kota di Kota Samarinda didasarkan pada kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida. Perhitungan penentuan luasan dilakukan dengan menggunakan 2 skenario. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan skenario 1, jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari penduduk, BBM (bensin, solar dan minyak tanah) dan LPG pada tahun 2012 adalah 95.225.479,63 g/jam atau setara dengan 11.903,18 ha hutan kota atau 16,58 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Pada tahun 2050 jumlah karbondioksida yang dihasilkan sebesar 157.325.333,8 g/jam atau setara dengan 19.665,67 ha hutan kota atau 27,39 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Perhitungan dengan menggunakan skenario 2, jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari penduduk, BBM (bensin, solar dan minyak tanah) dan LPG pada tahun 2012 adalah 114.544.910,1 g/jam atau setara dengan 14.318,11 ha hutan kota atau 19,94 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Pada tahun 2050 jumlah karbondioksida yang dihasilkan sebesar 586.157.254,8 g/jam atau setara dengan 73.269,66 ha hutan kota atau 102,05 % dari luas total wilayah Kota Samarinda.

Dari hasil yang diperoleh, luas hutan kota yang dibutuhkan Kota Samarinda menggunakan skenario 2 jauh lebih besar dibandingkan menggunakan skenario 1. Hal ini terjadi karena, adanya lonjakan jumlah penduduk di Kota Samarinda pada tahun 2010 yang digunakan pada perhitungan skenario 2 sehingga menyebabkan emisi karbondioksida meningkat. Melihat situasi ini, maka pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam menentukan luas hutan kota di Kota Samarinda ialah dengan berdasarkan perhitungan skenario 2.

Jumlah penduduk, tingkat pemakaian BBM dan LPG pada Kota Samarinda mengalami peningkatan tiap tahunnya, sehingga jumlah karbondioksida yang dihasilkan juga meningkat. Besarnya jumlah karbondioksida yang dihasilkan dalam setiap tahunnya sudah cukup memprihatinkan. Meningkatnya jumlah karbondioksida di udara sangat membahayakan karena mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang akan mengancam kesehatan manusia. Cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut diantaranya adalah dengan

(15)

memaksimalkan keberadaan dan fungsi hutan kota dengan cara menambah luasan hutan kota sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.

Ditinjau dari luasan, luas hutan kota di Kota Samarinda berdasarkan keputusan Walikota Samarinda saat ini jauh dari mencukupi. Luas hutan kota yang ada saat ini adalah 732,777 ha atau hanya 1,02 % dari luas wilayah Kota Samarinda. Berdasarkan PP No. 63 tahun 2002 seharusnya Kota Samarinda menyediakan lahan sebesar 7.180 ha untuk hutan kota, sedangkan berdasarkan perhitungan kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida menggunakan skenario 1, pada tahun 2012 dibutuhkan hutan kota seluas 11.903,18 ha atau 16,58 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Pada tahun 2050 luas hutan kota yang dibutuhkan adalah sebesar 19.665,67 ha atau 27,39 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Dengan menggunakan skenario 2 pada tahun 2012 dibutuhkan hutan kota seluas 14.318,11 ha atau 19,94 % dari luas total wilayah Kota Samarinda. Pada tahun 2050 luas hutan kota yang dibutuhkan adalah sebesar 73.269,66 ha atau 102,05 % dari luas total wilayah Kota Samarinda (perbandingan kebutuhan luas hutan kota di Kota Samarinda dapat dilihat pada Gambar 6). Untuk mendapatkan luasan hutan kota yang ideal sesuai dengan metode kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida, maka Kota Samarinda harus menambah luasan hutan kota yang ada.

Hasil perhitungan kebutuhan luas hutan kota berdasarkan penyerapan karbondioksida berbeda jauh dengan perhitungan berdasarkan PP No. 63 tahun 2002. Perhitungan berdasarkan penyerapan karbondioksida lebih dapat memberikan manfaat hutan kota sebesar-besarnya bagi kota dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan PP No. 63 tahun 2002. Hal ini karena, semakin tingginya populasi manusia menyebabkan semakin tingginya emisi karbondioksida yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, sehingga luas hutan kota yang dibutuhkan untuk menyerap karbondioksida akan semakin luas. Luas hutan kota berdasarkan PP No. 63 tahun 2002 tidak cukup dalam hal menyerap emisi karbondioksida, sehingga ketetapan luasan tersebut perlu dikaji lagi.

Kandungan emisi karbondioksida di Kota Samarinda yang tinggi, mengharuskan pemerintah memberi perhatian yang lebih terhadap lingkungan khususnya mengenai keberadaan hutan kota. Pemerintah Kota Samarinda dalam

(16)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda 2005-2015 telah mengalokasikan lahan untuk kawasan perlindungan yang tersebar di semua kecamatan. Rincian detail luas kawasan lindung tersebut disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Rencana proporsi luas kawasan lindung terhadap luas wilayah

No Kecamatan Luas Wilayah

(ha) Kawasan Lindung (ha) Persentase Kws.L. thd Luas Wilayah 1 Samarinda Ulu 5.826 1.724,91 29,61 2 Palaran 18.253 6.646,25 36,41 3 Samarinda Utara 27.780 16.528,95 59,50 4 Samarinda Seberang 4.048 770,12 19,02 5 Sungai Kunjang 6.923 3.052,95 44,10 6 Samarinda Ilir 8.970 1.248,96 13,92 Jumlah 71.800 29.972,14 41,74

Sumber : BAPPEDA Kota Samarinda (2005)

Lahan yang telah dialokasikan untuk kawasan perlindungan di Kota Samarinda yang dapat dijadikan hutan kota sebesar 29.972,14 ha. Hal itu berarti, luasan tersebut sudah sangat mencukupi tidak hanya pada tahun 2012 tetapi sampai dengan tahun 2050 berdasarkan perhitungan skenario 1. Alokasi kawasan perlindungan tersebut juga telah mencukupi luasan hutan kota pada tahun 2012 berdasarkan perhitungan skenario 2, tetapi hanya sampai tahun 2025.

Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Pada pasal 5 ayat 2 dikatakan penunjukan lokasi dan luas hutan kota dilakukan oleh Walikota atau Bupati berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan. Oleh karena itu, apabila pemerintah Kota Samarinda telah mengalokasikan lahan untuk hutan kota diharapkan dapat diperkuat dengan penunjukan dan penetapan statusnya sebagai hutan kota agar pengelolaan hutan kota dapat dilakukan dengan baik, sehingga fungsi hutan kota sebagai penyerap karbondioksida dapat maksimal.

Agar kebutuhan luasan hutan kota untuk menyerap karbondioksida tidak terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun sedangkan luas lahan tetap, maka emisi karbondioksida perlu diminimalkan dengan jalan: mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, mengganti bahan bakar

(17)

fosil dengan biofuel, lebih banyak berjalan kaki untuk berpergian pada jarak yang relatif dekat dan naik sepeda untuk jarak 5 km sampai 10 km, serta menanam jenis-jenis pohon yang mempunyai daya serap karbondioksida yang tinggi dan menghasilkan oksigen. Dahlan (2008) menyatakan bahwa tanaman yang dapat menyerap paling banyak karbondioksida adalah Trembesi (Samanea saman), Cassia (Cassia sp.), Kenanga (Canangium odoratum), Pingku (Dysoxylum

excelsum), dan Beringin (Ficus benyamina). Widyastama (1991) diacu dalam

Dahlan (1992) menyatakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah Damar (Agathis alba), Daun Kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), Lamtoro gung (Leucaena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis) dan Beringin (Ficus benjamina). Menurut Sugiharti (1998),

Kaliandra (Calliandra sp.), Flamboyan (Delonix regia), dan Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap karbondioksida dan sekaligus tanaman tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.

Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya pembangunan sehingga kawasan RTH akan berkurang, maka pembangunan pemukiman disarankan dibangun secara vertikal. Penggunaan lahan di perkotaan harus optimal, baik untuk lahan terbangun maupun untuk kawasan hutan kota.

Kota Samarinda sebagai ibukota propinsi Kalimantan Timur telah mengalami perkembangan pesat yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat meningkatnya kadar karbondioksida. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tahun 2012 Kota Samarinda diharapkan dapat menambah luasan hutan kota sesuai dengan hasil perhitungan berdasarkan penyerapan karbondioksida. Luasan tersebut dapat menggunakan lahan yang telah dialokasikan sebagai kawasan lindung dalam RTRW Kota Samarinda, kemudian ditetapkan statusnya sebagai hutan kota.

Hutan kota yang ada di Samarinda merupakan lahan yang telah ditetapkan oleh Walikota setempat sebagai hutan kota. Lokasi-lokasi hutan kota tersebut lebih banyak berada pada lahan milik masyarakat/perusahaan seperti Pesantren Nabil Husein, Pesantren Syachona Cholil, PT Hartaty, PT Gani Mulya dan PT Sumber Mas. Berdasarkan hasil pemantauan lapang, kualitas hutan kota yang ada

(18)

di Kota Samarinda mengalami penurunan, bahkan kuantitasnya juga menurun dibandingkan pada awal penetapan. Sebuah Mall atau pusat perbelanjaan yang berada di Jalan Bhayangkara (lingkungan Balaikota) sebelumnya merupakan lokasi hutan kota.

Mengingat jumlah emisi CO2 di Kota Samarinda yang terus meningkat, maka keberadaan hutan kota perlu ditingkatkan guna menyerap emisi CO2. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Samarinda harus meningkatkan strategi agar hutan kota tidak berkurang bahkan bertambah. Masyarakat/perusahaan yang tetap menjalankan keberadaan dan fungsi hutan kota dengan baik sebaiknya diberi

reward atau penghargaan agar memotivasi pihak masyarakat/perusahaan untuk

tetap menjaga hutan kota. Hutan kota yang berada pada tanah milik masyarakat/perusahaan bisa saja beralih fungsi jika masa kesepakatan (MoU) sebagai hutan kota telah habis, hal itu karena tidak adanya sanksi hukum.

Gambar

Tabel 4.    Jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2004-2009
Tabel 6.    Jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2004-2010
Tabel 8.   Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2006-2009
Tabel 11.  Tingkat pemakaian BBM dan LPG di Kota Samarinda tahun 2006-2010
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya buah impor, terdapat kecenderungan bergesernya pola konsumsi dan preferensi masyarakat terhadap buah lokal ke buah impor yang disebabkan oleh nilai dan

Menurut Fitri dkk., (2013), menentukan kelas umur simpai dapat dilakukan dengan mengetahui ukuran tubuh dan warna rambut simpai yaitu pada individu dewasa

bahwa sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan

Mulai edisi Mei 2014, jurnal ini akan dikelola oleh UMS-KAL (Universiti Malaysia Sabah – Kampus Labuan Antarabangsa) di Malaysia dan Laboratorium Sejarah dan Budaya, Fakultas

Fuzzy Neural Network atau Jaringan Syaraf Kabur atau sistem neuro- fuzzy adalah mesin belajar yang menemukan parameter sistem kabur (yaitu, himpunan fuzzy, aturan fuzzy)

Hasil prosedur yang disusun oleh peserta dinilai sesuai dan mampu telusur terhadap pedoman BNSP 201 tahun 2014 tentang Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi pada

Pada data yang mengandung segmen vokal dan konsonan /k, g, j, r, l / telah terdapat keselarasan fitur dengan [ŋ] yaitu [+ bersuara] yang menyebabkan kedua segmen tersebut

Kendala yang dihadapi oleh Kepala Desa dalam membangun sumber daya manusia dan tata kelola desa menuju desa maju di Desa Kole Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, meliputi