• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. juga yang menggunakan website sebagai platform dalam membuat berita online.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. juga yang menggunakan website sebagai platform dalam membuat berita online."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Website merupakan new media yang saat ini banyak digunakan oleh sejumlah perusahaan sebagai sarana mempromosikan barang/jasa nya. Namun ada juga yang menggunakan website sebagai platform dalam membuat berita online. Livingloving.net merupakan salah satu dari new media berbentuk website. Media website dipilih karena dianggap sebagai media yang mudah, praktis dan cepat sehingga lebih mudah dalam menjangkau target audience jika dibandingkan dengan old media seperti media cetak misalnya.

4.1.1 Sejarah livingloving.net

Livingloving.net merupakan satu satunya media online di Indonesia yang membahas tentang home decoring, creativity, dan hand crafting.37 Diluncurkan pada tahun 2013 oleh dua sahabat yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga bernama Nike Prima dan Miranti, media ini berusaha menyajikan konten unik dan menarik di setiap postingannya. Postingan pada livingloving.net cukup sederhana karena seputar keseharian ibu rumah tangga yang gemar mendekorasi rumahnya secara unik dan menarik. Terkadang juga terdapat postingan yang membahas resep unik buatan sendiri.

                                                                                                               

37

Livingloving.net, Menginspirasi Sekaligus ‘Menghasilkan’. Hitsss. Diakses pada 17 Desember 2015 dari http://hitsss.com/living-loving-net-menginspirasi-plus-menghasilkan-bisa-kok/

(2)

Visi dan misi dari Living Loving ialah ingin menjadi media yang menginspirasi pembacanya terutama di bidang kreativitas dan home decoring. Misinya dengan melakukan sejumlah aktivitas seperti event, kuis, dan reportasi beberapa tokoh/karya kreatif yang bisa dijadikan sebagai inspirasi pembacanya.

Target utama pembaca dari media ini adalah wanita Indonesia yang menyukai hal hal berbau creativity. Adapun 90% pembaca dari media ini adalah wanita berusia 25-35 tahun dan 60% dari pembaca adalah wanita yang sudah berumah tangga. Lebih dari separuh pembaca mengakses livingloving.net melalui komputer, sedangkan sisanya melalui smartphone dan tablet.

Untuk bisa menjaga eksistensi media ini, Nike dan Miranti selalu berusaha menyajikan konten-konten menarik dan unik supaya livingloving.net tidak kehilangan pembacanya. Konten dalam livingloving.net disajikan dalam beragam kategori sesuai dengan kebutuhan target pembacanya. Tentunya kategori yang disajikan merupakan hal yang masih berhubungan dengan kreativitas. Adapun kategori postingan yang disajikan dalam Living Loving yaitu:

1. Creative inspirations

Kategori ini berisi tentang postingan yang bisa menjadi inspirasi kreatif bagi para pembaca yang membutuhkan. Adapun yang termasuk ke dalam inspirasi kreatif ini yaitu: review buku kreatif yang bisa dibaca sambil menikmati waktu luang, ide hadiah unik untuk hari raya, review toko-toko baik online maupun offline yang menjual cute stuff, warna warna yang cocok untuk dijadikan dekorasi, dll.

(3)

2. Lifestyle

Lifestyle kerap menjadi hal yang menarik untuk dijadikan bahan berita dalam media ini. Dengan menyelipkan nuansa creativity yang unik, livingloving.net berusaha mengemas tulisan tentang lifestyle menjadi tulisan yang enak dibaca. Lifestyle berisi tentang liputan gaya hidup yang sedang trend pada masanya, disertai dengan berbagai tips padu padanan dekorasi yang unik sebagai inspirasi bagi pembacanya.

3. Do It Yourself

Do It Yourself bermakna barang barang yang dibuat secara handmade, benar-benar buatan tangan sendiri dan dibuat dengan kreatif. Kategori ini memuat postingan tentang sejumlah ide beserta tutorial dalam membuat barang handmade. Misalnya: tempat kartu nama dari kertas, hiasan gantung untuk dinding kamar yang dibuat dengan cara disulam, dll. Do It Yourself merupakan hal yang sangat unik sekali karena murni dibuat sendiri dan bisa dikreasikan sesuai dengan kreativitas pembuatnya.

4. Home and Décor

Ide menata kamar yang sempit, padu padanan warna warna untuk ruang tamu, atau furniture yang bisa dijadikan penghias ruangan merupakan beberapa contoh topik yang diangkat dalam kategori ini. Sesuai dengan judulnya home and decor, postingan pada kategori ini lebih banyak membahas tentang tatanan ruang pada suatu rumah. Selain itu, terdapat juga

(4)

review untuk rumah rumah yang dinilai memiliki desain dan dekorasi yang unik dan menarik. Tujuannya untuk menginspirasi pembacanya yang ingin menghias ruangan/rumahnya dengan hal hal yang unik dan kreatif.

5. Recipes

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa target utama dari livingloving.net adalah wanita muda/ibu rumah tangga. Untuk itu bahasan resep rasanya menjadi topik yang tepat untuk diselipkan pada Living Loving. Namun, resep yang ditampilkan bukanlah resep masakan yang rumit dan memerlukan keahlian khusus melainkan lebih kepada resep makanan ringan/snack/dessert yang bisa dibuat oleh siapa saja. Tentu saja resep yang disajikan di sini adalah murni racikan sendiri, bukan kutipan.

6. Traveling

Hal-hal yang berbau tentang kreativitas dan fun tidak dapat terlepas dari traveling. Kebetulan kedua founder dari blog ini menyukai kegiatan traveling sehingga mereka dapat menuangkan/berbagi cerita traveling mereka ke dalam livingloving.net. Tidak hanya itu saja, livingloving.net juga terkadang memuat kegiatan traveling milik orang lain yang tidak kalah seru dan menarik untuk dibahas, sehingga pembaca terinspirasi untuk jalan-jalan.

(5)

7. Blog Recommendations

Sesuai dengan visi Living Loving yaitu menyediakan konten yang diharapkan bisa menginspirasi pembacanya, maka Living Loving tidak segan segan membuat review media/blog dalam bentuk blog recommendations sebagai bahan bacaan/inspirasi bagi pembaca Living Loving. Contoh blog yang pernah direkomendasikan oleh livingloving.net adalah blog milik Kitty Manu (www.kittymanu.com) yang juga merupakan salah satu pengisi acara dalam Living Loving Class.

4.1.2 Beriklan di livingloving.net

Sebagai media online, Living Loving menyediakan slot iklan bagi brand/siapa saja yang ingin mengiklankan produknya melalui media online ini. Slot yang disediakan terbagi menjadi dua, yaitu display ad dan sponsored post. Ad placement tersedia di kolom sisi kanan berukuran 300x300 pixels dan 300x150 pixels dalam bentuk jpeg atau gif. Sponsored post berarti livingloving.net menyediakan sebuah konten berbentuk postingan yang berisi tentang produk yang ingin dipromosikan. Namun tidak semua produk bisa dipromosikan di livingloving.net. Produk/brand yang ingin bekerja sama dengan livingloving.net terlebih dahulu dikurasi oleh tim livingloving.net. Pengkurasian ini bertujuan untuk menjaga konsistensi brand Living Loving dan juga supaya konten Living Loving tidak keluar dari segmentasinya.

(6)

Gambar 4.1 Spot banner iklan livingloving.net38

Adapun harga untuk ad dan sponsored post tergantung dari kesepatakan kedua belah pihak antara Living Loving dan brand yang ingin bekerja sama. Living Loving membuka kesempatan kerja sama full barter apabila nilai kontraprestasi yang ditawarkan oleh brand dianggap setara dengan nilai yang dimiliki oleh Living Loving.

(7)

Berikut ini adalah segmentasi pembaca yang dipaparkan oleh Living Loving supaya brand dapat mengukur apakah kerja sama dengan Living Loving merupakan pilihan yang tepat/tidak.

Pembaca berdasarkan usia:

Gambar 4.2 Grafik pembaca living loving berdasarkan usia39

Pembaca berdasarkan jenis kelamin:

Gambar 4.3 Grafik pembaca living loving berdasarkan jenis kelamin40

                                                                                                               

39 Ibid. 40

(8)

Pembaca berdasarkan status pernikahan:

Gambar 4.4 Grafik pembaca living loving berdasarkan status pernikahan41

4.1.3 Tentang Living Loving Class

Salah satu upaya promosi yang digunakan oleh Living Loving dalam meningkatkan brand awareness nya adalah dengan mengadakan sebuah event bernama Living Loving Class. Living Loving Class merupakan event berbentuk mini creative workshop yang pesertanya tidak lebih dari 30 orang dan diadakan rutin setiap tiga hingga empat bulan sekali dengan tema yang berbeda-beda sesuai dengan bahasan pada livingloving.net.

Event ini tergolong ke dalam event bisnis karena profit yang dihasilkan digunakan demi kepentingan Living Loving. Namun, terdapat unsur promosi dalam event ini. Adapun letak promosi pada event ini yakni pada saat event hendak dimulai, sang founder dari Living Loving akan mulai membuka acara dengan memperkenalkan profil singkat Living Loving dan juga Living Loving Class.

(9)

Living Loving Class diadakan pertama kali pada Februari 2014, yakni sekitar setahun setelah livingloving.net lahir. Nike Prima dan Miranti selaku founder dari Living Loving menilik perlunya diadakan sebuah offline event demi mempererat hubungan antara livingloving.net dan pembacanya. Apalagi pada wawancara awal peneliti dengan mereka, dinyatakan bahwa banyak pembaca Living Loving yang mulai menanyakan kapan livingloving.net mengadakan gathering untuk saling berbagi informasi terkait dengan crafting and creativity. Akhirnya founder Living Loving memutuskan untuk mengadakan Living Loving Class sebagai bentuk event workshop dengan tujuan mempererat hubungan antara pembaca dan Living Loving sekaligus pembentukan brand awareness Living Loving.

Event ini biasanya diadakan pada restaurant atau café atau studio yang bekerja sama dengan Living Loving dengan jumlah peserta sekitar 20-40 orang. Jumlah peserta dibatasi agar tidak mengurangi esensi dari acara ini. Jika ternyata jumlah pendaftar melebihi slot yang disediakan, maka akan dibuka sesi baru untuk kloter pendaftar selanjutnya. Event ini merupakan event berbayar. Adapun biaya yang harus dikeluarkan oleh tiap peserta untuk mengikuti event ini sekitar Rp 250.000,- hingga Rp 500.000,-. Besaran harga tergantung pada konsep, tema, dan materi workshop yang dibawakan.

Bagian yang unik dari event ini ialah event ini tidak hanya sekedar workshop kreatif saja tetapi juga merupakan platform bagi para online shop crafting dan creative things yang ingin mempromosikan produk/brand nya. Living Loving Class membuka slot untuk pada online shop berjualan selama event

(10)

berlangsung. Tentunya online shop yang diperbolehkan berjualan adalah online shop yang sudah dikurasi terlebih dahulu oleh Living Loving. Pengkurasian ini dilakukan dengan tujuan agar brand personality Living Loving dapat terjaga dengan baik.

Event Living Loving Class memang dilaksanakan secara offline karena bentuknya adalah workshop. Namun Living Loving memanfaatkan teknologi internet dalam pengelolaan event ini. Teknologi yang digunakan oleh Living Loving adalah eventbrite. Eventbrite merupkan event management online yang membantu para penyelenggara event dalam mendeskripsikan event nya, menginput pendaftaran peserta sehingga penyelenggara event tidak perlu menginput data peserta secara satu per satu. Teknologi ini dipakai oleh Living Loving karena dianggap mempermudah proses berjalannya event.

Living Loving Class yang diadakan sepanjang tahun 2014-2015 antara lain: 1. Weaving Class (Kelas Menyulam)

Gambar 4.5 Living Loving Class – Weaving 42

(11)

2. Brush Lettering Class (Kelas Menulis Hias dengan Kuas)

Gambar 4.6 Living Loving Class – Brush Lettering 43

3. The Happy Nest Series (Kelas Dekorasi Rumah dengan Barang Handmade)

Gambar 4.7 Living Loving Class – The Happy Nest Series 1 44                                                                                                                

43 Ibid.

(12)

4. Painting on Clutch Class (Kelas Melukis Clutch)

Gambar 4.8 Living Loving Class – Painting on Clutch 45

5. Play with Flowers (Kelas Merangkai Bunga)

Gambar 4.9 Living Loving Class – Play with Flowers 46

                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

44 Ibid. 45

(13)

4.1.4 Logo livingloving.net

Gambar 4.10 Logo Living Loving 47

Filosofi dari logo ini sederhana yaitu logo dibuat dari karena livingloving.net merupakan media yang meliput tentang hal hal yang berbau crafting dan creativity. Living Loving memiliki motto yakni for all things lovely yang berarti Living Loving menyediakan segala konten bersifat lovely.

4.2 Hasil Penelitian

Bagian ini merupakan deskripsi terhadap hasil penelitian yang peneliti lakukan. Yang menjadi narasumber adalah Mbak Nike Prima selaku founder Living Loving yang dilakukan melalui telepon pada tanggal 13 Januari 2016. Wawancara ini juga dilakukan kepada founder Living Loving lain yaitu Miranti melalui telepon juga pada tanggal 13 Januari 2016 Kendala yang dihadapi dalam pengumpulan data adalah adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para

                                                                                                               

47 Ibid.

(14)

narasumber. Kesibukan yang mereka jalani menyebabkan peneliti harus melaksanakan wawancara via telepon.

4.2.1 Pengelolaan Event Living Loving Class

Brand awareness livingloving.net masih tergolong rendah, maka dirasa perlu menyusun upaya untuk meningkatkannya. Salah satu upaya Living Loving dalam mengatasi masalah ini yaitu salah satunya dengan mengadakan offline event bernama Living Loving Class.

“Alasan awal adanya Living Loving Class sih supaya kami sebagai media bisa membentuk engagement yang kuat aja terhadap pembaca, tapi lama kelamaan tujuan kami jadi lebih spesifik lagi yakni meningkatkan brand awareness livingloving. Tadinya kita mikir mau bikin event gathering tapi kok kayaknya biasa banget, jadinya kita bikin sebuah workshop supaya pembaca itu ga cuma ketemu aja tapi juga bisa mengambil ilmu dari workshop ini.”

Pernyataan Nike tersebut kemudian diperkuat oleh Miranti yang mengatakan bahwa:

“Living Loving Class itu memang kita bentuk karena ada beberapa pembaca yang nanya kapan Living Loving bikin gathering. Peminat dunia craft ini cukup banyak sedangkan workshop di bidang ini masih jarang banget jadi akhirnya kepikiran bikin acara yang bisa memberikan manfaat lebih bagi pembaca, ga sekedar untuk ketemu dan ngobrol aja. Kalau dibilang untuk meningkatkan brand awareness itu juga termasuk karena memang Living Loving ini usianya baru 3 tahun.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Loving memang menggunakan event Living Loving Class sebagai upaya dalam meningkatkan brand awareness nya.

Event menurut jenisnya, terdiri dari beberapa jenis, yaitu calendar of event, momentum event, dan special event. Living Loving Class termasuk ke

(15)

dalam jenis calendar of event. Berikut adalah wawancara peneliti dengan Nike Prima saat membahas sedikit tentang Living Loving Class:

“Loving Class itu event rutin 3 atau 4 bulan sekali, bentuknya workshop tujuannya selain untuk mempererat hubungan antara media dan pembaca juga sebagai upaya meningkatkan brand awareness”

Pernyataan ini juga diperkuat oleh Miranti yang mengatakan:

“Living Loving Class sengaja dibuat supaya orang-orang bisa mendapatkan ilmu lebih, membuka kesempatan juga bagi orang awam yang ingin belajar hal hal kreatif juga. Selain itu pembentukan brand awareness melalui event ini juga penting.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Living Loving Class merupakan regular event alias calendar of event berjenis workshop.

Dalam melakukan sebuah event diperlukan pengelolaan yang baik agar event bisa berjalan dengan baik adanya sesuai dengan tujuan diselenggarakannya event tersebut. Berikut adalah wawancara peneliti dengan Nike Prima soal upaya event Living Loving Class ini:

“Sebelum kita melakukan event Living Loving Class, kita adain survey kecil-kecilan dulu, pertama survey nya dengan datang ke event-event yang mirip dengan event yang ingin kita bikin, terus kita juga menyebarkan kuesioner menggunakan mailchimp yang kita pasang di livingloving.net. Berdasarkan hasil survey tersebut diambil keputusanlah bahwa kita emang harus bikin sesuatu dan akhirnya kita putusin untuk bikin Living Loving Class. Selanjutnya saya dan Miranti mulai bikin konsep dengan cara membuat mood board. Mood board itu adalah panduan kita dalam membuat event/postingan blog. Bentuknya cuma tempelan gambar aja sih supaya lebih memudahkan kita aja dan supaya bisa kasih kita gambaran kira kira mau bikin apa ya.

Setelah sepakat sama mood board, baru deh contact pihak yang mau kita ajak kerja sama dalam event ini, bikin proposal yang rinci dan detail, bikin e-poster buat ditaro di sosmed kita dan juga di blog dan eksekusi

(16)

event. Kita juga biasa bikin evaluasi pasca event sih buat refleksi supaya event berikutnya lebih baik lagi”

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka tahapan dalam penyusunan event Living Loving Class adalah:

1. Riset kecil melalui survey dan observasi.

2. Penyusunan ide konsep event dalam bentuk mood board 3. Pembuatan material promosi event

4. Pelaksanaan event 5. Evaluasi event

4.2.1.1 Research Event Living Loving Class

Supaya tujuan event Living Loving Class, yakni meningkatkan brand awareness livingloving.net ini tercapai, maka Nike Prima dan Miranti menggunakan langkah-langkah berikut:

Pada tahap awal, Nike Prima dan Miranti melakukan identifikasi SWOT terhadap brand Living Loving. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi peluang dan ancaman potensial kemudian menghadapkan kekuatan dan kelemahan internal sebagai panduan untuk menentukan langkah berikutnya.

A. Strength (Kekuatan)

Melalui percakapan yang dilakukan via telepon, Nike Prima selaku founder memaparkan analisis SWOT-Strength (kekuatan) livingloving.net melalui wawancara yang berisi:

(17)

“livingloving.net adalah media online baru yang masih bayi dan sedang tumbuh-tumbuhnya. Banyak sekali hal yang harus kami gali lagi demi meningkatkan kualitas dari berita yang kami sajikan. Tapi karena berita yang kami sajikan ini unik dan beda dari yang lain, kami jadi memiliki kekuatan sendiri yang ga ada di media lain. Menurut kami, kekuatan dari livingloving.net adalah unik dan menarik karena kami adalah satu satunya media yang menyediakan konten kreatifitas, home décor, dan crafting, jadi saingan kami bisa dibilang kalo di Indonesia sih belum ada. Selain itu kelebihan dari event kami, Living Loving Class adalah menyediakan kesempatan bagi para UKM untuk menjual produk-produknya selama event kami berlangsung.”

Dipertegas oleh Miranti selaku co-founder yang mengatakan:

“Sebenarnya keunikan dari Living Loving Class selain dari segi konsep, yaitu kami menyediakan kesempatan bagi orang awam untuk bisa mengikuti workshop kreatif dan belajar mengenai crafting atau hal-hal yang berbau creativity. Dari situ orang awam akan merasakan experience nya dan mereka akan berpikir bahwa semua orang juga bisa melakukan hal-hal kreatif seperti ini.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Loving Class memiliki kekuatan yakni keunikan yang dimilikinya. Media satu satunya di Indonesia yang menyediakan konten crafting and creativity membuat Living Loving tidak perlu pusing memikirkan kompetitor karena mereka merupakan pioneer. Sebagai media baru yang satu satunya membahas konten craft and creativity, Living Loving memiliki kesempatan untuk lebih mengembangkan media nya sehingga akhirnya awareness media ini bertambah di mata pembacanya.

Sedangkan event Living Loving Class memiliki kelebihan yakni memiliki konsep unik dan tidak mensyaratkan peserta harus berasal/memiliki latar belakang dari industri kreatif sehingga siapa saja memiliki kesempatan untuk belajar tentang hal-hal kreatif melalui workshop ini.

(18)

B. Weakness (Kelemahan)

Elemen berikutnya setelah kekuatan ialah kelemahan. Dalam wawancara yang dilaksanakan pada hari yang sama, Nike Prima memaparkan:

“Kelemahan dari event kami adalah karena yang ngurus cuma bertiga dan itu repot banget jadi kita ga bisa terlalu banyak membuat event. Makanya Living Loving Class ini cuma diadakan 3-4 bulan sekali aja.”

Pernyataan Nike tersebut dipertegas lagi oleh Miranti selaku co-founder yang mengungkapkan:

“Kelemahannya adalah kekurangan tim, karena kami cuma bertiga sedangkan ternyata peminat event ini banyak. Kita buka slot hanya 20 ga taunya yang daftar 40. Akhirnya solusi dari kita yaa kita bikin beberapa sesi untuk setiap event nya sih, supaya semuanya bisa tetep ikutan”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Loving Class memiliki kelemahan yakni belum ada tim yang mumpuni untuk membuat event Living Loving Class sehingga event ini hanya terbatas saja.

C. Opportunity (Peluang)

Elemen berikutnya ialah peluang. Dalam wawancara yang dilaksanakan pada hari yang sama, Nike Prima memaparkan:

“Event yang serupa dengan Living Loving Class masih jarang banget sedangkan peminatnya cukup banyak, jadinya peluang kami adalah mendapatkan peserta untuk ikutan event ini.”

Miranti selaku co-founder juga mengatakan hal yang mirip yang berbunyi: “Sama seperti Nike sih, banyak yang minat tapi kita liat di Indonesia agak susah mencari workshop kreatif yang sesuai dengan maunya aku dan Nike jadi akhirnya kita create sendiri deh. Selain itu peserta yang ikutan Living Loving Class biasanya sharing di sosial media mereka atau cerita ke

(19)

temen mereka sehingga next event nya kami mendapatkan peserta baru lagi.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Loving Class memiliki peluang yakni mendapatkan peserta melalui promosi yang dilakukan oleh peserta event sebelumnya melalui sosial media yang mereka miliki. Adanya penyebaran informasi ini membuka peluang untuk meningkatkan brand awareness lebih tinggi.

C. Thread (Ancaman)

Elemen yang terakhir dalam analisis SWOT ialah ancaman. Dalam wawancara yang dilaksanakan pada hari yang sama, Nike Prima memaparkan:

“Ancamannya apa ya? Kayaknya engga ada.”

Miranti selaku co-founder juga mengatakan hal yang sedikit berbeda dengan Nike Prima yang berbunyi:

“Ancamannya kayaknya engga ada. Mungkin nantinya akan ada media yang bikin event yang mirip dengan kita tapi itu emang udah resiko sih jadi ngatasinnya ya perkuat Living Loving itu sendiri aja supaya tetep bisa diinget oleh pembaca kita.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Living Loving Class memiliki ancaman yakni munculnya kompetitor baru yang memiliki konsep mirip seperti Living Loving.

Selain menggunakan analisis SWOT, Nike Prima dan Miranti selaku founder dari Living Loving juga mengemukakan beberapa upaya nya untuk

(20)

melakukan riset sebelum dilahirkan Living Loving Class, berikut adalah kutipan wawancara dari Nike:

“Kami memang melakukan riset namun tidak seribet perusahaan besar pada umumnya. Yang kami lakukan saat riset antara lain mendatangi event-event yang serupa dengan event kami, yaitu workshop kreatif. Namun sayangnya, workshop kreatif di Indonesia masih jarang dan kalaupun ada konsepnya juga itu-itu aja sehingga sebenarnya kami kurang memiliki bayangan untuk Living Loving Class.”

Selain melakukan observasi terhadap event yang serupa, Nike juga melakukan upaya riset lain seperti pernyataannya yang berbunyi:

“Kita sempet juga tanya ke beberapa orang, ke pembaca Living Loving juga, kira-kira gimana ya kalo Living Loving adain workshop dan ternyata respon mereka cukup positif dan baik.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Nike Prima selaku founder dari Living Loving melakukan riset dengan menggunakan SWOT, observasi event yang serupa dengan Living Loving Class, dan juga survey terhadap beberapa rekan dan pembaca Living Loving.

4.2.1.2 Design Event Living Loving Class

Tahap selanjutnya dalam pengelolaan event setelah riset adalah desain event. Desain ini dimaksudkan agar event memiliki acuan konsep sehingga dalam penyelenggaraannya event tersebut bisa menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembuat event.

Living Loving tidak memilki tim khusus untuk menangani desain event. Semua dikerjakan oleh Nike Prima dan Miranti selaku sang founder, dibantu dengan satu orang creative assistant yang sedang magang bernama Wulan.

(21)

“Setelah kita riset, kita bikin desain event sederhana menggunakan mood board. Mood board itu isinya konsep event seperti apa, temanya, tone and manner, decorasi, run down mentah, dll. Tapi ga hanya sampe disitu aja, kita bener-bener bikin mood board yang detail sehingga bisa langsung dimasukan ke dalam proposal untuk diajukan kepada pihak yang ingin kita ajak kerja sama”

Begitu tutur Nike saat Peneliti mewawancarainya via telepon. Pernyataan tersebut kembali diperkuat oleh Miranti yang mengatakan:

“Iya.. semua desain itu kami yang pegang karena kami tim nya emang baru bertiga aja. Mood board yang kami buat cukup detail sehingga pas diturunkan menjadi proposal lebih mudah. Kami bener-bener coba bikin mood board dalam sebuah draft yang jelas banget konsepnya supaya Living Loving Class menjadi event yang menarik dan diminati oleh banyak orang”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan tahap desain event, Nike Prima dan Miranti membuat mood board sebagai acuan konsep event yang hendak dijalankan. Mood board yang dibuat oleh Living Loving antara lain berisi tentang konsep event, tema dan nuansa event, tone and manner event, dekorasi event, isi event, dll.

4.2.1.3 Planning Event Living Loving Class

Tahap selanjutnya dalam pengelolaan event setelah desain adalah planning event. Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Living Loving melakukan planning event dalam bentuk proposal yang kemudian diajukan kepada sejumlah pihak yang ingin mereka ajak kerja sama. Berikut pernyataan dari Miranti:

“Setelah kita berpikir tentang konsep event, kita langsung aja bikin detailnya dalam bentuk proposal mulai dari konsep event, tema, desain,

(22)

mekanisme, pengisi, dll. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan event kami”

Pernyataan ini juga diperkuat oleh Nike Prima yang mengatakan:

“Iya, kami tidak berlama-lama dalam merencanakan event, begitu konsep dan mood board tergambar jelas, langsung kami buatkan proposalnya. Biasanya persiapannya 2-3 bulan sih per event karena kita tidak ada tim khusus untuk event ini alias garap sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Living Loving membuat proposal sebagai landasan planning event Living Loving Class.

4.2.1.4 Coordinating Event Living Loving Class

Dalam pembuatan event, biasanya terdapat tim khusus yang bertugas untuk mengurusi hal-hal yang dibutuhkan dalam event tersebut. Living Loving dalam hal ini tidak memiliki tim khusus karena event yang mereka miliki hanya diurus oleh 3 orang saja yaitu Nike Prima dan Miranti sebagai founder serta satu creative assistant mereka bernama Wulan.

Berikut pernyataan Miranti:

“Karena event kita masih kecil, jadi yang urus cuma kita bertiga aja, aku, Nike sama anak magang satu dan ini yang menyebabkan kita capek banget. Kita ga melibatkan EO atau pihak ketiga di event ini, walau kadang event kita ini kebanjiran peserta. Biasanya cara kita mensiasati peserta yang banyak dengan membagi event ini menjadi beberapa sesi sehingga semuanya bisa tetap ikutan. Koordinasi yang kita buat sederhana aja bikin timeline sesuai job desk masing-masing walaupun pada prakteknya kita semua nyampur job nya karena belum ada tim yang settle untuk handle ini. Pada hari H kita udah set run down supaya tetep berjalan sesuai dengan rencana yang udah disusun”

(23)

Pernyataan ini juga diperkuat oleh Nike yang menyatakan:

“Iya kita ga ada tim khusus karena cuma garap ini bertiga, makanya biasanya setelah event ada off sehari karena urus event dengan orang yang sedikit itu capek banget.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving tidak memiliki tim khusus untuk menangani event tersebut dan koordinasi yang dilakukan oleh Living Loving yaitu dengan membuat timeline event dan run down event di Hari H.”

4.2.1.5 Evaluation Event Living Loving Class

Tahap terakhir dalam pengelolaan sebuah event yakni evaluasi event. Evaluasi event dibuat dengan tujuan sebagai refleksi atas event yang telah diselenggarakan dan sebagai bahan review untuk pembuatan event berikutnya agar lebih baik lagi dari event sebelumnya.

Melalui wawancara peneliti dengan Miranti, ditegaskan bahwa:

“Kita pasti ada evaluasi event tapi ga terlalu ribet. Evaluasinya itu lebih ke jumlah pesertanya berapa, meningkat or ga, lalu ada masukan apa dari peserta supaya next event nya lebih baik lagi. Itu aja sih”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving melakukan evaluasi pada setiap event yang diadakan oleh mereka. Bentuk evaluasinya itu dari segi jumlah peserta dan masukan/saran dari peserta mengenai event tersebut.

(24)

4.2.2 Empat Pilar Penting dalam Pengelolaan Event Living Loving Class

Dalam proses pengelolaan sebuah event, terdapat empat pilar penting yang mendukung proses pengelolaan event tersebut. Empat pilar itu yaitu time, finance, technology, dan human resources. Melalui wawancara ini, peneliti ingin meneliti apakah empat pilar tersebut juga terdapat pada event Living Loving Class atau tidak.

4.2.2.1 Time

Dalam menyusun event Living Loving Class, Nike Prima dan Miranti memperhitungkan waktu yang dibutuhkan mulai dari proses pencarian ide, riset hingga akhirnya evaluasi. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Nike yang berisi:

“Kita ga pernah bikin perhitungan waktu secara rinci tapi biasanya kita punya timeline atau semacam target per event nya butuh progress berapa lama supaya semua bisa berjalan dengan baik dan ga molor.”

Pernyataan Nike tersebut diperkuat oleh Miranti yang isinya:

“Kami mempertimbangkan waktu mulai dari progress ide hingga pada saat hari H. Kita juga selalu on time dalam memulai atau mengakhiri event. Soalnya biar semua teratur dan stick on schedule gitu. Kan engga enak juga sama peserta kalau molor molor.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving menerapkan pilar time yang mendukung pengelolaan event mulai dari research hingga evaluation. Penerapan pilar diwujudkan dalam bentuk timeline.

(25)

4.2.2.2 Finance

Nike Prima dan Miranti juga menentukan kebutuhan financial baik pra-event maupun hari H pra-event. Biasanya sebelum membuat pra-event, mereka membuat financial plan terlebih dahulu supaya kemudian bisa menentukan berapa biaya pendaftaran yang harus dikeluarkan peserta. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Miranti yang berbunyi:

“Yaa pasti donk kita tentuin budget kita berapa, modal berapa, pengeluarannya berapa. Untuk sumber dana kita biasanya dari tiket peserta. Sponsor hanya support goodie bag/makanan/tempat aja, bukan yang berbentuk uang gitu. Biasanya kita susun budgeting pas bikin proposal jadi ketauan semuanya. Tapi budget yang kita itung hanya yang berkaitan dengan event aja sih. Untuk riset kita ga masukin karena jatuhnya ke dana Living Loving nya bukan ke dana event nya”

Pernyataan Miranti tersebut diperkuat oleh Nike yang isinya:

“Iya betul sponsor hanya sediakan gimmick aja atau tempat atau snack untuk acara kami. Kalau untuk pemasukan kita dari pendaftaran peserta aja kok dan untungnya kita engga pernah rugi dalam membuat event ini.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving menerapkan pilar finance yang mendukung pengelolaan event mulai dari planning hingga evaluation. Penerapan pilar ini berupa financial plan/budgeting yang disusun saat proposal hendak disusun.

4.2.2.3 Technology

Living Loving Class menggunakan teknologi dalam pengelolaan event nya. Salah satu teknologi yang digunakan oleh Living Loving ialah eventbrite. Eventbrite merupakan event management online yang berfungsi membantu

(26)

penyelenggara event dalam mengelola event nya terutama dalam hal pendaftaran peserta. Hal ini diperjelas oleh Nike:

“Untuk pendaftaran peserta Living Loving Class itu lewat eventbrite aja. Promosi event juga kita secara online sih melalui instagram, email blast, dan twitter karena lebih mudah, cepet, praktis. Riset kita juga pake internet, banyak observasi media luar, event di luar. Peran teknologi buat kita hampir ke semua aspek manajemen event sih. Riset pake teknologi new media, design pake teknologi digital untuk bikin mood board, planning dan coordinating juga sama pake teknologi digital, promosi juga, pendaftaran. Semuanya pake pokoknya. Evaluasi juga kita berdasarkan google analytics gitu.”

Pernyataan Nike tersebut diperkuat oleh Miranti yang isinya:

“Iya betul pendaftaran peserta kita menggunakan eventbrite dan promosi lewat ig dan twitter, palingan juga mulut ke mulut sih. Biasanya yang udah pernah ikutan Living Loving Class, dia nyoba buat ngajak temennya lagi buat ikutan juga.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving menerapkan pilar technology yang mendukung pengelolaan event mulai dari research hingga evaluation. Teknologi pada tahap research digunakan oleh Living Loving untuk membantu melakukan observasi media online/event yang diadakan di luar negeri. Pada tahap design, teknologi digunakan untuk membuat mood board. Pada tahap planning hingga coordinating, teknologi digital juga digunakan. Sedangkan pada tahap evaluasi, Living Loving menggunakan teknologi google analytics untuk mengukur keberhasilan brand awareness akibat diselenggarakannya event.

(27)

4.2.2.4 Human Resource

Seperti yang dikemukakan pada sub-bab coordinating, Living Loving tidak memiliki sumber daya manusia (SDM) tambahan dalam pengelolaan event nya. Tambahan SDM hanya untuk proses planning hingga evaluation saja. Adapun SDM tambahan Living Loving ialah seorang mahasiswi yang sedang magang di sana bernama Wulan. Hal ini dipertegas oleh Nike Prima yang berkata: “Untuk riset cuma aku sama Miranti aja, Wulan engga ikutan. Peran internship di Living Loving itu cuma saat nyusun ide event sampe event itu jadi dan kita evaluasi, udah itu aja.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving menerapkan pilar human resource yang mendukung pengelolaan event mulai dari planning hingga evaluation, untuk research hanya mengandalkan kekuatan founder Living Loving saja.

4.2.3 Brand Awareness Living Loving

Telah dipaparkan di awal bahwa event Living Loving Class merupakan upaya dalam meningkatkan brand awareness Living Loving. Untuk itu, peneliti mewawancarai salah satu peserta Living Loving Class untuk mengetahui apakah Living Loving Class dapat mencapai tujuan dibuatnya event tersebut sehingga akan didapat data sebagai pembanding terhadap data yang terkumpul.

Melalui wawancara peneliti dengan Jessie, dipaparkan bahwa:

“Aku tau Living Loving Class dari livingloving.net, kebetulan emang suka sama crafting sih dan pernah beberapa kali ikutan. Menurut aku Living Loving Class itu keren banget, selalu laku walaupun mahal, dekorasinya oke, bener bener dipertimbangkan banget jadi orang betah ada disana. Terus acara ini menurut aku juga trendsetter gitu karena belum ada acara

(28)

serupa. Foto foto mereka juga tone nya keren sih, ig-genic banget. Living loving berhasil banget bikin awareness mereka naik karena event ini. Selain itu aku juga suka sharing tentang acara ini ke temen dan upload di sosial media aku juga sih.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Living Loving Class memang merupakan upaya yang berhasil mengambil peran dalam meningkatkan brand awareness Living Loving.

4.3 Pembahasan

Dalam melakukan sebuah event diperlukan pengelolaan yang baik agar event bisa berjalan dengan baik adanya sesuai dengan tujuan diselenggarakannya event tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah diolah pada sub-bab sebelumnya maka pengelolaan event Living Loving Class adalah:

Jenis event: Calendar of Event (regular event)

Karena Living Loving Class diadakan rutin selama 3-4 bulan sekali dalam bentuk yang sama yaitu workshop kreatif.

Dalam mengelola sebuah event, terdapat lima tahap yang harus dilakukan agar menghasilkan event yang efektif dan efisien, yaitu research, design, planning, coordinating, dan evaluation. 48

4.3.1 Research

Livingloving.net sebelum membuat Living Loving Class melakukan riset menggunakan analisis SWOT. Kemudian dilakukan riset kecil dengan cara menyebarkan kuesioner online melalui mail chimp kepada pembaca                                                                                                                

(29)

livingloving.net. Kuesioner disebarkan melalui media sosial dan blog livingloving.net. Selain itu Nike Prima dan Miranti melakukan observasi terhadap event yang memiliki konsep serupa dengan Living Loving Class sebagai bahan referensi mereka dalam melaksanakan event.

4.3.2 Design

Sebelum ke tahap desain, livingloving.net membuat mood board sebagai gambaran konsep event yang hendak dibuat diikuti dengan desain material promosi dengan keperluan event. Promosi yang dilakukan ialah dengan membuat e-poster yang dipasang di blog dan disebarkan pada sosial media livingloving.net.

4.3.3 Planning

Setelah mood board dibuat, mulailah lebih matang dalam merencanakan event dan menghubungi pihak-pihak yang ingin diajak kerja sama dalam pelaksanaan event tersebut. Planning event dibuat rinci dalam sebuah proposal event yang siap disebarkan kepada sejumlah pihak yang ingin diajak kerja sama dalam event ini.

4.3.4 Coordinating

Coordinating dilakukan dengan cara membuat timeline per event nya. Namun Living Loving tidak memiliki tim yang banyak untuk menangani ini sehingga pembagian job desc. nya masih kurang optimal.

(30)

4.3.5 Evaluation

Setelah Living Loving Class selesai, Nike Prima dan Miranti melakukan proses evaluasi sebagai bahan refleksi diri agar event berikutnya bisa lebih baik dari yang digarap saat ini. Evaluasi yang dilakukan yaitu dalam bentuk apakah jumlah peserta sudah sesuai dengan target, konsep dan tema suka oke atau belum, ada masukan dari peserta mengenai event ini atau tidak.

4.3.6 Empat Pilar Penting yang Mendukung Pengelolaan Event Living Loving Class

Goldblatt dalam bukunya yang berjudul Special Events: Best practices in Modern Event Management mengidentifikasikan empat pilar penting yang mendukung proses pengelolaan event demi kelancaran berlangsungnya event. Keempat pilar yang dikombinasikan dengan proses pengelolaan event yakni research, design, planning, coordinating, dan evaluation ini diyakini mampu mendukung pengelolaan event sehingga event dapat berjalan secara optimal. 49

Kombinasi antara keempat pilar dan proses pengelolaan event digambarkan oleh Goldblatt dalam sebuah 5x4 matrix. Berikut ini merupakan matrix gabungan antara proses pengelolaan event dan empat pilar Goldblatt pada event Living Loving Class:

(31)

Research Design Planning Coordinating Evaluation Time Menentukan waktu yang baik untuk melakukan seluruh tahapan proses pengelolaan event. Finance Tidak dibuat

penyusunan

budget

Ada budgeting yang berasal dari tiket peserta. Sponsor hanya mendukung

gimmick event saja.

Technolgy Menggunakan internet untuk observasi media dan event secara global. Menggunakan teknologi digital untuk menyusun mood board. Menggunakan teknologi digital untuk membuat proposal. Social media digunakan untuk kegiatan promosi event. Menggunakan teknologi digital untuk membuat timeline kerja. Google Analytics membantu dalam mengukur keberhasilan event. Human

Gambar

Gambar 4.1 Spot banner iklan livingloving.net 38
Gambar 4.2 Grafik pembaca living loving berdasarkan usia 39
Gambar 4.4 Grafik pembaca living loving berdasarkan status pernikahan 41
Gambar 4.5 Living Loving Class – Weaving  42
+4

Referensi

Dokumen terkait

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Alat Analisis : Regresi Linier Berganda Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Variabel Independen : Produk, Harga, Promosi, Tempat, Partisipan, Proses, Bukti Fisik Variabel

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Penyajian informasi keuangan sebagai informasi komparatif telah disesuaikan dengan SE BI Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang disa

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang sebagaimana

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

(2011), Handajani, Subroto, Sutrisno, dan Saraswati (2014) mengungkapkan bahwa masa jabatan direksi yang semakin lama akan membuat direksi memiliki lebih