• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BANK INDO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BALI

NESIA

(2)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian Ekonomi

Bank Indonesia Denpasar

Jl. Letda Tantular No. 4

Denpasar – Bali, 80234

Tel. (0361) 248982 – 88

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2011 dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern (external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi daerah, maupun perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.

Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Kajian yang berada di tangan Saudara ini juga merupakan bagian dari desiminasi kami kepada stakeholders. Melalui desiminasi ini diharapkan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap kajian ini dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini akan memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi kajian ini.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas analisis kajian.

Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Agustus 2011 BANK INDONESIA DENPASAR

Jeffrey Kairupan Pemimpin

(4)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI 2 DAFTAR GRAFIK 4 DAFTAR TABEL 6 DAFTAR BOKS 6

Tabel Indikator Ekonomi 7

Ringkasan Eksekutif 11

BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 15

1.1. SISI PENAWARAN 15

1.1.1. Sektor Pertanian 16

1.1.2. Sektor Industri Pengolahan 17

1.1.3. Sektor Listrik, Gas dan Air 19

1.1.4. Sektor Bangunan 20

1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20

1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23

1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan 23

1.1.8. Sektor Jasa-jasa 24

1.2. SISI PERMINTAAN 24

1.2.1. Konsumsi 25

1.2.2. Investasi 26

1.2.3. Ekspor Impor 27

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI 40

2.1. KONDISI UMUM 37

2.2. INFLASI BULANAN M-T-M 37

2.3. DISAGREGASI INFLASI 44

2.4. FAKTOR PENYEBAB INFLASI 41

BAB 3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 47

3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 47

3.1.1. Kondisi Umum 47

3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 49

3.1.2.1. Penghimpunan Dana 49

3.1.2.2. Penyaluran Kredit 50

(5)

Halaman

3.2. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH 53

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 55

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 59

4.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 59

4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran 59

4.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) 61

4.1.3. Uang Palsu 61

4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON TUNAI 61

4.2.1. Kliring Lokal 62

4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) 63

BAB 5. KEUANGAN DAERAH 65

5.1. REALISASI PENDAPATAN 65

5.2. REALISASI BELANJA 65

5.3. PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN SELURUH PEMERINTAH KAB, KOTA DAN PROV 66

BAB 6. KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN 71

6.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN 71

6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN 72

BAB 7. OUTLOOK 77

7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-2011 77

7.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-2011 78

(6)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali 16

Grafik 1.2. Kredit Sektor Pertanian 17

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri 18

Grafik 1.4. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manufaktur 18

Grafik 1.5. Kredit Sektor Industri 18

Grafik 1.6. Konsumsi Listrik di Bali 19

Grafik 1.7. Jumlah Pelanggan Listrik 19

Grafik 1.8. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 19

Grafik 1.9. Konsumsi Semen 20

Grafik 1.10. Kredit Sektor Bangunan 20

Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Bali 21

Grafik 1.12. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel 21

Grafik 1.13. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 21

Grafik 1.14. Penerimaan Visa on Arrival 22

Grafik 1.15. Transaksi Valas di 18 PVA di Bali 22

Grafik 1.16. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 22

Grafik 1.17. Jumlah Penumpang Pesawat 23

Grafik 1.18. Jumlah Pos Melalui Udara 23

Grafik 1.19. Kredit Bank Umum 24

Grafik 1.20. Kredit Bank Perkreditan Rakyat 24

Grafik 1.21. Kredit Sektor Jasa 24

Grafik 1.22. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan RT 25

Grafik 1.23. Indeks Keyakinan Konsumen 25

Grafik 1.24. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 26

Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani 26

Grafik 1.26. Kredit Konsumsi 26

Grafik 1.27. Impor Barang Modal 27

Grafik 1.28. Kredit Investasi 27

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali 28

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor 28

Grafik 1.31. Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali 28

Grafik 1.32. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 28

Grafik 1.33. Negara Pembeli Utama Ekspor Bali 29

(7)

Halaman

Grafik 1.36. Perkembangan Volume Impor Bali 30

Grafik 1.37. Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal 30

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 38

Grafik 2.2. Perubahan Harga Komoditas Pangan 38

Grafik 2.3. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Kelompok Bahan Makanan 39

Grafik 2.4. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Komoditas Kelompok Bumbu-bumbuan 39

Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) April 2011 41

Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Mei 2011 42

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras 42

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 43

Grafik 2.9. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Juni 2011 43

Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi (y-o-y) Juni 2011 45

Grafik 2.11. Disagregasi Inflasi (m-t-m) Juni 2011 45

Grafik 2.12. Hasil Survey Perkembangan Kegiatan Usaha dan Kapasitas Produksi Pangan 45

Grafik 2.13. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi 45

Grafik 2.14. Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan 46

Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 48

Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 48

Grafik 3.3. Jaringan Kantor Bank Umum 48

Grafik 3.4. Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur 48

Grafik 3.5. Perkembangan LDR Bank Umum 49

Grafik 3.6. Komposisi DPK Bank Umum 50

Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK 50

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Perbankan 51

Grafik 3.9. Komposisi Kredit 51

Grafik 3.10. Kredit Berdasarkan Sektor 52

Grafik 3.11. Aset Perbankan Syariah 54

Grafik 3.12. Komposisi Pembiayaan Bank Syariah 54

Grafik 3.13. Komposisi DPK Bank Syariah 54

Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 55

Grafik 3.15. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 56

Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 60

Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 60

Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB 61

Grafik 4.4. Perkembangan Kliring 63

Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong 63

(8)

Halaman

Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To 64 Grafik 4.8. Perkembangan Transaksi RTGS From - To 64

Grafik 5.1. Realisasi APBD seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi Bali 66

Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 - 2011 67

Grafik 6.2. Penduduk Miskin Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah 72

Grafik 6.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 73

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 77

Grafik 7.2. Perkembangan Kegiatan Usaha 77

Grafik 7.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan III-2011 78

Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa 79

Grafik 7.5. Ekspektasi Harga oleh Pedagang 79

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y) 15

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011 16

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 25

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 37

Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 40

Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) 47

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor 52

Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 55

Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 59

Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 62

Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Bali 63

Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali 68

Tabel 6.1. Kondisi Kemiskinan di Bali 2010 68

DAFTAR BOKS

Halaman

Boks A. Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kopi Arabika di Kabupaten Bangli

31

Boks B. Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata di Indonesia 33

Boks C. Faktor Penentu Pilihan Masyarakat Akan Layanan Lembaga Keuangan di Bali 57

(9)

Tabel Indikator Ekonomi Bali

I. INFLASI DAN PDRB

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw IV Tw I Tw I

MAKRO

Indeks Harga Konsumen 113.84 113.15 115.15 116.33 117.98 119.47 123.97 125.75 127.33 129.36 Laju Inflasi Tahunan (% y-o-y) 8.93 5.80 4.39 4.37 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93 7.45 PDRB Harga Konstan (miliar Rp) 6,699 6,761 6,891 6,940 7,024 7,149 7,316 7,391 7,446 7,608

- Pertanian 1,400 1,416 1,426 1,404 1,417 1,458 1,428 1,442 1,457 1,480 - Pertambangan dan Penggalian 39 39 40 40 42 45 50 51 51 52 - Industri Pengolahan 673 683 702 710 717 727 744 748 747 753 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 101 102 103 104 107 109 111 112 114 118 - Bangunan 265 266 268 270 278 283 290 295 299 304 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,137 2,151 2,186 2,183 2,226 2,262 2,350 2,371 2,409 2,467 - Pengangkutan dan Komunikasi 751 752 755 758 771 782 817 821 804 831 - Keuangan dan Persewaan 458 460 483 498 501 506 516 518 523 536 - Jasa-jasa 876 891 928 974 964 977 1,011 1,033 1,042 1,067 Pertumbuhan PDRB (% y-o-y) 7.77 5.64 4.34 3.73 4.85 5.74 6.18 6.50 6.01 6.42 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) (*) 130.60 141.38 142.73 141.68 151.32 190.07 165.24 166.43 148.56 160.38 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) (*) 37.85 43.89 89.78 46.23 42.68 117.74 92.67 50.14 32.81 36.19 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) (*) 27.49 33.52 149.24 26.60 26.20 30.68 23.01 49.08 27.52 28.97 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) (*) 6.30 14.86 4.09 2.99 3.31 2.52 1.88 12.14 9.36 5.64

(10)

s II. PERBANKAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I

PERBANKAN ank Umum :

Total Aset (Rp Triliun) 33.35 33.84 35.49 36.57 36.10 36.76 39.90 43.71 44.52 47.11

PK (Rp Triliun) 29.37 29.50 31.36 32.25 32.30 33.65 35.73 37.85 38.54 40.34

- Giro (Rp Triliun) 6.79 6.81 7.18 6.47 6.41 7.01 7.72 7.29 7.93 8.70

- Tabungan (Rp Triliun) 12.89 13.05 13.94 15.25 14.71 15.29 16.31 17.86 17.95 18.49

- Deposito (Rp Triliun) 9.68 9.64 10.25 10.53 11.18 11.35 11.71 12.70 12.66 13.15

redit (Rp Triliun) - berdasarkan kantor cabang 16.75 17.27 18.31 19.50 20.35 21.78 22.98 24.83 25.35 27.14

- Modal Kerja 7.08 7.21 7.71 8.19 8.25 8.93 9.52 10.55 10.54 11.18

- Investasi 2.61 2.62 2.81 3.10 3.47 3.78 4.00 4.41 4.46 4.97

- Konsumsi 7.06 7.44 7.80 8.21 8.63 9.08 9.46 9.87 10.35 10.99

- LDR 57.03 58.53 58.39 60.47 63.00 64.74 64.31 65.61 65.79 67.28

- NPL 2.30 2.03 3.05 2.70 2.53 2.45 2.53 1.92 2.16 2.17

redit UMKM (Rp Triliun) 14.10 14.64 15.58 16.39 17.16 18.31 19.13 20.35 21.14 22.55

- Rasio kredit MKM (%) 84.20 84.79 85.05 84.07 84.36 84.07 83.23 81.97 83.38 83.09

- NPL MKM gross (%) 1.81 1.80 1.93 1.73 1.73 1.70 1.56 1.26 1.43 1.26

BPR :

otal Aset (Rp Triliun) 2.39 2.49 2.49 2.69 2.83 2.96 3.14 3.43 3.72 3.96

PK (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.33 2.56 2.67

- Tabungan (Rp Triliun) 0.54 0.57 0.58 0.63 0.66 0.67 0.70 0.74 0.80 0.81

- Deposito (Rp Triliun) 0.99 1.04 1.08 1.18 1.29 1.34 1.44 1.59 1.76 1.87

redit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10

- Modal Kerja 1.05 1.09 1.13 1.16 1.22 1.27 1.30 1.40 1.48 1.64

- Investasi 0.13 0.14 0.14 0.15 0.16 0.18 0.19 0.21 0.23 0.25

- Konsumsi 0.66 0.70 0.75 0.81 0.85 0.91 0.99 1.05 1.15 1.21

redit UMKM (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10

asio NPL gross (%) 4.65 6.87 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43 3.66 DR (%) 79.09 81.30 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.03 80.72 82.92 Indikator 2009 2010 2011 B D K K T D K K R L

(11)

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I

Transaksi Tunai

Inflow (Rp Triliun) 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 1,299 ow (Rp Triliun) 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 2,166 Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 154 124 159 132 357 288 284 617 954 1,181

ransaksi Non Tunai GS From :

Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 16,37413,005 8,147 14,17813,876 16,533 19,449 23,571 20,341 23,092 olume Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 14,11212,166 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 15,789

GS To :

Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 11,22210,976 11,207 12,553 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 14,23811,815 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 18,257

GS From -To :

Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 3,411 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 4,468 liring :

Nominal Kliring (Milyar Rp) 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 olume Kliring (Ribu Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 489 439 ominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp) 227 173 188 193 198 173 175 341 197 183 Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lembar) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 8,125 7,280

Indikator 2009 2010 2011 Outfl T RT V RT V RT V K V N

(12)
(13)

Ringkasan Eksekutif

MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Bali pada

triwulan II-2011 tumbuh sebesar 6,42% (y-o-y). Sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi penawaran.

Masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011

Perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan II-2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,01% (y-o-y). Di sektor penawaran, tren peningkatan industri pariwisata mendorong sektor PHR untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, serta memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Sementara itu sektor terbesar kedua, yakni sektor pertanian, justru mengalami perlambatan yang diakibatkan oleh kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta peternakan.

Sedangkan di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011. Tingginya konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari raya keagamaan, hari libur nasional serta pergantian tahun ajaran baru. Sementara itu ekspor didorong oleh meningkatnya transaksi ekspor antar daerah yang terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan.

PERKEMBANGAN INFLASI

Tekanan inflasi kembali

mengalami perlambatan, dengan laju inflasi mencapai 0,81% (q-t-q).

Inflasi volatile food cenderung melambat dikarenakan peningkatan produksi pangan dan kebijakan impor

Tekanan inflasi Kota Denpasar kembali mengalami perlambatan, dengan laju inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 sebesar 0,81% (q-t-q), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,26% (q-t-q). Sumber tekanan inflasi masih didominasi oleh komoditas pangan dalam kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Secara tahunan, laju inflasi Kota Denpasar pada triwulan I-2011 sebesar 7,45% (y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,93% (y-o-y).

Berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food cenderung melambat, yang dikarenakan peningkatan produksi pangan, serta banyaknya upaya pengambil kebijakan untuk meredam laju harga beberapa komoditas utama seperti beras, cabai dan bawang melalui kebijakan impor. Sementara inflasi pada komoditas administered

price dan core inflation cenderung mengalami peningkatan.

KINERJA PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankanterus

mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat

Kinerja perbankan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat, yang mengakibatkan meningkatnya indicator-indikator perbankan seperti aset, pengerahan dana masyarakat (DPK) maupun kredit. Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan ekspansi kredit menunjukkan

(14)

Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi

bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Hal iini juga ditunjukkan dari tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali mampu meningkat pada kisaran 68,58%. Seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit, jumlah kredit yang dikategorikan kedalam NPL mengalami peningkatan meskipun masih rasio terbilang masih sangat rendah. Peningkatan NPL terjadi terutama pada sektor perdagangan yang diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan dana untuk sektor ini.

Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, dan hingga saat ini tercatat 5 bank syariah yang beroperasi di Bali dengan pertumbuhan indikator-indikatornya yang sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya minat masyarakat terhadap jasa-jasa perbankan syariah yang dianggap lebih menguntungkan bagi sebagian kalangan masyarakat.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi pembayaran

tunai mengalami net outflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk transaksi masyarakat Trnsaksi pembayaran tunai dengan RTGS meningkat, mengindikasikan transaksi dengan jumlah besar mulai dilakukan

Pada triwulan II-2011 transaksi pembayaran tunai di provinsi Bali mengalami

net ouflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk

transaksi di masyarakat menjelang pertengahan tahun seiring meningkatnya aktivitas perekonomian. Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan baik berupa inflow maupun outflow. Selain itu kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan serta kas keliling juga mengalami peningkatan disbanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu dari sisi pembayaran non tunai, transaksi menggunakan kliring mengalami penurunan sementara RTGS meningkat. Hal ini mengindikasikan transaksi dengan jumlah besar mulai dilakukan seiring mulai direalisasikannya proyek-proyek baik oleh pemerintah maupun swasta yang lebih banyak menggunakan RTGS.

KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan

mencapai 57,51% terutama disumbang oleh pajak daerah.

Sementara itu realisasi belanja baru sebesar 23,14%

Pada tahun 2011 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14 triliun, meningkat 10,57% dibanding anggaran 2010 perubahan, dengan realisasi sampai dengan triwulan II-2011 mencapai 57,51% yang terutama disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Sementara itu Anggaran Belanja Daerah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar RP 2,48 triliun dengan realisasi sampai dengan triwulan II-2011 sebesar 23,14%. Apabila melihat anggaran dan realisasi seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi, realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II-2011 diperkirakan sebesar 46,59%, sementara realisasinya diperkirakan sebesar 25,46%.

(15)

KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN

Prohram peningkatan

kesejahteraan oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil positif, yakni penurunan tingkat kemiskinan

Tingkat pengangguran juga mengaami penurunan.

Program peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali yang telah dijalankan sejak tahun 2010 oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil yang positif yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011 hanya sebesar 4,20% lebih rendah dibandingkan Maret 2010 yang mencapai 4,88%.

Sementara itu tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2011 juga mengalami penurunan, dengan tingkat pengangguran sebesar 2,86%. Jumlah tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,06% (Agustus 2010) dan 3,57% (Februari 2010). Pemda terus berupaya melaksanakan program-program kerja yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan tingkat pengangguran, salah satunya melalui bursa lapangan kerja.

 

OUTLOOK

Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali untuk tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011.

Tekanan inflasi diperkirakanakan menurun akibat base effect serta stabilnya pasokan

Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali masih tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Di sisi permintaan masih kuatnya konsumsi diperkirakan masih menjadi penopang perekonomian Bali, yang terjadi seiring dengan periode libur sekolah dan masukya tahun ajaran baru, dan maraknya perayaan hari raya keagamaan. Selain konsumsi, investasi diperkirakan juga akan menigkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan. Sementara itu ditengah menguatnya kurs, net ekspor diperkirakan masih tetap positif meskipun terdapat kekhawatiran terjadi penurunan perdagangan luar negeri akibat permasalahan ekonomi di negara mitra dagang utama (AS dan Eropa).

Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi pendorong utama dengan didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang terus meningkat. Kunjungan wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya pada triwulan III-2011 seiring menigkatnya kunjungan oleh wisatawan mancanegara.

Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan III-2011 diperkirakan masih relative terjaga dengan inflasi diperkirakan berada di kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Selain akibat base effect, stabilnya pasokan diperkirakan mengakibatkan menurunnya inflasi tahunan di Bali. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat, seperti yang diindikasikan dari hasil survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

(16)
(17)

Bab 1

Makro Ekonomi Regional

Meningkatnya kinerja roda-roda perekonomian Bali yang utamanya dipicu oleh industri pariwisata mendorong perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan

II-2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,01% (y-o-y). Di

sisi penawaran, sektor PHR memberikan andil terbesar yang utamanya didorong oleh meningkatnya aktivitas perdagangan dan industri pariwisata. Sementara itu di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan net ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011.

1.1. SISI PENAWARAN

Di sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif di triwulan II-2011 dan

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor

dengan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011 adalah sektor pertambangan yang tumbuh 15,07% (y-o-y), namun andil sektor tersebut terhadap perekonomian Bali sangat kecil, yakni hanya sebesar 0,10%. Sementara itu sektor utama dalam struktur perekonomian Bali, yakni sektor PHR, mampu tumbuh tinggi dan meningkat dari triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan di triwulan II-2011 sebesar 9,04% (y-o-y). Hal tersebut mengakibatkan sektor PHR menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011 dengan andil mencapai 2,86%. Selain sektor PHR, sektor jasa dan sektor pengangkutan juga memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi yang relatif besar, dengan andil masing-masing mencapai 1,26% dan 0,68%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pertanian 7.75 8.24 3.53 3.40 5.68 1.27 3.00 0.09 2.70 1.76 2.83 1.50 Pertambangan 12.00 11.60 2.98 (3.66) (0.47) 5.27 7.61 14.98 26.31 28.52 19.43 22.29 15.07 Industri 9.51 3.18 4.61 4.74 5.43 6.54 6.43 6.04 5.36 6.08 4.10 3.67 Listrik, Gas & Air 4.61 5.05 5.06 4.13 4.71 6.10 6.78 6.90 7.71 6.88 6.84 7.94 Bangunan 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91 5.12 6.64 8.20 9.48 7.37 7.50 7.48 Perdg, Hotel & Rest. 10.03 7.31 5.38 2.59 6.24 4.17 5.17 7.52 8.63 6.39 8.23 9.04 Pengangkutan & Kom. 11.93 5.81 2.30 1.05 5.09 2.65 3.92 8.15 8.30 5.77 4.26 6.23 Keuangan & Persewaan 2.58 2.76 5.58 2.63 9.45 9.88 6.84 4.02 7.47 4.29 5.99 Jasa-Jasa 3.09 4.13 6.50 8.65 5.64 10.04 9.57 9.00 6.04 8.60 8.05 9.24

PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42

2011

Sektor 2009 2009 2010 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan kontribusinya (share) terhadap perekonomian Bali, sektor PHR memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali dengan share mencapai 32,46%, diikuti sektor pertanian dengan

share 19,48% serta sektor jasa sebesar 14,03%. Sementara itu sektor dengan angka pertumbuhan

(18)

Grafik 1.1

Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali

Pertanian 19% Pertambangan 1% Industri 10% LGA 2% Bangunan 4% PHR 32% Pengangkutan 11% Keuangan 7% Jasa 14%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah

1.1.1. Sektor Pertanian

Perubahan musim tanam mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Pasca puncak panen di awal triwulan II-2011 dan relatif rendahnya peningkatan produksi mengakibatkan kinerja sektor pertanian

mengalami perlambatan dengan pertumbuhan mencapai 1,50% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,83% (y-o-y). Menurunnya kinerja sektor pertanian terutama diakibatkan oleh kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta subsektor peternakan dan hasil-hasilnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,64% dan 0,59%. Dari hasil Liaison, kontraksi diakibatkan oleh panen yang kurang maksimal di beberapa komoditas perkebunan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh permasalahan anomali musim dan tingginya curah hujan yang memicu munculnya organisme pengganggu tanaman, sehingga mengganggu produksi di triwulan II-2011. Sementara itu subsektor lainnya yakni subsektor tanaman bahan makanan masih mampu tumbuh positif walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011

L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi

(ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton)

ARAM II 2011 55,272 317,839 47,626 261,657 48,600 280,764 151,498 860,260 ATAP 2010 51,459 307,328 45,609 245,103 55,122 316,730 152,190 869,160 ARAM II 2011 18,576 45,381 1,869 5,779 2,062 10,477 22,507 61,637 ATAP 2010 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 10,775 26,706 66,354 ARAM II 2011 535 591 2,776 2,934 1,774 2,448 5,085 5,973 ATAP 2010 901 1,124 2,362 2,355 1,565 2,075 4,827 5,555 Jan - Des Padi Jagung Kedelai Komoditas/tahun

Jan - April Mei - Agustus Sep - Des

(19)

Angka Ramalan (ARAM) II oleh BPS Provinsi Bali memperkirakan masih akan terjadi peningkatan produksi dan luas panen di subround 2011 (periode Mei – Agustus 2011). Produksi di subround II-2011 mencapai 261,6 ribu ton atau meningkat 6,75% dibanding realisasi produksi subround II tahun lalu. Luas panen padi juga meningkat 4,42% dibanding realisasi pada subround I-2010, dengan luas panen mencapai 47,62 ribu ha. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada komoditas padi saja. Untuk komoditas non padi seperti kedelai juga mengalami peningkatan luas panen dan produksi di subround II-2011, yang meningkat 17,53% dan 24,59% (y-o-y). Peningkatan produksi komoditas pertanian tersebut mengakibatkan kinerja sektor pertanian masih positif sepanjang triwulan II-2011.

Prompt indicator sektor pertanian

berupa penyaluran kredit bank umum ke kegiatan usaha pertanian, perburuan dan kehutanan serta untuk kegiatan usaha perikanan yang dikucurkan kepada masyarakat juga menunjukkan pertumbuhan positif. Realisasi pengucuran kredit di triwulan II-2011 sebesar Rp 593,06 miliar, atau meningkat 27,08% dibanding periode yang sama tahun lalu. Realisasi tersebut terus meningkat dan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan mencapai 20,03% (y-o-y). Masih positifnya sektor pertanian juga diindikasikan oleh prompt indicator berupa hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian yang menunjukkan saldo berih tertimbang positif pada triwulan II-2011.

Grafik 1.2 Kredit Sektor Pertanian

-20 0 20 40 60 0 100 200 300 400 500 600 700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y miliar Rp

Kredit Sektor Pertanian g Kredit Sektor Pertanian

Sumber : Bank Indonesia, diolah

 

1.1.2. Sektor Industri Pengolahan

Laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan masih relatif rendah di triwulan II-2011. Sektor industri pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,67% (y-o-y), lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y-o-y). Melambatnya kinerja di sektor ini terutama diakibatkan oleh subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Resesi yang dialami oleh negara mitra dagang utama yang diiringi dengan tren apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar turut mempengaruhi daya beli masyarakat mancanegara yang berimbas pada masih rendahnya permintaan ekspor komoditas tekstil. Selain subsektor tekstil, penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor pupuk, kimia dan bahan dari karet. Namun demikian subsektor lain yaitu subsektor makanan, minuman dan tembakau justru menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang terjadi seiring dengan tren peningkatan industri pariwisata di triwulan

(20)

II-2011, yang mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa meningkat sehingga memicu industri bahan makanan untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Grafik 1.3

Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri

500 1000 1500 2000 2500 0 Grafik 1.4

Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manufaktur -100 -50 0 50 100 150 200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y

g Volume Manufaktur g Nilai Manufaktur

Sumber : Bank Indonesia

Prompt indicator sektor industri berupa konsumsi listrik untuk golongan industri

mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor industri. Konsumsi listrik untuk golongan industri mengalami kontraksi 7,00% (y-o-y), dengan konsumsi pada triwulan I-2011 sebesar 28.633 ribu KWH. Jumlah pelanggan listrik industri juga kontraksi 2,80% (y-o-y), dengan jumlah pelanggan sebanyak 1.941 unit. Kondisi ekspor manufaktur juga mengalami perlambatan pada triwulan II-2011 baik dari sisi nilai maupun volume ekspornya. Permintaan ekspor manufaktur diperkirakan akan meningkat kembali di pertengahan tahun seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.

Namun demikian prompt indicator lain berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor industri justru menunjukkan pertumbuhan tinggi di triwulan II-2011. Penyaluran kredit ke sektor industri pada triwulan II-2011 sebesar Rp 899,74 miliar, atau tumbuh 34,75% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,85% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan prospek industri masih cukup besar, mengingat kredit yang disalurkan ke sektor tersebut juga terus meningkat.

10000 000 30000 000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

unit Ribu KWH

40 Konsumsi Listrik Industri Jumlah Pelanggan (RHS)

20

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.5 Kredit Sektor Industri

-5 5 15 25 35 45 55 0 200 400 600 800 1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% yoy miliar Rp

Nominal Kredit g kredit (RHS)

(21)

1.1.3. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor industri pada triwulan II-2011 juga menunjukkan kinerja yang meningkat dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 sebesar 7,94% (y-o-y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,84% (y-o-y). Beberapa prompt indicator sektor ini juga mengkonfirmasi pertumbuhan di sektor ini. Konsumsi dan jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan pada triwulan II-2011, masing-masing sebesar 2,80% dan 7,09% (y-o-y). Hasil SKDU di sektor LGA juga menunjukkan saldo bersih tertimbang positif pada triwulan II-2011.

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik di Bali

-4 0 4 8 12 16 0 200 Grafik 1.7

Jumlah Pelanggan Listrik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Ribu Unit

Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Namun demikian prompt indicator berupa penyaluran kredit LGA oleh bank umum ke masyarakat belum menunjukkan pertumbuhan di triwulan II-2011. Penyaluran kredit LGA pada triwulan II-2011 sebesar Rp 12,40 triliun, atau hanya meningkat 0,86% (y-o-y). Angka pertumbuhan tersebut relatif stabil dibandingkan periode-periode sebelumnya.

400 600 800 1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y juta KWH

Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.8

Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air

-100 0 100 200 300 0.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y miliar Rp

Kredit Sektor Listrik g Kredit Sektor Listrik - (RHS)

(22)

1.1.4. Sektor Bangunan

Memasuki paruh kedua tahun 2011, kinerja sektor bangunan relatif stabil dan belum

mengindikasikan adanya peningkatan. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 mencapai 7,48% (y-o-y),

tidak jauh berbeda dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,50% (y-o-y). Namun demikian pertumbuhan tersebut relatif masih tinggi sebagaimana diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti Residensial yang menunjukkan rata-rata peningkatan indeks harga properti residensial sebesar 0,49% (q-t-q), atau secara tahunan sebesar 1,40% (y-o-y).

Prompt indicator sektor bangunan seperti kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi juga

mengalami pertumbuhan positif di triwulan II-2011, yaitu meningkat 11,56% (y-o-y) dengan realisasi kredit yang disalurkan mencapai Rp 608,52 miliar. Konsumsi semen juga mengalami peningkatan di triwulan II-2011, dengan konsumsi semen mencapai 350,11 ribu ton atau tumbuh 15,71% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan adanya potensi peningkatan kinerja sektor ini kedepannya. Grafik 1.9 Konsumsi Semen -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 50 100 150 200 250 300 350 400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Ribu Ton

Konsumsi Semen g (y-o-y) - (RHS)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.10 Kredit Sektor Bangunan

-20 0 20 40 60 80 100 0 100 200 300 400 500 600 700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y miliar Rp

Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Tren meningkatnya industri pariwisata mendorong sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Pertumbuhan sektor ini sebesar 9,04%

(y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang mulai meningkat menjelang pertengahan tahun. Aktivitas pariwisata yang terus meningkat diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke Bali secara kumulatif hingga triwulan II-2011 yang mencapai 1.271.470 orang, meningkat 10,95% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jumlah kunjungan tersebut mendominasi dari keseluruhan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, dengan share sebesar 38,5%. Hal tersebut semakin

(23)

memperkuat posisi Bali sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Indonesia. Selain wisatawan mancanegara, wisatawan domestik yang datang ke Bali juga mengalami peningkatan. Masuknya musim libur sekolah, banyaknya hari libur nasional sepanjang triwulan II-2011 (antara lain Wafatnya Yesus Kristus, Hari Raya Waisak, Kenaikan Yesus Kristus, serta Isra Miraj Nabu Muhammad SAW) dan penetapan cuti bersama oleh pemerintah turut mempengaruhi perilaku wisata wisatawan domestik untuk berlibur ke Bali.

Peningkatan jumlah wisman yang datang ke Bali juga mengakibatkan rata-rata tingkat penghunian kamar meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata tngkat penghunian kamar hotel bintang untuk triwulan II-2011 sebesar 65,80% dengan rata-rata masa tinggal selama 3,45 hari (triwulan sebelumnya sebesar 63,35% dengan rata-rata masa tinggal 3,43 hari). Sementara itu untuk hotel non bintang, tingkat penghunian kamar sebesar 33,53% dengan rata-rata masa tinggal selama 2,47 hari (triwulan sebelumnya sebesar 35,89% dengan rata-rata lama tinggal selama 2,99 hari).

Grafik 1.11

Kunjungan Wisman ke Bali

-40 -20 0 20 40 60 80 0 200000 400000 600000 800000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y

orang Jumlah Wisman

g Jumlah Wisman (RHS)

Grafik 1.12

Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel

0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

TPK Bintang (LHS) TPK Non Bintang (LHS) Rata-rata menginap Bintang (RHS) Rata-rata menginap Non Bintang (RHS)

% Hari

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah

Grafik 1.13

Asal Wisman yang Berkunjung Ke Bali

Australia 26% PRC 9% Japan 9% Malaysia 7% Taiwan 5% South of Korea 5% Rusia 4% Singapore 4% UK 3% USA 3% Other Nationality 25%

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali

Kunjungan wisatawan mancanegara jika di breakdown berdasarkan negara asalnya, mayoritas wisman yang berlibur ke Bali berasal dari Australia (27,59%), China (8,37%), Jepang (7,04%), Malaysia (6,57%), serta Taiwan (5,14%). Jumlah wisman asal Australia meningkat cukup pesat dengan kontribusi yang terus meningkat dari waktu ke waktu, dan mendominasi wisman yang berkunjung ke Bali. Semenjak 2008 wisman asal segara tersebut menggeser dominasi wisman asal Jepang yang jumlahnya terus menurun pasca krisis keuangan

(24)

global. Meningkatnya jumlah kunjungan oleh wisman asal Australia selain diakibatkan oleh dekatnya jarak serta kemudahan transportasi dari Bali ke Australia, juga diakibatkan oleh meningkatnya kondisi perekonomian negara tersebut seiring booming harga komoditas internasional.

Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengindikasikan pertumbuhan di sektor

PHR, dengan angka pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Penerimaan VoA pada triwulan II-2011 sebesar 13,62 juta dolar AS atau tumbuh 10,95% (y-o-y). Sementara itu transaksi valas di 18 authorized

money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dengan jumlah transaksi yang

dilakukan pada triwulan II-2011 sebesar 175,66 juta dolar AS atau tumbuh 31,03% (y-o-y).

Grafik 1.14

Penerimaan Visa on Arrival

-20 0 20 40 60 80 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y ribu USD

Penerimaan VoA g Penerimaan Voa

Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia

Grafik 1.15

Transaksi Valas di 18 PVA di Bali

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 0.00 40.00 80.00 120.00 160.00 200.00 I II III IV I II III IV I II 2009 2010 2011

Transaksi Valas (Juta USD) growth valas (% yoy) - (RHS)

Juta USD % y-o-y

Sumber : 18 Pedagang Valuta Asing di Bali Grafik 1.16

Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 40,000 80,000 120,000 160,000 200,000 240,000 0 100,000 200,000 300,000 400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

unit Ribu KWH

Konsumsi Listrik Bisnis KWH Jumlah Pelanggan Bisnis

Sumber : PLN Distribusi Bali

Prompt indicator lain berupa konsumsi

dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan bisnis (seperti mall, pasar, pertokoan, dan pusat bisnis lainnya) meningkat di triwulan I-2011. Konsumsi listrik tercatat mencapai 367,20 MWH atau tumbuh 4,31% (y-o-), dengan jumlah pelanggan sebanyak 226.431 unit, meningkat 15,87% (y-o-y).

(25)

1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Sektor

tersebut tumbuh 6,23% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,26% (y-o-y). Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini juga dikonfirmasi oleh jumlah penumpang pesawat di Bandara Ngurah Rai yang meningkat baik untuk kedatangan maupun keberangkatan, yang masing-masing meningkat sebesar 16,77% dan 14,37% (y-o-y).

Grafik 1.17

Jumlah Penumpang Pesawat

-40 -20 0 20 40 60 0 400 800 1200 1600 2000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Ribu Orang

Kedatangan Keberangkatan

g Kedatangan g Keberangkatan

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 1.18

Jumlah Pos Melalui Udara

-100 0 100 200 300 400 500 0 40000 80000 120000 160000 200000 240000 280000 320000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Unit Masuk Keluar

g Masuk g Keluar

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan

Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan di triwulan II-2011 sebesar 5,99% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,29% (y-o-y). Pertumbuhan

positif di triwulan II-2011 juga dikonfirmasi oleh indikator-indikator pembiayaan. Dari sisi pembiayaan bank,outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp 27,14 triliun, atau tumbuh 24,59% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu penyaluran kredit BPR juga terus meningkat dengan realisasi kredit yang dikucurkan oleh BPR mencapai Rp 3,10 triliun atau tumbuh 31,50% (y-o-y).

(26)

Grafik 1.19 Kredit Bank Umum

0 10 20 30 40 0 5 10 15 20 25 30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Triliun Rp

Kredit Bank Umum g Kredit (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.20

Kredit Bank Perkreditan Rakyat

0 10 20 30 40 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y Triliun Rp

Kredit BPR g Kredit (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.1.8. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan meningkat di triwulan II-2011, dengan angka pertumbuhan mencapai 9,24% (y-o-y).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,05% (y-o-y).

Prompt indicator di sektor jasa-jasa seperti

penyaluran kredit bank umum di sektor jasa (penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi pemerintahan & jamsos ; jasa pendidikan ; jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya ; serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga) tumbuh tinggi di triwulan II-2011 mencapai 53,37% (y-o-y) dengan realisasi kredit yang disalurkan mencapai Rp 1.119,02 triliun.

Grafik 1.21 Kredit Sektor Jasa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 -200 400 600 800 1,000 1,200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2010 2011

Kredit Jasa g kredit (RHS)

Milyar Rp % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, seluruh komponen perekonomian mampu tumbuh positif di triwulan II-2011. Meningkatnya pertumbuhan terutama diakibatkan oleh kinerja konsumsi rumah

tangga yang tetap kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid. Komponen konsumsi pemerintah dan ekspor mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011, masing-masing sebesar 16,66% dan 10,95% (y-o-y). Jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, komponen konsumsi rumah

(27)

tangga yang memiliki share 59,92% terhadap pembentukan PDRB di sisi permintaan memberikan andil tertinggi sebesar 5,67% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011. Selain konsumsi rumah tangga, komponen investasi juga memberikan andil relatif besar mencapai 2,19%.

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 (% y-o-y)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Konsumsi Rumah Tangga 18.89 23.67 19.96 12.21 18.38 5.68 9.83 12.53 11.21 9.89 13.07 9.76

Konsumsi Lembaga Nirlaba 19.52 23.26 15.27 3.80 14.85 4.22 6.15 8.02 8.01 6.62 7.74 6.71

Konsumsi Pemerintah 3.66 13.48 11.58 12.69 10.44 9.12 5.39 14.88 10.44 10.01 23.25 16.66 Investasi/PMTB 10.01 8.00 8.42 5.71 7.93 19.48 20.75 16.31 11.92 16.92 12.05 8.58 Ekspor 2.88 6.90 12.89 22.41 11.46 29.66 17.82 11.43 15.74 18.08 8.31 10.95 Impor 31.05 13.95 20.55 13.15 18.84 21.04 12.05 6.45 8.38 11.39 12.64 9.37 PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42 2011 Komponen 2009 Total 2009 2010 Total 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

1.2.1. Konsumsi

Masih kuatnya konsumsi rumah tangga di triwulan II-2011 menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Bali di sisi permintaan. Pada triwulan II-2011 konsumsi rumah tangga

tumbuh sebesar 9,76% (y-o-y), masih relatif tinggi walaupun menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,07% (y-o-y). Masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari libur keagamaan sepanjang triwulan II-2011. Selain itu banyaknya hari libur nasional serta pergantian tahun ajaran baru diperkirakan juga turut meningkatkan konsumsi masyarakat di triwulan ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh prompt indicator berupa konsumsi dan jumlah pelanggan listrik rumah tangga yang tumbuh 6,06% dan 9,31% (y-o-y) pada triwulan II-2011.

Grafik 1.22 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga

1500 1700 1900 2100 2300 0 100000 200000 300000 400000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

ribu unit ribu KWH

Konsumsi Listrik RT Jumlah Pelanggan RT (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.23

Indeks Keyakinan Konsumen

50 60 70 80 90 100 110 120 130

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 100

(28)

Grafik 1.24

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat Ini Supply Lap. Kerja Konsumsi Durable Goods Indeks = 100

Sumber : Survey Bank Indonesia

Seiring dengan kondisi tersebut Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey Konsumen KBI Denpasar juga mengalami peningkatan, dengan rata-rata IKK di triwulan II-2011 sebesar 96,08%, meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya yang mencapai 91,69%. Dari komponen pembentuknya, peningkatan IKK didorong oleh optimisnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terutama pada komponen penghasilan yang akan datang, supply lapangan kerja serta optimisme terhadap kegiatan usaha 6 bulan yang akan datang.

Prompt indicator lain berupa kredit

konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan positif dan tumbuh tinggi di triwulan II-2011. Realisasi penyaluran kredit konsumsi pada triwulan II-2011 mencapai Rp 10,99 triliun, dengan angka pertumbuhan mencapai 21,09% (y-o-y). Rata-rata nilai tukar petani pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 106,80, meningkat dari rata-rata NTP triwulan sebelumnya yang mencapai 105,09. Peningkatan tersebut mengindikasikan meningkatnya daya beli petani, sehingga diperkirakan turut mempengaruhi perilaku konsumen. Grafik 1.26 Kredit Konsumsi 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

% yoy miliar Rp

Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS)

Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.25

Nilai Tukar Petani

80 90 100 110 120 130 140 150

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

NTP

Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Garis 100

Indeks

Sumber : Badan Pusat Statistik

1.2.2. Investasi

Komponen Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Provinsi Bali masih tetap tumbuh tinggi, dan menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan di sisi permintaan. Pada

(29)

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,05% (y-o-y). Positifnya prospek perekonomian kedepan diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan optimisme pelaku usaha mengenai kondisi kedepan, yang ditunjukkan dengan positifnya saldo bersih tertimbang perkembangan kegiatan usaha dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Indikasi positifnya kinerja investasi juga ditunjukkan dari tren peningkatan realisasi investasi baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN( maupun Penanaman Modal Asing (PMA) dalam 3 tahun terakhir.

Namun demikian impor barang modal ke Bali pada triwulan II-2011 justru menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 30,12% (y-o-y) dengan realisasi impor barang modal sebesar 11,06 juta dolar AS. Hal ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa impor akan mencapai puncaknya pada triwulan II dan III.

Grafik 1.28 Grafik 1.27

Impor Barang Modal

-100 0 100 200 300 400 500 600 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Impor Barang Modal g impor barang modal (rhs)

Ribu USD ($) % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Investasi -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y

miliar Rp Nominal g (y-o-y) - axis kanan

Sumber : Bank Indonesia

Prompt indicator lain yang mengkonfirmasi positifnya pertumbuhan investasi pada triwulan

II-2011 adalah kredit investasi yang meningkat 24,06% (y-o-y) dengan realisasi penyaluran kredit mencapai Rp 4,97 triliun. Peningkatan investasi juga diindikasikan oleh penjualan semen di Bali yang mengalami peningkatan pada triwulan II-2011 dengan jumlah penjualan mencapai 350,11 ribu ton atau meningkat 26,48% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan meningkatnya aktivitas investasi di Bali dari sisi bangunan. Peningkatan aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong investasi meningkatnya indicator-indikator tersebut.

1.2.3. Ekspor Impor

Ekspor

Nilai tambah ekspor dalam komponen PDRB Bali pada triwulan II-2011 tumbuh meningkat. Pertumbuhan pada ekspor mencapai 10,95% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan

(30)

menguatnya kurs Rupiah terhadap Dolar mengakibatkan realisasi perdagangan internasional Bali triwulan II-2011 mengalami penurunan. Realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 160,38 juta dolar AS, menurun 15,62% dibanding realisasi ekspor periode yang sama tahun 2010. Sementara itu dari sisi volume, realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 36,19 ribu ton atau menurun 69,26% (y-o-y).

Grafik 1.29

Perkembangan Nilai Ekspor Bali

-20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 0 40 80 Grafik 1.30

Perkembangan Volume Ekspor Bali

Terdapat lima jenis produk yang merupakan komoditas ekspor unggulan di Provinsi Bali, dengan nilai ekspor kelima komoditas tersebut memiliki porsi 67,08% terhadap keseluruhan nilai ekspor di Provinsi Bali. Komoditas utama adalah ikan dan udang yang menyumbang 21,26% dari keseluruhan nilai ekspor Bali, diikuti komoditas pakaian (12,05%), komoditas perhiasan/permata (14,02%), komoditas kayu dan barang olahan dari kayu (10,99%), serta komoditas perabot rumah tangga (8,76%).

Pada triwulan II-2011, sebagian besar komoditas mampu tumbuh positiif kecuali komoditas ikan dan udang serta komoditas perabot yang mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar

120 0 0 0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 2010 2011 % y-o-y ta USD 16 20 24 ju

Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

-100 -50 0 50 100 150 200 -20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 Volume Export

g Volume Export (RHS)

Ribu Ton % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.31

Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali

Ikan dan Udang 21.26% Kayu, Barang dari Kayu 10.99% Pakaian Jadi Bukan Rajutan 12.05% Perhiasan / Permata 14.02% Perabot, Penerangan Rumah 8.76% Lainnya 32.92%

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.32

Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali

03 - Ikan dan Udang

(40.00) (20.00) 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

44 - Kayu, Barang dari Kayu 62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan 71 - Perhiasan / Permata 94 - Perabot, Penerangan Rumah % y-o-y

(31)

8,31% (y-o-y) dan 5,32% (y-o-y). Berdasarkan hasil Liaison oleh KBI Denpasar, kegiatan penangkapan ikan memang masih diwarnai permasalahan keterbatasan pasokan akibat kendala cuaca dan anomali iklim yang mengganggu penangkapan ikan di laut lepas. Namun demikian ekspor berpotensi meningkat seiring dengan membaiknya pasar ekspor yang berpotensi meningkatkan permintaan ekspor dari Bali.

Berdasarkan negara pembelinya, ekspor terbesar pada triwulan II-2011 masih didominasi oleh Amerika Serikat (21,93%), diikuti Jepang (16,22%) dan Australia (10,15%). Walaupun mendominasi ekspor dari Bali, namun ekspor ke Amerika Serikat

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 43,19% (y-o-y) pada triwulan II-2011.

Grafik 1.33

Negara Pembeli Utama Ekspor Bali

US 21.93% Japan 16.22% Australia 10.15% Singapore 7.78% Hongkong 6.78% Other Countries 37.13%

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Di sisi lain, ekspor ke Jepang yang baru saja mengalami bencana tsunami pada Maret 2011 masih tumbuh positif di triwulan II-2011, dan diperkirakan hal tersebut relatif tidak berdampak terhadap penurunan permintaan ekspor. Ekspor ke Jepang dan Australia pada triwulan II-2011 masing-masing tumbuh 1,97% dan 47,85% (y-o-y), dengan nilai ekspor masing-masing sebesar 26,01 juta dolar AS dan 16,28 juta dolar AS.

Impor

Nilai tambah impor Bali pada triwulan II-2011 tumbuh 9,37% (y-o-y), menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,64% (y-o-y). Dari sisi perdagangan internasional, nilai impor

pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 28,97 juta dolar AS dan mengalami kontraksi sebesar 5,59% (y-o-y). Walaupun nilai impor mengalami kontraksi, volume impor pada periode ini justru meningkat 124,29% (y-o-y) dengan realisasi impor sebesar 5,64 ribu ton. Impor pada triwulan II-2011 didominasi oleh produk-produk industri (share 99,10%). Sementara itu impor prodyk oertanian belum banyak dilaksanakan hingga pertengahan tahun ini.

(32)

Grafik 1.35

Perkembangan Volume Impor Bali

-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0 2 4 6 8 10 12 14 16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Volume Impor g volume impor (RHS)

Ribu Ton % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.34

Perkembangan Nilai Impor Bali

-200 -100 0 100 200 300 400 0 40 80 120 160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y juta USD

Nilai Impor g Nilai Impor (RHS)

Sumber : Bank Indonesia

Negara asal impor pada triwulan II-2011 masih didominasi oleh Hongkong (share 18%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah

automatic data processing (15,17%), perhiasan emas dan perak (13,58%), serta parts and accessories

(13,23%). Selain Hongkong, impor juga berasal dari Amerika Serikat (share 14%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah barang-barang optic (21,68%), serta instrumen pengukuran (13,13%). Sementara itu impor dari Singapura (share 13%) utamanya berbentuk perak dan platinum (28,37%),

automatic data processing machines (15,34%), dan part-part mesin (9,46%).

Grafik 1.36

Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal Hongkong 18% USA 14% Singapore 13% RRC 12% Taiwan 14% Australia 7% Thailand 2% Germany 3% Other Countries 17%

(33)

Boks A.

Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Pemasaran

Kopi Arabika Kabupaten Bangli

Kopi terutama berjenis Kopi Arabika termasuk komoditas yang potensial di Bali, dengan luas tanam lebih dari 8000 hektar dengan total produksi lebih dari 3,4 juta ton per tahun. Kabupaten Bangli merupakan produsen terbesar Kopi Arabika dengan total produksi per tahun lebih dari 1,8 juta ton atau 52,59% dari total produksi Bali dengan luas lahan mencapai 3,9 ribu hektar lebih, diikuti Kabupaten Karangasem yang hanya menghasilkan produksi kopi sebanyak 260 ribu ton dengan luas lahan sekitar 600 hektar. Oleh sebab itu pengembangan klaster kopi akan dilakukan di Kabupaten Bangli dengan memanfaatkan potensi lahan yang belum digarap mencapai 8,6 ribu hektar.

Letak geografis Kabupaten Bangli yang terletak pada ketinggian rata-rata lebih dari 400 m di atas permukaan laut sangat cocok bagi pengembangan tanaman pertanian. Tercatat 8 komoditas pertanian yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bangli seperti kopi, kakao, jambu mete dan cengkeh. Namun demikian, Kopi Arabika memiliki potensi terbesar untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Alasan pendukung dipilihnya Kopi Arabika sebagai komoditas yang lebih potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bangli adalah pertama, kopi arabika sudah dibudidayakan sejak lama oleh masyarakat Bali dan merupakan komoditas dengan luas areal terluas di Kabupaten Bangli (lihat Tabel 1). Kedua, komoditas kopi arabika memberikan kontribusi sekitar 50% terhadap total produksi di Provinsi Bangli.Ketiga, kopi arabika mempunyai rata-rata produktivitas lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas provinsi. Keempat, budidaya kopi arabika menyediakan lapangan kerja paling tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya.

Tabel 1. Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bangli 2011

No KOMODITI

UNGGULAN

POTENSI (Ha)

CAPAIAN LUAS AREAL (Ha) SISA POTENSI (Ha) 1 Kopi Arabika 12.571,09 4.003,05 8.568,04 2 Kopi Robusta 1.189,14 363,87 825,27 3 Kakao 706,54 71,00 638,50 4 Jambu Mete 200,00 - 200,00 5 Cengkeh 235,64 194,43 41,21 6 Kelapa 1.093,50 873,00 220,30 7 Vanili 294,00 27,77 266,23 8 Tembakau 3.428,00 16,00 3.412,00

Sumber: Paparan Bupati Bangli pada FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011

Bank Indonesia mendukung upaya pengembangan Kopi Arabika melalui inisiasi pembentukan klaster Kopi Arabika di Kabupaten Bangli yang didukung penuh oleh pemerintah daerah Kabupaten Bangli dan pemerintah daerah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan. Kerjasama juga diperkuat melalui keikutsertaan

(34)

berbagai institusi seperti BPD Bali dari perbankan, Eksportir Kopi dari kalangan usaha dan LPPM Universitas Udayana dari kalangan akademisi dalam upaya pengembangan klaster Kopi Arabika.

Klaster dikembangkan dengan pendekatan pengembangan industri dari hulu ke hilir dengan output berupa klaster aktif dengan indikator utama adalah adanya peningkatan kualitas produk dan penjualan, perluasan pasar, penyerapan tenaga kerja, dukungan pemerintah dan dukungan pembiayaan dari perbankan. Proses pembentukan klaster aktif akan dilakukan melalui bantuan teknis meliputi aspek pemasaran, aspek produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

Pada upaya perwujudan klaster aktif tersebut diperlukan peran aktif seluruh stakeholders terkait untuk berupaya menyediakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan klaster tersebut. Ketersediaan faktor input seperti infrastruktur teknologi, informasi, energi serta ketersediaan sumber daya manusia harus terus diupayakan. Industri pendukung dan penunjang seperti industri penghela selain meningkatkan produktivitas juga menjamin penyerapan hasil produksi. Di samping itu, persaingan yang sehat antara usaha-usaha yang beraktifitas di dalam klaster serta modal sosial masyarakat yang berkualitas juga menjadi penentu keberhasilan klaster.

Gambar 1

Rencana Program Kerja Klaster Sumber: Paparan Bank Indonesia FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011

Program kerja yang telah disusun guna perwujudan klaster aktif mencakup keseluruhan proses dari hulu hingga ke hilir (lihat Gambar 1). Sasaran program kerja dimulai dari penguatan kelompok tani sebagai tempat proses produksi kopi berlangsung hingga perbaikan kelompok pemasaran. Program kerja yang akan dilaksanakan antara lain pelatihan pada kelompok tani, kerjasama dengan produsen sarana produksi pertanian guna menekan biaya produksi, pengolahan produk kopi serta kemitraan dengan sektor usaha seperti eksportir. Aplikasi program kerja diharapkan dapat mewujudkan konsep pengembangan klaster pada tataran praktis sehingga upaya pengembangan produksi kopi arabika di Kabupaten Bangli dapat benar-benar terealisasi.

(35)

Boks B.

Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata Indonesia

Sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, Bali terus berupaya memberikan pelayanan optimal bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik (wisdom) maupun mancanegara (wisman) dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Data menunjukkan bahwa jumlah wisman yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai di Bali mencapai 36% dari total wisman yang masuk ke Indonesia (lihat Grafik 1). Jumlah kunjungan wisman di Bali sampai dengan bulan Juni 2011 mencapai 1,27 juta orang atau naik 10,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini

masih 47% dari target kunjungan wisman ke Bali sebesar 2,7 juta orang. Jumlah kunjungan wisman ini masih dapat ditingkatkan melampaui target mengingat tingginya potensi daerah tujuan wisata di Bali. Saat ini, kunjungan wisman di Bali masih terkonsentrasi di wilayah selatan dengan dua pusat wisata yaitu Kuta di Kabupaten Badung dan Ubud di Kabupaten Gianyar. Penguatan infrastruktur pariwisata dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam berwisata sehingga angka kunjungan wisatawan khususnya wisman dapat bertambah pesat.

Terkait dengan upaya pengembangan pariwisata di Bali, Bank Indonesia mengadakan survey kepada wisman di Bali yang dipublikasikan secara berseri dimulai dari Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali mulai dari edisi triwulan IV – 2010. Pada edisi ini, pembahasan difokuskan pada indikator pariwisata Bali yang dapat dikembangkan untuk mengetahui kualitas layanan industri pariwisata Bali kepada wisman dalam berbagai elemen. Pembahasan ini juga merupakan adaptasi dari Prirayani dan Awirya (2011) yang mengembangkan indikator kunci layanan pariwisata Bali. Indikator dinyatakan secara relatif terhadap indikator lainnya dan didasarkan atas penilaian wisman sebagai konsumen dan pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan. Indikator dikembangkan pada elemen yang merepresentasikan berbagai fasilitas seperti imigrasi, transportasi jarak jauh, transportasi jarak dekat, tempat inap, obyek wisata, promosi dan infrastruktur pendukung. Pendekatan yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis data dari pengambil kebijakan dan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data dari wisman.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenyamanan pada saat menginap (hospitality) menjadi elemen yang harus diprioritaskan dalam upaya pengembangan industri pariwisata di Bali (lihat Tabel 1). Elemen ini sangat penting untuk memberikan kesan kenyamanan terhadap wisman sehingga mereka menikmati perjalanan wisatanya ke Bali. Elemen ini terdiri dari fasilitas hotel, kemanan lingkungan tempat menginap,

Grafik 1.

Wisman ke Indonesia menurut Pintu Masuk 2010 Soekarno-Hatta 26% Ngurah Rai 36% Batam 14% Tanjung Uban 5% Juanda 3% Lainnya 16%

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011
Grafik 1.2  Kredit Sektor Pertanian
Grafik 1.5  Kredit Sektor Industri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sambil masih memanggul-manggul tubuh Putri Kunang, Delima Gusti kebingungan mencari arah pelariannya, ia segera membalik arah, tapi Sri Maharatu telah muncul di depannya

Target capaian dari lokakarya ini adalah (1) kesepahaman dan kesepakatan pentingnya perda tersebut, (2) terbentuk tim advokasi perda yang terdiri dari perwakilan pemangku

Fasilitas bangunan pelabuhan adalah seluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam daerah kerja suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran pendukung guna

Nutrisionis merencanakan kegiatan penanggulangan gizi masyarakat pada RKA (yang bersumber dana APBD) dan atau melalui POA BOK (plan of action Bantuan Operasional

Bayangkan saja oleh anda, jika tuhan tidak berbaik hati kepada kita mungkin otak yang luarbiasa ini tidak akan pernah kita miliki.. Dan bayangkan saja jika kebutuhan bahan bakar

1) Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran, menggali

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang dilakukan dengan responden sejumlah guru dan kepala madrasah serta kepala raudhatul athfal menunjukan bahwa literasi

Peneliti mengambil sampel secara random, dari 8 rekam medis pasien BPJS rawat inap penyakit gastroenteritis terdapat 6 r ekam medis yang menunjukkan ketidaktepatan pengkodean