• Tidak ada hasil yang ditemukan

t pu 0909455 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t pu 0909455 chapter5"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sebagai penutup laporan penelitian ini, disajikan kesimpulan dan rekomendasi. Bagian kesimpulan menguraikan beberapa kesimpulan terhadap temuan-temuan penelitian tentang pembina nilai moral agama yang dilakukan oleh guru melalui alat pendidikan. Bagian rekomendasi menguraikan beberapa implikasi dan saran-saran kepada berbagai pihak yang terkait serta bagi kemungkinan penelitian lanjutan.

A. Kesimpulan Umum

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, program pembinaan nilai moral agama terimplementasi dalam tiga

(2)

program institution culture yang mencerminkan paduan antara nilai dan pembelajaran. Untuk mewujudkan program tersebut, MI Asih Putera menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan setiapa mata pelajaran dengan nilai moral agama, sehingga tidak terjadi pemisahan di antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lainnya.

Kedua, proses pembinaan nilai moral agama di MI Asih Putera

dikembangkan atas dasar keyakinan bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik, yang memiliki kecerdasan dan gaya belajarnya sendiri (multiple inteligence). Proses pembelajaran haruslah berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, tanpa tekanan, dan paksaan. Dengan demikian proses pembinaan dapat berlangsung dengan baik dan efektif. Di MI Asih Putera, anak belajar dengan menggunakan seluruh indera (multi sensory), menggunakan seluruh potensi otak, dan sesuai dengan gaya belajar masing-masing.

(3)

Selain itu, indikator yang terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Tafaqquh Fiddin dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) kemampuan untuk mengembangkan konsep dan nilai-niai kehidupan beragama; dan (2) kemampuan untuk menerapkan konsep dan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara melalui praktek atau pengalaman belajar. Berdasarkan hal itu, nilai hasil belajar mata pelajaran Tafaqquh Fiddin yang dicantumkan dalam rapor mencantumkan dua aspek, yaitu: penguasaan konsep dan nilai-nilai; serta penerapannya.

Adapun materi pembelajaran Tafaqquh Fiddin yang disampaikan di MI Asih Putera meliputi aspek-aspek sebagai berikut: al-Qur’an dan al-Hadits, Aqidah, Ahlak, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam. Sedangkan sumber pembelajaran dan bahan ajarnya menggunakan buku utama yang ditulis oleh guru-guru Tafaqquh Fiddin MI Asih Putera dan diperkaya oleh buku-buku yang ada di perpustakaan, internet, dan lingkungan alam sekitar.

Metode pembelajaran Tafaqquh Fiddin di MI Asih Putera antara lain: ceramah, tamtsil awil qishshoh, al-mustabaqoh, mumarrasatul ’amal (karyawisata), mind mapping, dan niqosyi (diskusi/ presentasi). Metode-metode tersebut digunakan dengan mengacu kepada metode fun learning. Hal tersebut sesuai dengan konsep belajar MI Asih Putera, yakni: “belajar sesuai dengan caranya sendiri.”

Ketiga, untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi

(4)

itu, terdapat pula penghambat yang merintangi pembinaan nilai moral agama, antara lain: kekurangserasian hubungan antara lingkungan sosial sekolah, orang tua dengan anak didik, tidak seimbangnya jumlah anak didik dengan fasilitas pembinaan, adanya kegiatan lain yang diikuti oleh pihak Pembina, dan kurangnya kerjasama/ perhatian orang tua. Berdasarkan uraian di atas, pembinaan nilai moral agama di MI Asih Putera sudah berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh peserta didik MI Asih Putera.

B. Kesimpulan Khusus

1. Program pembinaan nilai moral agama melalui alat pendidikan di MI Asih Putera terimplemtasi dalam tiga tataran, yaitu: tataran konseptual, tataran operasional, dan tataran institusional. Program pembinaan akan berhasil apabila ditopang dengan rumusan visi, misi, motto, tujuan, dan sasaran yang jelas, yang dirumuskan secara bersama-sama oleh sumber daya insani yang ada di sekolah.

(5)

juga komponen muatan lokal, dan komponen kegiatan pengembangan diri siswa.

3. Program pembinaan yang direncanakan dan proses pembinaan yang dilaksanakan harus didukung oleh tenaga pendidik yang bersahabat dengan anak juga memiliki komitmen keislaman yang baik, sarana dan prasarana yang memadai, pelibatan orang tua dalam merumuskan program, dan pengembangan regulasi akademik. Semuanya itu akan meminimalisir hambatan yang muncul berupa kekurangserasian hubungan lingkungan sosial sekolah, orang tua dengan anak didik, dan lemahnya antusiasme anak dalam mengikuti pembinaan. Sehingga, pembinaan akan berjalan dengan situasi yang kondusif.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasai sebagai berikut.

1. Sehubungan dengan pentingnya pembinaan nilai moral agama sejak usia sekolah, maka perlu adanya penggunaan alat pendidikan yang tepat. 2. Dalam praktiknya, agar proses pembinaan nilai moral agama berjalan

dengan baik, maka diperlukan dukungan dari semua pihak, antara lain: akademisi sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan orang tua siswa.

(6)

dipertimbangkan sekolah. Oleh karena itu, penambahan media pembelajaran berbasis komputer dapat menjawab kebutuhan siswa akan media pembelajaran yang menarik dan interkatif.

4. Implementasi KTSP hendaknya dilakukan secara utuh. Pemberian kewenangan yang penuh kepada guru dari mulai membuat rancangan pembelajaran sampai kegiatan penilaian akhir merupakan konsekuensi yang logis. Hal ini juga perlu disertai dengan program-program peningkatan kapasitas kompetensi dan pendampingan kepada guru agar rancangan pembelajaran yang dibuatnya tepat sasaran.

5. Komite sekolah hendaknya dijadikan sebagai media strategis dalam meningkatkan jalinan komunikasi secara terprogram dan berkelanjutan antara orang tua (keluarga dan masyarakat) dengan pihak sekolah, sehingga tercipta sinergisitas tripusat pendidikan dalam membina nilai moral agama peserta didik. Arti penting peran orang tua sebagai alat social control serta tauladan bagi anak harus ditekankan agar ada

kesinambungan proses pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. 6. Kepada lembaga pendidikan formal lainnya, program pembinaan nilai

moral agama melalui alat pendidikan yang telah diterapkan oleh MI Asih Putera ini dapat dijadikan pertimbangan untuk membuat program yang serupa di sekolahnya, supaya terwujud generasi bangsa yang bernilai, bermoral, dan berakhlak mulia.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan masalah yang dikaji, penelitian tentang Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Berbasis Multiple Intellience pada Siswa Kelas IVb di SDN 3 Cibodas Kabupaten

[r]

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Terstruktur pada Siswa Kelas IV SDN Banyuhurip Kabupaten Bandung Barat..

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana

Karena itu, sangat tepat fatwa yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga fatwa di dunia Islam, seperti fatwa MUI yang mengharamkan rokok, begitu juga Dewan Fatwa Arab Saudi yang

Berdasarkan analisis hasil penelitian, model Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan model penilaian Assessment for Learning (AfL) berbatuan smartphone dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji; 1) Guru PAI dalam kegiatan pembinaan keagamaan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Palangka Raya dan 2) Strategi guru

Pelaksanaan Program Tahfiz Model Ulul Albab (TMUA) merupakan salah satu kesinambungan daripada usaha kerajaan dalam memperkembang pendidikan tahfiz kepada murid sekolah