• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Februari 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 105,83; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 95,18; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 93,24; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 116,14 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 99,90. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 105,61 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 90,68. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 104,85 yang berarti NTP bulan Februari 2016 mengalami penurunan 0,64 persen bila dibandingkan dengan bulan Januari 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 105,53.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Februari 2016 tercatat 111,79 yang berarti mengalami penurunan 0,30 persen dibandingkan bulan Januari 2015 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,13.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Februari 2016, terdapat 13 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 20 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,21 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,54 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jateng yaitu sebesar 0,97 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,99 persen.

Pada bulan Februari 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,61 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Bahan Makanan (1,06 %), Kesehatan (0,57 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,41 %), Sandang (0,34 %), Perumahan (0,11 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi serta kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,09 persen.

No. 17/03/52/Th.IX, 1 Maret 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Februari 2016 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 104,85 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Desember 2013 – Februari 2016 (2012=100)

NTP bulan Februari 2016 mengalami penurunan sebesar 0,64 persen bila dibandingkan dengan NTP Januari 2016 yaitu dari 105,53 menjadi 104,85. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) menurun sebesar 0,16 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,49 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,61 persen dan 0,15 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Februari 2016 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 2 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (116,14) dan subsektor Tanaman Pangan (105,83) Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura (95,18), subsektor perkebunan rakyat (93,24) dan subsektor Perikanan (99,90).

100,18 99,75 99,67 100,03 99,33 98,96 99,59 100,13 99,72 99,56 100,8 100,4 99,92 101,38 101,97 102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 104,14 104,78 105,97 106,43 106,22 105,53 104,85 94 96 98 100 102 104 106 108 Ni la i T u ka r P et an i TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Februari 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Januari 2016 Februari 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 128,15 127,90 -0,19

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,26 120,85 0,49

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 106,56 105,83 -0,68

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 117,70 116,13 -1,33

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,33 122,01 0,56

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 97,01 95,18 -1,88

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 114,05 114,32 0,24

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,96 122,60 0,53

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 93,51 93,24 -0,29

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 137,53 137,79 0,19

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,11 118,64 0,45

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 116,44 116,14 -0,25

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 118,06 117,97 -0,08

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,68 118,09 0,35

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 100,33 99,90 -0,42

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 127,61 127,52 -0,07

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,33 120,75 0,34

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 106,05 105,61 -0,42

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 103,48 103,40 -0,08

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 113,63 114,03 0,35

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 91,07 90,68 -0,43

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 126,67 126,47 -0,16

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,03 120,62 0,49

-Konsumsi Rumah Tangga 122,77 123,52 0,61

-BPPBM 112,97 113,14 0,15

(4)

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2016 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar 0,16 persen yaitu dari 126,67 menjadi 126,47. Terdapat 2 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima masing-masing subsektor Perkebunan Rakyat (0,24 persen) dan Peternakan (0,19 persen). Sedangkan 3 subsektor lainnya mengalami penurunan masing-masing Tanaman Pangan (-0,19), Hortikultura (-1,33 persen) dan Perikanan (-0,08 persen).

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Februari 2016 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen yaitu dari 120,03 menjadi 120,62. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,61 persen dan 0,15 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Januari 2016 – Februari 2016 (2012=100) Indeks Diterima, 126,67 Indeks Diterima, 126,47 Indeks Dibayar, 120,03 Indeks Dibayar, 120,62 KRT, 122,77 KRT, 123,52 BPPBM, 112,97 BPPBM, 113,14 100 105 110 115 120 125 130 2 01 6 0 1 2 0 16 02

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Februari 2016 NTPP mengalami penurunan sebesar 0,68 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,19 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,49 persen.

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami penurunan sebesar 0,40 persen yang disebabkan karena menurunnya harga gabah/padi. Sedangkan petani palawija mengalami peningkatan indeks yang diterima sebesar 0,34 persen yang disebabkan meningkatnya harga produksi beberapa komoditi palawija yaitu kacang kedelai dan ketela pohon/ubi kayu. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,61 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,19 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga akarisida, upah membajak, ban luar motor, upah menanam, arit/sabit, bibit (jagung, kacang tanah, padi), insektisida, upah mencangkul, fungisida, upah merambet/menyiangi, upah pengeringan, herbisida, terpal.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Februari 2016 mengalami penurunan sebesar 1,88 persen. Hal ini disebabkan karena indeks (It) mengalami penurunan sebesar 1,33 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,56 persen. Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok buah-buahan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,34 persen dan 1,32 persen, yang disebabkan oleh menurunnya harga produksi hortikultura seperti duku/langsat, wortel, cabai rawit, nangka, petsai/sawi, kol/kubis, pepaya, ketimun, bawang merah, cabai merah, sirsak, semangka, sawo, jeruk besar, bawang daun, kangkung. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,66 persen dan 0,10 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga linggis, bibit bawang putih, akarisida, ZA, ember, terpal, bibit cabai, arit/sabit, bibit kacang panjang, karung, bibit melon, bibit terung, sewa lahan sawah, NP/NPK, fungisida, ban luar motor.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Februari 2016 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi penurunan sebesar 0,29 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,24 persen lebih rendah dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,53 persen.

Meningkatnya indeks yang diterima petani disebabkan karena kenaikan harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain kkao, kemiri dan biji jambu mete. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,61 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,08 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga ZA, tangga, karung, arit, NP/NPK, sprayer.

(6)

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Februari 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,25 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,19 persen lebih rendah dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,45 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok Ternak Besar, Ternak Kecil dan Hasil Ternak mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,20 persen; 1,03 persen dan 0,30 persen. Sedangkan It peternak sub kelompok Unggas menurun sebesar (-0,73 persen). Dimana peningkatan It sub sektor peternakan disebabkan meningkatnya harga produksi peternakan antara lain babi, telur itik, telur ayam buras, itik/bebek, kerbau, sapi potong. Peningkatan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,59 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,18 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan oleh meningkatnya harga minyak tanah, biaya servis motor, bibit babi, concentrate swine, broiler starter, broiler finisher, bibit sapi potong, jerami, bibit bebek/itik, bibit kambing, bibit ayam ras pedaging, paku, jagung pipilan, dedak, konsentrat, pur, ban luar motor.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Februari 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,42 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,08 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,35 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan dan budidaya mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,08 persen, yang disebabkan menurunnya harga produksi ikan antara lain : teri, cumi-cumi, selar, kerapu, gurame, bandeng, lele, mas, tongkol, nila, kuniran, kapasan. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,64 persen. Penurunan indeks BPPBM antara lain dipengaruhi oleh menurunnya harga solar, bensin, pelet, cip, pancing.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks Yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Februari 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Januari 2016 Februari 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 128,15 127,90 -0,19

- Padi 130,78 130,26 -0,40

- Palawija 121,89 122,30 0,34

b. Indeks Dibayar Petani 120,26 120,85 0,49

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,48 123,22 0,61

- Indeks BPPBM 114,77 114,99 0,19

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 117,70 116,13 -1,33

- Sayur-sayuran 132,92 131,13 -1,34

- Buah-buahan 100,63 99,30 -1,32

- Tanaman Obat 133,96 133,96 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 121,33 122,01 0,56

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,17 123,98 0,66

- Indeks BPPBM 113,19 113,30 0,10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 114,05 114,32 0,24

- Tanaman Perkebunan Rakyat 114,05 114,32 0,24

b. Indeks Dibayar Petani 121,96 122,60 0,53

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,26 125,02 0,61

- Indeks BPPBM 111,43 111,52 0,08

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 137,53 137,79 0,19

- Ternak Besar 140,34 140,62 0,20

- Ternak Kecil 134,97 136,37 1,03

- Unggas 119,91 119,03 -0,73

- Hasil Ternak 119,41 119,77 0,30

b. Indeks Dibayar Petani 118,11 118,64 0,45

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,18 122,89 0,59

- Indeks BPPBM 110,97 111,17 0,18

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 118,06 117,97 -0,08

- Penangkapan 127,61 127,52 -0,07

- Budidaya 103,48 103,40 -0,08

b. Indeks Dibayar Petani 117,68 118,09 0,35

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,36 123,15 0,64

- Indeks BPPBM 111,74 111,61 -0,12

Gabungan

a. Indeks Diterima Petani 126,67 126,47 -0,16

b. Indeks Dibayar Petani 120,03 120,62 0,49

- Konsumsi Rumah Tangga 122,77 123,52 0,61

(8)

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Februari 2015, terdapat 13 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 20 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Riau (1,21 persen), diikuti oleh Provinsi Sumbar (1,09 persen) dan Gorontalo (0,62 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jateng (-0,97 persen) diikuti oleh Provinsi NTB ( -0,64 persen ) dan Babel ( -0,62 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Februari 2016 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 119,06 0,32 121,63 0,49 97,89 -0,17 12 SUMUT 121,87 0,24 122,83 0,42 99,21 -0,18 13 SUMBAR 118,72 0,67 120,45 -0,42 98,57 1,09 14 RIAU 118,51 1,54 122,41 0,32 96,82 1,21 15 JAMBI 117,56 0,49 121,73 0,11 96,58 0,38 16 SUMSEL 114,93 -0,42 120,99 -0,02 94,99 -0,39 17 BENGKULU 112,63 0,00 122,39 0,07 92,03 -0,07 18 LAMPUNG 125,58 -0,03 121,22 0,05 103,60 -0,08 19 BABEL 120,23 -0,22 118,60 0,41 101,38 -0,62 21 KEPRI 115,83 0,04 117,70 0,31 98,41 -0,27 31 DKI 117,62 0,00 118,13 -0,27 99,57 0,27 32 JABAR 133,64 -0,03 124,40 0,07 107,42 -0,10 33 JATENG 122,66 -0,99 122,01 -0,01 100,53 -0,97 34 YOGYAKARTA 126,58 0,03 121,83 0,07 103,90 -0,04 35 JATIM 131,11 -0,40 124,48 0,14 105,32 -0,54 36 BANTEN 129,08 0,15 121,12 0,19 106,57 -0,04 51 BALI 127,26 0,76 120,71 0,32 105,42 0,44 52 NTB 126,47 -0,16 120,62 0,49 104,85 -0,64 53 NTT 121,68 -0,08 120,31 0,47 101,13 -0,55 61 KALBAR 115,12 0,09 120,97 0,36 95,17 -0,27 62 KALTENG 117,40 0,07 120,95 -0,06 97,06 0,13 63 KALSEL 116,95 0,20 118,34 0,42 98,82 -0,22 64 KALTIM 118,43 0,39 121,35 0,25 97,60 0,14 71 SULUT 119,83 -0,36 122,94 -0,14 97,47 -0,22 72 SULTENG 119,91 0,13 121,03 0,14 99,08 -0,01 73 SULSEL 130,85 -0,02 123,13 -0,05 106,27 0,03 74 SULTRA 120,82 -0,18 120,98 0,03 99,87 -0,21 75 GORONTALO 130,21 0,63 123,66 0,01 105,30 0,62 76 SULBAR 125,07 0,20 117,95 0,21 106,04 -0,01 81 MALUKU 127,70 0,49 122,99 0,21 103,83 0,27 82 MALUKU UTARA 123,85 0,08 118,88 0,04 104,18 0,04 91 PAPUA BARAT 120,98 0,60 121,85 0,45 99,29 0,15 94 PAPUA 113,89 0,25 118,66 0,15 95,98 0,09 Nasional 125,08 -0,18 122,35 0,13 102,23 -0,31

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Februari 2016 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,61 persen.

Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Bahan Makanan (1,06 %), Kesehatan (0,57 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,41 %), Sandang (0,34 %), Perumahan (0,11 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi serta kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,09 persen.

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB Februari 2016 (2012=100)

Sub Kelompok

Januari 2016

Februari 2016

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 122,77 123,52 0,61

- Bahan makanan 129,13 130,50 1,06

- Makanan jadi 115,71 116,19 0,41

- Perumahan 118,37 118,50 0,11

- Sandang 118,01 118,41 0,34

- Kesehatan 114,67 115,33 0,57

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 109,36 109,26 -0,09

- Transportasi dan Komunikasi 126,52 126,47 -0,04

Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Februari 2016 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain cabai merah, tembang, bawang putih, sawi hijau, bayam, tomat sayur, ikan asin tenggiri, BH katun, baronang, jagung ontongan muda, rambutan, kelapa tua, ikan asin teri, terung, sapu ijuk, ongkos ojek motor, korek api, anggur, layang, teri, selar, mujair, ikan pindang kembung, minuman ringan, kerang, obat gosok/balsem, setrika listrik.

(10)

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Februari 2016 (2012=100)

-0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 N TB PAPU A BAR A T N A D N TT KA LS EL BAB EL SU M U T K E

PRI KALBAR RIAU BALI KALTI

M M A LU K U PA PU A SU LBAR BAN TE N SU LTE N G JA M B I JA TI M YOG Y A K A R TA D K I M A LU K U U TA R A BE N G K U LU SU LTRA G O RO N TA LO LA M PU N G JA BAR JATE N G SU M SE L K A LTE N G SU LS EL SU LU T SU M BA R N A SIO N A L 0 ,6 1 0,57 0 ,5 3 0 ,5 2 0 ,5 1 0,46 0,46 0,45 ,40 3 0 ,4 2 0,38 0 ,3 1 0,28 0,2 8 0 ,2 0 0,15 0 ,1 2 0,10 0,07 0,05 0,04 0 ,0 2 0 ,0 0 -0 ,0 1 -0 ,0 3 -0 ,0 4 -0 ,0 5 -0 ,0 6 -0 ,1 0 -0 ,1 0 -0 ,1 5 -0 ,2 1 -0 ,6 1 0 ,0 9

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Februari 2016  (2012=100)  -0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,80 NTB PAPUA BARAT NAD NTT KALSEL BABEL SUMUT KE

Referensi

Dokumen terkait

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai- nilai luhur yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan

Hasil pengolahan data dari perhitungan regresi linier juga menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan namun positif antara kecerdasan emosional

Mustika Ratu Jakarta Timur Dalam penulisan penelitian ini, untuk mendapatkan informasi secara lengkap maka penulis mengamati jaringan LAN dan melakukan tanya jawab

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe