i
ANALISIS HARGA JUAL
Studi Kasus : Pada Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Kaloran Temanggung Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
HERY PRASETYO NIM: 071334007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
ANALISIS HARGA JUAL
Studi Kasus : Pada Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Kaloran Temanggung Jawa Tengah
Oleh : HERY PRASETYO
NIM: 071334007
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
iii SKRIPSI
ANALISIS HARGA JUAL
Studi Kasus : Pada Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Kaloran Temanggung Jawa Tengah
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
HERY PRASETYO NIM: 071334007
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 28 Februari 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si ` .
Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Anggota Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si
iv PERSEMBAHAN
”Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang”
Sesungguhnya tidak ada sesuatau yang diciptakan di muka bumi itu sia-sia
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Orang Tuaku: Bpk. Slamet Swadiono dan Ibu Marwiyah
Kakakku: Lusiana Ernawati, Noviana Ernawati , dan Esti Ernawati
Keponakanku: Pandu Aji Nugraha dan Ganesa Nalendra Sindunata
Teman-temanku
v MOTTO
KEBERAN IAN DAN KEYAKIN AN YAN G DISERTAI
DEN GAN TIN DAKAN ADALA H AW AL DA RI
SEBUAH KEBERHSILAN KAREN A
KEBERUN TUN GAN TUHAN AKAN SELAL U
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2012 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hery Prasetyo Nomor Mahasiswa : 071334007
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS HARGA JUAL
Studi Kasus : Pada Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Kaloran Temanggung Jawa Tengah
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 28 Februari 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
“ANALISIS HARGA JUAL”
Studi Kasus Pada Perusahaan Batu Bata di Kecamatan Kaloran Temanggung, Jawa Tengah
Hery Prasetyo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana perusahaan menentukan harga jual produk (batu bata). (2) ketepatan penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan.
Jenis penelitian adalah studi kasus yang dilaksanakan pada bulan April tahun 2011 di perusahaan perseorangan milik bapak Afik Rohani, sentral pengrajin batu bata di daerah Kaloran Temanggung, Jawa Tengah. Teknik pengambilan data dengan mengunakan metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Langkah-langkah dalam teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah adalah (1) mendiskripsikan penentuan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan. (2) menghitung harga jual dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing pendekatan
Full Costing. (3) membandingkan antara hasil perhitungan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan dengan kajian teori. (4) menentukan harga jual perusahaan sudah tepat atau belum dengan menggunakan batas toleransi penyimpangan 5%.
Hasil penelitian menunjukan: (1) proses penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan harga pasar / harga pesaing untuk produk sejenis perusahaan (batu bata). (2) penentuan haga jual batu bata dikategorikan tepat karena penyimpangan yang terjadi tidak melebihi 5%.
ix ABSTRACT
“THE ANALYSIS OF SELLING PRICE”
A Case Study of Brick Company in Kecamatan Kaloran, Temanggung, Central Java
Hery Prasetyo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The objectives of the research are to find: (1) the way the company sets out the selling price of brick; (2) the accurate decision based on the theory of the selling price conducted by the company.
The type of research is a case study conducted in April 2011 in a company owned by Mr. Afik Rohani. This company is the centre of Brick Company in the region of Kaloran, Temanggung, Central Java. The data were gathered by interview, documentation, and observation. The stages in analyzing the data were: (1) describing the selling price decided by the company; (2) calculating the selling price by applying Cost Plus Pricing under the approach of Full Costing; (3) comparing between the results of the company’s calculation and the theoretical approach; (4) deciding the selling price whether it has been appropriate or not by using tolerant rate of 5 % deviance limitation.
The results of the research show that: (1) the way of the company sets out the selling price applies the market price for the same kinds of the products as the basis for setting out the product and (2) the setting out of the selling price of the brick has been appropriate because the deviance is not more than 5%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” ANALISIS HARGA JUAL”.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
xi
9. Orangtuaku (Bpk Slamet Swadiono dan Ibu Marwiyah) yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan doa selama ini.
10.Kakakku yang selalu memberikan canda tawa dan dukungan doa.
11.Teman-teman yang membatu kelancaran skripsi ini Danu, Ivan, Duwong, Sulis, Ambo (Krisna), Laras dan teman teman yang lain.
12.Teman-teman kos ginjing Bang Kadir, Daniel, Bit-Bit, Valent dan angkringan pak Mulud.
13.Teman-teman UKM Sepak Bola semua.
14.Serta suara-suara yang selalu ngomong ayo kamu ”BISA”.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN
a) Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran... . 9
b) Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan ……… 9
i. Biaya Produksi ……… 9
ii. Biaya Pemasaran ………. 12
xiii
c) Penggolongan Biaya Menurut Biaya Dengan
Sesuatu Yang Dibiayai ……….. ... 13
i. Biaya langsung ……… 13
ii. Biaya tidak langsung ………... 13
d) Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya Dengan Perubahan Kegiatan ……… 14
i. Biaya Variabel ………. 14
ii. Biaya Semi Variabel ……….. . 14
iii. Biaya Tetap ………. 14
e) Penggolongan Biaya Atas Jangka Manfaatnya …… . 14
i. Pengeluaran Modal ………. 14
ii. Pengeluaran Pendapatan ……….. 14
C. Harga Jual 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual .... . 15
a) Keadaan Perekonomian ... . 15
iv) Pesaingan Monopoli ………. 17
e) Biaya ………. 17
f) Tujuan Perusahaan ……… 17
g) Pengawasan Pemerintah ………. 18
2) Tujuan Penentuan Harga Jual (Kotler, 2003:288) ... 18
xiv
Peraturan Pemerintah... 22
5) Metode Penentuan Harga Jual (Mulyadi, 2001: 349) ... . 22
a) Full Costing ……… 23
b) Variable Costing ( Mark up, ROI, harga jual per unit) … 23 6) Keunggulan Metode Cost Plus-Pricing ……… 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28 1. Deskripsi Harga Jual Perusahaan ... 30
2. Deskripsi Harga Jual kajian Teori a. Taksiran Total Biaya ... 30
C. Struktur Organisasi... 35
D. Personalia ... 37
E. Permodalan ... 39
F. Produksi ... 39
G. Pemasaran ... 42
xv
b. Penentuan Biaya Tenaga Kerja ... 60
c. Penentuan Biaya Overhead Pabrik ... 62
B. Analisis Data 1. Penentuan Harga Jual ... 64
2. Penentuan Besar Harga Jual a. ROI (return on investment) ... 65
b. Mark up ... 66
c. Harga Jual per Unit ... 67
C. Pembahasan 1. Penentuan Besar Harga Jual a. Prosedur Penentuan Harga Jual ... 69
b. Penentuan Besarnya Harga Jual ... 69
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 71
B. Keterbatasan ... 72
C. Saran... 72
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jam Kerja Karyawan ... 38
Tabel 1.2. Biaya Bahan Baku……….. 49
Tabel 1.3. Biaya Bahan Baku Sesungguhnya... 50
Tabel 1.4. Alokasi Pengerjaan Batu Bata ... 51
Tabel 1.5. Perhitungan Upah Karyawan Borongan Dan Serabutan ... 52
Tabel 1.6. Biaya Tenaga Kerja ... 55
Tabel 1.7. Biaya Tenaga Kerja Sesungguhnya ... 56
Tabel 1.8. BOP(Biaya Overhead Pabrik) . ... 57
Tabel 1.9. BOP (Biaya Overhead Pabrik) Sesungguhnya ... 58
Tabel 2.1. Perhitungan Harga Pokok Produk ... 58
Tabel 2.2. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Unit ... 63
Tabel 2.3. Perbandingan Prosedur Penentuan Harga Jual Produk ... 64
Tabel 2.4. Harga Jual Produk ... 67
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Induk Penelitian Lampiran 2 Daftar pertanyaan Lampiran 3 Dokumentasi produksi Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian pada saat ini menyebabkan terjadinya
persaingan usaha yang semakin ketat. Banyak usahawan bersaing untuk dapat
bertahan di dalam lingkungan usaha dan mendapatkan konsumen. Hal ini
menyebabkan munculnya banyak keunggulan yang diciptakan oleh masing-
masing usahawan. Agar dapat bersaing, para usahawan dituntut untuk cepat
tanggap terhadap perubahan lingkungan usaha yang terjadi. Perubahan itu dapat
menjadi peluang maupun ancaman bagi perkembangan suatu usaha. Dengan
meningkatkan kualitas produk, memungkinkan usahawan untuk dapat bertahan
dalam persaingan, karena dengan kualitas produk yang bagus dan harga yang
relatif murah, konsumen merasa puas akan produk yang dihasilkan oleh suatu
usahawan.
Situasi ekonomi, selera konsumen, dan jumlah pesaing merupakan suatu
contoh faktor lingkungan yang sulit diramalkan oleh para usahawan. Situasi
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini telah berdampak secara langsung
terhadap kegiatan operasional usaha. Biaya kirim barang yang semakin
meningkat, harga bahan baku dan bahan penolong yang semakin tinggi, dan daya
beli masyarakat yang menurun merupakan faktor- faktor yang harus diperhatikan
Penentuan harga jual produk merupakan salah satu jenis pengambilan
keputusan manajemen yang penting. Penentuan harga jual produk bukan hanya
merupakan kebijakan di bidang pemasaran atau keuangan, melainkan kebijakan
yang berkaitan dengan pendapatan dan laba. Laba perusahaan sangat dipengaruhi
oleh harga jual produk, biaya, dan volume penjualan. Biaya menentukan harga
jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki. Harga jual mempengaruhi
volume penjualan dan volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi,
dan volume produksi mempengaruhi biaya (Mulyadi 2001: 225). Harga yang
akan ditawarkan dan ditetapkan harus dapat menutup semua biaya produksi.
Apabila harga jual yang ditetapkan tidak dapat menutup atau tidak sesuai dengan
biaya yang dibebankan, maka usahawan akan mengalami kerugian.
Penentuan harga jual suatu produk memiliki peranan penting dalam
penjualan karena tinggi rendahnya harga jual akan mempengaruhi konsumen
dalam membeli atau tidaknya produk. Penetapan harga jual yang terlalu tinggi
dapat menyulitkan penjualan dan dapat mengakibatkan beralihnya konsumen ke
usahawan lain untuk mendapatkan produk yang lebih murah. Sebaliknya, jika
harga jual ditetapkan terlalu rendah, maka dapat menyebabkan kerugian bagi
usahawan. Oleh karena itu, usahawan harus dapat menentukan harga jual yang
tepat agar perusahaan dapat menarik dan memuaskan konsumen, sekaligus dapat
memberi keuntungan. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil judul
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan?
2. Apakah penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan sudah tepat?
C. Batasan Masalah
Dengan penentuan harga suatu produk dan faktor biaya yang dikeluarkan
perusahaan yang nantinya mempengaruhi harga pokok produksi dan penetuan
harga jual yang merupakan suatu persoalan yang penting untuk kegiatan
perusahaan selanjuatnya maka dalam penelitian ini penulis hanya membatasi
masalah pada penentuan harga jual produk dengan metode Cost Plus Pricing
pendekatan Full Costing.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur penentuan harga jual yang dilakukan oleh
perusahaan.
2. Untuk mengetahui ketepatan penentuan harga jual yang dilakukan oleh
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi
pihak perusahaan dalam penentuan harga jual produk secara tepat sehingga
dapat lebih menunjang usahanya dalam mencapai tujuan usahawan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa
dan sebagai bahan pertimbangan serta acuan untuk penelitian yang
berhubungan dengan penentuan harga jual produk.
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini, penulis dapat memperluas pengetahuan tentang
penentuan harga jual produk dengan cara membandingkan antara teori- teori
yang ada dengan praktek yang sesungguhnya di perusahaan dan kalangan
wiraswastawan dan sebagai syarat penyelesaian tugas akhir.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisiang latar belakang masalah, rumusan masalah
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab ini menguraikan teori-teori yang melandasi pembahasan
masalah dalam penelitian.
Bab III : Metodologi penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, waktu penelitian,
tempat, objek dan subjek, data penelitian, teknik pengupulan
data dan teknik analisis data
Bab IV : Gambaran umum perusahaan
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Bab V : Analisis data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan data, pembahasan, pengelolaan data,
serta hasil penelitian yang dilakukan.
Bab VI : Penutupan
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran yang
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Harga pokok Produksi
1)Pengertian harga pokok produksi
Harga pokok produksi adalah jumlah yang diukur dalam satuan harga pokok
produksi adalah sama dengan biaya bahan upah langsung dan biaya overhead
langsung yang dikeluarkan dalam proses produksi ( Hutaruk, 1986: 44 – 45).
Biaya tersebut melekat pada harga pokok sebelum produk tersebut laku dijual,
selanjutnya harga pokok yang melekat pada persediaan ini berubah menjadi
harga pokok perolehan. Harga pokok meliputi semua pengeluaran yang
diperlukan untuk mendapatkan barang dan menempatkanya pada kondisi
barang siap dijual. Kesulitan untuk mengalokasi pengeluaran dari
masing-masing jenis persediaan biasanya diperlakukan sebagai biaya operasi pada
periode terjadinya pengeluaran (Haryono, 1992 : 103)
2)Metode pengumpulan harga pokok produk
Pengumpulan biaya dalam rangka penentuan harga pokok produk sangat
tergantung pada sifat pengolahan produk / cara produksi dari produk tersebut.
Cara produksi dalam menghasilkan produk dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu berdasarkan pada pesanan dan berdasarkan produksi massa.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan harga pokok pesanan
mengupulkan harga pokok produknya menggunakan pesanan (job
order method). Dalam metode ini biaya- biaya dikumpulkan untuk
pesanan tertentu dan harga pokok persatuan dihasilkan untuk
memenuhi pesanan tersebut berdasarkan pembagian total biaya
produksi untuk pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan
bersangkutan
b) Metode harga pokok proses
Pada perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan harga
produksi masa mengupulkan harga pokonya dengan menggunakan
harga pokok proses ( proses cost method). Dalam metode ini
biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok
persatuan produk dihasilkan dalam periode itu dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi periode bersangkutan dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam periode bersangkutan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Harga pokok pesanan = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑠𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛
Didalam metode harga pokok proses ini semua biaya produksi
B. Biaya
1) Pengertian biaya
Pada umumnya perusahaan menetapkan harga sesuai dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Perusahaan
diharapkan dapat menutup ongkos produksi dan menatapkan harga yang
tepat sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi dapat
tertutup. Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dengan satuan
uang yang telah terjadi / kemungkinan akan terjadi untuk waktu tertentu
(Mulyadi, 1990:11-44).
Dalam praktek, istilah biaya (cost) digunakan dalam dua arti yaitu
dalam kontek harga perolehan atau harga pokok dalam pengertian beban
(expenses) (Mulyadi, 1990:19). Adapun konsep dari costdan biaya adalah
sebagai berikut:
a. Harga perolehan adalah harga pokok (cost)
Jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk yang
dibayarkan / nilai aktiva yang diserahkan / dikorbankan sebagai hutang
yang timbul serta tambahan kemudahan dalam pemilihan barang dan jasa
yang diperlukan perusahaan baik masa lalu / masa datang.
b. Biaya (expenses)
Harga yang diperoleh / dikorbankan dalam rangka memperoleh
2) Pengolongan Biaya
Biaya dapat digolongkan menjadi 5 yaitu:
a) Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dasar yang dipakai dalam biaya menurut objek pengeluaran adalah nama
objek pengeluarannya. Contoh nama objek adalah bensin disebut biaya
bensin.
b) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam proses operasional perusahaan mempunyai 3 fungsi yaitu produksi,
pemasaran, administrasi dan umum. Maka perusahaan manufaktur
mengelompokkan biaya menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Biaya Produksi
Biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi bahan jadi.
Sedangkan menurut Supriyono (1987:19) biaya produksi adalah biaya
yang berhubungan dengan fugsi produksi atau kegiatan pengelolaan
bahan baku menjadi produk selesai. Menurut objek pengeluaran biaya
produksi dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Biaya bahan baku
Barang yang dikonsumsi oleh perusahaan terdiri dari bahan
dan barang bukan bahan.Bahan adalah barang yang akan
diolah menjadi produk selesai. Sedangkan barang yang bukan
bahan adalah barang yang dikonsumsi oleh perusahaan tapi
dapat dipakai di pabrik maupun non pabrik suku cadang yang
digunakan untuk perbaikan mesin. Sedangkan bahan dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu bahan baku dan bahan penolong.
Bahan baku adalah bahan yang diolah menjadi bagian produk
selesai yang pemakaianya dapat diidentifikasi atau diikuti
jejaknya atau bagian integral dari produk tertentu (Supriyono,
1987:19). Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang akan
diolah menjadi produk jadi tapi pemakainya tidak dapat diikuti
jejaknya atau manfaatnya pada produk selesai (Supriyono,
1987:19). Biaya bahan baku adalah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan yang membentuk bagian
menyeluruh produk jadi (bahan dasar / bahan pokok awal
sebuah produk sebelum diolah menjadi bahan jadi) (Mulyadi,
2005:275-276). Sedangkan menurut Supriyono (1987:20) biaya
bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang
dipakai dalam pengelolaan produk. Biaya bahan penolong
adalah harga perolehan bahan penolong yang dipakai dalam
pengolahan produk. (Supriyono, 1987:20)
b) Biaya tenaga kerja adalah biaya produksi yang dikeluarkan
untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi yang
merupakan usaha fisik dan mental yang dikeluarkan karyawan
menurut Supriyono (1987:20-21) biaya tenaga kerja adalah
semua balas jasa yang dilakukan perusahaan kepada semua
karyawan. Biaya tenaga kerja di pabrik digolongkan menjadi 2
yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang
diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat
diidentifikasi atau diikiti jejaknya pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan sedangkan biaya tenaga kerja tidak
langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan
pabrik, tapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasi atau jejaknya
tidak dapat diikuti pada produk yang dihasilkan perusahaan
(Supriyono: 1987, hal 20-21).
c) Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh biaya
bahan tak langsung biaya listrik, sewa tempat pabrik (gudang),
pajak gedung pabrik. Biaya overhead pabrik dibagi dapat
dibagi 3 kelompok berdasarkan karakteristinya yaitu (James
A.C, et al. , 1986:127-128)
i) Biaya overhead variabel adalah biaya variabel yang
berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi.
Contoh biaya bahan tidak langsung dan biaya buruh
ii) Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang
konstan dalam tingkat hasil tertentu. Contoh sewa
gedung pabrik dan pajak real estate.
iii) Biaya overhead semi variabel adalah biaya yang tidak
semuanya tetap dan tidak juga semua variabel tetapi
mempunyai karakteristik keduanya. Contoh biaya listrik
penerangan.
2. Biaya Pemasaran
Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contoh biaya pemasaran: biaya angkut, biaya asuransi, biaya
gaji bagian pemasaran (Mulyadi, 2005:14). Sedangkan menurut
Supriyono (1987:21) biaya pemasaran adalah biaya dalam rangka
penjualan produk selesai sampai pengumpulan piutang menjadi kas.
Biaya ini meliputi biaya melaksanakan fungsi penjualan, fungsi
pengudangan, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi adpertensi,
fungsi pemberian kredit dan pengumpulan piutang, fungsi pembuatan
faktur atau administrasi penjualan.
3. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
produk dalam perusahaan. Misalnya biaya telepon, biaya gaji direksi,
biaya pemegang saham (Mulyadi, 2005:14). Sedangkan menurut
yang berfungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka
penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan secara
keseluruhan.
c) Penggolongan biaya menurut biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Penggolongan ini terjadi jika perusahaan mengelola bahan baku menjadi
produk jadi bukan jasa. Sedangkan perusahaan yang menghasilkan
produk jadi jasa maka biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk tersebut dinamakan penyertaan. Dalam hubunganya dengan
produk, biaya dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Biaya langsung
Biaya yang terjadi karena ada suatu yang dibiayai meliputi biaya
bahan baku dan tenaga kerja.
2) Biaya tidak langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Contohnya biaya overhead pabrik.
d) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan kegiatan.
1) Biaya Variabel
Biaya yang jumlah total berubah sebanding dengan volume kegiatan.
Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel.
3) Biaya Tetap
Biaya yang jumlah nilainya tetap dalam volume kegiatan produksi /
tidak produksi kegiatan operasional perusahaan. Contoh: biaya gaji
direksi, biaya direktur produksi.
e) Penggolongan biaya atas jangka manfaatnya
1) Pengeluaran Modal
Biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari satu periode akutansi.
2) Pengeluaran Pendapatan
Biaya-biaya yang bermanfaat di dalam periode akutansai dimana biaya
tersebut terjadi.
C. Harga Jual
Harga jual didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan atas barang
dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan
manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Kotler, 2003:241).
Menurut Supriyono (1989:332), harga jual adalah jumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual
Menurut Swastha dan Irawan (1985:151) penentuan harga jual produk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Keadaan perekonomian
Faktor kondisi ekonomi akan mempengaruhi tingkat harga yang berlaku,
misalnya krisis ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga.
b) Penawaran dan permintaan
i) Permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh pembeli
pada tingkat harga tertentu. Pada umumnya, tingkat harga yang lebih
rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta akan lebih besar.
ii) Penawaran adalah sejumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh
penjual pada tingkat harga tertentu. Pada umumnya, jika harga barang
melambung tinggi, maka jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual
lebih banyak.
c) Elastisitas permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga jual adalah sifat
permintaan pasar. Sifat permintaan pasar tidak hanya mempengaruhi
penentuan harganya tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual.
Harga dan volume penjualan berbanding terbalik, artinya jika terjadi
kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan jika terjadi penurunan
harga maka penjualan akan meningkat.
Perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih kecil
pada volume penjualannya, maka permintaan ini besifat inelastis.
ii) Elastis
Perubahan harga akan menyebabkan terjadinya perubahan volume
penjualan dalam perbandingan yang lebih besar, apabila permintaan
ini bersifat elastis.
iii) Unitary elasticity
Perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang dijual
untuk proporsi yang sama, apabila permintaan ini bersifat unitary
elasticity. Dengan kata lain, penurunan harga sebesar 10% akan
mengakibatkan naiknya volume penjualan sebesar 10% pula.
d) Persaingan
i) Persaingan sempurna
Dalam persaingan, penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi
pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan pembeli ini akan
mempersulit penjual perseorangan untuk menjual dengan harga yang
lebih tinggi kepada pembeli lain.
ii) Persaingan tidak sempurna
Barang-barang yang dihasilkan oleh pabrik dengan merk tertentu
kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Hal ini dapat
merk lain. Keadaan seperti ini disebut persaingan tidak sempurna,
dimana barang tersebut telah dibedakan dengan memberikan merk.
iii) Persaingan oligopoli
Beberapa penjual menguasai pasar sehingga harga yang ditetapkan
dapat lebih tinggi dari harga dalam persaingan sempurna. Harga jual
yang ditentukan dalam bentuk pasar persaingan oligopoli adalah harga
jual yang ditentukan oleh penjual.
iv) Persaingan monopoli
Persaingan monopoli berarti dalam suatu pasar, penjual yang ada hanya
satu sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti permintaan barang yang bersangkutan, harga barang- barang
substitusi/pengganti, dan peraturan harga dari pemerintah.
e) Biaya
Biaya merupakan dasar dalam menentukan harga karena memberikan batas
bawah suatu harga jual produk. Tingkat harga yang tidak dapat menutup
biaya yang telah dikeluarkan akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga yang melebihi semua
biaya akan menghasilkan keuntungan.
f) Tujuan perusahaan
Penentuan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan perusahaan.
maksimum, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih
pangsa pasar yang besar dan mengatasi persaingan.
g) Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah juga faktor penting dalam penentuan harga jual.
Pengawasan pemerintah tersebut diwujudkan dalam bentuk penentuan
harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga serta praktek-praktek
lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
2) Tujuan Penentuan Harga Jual (Kotler, 2003:288)
a. Kelangsungan hidup
Sejumlah perusahaan menetapkan kelangsungan hidup sebagai tujuan
utama mereka jika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan seperti
kelebihan kapasitas, persaingan ketat, atau perubahan-perubahan keinginan
konsumen.Untuk menjaga agar perusahaan terus berjalan, perusahaan dapat
menetapkan harga yang rendah, dengan harapan dapat meningkatkan
permintaan. Sejauh harga dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya
tetap, perusahaan dapat terus berjalan.
b. Maksimalisasi laba sekarang
Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan harga yang
memaksimalkan laba sekarang. Mereka memperkirakan permintaan dan
biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga
yang akan menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat
c. Kepemimpinan pangsa pasar
Beberapa perusahaan ingin memaksimalkan pangsa pasarnya. Perusahaan
tersebut yakin volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan
biaya per unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi.
Untuk menjadi pangsa pasar, perusahaan-perusahaan tersebut menetapkan
harga serendah mungkin.
d. Kepemimpinan kualitas produk
Perusahaan mungkin mengarah untuk menjadi pemimpin dalam kualitas
produk dipasar. Misalnya Yamaha, memproduksi motor yang bermutu
tinggi dan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada motor pesaingnya.
Dengan strategi kualitas tinggi atau harga tinggi motor Yamaha
menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari rata-rata
industrinya.
3) Peranan Harga Jual
Pembentukan harga (mekanisme harga) merupakan salah satu kekuatan
penting dalam perekonomian yang berorientasi pada pasar. Fungsi utama yang
dilaksanakan oleh mekanisme harga antara lain (Winardi, 1992:118):
a) Perbandingan
Harga suatu produk memungkinkan pembeli untuk memperkirakan
nilainya, relatif dengan produk lain yang serupa.
Mekanisme harga melaksanakan suatu fungsi stimulasi, di mana makin
tinggi harga produk yang bersangkutan, makin besar hasil total yang di
capai sehingga perusahaan yang bersangkutan semakin bersedia untuk
memproduksinya.
c) Distribusi
Mekanisme harga mempermudah penjual untuk menjaring calon
konsumennya seperti misalnya penjual mobil mewah tidak akan
menawarkan barang dagangannya di pasar-pasar tradisional melainkan
akan menawarkan melalui internet, pusat-pusat perbelanjaan seperti mal,
ataupun langsung di perumahan-perumahan mewah. Barang-barang
didistribusikan melalui keputusan-keputusan penentuan harga.
4) Metode Penentuan Harga Jual
Harga jual suatu produk di dalam perusahaan harus dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Ada empat metode yang dapat digunakan
dalam penentuan harga jual yang dipakai oleh perusahaan, yaitu sebagai
berikut (Swastha dan Irawan, 1985:214):
a. Penentuan harga jual normal (normal pricing)
Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi
biaya penuh masa yang akan datang sebagai penentu harga jual produk atau
jasa. Metode penentuan harga jual normal sering disebut dengan istilah
cost-plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya
jumlah biaya) yang dihitung dengan formula tertentu. Harga jual produk
atau jasa dalam keadaan normal ditentukan dengan formula sebagai
berikut:
Harga jual = taksiran biaya penuh + laba yang diharapkan
b. Penentuan harga jual dalam (cost-type contract)
Cost-Type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan
pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah
dengan laba yang dihitung sebesar presentase tertentu dari total biaya
sesungguhnya. Harga jual yang dibebankan kepada konsumen dihitung
berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi dan memasarkan produk.
c. Penentuan harga Jual Pesanan Khusus (special order pricing)
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan diluar
pesanan regular perusahaan. Biasanya konsumen yang melakukan pesanan
khusus ini meminta harga dibawah harga jual normal, bahkan seringkali
harga yang diminta oleh konsumen berada dibawah biaya penuh karena
biasanya pesanan khusus mencakup jumlah yang besar.
d. Penentuan Harga Jual Produk atau Jasa yang Diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
diatur dengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut
ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah
dengan laba yang diharapkan.
5) Metode Penetuan Harga Jual (Mulyadi, 2001: 349)
Ada dua pendekatan pokok dalam penetuan harga jual, yaitu (1)
Pendekatan biaya (penetapan harga biaya plus, penetapan harga mark up, dan
penetapan harga breakevent), serta (2) Pendekatan pasar atau persaingan.
Penentuan harga jual harus menjamin semua biaya yang dikeluarkan dapat
ditutup dengan harga jual yang ditentukan oleh perusahaan. Dalam penentuan
harga jual untuk barang sekunder seperti batu bata metode cost plus pricing
sangat tepat digunakan dalam memtukan harga jual produk.
Cost-Plus Pricing. Cost-plus pricing adalah penentuan harga jual dengan
cara menambah laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan
datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Metode cost-plus
pricing sangat membantu dalam menentukan harga jual. Metode ini secara
umum dipakai perusahaan dan pemakaiannya sangat mudah dan sederhana.
Harga jual berdasarkan cost-plus pricing dihitung dengan rumus:
Harga jual = taksiran biaya penuh + laba yang diharapkan
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan dalam metode
a. Full Costing
Pendekatan full costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang membebankan seluruh biaya produksi.
Taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik (variable + tetap) xxx+
Taksiran total biaya produksi xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx+
Taksiran total biaya komersil xxx +
Taksiran biaya penuh xxx
b. Variable Costing
Variable Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam harga pokok produksi.
Taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
Biaya Variabel:
Biaya bahan baku xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx +
Taksiran total biaya produksi variabel xxx
Biaya administrasi dan umum variabel xxx
Biaya pemasaran variabel xxx+
Taksiran total biaya variabel xxx
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxx
Biaya pemasaran tetap xxx+
Taksiran total biaya tetap xxx +
Taksiran biaya penuh xxx
Rumus Perhitungan Harga Jual Per Unit
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan
dalam persamaan: (Mulyadi, 1993:81)
Harga Jual Per Unit = Biaya Produksi (per unit) + % Mark up
Rumus % Mark up:
% Mark up : labayangdi harapkan +biayanonproduksi
Biayaproduksi
Rumus ROI sebagai berikut: (Mamduh M.H, et al., 2005:86)
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎
Mark-up dalam dunia usaha diartikan sebagai selisih antara harga barang
atau jasa dengan harga jualnya. Mark-up ini ditambahkan kepada sebuah
produk untuk menghasilkan profit atau keuntungan. Sedangkan menurut
Winardi (1992: 141) mark-up adalah kenaikan rupiah yang dijadikan dasar
pembentuk laba yang diinginkan oleh perusahaan. Mark up yang ditambahkan
pada harga pokok produk diharapkan dapat menutup semua biaya produksi
maupun non produksi yang dikeluarkan perusahaan sehingga perusahaan
dapat memperoleh laba yang diharapkan. Dasar dalam menentukan jumlah
mark up adalah perusahaan harus terlebih dahulu mempertimbangkan nilai
investasi yang ditanamkan sehingga akan tercermin nilai laba yang diharapkan
atau return on investment (ROI). Mark up menghubungkan antara laba yang
diharapkan ditambah biaya non produksi dengan biaya produksi (Mulyadi,
1993:81).
Return on investment (ROI)merupakan pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan (Lukman,
Syamsudin 1985 : 56). Sedangkan menurut Soediyono (1991:137) return on
investmentadalah angka banding / rasio antara laba yang diperoleh perusahaan
dengan besarnya aktiva total perussahaan. Return on investment (ROI) adalah
pendekatan yang digunakan untuk menentukan besarnya mark up. Dalam
hal diataranya nilai investasi yang ditanamkan dan prospeknya (penjualanya).
Dengan demikian rasio return on investment (ROI) adalah rasio yang
menghubungkan antara keuntungan yang diperoleh (laba) dari operasi
perusahaan dengan total aktiva yang ditanamkan oleh perusahaan (Soediyono,
1991:137). Laba adalah selisih bersih penghasilan dikurangi biaya dan rugi
(Suwardjono, 2003:72). Sedangkan aktiva adalah kekayaan atau sumber
ekonomik yang dikuasai perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuanya (biasanya mencari laba) (Suwardjono, 2003:71). Sebutan
lain dari ratio ini adalah “ net operating profit rate of retun” atau “operating
earning power”.
6) Keunggulan Metode Cost Plus-Pricing
Terdapat empat keunggulan dalam penetapan harga jual dengan metode
cost-plus pricing yaitu sebagai berikut (Supriyono, 1989: 264):
a) Pembuatan keputusan penentuan harga jual, manajemen dihadapkan kepada
banyak ketidakpastian sehingga harga jual berdasarkan cost-plus pricing
dapat merupakan titik awal ke arah harga jual yang dapat diterima sesuai
dengan kendala tertentu yang ada.
b) Biaya dapat dipandang sebagai suatu batas bawah perlindungan atau
penjagaan agar harga jual tidak ditentukan terlalu rendah sehingga
c) Harga jual berdasarkan cost-plus pricing dapat digunakan untuk
mempelajari secara mendalam biaya para pesaingnya atau dapat membantu
manajemen untuk memprediksi keputusan harga.
d) Suatu perusahaan mungkin mempunyai berbagai kelompok produk dan
tidak mempunyai waktu untuk menyusun analisis hubungan biaya volume
laba secara rinci untuk setiap kelompok produk. Untuk menganalisis
masalah tersebut, manajemen dapat dengan cepat dan secara langsung
menggunakan formula cost-plus pricing. Harga jual yang ditentukan
dengan cost-plus pricing ini mungkin sifatnya sementara dan akan diubah
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian pada obyek
tertentu dan mengumpulkan data terhadap obyek yang hendak diteliti dan hasil
penelitian hanya berlaku untuk perusahaan yang akan diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian: Perusahaan perseorangan Bapak Afik Rohani, disini
penulis akan melakukan studi kasus di daerah sentral pengrajin batu bata di
daerah Kaloran, Temanggung Jawa Tengah.
2. Waktu penelitian: April tahun 2011
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
a. Pimpinan perusahaan
b. Bagian produksi
2. Obyek Penelitian
D. Data yang Diperlukan
1. Gambaran umum perusahaan
2. Biaya produksi
3. Biaya non produksi
4. % laba yang diharapkan perusahaan
5. Penentuan harga jual perusahaan
6. Data-data lain yang berhubungan
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang berwenang mengenai
masalah yang diteliti di sini penulis akan melakukan wawancara dengan
pemilik usaha.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari data yang ada dalam
perusahaan. Data yang dikumpulkan berupa keterangan dari buku,
catatan-catatan, dan laporan yang dimiliki khususnya mengenai data biaya dan data
produksi.
3. Observasi
Metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan peninjauan
memperkuat dan melengkapi data yang diperoleh dengan teknik wawancara di
sini penulis akan melakukan wawancara dengan pemilik usaha dan bagian
produksi.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan dengan langkah- langkah:
1. Mendiskripsikan harga jual produk oleh perusahaan
a. Menghitung harga pokok produksi per unit
b. Menghitung laba yang diharapkan perusahaan
c. Menghitung harga jual produk.
2. Mendiskripsikan harga jual berdasarkan teori menurut (Mulyadi, 1993: 349) :
a. Menghitung taksiran total biaya dengan unsur sebagai berikut:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik (variable + tetap) xxx +
Taksiran total biaya produksi xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx +
Taksiran total biaya komersil xxx +
Taksiran biaya penuh xxx
Persentase Mark up : 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 +𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑥
100%c. Menghitung besarnya harga jual:
Biaya produksi per unit xxx
Mark up (% mark up x biaya produksi per unit) xxx +
Harga jual per unit xxx
d. Membuat kesimpulan dengan cara melakukan pembandingan harga jual
yang berlaku pada perusahaan dengan besaran harga jual hasil dari
perhitungan berdasarkan metode pendekatan cost-plus pricing.
Menghitung selisih dengan rumus :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖 ℎℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎 ℎ𝑎𝑎𝑛
𝑥
100%Kriteria untuk menilai ketepatan hasil yaitu dengan cara
Jika selisih kurang dari 1% adalah sangat tepat
Jika selisih antara 1% - 5% adalah tepat
Jika selisih antara 5% - 10% adalah kurang tepat
Jika selisih lebih dari 10% adalah tidak tepat
Angka-angka tersebut diatas diambil berdasarkan batas penyimpangan yang
32 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahan
Unit usaha batu bata bapak Afik adalah Perusahaan Perseorangan yang
didirikan oleh Bapak Suharto pada pertengahan tahun tahun 1980-an. Pada saat
itu perusahaan Perseorangan ini diserahkan / dikelola oleh anak kandungnya
yaitu Bapak Afik Rohani. Adapun visi dan misi yang ingin dicapai oleh Bapak
Suharto saat pendirian usaha ini yaitu untuk memperbaiki perekonomian
keluarga dan menigkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar unit usaha.
Ide pendirian perusahaan Perseorangan ini muncul seiring perjalanan hidup
Bapak Suharto sendiri. Sebelum berkecimpung dalam bisnis ini Bapak Suharto
adalah seorang petani yang mempunyai lahan sendiri seiring berjalannya waktu
ketika hama wereng menyerang tanaman padi Pak Suharto yang mengakibatkan
gagal panen selama tiga musim berturut turut. Kegagalan panen membuat Pak
Suharto mencari alternatif lain yaitu dengan menanam tanaman terong dan
ketela. Selama beberapa waktu beliau merasa bahwa dengan usahanya itu kurang
bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dari situ muncul keinginan dari Pak
Suharto untuk merintis usaha batu bata. Ide untuk membuat usaha batu bata
muncul ketika Bapak Suharto melihat lahan kosong di belakang pekarangan
rumahnya yang hanya ditumbuhi pohon sengon. Akhirnya Pak Suharto mencoba
sudah merintis usaha pembuatan genting yang mirip cara pembuatanya dengan
batu bata. Pemasarannya pak Suharto mencoba bekerjasama dengan temannya
pengusaha genting yang mempunyai hubungan dengan beberapa pemborong
selain itu pak Suharto juga mulai membuat relasi dengan temannya yang bekerja
sebagai kuli bangunan di proyek- proyek sekitar Temanggung. Karena dengan
bisnis batu bata waktu itu cukup menguntungkan dan mempunyai prospek yang
bagus ke depan maka pak Suharto mefokuskan usaha batu bata sedangkan
berladang ketela dan terong dijadikan sampingan usahanya. Adapun omset
produksi yang dihasilkan ketika memulai usaha sekitar 5000 buah batu bata yang
dikerjakan oleh Pak Suharto dengan dibatu oleh seorang karyawan yaitu
tetangganya sendiri.
Akhirnya dengan berjalannya waktu dengan kerja keras baik itu dari segi
tenaga, modal serta jalinan relasi dengan teman- temanya yang semakin luas
usaha pak Suharto mulai berkembang. Pada tahun 1996 pak Suharto memperoleh
kredit usaha dari bank BRI ( Bank Rakyat Indonesia) cabang Temanggung.
Peningkatan modal memudahkan Pak Suharto dalam pemenuhan permintaan
yang semakin banyak tidak hanya dalam kota Temanggung saja namun sudah
merambah kota lain seperti Solo, Yogyakarta, Magelang, Wonosobo, Semarang,
dan sekitarnya tentunya dengan memperbanyak jumlah alat produksi dan tenaga
B. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan Bapak Afik berada di kelurahan Gandulan, kecamatan
Kaloran kabupaten Temanggung tepatnya di samping kelurahan Gandulan tepi
jalan raya Temanggung-Semarang. Sedangkan lokasi yang kedua adalah 3
kilometer dari lokasi pertama Jl Raya Kaloran Rt 2 Rw 2 kelurahan Gandulan,
kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung tepatnya belakang rumah bapak Afik.
Kegiatan produksi dan adminitrasi dilakukan pada tempat yang sama. Alasan
pemilik memilih kedua lokasi tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sebgai
berikut:
1. Bahan Baku
Letak produksi yang dekat dengan jalan raya sehingga aksesnya mudah
dilalui truk- truk pengangkut Bahan baku yaitu tanah liat. Jarak lokasi
yang dipilih dekat dengan dengan tempat mendapat bahan baku (supllies).
Dengan jarak yang dekat dengan supllies maka semakin rendah biaya
yang dikeluarkan untuk pengangkutan bahan baku dan bahan jadi.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan adalah tenaga kerja yang berasal dari
lingtkungan sekitar perusahaan sehingga perekrutanya serta pengaturan
menjadi mudah.
Lokasi perusahaan yang dekat dengan jalan raya mempermudah dalam
kelancaran baik itu produksi maupun distribusi sehingga tidak terjadi
pemborosan dalam bentuk biaya maupun waktu..
4. Pasar
Perusahaan mempunyai beberapa langganan tetap dan hubungan dengan
banyak tukang bangunan yang bekerja di proyek- proyek di dalam / luar
kota Temanggung memudahkan peusahaan dalam pemasaran produk
C. Struktur Organisasi
Perusahaan Pak Afik Rohani adalah perusahaan perseorangan dimana
pemilik sekaligus pimpinan perusahaan yang membawahi fungsi- fungsi di
bawahnya. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi pada perusahaan perseorangan
Bapak Afik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
PIMPINAN
PERUSAHAAN
KARYAWAN
SERABUTAN
KARYAWAN
1) Pimpinan Perusahaan
Tugas dari pimpinan perusahaan adalah sebagai berikut:
a) Menentukan pelaksaanan operasi perusahaan
b) Membeli bahan baku
c) Mengelola karyawan
d) Menetapkan standar produksi
e) Mengurusai pemasaran
f) Mengurusi pemesanan
g) Mengurusi pengiriman barang
2) Karyawan Borongan
Tugas dari adalah Karyawan Borongan
sebagai berikut:
a) Menyiapkan bahan baku yang akan dicetak menjadi batu bata.
b) Mencetak batu bata
c) Mengangin – angikan batu bata hasil cetakan
d) Menyiapkan batu bata yang diangin- anginkan (menyusun)
e) Menjemur batu bata
f) Membakar batu bata
g) Ikut terlibat dalam pengiriman
3) Karyawan Serabutan
Tugas dari adalah karyawan serabutan
a) Menyiapkan bahan baku yang akan dicetak menjadi batu bata.
b) Mencetak batu bata
c) Mengaigin – angikan batu bata hasil cetakan
d) Menyiapkan batu bata yang diangin- anginkan (menyusun)
e) Menjemur batu bata
f) Ikut terlibat dalam pengiriman
D. Personalia
Personalia disini adalah bagian yang berhubungan langsung dengan
ketenagakerjaan. Di sini akan diuraikan tentang ketenagakerjaan yang ada
dalam perusahaan perseorangan:
a) Tenaga Kerja
Saat ini dalam perusahaan memiliki 6 karyawan
Karyawan borongan : 4 orang karyawan
Karyawan serabutan : 2 orang karyawan
Karyawan borongan adalah karyawan yang yang dipekerjakan oleh
perusahaan untuk mengolah produk dari bahan mentah menjadi barang
jadi dan pengupahanya dihitung persatuan batu bata yang besaranya Rp
120,00 per batu bata.
Karyawan serabutan adalah karyawan yang yang dipekerjakan oleh
setengah jadi (batu bata mentah/ belum dibakar) dan pengupahanya
dihitung harian.
b) Pengaturan jam kerja
Karyawan bekerja 6 hari dalam satu minggu yaitu hari Senin s/d Sabtu
sedangkan hari raya dan hari Minggu libur. Adapun jam kerja karyawan:
Tabel 1.1
Hari / aktivitas Jam/ kegiatan
Senin s / d Sabtu 08.00 – 16.00
Istirahat 12.00 – 13.00
Minggu dan hari raya Libur
c) Pengupahan
Pengupahan yang dilakukan oleh perusahaan ada dua macam yaitu:
1) Upah karyawan borongan
Sistem pengupahan yang diberlakukan kepada karyawan borongan
adalah sesuai dengan jumlah batu bata yang dihasilkan dan
pengupahanya diberikan setiap akhir minggu.
2) Upah karywan serabutan
Sistem pengupahan yang diberlakukan kepada karyawan serabutan
adalah berdasarkan hari karyawan serabutan datang bekeja dan
E. Permodalan
Awal dari perluasan usaha Bapak Afik perusahaan memperoleh sumber modal
dari modal sendiri dan modal luar yaitu kredit lunak dari bank BRI cabang
Temanggung dan koperasi bersama yang beranggotakan para pengusaha kecil dan
menengah. Dengan adanya bantuan yang berupa permodalan perusahaan dapat
menigkatkan produktivitas dalam memenui pesanan yang mulai meluas daearah
pemasarannya. Namun seiring berjalanya waktu dan semakin mapannya usaha
Bapak Afik, pada tahun 2002 perusahaan bapak Afik sudah menggunakan modal
sendiri dan tidak lagi menggunakan modal luar yang bersal dari kredit bank dan
koperasi.
F. Produksi
Produksi yang dilakukan perusahaan adalah membuat batu bata jadi yang
berasal dari tanah liat. Adapun proses produksinya adalah sebgai berikut:
a. Bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi batu bata yaitu tanah liat.
Kualitas tanah liat sangat mentukan hasil akhir batu bata. Jadi dibutuhkan
tanah liat dengan kualitas yang bagus. Untuk memenuhi kebutuhan tanah
liat dengan kualitas yang bagus perusahaan mengambil dari pemasok yang
berasal dari daerah Kaloran Barat. Selain itu bahan baku dari pembuatan
batu bata adalah kayu bakar.
Bahan penolong yang digunakan untuk pembuatan batu bata adalah
serbuk, plastik ukuran besar dan minyak tanah / bensin di mana bahan
penolong digunakan untuk proses pembakaran dan pencetakan batu bata
setengah jadi menjadi barang jadi.
Keterangan proses pembuatan
1) Pembuatan / Pencetakan
Pembuatan / pencetakan disini artinya mencetak batu bata yang berasal
deri bahan baku tanah liat setelah digiling dicampur dengan air dan merata
dicetak menggunakan cetakan batu bata sesuai ukuran yang distandarkan
perusahaan sehingga hasil bisa sama dan seragam.
2) Penjemuran
Penjemuran adalah proses dimana batu bata yang telah dicetak disusun
rapi dan batu bata dijemur dibawah sinar matahari langsung sehingga
panasnya membuat cetakan batu bata yang disusun menjadi kering dan
siap dibakar
3) Pembakaran
Pembakaran adalah proses dibakarnya cetakan batu bata yang sudah
kering dijemur ditata sedemikian rupa di dalam perapian batu bata
(tobong). Pembakaran dilakukan dengan menggunakan kayu. Proses
pembakaran umumya dilakukan lebih dari satu hari itu disebabkan karena
matang sehingga batu bata yang dihasilkan adalah batu bata dengan
kualitas yang bagus.
(tobong adalah alat yang digunakan untuk membakar batu bata mentah
menjadi batu bata matang bentuk dari tobong adalah susunan batu bata
mentah yang bagian dasar bawahya terdapat delapan lubang yang
diggunakan sebagai tempat kayu dibakar sehing\ga menghsilkan panas
yang stabil)
4) Pengangin - anginan
Pengangin – anginan adalah proses pendinginan dimana batu bata yang
sudah / baru matang dari tobong dan masih panas dibiarkan dalam tungku
tobong sehingga dengan berjalannya waktu dan cuaca batu bata panas
menjadi dingin.
Di bawah ini adalah alur / proses produksi batu bata adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
BAHAN BAKU
PENYIAPAN
MENGANGINKAN
PENCETAKAN
PENGERIKAN
PENATAAN
BATU BATA
G. Pemasaran
Hasil produksi dari perusahaan adalah batu bata yang dibeli oleh perorangan,
pengembang serta toko di daerah Temanggung dan sekitarnya. Sistem pemasaran
yang dilakukan ialah pemasaran langsung dan pemasaran tidak langsung artinya
pemasaran dilakukan secara langsung ke konsumen dan pemasaran melalui
perantara sebelum ke tangan konsumen yaitu dari toko.
Promosi yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut dari konsumen / toko yang
pernah membeli batu bata dari perusahaan. Pembelian di lakukan secara tunai
oleh konsumen. Batu bata dapat dibeli oleh konsumen dengan memesan terlebih
dahulu. Perusahaan juga melayani pemesanan batu bata yang dengan spesifikasi
khusus (batu bata yang berbeda dengan standar produksi perusahaan). Pembelian
batu bata khusus / yang bukan standar perusahaan mengenakan DP terlebih
dahulu yaitu sekitar 20% dari total pesanan yang dibayarkan langsung ketika
44 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
Penelitian ini akan membahas satu produk yaitu batu bata. Perhitungan yang
di bahas di sini berasal dari jumlah produk yang dihasilkan selama bulan April
tahun 2010 – bulan Maret tahun 2011 yang nantinya akan dijadikan dasar
perhitungan biaya bahan baku, biaya bahan penolong, BTKL (biaya tenaga kerja
langsung), dan BOP (biaya overhead pabrik).
1) Penentuan harga pokok
Dalam mentukan harga pokok perusahaan mengupulkan biaya produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku hingga barang jadi. Biaya produksi tersebut
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik. Sedangkan harga pokok per unit diperoleh dengan membagi elemen
biaya yang sesungguhnya yang telah terjadi dengan jumlah produk yang
dihasilkan. Untuk memperjelas penentuan harga pokok akan dijelaskan tiap
elemen pembentuk harga pokok penjualan berdasarkan informasi yang
A) Penentuan Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku dalam perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu biaya bahan
baku dan biaya bahan penolong. Biaya bahan baku digunakan untuk
sebagian besar proses produksi dalam perusahaan ini ialah tanah liat dan
kayu bakar sedangkan bahan penolong yang digunakan berupa grajen /
serbuk, air, minyak tanah / bensin. Dibawah ini adalah data sehubungan
dengan biaya bahan baku dan besarnya biaya bahan baku yang terjadi
dalam proses produksi perusahaan selama bulan April tahun 2010 – bulan
Maret tahun 2011.
Selama bulan April tahun 2010 – bulan Maret tahun 2011 volume
produksi batu bata mencapai 5-7 truk per bulan. Untuk memproduksi 8000
buah batu bata dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:
Berikut ini biaya bahan baku dalam harga per satuan.
Harga 1 truk tanah liat (8000 buah batu bata) : Rp 750.000
Harga 1 truk kayu bakar (8000-10.000 buah batu bata) : Rp 800.000
Harga 2 liter bensin (8000-10.000 buah batu bata) : Rp 9.000
Berikut ini besar volume produksi batu bata selama bulan April tahun 2010 –
bulan Maret tahun 2011 (dalam rupiah)
1) Produksi 5 truk
Biaya (tanah liat) : 5 truk * 750.000 = Rp 3.750.000
Jumlah batu bata yang dihasilkan 5 truk * 8000 = 40.000 buah
Kayu Bakar : 10.000 batu bata mentah =Rp 800.000
40.000 batu bata (800.000 * 4) = Rp 3.200.000
Bahan penolong
Grajen / serbuk : 10.000 batu bata :1 karung
1 karung : Rp 50.000
40.000 batu bata (4 karung *50.000) = Rp 200.000
Plastik dan bambu : Rp 100.000
Bensin : 10.000 batu bata : 2 liter
40.000 batu bata ; 2 liter * 4 = 8 liter
1 liter = Rp 4.500
Total biaya bahan baku dan bahan penolong produksi 5 truk:
Bahan baku : 3.7500.000 + 3.200.000 = Rp 6.950.000
Bahan penolong :200.000 + 100.000 + 36.000 = Rp 336.000
2) Produksi 6 truk
Biaya (tanah liat) : 6 truk * 750.000 = Rp 4.500.000
Jumlah batu bata yang dihasilkan 6 truk * 8.000 = 48.000 buah
kayu bakar : 10.000 batu bata mentah = Rp 800.000
48.000 batu bata(800.000*4,8)= Rp 3.840.000
Bahan penolong
Grajen / serbuk : 10.000 batu bata :1 karung
1 karung : Rp 50.000
48.000 batu bata (4,8karung*50.000) = Rp 240.000
Plastik dan bambu : Rp 100.000
Bensin : 10.000 batu bata : 2 liter
48.000 batu bata ; 2 liter * 4,8 = 9,6 liter
Jadi 9,6 liter = 9,6 * 4.500 = 43.200
Total biaya bahan baku dan bahan penolong produksi 6 truk:
Bahan baku :4.500.000 + 3.840.000 = Rp 8.340.000
Bahan penolong : 240.000 + 100.000 + 43.200 = Rp 383.200
3) Produksi 7 truk
Biaya (tanah liat) : 7 truk * 750.000 = Rp 5.250.000
Jumlah batu bata yang dihasilkan 7 truk * 8.000 = 56.000 buah
kayu bakar : 10.000 batu bata mentah = Rp 800.000
56.000 batu bata(800.000* 5,6)= Rp 4.480.000
Bahan penolong
Grajen / serbuk : 10.000 batu bata :1 karung
1 karung : Rp 50.000
56.000 batu bata (5,6karung*50.000) = Rp 280.000
Plastik dan bambu : Rp 100.000
Bensin : 10.000 batu bata : 2 liter