• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

 

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Edeltrada Tian Mahar Tiara

041114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Edeltrada Tian Mahar Tiara

041114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv  

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 November 2010 Penulis

(6)

v  

Nama : Edeltrada Tian Mahar Tiara  Nomor Mahasiswa : 041114035

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS SISWA KELAS X & KELAS XISMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2009/2010

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 11 November 2010

Yang menyatakan

(7)

vi  

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan waktumu bukanlah

waktuNya.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus n Bunda Maria Papa tercinta di surga dan Mama tersayang

Mas Tato sama mbak Dias Prodi Bimbingan dan Konseling

(8)

vii  

Universitas Sanata Dharma 2010

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa kelas X ketika berbicara di depan kelas, (2) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas, dan (3) melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan siswa kelas X dan siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI tahun ajaran 2009/2010 SMA Fransiskus Bandar Lampung. Populasi penelitian ini adalah 340 orang dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah 200 orang yang terdiri dari 100 orang siswa kelas X dan 100 orang siswa kelas XI. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling sistematis, karena sampel diambil berdasarkan nomor presensi siswa.

Alat pengumpulan data untuk penelitian ini adalah kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini terdiri dari 29 aitem pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable, dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KDG), dan tidak pernah (TP). Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas memiliki koefisien reliabilitas dengan Cronbach ( ) rxx= 0,906. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan kategorisasi berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Teknik yang digunakan untuk uji daya beda adalah korelasi product moment dari Pearson berdasar Azwar (1999:60) dengan batasan riΧ≥ 0,30.

(9)

viii  

2010

This research was descriptive research which was conducted to: (1) reveal the anxiety level experienced by the X grade students to speak in front of the class, (2) reveal the anxiety level experienced by the XI to speak in front of the class and (3) find out any significant differences between the anxiety level of the X and XI grade students to speak in front of the class.

The subjects of the research were the X and XI graders of the academic year 2009/2010 SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG. The research population was 340 whereas the research subjects were 200 students which included 100 X and 100 XI grade students. The sampling technique was systematic sampling since the sample was chosen based on the attendance list.

The data gathering technique employed was questionnaire about the anxiety to speak in front of the class arranged by the writer. The questionnaire consists of 29 favorable and unfavorable items, four of which were always (SL), often (SR), occasionally (KDG) and never (TP). The questionnaire has coefficient reliability with Cronbach ( ) rxx= 0,906. The data analysis technique was categorization based on normal distribution with Azwar’s continuum’s level (1999:60). The category consists of five levels, namely very low, low, average, high and very high. The technique of the difference experiment was Pearson’s moment product correlation based on Azwar (1999:60) with limit riΧ≥ 0,30.

(10)

ix  

berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010”. Penulisan skripsi ini dilakukan guna melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin untuk penelitian dan menjadi dosen pembimbing skripsi yang selama ini memberikan bimbingan, perhatian, dan dukungan kepada penulis.

3. Dr. Gendon Barus, M.Si., Dosen Penguji yang telah memberikan koreksi dan masukkan yang sangat berharga untuk perbaikan skripsi ini.

(11)

x  

memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang berguna bagi penulis selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7. Sekertariat Program Bimbingan dan Konseling serta karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam hal keperluan penelitian dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

8. Pihak sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung, khususnya Kepala Sekolah SMA Fransiskus Sr. M. Pauli, FSGM., Bapak Abi dan semua guru serta staff, atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Fransiskus, atas pertolongan dengan penuh kesabaran dan kasih kepada penulis selama proses pengambilan data.

9. Para guru Bimbingan dan Konseling SMA Fransiskus yaitu Sr. Mariane, Bapak Hiskia, dan Bapak Joko yang telah membantu penulis selama proses pengambilan data untuk skripsi ini.

10. Para siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung yang telah membantu dalam pengisian kuesioner untuk skripsi.

(12)

xi  

semangat di saat penulis dalam keadaan kurang baik.

13. Eyang Uti serta semua keluarga besar Papa dan Mama yang selalu memberi semangat dan dukungan sampai penulis lulus kuliah.

14. I would like to thank Mas Bowo, someone special who has supported the writer during the completion of this thesis.

15. Teman-teman kuliah angkatan 2004 tanpa terkecuali.

16. Teman-temanku yang satu bimbingan skripsi yaitu Sr. Briggitta, Trias, dan Sepri terimakasih untuk dukungan, bantuan dan sharing pengalaman selama penulisan skripsi.

17. Bang Renol, kak Bernat, Lenny, kak Monik dan semua teman-teman persekutuan yang selalu mendukung dalam doa.

18. Teman-temanku (Retno, Maria, Agnes, Dewi, dan Sinta) yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada ku selama penulisan skripsi. 19. Semua pihak yang tidak saya sebutkan yang selalu memberikan semangat

(13)

xii  

Halaman Pengesahan ………. iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ……… iv

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi……… v

Halaman Motto dan Persembahan ……… vi

Abstrak ……….. vii

Abstract ………. viii

Kata Pengantar ……….. ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Tabel ……… xv

Daftar Lampiran ………. xvi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ………. 9

E. Batasan Istilah ……… 9

BAB II Tinjauan Pustaka A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan ……… 11

(14)

xiii  

Bandar Lampung ……….. 28

C. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan tentang berbicara di depan Kelas ……… 30

BAB III Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian ……….. 35

B. Subjek Penelitian ……… 35

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ……….. 35

2. Sampel Penelitian ……… 36

D. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner ……… 37

2. Validitas dan Reliabilitas ……… 40

3. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda ………. 42

4. Uji Coba ……….. 44

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan ………... 48

2. Tahap Pelaksanaan ……….. 48

F. Teknik Analisis Data ……….. 49 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

(15)

xiv  

Siswa Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung … 59 3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Antara Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus .. 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X ……… 64

2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas XI ……….. 66

3. Perbedaan yang Signifikan Antara Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI SMA Fransiskus ……….. 67

BAB V Penutup A. Ringkasan ……….. 70

B. Kesimpulan ………. 72

C. Saran ……… 73

DAFTAR PUSTAKA ………. 76

(16)

xv  

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Sebelum Uji Coba dan Penelitian ……… 39 Tabel 2 Hasil Uji Coba Skala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa

kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 ……… 46 Tabel 3 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 … 52 Tabel 4 Norma Kategorisasi Skor Aitem Berbicara di Depan Kelas Siswa

Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 ………. 54 Tabel 5 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas untuk Siswa

Kelas X ……….. 56 Tabel 6 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden ………. 57 Tabel 7 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan Norma

Kategorisasi untuk Siswa Kelas XI ……….. 59 Tabel 8 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden ………. 60 Tabel 9 Perhitungan Chi-Kuadrat Tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan

(17)

xvi  

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 78 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 83 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ………. 87 Lampiran 4 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X ……… 89 Lampiran 5 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI ……….. 91 Lampiran 6 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X ……… 93 Lampiran 7 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI ……….. 97 Lampiran 8 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas X ………. 101 Lampiran 9 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Berdasarkan Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XI.. 105 Lampiran 10 Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian ………... 106 Lampiran 11 Daftar Absensi Siswa Kelas X & Kelas XI ………. 107 Lampiran 12 Contoh Program Pengolahan Kecemasan Berbicara di Depan

(18)
(19)

1   

penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah dalam penelitian.

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang

memiliki strategi penyampaian materi kepada siswa berupa pengajaran.

Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang

menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2003:201).

Pada tahun 1994 dan sebelumnya kegiatan belajar mengajar disebut

dengan pengajaran. Istilah pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar di dukung oleh tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada pasal

31 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak

mendapatkan pengajaran serta pemerintah mengusahakan serta

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

Undang-undang. Guru dalam kegiatan pengajaran sebagai pusat dari proses

belajar mengajar dan siswa sebagai penerima tentang apa yang disampaikan

oleh guru. Pada tahun 2006 istilah pengajaran diganti dengan pembelajaran.

Istilah pembelajaran muncul sejak adanya sistem Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum yang berdasarkan pada

(20)

lingkungannya. KTSP juga bisa disebut sebagai kegiatan pembelajaran yang

berpusat pada diri siswa.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah proses belajar

mengajar yang berdasarkan pada kebutuhan dan minat siswa. Strategi

pembelajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem

belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa.

Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan

sebagai pemberi dukungan selama proses pembelajaran berlangsung (Oemar,

2003:201). Dukungan yang dapat diberikan lembaga pendidikan seperti

pemberi fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran yang dialami

oleh siswa dan dukungan yang dapat diberikan oleh guru seperti memberikan

pendampingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi

siswa benar-benar diajak untuk berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan

siswa sendiri yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang siswa alami.

Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini sudah digunakan

oleh SMA Fransiskus Bandar Lampung hampir di semua mata pelajaran. Siswa

di SMA Fransiskus dalam proses pembelajaran di kelas selalu diajak oleh guru

untuk ikut terlibat aktif seperti menjawab pertanyaan dari guru atau

menyampaikan pertanyaan kepada guru sehingga nantinya guru dapat

mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.

Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru

dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

(21)

pengamatan penulis, masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru

karena ceramah paling mudah dilakukan guru. Guru sudah terbiasa dan

umumnya belum merasa puas dan berpandangan belum memberikan

pengajaran apabila belum menyampaikan materi secara lisan di depan kelas

(Sudirman, 1987:113). Metode ceramah yang dipandang mudah dilakukan oleh

guru dalam proses belajar mengajar dapat memberikan dampak positif dan

negatif pada diri siswa. Dampak positif dari metode ceramah adalah membuat

siswa menjadi pendengar yang baik, siswa mendapatkan pokok-pokok dari

materi pelajaran yang cukup banyak yang telah dirangkum oleh guru, dan

siswa mendapatkan pokok-pokok materi pelajaran yang ditekankan sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai siswa (Sanjaya, 2006:146).

Dampak negatif dari metode ceramah adalah materi yang dikuasai oleh siswa

hanya terbatas pada materi pelajaran yang dikuasai oleh guru, siswa akan

menjadi bosan jika guru kurang mampu menyampaikan materi pelajaran secara

menarik, peran serta siswa dalam proses pembelajaran sangat sedikit, dan

keberhasilan penguasaan materi pembelajaran pada siswa tidak terukur

(Yamin, 2007:154).

Metode lain yang juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

adalah metode tanya jawab. Tanya jawab adalah proses dialog antara orang

yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi

informasi adalah seorang ahli atau yang dianggap mengenal dan mengetahui

suatu masalah secara baik. Si penanya mengharapkan informasi yang luas atas

(22)

penyampaian bahan mata pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di

jawab, terutama dari guru, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini

termasuk metode tertua dan yang banyak digunakan dalam proses pendidikan,

baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di sekolah (Sudirman,

1987:118). Metode tanya jawab ini masih digunakan oleh guru sampai

sekarang.

Metode tanya jawab memiliki dampak positif dan dampak negatif

dalam diri siswa. Dampak positif metode tanya jawab adalah siswa memiliki

keberanian bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami, siswa

memiliki keberanian untuk berdiskusi dengan teman yang lain jika ada

perbedaan pendapat saat tanya jawab, dan siswa memiliki keberanian untuk

mengungkapkan pendapatnya. Dampak negatif dari metode tanya jawab adalah

kreativitas siswa dalam berpendapat hanya terbatas pada materi pelajaran yang

disampaikan pada saat itu saja dan terkadang siswa mengalami kesalahan

dengan membahas materi pelajaran lain yang sedang tidak di bahas saat itu

(Yamin, 2007:156).

Pada kegiatan pembelajaran di kelas metode ceramah dan metode

tanya jawab masih sering digunakan oleh guru. Metode ini bila kita lihat dalam

kegiatan pembelajaran di kelas lebih banyak memusatkan proses pembelajaran

pada guru. Guru lebih banyak memberikan informasi kepada siswa dan siswa

menerima informasi yang diberikan guru. Siswa dalam hal ini lebih banyak

sebagai pendengar yang baik dan mengolah informasi yang diberikan oleh guru

(23)

proses pembelajaran di kelas bukan hanya metode ceramah dan metode tanya

jawab, tetapi masih ada metode presentasi (berbicara di depan kelas).

Metode presentasi merupakan salah satu metode dalam kegiatan

pembelajaran yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif. Peran aktif siswa

tersebut dapat dilihat melalui keikutsertaan siswa dengan bertanya tentang

materi yang disampaikan saat itu, memberikan pendapat atau masukan kepada

teman yang saat itu sedang mempresentasikan materinya, dan menyiapkan

materi yang akan dipresentasikan. Presentasi merupakan salah satu bentuk

diskusi tentang hasil tugas yang disampaikan kepada teman-teman sekelas dan

adanya kesempatan yang diberikan kepada teman-teman sekelas untuk

menanggapi hasil tugas yang telah dipresentasikan.

Metode presentasi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu

presentasi secara individual dan presentasi secara berkelompok. Presentasi

secara individual merupakan kegiatan berbicara di depan kelas dimana seorang

siswa menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa lain dapat

memberikan tanggapan seperti bertanya atau menyampaikan pendapat tentang

hasil tugas yang telah disampaikan. Presentasi secara berkelompok merupakan

kegiatan berbicara di depan kelas dimana siswa secara berkelompok

menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa yang lain dapat

memberikan respon terhadap hasil tugas yang saat itu dipresentasikan.

Metode presentasi dapat memberikan dampak positif dan dampak

negatif pada diri siswa. Dampak positif metode presentasi adalah siswa

(24)

keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat berkaitan dengan

materi yang dipresentasikan saat itu, siswa menjadi bisa menghargai pendapat

teman lain, dan siswa memiliki keberanian untuk tampil dan berbicara di depan

teman-teman sekelas. Dampak negatif dari metode presentasi adalah siswa

merasa gugup ketika berbicara di depan teman-teman sekelas, dan siswa akan

sulit mengungkapkan pendapat jika kurang menguasai bahan yang akan

dipresentasikan.

Pada tanggal 16 April 2009 peneliti melakukan wawancara dengan

guru bimbingan dan konseling serta guru bidang studi berkaitan dengan

kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan hasil tugas.

Menurut guru bimbingan dan konseling kegiatan berbicara di depan kelas

sudah digunakan hampir pada semua mata pelajaran di SMA Fransiskus

Bandar Lampung. Kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan

hasil tugas dimaksudkan agar siswa terlatih tampil di depan teman-teman

sekelas dan orang banyak. Guru bidang studi juga menambahkan bahwa

sebelum berbicara di depan kelas dalam menyampaikan hasil tugas siswa diberi

kesempatan untuk menyiapkan apa yang akan dipresentasikan agar nantinya

siswa tidak mengalami kecemasan ketika mempresentasikan hasil tugas.

Kegiatan presentasi yang di bahas pada penelitian ini adalah

presentasi yang berkaitan dengan hasil tugas. Hasil tugas tersebut akan

disampaikan oleh siswa secara individual. Kegiatan presentasi hasil tugas

(25)

diri siswa meskipun siswa sudah melakukan persiapan. Perasaan cemas yang

ada dalam diri siswa ini yang nantinya juga akan di bahas dalam penelitian ini.

Kecemasan berbeda dengan ketakutan biasa. Ketakutan merupakan

respon terhadap rangsangan menakutkan yang terjadi sekarang dan sudah jelas

objeknya. Menurut Santrock (2007:529) kecemasan merupakan perasaan dan

kegundahan yang belum jelas subjeknya dan tidak menyenangkan. Menurut

Freud (1958:432) kecemasan berhubungan dengan kondisi dan mengabaikan

objek, sementara ketakutan perhatian diberikan pada objek. Menurut Barlow

dkk (Durand dan David H. Barlow, 2006:159) kecemasan adalah keadaan

suasana-hati yang berorientasi pada masa yang akan datang, sedangkan

ketakutan adalah reaksi emosional langsung terhadap bahaya yang dihadapi

saat ini. Menurut pendapat beberapa tokoh tentang kecemasan ini dapat dilihat

bahwa adanya perbedaan antara ketakutan dan kecemasan. Respon yang

ditunjukan oleh ketakutan lebih bersifat langsung seperti berlari dengan objek

yang jelas juga, sedangkan kecemasan respon yang diberikan tidak langsung

seperti jantung berdebar-debar dan dengan objek yang kurang jelas.

Pada penelitian ini yang akan diuraikan bukanlah perbedaan dari

kecemasan dan ketakutan, melainkan membahas tentang kecemasan pada diri

siswa. Kecemasan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah kecemasan

berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi hasil tugas secara individual

khususnya pada siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar

Lampung. Siswa-siswi kelas X dan kelas XI digunakan sebagai subjek

(26)

presentasi dalam kegiatan belajar. Kegiatan presentasi ini masih ada pada

siswa-siswi kelas XII dan mungkin lebih sering dilakukan dalam kegiatan

belajar, namun dalam penelitian ini siswa-siswi kelas XII tidak dipilih sebagai

subjek penelitian karena siswa-siswi kelas XII sedang berkonsentrasi belajar

untuk persiapan ujian akhir sekolah. SMA Fransiskus Bandar Lampung dipilih

sebagai tempat penelitian karena sekolah ini dalam proses pembelajaran

menggunakan metode presentasi untuk semua mata pelajaran disamping

metode ceramah dan metode tanya jawab. Penelitian ini akan lebih

memfokuskan pada kegiatan presentasi hasil tugas dari guru secara individual.

Hal ini disebabkan oleh keingintahuan peneliti tentang tingkat kecemasan yang

dialami oleh siswa ketika berbicara di depan kelas, serta melihat ada tidaknya

perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan yang muncul pada

siswa-siswi kelas X dan kelas XI ketika berbicara di depan kelas.

Penulis berharap agar tulisan yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi secara

individual ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca ataupun guru

pembimbing yang membaca tulisan ini.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok di atas dijabarkan menjadi :

1. Bagaimanakah tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas

X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakah tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas

(27)

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan berbicara

di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus

Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

4. Bagaimanakah program bimbingan dan konseling berkaitan dengan

pengolahan kecemasan berbicara di depan kelas?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa

kelas X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa

kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

3. Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI

SMA Fransiskus tahun ajaran 2009/2010.

4. Program bimbingan dan konseling tentang pengolahan kecemasan berbicara

di depan kelas.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini

1. Bagi guru pembimbing: guru pembimbing mendapat gambaran atau

informasi tentang kecemasan yang dialami oleh siswa ketika berbicara di

depan teman-teman sekelas dan melalui informasi tersebut guru pembimbing

dapat membuat program bimbingan yang dapat melatih siswa untuk berani

(28)

2. Bagi siswa: siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk tampil dan

berbicara di depan teman-teman sekelas atau orang banyak melalui program

bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing.

E. Batasan Istilah

1. Kecemasan adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa tidak

nyaman terhadap kondisi tersebut dan memberikan respon yang kurang baik

terhadap kondisi tersebut. Respon tersebut dapat dimunculkan melalui

perilaku seperti berbicara menjadi terbata-bata atau gugup, sering

berkeringat pada bagian-bagian tertentu seperti telapak tangan, memainkan

jari untuk mengurangi rasa gugup dan jantung berdetak lebih cepat.

2. Berbicara di depan kelas adalah kegiatan pemberian informasi secara lisan

kepada teman-teman sekelas. Informasi yang diberikan dalam hal ini

merupakan informasi yang berkaitan dengan hasil tugas dan hasil tugas

tersebut mendapat tanggapan dari teman-teman sekelas berupa pertanyaan

ataupun pernyataan.

3. Kecemasan berbicara di depan kelas adalah suatu perasaan tidak nyaman

ketika berada dan berbicara di depan teman-teman yang ditunjukkan oleh

perilaku seperti berbicara terbata-bata, sering menggerakkan jari tangan,

mengulang-ulang kata yang sudah diucapkan atau lebih sering berkeringat.

4. Siswa pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA

Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 yang masih

(29)

11

kecemasan, gejala kecemasan dan berbicara di depan kelas. A.Kecemasan

1. Pengertian

Semua orang dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami berbagai macam perasaan. Perasaan yang dialami bisa berupa perasaan menyenangkan dan perasaan tidak menyenangkan. Perasaan yang menyenangkan itu misalnya perasaan gembira ketika memperoleh nilai yang baik dalam ujian, perasaan bahagia karena lulus ujian dengan prestasi yang baik, perasaan gembira karena lulus tes masuk sekolah favorit, dll. Perasaan tidak menyenangkan misalnya perasaan sedih karena gagal dalam ujian masuk sekolah favorit, perasaan takut ketika akan bertemu dengan guru yang galak, perasaan cemas ketika di minta maju ke depan kelas oleh guru, dll.

(30)

berpandangan bahwa gurunya galak dan manifestasi (perwujudan) dari keinginan siswa untuk menyelesaikan tugas dan rasa takut terhadap guru dengan cara siswa menyelesaikan soal dari guru pada buku tulis siswa sendiri.

Menurut Spielberg dan Sarason (http://dianti-konselor.blogspot.com : 19 Juli 2009) kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan seperti kegelisahan, kebingungan yang berkaitan dengan aspek subjektif emosi. Kecemasan dalam definisi ini tidak sama dengan kegelisahan. Kegelisahan yang dimaksud dalam definisi kecemasan disini adalah kegelisahan yang disebabkan oleh perasaan cemas pada diri individu. Misalnya siswa merasa gelisah dan kegelisahan siswa dapat diamati melalui sikap siswa yang sibuk memainkan bolpoin ketika akan maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas. Kegelisahan siswa ini disebabkan karena siswa mengalami kecemasan ketika akan maju ke depan kelas.

(31)

mengatakan bahwa siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman-teman sekelas disebabkan karena siswa mengalami perasaan cemas sebelum berbicara di depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas dan perasaan cemas siswa memberi pengaruh pada pikirin siswa.

Menurut Akhmad Sudrajat (http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010) kecemasan (anxiety) merupakan salah satu emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya terhadap objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi. Tapi jika intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif, justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu kondisi fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

Menurut American Psychiatric Association dan Barlow (Durand dan David H. Barlow, 2006:158) kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana-perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Misalnya seorang siswa yang merasa kaku pada bagian leher di saat siswa tersebut akan maju ke depan kelas dan menyampaiakan hasil tugas yang telah diselesaikan di depan teman-teman dan guru.

(32)

(reaksi badan secara fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, wajah menjadi merah, jantung berdebar-debar, berkeringat).

Menurut Nevid, dkk (2005:163) kecemasan merupakan suatu keadaan yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif. Maksud dari perasaan aprehensif adalah keadaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Misalnya siswa merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik dari teman-teman sekelas setelah selesai menyampaikan hasil tugas di depan kelas.

Menurut Sundari (2005:51) kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan emosi seseorang dan dapat memberikan ancaman terhadap kesehatan individu itu sendiri. Maksudnya suatu kondisi yang menyebabkan munculnya perasaan tidak tenang atau gelisah. Misalnya siswa yang merasa gelisah ketika mendekati hari-hari ujian kenaikan kelas. Perasaan gelisah tersebut membuat siswa menjadi tidak memiliki nafsu makan dan akibatnya siswa mengalami gangguan pada pencernaannya.

(33)

dimunculkan oleh seseorang terhadap hal atau kondisi yang sedang dialami oleh seseorang pada saat itu.

2. Jenis-jenis Kecemasan

Gaundry (Gunartomo, 2002) menyatakan bahwa secara konseptual di dalam kecemasan dikenal sifat kecemasan (trait anxiety) yang menunjukkan keadaan emosional yang relatif menetap dalam diri seseorang dalam menilai situasi dan kondisi yang sama. Kecemasan ini akan dialami oleh seseorang ketika seseorang tersebut menilai keadaan yang pernah dialami sebelumnya sama dengan keadaan yang akan dialami berikutnya, meskipun sebenarnya keadaan yang dihadapi pada waktu yang berikutnya berbeda dengan keadaan yang dialami pada waktu sebelumnya dan kecemasan yang dialami juga berbeda.

Speilberger (Slameto, 1995) membedakan kecemasan atas dua bagian yaitu:

a. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya.

(34)

Cattell, Scheier dan Spielberger (Clerq, 1994:49) menggambarkan kecemasan menjadi dua macam yaitu:

a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu. Contohnya siswa menjadi mudah marah ketika siswa merasa cemas karena akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif.

b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan ‘anxiety proneness’ (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai kecemasan kronis.

Frued (http://majalahqalam.com : Calvin S. Hall, 1993) membagi kecemasan ke dalam 3 tipe, yaitu:

a. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.

(35)

ketakutan terhadap naluri-naluri itu sendiri, tapi terhadap hukuman yang akan menimpa jika suatu naluri dilepaskan. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh seseorang pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang memiliki otoritas. Misalnya siswa memiliki naluri untuk mencontek ketika mengerjakan soal ujian. Bila naluri siswa untuk mencotek tidak dapat siswa kendalikan dengan baik, nantinya siswa akan mendapatkan hukuman dari guru yang saat itu mengetahui bahwa siswa tersebut sedang mencontek saat mengerjakan soal ujian.

c. Kecemasan moral yaitu berupa rasa takut terhadap suara hati. Individu yang memiliki suara hati yang baik, cenderung merasa bersalah atau malu jika berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang melanggar norma di masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang memiliki otoritas.

3. Penyebab-penyebab Kecemasan

(36)

(http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010) penyebab-penyebab yang membuat siswa merasa cemas di sekolah antara lain:

a. Faktor kurikulum

Target kurikulum dari sekolah yang terlalu tinggi, suasana pembelajaran yang kurang teratur dengan baik (kurang kondusif), pemberian tugas dari guru yang terlalu padat, atau sistem penilaian dari guru yang kurang adil dan penilaian terlalu ketat.

b. Faktor keadaan guru

Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa yang kurang bersahabat, guru yang terlalu galak dengan siswa, guru yang judes dan kurang kompeten. Guru yang kurang kompeten maksudnya guru kurang mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik. c. Faktor kondisi sekolah

Penerapan disiplin yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, suasana sekolah yang kurang nyaman, atau sarana belajar yang sangat terbatas.

Menurut Kartini Kartono (2000:121) penyebab-penyebab kecemasan antara lain:

a. Kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi.

b. Repressi (penekanan) terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna.

(37)

d. Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin.

Menurut Daradjat (1985) penyebab seseorang mengalami kecemasan karena:

a. Tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksuil. b. Merasa diri (fisik) kurang.

Individu menilai bahwa dirinya memiliki kekurangan fisik yang memberikan pengaruh pada diri individu dalam bersosialisasi dengan orang lain di sekitarnya. Misalnya siswa merasa bahwa dirinya kurang tinggi ketika berada di dekat teman-teman yang lebih tinggi dari dirinya dan siswa tersebut menjadi memiliki perasaan malu atau tidak nyaman jika berjalan dengan teman-teman yang lebih tinggi dari dirinya.

c. Pengaruh pendidikan waktu kecil.

Seorang anak yang selama masa kecilnya sering di beri nasehat atau di larang untuk melakukan sesuatu hal. Kondisi ini yang membuat individu menjadi kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu. d. Sering terjadi frustrasi karena tidak tercapainya yang diingini baik

material maupun sosial. e. Rasa tidak berdaya.

(38)

f. Tidak ada rasa kekeluargaan.

Maksudnya kurangnya ada rasa harmonis dan saling pengertian dalam keluarga serta kurang adanya rasa peduli antar anggota keluarga yang lain.

Menurut Narramore (Fabella, 1993:74) faktor-faktor penyebab kecemasan antara lain:

a. Perasaan kurang layak atau rendah diri. Hal ini boleh jadi dimulai pada masa kanak-kanak seseorang, di mana dia selalu diberondong dengan kritik, kegagalan dan kesalahan, sehingga seseorang tersebut memiliki harga diri yang rendah dan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah pula.

b. Rasa bersalah. Hal ini boleh jadi karena tindakan amoral yang dia pernah lakukan dan dorongan kuat untuk mengulanginya namun bertentangan dengan kebutuhan yang lain yaitu penerimaan sosial. Pertentangan seperti ini dapat menciptakan sumber kegelisahan yang nyata. Atau rasa bersalah yang disebabkan oleh tidak dapat mencapai apa yang diharapkan orang lain pada diri mereka.

(39)

membuat siswa benar-benar merasa takut ketika di minta untuk berbicara di depan orang banyak.

d. Rasa tak aman. Hal ini terjadi karena anak dihadapkan pada penolakan yang berulang-ulang, orang tua yang kurang menghiraukan atau kurang perhatian terhadap anak, rumah tangga yang berantakan, dan berbagai pengalaman masa kanak-kanak yang menyedihkan.

Menurut Sundari (2005:51) penyebab kecemasan yang dialami oleh seseorang antara lain:

a. Merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya. Seorang pelajar/mahasiswa yang menyontek ketika ujian dan menjadi berkeringat dingin ketika pengawas ujian lewat di depannya, takut diketahui bahwa dia mencontek.

b. Akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya. Misalnya seseorang yang sedang berkendara mengetahui bahwa kendaraan yang dinaiki remnya macet. Seseorang tersebut menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.

(40)

yang terlalu banyak yang diberikan oleh guru, kondisi sekolah dengan tata tertib yang terlalu ketat yang membuat siswa merasa tertekan serta sikap siswa yang merasa bersalah ketika melakukan suatu hal yang bertentangan dengan hati nurani seperti mencontek ketika ujian berlangsung dan sikap mencontek itulah yang membuat siswa merasa cemas dan tidak nyaman.

4. Gejala-gejala Kecemasan

Gejala-gejala kecemasan yang muncul dalam diri seseorang ada yang dapat langsung dilihat dan ada juga yang tidak dapat langsung dilihat. Gejala kecemasan yang dapat dilihat langsung dapat memberikan informasi pada diri kita bahwa kita atau orang lain sedang mengalami perasaan cemas. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada gejala-gejala kecemasan yang tampak dan dapat dilihat secara langsung serta dirasakan oleh individu sendiri.

Fabella (1993:75) menyebutkan gejala kecemasan secara psikologis melalui :

a. Perilaku yang suka membual dan pamer. Membual maksudnya mengatakan sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan dan yang dimaksud dengan pamer adalah menunjukkan sesuatu hal baik barang maupun keberhasilan yang dicapai pada orang lain secara berlebihan.

(41)

c. Penghindaran terhadap situasi yang dapat mendatangkan kecemasan dengan cara tidur, menyibukkan diri atau berkhayal. Berkhayal disini maksudnya memikirkan sesuatu hal yang belum terjadi atau tidak nyata.

d. Munculnya reaksi tertentu terhadap rangsangan (kurang tanggap ataupun terlalu sensitif). Misalnya siswa merasa ada sesuatu yang salah seperti rambutnya yang berantakan atau pakainnya yang kurang rapi ketika berada di depan kelas. Reaksi yang dimunculkan siswa karena perasaan tersebut siswa menjadi sering merapikan rambut dengan jari-jari tangan atau siswa menjadi sedikit-sedikit merapikan pakaiannya ketika berada di depan kelas.

e. Perilaku yang berubah menjadi aneh. Misalnya sikap seorang siswa yang biasanya ramah dan baik, kini tiba-tiba menjadi tidak peduli dengan orang lain dan mudah tersinggung.

Gejala kecemasan secara fisiologis (fisik) yang dapat dirasakan oleh individu sendiri menurut Fabella (1993:75) antara lain :

a. Nafsu makan yang hilang atau nafsu makan yang terlalu berlebihan. b. Gangguan pencernaan seperti sakit mag.

c. Diare atau sering buang-buang air. d. Jantung berdebar-debar.

e. Wajah memerah.

(42)

g. Pusing dan sakit kepala.

h. Kaku atau rasa sakit pada otot karena kejang.

i. Jika kecemasan yang dialami semakin parah akan muncul gangguan kesulitan tidur atau terbangun di tengan malam.

Daradjat (1985) menyebutkan gejala kecemasan secara fisik yang dapat dilihat oleh orang lain dan dapat dirasakan oleh individu sendiri antara lain :

a. Ujung-ujung jari terasa dingin.

b. Pencernaan tidak teratur atau mengalami gangguan pencernaan seperti mag.

c. Pukulan jantung cepat.

d. Berkeringat terlalu berlebihan. e. Tidur tidak nyenyak.

f. Nafsu makan hilang. g. Kepala pusing.

h. Nafas sesak disebabkan karena detak jantung yang cepat.

Daradjat (1985) menyebutkan gejala kecemasan secara mental atau psikologis ketika seseorang sedang mengalami kecemasan antara lain :

a. Merasa takut.

b. Merasa akan ada bahaya.

c. Tidak bisa memusatkan perhatian. d. Tidak berdaya.

(43)

f. Hilang kepercayaan diri. g. Tidak tentram.

h. Ingin lari dari kenyataan hidup.

Menurut Supratiknya (1995:39) gejala-gejala kecemasan antara lain :

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness).

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba sedih.

c. Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, serba takut salah. d. Sering mengeluh bahwa ototnya sering tegang, khususnya pada leher

dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare yang parah (kronik), sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa kebiasaan tidak bisa tidur (insomnia) dan mimpi buruk.

e. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar tanpa sebab yang jelas.

Menurut Kartini Kartono (2000:121) gejala-gejala kecemasan yang tampak dapat dilihat melalui :

(44)

b. Sering merasa mual dan muntah-muntah. Badan merasa sangat lelah, banyak berkeringat, gementaran, dan seringkali menderita diare atau mulas.

c. Selalu dipenuhi ketegangan-ketegangan emosional dan bayangan-bayangan kesulitan yang hanya dalam khayalan, walaupun tidak ada perangsang khusus. Ketegangan dan ketakutan-kecemasan yang khronis itu yang menyebabkan tekanan jantung yang sangat cepat, percepatan tinggi dari darah (tachycardia), dan tekanan darah tinggi (hypertension).

Menurut Santrock (1995:230) gejala-gejala kecemasan itu antara lain :

a. Gelisah. b. Gemetar.

c. Ketidakmampuan untuk rileks. d. Pusing.

e. Jantung berdebar-debar. f. Berkeringat.

Menurut Nevid, dkk (2005:168) gejala-gejala kecemasan yang muncul secara fisik antara lain :

a. Kegelisahan, kegugupan.

b. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar. c. Banyak berkeringat.

(45)

e. Pusing atau pingsan.

f. Sulit berbicara atau sulit bernafas.

g. Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang. h. Suara yang bergetar.

i. Sering buang air kecil dan diare. j. Leher dan punggung terasa kaku.

k. Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin. l. Tangan yang dingin dan lembab.

m. Panas dingin.

n. Gangguan sakit perut dan mual.

o. Mulut atau kerongkongan terasa kering. p. Wajah terasa memerah.

Menurut Sundari (2005:51) gejala-gejala kecemasan yang bersifat fisik dan dapat dilihat langsung antara lain :

a. Jari-jari tangan dingin. b. Detak jantung makin cepat. c. Berkeringat dingin.

d. Kepala pusing.

e. Nafsu makan berkurang. f. Tidur tidak nyenyak. g. Dada sesak nafas.

(46)

a. Psikologis cirinya adalah rasa takut, gelisah, gugup, tegang, ragu-ragu, tidak berdaya dan kurang mampu mengontrol diri. b. Fisiologis cirinya adalah jantung berdebar-debar, sakit perut,

pencernaan terganggu, diare, mual, pusing, lemah, nafas terengah-engah, mulut kering, berkeringat (terutama di telapak tangan), otot tegang (dari dahi, tengkuk, bahu, pinggul, dan sebagainya), sakit kepala, gelisah, mudah berkeringat, gemetar, gatal-gatal, kejang-kejang, pandangan mata kabur, pucat, nafsu makan ternganggu.

Sardiman (1987) menyatakan bahwa ada beberapa gejala yang menunjukkan seseorang sedang mengalami kecemasan, antara lain yaitu tidak bisa tidur, mudah marah, gelisah, sulit untuk istirahat, makan tidak teratur, tidak bisa berkonsentrasi, tidak berani untuk mengambil keputusan, terlalu peka atau sensitif, dan mudah untuk berkeringat secara terus menerus.

(47)

B.Kegiatan Presentasi di Sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung Metode presentasi di SMA Fransiskus merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar di dalam kelas selain metode ceramah dan tanya jawab. Metode presentasi ini digunakan oleh guru bidang studi hampir pada semua mata pelajaran. Metode presentasi merupakan salah satu metode kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar. Peran aktif yang dapat dilakukan oleh siswa misalnya dengan cara bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, memberikan pendapat atau bertanya tentang hasil tugas yang dipresentasikan oleh teman sekelasnya.

(48)

siswa untuk mempersiapankan bahan yang akan dipresentasikan, guru mengarahkan kepada siswa tentang hasil tugas yang harus dipresentasikan oleh siswa agar siswa tidak mengalami kebingunggan dalam mempresentasikan hasil tugas mereka di depan teman-teman sekelas, guru berperan sebagai pendengar saat siswa menyampaikan presentasi hasil tugas di depan teman-teman sekelasnya agar nantinya guru dapat memberikan masukkan kepada siswa berkaitan dengan hasil tugas yang sudah mereka presentasikan.

Selain guru bidang studi, guru pembimbing juga menjelaskan maksud dari kegiatan presentasi dalam proses belajar di kelas itu adalah untuk melatih siswa agar terbiasa tampil di depan orang banyak. Guru pembimbing juga menambahkan bahwa selain melalui kegiatan presentasi di dalam kelas, siswa juga dapat melatih diri untuk terbiasa tampil di depan orang banyak melalui kegiatan ekstrakurikuler yang sudah disediakan di sekolah. Kegiatan ektrakurikuler yang sudah ada di sekolah juga dapat membantu siswa untuk melatih diri tampil di depan kelas dan juga di depan orang banyak.

(49)

sangat memberikan sarana bagi siswa dalam melatih keberanian mereka untuk tampil di depan orang banyak selain melalui kegiatan presentasi pada saat proses belajar di dalam kelas.

C.Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan tentang Berbicara di Depan Kelas

Berbicara di depan umum memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, namun bukan juga suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Seseorang bisa berbicara di depan umum tidak perlu memiliki bakat khusus agar bisa melakukan hal itu. Seseorang bisa berbicara dengan baik di depan umum jika sering melakukan latihan berbicara di depan orang banyak dan melalui latihan itu nantinya seseorang akan terlatih untuk tampil dan berbicara di depan orang banyak.

Seseorang bisa berbicara dengan baik di depan orang banyak jika sudah berlatih, namun terkadang seseorang yang sudah terlatih pernah mengalami kesulitan ketika berbicara di depan umum. Kesulitan yang dialami seperti perasaan gugup ketika akan memulai berbicara dan konsentarasi yang terganggu ketika sudah berdiri di depan orang banyak. Pada bagian ini akan di bahas tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan berbicara di depan umum.

(50)

microteaching (mengajar dalam lingkup kecil). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri. Metode analisis datanya menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil pertama yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Hasil uji korelasi kedua variable menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola pikir yang cenderung negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Artinya, bahwa individu dengan pola pikir negatif yang tinggi akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi. Sebaliknya, individu dengan pola pikir negatif yang rendah akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang rendah pula.

(51)

dokumentasi. Hasil analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan t-tes diperoleh nilai t kelompok eksperimen sebesar 11,316 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kecemasan presentasi sebelum pelatihan public speaking dengan setelah pelatihan, dimana rerata sebelum pelatihan sebesar 23,18 dan sesudah pelatihan 14,45. Dengan demikian kecemasan presentasi setelah pelatihan public speaking lebih rendah dibanding sebelum pelatihan. Hasil analisis lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan tingkat kecemasan presentasi pada kelompok yang mendapatkan pelatihan public speaking, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan pelatihan public speaking cenderung mempunyai tingkat kecemasan presentasi yang tetap. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kesiapan antar individu berbeda-beda. Individu yang mendapatkan pelatihan public speaking yang diformulasikan dari unsur-unsur pelatihan dan aspek-aspek kecemasan presentasi yang tentu bertujuan untuk menurunkan kecemasan presentasi, menjadi lebih siap dan yakin sehingga mampu mengelola rasa cemas, dibandingkan individu yang tidak mendapatkan pelatihan public speaking.

(52)
(53)

35   

dan sampel penelitian; alat pengumpulan data/instrumen penelitian yang terdiri dari kuesioner, validitas dan reliabilitas, uji daya diskriminasi/daya beda, serta uji coba; prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai. Menurut Furchan (2004:447) penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan pada penelitian kecemasan berbicara di depan kelas adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010. Jumlah siswa kelas X sebanyak 100 orang dan jumlah siswa kelas XI sebanyak 100 orang yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 siswa kelas IPS dan 50 siswa kelas IPA.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

(54)

dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandara Lampung tahun ajaran 2009/2010. Kelas X terdiri dari 6 paralel dengan jumlah siswa 186 siswa dan kelas XI terdiri dari 6 pararel dengan jumlah siswa 154 siswa.

2. Sampel Penelitian

Menurut Furchan (2004:193) sampel adalah sebagian dari populasi. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Krecjie (Sugiyono,2006:65) yaitu :

/

5%

Perhitungan sampel adalah sebagai berikut

Jumlah populasi : 340

Kesalahan yang digunakan 5% : 181 (berdasar tabel Krecjie) Jumlah siswa kelas X : 186

Jumlah siswa kelas XI : 154 Jumlah sampel untuk

Kelas X : 181 99,01 99 340

186

= =

×

Kelas XI : 181 81,98 82 340

154× = =

(55)

Krecjie jumlah sampel untuk penelitian minimal 181 orang, namun dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 200 orang. Penentuan jumlah sampel ini lebih baik lebih dari 181 orang daripada kurang dari 181 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling sistematis. Menurut Sugiyono (2009:123) sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi terdiri dari 50 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil nomor urut yang ganjil saja atau nomor urut genap saja.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling sistematis karena pada penarikan sampel peneliti berdasar dengan nomor urut yang sudah ditentukan melalui nomor presensi siswa. Subjek yang digunakan oleh peneliti untuk uji coba instrumen adalah siswa dengan nomor urut presensi ganjil, sedangkan subjek yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian adalah siswa dengan nomor urut presensi genap.

D. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

(56)

yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang disertai dengan pilihan jawaban (Furchan, 2004:260). Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek kecemasan yaitu aspek fisiologis yang terdiri dari jantung berdebar-debar, berkeringat, kepala pusing, nafsu makan berkurang, nafas menjadi sesak, suara bergetar, mengalami gangguan pencernaan, tidur menjadi tidak nyenyak, jari-jari tangan menjadi dingin, dan kaku atau rasa sakit pada otot karena kejang. Aspek psikologis terdiri dari pembawaan gugup, mudah tersinggung, merasa was-was (khawatir), merasa rendah diri, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, gelisah, merasa takut, mudah marah, dan ingin menghindari diri atau lari dari kenyataan.

(57)

yang tidak sesuai dengan keadaan siswa yang sebenarnya(Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, Uriarto, 1993).

Kuesioner ini terdiri dari 40 aitem pernyataan yang harus dijawab oleh siswa dengan pilihan jawaban selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KDG), dan tidak pernah (TP). Skor untuk kedua bentuk pernyataan ini berbeda, untuk pernyataan favorable jawaban selalu (SL) mendapat skor 3, sering (SR) mendapat skor 2, kadang-kadang (KDG) mendapat skor 1 dan tidak pernah (TP) mendapat skor 0. Sedangkan pernyataan unfavorable jawaban selalu (SL) mendapat skor 0, sering (SR) mendapat skor 1, kadang-kadang (KDG) mendapat skor 2, dan tidak pernah (TP) mendapat skor 3.

(58)

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Sebelum Uji Coba dan Penelitian

No Aspek Indikator Nomor aitem Jumlah aitem 1. Fisiologis • Jantung berdebar-debar

• Berkeringat • Kepala pusing

• Nafsu makan berkurang • Nafas menjadi sesak • Suara bergetar • Mengalami gangguan

pencernaan

• Tidur menjadi tidak nyenyak

• Jari-jari tangan menjadi dingin

• Kaku atau rasa sakit pada otot karena kejang

1, 21 7, 27 2, 22 6, 26 10, 30 5, 25 9, 29 3, 23 4, 24 8, 28 20

2. Psikologis • Pembawaan gugup • Mudah tersinggung • Merasa was-was

(khawatir)

• Merasa rendah diri • Sulit berkonsentrasi • Sulit mengambil

keputusan • Gelisah • Merasa takut • Mudah marah • Ingin menghindar diri

atau lari dari kenyataan

12, 32 14, 34 15, 35 16, 36 13, 33 20, 40 17, 37 11, 31 18, 38 19, 39 20

2. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Kuesioner

(59)

fungsi ukurnya. Artinya sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang dirancang oleh penyusun. Menurut Sugiyono (2009:173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi alat ukur yang valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang diteliti.

(60)

rasional, maka validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan menggunakan analisis rasional.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi digunakan dalam penelitian ini karena pada penelitian ini peneliti hendak melihat sejauh mana aitem-aitem yang telah dibuat oleh peneliti dapat mencerminkan keadaan siswa ketika berbicara di depan kelas. Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada validitas ini dibantu oleh dosen pembimbing yang memiliki latar belakang pendidikan konseling psikologi.

b. Reliabilitas Kuesioner

(61)

1999:87). Hasil reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan koefisien alpha Cronbach ( ) adalah 0,906.

3. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda

Langkah seleksi aitem dalam skala ditempuh melalui pengujian daya beda/daya diskriminasi. Daya beda/daya diskriminsi aitem adalah kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap kecemasan siswa ketika berbicara di depan kelas. Oleh karena itu aitem yang berdaya beda tinggi adalah aitem yang mampu menunjukkan mana siswa yang memiliki kecemasan tinggi dan mana yang tidak ketika berbicara di depan kelas.

Azwar (1999:59) menyatakan bahwa pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisian korelasi aitem-total (riΧ) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem. Untuk menghitung koefisien korelasi aitem-total digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 1999:60) yaitu :

( )( )

( )

[

i i n

]

[

( )

n

]

n i i ri / / / 2 2 2

2 Σ ΣΧ ΣΧ

Σ ΣΧ Σ − Χ Σ = Χ

(62)

X = skor skala n = banyaknya subjek

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total, biasanya digunakan batasan riΧ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap cukup baik (memuaskan) dan jika kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 1999:65). Hasil korelasi aitem-total pada lampiran 13. 4. Uji Coba

Menurut Sugiyono (2009:123) teknik sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling sistematis dalam pengambilan subjek untuk uji coba instrumen dan untuk penelitian. Pengambilan subjek yang dilakukan oleh peneliti berdasar dengan nomor urut presensi siswa. Peneliti menggunakan nomor urut presensi siswa yang ganjil sebagai subjek untuk uji coba instrumen dan nomor urut presensi siswa yang genap dipilih oleh peneliti sebagai subjek penelitian.

(63)

adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung. Jumlah siswa yang digunakan untuk uji coba adalah 15 siswa kelas X dan 15 siswa kelas XI yang terdiri 7 siswa kelas XI IPA dan 7 siswa kelas XI IPS. Jumlah total subjek untuk uji coba adalah 30 orang.

Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 19 Februari 2010 dan tanggal 24 Februari 2010. Pada tanggal 19 Februari 2010 peneliti melakukan uji coba kuesioner di kelas X 5 dengan jumlah siswa 31 orang. Kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan oleh siswa kemudian dioleh oleh peneliti. Peneliti memilih nomor urut presensi siswa ganjil saja yang kuesionernya diolah untuk uji coba berdasarkan dengan teknik sampling sistematis. Siswa kelas X yang dipilih oleh peneliti untuk subjek uji coba instrumen adalah siswa dengan nomor urut presensi 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, dan 29. Jumlah siswa kelas X yang dipilih oleh peneliti untuk uji coba sebanyak 15 orang.

(64)

siswa yang ganjil saja untuk subjek uji coba ini berdasarkan dengan teknik sampling sistematis. Siswa kelas XI IPS 2 yang dipilih oleh peneliti adalah siswa dengan nomor urut presensi 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13. Siswa kelas XI IPA 1 yang dipilih oleh peneliti untuk subjek uji coba instrumen adalah siswa dengan nomor urut presensi 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13. Jumlah keseluruhan subjek uji coba kelas XI adalah 15 orang.

Data yang telah diperoleh kemudian diolah oleh peneliti dengan menggunakan program SPSS (Statistical Programe For Social Windows) versi 14. Pengolahan data dengan menggunakan program SPSS dari perhitungan korelasi aitem total dan batasan

Χ i

r ≥ 0,30 dihasilkan 14 aitem yang memiliki korelasi di bawah

0,30 dari 40 aitem. Aitem yang tersisa setelah uji coba hanya 26 aitem. Peneliti melakukan pemilihan 3 aitem dari 14 aitem yang gugur tersebut. Pemilihan 3 aitem oleh peneliti berdasar dengan indikator yang akan diukur oleh peneliti dalam penelitian tentang tingkat kecemasan berbicara di depan kelas. Peneliti kemudian melakukan perbaikan kalimat pada 3 aitem yang telah dipilih tersebut sebelum nantinya digunakan pada saat penelitian.

(65)

Tabel 2

Hasil Uji Coba Skala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X & Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2009/2010

No Aspek Indikator No. Pernyataan Lolos Gugur

F UF F UF F UF

1. Fisiologis Jantung berdebar-debar

40 1 40 1 - -

Berkeringat 29 12 29 - - 12 Kepala pusing 39 2 - 2 39 -

Nafsu makan berkurang

30 11 30 - - 11

Nafas menjadi sesak

26 15 - 15 26 -

Suara bergetar 36 5 36 - - 5 Mengalami

gangguan pencernaan

27 14 - 14 27 -

Tidur menjadi tidak nyenyak

38 3 38 - - 3

Jari-jari tangan menjadi dingin

37 4 37 4 - -

Kaku atau rasa sakit pada otot karena kejang

28 13 28 13 - -

Jumlah 10 10 7 6 3 4

2. Psikologis Pembawaan gugup

19 22 19 22 - -

Mudah tersinggung

17 24 17 - - 24

Merasa was-was (khawatir)

16 31 16 31 - -

Merasa rendah diri

10 25 - 25 10 -

Sulit konsentrasi 18 23 - 23 18 - Sulit mengambil

keputusan

6 35 6 35 - -

Gelisah 9 32 9 32 - - Merasa takut 20 21 20 21 - -Mudah marah 8 33 8 33 - - Ingin

menghindari diri atau lari dari kenyataan

7 34 7 - - 34

(66)

Jumlah aitem secara keseluruhan yang digunakan untuk penelitian 29 aitem yang terdiri dari 26 aitem setelah uji coba dan 3 aitem tambahan yang telah dipilih serta mengalami perbaikan dalam kalimatnya. Aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian ini telah memiliki batasan riΧ≥ 0,30 yang artinya aitem-aitem tersebut layak digunakan untuk penelitian. Aitem-aitem-aitem yang sudah lolos dari uji daya beda tersebut kemudian disajikan dalam bentuk kuesioner penelitian dan aitem-aitem tersebut juga diacak kembali oleh peneliti sebelum digunakan untuk penelitian. Bentuk kuesioner yang digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.

Perhitungan reliabilitas skala kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 menggunakan teknik analisis alpha Cronbach ( ) dan menghasilkan rxx= 0,942. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala kecemasan berbicara di depan kelas dalam penelitian ini dapat diandalkan untuk penelitian. E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Menghubungi kepala sekolah dan guru pembimbing SMA Fransiskus Bandar Lampung untuk membicarakan rencana penelitian sekaligus meminta bantuannya.

(67)

c. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Datang ke sekolah untuk menyebarkan kuesioner kecemasan berbicara di depan kelas kepada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung.

b. Meminta bantuan guru pembimbing mencari waktu masuk kelas untuk melakukan penelitian dan membagikan kuesioner kecemasan berbicara di depan kelas yang akan diisi oleh siswa. c. Menerima dan mengolah kuesioner yang telah di isi oleh siswa. F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data penelitian kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan siswa kelas XI tahun ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut :

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor masing-masing butir aitem skala. Langkah selanjutnya kemudian menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap aitem pernyataan.

(68)

a. Kategorisasi tingkat kecemasan subjek penelitian secara umum Kategorisasi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas secara umum disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang ukur.

Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar (1999:108) yang mengelompokkan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas subjek penelitian dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut :

σ µ−1,5 ≤

Χ kategori sangat rendah

σ µ σ

µ−1,5 <Χ≤ −0,5 kategori rendah σ

µ σ

µ−0,5 <Χ≤ +0,5 kategori sedang σ

µ σ

µ+0,5 <Χ≤ +1,5 kategori tinggi Χ

< +1,5

µ kategori sangat tinggi

Keterangan :

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

(69)

dalam skala.

Range : range, yaitu rentangan skor skala.

σ : standard deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata

teoretis dari skor maksimum dan minimum.

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan kecemasan berbicara di depan kelas. Kategorisasi tinggi rendah kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan siswa kelas XI secara keseluruhan (denganΣ aitem total = 29), diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut :

Xmaksimum teoretik : 29 x 3 = 87 Xminimum teoretik : 29 x 0 = 0 Range : 87 – 0 = 87 σ (teoretik) : 87 : 6 = 14,5

(70)

Penentuan kategorisasi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI secara umum dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran

2009/2010

Perhitungan Skor Kategori σ

µ−1,5 ≤ Χ ) 5 , 14 ( 5 , 1 5 , 43 − ≤ Χ 75 , 21 5 , 43 − ≤ Χ 75 , 21 ≤ Χ Sangat Rendah σ µ σ

µ−1,5 <Χ≤ −0,5

25 , 7 5 , 43 75 , 21 5 ,

43 − <Χ≤ −

25 , 36 75

,

21 <Χ≤ Rendah σ

µ σ

µ−0,5 <Χ≤ +0,5 25 , 7 5 , 43 25 . 7 5 ,

43 − <Χ≤ +

75 , 50 25

,

36 <Χ≤ Sedang σ

µ µ+0,5<Χ≤ +1,5

75 , 21 5 , 43 25 , 7 5 ,

43 + <Χ≤ +

25 , 65 75

,

50 <Χ≤ Tinggi

75 , 21 5 , 43 5 , 1 + > Χ + >

Χ µ σ Χ>65,25 Sangat Tinggi

Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori di atas, sehingga dapat dilihat tingkat kecemasan yang dirasakan oleh siswa ketika berbicara di depan kelas (sangat tinggi-sangat rendah).

b. Kategorisasi skor setiap aitem dalam skala

(71)

berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Norma kategorisasi untuk tiap aitem adalah sebagai berikut :

σ µ−1,5 ≤

Χitem kategori sangat rendah

σ µ σ

µ−1,5 <Χitem≤ −0,5 kategor

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Penanganannya No Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L Permasalahan Pelayanan SKPD Sebagai Faktor Penghambat Pendorong (1) (2) (3) (4) (5) 1 Meningkatnya

Pada hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri

.DUHW DODP GDQ VHOXORVD PHUXSDNDQ GXD PDWHULDO \DQJ PHPLOLNL NRPSDWLELOLWDV \DQJ VDQJDW EHUEHGD .DUHW DODP EHUVLIDW QRQSRODUVHGDQJNDQVHOXORVDEHUVLIDWSRODU .RPELQDVL DQWDUD NDUHW

Untuk dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah kegiatan yaitu monitoring, monitoring

Kajian ini akan memfokuskan secara langsung beberapa masalah yang timbul berkaitan tajuk yang ingin dikemukakan. Sebagai rumusan kepada permasalahan yang menjadi tumpuan

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan

Berdasarkan landasan yuridis tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Mojokerto kemudian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi