HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING UNTUK MATERI FUNGSI PADA SISWA KELAS
VIII D SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Disusun Oleh: Anita Limiarti NIM : 071414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PROBLEM SOLVING UNTUK MATERI FUNGSI PADA SISWA KELAS VIII D SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Disusun Oleh: Anita Limiarti NIM : 071414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku.
”
(Filipi 4:13).
Saya dapat melakukan apa saja bersama Tuhan.
^^ Saat kita belajar memercayai pemeliharaan Allah, maka
kita dapat memiliki kedamaian yang tidak hanya melampaui
segala pemahaman, tetapi juga mengatasi kecemasan kita.
Kita bisa merasa tenang, karena kita berada dalam tangan
Allah. Jika kita memikirkan Allah, Allah dapat membuat
kita merasa tenang.^^
“
Aku bersyukur kepada-MU oleh karena kejadianku dahsyat
dan ajaib
”
(Mazmur 139:14)
“ God never come
s too late. He never comes too early, too.
He will come right on time, but His timing is different from
our timing.”
v
Puji syukur dan terimakasih, skripsi ini Saya
persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Yang Maha Baik dan Maha Murah
Bunda Maria, Ibu yang selalu mendampingi dan tidak
pernah meninggalkan kita
Suster-Suster Penyelenggaraan Ilahi
Seluruh Keluarga Besar Panti Asuhan Bethlehem
Papa Hendrik
Mama Elsje
Adik Lia Limiarti dan Kakak Yohan Limiarto
Orang
–
orang disekitar Saya yang telah memberi
vii
Anita Limiarti. 2011. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Tahun Ajaran 2011/2012. Yogyakarta: Pendidikan Matematika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui adakah hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving Siswa untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta. 2) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011 pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 27 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving, serta Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika yang dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi dan Tes Kemampuan Problem Solving. Metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik Product Moment Pearson dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007.
Hasil analisis diketahui bahwa 1) ada hubungan antara variabel Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving untuk materi Fungsi pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta namun tidak signifikan pada taraf 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,253 yang termasuk dalam kategori lemah Sumbangan efektifnya adalah sebesar 6,40%, dan variabilitas yang lain, yaitu sebesar 93,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dikendalikan oleh peneliti yang di antaranya merupakan keterbatasan penelitian. Faktor-faktor itu seperti, pemahaman siswa, proses pembelajaran siswa di sekolah, metode mengajar guru dan sebagainya.
viii
ABSTRACT
Anita Limiarti. 2011. The Relationship between Emotion Intelligence and Problem Solving Ability in the subject of Function on the Students of Class VIII D Joannes Bosco Junior High School Academic Year 2011/2012. Yogyakarta. Mathematics Education. Department of Mathematics and Natural Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research was aimed to : 1) find out whether there was a relationship between Emotion Intelligence and Students’ Problem Solving Ability in the subject of Function on the students of class VIII D Joannes Bosco JHS
Yogyakarta. 2) find out the students’ attitude to Problem Solving Questions and
Mathematics.
This research was conducted from August until September 2011 on 27 students of Class VIII D Joannes Bosco JHS. The instruments used in this research were An Emotion Intelligence Questionnaire, A Test on Problem Solving
Ability, A Questionnaire on Students’ Attitude to Problem Solving Questions and Mathematics made by the researcher. The research instruments tested were an Emotion Intelligence Questionnaire and a Test on Problem Solving Ability. The data were analyzed using a statistic methodology of Product Moment Pearson with the help of Microsoft Excel 2007.
The results showed that 1) there was a relationship between the variable of Emotion Intelligence and Problem Solving Ability in the subject of Function on the students of class VIII D Joannes Bosco Yogyakarta. However, it was not significant at the level of 0.05 with correlation coefficient as big as 0.253, categorized as low. The effectiveness was as big as 6.40%, while the other variability was as big as 93.6% influenced by other factors that could not be controlled by the researcher as the researcher’s circumscription. The factors were
students’ comprehension, students learning process at school, teachers’ teaching methodology, and etc. 2) there were two kinds of students’ attitude to Problem
ix
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Anita Limiarti
Nomor Mahasiswa : 071414039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Kecerdasan Emosi Terhadap Kemampuan Problem Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 12 Desember 2011
Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya yang
besar, serta melalui kehendak dan penyertaan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skipsi ini dibuat dalam rangka melengkapi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, masukan, dan pengarahan
dari dosen pembimbing dan pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.
5. Segenap dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberi berbagai bantuan kepada penulis. 6. Dra. C. Bekti Susilowati selaku Kepala Sekolah SMP Joannes Bosco yang
xi
Joannes Bosco yang telah membantu dalam proses penelitian.
8. Semua Suster Penyelenggaraan Ilahi yang selalu hadir dan memberikan dukungan baik secara materiil maupun tidak. Terimakasih.
9. Sr. Yudith, PI, Sr Krista, PI, Sr. Annamarie, PI, Sr. Adriana, PI, Sr. Alberti, PI selaku Pimpinan Panti Asuhan Bethlehem yang pernah mendampingi peneliti selama di panti.
10.Ibu Soe Hien Nio yang selalu memberikan dukungannya. Terimakasih. 11.Sr. Matilda, PI beserta Ibu-ibu Pengasuh Panti Asuhan Bethlehem.
Terimakasih atas bimbingannya selama ini.
12.Keluarga Besar Panti Asuhan Bethlehem, terutama adik-adik dan teman-teman yang selalu menjadi semangat untuk tetap tegar dalam menjalani
hidup ini.
13.Keluarga Besar Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta yang selalu mengingatkan, dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 14.Eustalia Wigunawati yang telah memberi ide serta semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
15.Elysabeth Dwi Kadarti yang telah membantu selama proses penelitian. 16.Semua rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
xii
pembaca sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 12 Desember 2011
Penulis
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Istilah ... 4
F. Sistematika Penulisan Skripsi... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
xiv
1.Pengertian Kecerdasan emosi ... 7
2.Aspek Kecerdasan Emosi ... 8
3.Pengertian Problem atau Masalah ... 17
4.Kemampuan Problem Solving ... 18
5.Sikap Siswa ... 21
6.Pokok Bahasan Fungsi ... 25
B.Kerangka Berpikir ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A.Jenis Penelitian ... 38
B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
C.Subyek Penelitian ... 38
D.Obyek Penelitian ... 38
E. Variabel Penelitian ... 39
F. Bentuk Data ... 39
G.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 40
H.Keabsahan Data ... 43
1.Validitas Instrumen ... 43
2.Reliabilitas ... 45
I. Metode Analisis Data ... 46
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TABULASI DATA DAN ANALISIS DATA ... 55
A.Persiapan Penelitian... 55
xv
B.Pelaksanaan Penelitian ... 63
C.Deskripsi Hasil Penelitian dan Tabulasi Data ... 63
1. Data Kecerdasan Emosi ... 64
2. Data Kemampuan Problem Solving ... 64
3. Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 65
4. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 66
5. Penyajian Data Kedua Variabel ... 67
D.Pembahasan ... 69
1. Kecerdasan Emosi Siswa ... 69
2. Kemampuan Problem Solving Siswa ... 71
3. Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 72
4. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 74
5. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving ... 76
6. Keterbatasan Peneliti ... 78
BAB V PENUTUP ... 79
A.Kesimpulan ... 79
B.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosi ... 14
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Problem Solving ... 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving 43 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Siswa terhadap Matematika ... 43
Tabel 3.5 Reliabilitas Alpha Cronbach ... 45
Tabel 3.6 Pemberian Skor Kuesioner ... 47
Tabel 3.7 Acuan Skor Tes Kemampuan Problem Solving ... 47
Tabel 3.8 Pemberian Skor Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika ... 51
Tabel 3.9 Rangkuman Tabulasi ... 51
Tabel 3.10 Kategori Variabel Kemampuan Problem Solving... 52
Tabel 3.11 Interval Skor Variabel Kemampuan Problem Solving... 52
Tabel 3.12 Kategori Skor Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 53
Tabel 3.13 Kategori Skor Sikap Siswa terhadap Matematika ... 53
Tabel 3.14 Interpretasi Nilai r ... 54
Tabel 4.1 Koefisien Korelasi ... 56
Tabel 4.2 Distribusi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ... 57
Tabel 4.3 Distribusi Skala Kecerdasan Emosi dengan Item Baru ... 59
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Coba Kemampuan Problem Solving ... 60
xvii
Tabel 4.7 Uji Validitas No 3 ... 95
Tabel 4.8 Uji Validitas No 4 ... 96
Tabel 4.9 Uji Validitas No 5 ... 97
Tabel 4.10 Koefisien Korelasi untuk Tes Kemampuan Problem Solving .... 61
Tabel 4.11 Deskripsi Data Kecerdasan Emosi ... 64
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Skor Perolehan Kecerdasan Emosi ... 64
Tabel 4.13 Deskripsi Data Kemampuan Problem Solving ... 64
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Problem Solving ... 65
Tabel 4.15 Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 65
Tabel 4.16 Distribusi Skor Tiap No Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Soal Problem Solving ... 65
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 66
Tabel 4.18 Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Matematika ... 66
Tabel 4.19 Distribusi Skor Sikap Siswa terhadap Matematika Untuk Tiap Pernyataan ... 66
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa terhadap Matematika .... 67
Tabel 4.21 Skor Perolehan ... 67
Tabel 4.22 Perhitungan Koefisien Korelasi antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving ... 68
xviii
Tabel 4.24 Peringkat Perolehan Rata-rata Jumlah Skor Kecerdasan Emosi
xix
Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Rosenberg ... 24
Gambar 2.2 Diagram panah yang menunjukkan relasi ... 26
Gambar 2.3 Diagram panah yang menunjukkan relasi ... 27
Gambar 2.4 Diagram panah yang menunjukkan fungsi ... 28
Gambar 2.5 Diagram panah yang merupakan fungsi ... 29
Gambar 2.6 Diagram panah yang bukan fungsi ... 29
Gambar 2.7 Diagram panah yang merupakan fungsi ... 29
Gambar 2.8 Diagram panah yang bukan fungsi ... 30
Gambar 2.9 Koordinat Cartesius ... 31
Gambar 2.10 Diagram Panah yang menunjukkan korespondensi 1-1 ... 34
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Tabulasi Data Uji Coba Kecerdasan Emosi ... 86
Lampiran A.2 Tabulasi Data Penelitian Kecerdasan Emosi ... 88
Lampiran A.3 Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving .. 90
Lampiran A.4 Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Matematika ... 91
Lampiran A.5 Tabulasi Data Penelitian Tes Kemampuan Problem Solving 92 Lampiran A.6 Perhitungan Validitas Instrumen Kemampuan Problem Solving ... 93
Lampiran B.1 Kuesioner Kecerdasan Emosi Uji Coba ... 98
Lampiran B.2 Kuesioner Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ... 104
Lampiran B.3 Kuesioner Sikap Siswa ... 109
Lampiran B.4 Instrumen Tes Kemampuan Problem Solving ... 114
Lampiran B.5 Lembar Jawaban Tes ... 117
Lampiran B.6 Kunci Jawaban Tes ... 121
Lampiran B.7 Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi antara Skor Butir Dengan Skor Total Instrumen Kecerdasan Emosi ... 125
Lampiran B.8 Dokumentasi ... 126
Lampiran C.1 Kelengkapan Perijinan ... 128
Lampiran C.2 Sampel Hasil Isian Uji Coba Kuesioner Kecerdasan Emosi .. 131
Lampiran C.3 Sampel Hasil Isian Kuesioner Kecerdasan Emosi ... 150
Lampiran C.4 Sampel Hasil Isian Kuesioner Sikap Siswa ... 163
Lampiran C.5 Sampel Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Problem Solving... 170
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bila dilihat dari rentang perkembangan kehidupan manusia, masa remaja
berjalan antara umur 12 tahun sampai 22 tahun (Gunarsa, 1986). Santrock (2003:26) mengungkapkan bahwa remaja (adolescent) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa transisi, yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Kalau dilihat dari fisik,
remaja sudah seperti orang dewasa. Maka kadang remaja sudah ingin diperlakukan dan dituntut agar bisa bersikap seperti orang dewasa. Adanya kesenjangan antara penampilan fisik dan kemampuan remaja inilah yang
menimbulkan masalah baik bagi remaja maupun orang tua dan orang disekitarnya. Bisa dikatakan masa remaja adalah masa yang sulit untuk
menghadapi proses pengelolaan diri ke arah kematangan emosi yang menjadi salah satu ciri kedewasaan. Keberhasilan dalam transisi emosi akan sangat mempengaruhi penerimaan sosial remaja dan keberhasilan dalam berbagai aspek
perkembangannya dan sebaliknya apabila gagal maka akan mempengaruhi juga aspek yang lain.
intelektual (IQ) memberikan sumbangan dalam kesuksesan, sedangkan yang 80% merupakan bagian dari pendukung lainnya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Jadi,
kecerdasan emosional (EQ) ini sangatlah penting dan sangat perlu juga untuk dikembangkan, dan merupakan hal yang paling berharga dalam tiap diri manusia.
Bila remaja memiliki kecerdasan emosi yang baik maka tahap perkembangannya juga akan baik. Melihat asumsi di atas remaja yang memiliki kecerdasan emosi yang baik tentunya ia akan dapat menghadapi masalah-masalah
yang dialaminya. Menurut Hurlock (1973) salah satu masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugasnya adalah masalah pribadi, salah satunya
adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi di sekolah.
Salah satu masalah yang dialami remaja adalah masalah pelajaran di sekolah. Bagi sebagian besar siswa menganggap pelajaran yang paling
menakutkan adalah pelajaran matematika. Mereka sering menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. Sehingga
asumsinya, siswa yang memiliki kecerdasan emosinya baik maka dia bisa menyelesaikan masalah yang ada di hadapannya salah satunya adalah masalah matematika pada materi fungsi.
Melihat adanya fenomena tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan problem-solving untuk
siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco serta kurangnya semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika di sekolah. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melihat bagaimana kemampuan problem solving siswa kelas VIII D SMP
Joannes Bosco dan juga melihat bagaimana sikap siswa terhadap soal terutama soal problem solving dan juga terhadap matematika.
Sehingga judul dari penelitian ini adalah “Hubungan Kecerdasan Emosi
terhadap Kemampuan Problem-Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 .” Hal ini juga
dilatarbelakangi dengan adanya peran guru dalam mendampingi perkembangan remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco pada materi Fungsi?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika dan soal problem solving pada materi Fungsi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, peneliti ingin melihat adakah hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan problem-solving serta mengetahui sikap
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti memiliki pengetahuan tentang hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving siswa dalam Matematika.
2. Bagi Guru
a. Memberi gambaran kepada guru tentang bagaimana mendampingi siswa ditinjau dari kecerdasan emosi yang dimilikinya.
b. Memberi gambaran utuh mengenai sikap siswa terkhusus siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
3. Bagi Siswa
Diharapkan dapat memberi masukan yang positif bagi siswa dalam mengolah emosi mereka untuk mengatasi salah satu masalah dalam matematika yaitu
Soal Problem Solving untuk materi fungsi.
E. Batasan Istilah
1. Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri, mengendalikan diri, mengatur suasana hati, serta bertahan dan pantang menyerah ketika dihadapkan pada suatu permasalahan.
2. Kemampuan Problem solving adalah kemampuan untuk memahami masalah, menentukan strategi penyelesaian masalah, menyelesaikan strategi
penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. 3. Materi fungsi adalah salah satu pokok bahasan yang terdapat di kelas VIII
Berdasarkan penjelasan di atas yang dimaksud dengan hubungan kecerdasan emosi terhadap kemampuan problem solving untuk materi fungsi adalah
hubungan kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dan sikap optimisme lainnya terhadap kemampuan memecahkan masalah dengan langkah-langkah
tertentu ketika dihadapkan pada soal untuk pokok bahasan fungsi.
4. Sikap siswa terhadap matematika dan soal problem solving pada materi fungsi adalah kecenderungan seseorang untuk menerima/menolak suatu obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Obyek yang dimaksud adalah matematika dan juga soal problem solving pada materi fungsi.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain :
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian serta batasan istilah.
Bab II : Landasan Teori
Berisi tentang pengertian kecerdasan emosi, aspek-aspek kecerdasan emosi, pengertian problem /masalah, pengertian kemampuan problem solving, pokok
Bab III : Metodologi Penelitian
Berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, subyek
dan obyek penelitian, variable penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data dan instrument penelitian, keabsahan data, dan metode analisis data.
Bab IV : Deskripsi dan Pembahasan Hasil Penelitian, Tabulasi Data dan Analisis Data
Berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari persiapan
penelitian dengan pelaksanaan ujicoba penelitian, pelaksanaan penelitian serta tabulasi data penelitian, pendeskripsian hasil penelitian, analisis data penelitian
dan pembahasan.
Bab V : Penutup
7
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosional atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan juga orang lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain. Goleman (1997: 45) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.
Menurut Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2005) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan,
kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dalam hal ini seorang siswa mau tidak mau dituntut untuk dapat mengatasi masalah
pribadi yaitu salah satunya menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pelajaran matematika di sekolah.
Definisi formal mengenai kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu proses berpikir, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan
intelektual Meyer & Salovey (dalam Steven J. Stein & Howard E. Book, 2006).
Goleman ( dalam Dr. Hamzah B. Uno, 2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan ketrampilan kognitif,
orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan yang digeluti, makin penting kecerdasan emosi. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka
sesuai dengan potensi yang mereka miliki secara maksimum. Dapat dikatakan pula bahwa tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan
kemampuan kognitif mereka yaitu salah satunya kemampuan problem solving dalam matematika secara maksimum.
2. Aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Saphiro (dalam Dr. Hamzah B. Uno, 2005:68-69) , istilah kecerdasan emosi pertama kali tahun 1990 dilontarkan oleh dua orang ahli
yaitu Peter Salovey dan John Mayer yang mengemukakan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
a. empati
b. mengungkapkan dan memahami perasaan
c. mengendalikan amarah d. kemampuan kemandirian e. kemampuan menyesuaikan diri
g. kemampuan menyelesaikan masalah antarpribadi h. ketekunan
i. kesetiakawanan j. keramahan
k. sikap hormat
Dalam buku karangan Dr. Hamzah B. Uno, beliau kembali merujuk ahli Steven J. Stein dan Howard E. Book yang mengemukakan penemuan Reuven
Ba-On mengenai kecerdasan emosi. Reuven Bar-On merangkum kecerdasan emosi dan membaginya ke dalam lima ranah yang menyeluruh, dan 15
subbagian atau skala.
Kelima ranah kecerdasan emosi tersebut yaitu: a. Ranah Antar Intrapribadi
Ranah Antar Intrapribadi ini terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengedalikan diri sendiri. Ranah Antar Intrapribadi
melingkupi lima subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:
1) Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita
rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku
kita terhadap orang lain.
2) Sikap Asertif, yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan, membela diri dan mempertahankan
3) Kemandirian, yairu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta
tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosi.
4) Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk menghormati dan
menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik. Penghargaan diri adalah kemampuan mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kita serap dan juga
menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap menyukai diri kita.
5) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih. Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan
berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat yang secara maksimal,
serta berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh.
b. Ranah Antarpribadi
Ranah antarpribadi berkaitan dengan ”ketrampilan bergaul”
yang kita miliki, kemampuan beratraksi dan bergaul baik dengan
orang lain. Ranah Antarpribadi melingkupi tiga subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:
1) Empati, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan dan
(peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan
dan memikirkannya.
2) Tanggungjawab sosial, yaitu kemampuan untuk menjadi
anggota masyarakat yang dapat bekerjasama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya.
3) Hubungan Antarpribadi, mengacu pada kemampuan utnuk
membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan, yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta
menerima kasih sayang. c. Ranah Penyesuaian Diri
Ranah Penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk
bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ranah Penyesuaian diri melingkupi tiga
subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:
1) Uji Realitas, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau
takuti. Secara lebih luas, uji realitas merupakan kemmapuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang
secara obyektif terjadi.
2) Sifat fleksibel, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang
merupakan kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.
3) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan
menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat. Dalam pengertian lain, pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan
pemecahan yang ampuh. d. Ranah Pengendalian Stres
Ranah Pengendalian Stes terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls. Penjelasan lebih luas mengenai kecerdasan emosional ini terkait dengan
kemampuan menanggung stres tanpa harus ambruk, hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk. Keberhasilan dalam ranah ini
berarti kita dapat tetap tenang, jarang bersikap impulsif, dan mampu mengatasi tekanan. Ranah Pengendalian stres melingkupi dua subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:
1) Ketahanan menanggung stres adalah kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, serta secara konstruktif bertahan
menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan
2) Pengendalian Impuls, yaitu kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini
memperlihatkan kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan sikap agresif, permusuhan, serta
perilaku yang tidak bertanggungjawab. e. Ranah Suasana Hati Umum
Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan
kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang
kita rasakan. Ranah suasana hati umum melingkupi dua subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:
1) Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap
positif yang realistis, terutama dalam mengahadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian lain, optimisme bermakna kemampuan
melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.
2) Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan,
menyukai kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap
kegiatan
Berdasarkan kelimabelas skala yang diungkapkan Reuven Bar-On di atas kita dapat mengidentifikasi dan mengukur kecerdasan emosi seseorang.
lebih penting daripada IQ” mengungkapkan bahwa sampai sekarang belum
ada tes tertulis tunggal yang menghasilkan ”nilai kecerdasan emosi” dan
barangkali tak pernah akan ada tes semacam itu. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkap kecerdasan emosi ini dengan melihat
komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam ciri kecerdasan emosi. Peneliti akan menggunakan teori yang diungkapkan Reuven Bar-On ini dalam mengungkap kecerdasan emosi seseorang berdasarkan skala-skala
yang ada. Adapun pertimbangan peneliti menggunakan skala-skala ini adalah dikarenakan cakupan pengertian mengenai kecerdasan emosi yang lengkap,
memadai, mudah dipahami dan klasifikasi yang jelas untuk setiap ranah. Di bawah ini terdapat Tabel 2.1 yang berisi Indikator Kecerdasan Emosi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Skala Kecerdasan Emosi.
Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosi.
BIDANG INDIKATOR
Intrapribadi a. Kesadaran Diri (Self awareness), kemampuan untuk mengenali bagaimana dan mengapa kita merasakan perasaan itu dan pengaruhnya terhadap orang lain
b. Sikap Asertif (Assertiveness), kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jelas, berdiri tegak dalam pemikiran secara terbuka dan
mempertahankan posisi/pendapat
dengan kaki sendiri
d. Penghargaan Diri (Self regard), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan dan merasa nyaman
dengan hal itu walaupun itu kekurangan kita. Lawan dari penghargaan diri adalah rasa rendah diri.
e. Aktualisasi Diri (Self actualization), kemampuan dalam menyadari potensi diri dan merasa nyaman dengan apa
yang telah dicapai dalam pekerjaan maupun kehidupan personal. Kemampuan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.
Antarpribadi a. Empati, kemampuan untuk mengerti apa yang orang lain rasakan atau pikirkan, peka terhadap keadaan, kemampuan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
b. Tanggung jawab sosial, kemampuan untuk bekerja sama dan berkontribusi dalam kelompok
c. Hubungan antarpribadi, kemampuan untuk mempertahankan dan memelihara hubungan yang saling bermanfaat dan nyata dengan saling memberi dan
menerima disertai dengan perasaan emosi kedekatan (akrab). Aspek pentingnya adalah menunjukkan
kepedulian kepada sesama.
Kemampuan
beradaptasi
melihatnya sebagai sesuatu yang di atau tidak harapkan (kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian ketika berusaha menilai).
b. Sifat Fleksibel(Flexibility), kemampuan untuk mengatur perasaan, pikiran, dan tindakan untuk menanggapi
dengan sikap terbuka (mau menerima gagasan).
c. Pemecahan masalah, kemampuan untuk mendefinisikan masalah, bergerak untuk melaksanakan dan menghasilkan serta menerapkan pemecahan masalah yang efektif dan tepat.
Manajemen
stress
a. Ketahanan menanggung stres, kemampuan untuk tetap tenang dan fokus, menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan dan konflik- konflik emosi tanpa terpuruk
kedalamnya. Cirinya adalah menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tetap tenang dan sabar tanpa
terbawa emosi.
b. Pengendalian Impuls, kemampuan untuk melawan atau menunda godaan untuk bertindak. Cirinya adalah mampu
mengendalikan amarah, tidak frustasi dan bertindak kasar serta tidak menunjukkan perilaku meledak-ledak
Suasana Hati
Umum
b. Kebahagiaan, kemampuan untuk merasa puas dalam hidup, untuk merasa nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, serta menjalani dengan semangat dan antusias
dalam semua aktivitas
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaan dirinya dan orang lain, dan dapat digunakan untuk mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan,
seperti beradaptasi, kemampuan melakukan hubungan inter dan intra personal, memanajemen stress dan mood.
3. Pengertian Problem atau masalah
Sumardyono (2010) mengemukakan bahwa problem atau masalah dalam matematika adalah berupa soal-soal matematika, yang pada akhirnya akan
dihadapkan bagi siswa. Tidak semua soal dapat disebut problem atau masalah.
Sebuah soal dikatakan bukan „masalah‟ bagi seseorang bila dirasa mudah
diselesaikan. Suatu soal bersifat mudah biasanya dikarenakan soal tersebut sering (rutin) dipelajari dan bersifat tekhnis. Umumnya tipe soal ingatan (soal yang biasanya meminta siswa untuk mengenali atau menyebutkan fakta-fakta
matematika, definisi, atau pernyataan suatu teorema / dalil) dan tipe soal procedural (soal yang menghendaki penyelesaian berupa procedur langkah
kelompok soal rutin (routine problems), yaitu soal – soal yang mudah dan kurang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Soal-soal yang dimuat untuk mengungkap kemampuan problem solving tersebut haruslah merupakan soal yang minimal memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Soal tersebut menantang pikiran ( challenging)
b. Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya
(nonroutine)
Sumardyono mengungkapkan bahwa soal-soal dengan tipe terbuka
termasuk soal-soal yang cocok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Soal tipe terbuka yang dimaksud adalah tipe soal yang strategi pemecahan masalahnya tidak tampak pada soal. Soal-soal tipe ini
umumnya membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan.
4. Kemampuan Problem Solving
Menurut Dr. Hamzah ( 2005: 80), pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mengenali masalah dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang ampuh. Memecahkan masalah bersifat
multiphase dan mensyaratkan kemampuan proses berikut:
a. memahami masalah dan percaya pada diri sendiri, serta termotivasi
untuk memecahkan masalah itu secara efektif
b. menentukan dan merumuskan masalah sejelas mungkin. Salah satu caranya dengan mengumpulkan informasi secara relevan
d. mengambil keputusan untuk menerapkan salah satu alternatif pemecahan
e. menilai hasil alternatif pemecahan yang digunakan
f. mengulang proses di atas apabila masalahnya tetap belum terpecahkan
Sumardyono (2010) mengungkapkan pengertian Problem Solving dalam matematika adalah suatu proses pemecahan masalah terhadap masalah yang akan dihadapkan pada siswa yang dalam hal ini berupa soal-soal matematika.
Sehingga yang dimaksud kemampuan problem solving dalam matematika adalah kemampuan memecahkan masalah terhadap soal-soal matematika
dengan tipe soal terbuka. Dalam penelitian ini proses memecahkan masalah mengacu pada Teori Polya.
Adapun langkah-langkah Problem Solving dalam soal matematika menurut
Polya (1973:5) ada 4 yaitu: a. Memahami masalah
Pada langkah tahap pertama ini kita perlu bertanya pada diri sendiri ketika menghadapi soal matematika seperti:
1) Apa saja pertanyaannya, dapatkah pertanyaan disederhanakan
2) Apa saja informasi atau data yang diketahui dari soal/ masalah, pilih data yang relevan
3) Hubungan-hubungan apa dari data yang ada b. Menentukan strategi penyelesaian masalah
Pada tahap kedua ini diperlukan ketrampilan dan pemahaman berbagai
c. Menyelesaikan strategi penyelesaian masalah
Pada tahap ketiga ini perlu dilatih mengenai ketrampilan berhitung dan memanipulasi aljabar, serta membuat penjelasan (explanation) dan
argumentasi (reasoning)
d. Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.
Pada tahap keempat ini dilakukan proses merefleksikan kembali apakah
sudah benar langkah tiap langkah, lengkap, jelas, dan berargumen (beralasan) dalam proses penyelesaian masalah/soal tadi. Hal ini dapat
dilatih mengenai langkah:
1) Memeriksa jawaban atau penyelesaian (mengetes atau menguji coba jawaban)
2) Memeriksa apakah jawaban yang diperoleh masuk akal.
3) Memeriksa pekerjaan, adakah analisis atau perhitungan yang salah
4) Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap dan kurang jelas. Untuk dapat melihat kemampuan problem solving seseorang perlu adanya karakteristik tertentu mengenai pemecah masalah yang baik.
Adapun karakteristik pemecah masalah diungkapkan oleh Suydam (1980:36) yang menghimpun dan menyaring ciri-ciri pemecah masalah yang baik
dengan mengacu pada berbagai sumber (Dodson, Hollander, Krutetskii, Robinson, Talton dan lain-lain) adalah sebagai berikut:
a. Mampu memahami istilah dan konsep matematika.
c. Mampu mengindentifikasi bagian yang penting serta mampu memilih prosedur dan data yang tepat.
d. Mampu mengenali detail yang tidak relevan. e. Mampu memperkirakan dan menganalisis.
f. Mampu memvisualkan dan mengintepretasi fakta dan hubungan yang kuantitatif.
g. Mampu melakukan generalisasi dari beberapa contoh.
h. Mampu mengaitkan metode-metode dengan mudah.
i. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi, dengan tetap
memiliki hubungan baik dengan rekan-rekannya. j. Tidak cemas terhadap ujian atau tes.
5. Sikap Siswa
Sikap di sini diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima /menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Dalam penelitian ini obyek yang dimaksud adalah soal pada tes kemampuan problem solving maupun matematika secara keseluruhan. Karena dalam kenyataannya seseorang yang belajar matematika dapat
dipastikan dirinya akan berhadapan dengan soal-soal yang akan mengecek kemampuannya tentang konsep-konsep matematika tersebut. Azwar
(1988) mengemukakan bahwa dilihat dari strukturnya sikap terdiri dari 3 komponen yaitu:
Komponen kognitif berupa apa saja yang dipercayai oleh subyek pemilik sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau
apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu obyek. Bila dalam pikiran siswa telah terpolakan bahwa soal-soal dalam matematika itu sulit, maka siswa akan cenderung untuk tidak mau mencoba soal yang serupa, yang
kemudian akan membawa dampak pada diri siswa untuk menjauhi matematika. Apapun yang menyangkut tentang kepercayaan tersebut
muncul dari apa yang kita lihat atau kita ketahui yang selanjutnya akan mengalami perkembangan. Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang kepercayaan itu terbentuk justru
karena tidak adanya informasi yang tepat mengenai obyek yang dihadapi (Azwar, 1988:20).
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap sesuatu obyek sikap
(Azwar, 1988:20). Secara umum, reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai bagi obyek
tersebut. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan 2 alternatif yaitu suka/tidak suka, menurut dan melaksanakan atau menjauhi atau menghindari sesuatu. Berdasarkan contoh di atas,
soal-soal yang membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi serta membutuhkan kegigihan, apabila siswa mempunyai pengalaman
pribadi dalam belajar matematika ia tidak mengalami suatu kesulitan, akan sangat dimungkinkan ia akan mempunyai sikap yang positif
terhadap matematika setidak-tidaknya tidak akan terbentuk perasaan tidak suka terhadap matematika.
c. Komponen konatif
Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku/ kecenderungan yang ada dalam diri berperilaku seseorang yang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Asumsi dasarnya adalah bahwa kepercayaan maupun perasaan mempengaruhi perilaku yang artinya bahwa perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus
tertentu akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Oleh karena itu, maka sikap seseorang akan
tercermin pada perilaku terhadap obyek tersebut. Dari ketiga komponen sikap di atas terdapat keselarasan dan konsistensi, dikarenakan bila dihadapkan dengan satu obyek sikap yang sama maka
ketiga komponen tersebut mempolakan arah sikap yang seragam. Namun kadang terjadi ketidakkonsistenan antara ketiga komponen di
Gambar 2.1 Konsepsi skematik Rosenberg dann Hovland mengenai sikap ( dalam Azwar , 1988 ).
Berdasarkan skema di atas akan dibuat kisi kisi untuk penyusunan kuesioner sikap atau tanggapan siswa terhadap soal tipe problem solving maupun matematika secara keseluruhan berdasarkan
komponen kognitif, afektif, dan konatif.
Stimuli Sikap Kognisi
Afek
6. Pokok Bahasan Fungsi
Berdasarkan Standar Isi BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan)
yang penggunaannya telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 pokok bahasan Fungsi merupakan materi yang wajib
dipelajari siswa kelas VIII SMP pada semester gasal. Berikut merupakan uraian mengenai apa saja yang tercakup dalam materi Fungsi:
a. Pengertian Relasi
Ada 2 himpunan tak kosong yang saling asing.
Misal himpunan A beranggotakan nama-nama orang seperti Ria, Reni,
Rian, dan Revi. Sedangkan himpunan B beranggotakan jenis-jenis alat musik yaitu pop, rock, dan jazz. Ria dan Rian dipasangkan dengan musik pop, karena Ria dan Rian menyukai musik pop. Rian dan Reni
dipasangkan dengan musik rock, karena Rian dan Reni menyukai musik rock. Rian, Reni dan Revi dipasangkan dengan musik jazz,
karena Rian, Reni dan Revi menyukai musik jazz. Aturan yang memasangkan inilah yang disebut relasi. Pada kasus di atas relasi (hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dan anggota-anggota
Maka pengertian formal relasi dari himpunan A dan himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.
Relasi dari A ke B dituliskan dengan R:AB
Contoh:
Misalkan ada dua himpunan A dan B.
digambarkan pada gambar 2.3 di bawah ini. Gambar 2.3 menunjukkan relasi “ kakak dari”
b. Definisi Fungsi
Andaikan A dan B dua himpunan yang tidak kosong. Relasi f dari
himpunan A ke himpunan B disebut suatu fungsi bila dipenuhi:
1) Semua anggota himpunan A mempunyai kawan di B
xA yB x,y f
2) Kawan setiap anggota A itu di B tunggal.
kawan dan kawannya tunggal di B. Hal itu akan lebih mudah kelihatanbila relasi itu disajikan dalam bentuk diagram di bawah ini. Gambar 2.4 adalah gambar yang menunjukkan sebuah fungsi
A B
menunjukkan relasi
c. Menyatakan fungsi
Ada tiga cara untuk menyatakan suatu fungsi diantaranya adalah:
1) Diagram Panah
Suatu fungsi dapat dinyatakan dengan diagram panah, jika
memenuhi persyaratan berikut:
a) Ada domain (daerah asal) dan kodomain ( daerah kawan) b) Ada anak panah dan nama fungsi.
c) Semua anggota domain habis dipetakan ke kodomain d) Peta dari setiap anggota domain tidak boleh bercabang.
Contoh :
Tentukan diagram manakah yang merupakan fungsi dari masing-masing diagram panah berikut ini.
Jawab: Gambar 2.5 dan 2.7 merupakan fungsi karena semua syarat fungsi dipenuhi. Sedangkan gambar 2.6 dan 2.8 bukan fungsi
karena anggota domainnya bercabang dan ada anggota domain yang tidak mempunyai kawan yaitu 2 pada Gambar 2.6 dan 3 pada
Gambar 2.8.
2) Himpunan Pasangan Berurutan
Suatu fungsi dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan
x,y dengan
xA
dan
yB
asalkan memenuhi persyaratanContoh: Setiap himpunan pasangan berurutan berikut ini
menunjukkan hubungan dari himpunan A ke himpunan B. Diantara hubungan tersebut, manakah yang merupakan fungsi?
ii.
3,1
, 4,1, 5,1, 6,1
iii.
1,a , 2,b, 3,c, 4,d
iv.
2,4, 4,3, 3,5, 5,1
Jawab:
i. Bukan fungsi, karena 2 mempunyai empat peta, yaitu 3, -2, -1, dan 7
ii. Fungsi, karena semua anggota domain habis dipetakan dan hanya mempunyai satu peta di kodomain.
iii. Fungsi, karena memenuhi persyaratan fungsi iv. Fungsi, karena memenuhi persyaratan fungsi. 3) Koordinat Cartesius
Koordinat Cartesius untuk fungsi dikenal sebagai grafik fungsi. Contoh:
Lukislah grafik fungsi f dalam koordinat kartesius.
d. Produk Cartesius dan Diagram Koordinat
e. Menentukan banyak pemetaan
Banyaknya pemetaan ditentukan sebagai berikut:
Jika banyaknya anggota An
A xdan banyaknya anggota
B yn
B maka banyaknya pemetaan yang mungkin:
iii. n
BH
Jawab:
i. n
B 3dan n
B n H 8maka n
H 8n
B 835ii. n
HB
=
n
B
n H 35 243iii. n
BH
=
n
H
n B 53 125f. Korespondensi satu-satu
Dua himpunan A dan b dikatakan berkorespondensi satu-satu jika
anggota-anggota A dan B dapat dikawankan sedemikian sehingga setiap anggota A berpasangan dengan satu anggota B dan setiap
anggota B berpasangan dengan satu anggota A. Jika himpunan itu berhingga, maka kedua himpunan itu anggotanya sama banyak. Korespondensi satu-satu dapat dikatakan sebagai fungsi satu-satu atau
fungsi 1-1, jika untuk setiap a1,a2A dan a1 a2berlaku
a1 f
a2f , maka f dinamakan fingsi 1-1 dari A ke B dan ditulis
B
A
11Contoh:
Setiap negara di dunia ini hanya mempunyai satu ibu kota. Dengan
diagram panah dapat ditunjukkan seperti gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 adalah diagram panah untuk relasi beribukota dari
g. Menghitung nilai fungsi
Menghitung nilai suatu fungsi berarti kita mensubstitusikan nilai variabel bebas ke dalam rumus fungsi sehingga diperoleh nilai variabel
i. f
1 412 413ii. f
3 4
3 2 495iii. f
2 326iv. f
5 3515h. Merumuskan bentuk fungsi
Jika a anggota daerah asal, maka anggota daerah hasil yang bersesuaian dinamakan peta atau bayangan dari a oleh fungsi f dan dinyatakan
i. Tentukan bentuk fungsi f
ii. f
x 4x10, maka f
6 4x10
6 34f
i. Menyusun Tabel Fungsi
Tabel fungsi digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan proses penggambaran grafik fungsi.
Contoh:
Fungsi g:x3x2berdomain
xx5,xA
dengan A himpunan bilangan aslii. Tulislah daerah asal ( domain) dari g
ii. Tulislah daerah hasil (range) dari g Jawab:
tabel seperti gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11 Bentuk Tabel
B. Kerangka Berpikir
Kecerdasan emosi berperan penting dalam kehidupan seseorang.
Kecerdasan emosi yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial
akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan proses kehidupannya. Kita tidak pernah terlepas dari masalah. Untuk dapat menjadi pemecah masalah yang baik diperlukan ketrampilan dalam mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Kecerdasan emosi
mencakup ketrampilan-ketrampilan tersebut. Kemampuan problem solving sangat penting dalam pelajaran matematika. Seorang remaja Sekolah Menengah Pertama yang memiliki kecerdasan emosi baik, maka
kemampuan problem solvingnya pun baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis yaitu: Adanya
hubungan positif antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving siswa. Semakin tinggi Kecerdasan Emosi maka makin tinggi juga Kemampuan Problem Solvingnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah
38
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu
penelitian korelasi. Penelitian bertujuan untuk menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi perlakuan/obyek. Fokus dari penelitian ini adalah pengukuran terhadap dua fenomena atau lebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving untuk materi fungsi
pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco serta untuk mengetahui sikap siswa terhadap soal Problem Solving maupun Matematika. Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif deskriptif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Baciro pada Bulan Juli hingga
September 2011.
C. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII D SMP Joannes
Bosco Yogyakarta.
D. Obyek Penelitian
E. Variabel Penelitian
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel utama yang mempengaruhi variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kecerdasan emosi. 2. Variabel Terikat
Variabel Terikat adalah variabel yang menjadi akibat dari penggunaan
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Kemampuan Problem Solving.
F. Bentuk Data
Dalam penelitian ini terdapat 3 macam data yang akan diambil oleh peneliti. Adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data Kecerdasan Emosi Siswa
Bentuk data Kecerdasan Emosi siswa berupa hasil isian siswa pada
kuesioner Kecerdasan Emosi.
2. Data Kemampuan Problem Solving Siswa.
Bentuk data dari Kemampuan Problem Solving berupa hasil jawaban
uraian siswa. Tes Kemampuan Problem Solving ini berisi soal-soal terbuka berbentuk uraian obyektif.
G. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes dan Non Tes
yang diberikan pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco setelah mereka selesai mempelajari bab Fungsi. Dalam hal ini peneliti tidak mengajar dan
seluruh pemberian materi serta proses pengajaran dilakukan oleh guru. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving, Kuesioner Sikap Siswa terhadap
Matematika dan Soal Problem Solving. 1. Kuesioner Kecerdasan Emosi
Kuesioner ini terdiri dari 60 butir soal yang diberikan pada siswa. Pada kuesioner ini digunakan Skala Likert dengan empat kemungkinan jawaban yaitu ”Sangat Setuju”, ”Setuju”, ” Tidak Setuju”, dan ” Sangat Tidak Setuju”.
Kuesioner Kecerdasan Emosi ini adalah kuesioner berskala yang dibuat
oleh penulis berdasarkan Indikator Kecerdasan Emosi dengan merujuk Tabel 2.1.
Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi yang terdiri dari item favorable dan
unfavorable yang tampak pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi
TF 19, 20
2 Antarpribadi a. Empati F 21, 22 12
TF 23, 24 b. Tanggung jawab
Sosial 4 Pengendalian
Stress
a. Ketahanan menanggung stress
F 45, 46 8
TF 47, 48 b. Pengendalian Impuls F 49, 50
TF 51, 52
2. Test Kemampuan Problem Solving
Test Kemampuan Problem Solving terdiri dari 5 soal uraian. Agar
memudahkan dalam penyusunan instrumen berikut di bawah ini adalah Tabel 3.2 yang memuat kisi-kisi pembuatan tes.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Problem Solving
No Kompetensi Dasar Indikator Tingkat
1.4 Menentukan nilai fungsi jika nilai dan data fungsi
3. Kuesioner sikap atau tanggapan siswa
Kuesioner sikap atau tanggapan siswa ini terdiri dari 2 bagian. Bagian I memuat 15 pernyataan untuk mengungkap sikap siswa terhadap soal problem solving dan bagian II untuk mengungkap sikap siswa terhadap
matematika secara umum. Bagian I ini terdiri dari 8 pernyataan favorable dan 7 pernyataan unfavorable. Sedangkan untuk bagian II terdiri 20 pernyataan yang memuat 10 pernyataan favorable dan 10 pernyataan
unfavorable. Pada kuesioner ini digunakan Skala Likert dengan empat kemungkinan jawaban yaitu ”Sangat Setuju”, ”Setuju”, ” Tidak Setuju”, dan ” Sangat Tidak Setuju”.
Kuesioner sikap/tanggapan siswa ini adalah kuesioner berskala yang
dibuat oleh penulis dengan menggunakan acuan hal-hal yang ada pada konsepsi skematik Rosenberg & Hovland mengenai sikap ( Gambar 2.1 pada Bab II Landasan Teori). Berikut adalah kisi-kisi pembuatan
Tabel 3.3 Kisi-kisi 1 Kuesioner sikap/tanggapan siswa terhadap soal problem solving
Aspek Kategori Respon Pernyataan Jumlah
pernyataan Favorabel Unfavorabel
Kognitif Pernyataan keyakinan mengenai objek sikap
1,3,5 2,4 5
Afektif Pernyataan perasaan terhadap objek sikap
7,9 6,8,10 5
Konatif (Perilaku)
Perilaku yang tampak sehubungan dengan obyek sikap
11,13,15 12,14 5
Jumlah 8 7 15
Tabel 3.4 Kisi-kisi 2 Kuesioner sikap/tanggapan siswa terhadap matematika secara umum
Aspek Kategori respon Pernyataan Jumlah
Pernyataan Favorabel Unfavorabel
Kognitif Kepercayaan diri belajar matematika
1,3,5 2,4 5
Afektif Kecemasan dalam belajar matematika
7,9 6,8,10 5
Konatif Motivasi belajar matematika
11,13,15 12,14 5
Sikap atau dorongan terhadap harapan guru
17,19 16,18,20 5
Jumlah 10 10 20
H. Keabsahan Data
1. Validitas Instrumen
Untuk menjaga keabsahan data pada penelitian ini dilakukan validitas isi dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan kisi-kisi instrumen sebagai acuan berdasarkan landasan teori. Peneliti
menyusun instrumen berupa Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving dan kuesioner sikap siswa didasarkan
meminta pendapat ahli (experts judgment) yang dalam hal ini adalah dosen. Dalam penelitian ini, untuk instrumen Kuesioner Kecerdasan
Emosi yang disusun oleh peneliti tidak dibandingkan dengan tes yang relatif standar guna mengungkap variabel Kecerdasan Emosi ini. Hal
tersebut disebabkan karena peneliti tidak menemukan kuesioner yang lebih baik (standar) untuk mengukur variabel Kecerdasan Emosi ini. Sehingga peneliti melakukan uji coba untuk Kuesioner Kecerdasan
Emosi ini dan melakukan analisis item yang merupakan pengujian keselarasan atau konsistensi antara fungsi item dengan fungsi tes
secara keseluruhan atau disebut juga dengan konsistensi item-total (Azwar, 2007). Untuk validitas tiap butir item instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai
berikut.
Semakin tinggi korelasi positif antara skor item dengan skor total tes, maka semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan tes secara keseluruhan atau semakin tinggi daya bedanya (Azwar, 2007).
menggunakan batasan rxy > 0,30. Akan tetapi, apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, batasan
tersebut dapat diturunkan menjadi rxy > 0,25 (Azwar, 2009). 2. Reliabilitas
Menurut Suparno (2000) reliabilitas suatu alat menunjuk pada level konsistensi internal dari alat ukur sepanjang waktu. Suatu angket atau tes yang reliabel akan menunjukkan ketelitian dan keajegan hasil dalam
berbagai pengukuran. Pada penelitian ini koefisien reliabilitas untuk Kuesioner Kecerdasan Emosi dan Tes Kemampuan Problem Solving
dinyatakan dengan Alpha Cronbach antara 0-1,00 dengan rumus,
Untuk mencari koefisien reliabilitas kuesioner kecerdasan emosi peneliti menggunakan bantuan program excell. Metode Alpha Cronbach
merupakan teknik penguji tingkat reliabilitas suatu skala penelitian yang paling banyak digunakan. Berdasarkan nilai Alpha Cronbach, tingkat reliabilitas suatu alat ukur diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi dari
sangat rendah sampai sangat tinggi (Arikunto, 2002:25). Tabel 3.5 Reliabilitas Alpha Cronbach
>0, 20 - 0, 40 Rendah >0, 40 - 0, 60 Cukup >0, 60 - 0, 80 Tinggi >0, 80 - 1, 00 Sangat Tinggi
I. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data sekaligus uji hipotesis menggunakan
teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan excel. Adapun langkah-langkah analisis data selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Hasil Uji Coba
Instrumen yang telah dibuat kemudian diujicobakan. Kemudian penulis melakukan analisis item. Analisis item ini dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam perhitungan peneliti menggunakan bantuan Microsoft Excel. Data hasil uji coba instrumen Kecerdasan Emosi terlihat
pada Lampiran A.1, sedangkan Tabel 4.4 untuk instrumen Tes Kemampuan Problem Solving.
2. Analisis Data Penelitian a. Melalukan skoring
1) Kuesioner Kecerdasan Emosi
Kuesioner yang telah terisi diberi skor sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh subyek. Metode yang digunakan dalam skala Kecerdasan Emosi ini adalah metode Summated Ratings dengan
Setuju”. Adapun pemberian skor pada pernyataan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Pemberian skor kuesioner
Skor Pernyataan Positif (Favorabel)
2) Tes Kemampuan Problem Solving
Penyekoran untuk Tes Kemampuan Problem Solving ini dilakukan berdasarkan acuan pada tabel 3.7. Skor maksimum untuk tes ini adalah
44.
Tabel 3.7 Acuan Skor Tes Kemampuan Problem Solving untuk butir
Soal No 1-5
Soal No Langkah Problem solving Skor Skor
maksimum
1a, b, c, a. Memahami masalah, menentukan strategi
penyelesaian, menyelesaikan strategi penyelesaian
9
Siswa dapat menentukan apakah relasi
yang diberikan merupakan fungsi atau
bukan, dan dapat memberikan 2 alasan
dengan tepat.
3
Siswa dapat menentukan apakah relasi
yang diberikan merupakan fungsi atau
bukan, dan dapat memberikan 1 alasan
dengan tepat.
2
Siswa salah dalam menentukan apakah
relasi yang diberikan merupakan fungsi
atau bukan , dan alasan yang diberikan
tidak tepat