• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kecerdasan emosi terhadap kemampuan problem solving untuk materi fungsi pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan kecerdasan emosi terhadap kemampuan problem solving untuk materi fungsi pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING UNTUK MATERI FUNGSI PADA SISWA KELAS

VIII D SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Disusun Oleh: Anita Limiarti NIM : 071414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PROBLEM SOLVING UNTUK MATERI FUNGSI PADA SISWA KELAS VIII D SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Disusun Oleh: Anita Limiarti NIM : 071414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13).

Saya dapat melakukan apa saja bersama Tuhan.

^^ Saat kita belajar memercayai pemeliharaan Allah, maka

kita dapat memiliki kedamaian yang tidak hanya melampaui

segala pemahaman, tetapi juga mengatasi kecemasan kita.

Kita bisa merasa tenang, karena kita berada dalam tangan

Allah. Jika kita memikirkan Allah, Allah dapat membuat

kita merasa tenang.^^

Aku bersyukur kepada-MU oleh karena kejadianku dahsyat

dan ajaib

(Mazmur 139:14)

“ God never come

s too late. He never comes too early, too.

He will come right on time, but His timing is different from

our timing.”

(6)

v

Puji syukur dan terimakasih, skripsi ini Saya

persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Yang Maha Baik dan Maha Murah

Bunda Maria, Ibu yang selalu mendampingi dan tidak

pernah meninggalkan kita

Suster-Suster Penyelenggaraan Ilahi

Seluruh Keluarga Besar Panti Asuhan Bethlehem

Papa Hendrik

Mama Elsje

Adik Lia Limiarti dan Kakak Yohan Limiarto

Orang

orang disekitar Saya yang telah memberi

(7)
(8)

vii

Anita Limiarti. 2011. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Tahun Ajaran 2011/2012. Yogyakarta: Pendidikan Matematika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui adakah hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving Siswa untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta. 2) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011 pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 27 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving, serta Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika yang dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi dan Tes Kemampuan Problem Solving. Metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik Product Moment Pearson dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007.

Hasil analisis diketahui bahwa 1) ada hubungan antara variabel Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving untuk materi Fungsi pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta namun tidak signifikan pada taraf 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,253 yang termasuk dalam kategori lemah Sumbangan efektifnya adalah sebesar 6,40%, dan variabilitas yang lain, yaitu sebesar 93,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dikendalikan oleh peneliti yang di antaranya merupakan keterbatasan penelitian. Faktor-faktor itu seperti, pemahaman siswa, proses pembelajaran siswa di sekolah, metode mengajar guru dan sebagainya.

(9)

viii

ABSTRACT

Anita Limiarti. 2011. The Relationship between Emotion Intelligence and Problem Solving Ability in the subject of Function on the Students of Class VIII D Joannes Bosco Junior High School Academic Year 2011/2012. Yogyakarta. Mathematics Education. Department of Mathematics and Natural Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research was aimed to : 1) find out whether there was a relationship between Emotion Intelligence and Students’ Problem Solving Ability in the subject of Function on the students of class VIII D Joannes Bosco JHS

Yogyakarta. 2) find out the students’ attitude to Problem Solving Questions and

Mathematics.

This research was conducted from August until September 2011 on 27 students of Class VIII D Joannes Bosco JHS. The instruments used in this research were An Emotion Intelligence Questionnaire, A Test on Problem Solving

Ability, A Questionnaire on Students’ Attitude to Problem Solving Questions and Mathematics made by the researcher. The research instruments tested were an Emotion Intelligence Questionnaire and a Test on Problem Solving Ability. The data were analyzed using a statistic methodology of Product Moment Pearson with the help of Microsoft Excel 2007.

The results showed that 1) there was a relationship between the variable of Emotion Intelligence and Problem Solving Ability in the subject of Function on the students of class VIII D Joannes Bosco Yogyakarta. However, it was not significant at the level of 0.05 with correlation coefficient as big as 0.253, categorized as low. The effectiveness was as big as 6.40%, while the other variability was as big as 93.6% influenced by other factors that could not be controlled by the researcher as the researcher’s circumscription. The factors were

students’ comprehension, students learning process at school, teachers’ teaching methodology, and etc. 2) there were two kinds of students’ attitude to Problem

(10)

ix

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Anita Limiarti

Nomor Mahasiswa : 071414039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Kecerdasan Emosi Terhadap Kemampuan Problem Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco

Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Desember 2011

Yang menyatakan,

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya yang

besar, serta melalui kehendak dan penyertaan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skipsi ini dibuat dalam rangka melengkapi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, masukan, dan pengarahan

dari dosen pembimbing dan pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberi berbagai bantuan kepada penulis. 6. Dra. C. Bekti Susilowati selaku Kepala Sekolah SMP Joannes Bosco yang

(12)

xi

Joannes Bosco yang telah membantu dalam proses penelitian.

8. Semua Suster Penyelenggaraan Ilahi yang selalu hadir dan memberikan dukungan baik secara materiil maupun tidak. Terimakasih.

9. Sr. Yudith, PI, Sr Krista, PI, Sr. Annamarie, PI, Sr. Adriana, PI, Sr. Alberti, PI selaku Pimpinan Panti Asuhan Bethlehem yang pernah mendampingi peneliti selama di panti.

10.Ibu Soe Hien Nio yang selalu memberikan dukungannya. Terimakasih. 11.Sr. Matilda, PI beserta Ibu-ibu Pengasuh Panti Asuhan Bethlehem.

Terimakasih atas bimbingannya selama ini.

12.Keluarga Besar Panti Asuhan Bethlehem, terutama adik-adik dan teman-teman yang selalu menjadi semangat untuk tetap tegar dalam menjalani

hidup ini.

13.Keluarga Besar Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta yang selalu mengingatkan, dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 14.Eustalia Wigunawati yang telah memberi ide serta semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

15.Elysabeth Dwi Kadarti yang telah membantu selama proses penelitian. 16.Semua rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(13)

xii

pembaca sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 12 Desember 2011

Penulis

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 4

F. Sistematika Penulisan Skripsi... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

(15)

xiv

1.Pengertian Kecerdasan emosi ... 7

2.Aspek Kecerdasan Emosi ... 8

3.Pengertian Problem atau Masalah ... 17

4.Kemampuan Problem Solving ... 18

5.Sikap Siswa ... 21

6.Pokok Bahasan Fungsi ... 25

B.Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A.Jenis Penelitian ... 38

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C.Subyek Penelitian ... 38

D.Obyek Penelitian ... 38

E. Variabel Penelitian ... 39

F. Bentuk Data ... 39

G.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 40

H.Keabsahan Data ... 43

1.Validitas Instrumen ... 43

2.Reliabilitas ... 45

I. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TABULASI DATA DAN ANALISIS DATA ... 55

A.Persiapan Penelitian... 55

(16)

xv

B.Pelaksanaan Penelitian ... 63

C.Deskripsi Hasil Penelitian dan Tabulasi Data ... 63

1. Data Kecerdasan Emosi ... 64

2. Data Kemampuan Problem Solving ... 64

3. Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 65

4. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 66

5. Penyajian Data Kedua Variabel ... 67

D.Pembahasan ... 69

1. Kecerdasan Emosi Siswa ... 69

2. Kemampuan Problem Solving Siswa ... 71

3. Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 72

4. Sikap Siswa terhadap Matematika ... 74

5. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving ... 76

6. Keterbatasan Peneliti ... 78

BAB V PENUTUP ... 79

A.Kesimpulan ... 79

B.Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosi ... 14

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Problem Solving ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving 43 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Siswa terhadap Matematika ... 43

Tabel 3.5 Reliabilitas Alpha Cronbach ... 45

Tabel 3.6 Pemberian Skor Kuesioner ... 47

Tabel 3.7 Acuan Skor Tes Kemampuan Problem Solving ... 47

Tabel 3.8 Pemberian Skor Kuesioner Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving maupun Matematika ... 51

Tabel 3.9 Rangkuman Tabulasi ... 51

Tabel 3.10 Kategori Variabel Kemampuan Problem Solving... 52

Tabel 3.11 Interval Skor Variabel Kemampuan Problem Solving... 52

Tabel 3.12 Kategori Skor Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 53

Tabel 3.13 Kategori Skor Sikap Siswa terhadap Matematika ... 53

Tabel 3.14 Interpretasi Nilai r ... 54

Tabel 4.1 Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 4.2 Distribusi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ... 57

Tabel 4.3 Distribusi Skala Kecerdasan Emosi dengan Item Baru ... 59

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Coba Kemampuan Problem Solving ... 60

(18)

xvii

Tabel 4.7 Uji Validitas No 3 ... 95

Tabel 4.8 Uji Validitas No 4 ... 96

Tabel 4.9 Uji Validitas No 5 ... 97

Tabel 4.10 Koefisien Korelasi untuk Tes Kemampuan Problem Solving .... 61

Tabel 4.11 Deskripsi Data Kecerdasan Emosi ... 64

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Skor Perolehan Kecerdasan Emosi ... 64

Tabel 4.13 Deskripsi Data Kemampuan Problem Solving ... 64

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Problem Solving ... 65

Tabel 4.15 Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 65

Tabel 4.16 Distribusi Skor Tiap No Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Soal Problem Solving ... 65

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving ... 66

Tabel 4.18 Deskripsi Data Sikap Siswa terhadap Matematika ... 66

Tabel 4.19 Distribusi Skor Sikap Siswa terhadap Matematika Untuk Tiap Pernyataan ... 66

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Skor Sikap Siswa terhadap Matematika .... 67

Tabel 4.21 Skor Perolehan ... 67

Tabel 4.22 Perhitungan Koefisien Korelasi antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving ... 68

(19)

xviii

Tabel 4.24 Peringkat Perolehan Rata-rata Jumlah Skor Kecerdasan Emosi

(20)

xix

Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Rosenberg ... 24

Gambar 2.2 Diagram panah yang menunjukkan relasi ... 26

Gambar 2.3 Diagram panah yang menunjukkan relasi ... 27

Gambar 2.4 Diagram panah yang menunjukkan fungsi ... 28

Gambar 2.5 Diagram panah yang merupakan fungsi ... 29

Gambar 2.6 Diagram panah yang bukan fungsi ... 29

Gambar 2.7 Diagram panah yang merupakan fungsi ... 29

Gambar 2.8 Diagram panah yang bukan fungsi ... 30

Gambar 2.9 Koordinat Cartesius ... 31

Gambar 2.10 Diagram Panah yang menunjukkan korespondensi 1-1 ... 34

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Tabulasi Data Uji Coba Kecerdasan Emosi ... 86

Lampiran A.2 Tabulasi Data Penelitian Kecerdasan Emosi ... 88

Lampiran A.3 Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Soal Problem Solving .. 90

Lampiran A.4 Tabulasi Data Sikap Siswa terhadap Matematika ... 91

Lampiran A.5 Tabulasi Data Penelitian Tes Kemampuan Problem Solving 92 Lampiran A.6 Perhitungan Validitas Instrumen Kemampuan Problem Solving ... 93

Lampiran B.1 Kuesioner Kecerdasan Emosi Uji Coba ... 98

Lampiran B.2 Kuesioner Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ... 104

Lampiran B.3 Kuesioner Sikap Siswa ... 109

Lampiran B.4 Instrumen Tes Kemampuan Problem Solving ... 114

Lampiran B.5 Lembar Jawaban Tes ... 117

Lampiran B.6 Kunci Jawaban Tes ... 121

Lampiran B.7 Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi antara Skor Butir Dengan Skor Total Instrumen Kecerdasan Emosi ... 125

Lampiran B.8 Dokumentasi ... 126

Lampiran C.1 Kelengkapan Perijinan ... 128

Lampiran C.2 Sampel Hasil Isian Uji Coba Kuesioner Kecerdasan Emosi .. 131

Lampiran C.3 Sampel Hasil Isian Kuesioner Kecerdasan Emosi ... 150

Lampiran C.4 Sampel Hasil Isian Kuesioner Sikap Siswa ... 163

Lampiran C.5 Sampel Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Problem Solving... 170

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bila dilihat dari rentang perkembangan kehidupan manusia, masa remaja

berjalan antara umur 12 tahun sampai 22 tahun (Gunarsa, 1986). Santrock (2003:26) mengungkapkan bahwa remaja (adolescent) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa transisi, yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Kalau dilihat dari fisik,

remaja sudah seperti orang dewasa. Maka kadang remaja sudah ingin diperlakukan dan dituntut agar bisa bersikap seperti orang dewasa. Adanya kesenjangan antara penampilan fisik dan kemampuan remaja inilah yang

menimbulkan masalah baik bagi remaja maupun orang tua dan orang disekitarnya. Bisa dikatakan masa remaja adalah masa yang sulit untuk

menghadapi proses pengelolaan diri ke arah kematangan emosi yang menjadi salah satu ciri kedewasaan. Keberhasilan dalam transisi emosi akan sangat mempengaruhi penerimaan sosial remaja dan keberhasilan dalam berbagai aspek

perkembangannya dan sebaliknya apabila gagal maka akan mempengaruhi juga aspek yang lain.

(23)

intelektual (IQ) memberikan sumbangan dalam kesuksesan, sedangkan yang 80% merupakan bagian dari pendukung lainnya yaitu kecerdasan emosional (EQ). Jadi,

kecerdasan emosional (EQ) ini sangatlah penting dan sangat perlu juga untuk dikembangkan, dan merupakan hal yang paling berharga dalam tiap diri manusia.

Bila remaja memiliki kecerdasan emosi yang baik maka tahap perkembangannya juga akan baik. Melihat asumsi di atas remaja yang memiliki kecerdasan emosi yang baik tentunya ia akan dapat menghadapi masalah-masalah

yang dialaminya. Menurut Hurlock (1973) salah satu masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugasnya adalah masalah pribadi, salah satunya

adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi di sekolah.

Salah satu masalah yang dialami remaja adalah masalah pelajaran di sekolah. Bagi sebagian besar siswa menganggap pelajaran yang paling

menakutkan adalah pelajaran matematika. Mereka sering menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. Sehingga

asumsinya, siswa yang memiliki kecerdasan emosinya baik maka dia bisa menyelesaikan masalah yang ada di hadapannya salah satunya adalah masalah matematika pada materi fungsi.

Melihat adanya fenomena tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan problem-solving untuk

(24)

siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco serta kurangnya semangat siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran matematika di sekolah. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melihat bagaimana kemampuan problem solving siswa kelas VIII D SMP

Joannes Bosco dan juga melihat bagaimana sikap siswa terhadap soal terutama soal problem solving dan juga terhadap matematika.

Sehingga judul dari penelitian ini adalah “Hubungan Kecerdasan Emosi

terhadap Kemampuan Problem-Solving untuk Materi Fungsi pada Siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 .” Hal ini juga

dilatarbelakangi dengan adanya peran guru dalam mendampingi perkembangan remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco pada materi Fungsi?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika dan soal problem solving pada materi Fungsi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, peneliti ingin melihat adakah hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan problem-solving serta mengetahui sikap

(25)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti memiliki pengetahuan tentang hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving siswa dalam Matematika.

2. Bagi Guru

a. Memberi gambaran kepada guru tentang bagaimana mendampingi siswa ditinjau dari kecerdasan emosi yang dimilikinya.

b. Memberi gambaran utuh mengenai sikap siswa terkhusus siswa Kelas VIII D SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

3. Bagi Siswa

Diharapkan dapat memberi masukan yang positif bagi siswa dalam mengolah emosi mereka untuk mengatasi salah satu masalah dalam matematika yaitu

Soal Problem Solving untuk materi fungsi.

E. Batasan Istilah

1. Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri, mengendalikan diri, mengatur suasana hati, serta bertahan dan pantang menyerah ketika dihadapkan pada suatu permasalahan.

2. Kemampuan Problem solving adalah kemampuan untuk memahami masalah, menentukan strategi penyelesaian masalah, menyelesaikan strategi

penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. 3. Materi fungsi adalah salah satu pokok bahasan yang terdapat di kelas VIII

(26)

Berdasarkan penjelasan di atas yang dimaksud dengan hubungan kecerdasan emosi terhadap kemampuan problem solving untuk materi fungsi adalah

hubungan kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dan sikap optimisme lainnya terhadap kemampuan memecahkan masalah dengan langkah-langkah

tertentu ketika dihadapkan pada soal untuk pokok bahasan fungsi.

4. Sikap siswa terhadap matematika dan soal problem solving pada materi fungsi adalah kecenderungan seseorang untuk menerima/menolak suatu obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Obyek yang dimaksud adalah matematika dan juga soal problem solving pada materi fungsi.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain :

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian serta batasan istilah.

Bab II : Landasan Teori

Berisi tentang pengertian kecerdasan emosi, aspek-aspek kecerdasan emosi, pengertian problem /masalah, pengertian kemampuan problem solving, pokok

(27)

Bab III : Metodologi Penelitian

Berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, subyek

dan obyek penelitian, variable penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data dan instrument penelitian, keabsahan data, dan metode analisis data.

Bab IV : Deskripsi dan Pembahasan Hasil Penelitian, Tabulasi Data dan Analisis Data

Berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari persiapan

penelitian dengan pelaksanaan ujicoba penelitian, pelaksanaan penelitian serta tabulasi data penelitian, pendeskripsian hasil penelitian, analisis data penelitian

dan pembahasan.

Bab V : Penutup

(28)

7

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosional atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan juga orang lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungannya dengan orang lain. Goleman (1997: 45) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan

bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

Menurut Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2005) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan,

kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dalam hal ini seorang siswa mau tidak mau dituntut untuk dapat mengatasi masalah

pribadi yaitu salah satunya menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pelajaran matematika di sekolah.

Definisi formal mengenai kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu proses berpikir, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan

(29)

intelektual Meyer & Salovey (dalam Steven J. Stein & Howard E. Book, 2006).

Goleman ( dalam Dr. Hamzah B. Uno, 2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan ketrampilan kognitif,

orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan yang digeluti, makin penting kecerdasan emosi. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka

sesuai dengan potensi yang mereka miliki secara maksimum. Dapat dikatakan pula bahwa tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan

kemampuan kognitif mereka yaitu salah satunya kemampuan problem solving dalam matematika secara maksimum.

2. Aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Saphiro (dalam Dr. Hamzah B. Uno, 2005:68-69) , istilah kecerdasan emosi pertama kali tahun 1990 dilontarkan oleh dua orang ahli

yaitu Peter Salovey dan John Mayer yang mengemukakan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. empati

b. mengungkapkan dan memahami perasaan

c. mengendalikan amarah d. kemampuan kemandirian e. kemampuan menyesuaikan diri

(30)

g. kemampuan menyelesaikan masalah antarpribadi h. ketekunan

i. kesetiakawanan j. keramahan

k. sikap hormat

Dalam buku karangan Dr. Hamzah B. Uno, beliau kembali merujuk ahli Steven J. Stein dan Howard E. Book yang mengemukakan penemuan Reuven

Ba-On mengenai kecerdasan emosi. Reuven Bar-On merangkum kecerdasan emosi dan membaginya ke dalam lima ranah yang menyeluruh, dan 15

subbagian atau skala.

Kelima ranah kecerdasan emosi tersebut yaitu: a. Ranah Antar Intrapribadi

Ranah Antar Intrapribadi ini terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengedalikan diri sendiri. Ranah Antar Intrapribadi

melingkupi lima subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:

1) Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita

rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku

kita terhadap orang lain.

2) Sikap Asertif, yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan, membela diri dan mempertahankan

(31)

3) Kemandirian, yairu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta

tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosi.

4) Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk menghormati dan

menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik. Penghargaan diri adalah kemampuan mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kita serap dan juga

menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap menyukai diri kita.

5) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih. Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan

berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat yang secara maksimal,

serta berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh.

b. Ranah Antarpribadi

Ranah antarpribadi berkaitan dengan ”ketrampilan bergaul”

yang kita miliki, kemampuan beratraksi dan bergaul baik dengan

orang lain. Ranah Antarpribadi melingkupi tiga subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:

1) Empati, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan dan

(32)

(peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan

dan memikirkannya.

2) Tanggungjawab sosial, yaitu kemampuan untuk menjadi

anggota masyarakat yang dapat bekerjasama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya.

3) Hubungan Antarpribadi, mengacu pada kemampuan utnuk

membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan, yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta

menerima kasih sayang. c. Ranah Penyesuaian Diri

Ranah Penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk

bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ranah Penyesuaian diri melingkupi tiga

subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:

1) Uji Realitas, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau

takuti. Secara lebih luas, uji realitas merupakan kemmapuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang

secara obyektif terjadi.

2) Sifat fleksibel, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang

(33)

merupakan kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.

3) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan

menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat. Dalam pengertian lain, pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan

pemecahan yang ampuh. d. Ranah Pengendalian Stres

Ranah Pengendalian Stes terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls. Penjelasan lebih luas mengenai kecerdasan emosional ini terkait dengan

kemampuan menanggung stres tanpa harus ambruk, hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk. Keberhasilan dalam ranah ini

berarti kita dapat tetap tenang, jarang bersikap impulsif, dan mampu mengatasi tekanan. Ranah Pengendalian stres melingkupi dua subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:

1) Ketahanan menanggung stres adalah kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, serta secara konstruktif bertahan

menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan

(34)

2) Pengendalian Impuls, yaitu kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini

memperlihatkan kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan sikap agresif, permusuhan, serta

perilaku yang tidak bertanggungjawab. e. Ranah Suasana Hati Umum

Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan

kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang

kita rasakan. Ranah suasana hati umum melingkupi dua subbagian atau skala yaitu sebagai berikut:

1) Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap

positif yang realistis, terutama dalam mengahadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian lain, optimisme bermakna kemampuan

melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

2) Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan,

menyukai kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap

kegiatan

Berdasarkan kelimabelas skala yang diungkapkan Reuven Bar-On di atas kita dapat mengidentifikasi dan mengukur kecerdasan emosi seseorang.

(35)

lebih penting daripada IQ” mengungkapkan bahwa sampai sekarang belum

ada tes tertulis tunggal yang menghasilkan ”nilai kecerdasan emosi” dan

barangkali tak pernah akan ada tes semacam itu. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkap kecerdasan emosi ini dengan melihat

komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam ciri kecerdasan emosi. Peneliti akan menggunakan teori yang diungkapkan Reuven Bar-On ini dalam mengungkap kecerdasan emosi seseorang berdasarkan skala-skala

yang ada. Adapun pertimbangan peneliti menggunakan skala-skala ini adalah dikarenakan cakupan pengertian mengenai kecerdasan emosi yang lengkap,

memadai, mudah dipahami dan klasifikasi yang jelas untuk setiap ranah. Di bawah ini terdapat Tabel 2.1 yang berisi Indikator Kecerdasan Emosi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Skala Kecerdasan Emosi.

Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosi.

BIDANG INDIKATOR

Intrapribadi a. Kesadaran Diri (Self awareness), kemampuan untuk mengenali bagaimana dan mengapa kita merasakan perasaan itu dan pengaruhnya terhadap orang lain

b. Sikap Asertif (Assertiveness), kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jelas, berdiri tegak dalam pemikiran secara terbuka dan

mempertahankan posisi/pendapat

(36)

dengan kaki sendiri

d. Penghargaan Diri (Self regard), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan dan merasa nyaman

dengan hal itu walaupun itu kekurangan kita. Lawan dari penghargaan diri adalah rasa rendah diri.

e. Aktualisasi Diri (Self actualization), kemampuan dalam menyadari potensi diri dan merasa nyaman dengan apa

yang telah dicapai dalam pekerjaan maupun kehidupan personal. Kemampuan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

Antarpribadi a. Empati, kemampuan untuk mengerti apa yang orang lain rasakan atau pikirkan, peka terhadap keadaan, kemampuan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.

b. Tanggung jawab sosial, kemampuan untuk bekerja sama dan berkontribusi dalam kelompok

c. Hubungan antarpribadi, kemampuan untuk mempertahankan dan memelihara hubungan yang saling bermanfaat dan nyata dengan saling memberi dan

menerima disertai dengan perasaan emosi kedekatan (akrab). Aspek pentingnya adalah menunjukkan

kepedulian kepada sesama.

Kemampuan

beradaptasi

(37)

melihatnya sebagai sesuatu yang di atau tidak harapkan (kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian ketika berusaha menilai).

b. Sifat Fleksibel(Flexibility), kemampuan untuk mengatur perasaan, pikiran, dan tindakan untuk menanggapi

dengan sikap terbuka (mau menerima gagasan).

c. Pemecahan masalah, kemampuan untuk mendefinisikan masalah, bergerak untuk melaksanakan dan menghasilkan serta menerapkan pemecahan masalah yang efektif dan tepat.

Manajemen

stress

a. Ketahanan menanggung stres, kemampuan untuk tetap tenang dan fokus, menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan dan konflik- konflik emosi tanpa terpuruk

kedalamnya. Cirinya adalah menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tetap tenang dan sabar tanpa

terbawa emosi.

b. Pengendalian Impuls, kemampuan untuk melawan atau menunda godaan untuk bertindak. Cirinya adalah mampu

mengendalikan amarah, tidak frustasi dan bertindak kasar serta tidak menunjukkan perilaku meledak-ledak

Suasana Hati

Umum

(38)

b. Kebahagiaan, kemampuan untuk merasa puas dalam hidup, untuk merasa nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, serta menjalani dengan semangat dan antusias

dalam semua aktivitas

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaan dirinya dan orang lain, dan dapat digunakan untuk mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan,

seperti beradaptasi, kemampuan melakukan hubungan inter dan intra personal, memanajemen stress dan mood.

3. Pengertian Problem atau masalah

Sumardyono (2010) mengemukakan bahwa problem atau masalah dalam matematika adalah berupa soal-soal matematika, yang pada akhirnya akan

dihadapkan bagi siswa. Tidak semua soal dapat disebut problem atau masalah.

Sebuah soal dikatakan bukan „masalah‟ bagi seseorang bila dirasa mudah

diselesaikan. Suatu soal bersifat mudah biasanya dikarenakan soal tersebut sering (rutin) dipelajari dan bersifat tekhnis. Umumnya tipe soal ingatan (soal yang biasanya meminta siswa untuk mengenali atau menyebutkan fakta-fakta

matematika, definisi, atau pernyataan suatu teorema / dalil) dan tipe soal procedural (soal yang menghendaki penyelesaian berupa procedur langkah

(39)

kelompok soal rutin (routine problems), yaitu soal – soal yang mudah dan kurang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Soal-soal yang dimuat untuk mengungkap kemampuan problem solving tersebut haruslah merupakan soal yang minimal memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Soal tersebut menantang pikiran ( challenging)

b. Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya

(nonroutine)

Sumardyono mengungkapkan bahwa soal-soal dengan tipe terbuka

termasuk soal-soal yang cocok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Soal tipe terbuka yang dimaksud adalah tipe soal yang strategi pemecahan masalahnya tidak tampak pada soal. Soal-soal tipe ini

umumnya membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan.

4. Kemampuan Problem Solving

Menurut Dr. Hamzah ( 2005: 80), pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mengenali masalah dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang ampuh. Memecahkan masalah bersifat

multiphase dan mensyaratkan kemampuan proses berikut:

a. memahami masalah dan percaya pada diri sendiri, serta termotivasi

untuk memecahkan masalah itu secara efektif

b. menentukan dan merumuskan masalah sejelas mungkin. Salah satu caranya dengan mengumpulkan informasi secara relevan

(40)

d. mengambil keputusan untuk menerapkan salah satu alternatif pemecahan

e. menilai hasil alternatif pemecahan yang digunakan

f. mengulang proses di atas apabila masalahnya tetap belum terpecahkan

Sumardyono (2010) mengungkapkan pengertian Problem Solving dalam matematika adalah suatu proses pemecahan masalah terhadap masalah yang akan dihadapkan pada siswa yang dalam hal ini berupa soal-soal matematika.

Sehingga yang dimaksud kemampuan problem solving dalam matematika adalah kemampuan memecahkan masalah terhadap soal-soal matematika

dengan tipe soal terbuka. Dalam penelitian ini proses memecahkan masalah mengacu pada Teori Polya.

Adapun langkah-langkah Problem Solving dalam soal matematika menurut

Polya (1973:5) ada 4 yaitu: a. Memahami masalah

Pada langkah tahap pertama ini kita perlu bertanya pada diri sendiri ketika menghadapi soal matematika seperti:

1) Apa saja pertanyaannya, dapatkah pertanyaan disederhanakan

2) Apa saja informasi atau data yang diketahui dari soal/ masalah, pilih data yang relevan

3) Hubungan-hubungan apa dari data yang ada b. Menentukan strategi penyelesaian masalah

Pada tahap kedua ini diperlukan ketrampilan dan pemahaman berbagai

(41)

c. Menyelesaikan strategi penyelesaian masalah

Pada tahap ketiga ini perlu dilatih mengenai ketrampilan berhitung dan memanipulasi aljabar, serta membuat penjelasan (explanation) dan

argumentasi (reasoning)

d. Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.

Pada tahap keempat ini dilakukan proses merefleksikan kembali apakah

sudah benar langkah tiap langkah, lengkap, jelas, dan berargumen (beralasan) dalam proses penyelesaian masalah/soal tadi. Hal ini dapat

dilatih mengenai langkah:

1) Memeriksa jawaban atau penyelesaian (mengetes atau menguji coba jawaban)

2) Memeriksa apakah jawaban yang diperoleh masuk akal.

3) Memeriksa pekerjaan, adakah analisis atau perhitungan yang salah

4) Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap dan kurang jelas. Untuk dapat melihat kemampuan problem solving seseorang perlu adanya karakteristik tertentu mengenai pemecah masalah yang baik.

Adapun karakteristik pemecah masalah diungkapkan oleh Suydam (1980:36) yang menghimpun dan menyaring ciri-ciri pemecah masalah yang baik

dengan mengacu pada berbagai sumber (Dodson, Hollander, Krutetskii, Robinson, Talton dan lain-lain) adalah sebagai berikut:

a. Mampu memahami istilah dan konsep matematika.

(42)

c. Mampu mengindentifikasi bagian yang penting serta mampu memilih prosedur dan data yang tepat.

d. Mampu mengenali detail yang tidak relevan. e. Mampu memperkirakan dan menganalisis.

f. Mampu memvisualkan dan mengintepretasi fakta dan hubungan yang kuantitatif.

g. Mampu melakukan generalisasi dari beberapa contoh.

h. Mampu mengaitkan metode-metode dengan mudah.

i. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi, dengan tetap

memiliki hubungan baik dengan rekan-rekannya. j. Tidak cemas terhadap ujian atau tes.

5. Sikap Siswa

Sikap di sini diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima /menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Dalam penelitian ini obyek yang dimaksud adalah soal pada tes kemampuan problem solving maupun matematika secara keseluruhan. Karena dalam kenyataannya seseorang yang belajar matematika dapat

dipastikan dirinya akan berhadapan dengan soal-soal yang akan mengecek kemampuannya tentang konsep-konsep matematika tersebut. Azwar

(1988) mengemukakan bahwa dilihat dari strukturnya sikap terdiri dari 3 komponen yaitu:

(43)

Komponen kognitif berupa apa saja yang dipercayai oleh subyek pemilik sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau

apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau

karakteristik umum suatu obyek. Bila dalam pikiran siswa telah terpolakan bahwa soal-soal dalam matematika itu sulit, maka siswa akan cenderung untuk tidak mau mencoba soal yang serupa, yang

kemudian akan membawa dampak pada diri siswa untuk menjauhi matematika. Apapun yang menyangkut tentang kepercayaan tersebut

muncul dari apa yang kita lihat atau kita ketahui yang selanjutnya akan mengalami perkembangan. Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang kepercayaan itu terbentuk justru

karena tidak adanya informasi yang tepat mengenai obyek yang dihadapi (Azwar, 1988:20).

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap sesuatu obyek sikap

(Azwar, 1988:20). Secara umum, reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai bagi obyek

tersebut. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan 2 alternatif yaitu suka/tidak suka, menurut dan melaksanakan atau menjauhi atau menghindari sesuatu. Berdasarkan contoh di atas,

(44)

soal-soal yang membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi serta membutuhkan kegigihan, apabila siswa mempunyai pengalaman

pribadi dalam belajar matematika ia tidak mengalami suatu kesulitan, akan sangat dimungkinkan ia akan mempunyai sikap yang positif

terhadap matematika setidak-tidaknya tidak akan terbentuk perasaan tidak suka terhadap matematika.

c. Komponen konatif

Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku/ kecenderungan yang ada dalam diri berperilaku seseorang yang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya. Asumsi dasarnya adalah bahwa kepercayaan maupun perasaan mempengaruhi perilaku yang artinya bahwa perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus

tertentu akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Oleh karena itu, maka sikap seseorang akan

tercermin pada perilaku terhadap obyek tersebut. Dari ketiga komponen sikap di atas terdapat keselarasan dan konsistensi, dikarenakan bila dihadapkan dengan satu obyek sikap yang sama maka

ketiga komponen tersebut mempolakan arah sikap yang seragam. Namun kadang terjadi ketidakkonsistenan antara ketiga komponen di

(45)

Gambar 2.1 Konsepsi skematik Rosenberg dann Hovland mengenai sikap ( dalam Azwar , 1988 ).

Berdasarkan skema di atas akan dibuat kisi kisi untuk penyusunan kuesioner sikap atau tanggapan siswa terhadap soal tipe problem solving maupun matematika secara keseluruhan berdasarkan

komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Stimuli Sikap Kognisi

Afek

(46)

6. Pokok Bahasan Fungsi

Berdasarkan Standar Isi BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan)

yang penggunaannya telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 pokok bahasan Fungsi merupakan materi yang wajib

dipelajari siswa kelas VIII SMP pada semester gasal. Berikut merupakan uraian mengenai apa saja yang tercakup dalam materi Fungsi:

a. Pengertian Relasi

Ada 2 himpunan tak kosong yang saling asing.

Misal himpunan A beranggotakan nama-nama orang seperti Ria, Reni,

Rian, dan Revi. Sedangkan himpunan B beranggotakan jenis-jenis alat musik yaitu pop, rock, dan jazz. Ria dan Rian dipasangkan dengan musik pop, karena Ria dan Rian menyukai musik pop. Rian dan Reni

dipasangkan dengan musik rock, karena Rian dan Reni menyukai musik rock. Rian, Reni dan Revi dipasangkan dengan musik jazz,

karena Rian, Reni dan Revi menyukai musik jazz. Aturan yang memasangkan inilah yang disebut relasi. Pada kasus di atas relasi (hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dan anggota-anggota

(47)

Maka pengertian formal relasi dari himpunan A dan himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.

Relasi dari A ke B dituliskan dengan R:AB

Contoh:

Misalkan ada dua himpunan A dan B.

digambarkan pada gambar 2.3 di bawah ini. Gambar 2.3 menunjukkan relasi “ kakak dari”

(48)

b. Definisi Fungsi

Andaikan A dan B dua himpunan yang tidak kosong. Relasi f dari

himpunan A ke himpunan B disebut suatu fungsi bila dipenuhi:

1) Semua anggota himpunan A mempunyai kawan di B



  

xAyB x,yf

2) Kawan setiap anggota A itu di B tunggal.

kawan dan kawannya tunggal di B. Hal itu akan lebih mudah kelihatan

bila relasi itu disajikan dalam bentuk diagram di bawah ini. Gambar 2.4 adalah gambar yang menunjukkan sebuah fungsi

A B

menunjukkan relasi

(49)

c. Menyatakan fungsi

Ada tiga cara untuk menyatakan suatu fungsi diantaranya adalah:

1) Diagram Panah

Suatu fungsi dapat dinyatakan dengan diagram panah, jika

memenuhi persyaratan berikut:

a) Ada domain (daerah asal) dan kodomain ( daerah kawan) b) Ada anak panah dan nama fungsi.

c) Semua anggota domain habis dipetakan ke kodomain d) Peta dari setiap anggota domain tidak boleh bercabang.

Contoh :

Tentukan diagram manakah yang merupakan fungsi dari masing-masing diagram panah berikut ini.

(50)
(51)

Jawab: Gambar 2.5 dan 2.7 merupakan fungsi karena semua syarat fungsi dipenuhi. Sedangkan gambar 2.6 dan 2.8 bukan fungsi

karena anggota domainnya bercabang dan ada anggota domain yang tidak mempunyai kawan yaitu 2 pada Gambar 2.6 dan 3 pada

Gambar 2.8.

2) Himpunan Pasangan Berurutan

Suatu fungsi dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan

 

x,y dengan

xA

dan

yB

asalkan memenuhi persyaratan

Contoh: Setiap himpunan pasangan berurutan berikut ini

menunjukkan hubungan dari himpunan A ke himpunan B. Diantara hubungan tersebut, manakah yang merupakan fungsi?

(52)

ii.

3,1

      

, 4,1, 5,1, 6,1

iii.

       

1,a , 2,b, 3,c, 4,d

iv.

       

2,4, 4,3, 3,5, 5,1

Jawab:

i. Bukan fungsi, karena 2 mempunyai empat peta, yaitu 3, -2, -1, dan 7

ii. Fungsi, karena semua anggota domain habis dipetakan dan hanya mempunyai satu peta di kodomain.

iii. Fungsi, karena memenuhi persyaratan fungsi iv. Fungsi, karena memenuhi persyaratan fungsi. 3) Koordinat Cartesius

Koordinat Cartesius untuk fungsi dikenal sebagai grafik fungsi. Contoh:

Lukislah grafik fungsi f dalam koordinat kartesius.

(53)

d. Produk Cartesius dan Diagram Koordinat

e. Menentukan banyak pemetaan

Banyaknya pemetaan ditentukan sebagai berikut:

Jika banyaknya anggota An

 

Axdan banyaknya anggota

 

B y

n

B  maka banyaknya pemetaan yang mungkin:

(54)

iii. n

BH

Jawab:

i. n

 

B 3dan n

   

Bn H 8maka n

 

H 8n

 

B 835

ii. n

HB

=

n

 

B

n H 35 243

iii. n

BH

=

n

 

H

n B 53 125

f. Korespondensi satu-satu

Dua himpunan A dan b dikatakan berkorespondensi satu-satu jika

anggota-anggota A dan B dapat dikawankan sedemikian sehingga setiap anggota A berpasangan dengan satu anggota B dan setiap

anggota B berpasangan dengan satu anggota A. Jika himpunan itu berhingga, maka kedua himpunan itu anggotanya sama banyak. Korespondensi satu-satu dapat dikatakan sebagai fungsi satu-satu atau

fungsi 1-1, jika untuk setiap a1,a2A dan a1a2berlaku

 

a1 f

 

a2

f  , maka f dinamakan fingsi 1-1 dari A ke B dan ditulis

B

A



11

Contoh:

Setiap negara di dunia ini hanya mempunyai satu ibu kota. Dengan

diagram panah dapat ditunjukkan seperti gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 adalah diagram panah untuk relasi beribukota dari

(55)

g. Menghitung nilai fungsi

Menghitung nilai suatu fungsi berarti kita mensubstitusikan nilai variabel bebas ke dalam rumus fungsi sehingga diperoleh nilai variabel

(56)

i. f

 

1 412 413

ii. f

 

3 4

 

3 2 495

iii. f

 

2 326

iv. f

 

5 3515

h. Merumuskan bentuk fungsi

Jika a anggota daerah asal, maka anggota daerah hasil yang bersesuaian dinamakan peta atau bayangan dari a oleh fungsi f dan dinyatakan

i. Tentukan bentuk fungsi f

(57)

ii. f

 

x 4x10, maka f

 

6 4x10

 

6 34

f

i. Menyusun Tabel Fungsi

Tabel fungsi digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan proses penggambaran grafik fungsi.

Contoh:

Fungsi g:x3x2berdomain

xx5,xA

dengan A himpunan bilangan asli

i. Tulislah daerah asal ( domain) dari g

ii. Tulislah daerah hasil (range) dari g Jawab:

tabel seperti gambar 2.11 di bawah ini.

Gambar 2.11 Bentuk Tabel

(58)

B. Kerangka Berpikir

Kecerdasan emosi berperan penting dalam kehidupan seseorang.

Kecerdasan emosi yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial

akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan proses kehidupannya. Kita tidak pernah terlepas dari masalah. Untuk dapat menjadi pemecah masalah yang baik diperlukan ketrampilan dalam mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Kecerdasan emosi

mencakup ketrampilan-ketrampilan tersebut. Kemampuan problem solving sangat penting dalam pelajaran matematika. Seorang remaja Sekolah Menengah Pertama yang memiliki kecerdasan emosi baik, maka

kemampuan problem solvingnya pun baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis yaitu: Adanya

hubungan positif antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Problem Solving siswa. Semakin tinggi Kecerdasan Emosi maka makin tinggi juga Kemampuan Problem Solvingnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah

(59)

38

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu

penelitian korelasi. Penelitian bertujuan untuk menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi perlakuan/obyek. Fokus dari penelitian ini adalah pengukuran terhadap dua fenomena atau lebih.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Kemampuan Problem Solving untuk materi fungsi

pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco serta untuk mengetahui sikap siswa terhadap soal Problem Solving maupun Matematika. Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif deskriptif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Baciro pada Bulan Juli hingga

September 2011.

C. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII D SMP Joannes

Bosco Yogyakarta.

D. Obyek Penelitian

(60)

E. Variabel Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel Bebas adalah variabel utama yang mempengaruhi variabel lain.

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kecerdasan emosi. 2. Variabel Terikat

Variabel Terikat adalah variabel yang menjadi akibat dari penggunaan

variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Kemampuan Problem Solving.

F. Bentuk Data

Dalam penelitian ini terdapat 3 macam data yang akan diambil oleh peneliti. Adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data Kecerdasan Emosi Siswa

Bentuk data Kecerdasan Emosi siswa berupa hasil isian siswa pada

kuesioner Kecerdasan Emosi.

2. Data Kemampuan Problem Solving Siswa.

Bentuk data dari Kemampuan Problem Solving berupa hasil jawaban

uraian siswa. Tes Kemampuan Problem Solving ini berisi soal-soal terbuka berbentuk uraian obyektif.

(61)

G. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes dan Non Tes

yang diberikan pada siswa kelas VIII D SMP Joannes Bosco setelah mereka selesai mempelajari bab Fungsi. Dalam hal ini peneliti tidak mengajar dan

seluruh pemberian materi serta proses pengajaran dilakukan oleh guru. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving, Kuesioner Sikap Siswa terhadap

Matematika dan Soal Problem Solving. 1. Kuesioner Kecerdasan Emosi

Kuesioner ini terdiri dari 60 butir soal yang diberikan pada siswa. Pada kuesioner ini digunakan Skala Likert dengan empat kemungkinan jawaban yaitu ”Sangat Setuju”, ”Setuju”, ” Tidak Setuju”, dan ” Sangat Tidak Setuju”.

Kuesioner Kecerdasan Emosi ini adalah kuesioner berskala yang dibuat

oleh penulis berdasarkan Indikator Kecerdasan Emosi dengan merujuk Tabel 2.1.

Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi yang terdiri dari item favorable dan

unfavorable yang tampak pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi

(62)

TF 19, 20

2 Antarpribadi a. Empati F 21, 22 12

TF 23, 24 b. Tanggung jawab

Sosial 4 Pengendalian

Stress

a. Ketahanan menanggung stress

F 45, 46 8

TF 47, 48 b. Pengendalian Impuls F 49, 50

TF 51, 52

2. Test Kemampuan Problem Solving

Test Kemampuan Problem Solving terdiri dari 5 soal uraian. Agar

memudahkan dalam penyusunan instrumen berikut di bawah ini adalah Tabel 3.2 yang memuat kisi-kisi pembuatan tes.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Problem Solving

No Kompetensi Dasar Indikator Tingkat

(63)

1.4 Menentukan nilai fungsi jika nilai dan data fungsi

3. Kuesioner sikap atau tanggapan siswa

Kuesioner sikap atau tanggapan siswa ini terdiri dari 2 bagian. Bagian I memuat 15 pernyataan untuk mengungkap sikap siswa terhadap soal problem solving dan bagian II untuk mengungkap sikap siswa terhadap

matematika secara umum. Bagian I ini terdiri dari 8 pernyataan favorable dan 7 pernyataan unfavorable. Sedangkan untuk bagian II terdiri 20 pernyataan yang memuat 10 pernyataan favorable dan 10 pernyataan

unfavorable. Pada kuesioner ini digunakan Skala Likert dengan empat kemungkinan jawaban yaitu ”Sangat Setuju”, ”Setuju”, ” Tidak Setuju”, dan ” Sangat Tidak Setuju”.

Kuesioner sikap/tanggapan siswa ini adalah kuesioner berskala yang

dibuat oleh penulis dengan menggunakan acuan hal-hal yang ada pada konsepsi skematik Rosenberg & Hovland mengenai sikap ( Gambar 2.1 pada Bab II Landasan Teori). Berikut adalah kisi-kisi pembuatan

(64)

Tabel 3.3 Kisi-kisi 1 Kuesioner sikap/tanggapan siswa terhadap soal problem solving

Aspek Kategori Respon Pernyataan Jumlah

pernyataan Favorabel Unfavorabel

Kognitif Pernyataan keyakinan mengenai objek sikap

1,3,5 2,4 5

Afektif Pernyataan perasaan terhadap objek sikap

7,9 6,8,10 5

Konatif (Perilaku)

Perilaku yang tampak sehubungan dengan obyek sikap

11,13,15 12,14 5

Jumlah 8 7 15

Tabel 3.4 Kisi-kisi 2 Kuesioner sikap/tanggapan siswa terhadap matematika secara umum

Aspek Kategori respon Pernyataan Jumlah

Pernyataan Favorabel Unfavorabel

Kognitif Kepercayaan diri belajar matematika

1,3,5 2,4 5

Afektif Kecemasan dalam belajar matematika

7,9 6,8,10 5

Konatif Motivasi belajar matematika

11,13,15 12,14 5

Sikap atau dorongan terhadap harapan guru

17,19 16,18,20 5

Jumlah 10 10 20

H. Keabsahan Data

1. Validitas Instrumen

Untuk menjaga keabsahan data pada penelitian ini dilakukan validitas isi dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan kisi-kisi instrumen sebagai acuan berdasarkan landasan teori. Peneliti

menyusun instrumen berupa Kuesioner Kecerdasan Emosi, Tes Kemampuan Problem Solving dan kuesioner sikap siswa didasarkan

(65)

meminta pendapat ahli (experts judgment) yang dalam hal ini adalah dosen. Dalam penelitian ini, untuk instrumen Kuesioner Kecerdasan

Emosi yang disusun oleh peneliti tidak dibandingkan dengan tes yang relatif standar guna mengungkap variabel Kecerdasan Emosi ini. Hal

tersebut disebabkan karena peneliti tidak menemukan kuesioner yang lebih baik (standar) untuk mengukur variabel Kecerdasan Emosi ini. Sehingga peneliti melakukan uji coba untuk Kuesioner Kecerdasan

Emosi ini dan melakukan analisis item yang merupakan pengujian keselarasan atau konsistensi antara fungsi item dengan fungsi tes

secara keseluruhan atau disebut juga dengan konsistensi item-total (Azwar, 2007). Untuk validitas tiap butir item instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai

berikut.

Semakin tinggi korelasi positif antara skor item dengan skor total tes, maka semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan tes secara keseluruhan atau semakin tinggi daya bedanya (Azwar, 2007).

(66)

menggunakan batasan rxy > 0,30. Akan tetapi, apabila jumlah aitem yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, batasan

tersebut dapat diturunkan menjadi rxy > 0,25 (Azwar, 2009). 2. Reliabilitas

Menurut Suparno (2000) reliabilitas suatu alat menunjuk pada level konsistensi internal dari alat ukur sepanjang waktu. Suatu angket atau tes yang reliabel akan menunjukkan ketelitian dan keajegan hasil dalam

berbagai pengukuran. Pada penelitian ini koefisien reliabilitas untuk Kuesioner Kecerdasan Emosi dan Tes Kemampuan Problem Solving

dinyatakan dengan Alpha Cronbach antara 0-1,00 dengan rumus,

Untuk mencari koefisien reliabilitas kuesioner kecerdasan emosi peneliti menggunakan bantuan program excell. Metode Alpha Cronbach

merupakan teknik penguji tingkat reliabilitas suatu skala penelitian yang paling banyak digunakan. Berdasarkan nilai Alpha Cronbach, tingkat reliabilitas suatu alat ukur diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi dari

sangat rendah sampai sangat tinggi (Arikunto, 2002:25). Tabel 3.5 Reliabilitas Alpha Cronbach

(67)

>0, 20 - 0, 40 Rendah >0, 40 - 0, 60 Cukup >0, 60 - 0, 80 Tinggi >0, 80 - 1, 00 Sangat Tinggi

I. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data sekaligus uji hipotesis menggunakan

teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan excel. Adapun langkah-langkah analisis data selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Hasil Uji Coba

Instrumen yang telah dibuat kemudian diujicobakan. Kemudian penulis melakukan analisis item. Analisis item ini dilakukan dengan

menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam perhitungan peneliti menggunakan bantuan Microsoft Excel. Data hasil uji coba instrumen Kecerdasan Emosi terlihat

pada Lampiran A.1, sedangkan Tabel 4.4 untuk instrumen Tes Kemampuan Problem Solving.

2. Analisis Data Penelitian a. Melalukan skoring

1) Kuesioner Kecerdasan Emosi

Kuesioner yang telah terisi diberi skor sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh subyek. Metode yang digunakan dalam skala Kecerdasan Emosi ini adalah metode Summated Ratings dengan

(68)

Setuju”. Adapun pemberian skor pada pernyataan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Pemberian skor kuesioner

Skor Pernyataan Positif (Favorabel)

2) Tes Kemampuan Problem Solving

Penyekoran untuk Tes Kemampuan Problem Solving ini dilakukan berdasarkan acuan pada tabel 3.7. Skor maksimum untuk tes ini adalah

44.

Tabel 3.7 Acuan Skor Tes Kemampuan Problem Solving untuk butir

Soal No 1-5

Soal No Langkah Problem solving Skor Skor

maksimum

1a, b, c, a. Memahami masalah, menentukan strategi

penyelesaian, menyelesaikan strategi penyelesaian

9

 Siswa dapat menentukan apakah relasi

yang diberikan merupakan fungsi atau

bukan, dan dapat memberikan 2 alasan

dengan tepat.

3

 Siswa dapat menentukan apakah relasi

yang diberikan merupakan fungsi atau

bukan, dan dapat memberikan 1 alasan

dengan tepat.

2

 Siswa salah dalam menentukan apakah

relasi yang diberikan merupakan fungsi

atau bukan , dan alasan yang diberikan

tidak tepat

Gambar

Tabel 4.24 Peringkat Perolehan Rata-rata Jumlah Skor Kecerdasan Emosi
Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosi.
Gambar 2.1 Konsepsi skematik Rosenberg dann Hovland mengenai
Gambar 2.3Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagian kedua aplikasi perencanaan dan pengendalian laba mencakup perencanaan dan pengendalian penjualan, produksi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

The stresses required to yield a material element under plane stress will depend on the current hardness or strength of the sheet and the stress ratio α. The usual way to define

Penambahan DES berbasis ChCl : gliserol dalam proses transesterifikasi menyebabkan sludge palm oil (SPO) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel hanya dengan

Pada penelitian ini akan didapatkan tentang hubungan gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan pada lingkup

aom ya asrk rajam dibandnB jahe gajah, dan nsnya p.das Jahe remh ncnrpunyai rimpang lebih kecil dibrddinlkai jahc lajan n.upun jahc k.cil.. Rcspimsi akan

[r]

The great number of “asking question” category in teacher talk has given much influence on the appearance of learner talk category that was mostly found, which wa s “student

Tampak hadir dalam kesempatan Kapolda DIY Brigjen Drs Anggoro Harry Anwar/Kadaop wilayah VI Drs Herlianto/beserta jajarannya // disampaikan kapolda diy bahwa hal ini sesuai dengan