• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis senyawa 2-(4`-hidroksi-3`-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida menggunakan metode solid phase reaction - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sintesis senyawa 2-(4`-hidroksi-3`-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida menggunakan metode solid phase reaction - USD Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

SINTESIS SENYAWA 2-(4’-HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDENA) SIKLOHEKSANA-1,3-DION DARI SIKLOHEKSANA-1,3-DION DAN

4-HIDROKSI-3-METOKSIBENZALDEHIDA DENGAN KATALIS ASAM

KLORIDA MENGGUNAKAN METODESOLID PHASE REACTION

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Monica Sabrina Widiapranolo NIM : 108114104

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Papa dan Mama yang selalu mendoakan, mendukung, dan

menyayangiku;

Adikku tersayang, Michelle dan Eugenia yang selalu

menghiasi hariku dengan canda dan tawa;

Pa Nugroho yang telah mengajarkanku banyak hal;

Someone special-ku, Kenny yang selalu ada dalam tawa dan

tangisku; serta

Ko Wawan atas semangat hidup dan perjuangan yang

(5)
(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

SINTESIS 2-(4’-HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDENA)

SIKLOHEKSANA-1,3-DION DARI SIKLOHEKSANA-1,3-DION DAN 4-HIDROKSI-3-METOKSIBENZALDEHIDA DENGAN KATALIS ASAM

KLORIDA MENGGUNAKAN METODE SOLID PHASE REACTION”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang tak pernah henti

memberikan arahan, dukungan, dan saran dalam penelitian serta penyusunan

skripsi ini.

3. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan

dan saran selama proses penelitian.

4. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan kritik

dan saran selama proses penelitian.

5. Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku kepala laboratorium Farmasi atas ijin

yang diberikan kepada penulis dalam penggunaan laboratorium.

6. Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Wagiran, Pak Musrifin, serta

segenap laboran Fakultas Farmasi yang telah membantu selama proses

pengerjaan penelitian di laboratorium.

7. Kenny, atas doa, dukungan, semangat, perjuangan yang tiada henti diberikan

(7)

vii

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 5

3. Manfaat penelitian ... 5

(10)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A.Kanker ... 7

B. Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 8

C.Metode Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis ... 12

1. Pemeriksaan organoleptis ... 12

2. Pemeriksaan kelarutan ... 13

3. Rekristalisasi ... 13

4. Pemeriksaan titik lebur ... 15

5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 15

6. Liquid Chromatography (LC) ... 16

D.Elusidasi Struktur ... 17

1. Spektrofotometri Inframerah (Infrared Spectrophotometry) ... 17

2. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy) ... 18

3. Proton Nuclear Magnetik Resonance Spectroscopy (1H-NMR) ... 19

E. Landasan Teori ... 20

F. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Definisi Operasional ... 22

C.Bahan Penelitian ... 23

D.Alat Penelitian ... 23

(11)

xi

1. Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion .. 24

2. Analisis senyawa hasil sintesis ... 24

F. Analisis Hasil ... 27

1. Perhitungan rendemen ... 28

2. Analisis pendahuluan ... 29

3. Pemeriksaan kemurnian dari senyawa hasil sintesis ... 29

4. Elusidasi struktur ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 29

B. Analisis Pendahuluan ... 32

1. Pemeriksaan organoleptis ... 32

2. Pemeriksaan kelarutan ... 33

3. Pemeriksaan titik lebur ... 34

4. Pemeriksaan kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT) ... 35

5. Kromatografi cair ... 37

C.Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis ... 39

1. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa .... 39

2. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometri inframerah ... 41

3. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan 1H-NMR ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A.Kesimpulan... 53

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 58

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel I. Istilah kelarutan zat menurut Farmakope Indonesia IV ... 14

Tabel II. Perbandingan sifat fisik senyawa hasil sintesis dan starting material

... 32

Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis dan starting

material ... 34

Tabel IV. Jarak lebur senyawa hasil sintesis dan starting material ... 35

Tabel V. Nilai Rf senyawa hasil sintesis dan starting material ... 37

Tabel VI. Perbedaan hasil interpretasi spektra inframerah senyawa hasil

sintesis dengan starting material ... 45

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Gugusan metilen aktif pada kurkumin ... 2

Gambar 2. Peningkatan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan adanya pengaruh asam ... 4

Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa 2- hidroksi -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 11

Gambar 4. Sikloheksana-1,3-dion dengan enam hidrogen alfa dan dua gugus karbonil ... 29

Gambar 5. Penampakan lempeng KLT di bawah sinar UV 254 nm ... 36

Gambar 6. Kromatogram LC senyawa hasil sintesis ... 38

Gambar 7. Spektra massa senyawa hasil sintesis ... 40

Gambar 8. Interpretasi spektra massa senyawa hasil sintesis... 41

Gambar 9. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis (pellet KBr) ... 42

Gambar 10. Spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion (pellet KBr)... 43

Gambar 11. Spektra inframerah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (pellet KBr) ... 44

Gambar 12. Pembagian tipe proton dari perkiraan struktur senyawa hasil sintesis... 45

Gambar 13. Spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis ... 46

Gambar 14. Usulan mekanisme reaksi pembentukan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Data Penimbangan Starting Material dan Perhitungan

Massa Senyawa Hasil Sintesis Secara Teoretis... 58

Lampiran 2. Data Penimbangan dan Perhitungan Rendemen Senyawa Hasil Sintesis ... 61

Lampiran 3. Dokumentasi Proses Sintesis Senyawa 2- hidroksi -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 62

Lampiran 4. Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak ... 64

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Rf Senyawa Hasil Sintesis ... 65

Lampiran 6. Kondisi Alat Kromatografi Cair ... 67

Lampiran 7. Kromatogram LC Senyawa Hasil Sintesis ... 68

Lampiran 8. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis ... 69

Lampiran 9. Spektra Inframerah Senyawa Hasil Sintesis (pellet KBr) ... 70

Lampiran 10. Spektra Inframerah Sikloheksana-1,3-dion (pellet KBr) ... 71

Lampiran 11. Spektra Inframerah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (pellet KBr) ... 72

Lampiran 12. Data Uji Titik Lebur Senyawa Hasil Sintesis... 73

Lampiran 13. Data Uji Titik Lebur Sikloheksana-1,3-dion ... 74

(16)

xvi INTISARI

Pada penelitian ini akan disintesis senyawa 2- hidroksi -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida menggunakan katalis asam klorida. Penggunaan katalis HCl bertujuan untuk meningkatkan rendemen senyawa target dibandingkan dengan rendemen katalis kalium hidroksida sebesar 13%. Penggunaan katalis HCl memiliki keunggulan dibandingkan KOH yaitu dapat meningkatkan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga mempermudah terjadinya reaksi.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif non-analitik. Sintesis dilakukan berdasarkan kondensasi aldol silang dengan mereaksikan 4 mmol sikloheksana-1,3-dion dan 4 mmol 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis HCl menggunakan metode solid phase reaction. Senyawa hasil sintesis dianalisis dengan: pemeriksaan organoleptis, kelarutan, titik lebur, kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel F254 dan fase gerak etil asetat : kloroform (1:5), kromatografi cair, dan elusidasi

struktur dengan spektroskopi massa, spektroskopi inframerah (IR), spektroskopi proton resonansi magnet inti (1H-NMR) dan dihitung jumlah rendemennya.

Senyawa hasil sintesis berupa kristal putih, tidak berbau dengan rerata rendemen sebesar 12,4% yang larut dalam kloroform, etil asetat, dan aseton. Kromatogram KLT menunjukkan adanya senyawa baru dengan Rf sebesar 0,30.

Kromatogram kromatografi cair menunjukan kemurnian senyawa hasil sintesis sebesar 100% dan jarak lebur sebesar 238,42 239,16°C. Hasil elusidasi struktur dengan spektroskopi massa, spektroskopi IR, dan 1H-NMR menunjukkan senyawa hasil sintesis adalah 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.

(17)

xvii ABSTRACT

In this study, 2- -hydroxy- -methoxybenzylidene) cyclohexane-1,3-dione was tempted to be synthesized from cyclohexane-1,3-cyclohexane-1,3-dione and 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide using hydrochloric acid as catalyst. Hydrochloric acid was used to improve the reaction yield compared to the reaction potassium hydroxide which give 13% of yield. This is due to the increasing electrophilicity of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide by the application of acid catalyst, thus make this starting compound more reactive.

It was a non-experimental descriptive non-analytical research which conducted based on the crossed aldol condensation reaction by reacting 4 mmole of cyclohexane-1,3-dione and 4 mmole of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehyde with hydrochloric acid as the catalyst, using the solid phase reaction method. The yield then weighted, and analyzed with organoleptic test, solubility test, melting point test, thin layer chromatography using silica gel F254 as the stationary phase

and ethyl acetate : chloroform (1:5) as the mobile phase, infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and proton nuclear magnetic resonance spectroscopy (1H-NMR).

The yield of the reaction was white crystal with no specified odor and the yield values was 12.4%. The yield is soluble in chloroform, ethyl acetate, aceton. TLC analysis showed a new chemical substance with Rf value of 0.30. The 100%

purity of the yield has been proven by liquid chromatography analysis. The melting point range were 238.42 239.16°C. The results of structure elucidation analysis by infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and 1H-NMR spectroscopy concluded that the compound was 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.

Key words : 2-(4 -hydroxy-3 -methoxybenzilidene) cyclohexane-1,3-dione, solid phase reaction, crossed aldol condensation reaction, 9-(4'-

(18)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Pada

tahun 2008, WHO melaporkan sekitar 7,6 juta (13%) orang meninggal akibat

kanker (WHO, 2013). Penyakit kanker disebabkan adanya abnormalitas

pembelahan (proliferasi) sel yang dapat menginvasi jaringan lain dan menyebar

ke organ lainnya, bahkan dapat menimbulkan kematian. Pada sel tumor,

proliferasi yang sangat cepat disebabkan oleh adanya ekspresi berlebih protein

NF-kB(Lee, Jeon, Kim, Song, 2007; Hanahan and Weinberg, 2011). Sampai saat

ini, masih dilakukan pengembangan dalam pengobatan kanker untuk

meningkatkan kualitas hidup dari penderita penyakit kanker.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gugusan α,β-unsaturated

karbonil pada senyawa kurkumin dapat mendeaktivasi proteinNF-κBoleh adanya

reaksi antara gugusan α,β-unsaturated karbonil dan residu sistein pada protein

NF-κB yang menyebabkan protein NF-κB menjadi inaktif (Surh, 2008). Namun

kurkumin sendiri memiliki kekurangan yaitu adanya gugusan metilen aktif

menyebabkan kurkumin mudah sekali terdegradasi pada pH fisiologis. Penelitian

Wang et al. (1997) menunjukkan kurkumin yang diinkubasi pada medium 0,1 M

bufer fosfat-tanpa serum, pH 7,2 dan suhu 37OC terdekomposisi sekitar 90%

(19)

-hidroksi-3’-metoksife

aktivitas sebagai inhi

Oleh karena itu, sen

1,3-dion secara in sili

NF-κByang lebih baik

Senyawa

2-merupakan senyawa

reaksi kondensasi aldol

suatu senyawa keton

suatu senyawa aldehida

Berdasarkan

3’-metoksibenzilidena

oksifenil)-2,4-dioxo-5-heksenal, sedangkan vanilin,

merupakan produk minor yang dihasilkan (Wa

ambar 1. Gugusan metilen aktif pada kurkumin

na itu pada penelitian ini akan disintesis se

oksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion yang merup

olongan enona, dimana telah diketahui bahwa

n dapat menghambat ekspresi proteinNF-kB(Webe

nelitian yang dilakukan Limanto (2013) menunj

droksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-nhibitor protein NF-κB secara in silico (Webe

senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

silico diharapkan memiliki aktivitas sebagai inhi

h baik dari kurkumin sehingga layak untuk disinte

2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) siklohe

a α,β-unsaturated karbonil yang dapat dipe

aldol silang antara sikloheksana-1,3-dion ya

ton dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ya

hida dengan adanya katalis asam ataupun basa kua

an penelitian Limanto (2013), sintesis senyawa

dena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis basa

nilin, asam ferulat,

anget al., 1997).

i inhibitor protein

ntesis.

(20)

hidroksida (KOH) memberikan hasil rendemen sebesar 13%. Hasil rendemen ini

terlalu kecil sehingga perlu dikembangkan suatu metode baru untuk

menghasilkan rendemen yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan menggunakan katalis asam. Penggunaan katalis asam pada sintesis

senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

mempunyai keunggulan dibandingkan katalis basa. Hal ini dikarenakan gugus

hidroksi fenolik pada senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida bersifat lebih

asam dibandingkan Hαsenyawa sikloheksana-1,3-dion. Adanya katalis basa kuat

seperti KOH akan lebih bereaksi dengan hidroksi fenolik pada

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga membentuk ion fenoksida (O-). Ion fenoksida

yang terbentuk dapat bereaksi dengan C karbonil pada sikloheksana-1,3-dion

yang bersifat elektrofil dan menyebabkan senyawa target tidak terbentuk.

Penggunaan katalis asam seperti HCl dalam sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’

-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion akan memprotonasi atom oksigen

pada sikloheksana-1,3-dion sehingga membentuk enol yang kemudian bereaksi

dengan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida membentuk senyawa 2-(4’

-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion. Selain itu, HCl merupakan asam

yang lebih kuat (pKa = -8,0) dibandingkan H2SO4 (pKa = -3,0) sehingga lebih

mudah dalam melepaskan H+dan menyebabkan pembentukan enol menjadi lebih

mudah. Penggunaan katalis asam juga dapat meningkatkan elektrofilisitas dari C

karbonil 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga lebih mudah diserang oleh

(21)

Gambar 2. Peningk

Sintesis seny

1,3-dion dilakukan de

merupakan salah satu

reaksi kimia dilakuka

banyak, sehingga jum

diminimalisir (Palleros,

senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

n dengan menggunakan metode solid phase

satu aplikasi dari “Green Chemistry”, dimana pe

kukan dengan menggunakan pelarut dalam jum

jumlah bahan berbahaya atau limbah yang di

eros, 2004). Penggunaan metode solid phase

2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) siklohe

rikan keuntungan, antara lain: pengerjaan prose

n sederhana, rendemen yang besar, reaksi sa

amah lingkungan.

asalah

awa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) si

disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan

ldehida dengan katalis asam klorida (HCl)

d phase reaction?

sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksi

-1,3-dion dengan katalis asam klorida membe

ik dibandingkan dengan katalis kalium hidroksi

sibenzaldehida

na)

sikloheksana-phase reaction yang

pengerjaan suatu

umlah yang tidak

dihasilkan dapat

phase reaction pada

oheksana-1,3-dion

oses sintesis yang

ksi samping dapat

(22)

sikloheksana-1,3-2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian yang

berjudul “sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida

dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction

belum pernah dilakukan. Senyawa sejenis yang pernah disintesis adalah

senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis natrium

hidroksida (Istyastono, Yuniarti, dan Jumina, 2009), senyawa 2-(4’

-klorobenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis kalium hidroksida

(Christy, 2010), senyawa 2-(4’-hidroksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

menggunakan katalis kalium hidroksida (Setiawati, 2012), senyawa 2-(4’

-hidroksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis asam klorida

(Santoso, 2012), dan senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis kalium hidroksida (Limanto,

2013).

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis

Memberikan informasi terkait dengan reaksi kondensasi aldol

silang pada sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan

(23)

b. Manfaat metodologi

Memberikan informasi terkait tata cara dan kondisi dari sintesis

senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari

sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan

katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction.

c. Manfaat praktis

Memberikan informasi mengenai penggunaan metode yang ramah

lingkungan (Green Chemistry) untuk melakukan sintesis senyawa 2-(4’

-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis

asam klorida (HCl).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dapat disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl)

menggunakan metodesolid phase reaction.

2. Mengetahui apakah sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dengan katalis asam klorida memberikan rendemen yang

(24)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kanker

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang

tidak normal dimana sel tumbuh dengan sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak

berirama yang dapat menginvasi jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi

fungsi tubuh (NCI, 2013). Menurut data WHO (World Health Organization), pada

tahun 2008 7,6 juta orang di dunia meninggal akibat kanker (WHO, 2013).

Secara umum, ciri-ciri dari sel kanker antara lain memiliki kemampuan

mencukupi signal pertumbuhan sendiri, tidak sensitif terhadap signal

antipertumbuhan, dapat menghindari proses apoptosis, memiliki potensi replikasi

yang tidak terbatas (immortal), memiliki kemampuan membentuk pembuluh

darah baru (angiogenesis), dapat menginvasi jaringan lain dan masuk ke

peredaran darah (Hanahan and Weinberg, 2011).

Penelitian yang ada menunjukan bahwa faktor transkripsi protein NF-κB

berperan penting dalam mengontrol proliferasi dan kelangsungan hidup sel kanker

(Escárcega, Fuentes, Garcia, Gatica, dan Zamora, 2007). Aktivasi protein NF-κB

ini banyak diperantarai oleh adanyacancer-promoting agents(Lin, Bai, Chen, Xu,

2010). Pada sel kanker, protein NF-κB mengalami mutasi sehingga tetap aktif

walaupun dalam keadaan yang tidak dibutuhkan. Protein NF-κB yang selalu aktif

menyebabkan sel kanker terus membelah dan melindungi sel kanker dari peristiwa

(25)

dalam penemuan obat antikanker baru yaitu dengan menjadikan protein NF-κB

sebagai target (Dolcet, Llobet, Pallares, Guiu, 2005).

Menurut penelitian Weber et al. (2006), salah satu senyawa alam yang

diketahui memiliki aktivitas antikanker sebagai inhibitor NF-κB yaitu kurkumin

dimana gugusan α,β-unsaturated karbonil (enon) pada kurkumin diperkirakan

dapat menginaktivasi protein NF-κB sehingga sel kanker tidak dapat melakukan

proliferasi dan akan mati. Adanya kematian sel kanker ini disebabkan interaksi

antara gugusan α,β-unsaturated karbonil dan residu sistein pada protein NF-κB

yang mengakibatkan proteinNF-κBmenjadi tidak aktif (Surh, 2008).

B. Sintesis 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

Senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

dapat disintesis dari starting material sikloheksana-1,3-dion dan

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis HCl berdasarkan reaksi kondensasi aldol

silang. Senyawa sikloheksana-1,3-dion merupakan senyawa karbonil golongan

keton yang memiliki hidrogen alfa (α). Sedangkan senyawa

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida merupakan suatu aldehid aromatis dengan substituen gugus

hidroksi dan metoksi. Senyawa karbonil dengan hidrogen alfa (α) dapat

membentuk enol dengan adanya katalis asam, maka kondensasi aldol silang antara

aldehid dengan senyawa yang memiliki hidrogen alfa (α) dapat terjadi. Reaksi

kondensasi aldol silang melibatkan adisi nukleofilik suatu enol keton ke suatu

aldehid sehingga produk yang dihasilkan melepaskan sebuah molekul air dan

(26)

H3CO

Gambar 3. Analisis diskoneksi senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

Sikloheksana-1,3-dion memiliki rumus molekul C6H8O2 dengan berat

molekul 112,12 g/mol dengan bentuk serbuk kristalin, titik lebur 103-105oC dan

titik didih 235,1oC. Senyawa ini larut dalam air dan pelarut lainnya, seperti

alkohol dan kloroform (Lide, 2004). Sedangkan senyawa

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang dikenal dengan nama dagangnya, yaitu vanilin

memiliki rumus molekul C8H8O3, memiliki berat molekul 152,15 g/mol. Vanilin

murni berupa kristal jarum berwarna putih atau krem (mengkilat) dengan

karakteristik aroma vanila dan rasa manis, larut dalam aseton, larutan alkali

hidroksida, kloroform, eter, metanol, dan minyak dan dapat teroksidasi pada

kondisi udara yang lembab dan paparan sinar matahari secara langsung. Berat

jenis vanilin adalah 1,056 g/mL dengan titik leleh 80-81oC dan titik didih pada

285oC. Di bidang kimia analitik, vanilin dapat digunakan sebagai pereaksi (Rowe,

Shesky dan Quinn, 2009).

Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia,

namun zat tersebut, secara kimiawi tidak mengalami perubahan yang permanen.

Penambahan katalis dalam suatu reaksi akan memberikan perubahan yang berarti

pada energi aktivasinya. Kehadiran suatu katalis dalam suatu reaksi dapat

(27)

menyediakan suatu rut

katalis memiliki energ

Katalis yang

metoksibenzilidena)-si

suasana asam, atom oksi

terprotonasi dan mem

alfa (α) untuk mengha

yang berfungsi seba

nukleofilisitas pada

karbonil pada senya

senyawa 2-(4’-hid

melepaskan molekul a

u rute alternatif bagi reaksi. Rute alternatif yang

nergi aktivasi yang rendah (Oxtoby, Gillis dan N

ang digunakan dalam sintesis senyawa

2-)-sikloheksana-1,3-dion adalah katalis asam

oksigen pada gugus karbonil pada sikloheksana

embentuk intermediate kation sehingga dapat

ghasilkan sebuah enol netral (McMurry, 2004)

sebagai nukleofil. Pembentukan enol akan

da Cα sikloheksana-1,3-dion dan akan meny

yawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingg

(28)

Gambar 3. Mek m

Pada penelit

NaOH. Hal ini dilakuka

hidroksi-3-metoksibenz

Gugus hidroksi fenol

lebih asam dibandingka

ekanisme reaksi pembentukan senyawa 2-(4’-hid metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

nelitian ini tidak digunakan katalis basa kuat

kukan untuk mencegah gugus hidroksi fenolik pa

benzaldehida yang bersifat asam menjadi O- (

nolik pada senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenza

ngkan Hαpada senyawa sikloheksana-1,3-dion.

OH akan cenderung lebih bereaksi dengan hi

3-metoksibenzaldehida dibandingkan denga

dion sehingga membentuk ion fenoksida (O-).

at bereaksi dengan C karbonil pada sikloheksan

dan menyebabkan senyawa target tidak terbentuk.

-hidroksi-3’

-n hidroksi fe-nolik

ngan Hα dari

-). Ion fenoksida

ksana-1,3-dion yang

(29)

seperti HCl akan memprotonasi atom oksigen pada sikloheksana-1,3-dion

sehingga membentuk enol yang kemudian bereaksi dengan

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida membentuk senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion. Selain itu penggunaan katalis asam mengarahkan reaksi

melalui kontrol termodinamika sehingga reaksi berjalan lebih lambat

dibandingkan dengan penggunaan katalis basa, tetapi memberikan reaksi samping

yang lebih kecil sehingga rendemen yang didapatkan lebih besar. Penggunaan

katalis asam juga dapat meningkatkan elektrofilisitas dari C karbonil

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga lebih mudah diserang oleh enol yang terbentuk.

C. Metode Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis 1. Pemeriksaan organoleptis

Uji organoleptis adalah uji yang paling sederhana dan memuat paparan

mengenai sifat suatu zat secara umum meliputi wujud, warna, dan bau. Pernyataan

dalam uji ini tidak cukup kuat untuk menjadi syarat baku, tetapi meskipun

demikian secara tidak langsung dapat membantu penilaian pendahuluan terhadap

mutu zat yang bersangkutan (Dirjen POM RI, 1995). Selain itu, uji organoleptis

berguna sebagai identifikasi awal perbedaan antara senyawa hasil sintesis dengan

(30)

2. Pemeriksaan kelarutan

Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik suatu zat.

Pemeriksaan kelarutan zat padat dalam cairan dilakukan dengan melarutkan zat

padat tersebut hingga tepat jenuh pada suhu terkontrol kemudian hasilnya

dibandingkan dengan standar. Pada setiap pemeriksaan, kemurnian zat padat dan

pelarut harus terjamin karena sedikit pengotor dapat menyebabkan terjadinya

variasi hasil pemeriksaan (Jenkins, Knevel, and Digangi, 1965).

Kelarutan suatu zat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut

yaitu oleh momen dipolnya. Selain momen dipol, faktor lain yang berpengaruh

terhadap kelarutan zat antara lain tetapan dielektrik, asosiasi, solvasi, tekanan

dalam, reaksi asam-basa dan faktor-faktor lainnya (Martin and Bustamante, 1993).

Tabel I. Istilah kelarutan zat menurut Farmakope Indonesia IV Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan

untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1 Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30 Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1.000 Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

(Dirjen POM RI, 1995).

3. Rekristalisasi

Rekristalisasi merupakan suatu metode yang umum digunakan untuk

pemurnian zat padat. Metode ini didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat

(31)

memurnikan suatu zat harus disesuaikan dengan kondisi atau sifat zat yang akan

direkristalisasi (Bresnick, 2004). Berikut ini beberapa metode rekristalisasi:

a. Mengkristalkan kembali secara langsung dari cairan pelarut. Metode ini dilakukan dengan melarutkan zat padat ke dalam suatu pelarut, kemudian

disaring dan dikristalkan kembali dengan pendinginan atau dengan destilasi

pelarut tersebut.

b. Mengkristalkan kembali dengan asam atau basa. Prinsip metode ini adalah dengan melakukan pendesakan kristal dengan menetralkan pelarut. Senyawa

yang bersifat asam (seperti fenol) dilarutkan dalam natrium hidroksida atau

amonium hidroksida encer, kemudian direkristalisasi dengan mengasamkan

pelarut, sedangkan untuk senyawa basa (seperti amin) dilarutkan dalam asam

klorida atau asam sulfat kemudian direkristalisasi dengan membasakan pelarut.

c. Mengkristalkan kembali secara presipitasi dengan pelarut kedua. Metode ini dilakukan dengan melarutkan material dalam suatu pelarut, kemudian

dipilih pelarut kedua yang bercampur sempurna dengan pelarut pertama tetapi

senyawa yang dimurnikan tidak atau hampir tidak larut pada pelarut kedua.

Penambahan pelarut kedua akan membuat zat yang semula larut pada pelarut

pertama menjadi mengendap/mengkristal (Reksohadiprodjo, 1996).

Pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi juga memiliki syarat

tertentu agar hasilnya optimal. Syarat pelarut yang digunakan adalah :

a. Pada suhu tinggi dapat melarutkan dalam jumlah banyak, namun pada suhu

rendah hanya sedikit melarutkan.

(32)

c. Dapat menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan

serta mudah dipisahkan dari bahan utama (titik didih pelarut rendah).

d. Tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan atau bersifat inert

(Reksohadiprojo, 1996).

4. Pemeriksaan titik lebur

Pemeriksaan titik lebur adalah suatu aspek penting yang harus dilakukan

dalam penelitian sintesis suatu senyawa. Hal ini penting dilakukan karena

pemeriksaan titik lebur senyawa dapat memberikan informasi mengenai

kemurnian dari suatu senyawa yang telah disintesis. Umumnya suatu senyawa

dikatakan murni apabila memiliki rentang titik lebur yang tidak melebihi 2oC.

(MacKenzie, 1967).

5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan menggunakan dua fase

berbeda, fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan

Rohman, 2007). Senyawa yang akan dianalisis akan ditotolkan pada dasar

lempeng dan dielusi dengan fase gerak. Totolan tersebut akan bergerak naik oleh

adanya gaya kapilaritas (Bresnick, 2004).

Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk analisis kualitatif

terhadap suatu senyawa. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi

adalah nilai Rf. Nilai Rf (Retardation factor) merupakan nilai diperoleh dengan

membandingkan jarak yang ditempuh oleh bercak senyawa yang diidentifikasi

(33)

dikatakan identik apabila memiliki nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi

KLT yang sama (Ettre, 1993).

Untuk mengidentifikasi bercak yang ada pada lempeng KLT dapat

dilakukan dengan menempatkan lempeng KLT dibawah sinar UV atau dengan

menyemprotkan larutan yang dapat bereaksi dengan senyawa sehingga dapat

menimbulkan warna (Bresnick, 2004).

6. Liquid Chromatography(LC)

Kromatografi cair merupakan teknik pemisahan campuran senyawa

berdasarkan interaksi dengan fase diam di bawah aliran fase gerak, dimana fase

gerak dialirkan dengan bantuan tekanan menuju kolom secara cepat dan dideteksi

dengan detektor yang sesuai (Hendayana, 2006). Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) merupakan metode kromatografi cair yang paling banyak

digunakan dalam analisis pemisahan, identifikasi dan penetapan kadar berbagai

macam komponen pada suatu campuran (Skoog, West, Holler, 1994).

Kegunaan umum KCKT antara lain untuk pemisahan sejumlah senyawa

organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian, analisis

senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap, penentuan molekul-molekul netral,

ionic maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan

senyawa-senyawa yang memiliki struktur yang mirip, pemisahan senyawa-senyawa-senyawa-senyawa dalam

jumlah yang sedikit, dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri

(34)

Metode KCKT sendiri memiliki keterbatasan untuk identifikasi senyawa

kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (Gandjar dan

Rohman, 2007). Keuntungan dari penggunaan metode KCKT yang terintegrasi

dengan spektrometer massa antara lain memberikan hasil pemisahan yang lebih

baik dalam waktu yang relatif singkat, dapat digunakan untuk analisa kualitatif

maupun kuantitatif dari semua campuran senyawa-senyawa baik yang sukar

menguap atau mudah menguap, stabil atau tidak stabil terhadap panas, polar atau

non-polar (Wilson, Plumb, Granger, Major, Williams, Lenz, 2004).

D. Elusidasi Struktur

Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis merupakan tahapan yang

penting sebab struktur dari senyawa hasil sintesis belum diketahui secara jelas.

Melalui elusidasi struktur ini, maka dapat diketahui struktur yang sebenarnya dari

senyawa hasil sintesis, apakah senyawa hasil adalah senyawa yang diharapkan

terbentuk atau bukan. Elusidasi struktur yang dilakukan meliputi :

1. Spektrofotometri inframerah (Infrared Spectrophotometry)

Spektrofotometri inframerah merupakan salah satu jenis spektroskopi

yang digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang terdapat dalam

suatu senyawa. Bila radiasi elektromagnetik yang berkisar antara 400 cm-1 dan

4.000 cm-1(2.500 dan 20.000 nm) dilewatkan pada suatu sampel dan diserap oleh

ikatan-ikatan molekul di dalam sampel, maka molekul tersebut dapat mengalami

(35)

Spektra inframerah merupakan gambaran dari pita absorbsi yang khas

dari gugus fungsional yang ada pada molekul organik. Gugus-gugus fungsional

tersebut akan mengalami vibrasi karena adanya energi. Spektra yang dihasilkan

bisa digunakan untuk analisis kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya suatu

gugus fungsional tertentu. Pembacaan spektra inframerah ini biasa dilakukan pada

daerah bilangan gelombang 650-4000 cm-1(Sastrohamidjojo, 2001).

Bila frekuensi energi elektromagnetik inframerah yang dilewatkan pada

suatu molekul sama dengan frekuensi meregang atau menekuk ikatan, maka

energi tersebut akan diserap oleh molekul tersebut. Serapan inilah yang kemudian

dapat direkam oleh detektor dan diubah menjadi pita serapan pada bilangan

gelombang tertentu (Atkins, Jones, dan Loretta, 2010).

2. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy)

Spektroskopi massa merupakan salah satu jenis spektroskopi yang

digunakan untuk menentukan massa dan juga berat molekul suatu senyawa. Untuk

mendapatkan informasi yang mungkin mengenai struktur suatu senyawa, dapat

dilakukan dengan mengukur massa dari fragmen-fragmen yang terbentuk ketika

molekul mengalami pemecahan (Watson, 2009). Ada beberapa jenis teknik

ionisasi dari spektroskopi massa antara lain electron impact ionisation (EI), fast

atom bombardment (FAB), chemical ionisation (CI), atmospheric pressure

chemical ionisation (APCI), electrospray ionisation (ESI), field desorption (FD),

dan matrix assisted laser desorption ionisation(MALDI) (Willard, Merrit, Dean,

(36)

Metode FD-MS merupakan teknik ionisasi halus yang menghasilkan

sangat sedikit fragmentasi senyawa. Sejumlah kecil larutan sampel diendapkan

pada ujung kawat di spektrometer masa yang bertegangan +8kV. Medan listrik

terkuat terjadi pada ujung kawat yang sangat tajam sehingga dapat menyebabkan

keluarnya elektron dari sampel ke orbital kosong pada logam kawat dan sampel

membentuk ion positif (Williams, D.H., and Fleming, I., 1997).

Spektroskopi massa yang terintegrasi dengan kromatografi cair (Liquid

Chromatography-Mass Spectroscopy) merupakan metode yang sangat peka dan

spesifik dalam penentuan hampir semua jenis analit, dengan batas deteksi yang

rendah, dan memberikan informasi penting berupa spektra massa dari suatu

senyawa organik (Tureček dan McLafferty, 1993).

3. Proton Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy(1H-NMR)

Spektroskopi resonansi magnet inti merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk melakukan elusidasi struktur senyawa. Ada beberapa jenis

spektroskopi resonansi magnet inti antara lain1H,2H,13C,15N,17O,27Al,29Si, dan

31

P (Silverstein, Webster, Kiemle, 2005). Spektroskopi 1H-NMR memberikan

keterangan tentang jumlah dan sifat lingkungan dari setiap tipe atom hidrogen

yang ada dalam struktur senyawa (Sastrohamidjojo, 2001).

Setiap inti isotop memiliki gerak berputar yang khas disekitar sumbu

yang menimbulkan adanya medan magnet disekelilingnya.. Analisis 1H-NMR

(37)

penyerapan energi yang berbeda dari tiap-tiap atom yang berputar dalam medan

magnet (Willard,et al., 1988).

E. Landasan Teori

Reaksi kondensasi aldol silang merupakan reaksi antara senyawa

aldehida atau keton yang memiliki sedikitnya satu hidrogen alfa dengan senyawa

karbonil lainnya pada suasana asam ataupun basa dengan melepaskan sebuah

molekul air dan membentuk senyawaα,β-unsaturatedkarbonil.

Sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

dion didasarkan pada reaksi kondensasi aldol silang antara

sikloheksana-1,3-dion dengan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida. Senyawa sikloheksana-1,3-sikloheksana-1,3-dion

merupakan senyawa karbonil golongan keton yang memiliki hidrogen alfa (α).

Sedangkan senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida merupakan suatu aldehid

aromatis dengan substituen gugus hidroksi dan metoksi. Sikloheksana-1,3-dion

dapat membentuk enol dengan adanya katalis asam. Enol ini akan bertindak

sebagai nukleofil yang akan menyerang C karbonil pada

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang bermuatan parsial positif. Reaksi kondensasi aldol

silang tersebut akan menghasilkan produk akhir senyawaα,β-unsaturatedkarbonil

yaitu 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion.

Sintesis 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

dilakukan dengan menggunakan katalis asam kuat (HCl). Penggunaan katalis

asam mengarahkan reaksi melalui kontrol termodinamika sehingga reaksi

(38)

memberikan reaksi samping yang lebih kecil sehingga rendemen yang didapatkan

lebih besar. Penggunaan katalis asam juga dapat meningkatkan elektrofilisitas

dari C karbonil 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga lebih mudah diserang

oleh enol yang terbentuk.

F. Hipotesis

1. Senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dapat

disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida

dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction.

2. Sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion

dengan katalis asam klorida memberikan rendemen yang lebih baik

(39)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Sintesis 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metode

solid phase reaction”merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif non analitik

karena pada penelitian ini tidak diberikan perlakuan pada subjek uji dan hanya

dipaparkan peristiwa yang terjadi sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat di

dalamnya.

B. Definisi Operasional

1. Starting materialmerupakan bahan awal yang digunakan dalam proses sintesis

2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion. Starting material yang

digunakan adalah sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida.

2. Katalisator adalah senyawa yang digunakan dalam reaksi untuk mempercepat

terjadinya reaksi antara starting material. Katalisator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah asam klorida (HCl).

3. Senyawa targetmerupakan senyawa hasil sintesis yang diharapkan terbentuk dari

hasil reaksi. Senyawa target dalam penelitian ini adalah

(40)

4. Rendemen senyawa hasil sintesis merupakan perbandingan antara jumlah

senyawa yang diperoleh dari hasil sintesis (aktual) yang dibandingkan dengan

jumlah senyawa yang diperoleh secara teoretis. Dalam penelitian ini, rendemen

senyawa hasil sintesis adalah rendemen 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

sikloheksana-1,3-dion (p.a., Aldrich), 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (p.a, Merck), HCl (p.a.,

Merck), etil asetat (p.a., Merck), kloroform (p.a., Merck), etanol (p.a., Merck),

DMSO (p.a., Merck), silika gel 60 F254 (Merck), aquades (Laboratorium Kimia

Organik Universitas Sanata Dharma), dan aquabides (Laboratorium Kimia Analisis

Instrumental Universitas Sanata Dharma).

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi neraca analitik

(Mextler PM 100), mortir dan stamper, alat pengukur titik lebur (MP70, Mettler

Toledo), seperangkat alat gelas, corong Buchner, baskom, pompa vakum, kertas

lakmus, kertas saring, desikator, mikropipet, magnetic stirrer, penangas air, spatula,

lempeng kaca, lampu UV 254 nm, chamber kromatografi, spektrometer IR (IR

Shimadzu Prestige-21), kromatografi cair-spektrometer massa (Hitachi L 6200), dan

1

(41)

E. Tata Cara Penelitian

a. Sintesis 2-(4'hidroksi-3’-metoksibenzilidena)sikloheksana-1,3-dion

Senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ditimbang sebanyak 0,608 g

(4 mmol) ditambah HCl pekat sebanyak 5 tetes di dalam mortir kecil kemudian

diaduk dengan stamper hingga tercampur merata. Setelah kedua senyawa

bercampur kemudian ditambah sikloheksana-1,3-dion sebanyak 0,448 g (4

mmol). Campuran tersebut diaduk selama 5 menit hingga homogen dan terjadi

perubahan warna campuran. Setelah itu, campuran ditambahkan natrium

bikarbonat 10% hingga mencapai pH netral. Campuran direkristalisasi dengan

menggunakan etanol 96% didalam beker gelas dan dipanaskan di atas penangas

air dengan bantuan magnetic stirrer hingga larut. Larutan tersebut kemudian

didinginkan hingga suhu ruangan dan ditutup denganparafilm. Beker gelas yang

berisi larutan tersebut didinginkan dalam lemari es selama 48 jam.

Endapan yang terbentuk dari hasil rekristalisasi disaring menggunakan

corong Buchner dengan bantuan pompa vakum kemudian direkristalisasi ulang

dengan etanol 96% panas. Kristal yang terbentuk dikeringkan didalam desikator

selama 24 jam. Setelah kering kristal ditimbang dan dihitung rendemennya.

b. Analisis senyawa hasil sintesis

a. Uji organoleptis

Senyawa hasil sintesis diamati sifat fisiknya yang meliputi bentuk,

(42)

b. Uji kelarutan dari senyawa hasil sintesis

Senyawa hasil sintesis sebanyak 10 mg dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan aquades tetes demi tetes,

amati kelarutannya. Prosedur in dilakukan juga pada pelarut etanol 96%,

kloroform, n-heksan, etil asetat, larutan natrium hidroksida 3N, dan larutan

asam klorida 3N. kemudian dibandingkan kelarutannya dengan starting

materialyang digunakan.

c. Uji titik lebur

Sejumlah serbuk hasil sintesis diisikan ke dalam electrotherma

capillary tubes, kemudian dimasukan dalam alat pengukur titik lebur.

Diamati peleburan kristalnya dan dicatat suhu waktu pertama kali melebur

hingga serbuk melebur seluruhnya. Hasil pengukuran kemudian

dibandingkan dengan hasil pengukuran titik lebur pada starting material

yang digunakan.

d. Kromatografi lapis tipis (KLT)

Senyawa hasil sintesis dan starting material masing-masing

dilarutkan dalam DMSO dengan co-solvent etil asetat. Masing-masing

senyawa tersebut ditotolkan sebanyak 20 µL menggunakan mikropipet pada

lempeng silika gel F254 yang telah diaktifkan pada suhu 125°C selama 30

menit. Setelah totolan kering, dielusi dengan fase gerak etil asetat :

(43)

bercak dilakukan di bawah sinar UV 254 nm. Setelah diketahui adanya

bercak, maka dilakukan perhitunganRfuntuk masing-masing bercak.

e. Kromatografi Cair

Senyawa hasil sintesis dilarutkan dengan pelarut metanol : air

(95:5), kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kolom LC Supelco 5µ

C18m 250 x 2 mm, suhu kolom setara dengan suhu ruangan, pelarut A

adalah air dengan asam asetat 0,3%, dan pelarut B adalah asetonitril dengan

asam asetat 0,3%, kecepatan alir fase gerak total 1 mL/menit dengan elusi

isokratik.

Kemurnian masing-masing sampel dihitung berdasarkan rasio

antara luas area puncak kromatogram yang dimaksud terhadap jumlah luas

area dari seluruh puncak kromatogram dikalikan dengan seratus persen.

f. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis

Elusidasi struktur dari senyawa hasil sintesis dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer inframerah (IR), spektrometer massa (MS),

dan1H-NMR.

1) Spektroskopi inframerah

Senyawa hasil sintesis sebanyak ± 0,5-1 mg dicampur dengan ±10

mg KBr hingga homogen. Campuran tersebut kemudian dikempa dan dibuat

menjadi tablet. Cahaya inframerah keluar dari sumber sinar, kemudian

dilewatkan pada cuplikan. Cahaya yang dilewatkan tersebut nantinya akan

(44)

Intensitas relatif dari frekuensi individu tersebut akan terukur pada detektor

hingga diperoleh spektra inframerah untuk senyawa bersangkutan.

2) Mass Spectroscopy(MS)

Senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam pelarut metanol kemudian

diinjeksikan ke dalam alat spektroskopi massa dengan metode Fluid

Desorption (FD). Spektra MS senyawa hasil sintesis murni yang diperoleh

diinterpretasikan dengan melihat ion molekul yang muncul sebagai M+,

sehingga dapat diketahui bobot molekul (BM) senyawa hasil sintesis murni.

3) Spektroskopi proton resonansi magnet inti (1H-NMR)

Sampel senyawa hasil sintesis dilarutkan dengan CDCl3 dalam

tabung, kemudian diperiksa dengan spektrometer 1H-NMR (Delta 2_NMR).

Hasil spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis diinterpretasikan dengan

melihat posisi atom H sehingga dapat diketahui perkiraan struktur senyawa

hasil sintesis berdasarkan posisi atom H-nya.

F. Analisis Hasil

1. Perhitungan rendemen

Perhitungan rendemen senyawa hasil sintesis dilakukan pada kristal yang

murni dan dikeringkan.

rendemen = berat senyawa hasil sintesis

(45)

2. Analisis pendahuluan

Analisis pendahuluan senyawa hasil sintesis didasarkan pada data

organoleptis, data kelarutan, dan kromatogram kromatografi lapis tipis hasil

pengujian.

3. Pemeriksaan kemurnian dari senyawa hasil sintesis

Untuk pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis, data yang

digunakan berupa hasil uji titik lebur dan uji kromatografi cair.

4. Elusidasi struktur

Elusidasi struktur dari senyawa hasil sintesis didasarkan pada data spektra

(46)

29 A. Sintesis 2-(4’

-Sintesis sen

1,3-dion dilakukan de

1,3-dion dan 4-hidroksi

dengan metode solid

yang memiliki dua

hidroksi-3-metoksibenz

hidrogen alfa. Kedua

kondensasi aldol sil

metoksibenzilidena) si

Gambar 4. Sikohe

Sikloheksana

hidrogen alfa yang be

tinggi karena adanya

karbonil kekurangan

sehingga enol akan m

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksan

senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

n dengan menggunakan starting material berupa

oksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asa

solid phase reaction. Sikloheksana-1,3-dion merupa

dua gugus keton dengan enam hidrogen alfa,

benzaldehida merupakan suatu aldehida yang

dua starting material ini dimungkinkan bereaksi

silang sehingga menghasilkan senyawa

2-) sikloheksana-1,3-dion.

oheksana-1,3-dion dengan enam hidrogen alfa dan karbonil

ksana-1,3-dion memiliki enam hidrogen alfa (gam

berada diantara 2 gugus keton memiliki re

ng tidak memiliki

ksi melalui reaksi

2-(4’-hidroksi-3’

-a d-an du-a gugus

gambar 4) dimana

reaktivitas paling

yebabkan atom C

(47)

Proses sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion diawali dengan peningkatan elektrofilisitas dari

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida oleh katalis asam klorida. Kemudian ditambahkan

sikloheksana-1,3-dion yang akan membentuk intermediate enol. Pembentukan

intermediate enol diawali dengan adanya protonasi atom O pada gugus karbonil

dari sikloheksana-1,3-dion oleh katalis HCl sehingga terbentuk atom C karbonil

yang bermuatan positif. Terbentuknya muatan positif pada atom C karbonil

mengakibatkan atom Hα akan mudah lepas sehingga menghasilkan intermediate

enol. Intermediate enol akan meningkatkan nukleofilisitas Cα dari

sikloheksana-1,3-dion sehingga lebih reaktif dan lebih mudah menyerang atom C karbonil pada

senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang bermuatan parsial positif.

Muatan positif yang terbentuk pada C karbonil senyawa

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida merupakan akibat pengaruh induksi atom oksigen yang

bersifat elektronegatif dan resonansi pada gugus karbonil. Adanya atom O pada

gugus karbonil yang bersifat elektronegatif menyebabkan elektron pada atom C

karbonil lebih tertarik pada atom oksigen sehingga menyebabkan muatan parsial

positif pada atom C karbonil. Terbentuknya muatan parsial positif memungkinan

enol dari sikloheksana-1,3-dion dapat menyerang C karbonil dari senyawa

4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga dihasilkan senyawa 2-(4’-hidroksi-3’

-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion.

Proses sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)

sikloheksana-1,3-dion dilakukan dengan metode solid phase reaction dimana

(48)

hingga homogen kemudian ditambahkan dengan sikloheksana-1,3-dion. Starting

material yang digunakan digerus didalam mortir dengan tujuan untuk meratakan

persebaran dan memperkecil ukuran partikel. Adanya penggerusan menyebabkan

ukuran partikel dari starting material menjadi lebih kecil dan luas bidang kontak

antar partikel semakin besar sehingga reaksi dapat berlangsung secara efisien.

Pada proses penggerusan, akan terjadi perubahan warna campuran dari yang

semula berwarna putih menjadi berwarna kekuningan yang menandakan adanya

reaksi yang terjadi. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh perpanjangan

gugus kromofor yang terjadi dalam proses sintesis. Adanya energi yang diberikan

melalui proses penggerusan mengakibatkan terjadinya reaksi pada campuran

tersebut.

Proses penggerusan berlangsung selama 5 menit. Setelah itu campuran

ditambahkan natrium bikarbonat 10% untuk menghilangkan sisa dari katalis asam

(HCl) yang digunakan. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan

direkristalisasi dengan menggunakan etanol 96%. Proses rekristalisasi dilakukan

dengan bantuan pemanasan untuk meningkatkan kelarutan dari senyawa hasil

sintesis dalam etanol 96%. Dalam penelitian ini dilakukan dua kali proses

rekristalisasi untuk menghasilkan senyawa dengan kemurnian yang tinggi.

Endapan yang terbentuk dari proses rekristalisasi kemudian disaring dan

dikeringkan di dalam desikator selama dua hari. Pengeringan selama dua hari

dimaksudkan agar pengeringan berlangsung secara optimal dan didapatkan serbuk

(49)

Hasil rekrista

kali replikasi yaitu se

yang didapat perlu di

didapat merupakan se

sikloheksana-1,3-dion.

istalisasi menunjukkan berat kristal yang dida

u sebesar 0,091; 0,083; dan 0,087 gram. Krist

u dianalisis lebih lanjut untuk memastikan apaka

n senyawa target yaitu 2-(4’-hidroksi-3-metoksi

dion.

B. Analisis Pendahuluan organoleptis

ksaan organoleptis dilakukan dengan melihat pe

awa hasil sintesis yang dihasilkan. Pemeriksaa

hui sifat fisik dari senyawa hasil sintesi

n sifat fisik dari senyawa hasil sintesis denganst

. Pemeriksaan ini meliputi bentuk, warna, dan ba

rbandingan sifat fisik senyawa hasil sintesis d

material

ksaan organoleptis yang dilakukan pada senyaw

profil yang berbeda dengan starting material y

tampak nyata adalah starting materialberbent

dapatkan dari tiga

ristal hasil sintesis

pakah kristal yang

(50)

sedangkan senyawa hasil sintesis berbentuk kristal putih. Dari segi bau,

starting material masing-masing memiliki bau yang khas tetapi senyawa hasil

sintesis tidak berbau. Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa

senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting

materialyang digunakan dari segi bentuk dan bau.

2. Pemeriksaan kelarutan

Pemeriksaan kelarutan senyawa hasil sintesis dilakukan untuk

mengetahui profil kelarutan dari senyawa hasil sintesis pada beberapa pelarut

dengan kepolaran yang berbeda-beda dan untuk membandingkan kelarutan

antara senyawa hasil sintesis dengan starting materialyang digunakan. Dalam

pengujian, pelarut yang digunakan antara lain: air dingin, air panas, etanol,

DMSO, etil asetat, kloroform, NaOH 3N, HCl 3N, dan n-heksan. Pemeriksaan

kelarutan tersebut akan menghasilkan data kelarutan dari senyawa hasil sintesis

yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pemilihan pelarut yang sesuai

(51)

Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis danstarting

DMSO mudah larut mudah larut larut

Air dingin mudah larut sukar larut sangat sukar larut Air panas (80oC) mudah larut agak sukar larut sangat sukar larut NaOH 3N mudah larut mudah larut larut

HCl 3N larut agak sukar larut sukar larut Etanol 96% mudah larut mudah larut agak sukar larut Etil asetat mudah larut mudah larut larut

Aseton mudah larut mudah larut larut

Kloroform larut agak sukar larut mudah larut n-heksan praktis tidak

larut

praktis tidak larut praktis tidak larut

Hasil pemeriksaan kelarutan menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis

larut dalam pelarut etil asetat, aseton, dan kloroform. Selain itu, terlihat bahwa

senyawa hasil sintesis dan starting material memiliki profil kelarutan yang

berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan

senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan dimana

senyawa hasil sintesis cenderung lebih larut pada pelarut yang bersifat non

polar.

3. Pemeriksaan titik lebur

Pemeriksaan titik lebur dilakukan untuk mengetahui kemurnian dari

senyawa hasil sintesis yang dihasilkan. Selain itu, pemeriksaan ini juga

berguna untuk memastikan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa

yang berbeda dengan starting material yang digunakan dengan cara

(52)

yang digunakan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa jarak lebur dari senyawa

hasil sintesis sebesar 238,42 - 239,16˚C. Hasil ini menunjukkan bahwa serbuk

senyawa hasil sintesis memiliki jarak lebur sebesar 0,74˚C yang menandakan

bahwa senyawa hasil sintesis sudah murni. Titik lebur tersebut menunjukkan

bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan

starting material yang digunakan karena senyawa hasil sintesis memiliki titik

lebur yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan starting material yang

digunakan. Titik lebur senyawa hasil sintesis yang lebih tinggi disebabkan

ukuran molekul senyawa hasil sintesis yang lebih besar jika dibandingkan

denganstarting materialyang digunakan. Semakin besar ukuran molekul suatu

senyawa, maka titik leburnya akan semakin tinggi pula.

Tabel IV. Jarak lebur senyawa hasil sintesis danstarting material

Senyawa Jarak lebur (oC) Titik lebur

standar (oC)

Senyawa hasil sintesis 238,42–239,16 -Sikloheksana-1,3-dion 103,06–104,92 103–105 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida 082,45–083,02 080–081

(Lide, 2004; Roweet al., 2009).

4. Pemeriksaan kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis menggunakan

kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan sebagai identifikasi awal

secara kualitatif yang menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan

senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Selain itu,

pemeriksaan ini juga digunakan untuk menunjukkan kemurnian dari senyawa

hasil sintesis. Parameter yang digunakan adalah nilai Rf (retardation factor)

(53)

lempeng KLT. Tiap senyawa memiliki nilai Rf yang spesifik sesuai dengan

interaksinya pada fase diam dan fase gerak yang digunakan.

Pada penelitian ini, pemeriksaan KLT dilakukan dengan

menggunakan fase diam silika gel F254 yang dapat berfluoresensi hijau jika

dilihat dibawah sinar UV 254 nm. Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat

: kloroform (1:5). Hasil pemeriksaan dengan KLT menunjukkan kromatogram

KLT seperti pada gambar 5.

Keterangan :

Gambar 5. Penampakan lempeng KLT dibawah sinar UV 254 nm

Hasil pemeriksaan dengan KLT memperlihatkan masing-masing

totolan menghasilkan bercak yang memadamkan fluoresensi (berwarna hitam).

Totolan dari kedua starting material yang digunakan (bercak S dan V) dan

senyawa hasil sintesis (bercak R) menunjukkan bercak tunggal.

(54)

Berdasarkan bercak yang muncul pada lempeng KLT, maka dapat

diidentifikasi secara kualitatif bahwa senyawa hasil sintesis merupakan

senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Hal ini

ditunjukan dari adanya perbedaan nilai Rf pada bercak totolan senyawa hasil

sintesis dengan starting material yang digunakan seperti yang terlihat pada

tabel V.

Tabel V. Nilai Rfsenyawa hasil sintesis danstarting material

Senyawa Nilai Rf

Dalam pemeriksaan ini juga dilakukan pengelusian pada senyawa

hasil replikasi untuk mengetahui reprodusibilitas dari metode sintesis yang

digunakan. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa senyawa hasil replikasi

memiliki nilai Rf yang cenderung sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

senyawa hasil replikasi merupakan senyawa yang sama dengan senyawa hasil

sintesis dan metode yang digunakan memiliki reprodusibilitas yang baik.

Dalam penelitian ini, analisis kemurnian senyawa hasil sintesis

dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair. Penggunaan instrumen ini

memberikan keuntungan yaitu adanya pemisahan terhadap campuran senyawa

hasil sintesis.

(55)

Instrumentasi kromatografi yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan kromatografi cair fase terbalik (reverse phase). Hal ini ditunjukkan

pada fase diam yang digunakan yaitu kolom C18 cenderung lebih non polar

dibandingkan fase geraknya yaitu metanol : air (95:5).

Gambar 6. Kromatogram LC senyawa hasil sintesis

Dari kromatogram yang diperoleh, terlihat bahwa hanya ada satupeak

senyawa yang muncul dengan waktu retensi 2,432 menit dan luas area 100%.

Hal tersebut membuktikan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa

tunggal (murni). Walaupun telah diketahui bahwa senyawa hasil sintesis

merupakan senyawa murni, terbentuknya senyawa target belum dapat

diidentifikasi berdasarkan data kromatogram tersebut. Oleh sebab itu, perlu

dilakukan elusidasi struktur untuk mengetahui struktur dari senyawa yang

(56)

C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis

Elusidasi struktur merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam

proses sintesis senyawa baru dimana elusidasi struktur dilakukan untuk

mengetahui struktur dari senyawa hasil sintesis. Dalam penelitian ini, elusidasi

struktur yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa

Pengujian spektroskopi massa dari senyawa hasil sintesis dilakukan

dengan menggunakan menggunakan metode FD-MS ion positif. Dari spektra

massa diketahui puncak dengan intensitas tertinggi (base peak) yang muncul

pada spektra tersebut memberikan informasi terkait massa molekul senyawa

hasil sintesis yang dinyatakan dalam M+. Dari spektra tersebut terlihat senyawa

hasil sintesis memiliki massa molekul sebesar 340,1 g/mol. Hasil tersebut tidak

sesuai dengan massa molekul senyawa target yaitu 2-(4’-hidroksi-3’

-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion sebesar 246 g/mol yang

(57)

Gambar 7. Spektra massa senyawa hasil sintesis

Spektra massa tersebut juga menunjukkan beberapa puncak lain yang

merupakan hasil ionisasi dari senyawa hasil sintesis yang terukur sebagai

[M+H]+, [M+2H]+, 2M+, dan [2M+H]+. M+

[M+H]+

[M+2H]+ 2M

+

(58)

Gambar 8. In 2. Elusidasi struktu

inframerah

Spektrofot

informasi terkait g

Dari hasil penguj

diketahui bahwa se

ditandai dengan munc

1

dengan intensita

munculnya pita se

serapan tersebut di

ar 8. Interpretasi spektra massa senyawa hasil ktur senyawa hasil sintesis dengan sp

ofotometri inframerah (IR) dapat memberi

t gugus fungsional yang terdapat dalam senyaw

gujian spektrofotometri inframerah senyawa

senyawa hasil sintesis memiliki gugus karboni

n munculnya pita serapan pada bilangan gelomba

nsitas kuat dan tajam. Gugus alkena (C=C) di

serapan pada panjang gelombang 1651,06

t diperkuat dengan serapan pada bilangan gelom

asil sintesis

spektrofotometri

berikan gambaran

awa hasil sintesis.

wa hasil sintesis,

bonil (C=O) yang

bang 1643,35 cm

-) ditandai dengan

1651,06 cm-1. Adanya

(59)

cm-1 yang merupakan penanda adanya alkil alifatis. Kedua pita serapan

tersebut mempertegas informasi adanya ikatan C=C alifatis yang merupakan

ciri khas dari senyawa yang diharapkan terbentuk yaitu α,β-unsaturated

karbonil. Interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis dapat dilihat

pada tabel VI.

Gambar 9. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis (pelletKBr)

Jika dibandingkan dengan starting material yang digunakan, tampak

adanya perbedaan pita serapan yang muncul. Perbedaan tersebut terlihat pada

serapan gugusan karbonil sikloheksana-1,3-dion yang muncul pada bilangan

gelombang 1566,20 cm-1 dengan intensitas kuat dan melebar. Bentuk peak

yang melebar disebabkan oleh adanya hidrogen alfa yang diapit oleh dua gugus

keton menyebabkan terjadinya fenomena tautomerisasi, dimana pada kondisi

asam ataupun basa berair, sikloheksana-1,3-dion akan berada dalam bentuk

keto dan enol. Pita serapan lainnya yang merupakan ciri khas

Gambar

Tabel I. Istilah kelarutan zat menurut Farmakope Indonesia IV ............... 14
Gambar 2. Peningkgkatan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksib
Gambar 3. Analisis diskoneksi senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)
Gambar 3. Mekekanisme reaksi pembentukan senyawa 2-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan basis data sistem informasi pada Badan Narkotika Nasional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut:.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman karakter kreatif dan peduli sosial dan faktor apa saja yang menyebabkan hilangnya karakter kreatif dan peduli sosial

dipegang di bawah hak milik Pejabat Pendaftar adalah tertakluk kepada syarat nyata bahawa ia tidak boleh digunakan untuk tujuan pertanian atau perindustrian..

Dengan keragaman fungsi tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan jenis-jenis anggrek di Distrik Oksibil, Kabupaten

Dia mengimbau kepada masyarakat Kabu- paten Serang bagi yang sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT, warga yang belum terdaftar sebagai pemilih, baru beru- sia 17

Suatu perdamaian harus ada timbal balik dalam pengorbanan pada diri pihak-pihak yang berperkara maka tiada perdamaian apabila salah satu pihak dalam suatu

Dari kenyataan diatas penulis memandang penelitian ini sangat perlu dilakukan dengan beberapa pertimbangan: Pertama, pendidikan karakter di sekolah atau madrasah