• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN BANGUNAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH (Studi Kasus : DesaSuakTimahKecamatanSamatigaKabupaten Aceh Bar - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN BANGUNAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH (Studi Kasus : DesaSuakTimahKecamatanSamatigaKabupaten Aceh Bar - Repository utu"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN BANGUNAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH

(Studi Kasus : DesaSuakTimahKecamatanSamatigaKabupaten Aceh Barat)

Tugas Akhir

UntukMemenuhiSebagiandariSyarat-syarat Yang DiperlukanuntukMemperoleh

GelarSarjanaTeknik

DisusunOleh :

Firman Abdillah

NIM :06C10203025

Bidang :ManajemenRekayasaKonstruksi Jurusan : TeknikSipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tanggal 26 Desember 2004, suatu gempa bumi yang berskala sangatkuat (8,9 skala richter) telah terjadi di Samudra Indonesia di lepas pantai barat lautPulau Sumatera. Gempa yang kemudian menyebabkan gelombang tsunami ini telahmemporak porandakan sebagian besar wilayah Aceh dan Nias di wilayah Indonesia,sebagian wilayah Thailand, Srilanka, Maladewa (Maldives), Bangladesh, Burmabahkan sampai ke pantai Somalia di Afrika Timur.

Bencana alam di kawasan Provinsi Aceh tersebut telah menimbulkan kerusakan sebagian besar wilayah pesisir Aceh,menelan banyak korban jiwa, menghancurkan sebagian besar infrastruktur,pemukiman, sarana sosial seperti bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan,keamanan, sosial, ekonomi publik, dan bangunan-bangunan pemerintah. Bencanaini juga telah mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasukkondisi psikologis dan tingkat kesejahteraannya.

Kerusakan berbagai sarana prasarana juga telah mengakibatkan kelumpuhanaktivitas masyarakat diberbagai bidang kehidupan. Pembangunan kembali wilayahAceh yang tertimpa bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan olehPemerintah Daerah bersama dengan sebuah lembaga khusus yang dibentukPemerintah Pusat yaitu Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias.

(3)

2

perekonomian seperti perbaikan areal persawahan dan kebun, pembangunan pasar desa dan jenis sarana yang mendukung aktivitas social seperti pembangunan Balai Taman Pendidikan AlQuran (TPA), pembangunan Mesjid, Meunasah dan pembangunan tempat wudhuk. Setelah beberapa tahap pembangunan selesai terutama bangunan rumah dan bangunan infrastruktur lainnya dari tahun 2006/2007 hingga sekarang, banyak bangunan desa dan rumah-rumah penduduk yang rusak ringan, parah dan bahkan terbengkalai dengan sendirinya.

Sebagai bangunan dan infrastruktur publik yang berfungsi sebagai tempat tinggal sudah selayaknya diperhatikan keandalan dan kelayakan bangunannya. Keandalan bangunan diperlukan untuk menjamin keselamatan pengguna bangunan sedangkan kelayakan bangunan akan menjamin kenyamanan pengguna bangunan. Selain harus diperhatikan keandalan serta kelayakan bangunan, sebagai bangunan publik maka pemeliharaan bangunan harus diperhatikan. Pemeliharaan Bangunan bertujuan untuk menjaga supaya bangunan tersebut bisa mencapai umur layak yang sudah diperhitungkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, timbul pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut :

1. Bagaimana Pemeliharaan dan pengelolaan Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga ?

2. Apa problematika yang dihadapi pada Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga ?

3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga?

1.3 Tujuan Penelitian

(4)

3

1. Memperoleh gambaran pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

2. Menginventarisir problematika pada pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan berbasis masyarakat di komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi untuk penyempurnaan sistem pengelolaan bangunan di Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga.

2. Sebagai sumbang saran dalam upaya peningkatan kualitas bangunan di perumahan nelayan, khususnya dalam hal pemeliharan dan pengelolaan bangunan.

3. Sebagai bahan kajian penelitian dalam bidang pemeliharaan bangunan yang mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

1.5 Definisi Operasional

1. Pemeliharaan Bangunan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemeliharaan bangunan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan kerusakan banunan. (rujukan: Peratuan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002).

2. Berbasis Masyarakat.

(5)

4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar A 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Permasalahan bangunan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga:

1. Seiring berjalannya waktu volume kerusakan bangunan yang terus meningkat pasca rehabilitasi dan rekontruksi berakhir seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

2. Kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan bangunan terbatas. 3. Tidak ada sebuah sistem pengelolaan dan pemeliharaan bangunan di

komplek perumahan nelayan tersebut.

Lokasi Penelitian :

Dusun Kuta Trieng.Desa Suak Tiamah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tujuan Penelitian :

1. Memperoleh gambaran pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

2. Menginventarisir problematika pada pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan berbasis masyarakat di komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

Kajian Penelitian Meliputi : 1. Proses perencanaan

2. Aspek kelembagaan 5. Aspek peraturan

(6)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem

Memberikan defenisi konsep sistem sebagai suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagianya. Sebagai contoh adalah suatu organisasi perusahaan yang utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung baik berupa fisik dan nonfisik seperti pimpinan, memberikan arahan dan aturan pentingnya pemanfaatan bangunan, pemeliharaan, informasi dan lain-lain. (Iman Soeharto,1997)

Definisi lain yang lebih terinci perihal pemikiran sistem dari Kerzner

(1989) adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan / atau bukanmanusia (nonhuman) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehinggakomponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapaitujuan, sasaran bersama atau hasil akhir. (Iman Soeharto,1997).

Definisi diatas menjelaskan pentingnya aspek pengaturan danpengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai sasaran bersama,karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat maka kegiatan masing - masingkomponen, subsistem, atau bidang dalam suatu organisasi akan kurang salingmenunjang.Suatu sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kegiatan atau suatuprosedur / bagan pengelolaan yang mencari suatu tujuan atau tujuan-tujuan bersama. (et all. 1990).

2.2 Pembangunan

(7)

6

Permasalahan fisik, sosial, ekonomi, politik maupun kriminalitas menjadisemain kompleks karena pihak kota sering tidak tanggap dan tidak memilikikemampuan untuk menyiapkan prasarana dan saran serta fasilitas yang memadai(Kuswartjojo, 2008) .

Dalam program Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok(P2BPK) merupakan wujud nyata yang mendudukan masyarakat sebagi subjekdan bukan sebagai objek potensi swadaya masyarakat tersebut secra kooperatifdikelola secara baik untuk membangun Rumah secara swakelola sehingga produkhunian dan lingkungan yang terjadi bisa lebih tertata dan bisa mengurangimunculnya pemukiman kumuh (Asnawi, 2004).

2.3 Perumahan

Adapun pegertian rumah menurut Turner( 1972 : 149 ) pada dasarnyarumah memiliki dua arti penting yaitu rumah sebagai suatu kata benda dan rumahsebagai suatu kata kerja. Rumah sebagai kata benda berarti rumah dijadikansebagai tempat tinggal , sedangkan rumah sebagai kata kerja adalah suatu prosesatau aktivitas manusia yang terjadi dalam pembangunan selama prosespenghuniannya.

Keputusan Menteri permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah SederhanaSehat yang dimaksudkan dengan pengertian Rumah adalah bangunan yangberfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga,masih dalam Keputuan menteri tersebut yang dimaksud dengan Kesehatan adalahkeadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidupproduktif secara sosial ekonomi

(8)

7

kelompok rumahyang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Keputusan Menteri permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah SederhanaSehat Yang dimaksudkan dengan :

- Rumah Sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapanatau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangkamelindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehinggamemungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal

- Rumah Sederhana tempat kediaman yang layak dihuni dan harganyaterjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. - Rumah Sederhana Sehat tempat kediaman yang layak dihuni dan

harganyaterjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang, berupabangunan yang luas lantai dan luas kavlingnya memadai dengan jumlahpenghuni serta memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal - Kebutuhan dasar minimal suatu rumah

1) Atap yang rapat dan tidak bocor

2) Lantai yang kering dan mudah dibersihkan 3) Penyediaan air bersih yang cukup

4) Pembuangan air kotor yang baik dan memenuhi persyaratan kesehatan 5) Pencahayaan alami yang cukup

6) Udara bersih yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara sesuai dengankebutuhan.

(9)

8

pemanfaatan ruang

Dalam Pasal 5 Undang – Undang No. 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung menyatakan bahwa bangunan dengan fungsinya adalah sebagi berikut :

1. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan budaya, serta fungsi khusus.

2. Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumahsusun, dan rumah tinggal sementara.

3. Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng.

4. Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian,perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan. 5. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud

dalamayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanankesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum.

6. Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dankeamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri.

2.4 Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

(10)

9

2.4.1 Ketentuan Umum

a. Bagian Kesatu

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung adalah sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis, sebelum pemanfaatannya.

2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah daerah adalah Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

b. Bagian Kedua

Maksud, Tujuan, dan Lingkup

1. Pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung dalam menetapkan kebijakan operasional sertifikat laik fungsi bangunan gedung.

(11)

10

gedung yang fungsional, sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, yang diselenggarakan secara tertib untuk menjamin keandalan teknis bangunan gedung, serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

3. Lingkup pedoman ini meliputi tata cara penerbitan dan perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, pembinaan, dan ketentuan lain. 2.4.2 Pembinaan Teknis

1. Pembinaan pelaksanaan pedoman ini dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi.

2.5 Kelembagaan

Pengertian kelembagaan adalahsebagai sebuah peraturan dalam sebuah permainan dalam masyarakat atau lebihkhusus dalam sistem tata nilai yang membatasi hubungan antar manusia, jadimengatur hubungan dan interaksi antara komponen yang ada didalam masyarakat.

(12)

11

Lembaga dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukimanadalah pertama sebagai pembuat kebijakan dan strategi dan programpembangunan perumhan dan permukiman secara nasional, kedua peranpemerintah dalam pelaksanaan pembangunan bagi masyarakat berpenghasilanrendah sehingga pemerintrah sebagai provider dan enabler.

Worid Bank (1993:4) dalam pemecahan masalah dari segi pembangunaperumahan yang harus diperhatikan adalah pemerintah harus menyiapkanprasarana dalam menentukan lahan perumahan dan bertanggung jawab terhadappenyediaan prasarana dan rasaran di daerah perumahan, biaya dan peraturanperkotan, dan menciptakan potensi kompetitif dalam pengembangan danpenggunan lahan.

Siagian (1999) menambahkan bhawa prinsisp-prinsip oraganisasi dapatdisamakan dengan suatu kelembagaan karena adanya tugas-tugas yang spesifik,sehingga dipahami sebagai proses kerja sama dan memerlukan interaksi,interdependensi antara semua satuan kerja yang ada.

Pengelolaan perumahan dan permukiman didaerah adalah sepenuhtanggung jawab pemerintah Daerah sesuai PP No. 37 thn 2008 tentang UrusanWajib Pemerintah Daerah dalam keterangan lain menyebutkan bahwa pengelola bantuan Prasarana,Sarana , Utilitas Umum (PSU) adalah Pemerintah Kabupaten/Kota dan melakukanpengawasan serta pengendaliannya yang juga dapat melibatkan peran sertamasyarakat. Ini berarti kelembagaan pemerintah Daerah mempunyai kewenanganuntuk mengatur dan mengendalikan pembangunan PSU berdasarkan kebutuhanmasyarakat.

Nasrullah (2001) Organisasi dan manajemen juga mempunyai perananpokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sisitem dalam ruanglingkup institusi, pola organisasi, personalia serta manajemen (perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian).

(13)

12

Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan berjalannya waktu. (Istimawan Dipohusodo, 1996). Salah satu pemikiran manajemen modern, yaitu Henry Fayol (1841-1925). Seorang industrialis Perancis adalah orang pertama yang menjelaskan secara sistematis bermacam aspek pengetahuan manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan. Aliran pemikiran diatas kemudian dikenal sebagai manajemen fungsional. (Iman Soeharto, 1997) Koontz (1982). Memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. (Iman Soeharto, 1997). Menurut Fayol, manajemen bukanlah bakat seseorang tetapi suatu kepandaian (skill) yang dapat dipelajari, yaitu dengan memahami teori serta prinsip - prinsip dasarnya. (Iman Soeharto, 1997).

2.7 Konstruksi

Di kalangan masyarakat kita, masih saja selalu terjadi kerancuan dalammengartikan kata konstruksi. Istilah konstruksi beton dan konstruksi kayu misalnya,seringkali masih digunakan untuk maksud mengartikan struktur rangka beton danstruktur kayu. Munculnya kerancuan karena di masa lalu kita pernahmenggunakannya sebagai pandanan kata constructie (bahasa Belanda, artinya :struktur) yang artinya berlainan dengan kata construction (bahasa Inggris, artinya:

pembangunan). Sedangkan istilah “sistem manajemen konstruksi” yang selama ini digunakan oleh kalangan luas adalah istilah dari bahasa Inggris

(14)

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tentang Pemeliharaan Bangunan Pasca Bencana (Studi Kasus di Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga) menurut metodenya termasuk penelitian evaluasi (Sugiyono, 1999:6). Menurut Sugiyono, 1999:9, penelitianevaluasi bermaksud membandingkan suatu kejadian atau kegiatan dengan standaryang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untukmenjelaskan fenomena.

Penelitian ini menurut tingkat eksplanasi danjenis data serta analisisnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitupenelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi berdasarkanhasil ekplorasi tentang Pemeliharaan Bangunan.Penelitian yang dilakukan berusaha menelaah secara cermat, sistematis terhadapfenomena empirik aktual mengenai pengelolaan dan pemeliharaan bangunan pasca bencana di desa suak timah kecamatan samatiga.

Penggunaan metode kualitatif ini memiliki keunggulan karena eksplorasiterhadap masalah yang dikaji tidak sekedar berdasarkan pada laporan suatukejadian atau fenomena saja melainkan juga dikroscek dengan sumber-sumberlain yang relevan. Metode ini juga memungkinkan pendekatan yang lebih luwes,tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebihmendasar, menarik, unik, dan bermakna di lapangan, (Aziz dalam Bungin,2003:39).

(15)

14

3.2 Ruang Lingkup Substansial

Substansi dari penelitian ini menitik beratkan pada:

1. Proses perencanaan Proses perencanaan tersebut dimulai dari ide awal hingga munculnya kegiatan pemeliharaanbangunan.

2. Menganalisis implementasi kegiatan pengelolaan bangunan berbasis masyarakat, yang meliputi aspek kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan, regulasi dan evaluasi.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terfokus pada kawasan permukiman pesisir yang berada di Desa Suak Timah Kecamatan samatiga

Pada awalnya sebelum bencana rumah-rumah dan pembangunan yang ada hanya berbentuk permanen, dan semi permanensesuai keinginan pemiliknya dan pemerintahan pada masa itu. Hingga akhirnya setelah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 telah mertakan segala bangunan yang ada di desa tersebut. Setelah masa rehabilitasi dan rekontruksi selesai banyak terjadi perubahan karakteristik permukiman dan pembangunan. Mulai dari rumah penduduk, fasilitas umum, infrastruktur dasar lainnya. Lokasi wilayah penelitan dapat dilihat pada Lampiran A.3.2 Halaman 45.

3.4 Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, sebagai sumber data ada tiga sumber, (1)

Personal,(2) Place, dan (3) Paper. Sumber data Personal, yaitu orang yang memilikikompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan tema penelitian.Yang termasuk dalam hal ini adalah Pengurus RT/RW, Bagian Pembangunan, Pejabat Kelurahan, Pejabat Kecamatan, dan Pejabat Dinas. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dankuesioner.

(16)

15

datadilakukan melalui observasi, yaitu berupa pengamatan lapangan, pengambilan gambar, dan pencatatan.Sumber data Paper, yaitu berupa dokumen yang dapat berupa laporan,catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmiyang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

3.4.1 Jumlah Responden (Sampel) untuk Pengisian Kuesioner

Jumlah Kepala Keluarga (KK) dikomplek perumahan tersebut adalah 28 KK dengan Jumlah jiwa = 85. Untuk menentukan jumlah responden pengisian kuesioner ditentukandengan menggunakan Rumus Slovin (Sevilla, et. al., 1993:38),

yaitu:

n = jumlah sampel (responden) yang diperlukan N = jumlah populasi (N = 85 orang)

e = sample error (10 %)

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, diketahui jumlah sampel (responden) minimal untuk pengisian kuesioner yang diperlukan adalah 13 orang. Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti berhasil mendapatkan 65 orang responden, sehingga jumlah tersebut sudah sangat memadai.

Metode penentuan sampel secara Stratified Proporsional RandomSampling. Sampel secara proporsional diambil pada KK dengan jumlah anggotakeluarga yang berbeda. Berdasarkan data yang ada, maka penentuan jumlahsampel pada masing-masing kelompok adalah sebagai berikut :

Tabel B 3.1 Jumlah Sampel KK untuk Responden

N

(17)

16

No Jumlah Anggota Keluarga Dalam KK

Jumlah KK & Proporsi Jumlah Sampel Diambil

1 1 – 3 Orang 21 KK ( 75 % ) 9 Orang responden

2 > 4 Orang 7 KK ( 25 % ) 4 Orang responden

Jumlah 28 KK ( 100 % ) 13 Orang responden

Sumber : Data Observasi, 2014

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Menurut Sugiarto, et.al (2001:6) data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh orang lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Dalam pengertian lain, data primer juga dapat dikatakan sebagai data pokok penelitian, sedangkan data sekunder adalah data tambahan yang berguna untuk melengkapi data primer. Teknik pengambilan data primer dan sekunder dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: wawancara; kuesioner; observasi; dan dokumentasi.

3.5.1 Data primer

1. Mendapat Data Teknis dengan mengamati langsung ke lapangan (survey lapangan) untuk mendapatkan data fisik kondisi existing Bangunan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik pencatatan, dokumentasi foto, dan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan alat bantu meteran untuk menghitung luasan.

2. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Pihak terkait terdiridari Aparat Desa,Muspika Kecamatanpada bagian pembangunan. Wawancara bertujuan untuk verifikasi Sistem Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan. 3.Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan wawancara yang sifatnya

terbuka dan jelas untuk dimengertioleh responden berupa daftar pertanyaan dengan beberapa alternative pemilihan untuk dijawab responden.

(18)

17

Pengumpulan Data Sekunder Merupakan salah satu cara mendapatkan data yang diperlukan secara tidak langsung. Survei dengan cara ini dilakukan dengan cara datang ke instansi-instansi terkait guna mendapatkan dokumen yang dibutuhkan. Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk jadi, seperti data dalam dokumen dan publikasi, dan data tersebut merupakan data yang sudah tersedia sehinggakita tinggal mencari dan mengumpulkan (Sarwono, 2006:11). Adapun teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Survei Instansi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang terdapat di instansi terkait seperti Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Kantor Camat Kecamatan Samatiga, Kantor Geuchik Desa Suak Timah untuk mencari data mengenai perkembangan Pembangunan dan pengelolaan kontruksi. Tujuannya adalah memperoleh data yang nantinya akan digunakan sebagai bahan cross-check dari hasil observasi lapangan. Dari teknik ini peneliti dapat mengkaji lebih spesifik tentang deskripsi wilayah studi.

3.5.3 Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bersemuka ( face-to-face), ketika seseorang, yaitu pewawancara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden (Kerlinger dalam Sanapiah, 1995:133).

Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3 maksud utama, yaitu:

1. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian.

(19)

18

3. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah bagaimana menghilangkan bias atau kesenjangan yang dimiliki oleh pewawancara. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan wawancara standar yang terstruktur. Wawancara ini dilakukan dengan skedul wawancara yang telah dipersiapkan secara cermat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara terstruktur ini adalah wawancara yang dilakukansecara langsung antara peneliti dengan responden menggunakan

interview guide(pedoman wawancara). Cara ini memiliki keunggulan dalam hal kebebasan dari responden untuk memberikan jawaban yang ditanyakan oleh peneliti, juga peneliti bisa memberikan batasan yang jelas mengenai pokok masalah yang harus digali dari responden. Peneliti akan memiliki pedoman sistematis yang akan menuntun peneliti untuk mendalami pokok masalah.

Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menemukan informan kunci (key informant) yangakan diwawancarai. Pemilihan sampel yang tepat dilakukan secara sengaja (purposive). Sumber data primer dari penelitian ini adalah responden penelitian yang dianggap mengetahui persis pengelolaan komlek rumah nelayan tersebut.

Orientasi mengenai responden yang akan diwawancarai adalah bukan berapa jumlah orang yang dijadikan responden tetapi apakah data yang terkumpul sudah mencukupi atau belum. Jadi parameter untuk penghentian proses pengambilan data adalah ketercukupan data. Proses pengambilan data akan dilakukan terus menerus sampai tidak lagi dijumpai informasi yang lain atau informasi yang baru dari responden.

Dalam proses pemilihan sampel sebagai responden penelitian, maka adatiga tahap yang ditempuh yaitu (Kanto dalam Bungin, 2003 : 53)

(20)

19

Lebih lanjut Kanto (dalam Bungin, 2003:53) menjelaskan bahwa dalammenempuh 3 tahapan tersebut, prosedur pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif yang lazim digunakan adalah teknik snowball sampling. Dalam proses tersebut, pemilihan sampel awal sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sampling dan kelancaran pengumpulan informasi.

Kaitan dengan hal tersebut, Kanto (dalam Bungin 2003:54) mengusulkanlima kriteria untuk pemilihan sampel informan awal, yaitu :

- Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi informasi.

- Subyek yang terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.

- Subyek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan diwawancarai. - Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dipersiapkan lebih dahulu.

- Subyek yang sebelumnya tergolong masih ”asing” dengan penelitian, sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk ”belajar” sebanyak mungkin dari subyek.

Berdasarkan kriteria tersebut, untuk keperluan wawancara, dalamoperasional penelitian ini maka pihak-pihak yang dijadikan responden penelitian adalah : Pengurus RT/RW, tokoh masyarakat, Pihak-pihak tersebut merupakan pihak yang dianggap mengetahui dan memiliki kompetensi memberikan keterangan.

(21)

20

tergali informasi yang faktual sebagaimana dimaksud pada kisi-kisi ruang lingkup penelitian.

3.5.4 Kuesioner

Kuesioner atau angket sebagai alat pengumpulan data, berisi daftarpertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subyek/responden penelitian (Sanapiah, 1995). Pada prinsipnya, kuesioner hampir sama dengan wawancara, perbedaannya hanya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang dilakukan secaratertulis. Dengan demikian maka responden penelitian ini harus dipastikan dapat membaca dan menulis. Dalam penelitian ini, metode kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data mengenai persepsi warga masyarakat mengenai program pengelolaan komplek perumahan di wilayah penelitian.

Kuesioner dibagikan kepada warga masyarakat dalam berbagaikesempatan, karena peneliti tidak dapat mengumpulkan mereka dalam satu kesempatan (waktu dan tempat yang sama). Namun prinsip dari proses pengisian kuesioner ini adalah peneliti tetap menjaga agar kuesioner benar-benar diisi oleh responden yang dimaksud dalam penelitian. Termasuk responden dalam kondisi normal, tidak tergesa-gesa, tidak saling contek, sehingga diharapkan dapat diperoleh jawaban yang benar-benar murni dan aktual.

3.5.5 Observasi

Observasi dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Observasi dilakukan di lokasi penelitian, yaitu Wilayah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

(22)

21

Dalam melakukan observasi, selain berpedoman pada ruang lingkuppenelitian, peneliti juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan. Sehingga semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat dicatat dan terekam dengan cermat.

Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan, pengukuran,pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruag lingkup penelitian.

Dalam prakteknya di lapangan, observasi yang dilakukan tidak berdirisendiri, tetapi pelaksanaannya seringkali dikombinasikan dengan metodewawancara. Yang terpenting adalah dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang faktual di lapangan sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

3.5.6 Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan dukumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi.

Dalam pemilihan dokumen perlu diperhatikan mengenai derajatrelevansi. Baik ditinjau dari isi materi dokumen maupun pihak-pihak yang memiliki atau mengeluarkan dokumen tersebut. Relevansi dari sisi isi materi dokumen adalah menggunakan dasar kisi-kisi ruang lingkup penelitian. Relevansi dari sisi pemilik dokumen mengandung pengertian bahwa dokumen tersebut merupakan catatan resmi yang memiliki nilai. Artinya pihak yang mengeluarkan dan atau memiliki dokumen tersebut memang pihak yang memiliki kompetensi mengenai dokumen tersebut.

(23)

22

Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan sumber data dan atau metoda pengumpulan data. Metode triangulasi ini dilakukan dengan melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi dengan menggunakan sumber dan metode yang berbeda. Informasi dari wawancara dengan responden sebagai sumber data, dikonfirmasikan dengan sumber sumber lain seperti data-data dokumentasi dan hasil observasi (Moleong, 2002:178). Implementasi metode triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 3.1.Dengan metode triangulasi , maka keabsahan data lebih terjamin, karena pada prinsipnya dalam penelitian kualitatif ini adalah bagaimana diperoleh data factual sesuai dengan fenomena yang tarjadi. Sehingga hasil analisis data dapat menghasilkan informasi yang faktual sesuai dengan tujuan penelitian.

Gambar A 3.1

Implementasi Metode Triangulasi

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan logika deduktif verifikatiftetapi menggunakan logika induktif abstraktif (Sanapiah, 1995:68). Pola yang bergerak dalam sebaran fenomena di lapangan yang berhasil digali dari responden, kemudian dilakukan editing, coding, kategorisasi, penafsiran, pemaknaan, dan pengambilan kesimpulan. Sesuai dengan tema penelitian yang dilakukan, maka model analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif Kualitatif, yaitu metode analisa yang melakukan pendekatan analisis dengan menggunakan sudut pandang peneliti sebagai tool analisis utama. Pada metode analisis ini hasil eksplorasi dipaparkan atau dideskripsikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Analisis data juga

Fenomena, data dan Informasi

Wawancara

(24)

23

akan dilengkapi dengan data lain untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Untuk memudahkan membaca rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan, maka secara garis besar dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel B 3.2Analisis Data

No Sasaran Variabel

(25)

24

Tabel B 3.5 Form Penentuan Keriteria Kerusakan

Form diatas digunakan sebagai menunjukkan penilaian tingkat kerusakan bangunan di komplek perumahan tersebut.

Tabel B 3.3 Fariabel Kuesioner

Keterangan Pilihan Jawaban :

Setujukah jika diadakan pengelolaan atau

-perawatan bangunan dari pemerintah daerah?

Setujukah jika terapkan peraturan – peraturan / syarat –

syarat khusus tentang pengelolaan bangunan ini?

2

4

3

Setujukah anda melakukan pemeliharaan bangunan

-1

secara pribadi atau gotong royong?

Setujukah anda berperan aktif dalam pemeliharaan

-komplek bangunan ini?

(26)

25

 STS = Sangat Tidak Setuju

Tabel B 3.3 menunjukkan poin – poin pertanyaan dan jumlah nilai terhadap pertanyaan – pertanyaan pada kuesioner.

Tabel B 3.4 Kriteria Penilaian

Tabel B 3.4 menunjukkan jawaban - jawabanyang telah di pilih responden pada kuesioner yang telah di sebarkan.

Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan

(1) (2) (3) (4)

1 S S SS S

2 S S SS S

3 SS S SS S

4 S S SS S

5 S SS SS S

6 S S SS S

7 SS S S S

8 SS S S S

9 S SS S S

10 S S SS S

11 S S SS S

12 S SS SS S

13 S S SS S

Responden

(27)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil dari penelitian sesuai dengan pengamatan langsung dilapangan beserta pembahasan sesuai yang telah direncanakan pada bagan alir penelitian yang ada dalam bab III. Pengolahan data penelitian penulis mengacu pada literatur – literatur yang sudah dipaparkan pada bab II.

4.1 Sub Sistem Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan bangunan di komplek perumahan nelayan dalam hal lingkungan retribusi cukup bagus. Akan tetapi peran serta dalam hal keterlibatan dalam teknis perawatan/pemeliharaan masih sangat kurang. Hal ini antara lain dapat dilihat dari kurangnya kedisiplinan warga dalam menaati saran-saran dan intruksi aparat desa (kepala desa). Hal ini menyebabkan bertambanhnya kerusakan yang otomatis harus dikelola Pemerintah, yang tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar pula.

Hambatan dalam pelaksanaan peran serta masyarakat dapatdikelompokkan menjadi dua, yaitu hambatan dari dalam (internal) dan hambatan dari luar (eksternal). Hambatan dari dalam masyarakat adalah apakah masyarakat memang ingin terlibat dan kemudian masyarakat mengetahui apa yang menjadi keinginan mereka. Selain itu juga dari kondisi dan karakteristik masyarakat itu sendiri, misalnya tingkat perekonomian, tingkat pendidikan dan unsur kepercayaan. Hambatan dari luar masyarakat terutama muncul karena belum adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat (Wibisana dalam Syafrudin, 2004).

(28)

27

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (Orang)

Laki - Laki 27 42%

Perempuan 38 58%

Jumlah 65 100%

4.2 Kondisi Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian terfokus pada kawasan permukiman pesisir yang berada di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yaitu Desa Suak Timah. Peta wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran A 4.1 Halaman 36.

Pada awalnya sebelum bencana rumah-rumah dan pembangunan yang ada hanya berbentuk permanen, dan semi permanensesuai keinginan pemiliknya dan pemerintahan pada masa itu. Hingga akhirnya setelah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 telah mertakan segala bangunan yang ada di desa tersebut. Setelah masa rehabilitasi dan rekontruksi selesai banyak terjadi perubahan karakteristik permukiman dan pembangunan. Mulai dari rumah penduduk, fasilitas umum, infrastruktur dasar lainnya. Lokasi wilayah penelitan dapat dilihat pada Lampiran A4.2 Halaman 37.

4.2.1 Data Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2007 – 2013 tercatat sebanyak 15903 jiwa, jumlah ini Kecamatan Samatiga berada diurutan ke 4 terbanyak dari 12 Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat dengan total jumlah 198853 jiwa.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di wilayah penelitian, berdasarkan jenis kelamin, terdiri darikomposisi sebagai berikut:

Tabel4.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, terlihat bahwa di wilayahpenelitian, dari total jumlah penduduk sebanyak 65 orang, 38 orang atau 58% penduduknya

58% 42%

(29)

28

berjenis kelamin perempuan dan 27 orang penduduknya atau 42 % penduduknya berjenis kelamin laki-laki.

4.2.3 Penduduk Berdasrkan Usia

Penduduk di wilayah penelitian, berdasarkan usia, terdiri dari komposisi sebagai berikut :

4.2.4 Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Penduduk di wilayah penelitian, berdasarkan pendidikan yang ditempuhpenduduknya, terdiri dari komposisi sebagai berikut:

Tabel4.3Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut di atas, yang di data adalah anak-anak usia sekolah terlihat bahwa dari sisipendidikan, penduduk di wilayah

(30)

29

penelitian tergolong masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik.Sesuai dengan jumlah yang sedang menempuh pendidikan, sebagian besar penduduknya menempu pendidikan SMP – SMA (18 %) dan (54 %) penduduknya terdiri dari anak-anak menempuh pendidikan SD. (28 %). Selain itu terdapat 8 orang (29%) penduduknya yang belum bersekolah. Mayoritas kelompok ini adalah mereka yang tergolong usia di bawah 5 tahun.

4.3 Jumlah Bangunan dan Infrastruktur

Desa Suak Timah memiliki beberapa infrastruktur saranadan prasarana,adapun jumlah dan keadaan dapat penulis jelaskan dalam table-tabel sebgai berikut:

Tabel4.4Kedaan Sarana dan Prasarana Sosial

NO. SARANA JUMLAH KEADAAN

(UNIT)

1 Kantor Kecamatan 1 Baik

2 Pos Kamling 3 Baik

3 Kantor Kelurahan 1 Baik

4 Balai Desa/Aula Pertemuan 1 Baik

5 Balai Pemuda 1 Baik

Sumber: Kantor Kelurahan Desa Suak Timah, 2014.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah sarana danprasarana sosial relatif sudah memadai, sehingga hal ini perlu mendapatkandukungan/motivasi dari pihak-pihak terkait terhadap masyarakat untuk meningkatkan peranaktifnya dalam Pengelolaan dan perawatan pembangunan di masa mendatang.

Tabel4.5 Kedaan Sarana Perumahan Penduduk

(31)

30

(UNIT)

1 Rumah Penduduk Tipe 48 48 350 Baik

Bantuan Word Vision

2 Rumah Penduduk Bantuan BRR 36 45 Kurang Baik

3 Komplek Perumahan Nelayan 24 35 Kurang Baik

Bantuan Pemda

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perumahan dan rumah penduduk di desa suak timah sudah cukupmemadai, namun untuk jenis/tipe yang didapatkan oleh masyarakat yaitu sesuai dengan data pada pemerintahan desa / gampong. Untuk perumahan nelayan yang sebagian rusak, pada saat ini belum ada proses perbaikan oleh Dinas terkait Kabupaten Aceh Barat. Sedangkan rumah bantuan BRR setelah selesai dibangun telah diserahkan kepada pemiliknya masing-masing dan otomatis perawatan dilakukan oleh pemilik.

Pembangunan sarana/prasrana fisik yang dilaksanakan di Desa suak timah Kecamatan Smatiga diharapkan memperoleh kontribusi dari segenap warga masyarakatuntuk meningkatkan semangat/ motivasi yang terus menerus, sehingga masyarakatsenantiasa dapat berpartisipasi membantu pemerintah untuk mendorong percepatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten.

Tabel 4.6 Tingkat Kerusakan Bangunan

Berdasarkan table diatas dari hasil penilaian di lapangan dengan menggunakan form penentuan kriteria kerusakan dapat dilihat jenis kerusakan dan persentase kerusakan. Total kerusakan ringan = 14%, rusak sedang = 29% dan rusak berat = 57% dari jumlah total bangunan 35 unit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran form penilaian kerusakan Halaman...

Type Bangunan Jumlah Jenis Kerusakan Persentase

(Unit) (%)

Rumah Permanen 5 Ringan 14%

Rumah Permanen 10 Sedang 29%

Rumah Permanen 20 Berat 57%

Jumlah 35 100%

(32)

31

4.4 Variabel Kuesioner

Tabel 4.7 Fariabel Kuesioner

Tabel diatas adalah menunjukkan poin – poin pertanyaan dan jumlah nilai terhadap pertanyaan – pertanyaan pada kuesioner.

4.4.1 Hasil Kuesioner

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Kuesioner

`

Dari ke-4 kriteria di atas, rangking ditentukan dari yang terkecil ke yang terbesarberdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 13 orang responden di komplek perumahan nelayan. Penilaian penentuan rangking kriteria di atas yaitu dengan memberikan penilaian urutan kepentingan dari SS = Sangat Setuju S =

Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan

(1) (2) (3) (4)

Setujukah jika diadakan pengelolaan atau -perawatan bangunan dari pemerintah daerah?

Setujukah jika terapkan peraturan – peraturan / syarat –

syarat khusus tentang pengelolaan bangunan ini? 2

4

3 Setujukah anda melakukan pemeliharaan bangunan

-secara pribadi atau gotong royong?

Setujukah anda berperan aktif dalam pemeliharaan -komplek bangunan ini?

No Item Pertanyaan Angka Rangking

(33)

32

Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju, dengan konversi nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.

4.4.2 Analisis Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hasil rekapitulasi penilaian motivasi penduduk di komplek perumahan nelayan, digunakan analisis deskriptif berdasarkan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner. motivasiresponden digambarkan dalam bentuk table 4.9.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Kuesioner.

Berdasarkan tabel 4.9, dapat dilihat bahwa item pertanyaan ke 3 dalam kuesioner memiliki persentase = 31%dapat disimpulkan bearti masyarakat Setuju jika diadakan pengelolaan bangunan oleh pemerintah daerah pada komplek perumahan nelayan desa suak timah kecamatan samatiga kabupaten aceh barat.

Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan

(1) (2) (3) (4)

1 4 4 3 4

2 4 4 3 4

3 3 4 3 4

4 4 4 3 4

5 4 3 3 4

6 4 4 3 4

7 3 4 4 4

8 3 4 4 4

9 4 3 4 4

10 4 4 3 4

11 4 4 3 4

12 4 3 3 4

13 4 4 3 4

Jumlah 49 49 42 52

Persentase 27% 27% 31% 25%

Responden

(34)

33

4.5 Usulan Pengelolaan

Pokok persoalan yang akan disusun sebagai usulan pemeliharaan bangunan difokuskan pada tahapan dan peran dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Usulan model memang belum sampai menghitung secara detail berapa kebutuhan anggaran pemeliharaan. Namun yang terpenting disini adalah bagaimana program tersebut dirintis/dimulai, diimplementasikan, dikendalikan, diawasi dan dievaluasi. Selain itu juga diuraikan bagaimana peran pihak-pihak yang yang terlibat dalam setiap tahap pemeliharaan bangunan komplek perumahan nelayan desa suak timah kecamatan samatiga kabupaten aceh barat.

Salah satu implementasi dari pemeliharaan bangunan komplek perumahan nelayan desa suak timah adalah pembentukan kelompok pemeliharaan dari masyarakat dan perangkat desa setempat yang akan berkordinasi dengan pihak pemerintah dan dinas terkait dalam hal ini Dinas Perikanan Aceh Barat.

Pelaksanaan Kelompok kerja (Pokja) Kabupaten/Kota bertugas danbertanggung jawab :

1. Mengusulkan lokasi bantuan pada walikota/Bupati untuk direkomendasikanpada menteri negara perumahan rakyat.

2. Mengadakan kegiatan verifikasi usulan mengenai penerimaan bantuan perumahan.

3. Mendorong terciptanya keterpaduan antara pelaksanaan kegiatan daerah yangmendukung dengan kegiatan stimulant untuk perumahan masyarakat. 4. Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan bantuan tersebut.

5. Menyusun laporan bulanan perkembangan pelaksanaan kegiatan baikmengenai keuangan maupun fisik.

6. Menyelesaiakan permasalahan yang ada bersama pemerintah kabupaten/kotadalam pelaksanaan bantuan tersebut.

LURAH

SEKRETARIS KELURAHAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

(35)

34

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pemeliharaan Tingkat Desa.

Dalam penjelasannya struktur tersebut bahwa yang menangani pemeliharaan bangunan tersebut adalah dari tingkat Kepala desaseksi-seksi bidang pembangunan dan kesejahteraanDesa Suak Timah Kecamatan Samatiga. Berdasarkan hasil lapanganbahwa kegiatan ini seharusnya mempunyai kordinasi dengan tingkat pemerintahan daerah kepala subbidang yang setara artinya bahwa dalam suatu organisasi pemerintah mempunyaibidang atau seksi yang menangani perencanaan program dan monitoring dan evaluasi program. keterkaitan kabupaten berdasarkan struktur hanya pada bidang perumahandan permukiman.

Hal ini menunjukan kelompok kerja yang ada di masing-masing strukturhanya berjalan sesuai fungsi pemberi bantuan dan bukan pada organisasi tingkatbawah, sehingga keterlibatan bidang-bidang atau seksi-seksi lainnya tidakdilibatkan dalam proses perencanaannya.

Selain itu pula pembentukan struktur organisasi ini sudah membuat suatu aturan yang menjadiacuannya dalam menjalankan program menjadi baku atau tidak dapat berubah,

(36)

35

Gambar 4.2

Usulan Struktur Organisasi Tingkat Kota Dalam Pemeliharaan dan Pengelolaan Bantuan. Keterangan

• Kepala Dinas

• Kabid II Cipta Karya (Prasarana dan Sarana Lingkungan, Air Bersih, Penataan Lingkungan)

• Kepala Sub Bidang Perumahan

• Pengawasan dan Monitoring / Adminstrasi dan Pelaporan

Peran dan tugas masing-masing orang yang ada dalam strukturmengakibatkan struktur ini tidak berjalan sesuai tanggung jawabnya sepertiterlihat dalam gambar di atas yaitu Bentuk badan pengelola badan pembangunanperkotaan.

Orang yang terlibat dalam kegiatan Pengelolaan Bantuan Orang yang tidak terlibat dalam kegiatan pengelolaan bantuan

Pengawasan dan Monitoring Adminstrasi dan Pelaporan

Keterangan Gambar :

Kabid I Kabid II Kabid III Kabid IV

Kepala Sub Bidang Kepala Sub Bidang

Kadis PU Kota Dan Sumber Daya Mineral

(37)

36

Kompleksitas permasalahan didaerah pemeliharaan ini perludiwadahi oleh suatu kelembagaan yang personilnya melibatkan orang –orang daristakeholder

didalam tersebut. Dengan dibentuk lembaga khusus untukmenyelesaikan persoalan yang terjadi di suatu organisasi maka diharapkanpersoalan tersebut dapat diselesaikan secara bersama.

Bentuk kelembagaan uyang diajukan oleh peneliti ini adalah penjabarandari Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi PerangkatDaerah mengenai lembaga teknis kabupaten / kota yang khusus dibentuk untukmenangani kerjasama, memenuhi kebutuhan atau meningkatkan efesiensi danefektifitas perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi membantuKepala Daerah dalam melaksanakan tugas penyelengaraan pemerintah di bidangPekerjaan Umum serta sesuai tugas pembantuan dengan ketentuan yang berlaku.

4.6 Sosialisai Kegiatan

Proses pengembangan konsep pemeliharaan pada komunitas warga komplek perumahan nelayan desa Suak Timah. Konsep ini merupakan isu yang sangat baru bagi masyarakat dalam melihat dan memahami tentang pengelolaan bangunan berikut pengelolaannya. Untuk itu, proses sosialisasi merupakan gerbang terpenting ketika konsep ini ingin diimplementasikan di lingkungan masyarakat. Terlebih jika konsep tersebut ingin menempatkan masyarakat sebagai aktor kunci dalam implementasi kegiatan. Sosialisasi merupakan langkah awal bagi penyampaian wacana baru dalam melihat dan memahami sekaligus merupakan upaya pendekatan kepada masyarakat untuk menerapkan pemeliharaan bangunan.

(38)

37

1. Masyarakat berperan aktif dalam pemeliharaan komplek bangunan tersebut baik dengan melakukan gotong royong rutin dan mengajukan permohonan kepada pemerintanh daerah untuk memperoleh bahan atau dana perbaikan bangunan yang telah rusak.

(39)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian Pemeliharaan Bangunan Pasca Gempa dan Tsunami,Studi Kasus di Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Manajemen Pemeliharaan Bangunan merupakan solusi paradigmatik masyarakat, bahwa komplek perumahan nelayan dilakukan pemeliharaan oleh pemerintah, menambah kesadaran masyarakat akan perlunya pemeliharaan terhadap bangunan baik bangunan rumah dan infrastruktur yang ada di desa suak timah.

2. Problematika utama dari penerapan model ini adalah pada soal bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan bangunan. Peran aparatur desa / pemerintah Gampongsangat besar dalam membantu mewujudkan terlaksananya program dan menjembatani komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saransebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan walaupun telah menyentuh sedikit elemen masyarakat bahwa perlu adanya pemeliharaan terhadap bangunan, namun penelitian yang dilakukan masih terbatas pada penelitian deskriptif eksploratif. Sehingga untuk dapat menjadi rumusan model pemeliharaan bangunan berbasis masyarakat yang lebih aplikatif membutuhkan kajian lebih lanjut yang lebih komprehensif.

(40)

38

(41)

35

DAFTAR KEPUSTAKAAN

AndiMakkasau (2010), Pengelolaan Pembangunan

PrasaranaPerumahanBagiPetambakGaram (StudiKasus :KelurahanTaliseKecamatanPaluTimur Kota Palu).

Yulianti (2006), PartisifasiMasyarkatDalamPerbaikan Dan PemeliharaanLingkunganPermukiman(Di KelurahanBatu Sembilan KecamatanTanjungpinangTimur).

Sukmaniar (2007), EfektifitasPemberdayaanMasyarakatDalamPengelolaan Program PengembangnKecamatanPasca Tsunami (Di KecamatanLhokngaKabupaten Aceh Besar).

Panudju, Bambang. 1999. PengadaanPerumahan Kota denganPeransertaMasyarakatBerpenghasilanRendah. Bandung: Penerbit Alumni.

Douglass DalamSiagian, 1990. Pengertiankelembagaandalammasyarakat.

Siagiandkk, 2007. Kelembagaandidefinisikansebagaihal yang berkaitandengansiapa yang bertanggungjawabterhadapaspek yang dilaksanakan.

Nasrullah, 2001.

Organisasidanmanajemenmempunyaiperananpokokdalammenggerakkand anmengarahkan system dalamruanglingkupinstitus.

World Bank,1993. Dalampemecahanmasalahdarisegiperumahan.

Moleong, Lexy J., 2002, MetodologiPenelitianKualitatif, cetakanketujuhbelas,Penerbit PT RemajaRosdakarya, Bandung

Sanapiah, F., 1995, Format-Format PenelitianSosial: Dasar-DasardanAplikasi,

cetakanketiga, Rajawali Press, Jakarta

KeputusanMenteripermukimandanPrasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002

Gambar

Gambar A 1.1
Tabel B 3.2Analisis Data
Tabel B 3.5 Form Penentuan Keriteria Kerusakan
Tabel B 3.4 Kriteria Penilaian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Proses konstruksi mahasiswa yang berkemampuan spatial visualization (SV) dalam menyelesaikan masalah geometri bidang berdasarkan indikator proses konstruksi

Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan istri menjelang menopause di Dusun Payaman Utara Girirejo Imogiri Bantul Yogyakarta

Kemungkinan penerapan teori mengenai permasalahan dominan pad a perpustakaan ini adalah penggunaan sirkulasi campuran dan fleksibilitas ruang berdasarkan

Hasil penelitian dan pembahasan tentang ”Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Bimbingan Konseling dalam Penyusunan Rencana Program Layanan melalui Pendampingan Supervisi Klinis di

Deskripsi Singkat : Menjelaskan tentang tumbuhan pengganggu (gulma), pengaruh kehadirannya di lahan pertanian atau tanaman pokok, Penggolongan, Reproduksi, deskripsinya secara

Berusaha tani selada dapat berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas mengenai semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa indeks kepuasan masyarakat pada pelayanan pembuatan akta kelahiran Dispendukcapil Surabaya adalah baik. Perlu adanya

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang cukup signifikan pada satu subkelompok pengeluaran yang disertai oleh sedikit penurunan indeks kelompok pengeluaran lainnya