-Pipa PVC Dia, 75 mm 2000 M 109.000.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 3000 M 247.500.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 574.000.000
-Pengadaan Pipa GI Dia Ls 25.000.000
-Pengadaan Acesories Ls 30.000.000
9 Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm 1500 M 27.000.000
-Pipa PVC Dia, 75 mm 2000 M 46.000.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 3000 M 78.000.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 105.000.000
10 Pengadaan Water Meter 300 Unit 98.000.000
VI Lokasi Desa Butang Baru
1 Sumur Bor 1 Unit 175.000.000
2 Genset 60 Kva 1 Unit 175.000.000
3 Pompa Submersible 5 Lt/dt 1 Unit 75.000.000
4 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 65.000.000
5 IPA 5 Lt/dt 1 Unit 325.000.000
6 Reservoir 50 M3 1 Unit 120.000.000
7 Rumah Jaga dan Rumah Pompa 1 Unit 85.000.000
8 Pagar Instalasi Ls 75.000.000
9 Pembebasan Tanah Ls 50.000.000
10 Pengadaan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm 2000 M 54.000.000
-Pipa PVC Dia, 75 mm 2000 M 109.000.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 2000 M 165.000.000
-Pengadaan Acesories Ls 25.000.000
11 Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm 2000 M 36.000.000
-Pipa PVC Dia, 75 mm 2000 M 46.000.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 2000 M 52.000.000
12 Pengadaan Water Meter 300 Unit 98.000.000
VII Lokasi Pulau Pandan
1 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 95.000.000
2 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 65.000.000
3 Genset 60 Kva 300 Ls 98.000.000
4 Pengadaan Water Meter 50.000.000
-Pipa PVC Dia, 50 mm 3500 M 63.000.000
-Pipa PVC Dia, 75 mm 3000 M 69.000.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 4000 M 104.000.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 105.000.000
II Lokasi Sarolangun
1 Gedung Labor 98.000.000
2 Pompa Submersible NC Lt/dt 1 Unit 190.000.000
3 Pompa Centrifugal 45 Lt/dt 1 Unit 120.000.000
4 Mobil Tangki Kap. 5000 Liter 2 Unit 350.000.000
III Lokasi Sarolangun
1 Pengadaan Pipa
-Pipa PVC Dia, 75 mm 2500 M 136.250.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 3000 M 247.500.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 574.000.000
-Pipa PVC Dia, 200 mm 3000 M 750.000.000
-Pipa PVC Dia, 250 mm 3500 M 1.382.500.000
-Pengadaan Pipa GI Dia Ls 80.000.000
-Pengadaan Acesories Ls 60.000.000
2 Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 75 mm 2500 M 57.500.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 3000 M 78.000.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 105.000.000
-Pipa PVC Dia, 200 mm 3000 M 108.000.000
-Pipa PVC Dia, 250 mm 3500 M 133.000.000
3 Pengadaan Water Meter 300 Unit 98.000.000
4 Rumah Jaga 6x6 M 1 Unit 75.000.000
5 Pembuatan Turap Intake Ls 350.000.000
IV Lokasi Mandiangin
1 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 65.000.000
2 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 95.000.000
3 Genset 60 Kva 1 Unit 175.000.000
4 Pengadaan Water Meter 300 Unit 98.000.000
V Lokasi Batang Asai
1 IPA 10 Lt/dt 1 Unit 650.000.000
2 Resesvoir 100 M3 1 Unit 150.000.000
3 Intake 1 Unit 75.000.000
4 Rumah Jaga dan Rumah Pompa 1 Unit 85.000.000
5 Gedung Kantor 1 Unit 60.000.000
6 Pagar Kantor M 100.000.000
7 Pembebasan Tanah M 50.000.000
8 Pengadaan Pipa
2. Pembuatan IPA 10 lt/dt serta jaringan distribusi pelayanan 3. Pembangunan intake air bersih
4. Pengembangan jaringanAir bersih di Kecamatan Mandi Angin 5. Pembangunan Gravitasi Air Desa di Sungai Baung.
6. PembuatanSumur Gali di Dusun Datuk Nan Dua 7. Pembangunan Jaringan PAM Ds. Bukit Tigo 8. Pembangunan Jaringan PAM Siliwangi
9. Pembangunan JaringanPAM Simpang Nibung
10. Pembangunan Pipanisasi PAM Ds. Jernih Semurung 11. Pembuatan IPA 10 lt/dt & jaringan Limbur Tembesi 12. Pembuatan IPA 5 lt/dt & jaringan Butang Baru 13. Pengembangan Jaringan Air Bersih Pulau Pandan 14. Pembuatan Sumur Bor Ds. Demang
15. Pembangunan Gravitasi Air Sei. Pangi 16. Rehab Gravitasi DS. Lubuk Bedorong 17. Gravitasi Air Bersih
18. Pembuatan Sumur Benso dan Sei. Daup Ds. Pemuncak
4.6.5.2. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
NO KEGIATAN VOL SAT TOTAL BIAYA
Rp
I Lokasi Limbur Tembesi
1 IPA 10 Lt/dt 1 Unit 650.000.000
2 Genset 65 Kva 1 Unit 200.000.000
3 Pompa Submersible NC 15 Lt/dt 1 Unit 95.000.000
4 Pompa Centrifugal 15 Lt/dt 1 Unit 75.000.000
5 Pengadaan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm 3500 M 94.500.000
-Pipa PVC Dia, 75 mm 3000 M 163.500.000
-Pipa PVC Dia, 100 mm 4000 M 330.000.000
-Pipa PVC Dia, 150 mm 3500 M 574.000.000
-Pengadaan Accessories Ls 35.000.000
-Pipa GI Dia 75-150 mm Ls 40.000.000
harus dilakukan pada sumber air baku tersebut. Apakah akan dilakukan pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau.
Bangunan penyadap air teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik berupa mata air, danau atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau dengan sistem perpompaan, dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus disediakan.
BPAB Kabupaten Sarolangun baru melayani 5,6%, sedangkan pelayanan di kota Sarolangun mencapai 80% sehingga potensi pengembangan pelayanan memungkinkan untuk ditingkatkan. Apalagi pada tahun 2005 Badan Pengelola Air Bersih (BPAB) akan berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sako Batuah melalui Perda No. 29/2004 yang dapat berperan dalam memberikan kontribusinya atas sumber penghasilan daerah.
Untuk menunjang peningkatan dari BPAB menjadi PDAM Kabupaten Sarolangun, diperlukan satu konsep pemikiran kedepan yang dikelola secara profesional dan tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari berbagai pihak.
Peningkatan tersebut harus ditunjang dengan peningkatan sumber daya manusia dengan cara pelatihan-pelatihan ataupun melakukan studi banding ke beberapa PDAM. Di samping itu harus dilakukannya penyesuaian tarif air bagi pelanggan karena tarif air yang dipakai sekarang masih merujuk pada saat Kabupaten Sarolangun Bangko.
4.6.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan
4.6.5.1. Usulan dan Prioritas Program
Adapun Usulan dan program Investasi Jangka Menengah yang diprioritaskan adalah:
d. Pemakaian sejam terbanyak (max. Hourly Demand)
Pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari
Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem PAM. Sumber-sumber tersebut antara lain :
a. Air hujan
b. Air permukaan : sungai, danau dan waduk c. Air tanah : mata air, sumur bor
Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber tersebut.
4.6.4.4. Rekomendasi
Mata air mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber lainnya. Sebagian besar termasuk golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum. Pengolahan yang mungkin diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat dikonsumsi oleh konsumen. Sisanya termasuk golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak sekompleks air permukaan, umumya terbatas pada penurunan kadar mineral, misalnya Fe, Mn, Ca, Mg yang terdapat didalamnya.
Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan disekitarnya baik dan pengambilannya tidak melampaui kapasitas pengisian (recharge) minumnya. Jika tata guna lahan disekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang tersedia sangat dipengaruhi oleh musim.
Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disinggung pada uraian terdahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas dua hal, yaitu :
1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lainnya.
2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri antara lain mengenai kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan lain-lainnya
Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial ekonomi itu sendiri.
Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun.
Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat (community. Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti negara-negara dengan 4 musim setahunnya.
Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini : a. Pemakaian sehari-hari rata-rata :
Pemakaian rata-rata dalam sehari
Pemakaian setahun dibagi 365 hari
b. Pemakaian sehari terbanyak (max. Day Demand)
Pemakaian terbanyak pada satu hari dalam satu tahun
c. Pemakaian sejam rata-rata :
6. Terletak di wilayah Kecamatan Mandiangin
Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)
7. Terletak di wilayah Kecamatan Air Hitam
Sumur Bor (Air Tanah Dalam)
Sungai Air Hitam (Air Permukaan)
8. Terletak di wilayah Kecamatan Bathin VIII
Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)
Penyediaan air dalam jumlah yang cukup banyak untuk kepentingan domestik ataupun kegiatan lainnya tidak hanya mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu sendiri, akan tetapi lebih jauh dari itu akan mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang hygienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum.
Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plambing yang dipunyai.
pembubuhan koagulan (tawas) dan desinfektan (kaporit) dilakukan di awal sebelum melalui proses aerasi. Ini yang tidak tepat, seharusnya proses pembubuhan koagulan dilakukan sesudah proses aerasi dan pembubuhan desinfektan dilakukan sesudah proses filtrasi. Ini demi menjaga terjadinya optimalisasi proses, dimana bahan kimia yang dibubuhkan bisa lebih efektif digunakan dan sesuai tujuan pengolahan. Kendala lain di instalasi ini adalah mulai berkurangnya media filter yang berfungsi sebagai filter (saringan).
4.6.4.3. Analisis Kebutuhan Program
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi terdapat beberapa sumber air potensial yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan sistem PAM oleh BPAB/PDAM Kabupaten Sarolangun. Namun kelayakan sumber air ini perlu dikaji lebih mendalam pada studi-studi lain yang lebih spesifik. Sumber-sumber air ini terletak menyebar di berbagai kecamatan yang masuk wilayah administratif Kabupaten Sarolangun.
Adapun sumber-sumber air ini adalah sebagai berikut : 1. Terletak di wilayah Kecamatan Batang Asai
Sungai Batang Asai (Air Permukaan)
2. Terletak di wilayah Kecamatan Limun
Sungai Batang Limun (Air Permukaan)
Sungai Batang Asai (Air Permukaan)
3. Terletak di wilayah Kecamatan Pelawan Singkut
Sungai Batang Asai (Air Permukaan)
Sungai Batang Singkut (Air Permukaan)
Sumur Bor (Air Tanah Dalam)
4. Terletak di wilayah Kecamatan Sarolangun
Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)
5. Terletak di wilayah Kecamatan Pauh
Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)
dilakukan pengecekan secara berkala terhadap kualitas air tersebut. Hal ini dapat menjadikan fungsi PAM Pelawan berjalan seperti semestinya.
7. PAM Pulau Aro mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur
bor) yang dipompakan langsung ke daerah pelayanan tanpa melalui pengolahan apapun. Sistem ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2,5lt/dt dengan waktu operasional 11 jam/hari. Dengan adanya perbaikan genset, kapasitas produksi naik menjadi 5lt/dt. Namun, pada prakteknya kapasitas ini hanya bisa dicapai pada musim hujan, sedangkan dalam musim kering kapasitas produksi antara 3-4lt/dt. Sistem ini tidak dilengkapi dengan reservoar distribusi, sehingga kapasitas sumber air direncanakan berdasarkan kebutuhan puncak (peak demand). Model yang seperti ini seharusnya hanya diterapkan jika kapasitas sumber air yang bisa disadap cukup banyak dan tidak bermasalah.
Distribusi ke pelanggan dilakukan tanpa pengolahan apapun, termasuk juga desinfeksi melalui pembubuhan kaporit. Walaupun biasanya kualitas air tanah pada umumnya cukup baik, namun kiranya perlu dilakukan pengecekan secara berkala terhadap kualitas air tersebut. Hal ini dapat menjadikan fungsi PAM Pelawan berjalan seperti semestinya.
Kendala yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air yang nunggak dikarenakan ketidakmampuan pelanggan dalam membayar rekening air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentuk team sweeping untuk memutuskan saluran air.
D. Jaringan Pipa Distribusi
Jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC dengan panjang pipa distribusi sepanjang +9km dan diameternya 50-150mm. Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah sering terjadi kebocoran di titik-titik sambungan atau pada sebagian pipa yang dekat sambungan.
Kendala yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air yang nunggak dikarenakan ketidakmampuan pelanggan dalam membayar rekening air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentuk team sweepinguntuk memutuskan saluran air.
5. PAM Limbur Tembesi mengambil sumber air bakunya dari Sungai Batang Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket lengkap. Instalasi di unit Limbur Tembesi memiliki kapasitas produksi 4lt/dt. Yang kemudian didistribusikan kepada pelanggan dengan sistem pemompaan.
Instalasi pengolahan air di unit Limbur Tembesi menggunakan sistem plat baja dengan 5 buah filter didalamnya dan sistem pengolahan lengkap. Kendala di instalasi ini adalahvalve penguras sudah banyak yang rusak dan media filtrasi sudah mulai berkurang dari segi kuantitasnya. Dengan kapasitas produksi 4lt/dt diharapkan dapat melayani sampai ke Desa Tanjung +6km dari Limbur Tembesi.
6 PAM Pelawan mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur bor) menggunakan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP) karena kualitas airnya yang lebih jelek dibanding lainnya. Sistem ini mempunyai kapasitas produksi 4,5lt/dt dengan waktu operasional 8 jam/hari. Sistem ini tidak dilengkapi dengan reservoar distribusi, sehingga kapasitas sumber air direncanakan berdasarkan kebutuhan puncak (peak demand).
C. Reservoar Distribusi
Kapasitas reservoar adalah 15m3, kapasitas tersebut sangat kecil dibanding dengan yang seharusnya sehingga tidak berfungsi secara optimal. Karena sesungguhnya fungsi reservoar ini selain sebagai tempat cadangan air juga sebagai penyeimbang aliran. Disamping masalah tersebut, sistem pengurasan di PAM Pauh yang masih menggunakan sistem perpompaan. Apabila musim hujan, bak penampungan (reservoar) terendam banjir.
D. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh lokasi di Pauh yang terlayani jaringan distribusi. Jaringan distribusi masih kurang sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih, juga lemahnya pompa distribusi dikarenakan headyang ada masih rendah sehingga pada desa-desa yang jauh (rawan air) tidak teraliri air.
4. PAM Mandiangin menggunakan sumber air berasal dari Sungai Batang Tembesi. Instalasi pertama dibangun tahun 1995 melalui Proyek Air Bersih Propinsi Jambi dengan kapasitas 2,5lt/d, kemudian tahun 1998 dibangun kembali instalasi pengolahan dengan kapasitas 5lt/dt yang berasal dari dana Proyek Air Bersih Propinsi Jambi.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake menggunakan intake panton (intake terapung) dengan jarak intake ke pengolahan sekitar 500m.
B. Instalasi Pengolahan Air
Sistem pengolahan air di PAM Mandiangin menggunakan sistem paket lengkap tetapi instalasi 2,5lt/dt saat ini sudah tidak dioperasikan.
C. Reservoar Distribusi
Instalasi pengolahan air yang pertama adalah Instalasi Iron Removal tetapi sekarang sudah tidak dioperasikan lagi. Sistem pengolahan yang sekarang menggunakan sistem pengolahan lengkap. Instalasi pengolahan yang berkapasitas 10lt/dt sudah dioperasikan pada bulan Desember 2003.
D. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh lokasi di Kecamatan Singkut yang terlayani melalui jaringan distribusi. Pompa distribusi masih kurang apalagi headnya (tekanan pompa) masih rendah sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih. Disamping itu masih banyak jaringan perpipaan yang terbalik misalnya dari besar ke kecil sehingga kehilangan tekanan (minner losses).
2. PAM Pauh pertama kali dibangun tahun 1981 dengan kapasitas 2,5lt/dt menggunakan sistem paket baja. Sumber air berasal dari Sungai Batang Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket dengan unit operasi dan unit proses yang lengkap. Pada tahun 2005, rencananya akan dibangun instalasi dengan kapasitas 10lt/dt untuk dapat melayani desa-desa yang pada saat ini belum terlayani oleh air bersih.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake saat ini menggunakan intake panton (intake terapung) dengan H = 30m. Apabila akan direncanakan kapasitas 10lt/dt maka harus ada pengembangan dimana kebutuhan akan penyadapan harus ditingkatkan, maka intake baru harus dibangun.
B. Instalasi Pengolahan Air
sebagian pipa yang dekat sambungan. di IPA Bukit Aur pipa induk dari instalasi ke konsumen menggunakan pipa dengan diameter 100mm.
D. Instalasi Pengolahan Air
Instalasi pengolahan air di kedua IPA tersebut menggunakan sistem pengolahan lengkap tetapi keduanya masih cukup baik.
E. Reservoar Distribusi
Bangunan reservoar yang ada di kedua IPA berjumlah 1 (satu) buah dengan kapasitas 400m3. Apabila terjadi peningkatan kapasitas menjadi 60lt/dt maka kapasitas bangunan reservoar juga meningkat menjadi 500m3 . Kendala yang dihadapi di bangunan reservoar yaitu bangunan reservoar pengurasan menggunakan sistem perpompaan, bangunan reservoar sudah banyak yang bocor, kabel pengantar arus intake sudah banyak sambungan sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya korsletting dan banyak valve yang sudah rusak.
F. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh lokasi di Kecamatan Sarolangun yang terlayani melalui jaringan distribusi karena pompa distribusi yang ada,headnya masih rendah.
2. PAM Singkut sumber airnya berasal dari air tanah dalam menggunakan sumur bor dengan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP). Pada tahun 2003 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan kapasitas 10lt/dt dengan sumber air berasal dari Sungai Batang Singkut.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake di PAM Singkut menggunakan intake permanen beton dengan pompasubmersible non clogging2 buah.
B. Jaringan Pipa Transmisi
Jaringan pipa transmisi di PAM Singkut menggunakan pipa PVC dengan diameter 150mm dengan panjang sekitar 2km.
4.6.4.2. Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
setiap zona pelayanan memiliki suatu sistem jaringan pelayanan yang terpisah mulai dari sumber, instalasi pengolahan, reservoar sampai ke jaringan pipa transmisi dan distribusi. Proses pengontrolan terhadap zona-zona tersebut dilakukan melalui 1 (satu) Kantor Induk dan 8 (delapan) Kantor Unit Pelayanan. 1. Sistem PAM Sarolangun mengambil sumber air bakunya dari Sungai Batang Tembesi, yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket dengan unit-unit proses yang lengkap. Di Sarolangun terdapat 2 (dua) buah instalasi pengolahan air, yaitu IPA Bukit Zinam dan IPA Bukit Aur. IPA Bukit Zinam mempunyai kapasitas 10lt/dt sementara IPA Bukit Aur memiliki kapasitas 40lt/dt. Direncanakan pada tahun 2005 kedua IPA tersebut akan digabung menjadi 60lt/dt untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat di Kabupaten Sarolangun. Adapun permasalahan yang dihadapi kedua IPA tersebut adalah A. Bangunan Intake
Bangunan intake IPA Bukit Zinam berupa intake panton (intake terapung). Kapasitas ruang sadap pada intake ini sudah cukup layak. Sedangkan permasalahan yang terdapat di intake adalah jembatan intake yang telah rusak berat. Di IPA Bukit Aur bangunan intake menggunakan permanen beton dengan pipa flexsible yang mudah bocor.
B. Pompa Intake
di IPA Bukit Zinam, pompa ini berjumlah 2 buah yang satu memiliki kapasitas 15lt/dt dan satu lagi memiliki kapasitas 10lt/dt dengan H = 30m. di IPA Bukit Aur juga menggunakan sistem perpompaan
C. Jaringan Pipa Transmisi
Kebutuhan air untuk domestik dihitung berdasarkan :
Jumlah penduduk
Persentase penduduk yang dilayani
Tingkat pemakaian air
Berdasarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Sarolangun, tingkat pelayanan air bersihnya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menentukan sumber air baku yang memungkinkan untuk pengembangan di masa yang akan datang.
Sampai tahap akhir perencanaan yaitu tahun 2014, penduduk Kabupaten Sarolangun yang akan dilayani adalah 199. 129 orang atau 80% dari jumlah penduduk total dengan tingkat pemakaian air sebesar 130L/orang/hari untuk sambungan rumah dan 90L/orang/hari untuk hidran umum. Jumlah orang/sambungan rumah adalah 5 orang, sedangkan untuk hidran umum adalah 40 orang. Perbandingan sambungan rumah dengan hidran umum adalah 90% : 10%.
1. Kebutuhan Air Non Domestik
dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plambing yang dipunyai.
Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.
Proyeksi kebutuhan air bersih di wilayah studi ditentukan dengan memperhitungkan beberapa faktor yang berpengaruh atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor penentu tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Tingkat kehidupan dan aktifitas penduduk 3. Keadaan iklim daerah setempat
4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan pengembangan daerah perluasannya
5. Kondisi sosial-ekonomi daerah setempat
Berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan sosial ekonomi maka dalam memperkirakan kebutuhan air bersih di masa mendatang bagi pengembangan sistem penyediaan air bersih di wilayah studi, pemakaian air dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Pemakaian air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan sambungan rumah dan hidran umum.
2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik 3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air.
Kebutuhan Air dapat dibagi menjadi :
C. Karakteristik Mikrobiologi
Dalam parameter mikrobiologi hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebenarnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit ((protozoa, metazoa,tungau) bakteri patogen dan virus.
D. Karakteristik Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar, kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi luasnya pemaparan.
Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sarolangun dari tahun 2004 s/d 2014 berdasarkan angka pertumbuhan penduduk sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sarolangun, yaitu sebesar 2,41%.
4.6.4.1.2. Analisis Kebutuhan Air
Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
Beberapa unsur pokok yang bisa diidentifikasi dari karakteristik fisik air adalah :
1. Warna (colour) 2. Kekeruhan (turbidity) 3. Rasa (taste)
4. Bau (odor)
5. Suhu (temperature)
B. Karakteristik Kimia
Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minum sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan.
Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut :
1. Unsur-unsur yang bersifat racun
2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan
3. Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia
4. Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran
Komposisi kimia dari air permukaan tergantung pada karakteristik daerah tangkapan air (catchmnet area) sedangkan air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilalui air. Karakteristik kimia yang berhubungan dengan evaluasi dan kontrol kualitas air adalah :
Tabel 4.23
Kriteria Desain Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi
No Uraian Kriteria
1. Kota Kategori Iv (Kecil) Jumlah penduduk antara 20.000-100.000 orang
2. Kebutuhan Domestik 130 Liter/orang/hari
3. Hidran Umum 30 Liter/orang/hari
4. Kebutuhan Non Domestik 20% dari kebutuhan domestik
5. Kehilangan Air 20% dari kebutuhan total air
6. Faktor Maksimum Hari 1,2
7. Faktor Puncak 2,0
8. Jumlah Orang per Sambungan Rumah (SR)
5 orang
9. Jumlah Orang per Hidran Umum (HU) 40 orang
10.Jam Operasi 24 jam
11.Perbandingan SR dan HU (SR : HU) 90 : 10
12.Cakupan Pelayanan 80% (pada akhir tahun perencanaan)
Sumber : Direktorat Air Bersih, Ditjen Cipta Karya, 1994
Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
Kualitas air bisa ditunjukkan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Adapun uraiannya dapat dilihat berikut ini :
A. Karakteristik Fisik
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh lokasi di Kecamatan Sarolangun yang terlayani melalui jaringan distribusi karena pompa distribusi yang ada,headnya masih rendah.
A. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh lokasi di Kecamatan Singkut yang terlayani melalui jaringan distribusi. Pompa distribusi masih kurang apalagi headnya (tekanan pompa) masih rendah sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih. Disamping itu masih banyak jaringan perpipaan yang terbalik misalnya dari besar ke kecil sehingga kehilangan tekanan (minner losses).
Permasalahan yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air yang nunggak dikarenakan ketidakmampuan pelanggan dalam membayar rekening air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentukteam sweeping untuk memutuskan saluran air.
4.6.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.6.4.1. Analisa Kebutuhan Prasarana Air minum
4.6.4.1.1. Analisis Kondisi Pelayanan
Dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih dibutuhkan suatu kriteria desain. Demikian pula halnya dengan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Sarolangun mempunyai beberapa kriteria desain yang dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Bangunan intake IPA Bukit Zinam berupa intake panton (intake terapung). Kapasitas ruang sadap pada intake ini sudah cukup layak. Sedangkan permasalahan yang terdapat di intake adalah jembatan intake yang telah rusak berat. Di IPA Bukit Aur bangunan intake menggunakan permanen beton dengan pipa flexsible yang mudah bocor.
B. Pompa Intake
di IPA Bukit Zinam, pompa ini berjumlah 2 buah yang satu memiliki kapasitas 15lt/dt dan satu lagi memiliki kapasitas 10lt/dt dengan H = 30m. di IPA Bukit Aur juga menggunakan sistem perpompaan
C. Jaringan Pipa Transmisi
Pipa transmisi di IPA Bukit Zinam, pompa ini menggunakan pipa PVC tetapi masih ada pemakaian jenis pipa ACP dengan diameter 150mm. Kondisi sambungan antara kedua jenis pipa tersebut kurang baik, sehingga menyebabkan sebagian air bocor/keluar di titik-titik sambungan dan pada sebagian pipa yang dekat sambungan. di IPA Bukit Aur pipa induk dari instalasi ke konsumen menggunakan pipa dengan diameter 100mm.
D. Instalasi Pengolahan Air
Instalasi pengolahan air di kedua IPA tersebut menggunakan sistem pengolahan lengkap tetapi keduanya masih cukup baik.
E. Reservoar Distribusi
Bangunan reservoar yang ada di kedua IPA berjumlah 1 (satu) buah dengan kapasitas 400m3. Apabila terjadi peningkatan kapasitas menjadi 60lt/dt maka kapasitas bangunan reservoar juga meningkat menjadi 500m3 . Kendala yang dihadapi di bangunan reservoar yaitu bangunan reservoar pengurasan menggunakan sistem perpompaan, bangunan reservoar sudah banyak yang bocor, kabel pengantar arus intake sudah banyak sambungan sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya korsletting dan banyak valve yang sudah rusak.
pecah/patah dan pada aksesoris pipa, terutama ditujukan untuk mengurangi angka kebocoran.
D. Kehilangan Air
Menurut data Laporan Bulanan BPAB Kabupaten Sarolangun, bulan Oktober 2004, dikemukan bahwa angka kehilangan air di BPAB Kabupaten Sarolangun cukup tinggi yaitu sekitar 28,24 %. Adapun angka kehilangan air ini berdasarkan jumlah air yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dengan perincian yang dapat dilihat pada tabel 4.22
Tabel 4.22
Angka Kebocoran BPAB Kabupaten Sarolangun
No. Uraian Jumlah Air (m3) Persentase
(%)
1. Air yang didistribusikan 79. 238,80
-2. Air yang terjual 54. 186
-3. Air yang tidak dapat dipertanggungjawabkan 25. 072,80 28,24
Sumber : Laporan Bulanan BPAB Kabupaten Sarolangun, Oktober 2004.
4.6.3.2. Rumusan Masalah
Berbagai faktor teknis dan non teknis dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat pelayanan BPAB Kabupaten Sarolangun, termasuk juga berbagai permasalahan yang terdapat pada sistem PAM di zona-zona pelayanan. Identifikasi sistem PAM di tiap-tiap zona pelayanan setidaknya akan membantu kita dalam memahami inti permasalahan teknis dan memungkinkan untuk mencoba mencari solusinya.
Di Sarolangun terdapat 2 (dua) buah instalasi pengolahan air, yaitu IPA Bukit Zinam dan IPA Bukit Aur. IPA Bukit Zinam mempunyai kapasitas 10lt/dt sementara IPA Bukit Aur memiliki kapasitas 40lt/dt.. Adapun permasalahan yang dihadapi kedua IPA tersebut adalah :
Jumlah produksi dan distribusi air minum di BPAB Kabupaten Sarolangun, menurut Laporan Bulan Oktober 2004 dapat dilihat pada tabel 4.21
Tabel 4.21
Jumlah Produksi dan Distribusi Air Minum di BPAB Kab. Sarolangun
No. Instalasi Pengolahan Air Produksi (m3) Distribusi (m3)
1.Sarolangun 54. 684 47. 377
2.Pelawan / P. Aro 7. 086 7. 086
3.Mandiangin 7. 142,40 7. 142,40
4.Pauh 3. 348 3. 348
5.Singkut 10. 044 10. 044
6.Limbur Tembesi 3. 124, 80 3. 124, 80
7.Bukit Suban 3. 348 3. 348
Jumlah
Sumber : Lap. Bulanan BPAB Kab. Sarolangun, Oktober 2004.
Jumlah kapasitas terpasang sampai dengan Oktober 2004 sebesar 102,5 lt/dtk yang terdiri dari :
Instalasi Pengolahan Air : 5 buah
Sumur Bor : 1 buah
IRP : 1 buah
Aerator : 1 buah
C. Pipa Transmisi dan Distribusi
4.6.3. Permasalahan yang Dihadapi
4.6.3.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS)
Air Minum
Berbagai faktor teknis dan non teknis dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat pelayanan BPAB Kabupaten Sarolangun, termasuk juga berbagai permasalahan yang terdapat pada sistem PAM di zona-zona pelayanan. Identifikasi sistem PAM di tiap-tiap zona pelayanan setidaknya akan membantu kita dalam memahami inti permasalahan teknis dan memungkinkan untuk mencoba mencari solusinya
A. Daerah Pelayanan
Cakupan daerah pelayanan sistem penyediaan air bersih oleh BPAB Kabupaten Sarolangun belum dapat mencapai seluruh kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Sarolangun. Hal ini dapat dimengerti karena luas wilayah Kabupaten Sarolangun yang sangat luas. Daerah pelayanan umumnya baru mencakup wilayah ibukota kecamatan saja. Itupun pelayanannya masih sangat minim dibandingkan terhadap coverage people yang harus dilayani yaitu sekitar 5,6 %. Namun usaha untuk dapat melayani keseluruhan wilayah senantiasa dilakukan oleh pihaak BPAB Kabupaten Sarolangun dengan meningkatkan kapasitas sumber dan daerah pelayanan.
Tabel 4.20
Daerah Pelayanan Menurut Instalasi Pengolahan Air Dan Kapasitas Reservoir
No. Instalasi
1 Sarolangun Kecamatan Sarolangun Pompa 400
2 Pulau Aro Desa Pulau Aro Pompa
-3 Mandiangin Kecamatan Mandiangin Pompa 50
4 Pauh Kecamatan Pauh Pompa 15
5 Singkut Meliputi 3 Desa Pompa 100
6 Limbur Tembesi Meliputi 2 Desa Pompa
-7 Bukit Suban Desa Bukit Suban Pompa
-Jumlah 565
Sumber : Data Primer, Lap. Bulanan BPAB Kab. Sarolangun, Oktober 2004
pertanggungjawaban, seperti Kepala Bagian. keikutsertaan Kepala Bagian lainnya hanya sebatas pada pos-pos biaya dan investasi, bukan pada pencapaian sasaran, sehingga pusat pertanggung jawaban tidak mengetahui sampai dimana target yang harus dicapai, sehingga tidak bisa memotivasi untuk meningkatkan laba PDAM secara keseluruhan.
E. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (OP) pada BPAB Kabupaten Sarolangun dapat mengacu kepada pedoman OP yang dikeluarkan oleh Departemen Teknis (Departemen Pekerjaan Umum) maupun konsultan yang terlibat langsung dalam pembangunan sarana air bersih di Kabupaten Sarolangun.
Pedoman operasi dan pemeliharaan ditekankan pada masalah teknik operasi meliputi pedoman OP untuk instalasi sumber seperti intake, sumur bor, pompa dan lainnya, begitu juga untuk pengolahan, bagaimana bentuk pengolahan dan dosis pembubuhan yang harus dilakukan, selanjutnya juga untuk transmisi dan distribusi.
Yang menjadi masalah, apakah seluruh pedoman yang ada telah diketahui dan diterapkan dengan sesungguhnya dalam operasi pemeliharaan BPAB, terutama untuk petugas operasional lapangan, yang setiap saat melakukan tugas operasional produksi dan distribusi.
4. Kondisi Peralatan dan Ruangan Kantor
Akurat: Laporan harus menyajikan informasi yang dapat diandalkan kecermatannya.
Tepat waktu : Laporan harus disiapkan/disajikan tepat pada waktu yang diperlukan atau segera setelah berakhirnya periode laporan.
Agar laporan dapat bermanfaat sebagaimana dikehendaki, maka setiap jenjang manajemen yang menerima laporan, hendaknya mengkaji laporan yang dimaksud dan mendapatkan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal menyimpang dari rencana/anggaran dan yang diragukan.
Hal demikian dimaksudkan agar pelaksanaan fungsi pengawasan oleh atasan dalam rangka mewujudkan fungsi pengendalian manajemen yang sehat dapat berjalan secara efektif.
D. Sistem dan Prosedur Penganggaran
Anggaran BPAB disusun semestinya sebagai penjabaran atau pelaksanaan dari Rencana Strategis yang mencakup rumusan dan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka 5 tahun mendatang, sehingga BPAB sangat perlu menyusun rencana jangka panjang/menengah, atau program master plan. Untuk tujuan penyusunan program jangka panjang/menengah, perlu dikaji proses penyusunan anggaran BPAB Kabupaten Sarolangun, yang dikoordinir oleh Kepala Bagian Pembukuan dengan membentuk suatu tim anggaran yang terdiri dari pejabat dan staf di lingkungan BPAB, yang terdiri dari Direksi, Kepala Bagian yang terkait dengan penyusunan anggaran. Dalam proses penyusunan, jangan sampai terjadi kondisi yang lebih menekankan kepada fungsi dan bukan kepada pusat pertanggungjawaban, sehingga tanggung jawab pencapaian anggaran seluruhnya berada di puncak direksi, tidak didistribusikan kepada tingkat-tingkat organisasi yang ada.
B. Sistem dan Prosedur Pencatatan Akuntansi
Sistem dan prosedur pencatatan akuntansi dapat dilakukan secara komputerisasi dengan penggunaan software “SKA” (Sistem Komputer Akuntansi), serta dalam pembuatan rekening air dengan menggunakan Billing Program. Namun dalam penerapan sistem informasi akuntansi masih diperlukan beberapa sistem manual, seperti dalam pembuatan bukti transaksi, bukti pengeluaran dan beberapa prosedur lainnya seperti pembuatan buku besar, buku pembantu dan lain sebagainya.
Pencatatan akuntansi dilakukan oleh bagian akuntansi (pembukuan) dan harus dipertanggungjawabkan setiap tahun dalam bentuk laporan keuangan (neraca dan laba rugi) yang telah diaudit oleh BPKP Perwakilan Jambi.
C. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan BPAB Kabupaten Sarolangun juga sebaiknya berpedoman kepada KepMendagri No. 16 Tahun 1991, yang merupakan laporan manajemen yang secara umum terdiri dari Laporan Harian, Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan yang masing-masignya terdiri dari 4 buah laporan yang dibuat secara harian, 19 buah laporan dibuat secara bulanan dan 5 buah laporan yang dibuat secara tahunan.
Laporan merupakan media penyampaian informasi kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap operasi perusahaan, oleh karena itu laporan harus disajikan semikian rupa agar memenuhi kegunaan secara efektif untuk kepentingan analisa, pengendalian dan pengambilan keputusan.
ada beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan PDAM yakni :
Lengkap: Laporan harus menyajikan informasi yang lengkap mengenai hasil kegiatan periode berjalan yang disajikan secara komparatif dengan periode yang lalu dengan angka anggaran dan selisih.
Tabel 4.19
Rangkuman Sistem dan Prosedur Akuntansi menurut Kepmendagri No.16 Th1991
No. Prosedur Pokok Prosedur Pendukung Langkah/Kegiatan
I Pembacaan Meter dan Rekening 1. Pembacaan Meter 9 Kegiatan 2. Pembuatan Rekening 14 Kegiatan 3. Pembuatan Rekening Air 4 Kegiatan II Sambungan Baru 1. Pemasangan Sambungan Baru 19 Kegiatan
2. Pencabutan Meter 5 Kegiatan 3. Pemutusan Sambungan 14 Kegiatan 4. Pengaduan Langganan 15 Kegiatan
III Penagihan 1. Penagihan dilapangan 3 Kegiatan
2. Penagihan melalui Bank 3 Kegiatan 3. Penagihan Loket Kas 3 Kegiatan 4. Penerimaan Kasi Kas 8 Kegiatan 5. Cek yang dikembalikan 2 Kegiatan 6. Pelaporan Rekening Air 7 Kegiatan
IV Gaji 1. Penggajian 3 Kegiatan
2. Pembayaran Lembur 7 Kegiatan
3. Potongan Gaji 6 Kegiatan
4. Pelepasan Pegawai 7 Kegiatan V Pengelolaan Barang 1. Pengelolaan Barang Persediaan 1 Kegiatan 2. Batas Pesanan dan Banyaknya Pesanan 1 Kegiatan
3. Pembelian 21 Kegiatan
4. Penerimaan Barang 12 Kegiatan 5. Pengeluaran Barang 8 Kegiatan 6. Pengeluaran Barang Bekas 8 Kegiatan 7. Pengembalian Barang Bekas 15 Kegiatan 8. Pengembalian ke Supplier 14 Kegiatan VI Aktiva Tetap 1. Pembelian Aktiva Tetap 13 Kegiatan 2. Proses Kontrak Pekerjaan 8 Kegiatan 3. Perubahan Order Pekerjaan 4 Kegiatan 4. Penerimaan dan Pengeluaran 7 Kegiatan
Barang Inventaris
5. Pengembalian Barang ke gudang 9 Kegiatan 6. Pemeliharaan Aktiva Tetap 7 Kegiatan 7. Asuransi Aktiva Tetap 7 Kegiatan 8. Aktiva Tetap Hibah 5 Kegiatan 9. Penghentian Pemakaian Aktiva tetap 6 Kegiatan VII Kas Kecil 1. Pembayaran dari Kas Kecil 2 Kegiatan 2. Pengisian Kembali Kas Kecil 3 Kegiatan 3. Penyiapan & pembayaran dengan cek 7 Kegiatan 4. Rekonsiliasi Bank 10 Kegiatan
menambah wacana organisasi, serta tidak menghambat kelancaran tugas operasional perusahaan secara keseluruhan.
Pelaksanaan tugas dikoordinasikan dengan baik oleh setiap tingkatan organisasi dalam manajemen mulai dari koordinator tugas, sampai manajemen puncak, untuk setiap tugas yang ada sesuai dengan job description, dengan melibatkan bagian terkait dengan tugas tersebut walaupun tidak diatur dalam uraian tugas.
Suasana kerja juga dalam kondisi yang baik, terutama dalam disiplin kehadiran karyawan. Kadang kala dalam suasana non formil para karyawan mendiskusikan pula hal-hal yang terkait dengan pelayanan air bersih.
3. Alat-Alat Bantu Manajemen
Alat bantu manajemen sangat berpengaruh dalam pelaksanaan tugas yang baik, terutama tugas operasional yang harus dilakukan setiap harinya secara rutin dan berkesinambungan yang meliputi :
Sistem dan prosedur akuntansi
Sistem dan produser pencatatan akuntansi
Sistem pelaporan
Sistem dan prosedur penganggaran
Pedoman operasi dan pemeliharaan
A. Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi PDAM Kabupaten Sarolangun sebaiknya mengacu kepada SK Mendagri No. 16 Tahun 1991 tentang Pedoman Sistem Akuntansi PDAM. Sistem dan prosedur akuntansi tersebut memuat 7 prosedur pokok dan 38 prosedur pendukung serta 297 langkah/kegiatan yang mengatur setiap kegiatan yang ada pada PDAM.
ini, sebagai upaya untuk mengenali kelemahan atau kekuatan yang ada, sehingga dapat disusun suatu rencana agar kelemahan tersebut dapat diatasi atau dieliminir seminimal mungkin.
Dalam menilai kondisi manajemen BPAB Kabupaten Sarolangun, maka perlu meninjau efektivitas atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Struktur organisasi dan uraian tugas
Koordinasi dan suasana kerja
Alat-alat bantu manajemen meliputi :
Sistem dan prosedur akuntansi
Sistem dan produser pencatatan akuntansi
Sistem pelaporan
Sistem dan prosedur penganggaran
Pedoman operasi dan pemeliharaan
Kondisi peralatan dan ruangan kantor
1. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Struktur Organisasi BPAB Kabupaten Sarolangun terdiri dari Kepala, Kasi Teknik, Kasi Adm/Keuangan yang didukung oleh staf-staf bidang dan pelaksana harian.
Untuk setiap unit pelayanan ditangani oleh satu orang Kepala Unit yang dibantu dengan beberapa karyawan. Struktur organisasi ini sifatnya masih sementara sebelum disyahkan oleh Bupati Kabupaten Sarolangun.
Struktur organisasi sudah seharusnya dilampiri dengan uraian tugas untuk setiap jabatan yang ada, meliputi atasan, wewenang, tanggung jawab dan uraian tugas, mulai dari Kepala PDAM sampai dengan Kasi dan Pelaksana Harian.
2. Koordinasi dan Suasana Kerja
induk dan juga sebagian meteran pelanggan kondisi pembacaan meterannya kurang akurat.
Current Ratio dijabarkan sebagai perbandingan antara aktiva lancar dengan passiva lancar, hal ini merupakan ukuran umum yang dipakai, yaitu kemampuan PDAM untuk membayar utangnya bila telah jatuh tempo. Ratio ini menunjukkan margin yang telah dimiliki oleh PDAM untuk memperkecil aktiva lancarnya sebelum mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Bila hasil analisa menunjukkan current ratio PDAM yang rendah, hal ini berarti PDAM tersebut berada dalam keadaan kekurangan likuiditas yang menyebabkan tertundanya pembayaran utang terhadap kreditur.
6. Analisa Ratio Keuntungan
Keberhasilan suatu PDAM dalam jangka panjang tergatung kepada dana yang dapat dihasilkan untuk investasi kembali dan pertumbuhan, disamping untuk menghasilkan laba yang memadai dari investasi.
Ratio pengembalian modal adalah output yang dihasilkan dari asset yang diinvestasikan oleh PDAM, kekuatan menghasilkan dari asset suatu PDAM merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan PDAM yang bersangkutan, cara pokok untuk menghitung keuntungan total aktiva.
4.6.2.2.1.3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Kondisi manajemen dapat menjadi pendorong ataupun penghambat kemajuan suatu perusahaan, tidak terkecuali BPAB Kabupaten Sarolangun. Suatu manajemen yang didukung oleh alat bantu yang memadai, karyawan dan pimpinan yang cakap serta memenuhi kualifikasi, ruangan dan suasana kerja yang baik, koordinasi yang menunjang ke arah tercapainya efektivitas dan efisiensi kerja, merupakan salah satu modal untuk mencapai keberhasilan, demikian pula sebaliknya.
Pengeluaran operasional per meter kubik air yang terjual (dalam
rupiah) merupakan perbandingan antara jumlah pengeluaran operasional (biaya operasional dan pemeliharaan + biaya penyusutan) dengan jumlah meter kubik air yang terjual dalam suatu periode, dari perbandingan tersebut akan dihasilkan biaya per meter kubik air yang terjual atau menggambarkan biaya yang diperlukan untuk setiap meter air yang terjual.
Perputaran piutang/tagihan merupakan jangka waktu rata-rata pengumpulan tagihan yang ditunjukkan dengan rata-rata dari yang diperlukan untuk mengkonversi tagihan menjadi uang tunai, ratio ini menggambarkan efisiensi pengelolaan piutang dalam penagihan rekenig air. Dalam membuat analisa juga diperlukan umur piutang pada akhir periode (Aging Schedule Receivable) menunjukkan masing-masing piutang menurut langganan sesuai jumlah hari/bulan jatuh tempo, sehingga diperoleh gambaran bahwa apakah tunggakan tersebut terkonsentrasi pada beberapa langganan yang mempunyai rekening atau merata untuk setiap pelanggan.
Working Ratio merupakan perbandingan pengeluaran operasional sebelum penyusutan dengan pendapatan operasional, sehingga menggambarkan suatu tingkat porsi perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan dengan angka ideal dibawah 50% dimana surplus akan bisa membiayai pengembangan investasi PDAM.
Rasio Karyawan merupakan perbandingan antara jumlah karyawan dengan jumlah pelanggan, index yang disarankan untuk jumlah karyawan adalah 10 untuk 1000 pelanggan, dimana pada tingkat perbandingan tersebut diharapkan adanya efisiensi antara jumlah karyawan dan pelanggan.
5. Analisa Ratio Efisiensi
Efisiensi menggambarkan suatu keadaan PDAM untuk memberikan pelayanan dengan jalan mengukur kondisi sumber-sumber pendapatan, pengawasan, pengeluaran dan penggunaan aktiva yang efisien. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah pertumbuhan, fleksibilitas dan pengelolaan dimana ada keadaan yang ideal pendapatan PDAM akan berkembang pada suatu tingkat yang sama atau lebih besar daripada kombinasi dampak inflasi dan tekanan pengeluaran, sehingga secara tarif harus selalu disesuaikan untuk menutup biaya operasi dan pemeliharaan.
Analisa laporan neraca, laba/rugi akan membantu mengidentifikasikan jenis-jenis masalah yang akan mempengaruhi kemampuan PDAM yakni :
Kemerosotan dalam perkembangan pendapatan/pengeluaran
Prosedur intern atau kebijaksanaan ekstern yang justru merugikan PDAM
Ketergantungan yang berlebihan terhadap dana dari luar seperti pinjaman
dan dana lainnya
Pendapatan yang belum cukup untuk menutup biaya operasi dam pemeliharaan setiap periode
Selanjutnya analisa ratio efisiensi akan meliputi :
Pendapatan operasional per meter kubik air yang terjual (dalam rupiah)
Pengeluaran operasional per meter kubik air yang terjual (dalam rupiah)
Perputaran tagihan (dalam hari)
Working Ratio
Jumlah karyawan per 1000 pelanggan (10 : 1000)
Kebocoran air
Current Ratio / Likuiditas
Pendapatan operasional per meter kubik air yang terjual (dalam rupiah)
atau penjadwalan kembali pinjaman yang kemudian hari menimbulkan beban yang berat bagi operasional.
Selanjutnya struktur hutang dapat menggambarkan :
Kemampuan dalam pengelolaan uang tunai.
Menurunnya fleksibilitas pengeluaran yang disebabkan biaya tetap yang
meningkat dalam bentuk pembayaran cicilan dan bunga. Analisa Ratio Hutang meliputi :
Ratio hutang terhadap equity
Ratio pendapatan bersih operasional terhadap cicilan pokok dan bunga
pinjaman (Debt Coverage Ratio)
Ratio pembayaran bunga terhadap pendapatan operasional (Interest Share
of Operasional Income)
Ratio hutang terhadap equity merupakan suatu yang sangat penting yag digunakan oleh bank-bank atau pemberi donor dalam melaksanakan penilaian pembiayaan jangka panjang untuk menentukan plafon dimana PDAM dapat memperkirakan masa-masa sulit dan mengalami kerugian awal seperti ditunjukkan oleh porsi equity dalam jumlah seluruh permodalan, hutang, bunga dan pembayaran kembali pokok pinjaman sesuai perjanjian, maka terlalu besar (bunga dan pokok pinjaman) yang besarnya diluar kemampuan PDAM itu sendiri.
Debt Coverage Ratio merupakan ratio yang menggambarkan besarnya atau beberapa kali lebih besar penghasilan operasional perusahaan (sebelum bunga) dapat menutup pembayaran hutang tahunan yang terdiri dari bunga dan pokok pinjaman untuk pinjaman jangka panjang.
Keuntungan penjualan
Pengembalian aktiva
4. Analisa Keuangan Terhadap Hutang
Kegunaan struktur hutang adalah untuk menentukan tingkat resiko keuangan yang biasanya terjadi pada suatu PDAM sebelum dan sesudah pekerjaan proyek dalam pengembangan PDAM, beberapa PDAM mencoba untuk membiayai proyek-proyek sebanyak mungkin dengan dana pinjaman untuk mendapatkan perluasan usaha dan menggunakan model sendiri seminimal mungkin.
Pembiayaan melalui pinjaman merupakan salah satu cara yang efektif untuk membiayai penanaman modal, termasuk modal kerja jangka pendek, meskipun kemampuan untuk membayar hutang secara tepat waktu merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya PDAM dapat menggunakan pinjaman jagka pendek untuk membiayai kebutuhan modal kerjanya, bila nanti pada tahun tersebut terjadi kekurangan pendapatan atau terlalu besar pengeluaran, PDAM dapat memilih untuk membayar pinjaman dan mengambil kembali pinjaman baru dalam arti kata pinjaman lama dibayar dengan pinjaman baru, dalam hal ini disebut dengan “Perputaran Hutang” atau mengganti pinjaman jangka pendek dengan pinjaman jangka panjang.
Hal ini terjadi untuk beberapa tahun atau hutang menumpuk, ini merupakan suatu pertanda bahwa sebagian hutang telah digunakan untuk membiayai defisit operasional, dan keadaan ini merupakan indikasi adanya permasalahan dalam pengelolaan hutang.
4.6.2.2.1.2. Aspek Pendanaan
Penilaian terhadap kondisi keuangan BPAB mencakup 3 aspek yang menjadi indikator pencapaian, yang selama ini lebih dikenal dengan Hasil “Kinerja Keuangan PDAM” yang mencakup penilaian efisiensi serta produktivitas BPAB atau penilaian keuangan BPAB Kabupaten Sarolangun atas dasar laporan keuangan dan manajemen BPAB.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.690.900-327 tanggal 10 Mei 1994 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum, yang telah diperbarui dan diperluas dengan Kepmendagri No. 47 Tahun 1999, maka kriteria penilaian indikator dalam pemantauan kinerja keuangan PDAM meliputi :
1. Struktur Hutang
Struktur hutang yang meliputi penilaian terhadap indikator antara lain :
Ratio hutang jangka panjang terhadapequity
Debt Coverage Ratio
Porsi pembayaran bunga terhadap pendapatan operasi
2. Efisiensi
Efisiensi yang meliputi penilaian terhadap indikator-indikator sebagai berikut :
Pendapatan operasional per M3air terjual (dalam rupiah)
Pengeluaran operasional per M3air terjual (dalam rupiah)
Perputaran piutang/tagihan (dalam hari)
Working Ratio
Jumlah karyawan per 1000 pelanggan (10 : 1000)
Kebocoran air
Current Ratio / Likuiditas
3. Keuntungan
5. Teknis PAM Limbur Tembesi
PAM Limbur Tembesi mengambil sumber air bakunya dari Sungai Batang Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket lengkap. Instalasi di unit Limbur Tembesi memiliki kapasitas produksi 4lt/dt. Yang kemudian didistribusikan kepada pelanggan dengan sistem pemompaan. Instalasi pengolahan air di unit Limbur Tembesi menggunakan sistem plat baja dengan 5 buah filter didalamnya dan sistem pengolahan lengkap.
6. Teknis PAM Pelawan
PAM Pelawan mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur bor) menggunakan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP) karena kualitas airnya yang lebih jelek dibanding lainnya. Sistem ini mempunyai kapasitas produksi 4,5lt/dt dengan waktu operasional 8 jam/hari. Sistem ini tidak dilengkapi dengan reservoar distribusi, sehingga kapasitas sumber air direncanakan berdasarkan kebutuhan puncak (peak demand).
7. Teknis PAM Pulau Aro
PAM Pulau Aro mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur bor) yang dipompakan langsung ke daerah pelayanan tanpa melalui pengolahan apapun. Sistem ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2,5lt/dt dengan waktu operasional 11 jam/hari. Dengan adanya perbaikan genset, kapasitas produksi naik menjadi 5lt/dt. Namun, pada prakteknya kapasitas ini hanya bisa dicapai pada musim hujan.
8. Teknis PAM Bukit Suban
pelayanan. Dimana setiap zona pelayanan memiliki suatu sistem jaringan pelayanan yang terpisah mulai dari sumber, instalasi pengolahan, reservoar sampai ke jaringan pipa transmisi dan distribusi. Proses pengontrolan terhadap zona-zona tersebut dilakukan melalui 1 (satu) Kantor Induk dan 8 (delapan) Kantor Unit Pelayanan.
Berikut Kajian Aspek Teknis dari masing-masing daerah: 1 .Teknis PAM Sarolangun
PAM Sarolangun mengambil sumber air bakunya dari Sungai Batang Tembesi, yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket dengan unit-unit proses yang lengkap. Di Sarolangun terdapat 2 (dua) buah instalasi pengolahan air, yaitu IPA Bukit Zinam dan IPA Bukit Aur. IPA Bukit Zinam mempunyai kapasitas 10lt/dt sementara IPA Bukit Aur memiliki kapasitas 40lt/dt..
2. Teknis PAM Singkut
PAM Singkut pertama kali dibangun tahun 1994 berasal dari dana APBN Propinsi Jambi yang sumber airnya berasal dari air tanah dalam menggunakan sumur bor dengan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP). Pada tahun 2003 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan kapasitas 10lt/dt dengan sumber air berasal dari Sungai Batang Singkut. 3. Teknis PAM Pauh
PAM Pauh pertama kali dibangun tahun 1981 dengan kapasitas 2,5lt/dt menggunakan sistem paket baja. Sumber air berasal dari Sungai Batang Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket dengan unit operasi dan unit proses yang lengkap.
4. Teknis PAM Mandiangin
F. Sistem Elektrikal
Daya listriknya berasal dari genset 60 KVA..
8. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bukit Suban
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bukit Suban dibangun pada tahun 2001 yang dananya berasal dari bantuan Jerman dengan sistem pengolahan Aerator dengan kapasitas 5lt/dt. Cakupan pelayanannya meliputi Desa Bukit Suban dan sekitarnya atau sebesar 210 sambungan rumah. IPA ini baru dioperasikan pada tahun 2002.
A. Sumber Air
Sumber air berasal dari air tanah dalam dengan kapasitas 5lt/dt. B. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan di instalasi ini menggunakan sistem aerator yaitu dilakukan proses aerasi sebelum proses koagulasinya. Waktu operasional instalasi ini yaitu 8jam/hari.
C. Sistem Transmisi
Jaringan pipa transmisi menggunakan pipa PVC, dengan diameter 152,4mm, 101,6mm, 76,4mm dan 50,8mm.
D. Sistem Distribusi
Jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan. Pompa distribusi menggunakan pompa sentrifugal dengan kapasitas 5lt/dt, dan H = 30m. Jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC dengan diameter 50-150mm dengan jarak distribusi +10km.
E. Sistem Elektrikal
Daya listriknya berasal dari genset 40 KVA.
4.6.2.2.1. Sistem Perpipaan
4.6.2.2.1.1. Aspek Teknis
7. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pauh
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pauh dibangun pada tahun 1981 dengan kapasitas 2,5lt/dt menggunakan paket baja. Cakupan pelayanan instalasi ini baru meliputi satu desa yaitu Desa Pauh dengan jumlah pelanggan mencapai 160 sambungan rumah
A. Sistem Sumber
Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tembesi dengan bangunan penyadap menggunakan intake panton (intake terapung), Q = 2,5lt/dt dan H = 30m. Jarak intake ke pengolahan sekitar +150m.
B. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan di instalasi ini menggunakan sistem pengolahan lengkap. Zat yang dimasukkan ke dalam pengolahan yaitu kaporit dan tawas,yang dosisnya disesuaikan dengan kadar kepekatan sumber airnya. Waktu operasional IPA Pauh sekitar 10 jam/hari.
C. Sistem Transmisi
Jaringan pipa transmisi menggunakan pipa PVC, dengan diameter 152,4mm, 101,6mm, 76,4mm dan 50,8mm. Pengaliran air pada jaringan pipa transmisi dilakukan dengan sistem pemompaan melalui pompa intake.
D. Sistem Reservoar Distribusi
Di IPA Pauh terdapat 1 buah bak penampungan dengan kapasitas 15m3. E. Sistem Distribusi
Sumber air baku di instalasi ini berasal dari Sungai Batang Tembesi dengan menggunakan intake panton (intake terapung). Jarak intake ke pengolahan sekitar +30m.
B. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan menggunakan sistem Plat Baja dengan pipa sistem silinder dengan 5 (lima) buah filter didalamnya dengan menggunakan pompa non clogging 5lt/dt. Sistem pengolahan menggunakan sistem pengolahan lengkap. Zat yang ditambahkan ke dalam pengolahan yaitu tawas dan kaporit,yang dosisnya disesuaikan tergantung kepekatan sumber airnya. Waktu operasionalnya adalah 7 jam/hari.
C. Sistem Transmisi
Pengaliran air pada jaringan pipa transmisi dilakukan dengan sistem pemompaan. Pipa transmisi menggunakan pipa PVC, dengan diameter 152,4mm.
D. Sistem Reservoar Distribusi
Di IPA Limbur Tembesi mempunyai 3(tiga) buah kran umum yang masing-masing 2m3.
E. Sistem Distribusi
Jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC dengan diameter 50-150mm dengan jarak sekitar 10km. Sistem jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan. Pompa distribusi menggunakan pompa sentrifugal 7,5lt/dt.
F. Sistem Elektrikal
Daya listriknya berasal dari genset 40 KVA.
Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tembesi dengan bangunan penyadap berupa intake panton (intake terapung).
B. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan di Instalasi ini berupa pengolahan paket lengkap. Ada zat yang dimasukkan ke dalam pengolahan yaitu tawas dan kaporit, tetapi dosisnya tidak tetap tergantung kepekatan sumber airnya. Waktu operasional instalasi ini adalah 8 jam/hari.
C. Sistem Transmisi
Pengaliran air pada jaringan pipa transmisi dilakukan dengan sistem pemompaan. Pipa transmisi menggunakan pipa PVC, dengan diameter 152,4mm.
D. Sistem Reservoar Distribusi
Di instalasi ini terdapat 1 buah reservoar dengan kapasitas 50m3dan terdapat 3 buah kran umum yang masing-masing mempunyai kapasitas sebesar 2m3yang dapat melayani +25KK.
E. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan. Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal adapun jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC.
F. Sistem Elektrikal
Daya listrik berasal dari genset 60 KVA.
6. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limbur Tembesi
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Limbur tembesi berjarak +25km dari ibukota kabupaten ke arah Kabupaten Bangko dengan kapasitas produksi 4lt/dt. Cakupan pelayanan meliputi Desa Dusun Dalam dan Desa Limbur Tembesi dengan jumlah pelanggan mencapai 206 satuan sambungan.
Sumber air baku berasal dari air tanah dalam yang berupa sumur bor dengan kedalaman +150m.
B. Sistem Pengolahan
Tidak ada pengolahan air di instalasi ini karena air langsung didistribusikan kepada masyarakat. Oleh karena air dari sistem sumber langsung didistribusikan, maka pompa ini berfungsi sebagai pompa distribusi. Waktu operasional ini sekitar 11 jam/hari.
C. Sistem Reservoar Distribusi
Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulau Aro terdapat 4 (empat) hidran umum tetapi belum dapat difungsikan karena belum diresmikan. Masing-masing hidran umum mempunyai kapasitas sebesar 2000lt.
D. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan dengan 1 (satu) buah pompa submersible. Pompa distribusi diletakkan di dalam bangunan sumur bor. Adapun jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC dengan diameter 76,2 mm dan 50,8 mm. Sementara pipa induk menggunakan PVC dengan diameter 76,2mm. E. Sistem Elektrikal
Daya listrik semula berasal dari genset 10 KVA, karena ada perbaikan maka genset berubah menjadi 15 KVA.
5. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mandiangin
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mandiangin pertama dibangun pada tahun 1995 melalui Proyek Air Bersih Propinsi Jambi dengan kapasitas 2,5lt/dt dan jarak ke intake sekitar +15m. Sedangkan jarak instalasi intake ke sungai berjarak sekitar +5m. Pada tahun 1998, dibangun instalasi dengan kapasitas 5lt/dt dari dana Proyek Air Bersih Propinsi Jambi. Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tembesi yang berjarak +500m dari pengolahan.
3. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pelawan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pelawan melayani dua desa yaitu Desa Pelawan dan Desa Penegah. Sumber airnya berasal dari air tanah dalam dengan kapasitas 5lt/dt.
A. Sistem Sumber
Sumber air baku berasal dari air tanah dalam. Bangunan ini dilengkapi dengan pompasubmersible5lt/dt, H= 30m.
B. Sistem Transmisi
jaringan pipa transmisi menggunakan jaringan pipa PVC, dengan diameter 50-100mm.
C. Sistem Pengolahan
Karena kualitas air tidak memenuhi persyaratan air minum, maka Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pelawan menggunakan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP) sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Waktu operasional IPA Pelawan ini adalah 8 jam/hari.
D. Sistem Reservoar Distribusi
Jumlah reservoar sebanyak 1 buah dengan kapasitas 100m3. Reservoar tersebut menggunakan beton permanen.
E. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan menggunakan pompa submersiblesebanyak 1 buah.
F. Sistem Elektrikal
Daya listrik berasal dari genset 15 KVA
4. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulau Aro
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulau Aro menggunakan air tanah dalam pada sumber airnya dengan kapasitas 2,5 lt/dtk. Cakupan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulau Aro meliputi 1 (satu) desa yaitu Desa Pulau Aro dengan jumlah yang terlayani mencapai 230 sambungan rumah.
dalam menggunakan sumur bor dengan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP). Pada tahun 2003 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) 10 lt/dt dengan sumber air berasal dari Sungai Batang Singkut. Cakupan pelayanan IPA Singkut mencakup Desa Bukit Tigo, Desa Singkut dan Pasar dengan 400 sambungan rumah.
A. Sistem Sumber
Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Singkut dengan bangunan penyadap berupa intake panton (intake terapung) dengan dilengkapi 2 buah pompa submersible non clogging dengan masing-masing kapasitas sebesar 10lt/dt, H= 40m.
B. Sistem Transmisi
jaringan pipa transmisi menggunakan pipa PVC, dengan diameter 150mm dengan panjang pipa transmisi 2km.
C. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Singkut ini menggunakan sistem pengolahan paket lengkap sehingga instalasi yang menggunakan IRP dihentikan (dalam kondisi stand by). Zat yang dimasukkan pada sistem pengolahan yaitu tawas dan kaporit yang dosisnya berubah-ubah tergantung kepekatan sumber airnya. Waktu operasional IPA Bukit Aur adalah 12 jam/hari.
D. Sistem Reservoar Distribusi
Jumlah reservoar sebanyak 1 buah dengan kapasitas 100m3. Reservoar tersebut menggunakan beton permanen.
E. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi dilakukan melalui pemompaan. Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal sebanyak 2 buah, yaitu pompa sentrifugal dengan kapasitas Q = 10 lt/dt dan Q = 7,5lt/dt dan H = 40 m.
F. Sistem Elektrikal
dari Sungai Batang Tembesi. Cakupan pelayanan IPA Bukit Aur adalah Dusun Bernai, Lindung, Perkantoran Pemda Dan Tanjung Rambai dengan jumlah sambungan sebesar 1320 satuan sambungan.
A. Sistem Sumber
Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tembesi dengan bangunan penyadap berupa intake permanen beton. Bangunan ini dilengkapi dengan pompa yang memiliki spesifikasi Q = 40lt/dt dan H = 30m.
B. Sistem Transmisi
jaringan pipa transmisi menggunakan bahan pipa jenis PVC, dengan diameter 250mm ,panjang pipa transmisi +4km
C. Sistem Pengolahan
Instalasi pengolahan yang ada berupa pengolahan paket lengkap. zat yang dimasukkan ke dalam sistem pengolahan yaitu tawas dan kaporit, tetapi dosisnya berubah-ubah tergantung dari kepekatan sumber air. Waktu operasional IPA Bukit Aur adalah 14 jam/hari.
D. Sistem Reservoar/Distribusi
Jumlah reservoar di Bukit Aur ada 1 buah dengan kapasitas 400m3. Apabila kedua instalasi ini telah digabung maka kapasitas reservoarnya menjadi 500m3.
E. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi dilakukan melalui sistem pemompaan. Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal dengan kapasitas Q = 10 lt/dt. Pipa distribusi menggunakan jenis pipa PVC dengan diameter 250 mm dengan panjangnya +4km.
F. Sistem Elektrikal
Daya listrik berasal dari genset 164 KVA dan berasal dari PLN 214 KVA.
2. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Singkut
pelayanan IPA Bukit Zinam yaitu Kelurahan Dusun, Pasar, Sukasari Dan Serkam.
A. Sistem Sumber
Sumber air baku berasal dari Sungai Batang Tembesi dengan bangunan penyadap berupa intake panton (intake terapung). Bangunan ini dilengkapi dengan 2 buah pompa submersible yag masing-masing memiliki spesifikasi Q = 10lt/dt dan H = 30m. Jarak intake ke pengolahan +300m.
B. Sistem Transmisi
jaringan pipa transmisi menggunakan pipa PVC dengan diameter 50-250mm dan panjang pipa transmisi +10km
C. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bukit Zinam menggunakan sistem pengolahan lengkap. kondisi IPA Bukit Zinam saat ini tidak dioperasikan (dalam kondisi stand by) karena akan dioperasikan Instalasi Pengolahan Air (IPA) 60lt/dt. Waktu operasional IPA Bukit Zinam adalah 21 jam/hari.
D. Sistem Distribusi
Sistem pengaliran di jaringan distribusi menggunakan sistem pemompaan. Pompa yang digunakan adalah pompa submersible sebanyak 2 (dua) buah dengan kapasitas 10lt/dt. Jaringan distribusi menggunakan pipa PVC dengan diameter 50-250m
E. Sistem Elektrikal
Daya listrik berasal dari PLN 53 KVA.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bukit Aur
4.6.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan
Pengelolaan
Proses pembangunan sarana dan prasarana perkotaan Kabupaten Sarolangun akhir-akhir ini menimbulkan dampak terjadinya peningkatan kebutuhan akan air bersih. Hal ini menuntut BPAB Kabupaten Sarolangun untuk cepat tanggap dalam mengantisipasi pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut. Perlu dimaklumi bahwa tantangan yang harus dihadapi BPAB cukup berat, mengingat sampai saat ini BPAB baru bisa mencapai tingkat pelayanan sebesar 40,36% terhadap service people. Data BPAB menunjukkan bahwa dari 53.613 jumlah penduduk yang termasuk ke dalam daerah pelayanan, hanya 21.620 orang yang terlayani oleh BPAB dan sisanya sebesar 31.993 orang (59,67%) yang tidak terlayani.
Sistem PAM (Penyediaan Air Minum) di BPAB Kabupaten Sarolangun, baik yang pernah beroperasi ataupun yang sedang beroperasi, dibentuk secara parsial sesuai dengan daerah pelayanannya masing-masing. Setiap daerah pelayanan memiliki suatu sistem jaringan tersendiri yang tidak terkoneksi dengan sistem jaringan lainnya. Masing-masing sistem dikontrol melalui 1 (satu) unit pelayanan yang pada setiap periode tertentu memberikan laporan pertanggungjawaban ke BPAB Kabupaten Sarolangun. Sistem PAM di setiap unit pelayanan disesuaikan dengan nama daerah pelayanannya dan masing-masing adalah : Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sarolangun, IPA Mandiangin, IPA Pauh, IPA Singkut, IPA Limbur Tembesi, IPA Melawan, IPA Pulau Aro dan IPA Bukit Suban.
1. Ada 2 (dua) unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sarolangun, yaitu :
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bukit Zinam
Tabel 4.17
Jumlah Sambungan Pelayanan Air Bersih BPAB Kabupaten Sarolangun
No Jenis Langganan Aktif Non Aktif Jumlah
1. Sosial Umum 30 - 30
2. Sosila Khusus 33 - 33
3. Non Niaga 2.470 - 2.470
4. Kantor Pemerintah 96 - 96
5. Niaga 325 - 325
6. Industri - -
-7. Mobil Tangki 4 - 4
Sumber : Lap. Bulanan BPAB Kabupaten Sarolangun, Oktober 2004.
Cakupan daerah pelayanan sistem penyediaan air bersih oleh BPAB Kabupaten Sarolangun belum dapat mencapai seluruh kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Sarolangun. Hal ini dapat dimengerti karena luas wilayah Kabupaten Sarolangun yang sangat luas. Daerah pelayanan umumnya baru mencakup wilayah ibukota kecamatan saja. Itupun pelayanannya masih sangat minim dibandingkan terhadap coverage people yang harus dilayani yaitu sekitar 5,6 %. Namun usaha untuk dapat melayani keseluruhan wilayah senantiasa dilakukan oleh pihaak BPAB Kabupaten Sarolangun dengan meningkatkan kapasitas sumber dan daerah pelayanan.
Tabel 4.18
Daerah Pelayanan Menurut Instalasi Pengolahan Air Dan Kapasitas Reservoir
No. Instalasi
1. Sarolangun Kecamatan Sarolangun Pompa 400
2. Pulau Aro Desa Pulau Aro Pompa
-3. Mandiangin Kecamatan Mandiangin Pompa 50
4. Pauh Kecamatan Pauh Pompa 15
5. Singkut Meliputi 3 Desa Pompa 100
6. Limbur Tembesi Meliputi 2 Desa Pompa
-7. Bukit Suban Desa Bukit Suban Pompa
-Jumlah 565
8. Unit Bukit Suban
Menggunakan sumber air berasal dari air tanah dalam. sistem pengolahan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) ini mengunakan sistem aerator yang baru dioperasikan pada tahun 2002. Cakupan pelayanannya meliputi Desa Bukit Suban dan sekitarnya.
Gambaran secara lengkap tentang besarnya kapasitas terpasang dan kapasitas produksi dari tiap-tiap unit pelayanan, termasuk juga sistem pengolahannya, dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16
Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi BPAB Kabupaten Sarolangun
No Instalasi Pengolahan Air (IPA)
4. Singkut 15 7,5 12 Peng. Lengkap
5. Mandiangin 10 8 8 Peng. Lengkap
6. Limbur Tembesi 5 4 7 Peng. Lengkap
7. Pauh 5 3 10 Peng. Lengkap
8. Bukit Suban 5 5 8 Aerator
Jumlah 102,5 82
Sumber : Data Primer, 2004.