i
ASERTIVITAS SISWA POPULER DAN TERISOLIR
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan
Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Yulius Petro Genok
NIM: 101114061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ASERTIVITAS SISWA POPULER DAN TERISOLIR
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan
Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Yulius Petro Genok
NIM: 101114061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu:
kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN
Allahmu, menyertai engkau kemanapun engkau
pergi.
Yosua 1 : 9
Hanya karena kamu benar, bukan berarti aku salah.
-Jhonson-
Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk: Tuhan Yesus Kristus, Keluarga Tercinta Prodi BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
vii ABSTRAK
ASERTIVITAS SISWA POPULER DAN TERISOLIR
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan
Pribadi-Sosial)
Yulius Petro Genok Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014, mengetahui apakah ada perbedaan tingkat asertivitas siswa populer dan terisolir, dan Merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial dalam meningkatkan asertivitas siswa berdasarkan analisis item-item kuesioner Asertivitas.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 85 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner asertivitas dengan jumlah 67 item dan sosiometri. Item kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek asertivitas.
viii ABSTRACT
ASSERTIVENESS OF POPULAR AND ISOLATED STUDENTS (Descriptive Study of Grade Eight Students of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta,
Academic Year 2013/2014 and Its Implication to the Suggested Social-Individual Guidance Topics)
Yulius Petro Genok Sanata Dharma Univesity
2014
This research is a quantitative descriptive research. The aim of this research is to describe the degree of assertiveness of grade eight students of SMP BOPKRI 1, Yogyakarta, academic year 2013/2014, to know whether there is difference of assertiveness degree between popular and isolated students, and to suggest social-individual guidance topics to increase the assertiveness of these students. These topics were based on the items of the assertiveness questionnaire which showed low scores.
Subjects of this research were 85 students of grade eight. The instrument of the research were sociometri and assertiveness questionnaire which consisted of 67 items. The questionnaire items were constructed based on assertiveness aspects.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ramhat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar saarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis mendapat pengalaman banyak selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang amat sangat penting dalam perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.
Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
x
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Sukami. S.Pd., selaku kepala sekolah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Bpk Yohanes Arief Susilo selaku koordinator BK yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan. 7. Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah meluangkan
waktu untuk mengisi kuesioner dan menjadi subjek dalam penelitian ini. 8. Orang Tua yang tercinta yang selalu memberikan dukungan baik lewat
doa maupun secara materi.
9. Kak Ina sekeluarga, kak Icak sekeluarga, Kak Yo sekeluarga, Kak Rin sekeluarga, Kak Siska sekeluarga, dan Kak Rian yang telah memberikan segalanya kepada peneliti.
10.Sahabat-sahabat terbaiku mas Yupen, Mas Paul, Mas Alfi, Mas Arkoz, dan Mas Robert yang telah mendukung dalam proses mengerjakan skripsi ini.
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Maka dari itu, dalam kehidupan sehari-hari, manusia perlu berinteraksi dengan dunia luar, baik sesama manusia maupun lingkungan.
Manusia mengalami perkembangan dari bayi hingga dewasa. Perkembangan ini terdiri dari beberapa tahapan yang dilalui oleh setiap manusia, salah satunyanya adalah tahap remaja. Remaja merupakan makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain, baik dengan keluarga, para guru dan teman sebaya. Dalam berinteraksi remaja perlu memiliki asertivitas agar dapat menjalin relasi dengan baik.
Disinyalir asertivitas pada masyarakat Indonesia saat ini pada umumnya dan remaja pada khususnya dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal ini ditandai oleh semakin menurunnya kesediaan menyampaikan pikiran dan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain. Remaja mengalami hambatan dalam perkembangan perilaku asertif baik dalam hubungan sosial, keluarga dan sekolahnya.
Masalah asertivitas dapat dijumpai dalam setiap kelompok, usia, termasuk remaja. Remaja selama masa perkembangannya harus memiliki keterampilan asertif yaitu kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi tanpa merugikan hak-hak orang lain, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain. Selain itu mampu juga dalam mengekspresikan perasaan baik perasaan positif maupun negatif. Remaja harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengungkapkan keinginan dan kemauan secara jujur kepada orang lain dengan mengembangkan dan membiasakan untuk berperilaku asertif agar mampu mengatasi berbagai pengaruh dan tekanan dari teman sebaya ataupun lingkungan yang bersifat negatif.
Menurut penulis masalah asertivitas pada remaja lebih menarik untuk di teliti. Hal ini disebabkan karena sikap remaja awal yang berkembang yang sangat menonjol adalah sikap sosial yang berhubungan dengan teman sebayanya. Sikap ini yang menimbulkan keinginan mereka agar diterima dan takut ditolak oleh teman sebayanya. Penerimaan dan penolakan sosial merupakan akibat dari keterisoliran individu dari lingkungan sosialnya. Remaja yang mendapatkan penerimaan sosial dan perlakuan yang wajar dari orang-orang yang ada disekitarnya akan merasa dirinya adalah pribadi yang berharga dan dibutuhkan oleh lingkungannya. Penerimaan sosial yang diterima remaja tersebut akan menimbulkan perasaan positif dalam dirinya. Perasaan-perasaan positif tesebut akan meningkatkan asertivitas dalam dirinya. Perasaan positif membuat Individu menjadi mampu untuk mengungkapkan pikiran perasaan, dan gagasannya.
membantu remaja atau siswa terisolir yang berperilaku tidak asertif agar dapat berkembang secara optimal.
Peneliti tertarik meneliti perilaku asertif lebih jauh karena peneliti melihat banyaknya remaja yang enggan berperilaku asertif. Mereka merasa suara dan keinginan mereka akan terabaikan oleh figur orang tua, guru bahkan teman sebaya. Selain itu alasan pentingnya penelitian ini dilakukan karena berdarsarkan pengalaman peneliti ketika menjalani program pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, peneliti melihat masih banyak siswa SMP BOPKRI 1 yang kurang memiliki kemampuan asertif. Masih ada siswa kelas VIII yang merasa tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan teman karena tidak berani mengungkapkan perasaannya. Mereka memilih tetap diam walaupun sebenarnya tidak nyaman menjalani hubungan yang tidak baik. Bahkan juga ditemukan ada yang hanya diam ketika dimarahi temannya. Para siswa SMP BOPKRI 1 perlu di bimbing agar memiliki kemampuan asertif. pada penelitian ini difokuskan pada kelas VIII karena berdasarkan pengamatan peneliti ketika berada di sekolah. Peneliti melihat masih banyak siswa-siswi kelas VIII yang kurang mampu untuk berperilaku asertif. bahkan kedua kasus yang peneliti sampaikan sebelumnya merupakan siswa kelas VIII.
asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dan melihat apakah ada perbedaan asertivitas siswa populer dan siswa terisolir.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat Asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1
Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014?
2. Apakah ada perbedaan tingkat asertivitas siswa populer dan terisolir pada kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014?
3. Berdasarkan analisis butir-butir instrumen asertivitas yang teridentifikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi-sosial apa saja yang relevan diusulkan untuk membantu meningkatkan asertivitas bagi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan Untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014
3. Merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial dalam meningkatkan asertivitas bagi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan analisis item-item kuesioner Asertivitas.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya mengenai asertivitas. Hasil penelitian ini dapat memberi dukungan pengembangan terhadap teori tentang asertivitas.
2. Manfaat praktis Penelitian ini bermanfaat bagi: a) Guru BK
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai tingkat asertvitas siswa populer dan terisolir pada siswa kelas VIII sehingga bisa menjadi data dalam memberikan bimbingan klasikal terutama dalam bidang layanan bimbingan pribadi-sosial.
b) Peneliti
E. Definisi Operasional.
1. Asertivitas adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan keinginan secara jujur kepada orang lain dengan menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain sehingga tidak merugikan orang lain, sebagaimana dideskripsikan dalam item kuesioner peneltian ini. 2. Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 merupakan siswa yang terdaftar sebagai sebagai siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.
3. Siswa populer dalam penelitian ini merujuk pada skor hasil sosiometri. Siswa populer adalah siswa yang berdasarkan hasil sosiometri memperoleh skor ≥ 6.
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakekat asertivitas, siswa SMP, bimbingan pribadi-sosial, dan hipotesis penelitian.
A. Hakekat Asertivitas 1. Pengertian Asertivitas
Asertivitas adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak kita tanpa kecemasan yang berlebihan (Cawood D (1997 : 13)). Sedangkan Menurut Jay (2007:95), asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri serta kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
Asertivitas merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menyampaikan atau merasa bebas untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya, serta dapat berkomunikasi dengan semua orang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asertivitas adalah kemampuan seseorang menyangkut ekspresi atau pengungkapan pikiran, perasaan dan keinginan yang tepat, jujur, terbuka, mempunyai sikap yang tegas, positif dan mampu bersikap netral serta dapat mengutarakan akan sesuatu secara objektif tanpa menyinggung perasaan orang lain.
2. Aspek-Aspek Asertivitas
Aspek-aspek asertivitas menurut Alberti & Emmons (2002 : 42)
yaitu:
a.Kesetaran dalam hubungan manusia
Aspek ini berarti bahwa menempatkan setiap idividu secara
setara. Orang asertif menjunjung tinggi persamaan derajat manusia
dalam segala bentuk interaksinya. Orang asertif menunjukkan
dukungan, dan mengusahakan setiap pihak diuntungkan dalam
berbagai interaksi sosial.
b.Bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Meliputi kemampuan untuk membuat keputusan, mengambil
inisiatif, percaya pada yang dikemukan sendiri, dapat menentukan
suatu tujuan dan berusaha mencapainya, dan mampu berpartisipasi
c.Mampu mengekspresikan perasaan jujur dan nyaman.
Meliputi kemampuan untuk menyatakan rasa tidak setuju, rasa
marah, menunjukkan afeksi dan persahabatan terhadap orang lain serta
mengakui perasaan takut atau cemas, mengekspresikan persetujuan,
dan bersikap spontan.
d.Mampu mempertahankan diri.
Meliputi kemampuan untuk berkata “tidak” apabila diperlukan,
mampu menanggapi kritik, celaan, dan kemarahan dari orang lain,
secara terbuka serta mampu mengekspresikan dan mempertahan
pendapat.
e.Mampu menyatakan pendapat.
Meliputi kemampuan menyatakan pendapat atau gagasan,
menyatakan kritik secara adil, dan menanggapi pelanggaran terhadap
dirinya dan orang lain.
f. Tidak mengabaikan hak-hak orang lain.
Orang asertif mampu menghargai hak, keinginan, dan perasaan orang lain, serta Membiarkan atau memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengungkapkan diri apa adanya.
3. Manfaat Asertivitas
Manfaat Asertivitas antara lain:
yang asertif memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dengan cara-cara baru dan menggairahkan. (Adams & Lenz : 29-30)
b. Orang yang asertif akan hidup dalam kekinian. Orang yang asertif akan dapat memenuhi kebutuhannya sekarang. (Adams & Lenz 1995: 30)
c. Bertambahnya harga diri, sebab mampu mengungkapkan perasaan dan ide-ide dengan jujur kepada orang lain. (Adams & Lenz 1995: 30). Hal senada juga dikatakan oleh Ros Jay (2005:96) bahwa orang yag asertif akan memperoleh penghargaan dari orang lain atas ide-ide yang dikemukakan.
d. Membuat orang lain juga semakin terbuka untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Orang yang asertif bersedia untuk terbuka dengan orang lain sehingga membuka jalan bagi orang lain juga untuk terbuka (Adams & Lenz 1995: 33). Hal ini juga dikatakan oleh Ros Jay (2005:96) bahwa orang lain akan mampu mengekspresikan pandangan, harapan dan perasaan mereka terhadap orang yang asertif.
sangat menghargai orang lain yang membuat dirinya juga dihargai oleh orang lain sehinga membuat hubungan menjadi semakin baik. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas antara lain :
a. Pola asuh orang tua
Kualitas perilaku asertif individu sangat dipengaruhi oleh interaksi
individu tersebut dengan orang tua maupun anggota keluarga lainnya.
Hal tersebut akan menentukan pola respon individu dalam merespon
masalah. Anak yang dididik dengan polah asuh demokratis akan
mempuyai kepercayaan diri yang besar, dapat mengkomunikasikan
segala keinginannya secara wajar, dan tidak memaksakan kehendak
(Santosa, 1999). Hal ini dibenarkan juga oleh hasil penelitian tentang
asertivitas yang dilakukan oleh setiono dan pramadi dalam (Abidatun
Nafisah, 2010) yang memeliti tentang pelatihan asertif dan
peningkatan perilaku asertif pada siswa-siwi SMP. Penelitian tersebut
memperoleh hasil bahwa individu yang mengalami peningkatan skor
asertivitas yang pesat adalah individu yang dididik dengan polah asuh
yang demokratis.
b.Konsep Diri
Konsep diri dan perilaku asertif mempunyai hubungan yang sangat
erat. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat akan mampu
berperilaku asertif. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri
Hal ini juga dibenarkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Maria Ulfa, 2013) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara konsep diri dengan asertivitas. Tingginya konsep diri akan
mempengaruhi asertivitas.
c.Penyesuaian Sosial
Individu yang asertif ditandai dengan adanya penyesuain sosial yang dapat mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Seseorang yang memiliki penyesuaian sosial yang baik mampu untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat dan menghargai orang lain sehingga mampu menjalin relasi yang baik (Gunarsa, 2007). Hal ini juga dibenarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Ulfa, 2013) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penyesuaian
sosial dengan asertivitas. Tingginnya penyesuain sosial akan
mempengaruhi asertivitas.
B. Siswa SMP
Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1Yogyakata merupakan siswa yang
terdaftar sebagai siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Siswa SMP
masuk dalam fase remaja awal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Mappiare (dalam M. Ali & M. Asri, 2009:9) bahwa remaja awal merupakan
individu yang berada dalam rentang usia 12/13-17/18 tahun. Setiap individu
tentunya mengalami suatu perkembangan, begitupun juga dengan remaja
hubungan sosial. Hubungan sosial berkembang karena adanya dorongan rasa
ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap
orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubugan itu terhadapnya
dirinya (M. Ali & M. Asri, 2009: 85). Hubungan sosial ini mula-mula dimulai
dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi yaitu
dengan teman sebayanya. Namun demikian kesulitan hubungan dengan teman
sebaya sangat mungkin terjadi disebabkan oleh polah asuh orang tua. Pola
asuh orang tua yang otoriter bisa menyebabkan timbul dan berkembangnya
rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani mengambil
inisiatif dan tidak berani mengambil keputusan, termasuk juga memutuskan
pilihan teman yang sesuai.
Selain perkembangan sosial yang sudah dipaparkan diatas, siswa SMP
BOPKRI 1 Yogyakarta sebagai remaja awal tentunya juga memiliki tugas
perkembangan. Salah satu tugas perkembangan remaja awal menurut
Mappiare (1982: 108) adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan
baru. Salah satu keterampilan baru yang harus dikembangkan oleh remaja
awal adalah keterampilan asertif. Remaja awal perlu mengembangkan
keterampilan asertif agar mampu mengutarakan pikiran dan perasaan dengan
C. Status Sosial
1. Siswa Populer dan Terisolir
Hartup (dalam Desmita 2009 : 226) menyatakan bahwa anak yang populer adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, peka secara sosial, dan sangat mudah bekerja sama dengan orang orang lain. Asher et al 1982 (dalam Desmita 2009 : 226) menyatakan bahwa anak yang populer adalah anak-anak yang menjalin interaksi sosial dengan mudah memahami situasi sosial, memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antarpribadi.
Sementara siswa terisolir menurut Desmita (2009 : 226) merupakan anak-anak yang kurang mendapat perhatian dan ditolak karena tidak disukai oleh teman sebayanya. Sedangkan Mappiare (1982 :172-173) menyatakan bahwa anak yang terisolir adalah anak yang jarang dipilih atau mendapat penolakan dari lingkungannya.
2. Asertivitas siswa populer dan terisolir
Perasaan-perasaan positif tesebut akan meningkatkan asertivitas dalam dirinya. Perasaan positif membuat Individu menjadi mampu untuk mengungkapkan pikiran perasaan, dan gagasannya.
Sebaliknya remaja yang mendapatkan penolakan sosial atau penerimaan sosial yang kurang wajar akan merasa dirinya tidak berharga dan kehadirannya tidak diinginkan dalam kelompok. Mappiare (1982 :173)menyatakan bahwa penolakan sosial dan penerimaan sosial yang kurang wajar dapat menimbulkan perasaa-perasaan negatif pada diri remaja tersebut. Keadaan tersebut memungkinkan remaja menarik diri dari lingkungannya, berperilaku yang kurang wajar, lebih agresif, dan berperilaku tidak asertif. Perilaku yang tidak asertif dapat menghambat remaja tersebut dalam mengembangkan potensinya secara optimal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang cenderung populer cenderung memiliki kemampuan asertif lebih tinggi daripada siswa cenderung terisolir.
3. Faktor-faktor penyebab remaja diterima dan ditolak.
a. Faktor penyebab remaja diterima dalam kelompok sebayanya.
Mappiare (1982 :170) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja diterima dalam kelompok teman sebayanya antara lain :
2) Kemampuan pikir yang meliputi : inisiatif, memikirkan kepentingan kelompok, dan mengemukakan pikiran atau pendapatnya.
3) Sikap, sifat, dan perasaan yang meliputi : sopan, memperhatikan orang lain, sabar, dan suka membantu orang lain dan atau anggota kelompok.
4) Pribadi yang meliputi : jujur dan dapat dipercaya, bertanggungjawab, suka bekerjasama, dan mampu menyesuaikan diri dengan tepat dalam berbagai situasi.
b. Faktor penyebab remaja ditolak dalam kelompok sebayanya.
Mappiare (1982 :172) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja ditolak dalam kelompok sebayanya antara lain: 1) Penampilan dan perbuatan yang meliputi : suka menantang orang
lain, malu-malu, dan menyendiri.
2) Kemampuan pikir yang meliputi : kurang pandai dalam bidang akademik.
3) Sikap dan sifat yang meliputi : Agresif, dan suka melaksanakan kemauan sendiri.
D. Bimbingan pribadi-sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial. Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik (Nurihsan, 2006: 15). Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memerhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh siswa (Nurihsan, 2006: 16).
Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 118) bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu dalam membina relasi dengan sesame diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan sebelumnya peneliti menganggap bahwa ada kecenderungan perbedaan tingkat asertivitas antara siswa yang cenderung populer dengan siswa yang cenderung terisolir. Siswa yang cenderung populer cenderung memiliki asertivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang cenderung terisolir. Oleh karena itu peneliti membuat hipotesis bahwa:
Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat asertivitas antara siswa populer dengan siswa terisolir
20
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya Best (dalam Sukardi, 2003: 157).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa yang terbagi dalam 4 kelas dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1 Subjek Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
VIII A 11 11 22
VIII B 11 12 23
VIII C 11 11 22
VIII D 12 12 24
Jumlah Total 45 46 91
Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 4 kelas. Pada saat dilakukan penyebaran kuesioner, jumlah siswa yang hadir berjumlah 85 orang, sedangkan siswa yang tidak hadir berjumlah 6 orang.
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner
2011: 135).
Tabel 2
Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban.
No Pernyataan
Alternatif Jawaban S
(Sangat Sering)
S (Sering)
J (Jarang)
TP (Tidak pernah)
1. Favorabel 4 3 2 1
2. Unfavorabel 1 2 3 4
Kisi-Kisi Kuesioner Asertivitas
b. Mampu menentukan tujuan dan berusaha mencapainya
a. Mampu menyatakan perasaannya dengan jujur
4 Pertahanan diri a. Mempertahankan hak dan pendapat pribadi tanpa menyerang orang lain
19, 20, dan 21 52, 53, dan
54 6
b. Mampu menanggapi kritik, celaan, dan kemarahan dari orang lain secara terbuka
55, 56, dan 57 22 dan 23
5 5 Menyatakan
pendapat
a. Mampu mengemukakan ide atau gagasan
keinginan, dan perasaan oran lain
30, 31, dan 32 63 dan 64
menggunakan kriterium pemilihan teman untuk dijadikan teman bermain. Siswa diminta untuk memilih 3 teman terfavoritnya dalam satu kelas dan diurutkan berdasarkan yang paling favorit. Hasil analisis sosiometri ini akan dikaitkan dengan data yang diperoleh dari kuesioner asertivitas siswa yang bersangkutan.
D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap persiapan
a) Peneliti menghubungi pihak sekolah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta untuk meminta ijin mengadakan uji coba alat dan melakukan penelitian. b) Peneliti menyiapkan kuesioner untuk mengali data-data yang
dibutuhkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menjabarkan aspek-aspek asertivitas kedalam indikator-indikator. 2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan
indikator-indikator asertivitas. 3) Expert judgment
Uji coba alat (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas dan validitas. Uji coba kuesioner dalam penelitian ini merupakan uji coba terpakai. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah bagi peneliti. Ujicoba dilakukan pada tanggal 07 April 2014 di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
3. Validitas instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini, mengunakan pengujian validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132).
Instrument yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) dapat mengunakan rumus koefisien korelasi product moment (Sukmadinata, 2004: 65) sebagai berikut:
= ∑ − ∑ ∑
Sedangk = nilai dari jumlah butir = jumlah responden
gkan untuk mengukur koefisien korelasi SPSS 15 agar perhitungan jadi lebih cepa aliditas berdasarkan taraf signifikan (α = 5%) maka koefisien korelasi yang digunakan
2011). Jadi, apabila koefisien korelasi butir 79 atau lebih dari 0,279 (paling kecil 0,279 tersebut dinyatakan valid. Namun apabila
urang dari 0,279, maka butir instrumen terse
Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen
4 Pertahanan diri c. Mempertahankan hak dan pendapat pribadi tanpa
reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror
dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda (Azwar, 2012: 134).
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (spilt half), dengan rumus berikut ini.
r
i=
Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluru instrument
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Jadi, hasil perhitungan reliabilitas instrumen uji coba adalah 0,98 dengan klasifikasi sangat tinggi menurut kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagaimana tertera pada tabel 5.
Tabel 5 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
Teknik Analisis data yang digunakan untuk mengetahui Asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
1. Memberi skor pada setiap item yang sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu Sangat Sering (SS) = diberi skor 4, Sering (S) = diberi skor 3, Jarang (J) = diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1 untuk item Favorabel dan Sangat Sering (SS) = diberi skor 1, Sering (S) = diberi skor 2, Jarang (J) = diberi skor 3, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 4 untuk item Unfavorabel.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata butir dengan mengunakan microsoft office excel.
3. Menghitung uji koefisien validitas instrumen Asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta menggunakan rumus Product Moment dari
Pearson melalui program komputer SPSS 15.
4. Menghitung koefisien reliabilitas persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling dengan mengunakan rumus
split-half pada program komputer SPSS 15.
pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108) yang mengelompokkan tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta ke dalam lima kategori:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjekpenelitian berdasarkan perhitungan skala
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan skala
Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum
rendah tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan jumlah item = 52, diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:
Skor maksimum teoritik : 4 x 55 = 220 Skor minimum teoritik : 1 x 55 = 55
Luas jarak : 208 – 52 = 165
Standar deviasi (σ / sd) : 156 : 6 = 27,5 µ (mean teoritik) : (208+52) : 2 = 137,5
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebagai berikut.
Tabel 7
Norma Kategorisasi Tingkat Asertivitas Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori X≤ µ -1,5σ ≤ 96 Sangat Rendah µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 97-124 Rendah µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 125-151 Sedang µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 152-179 Tinggi
µ +1,5 σ <X ≥ 180 Sangat Tinggi
Skor minimum teoritik : 1 x 85 = 85
Luas Jarak : 340 – 85 = 225
Standar deviasi (σ / sd) : 225 : 6 = 42,5 µ (mean teoritik) : (340+85) : 2 = 212,5
Hasil perhitungan analisis data skor butir/item asertivitas disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 8
Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Asertivitas Norma Skor Rentang Skor Kategori X≤ µ -1,5σ ≤149 Sangat Rendah µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 150-191 Rendah µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 192-234 Sedang µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 235-276 Tinggi
µ +1,5 σ <X ≥ 277 Sangat Tinggi
6. Memberi skor sosiometri pada masing-masing angket. Adapun penentuan skor sosiometri dapat dilihat pada penjelasan berikut.
a. Menghitung skor setiap alternatif pilihan dengan mengalikan masing-masing alternative pilihan yang dipilih. Pilihan pertama dikalikan 3, pilihan kedua dikalikan 2, dan pilihan ketiga dikalikan 1.
b. Mencari rata-rata dari keseluruhan skor sosiometri responden. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh nilai rata-rata sebesar 6.
dikategorikan sebagai siswa cenderung populer dan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata atau < 6 akan dikategorikan siswa cenderung terisolir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban atas rumusan masalah penelitian yaitu bagaimanakah tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, apakah ada perbedaan tingkat asertivitas siswa populer dan terisolir, dan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang relevan
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Asertivitas Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner asertivitas, dilakukan analisis data dengan teknik deskriptif kategorisasi dan persentase yang disajikan dalam tabel 9 dan dalam grafik 1.
Tabel 9
Kategorisasi Tingkat Asertivitas
Siswa SMP BOPKRI 1 Tahun Ajaran 2013/2014
Kriteria Skor Kategori Subjek Persentase
180<X Sangat Tinggi 5 6%
152<X≤ 179 Tinggi 64 70%
125<X≤ 151 Sedang 20 24%
97<X≤ 124 Rendah 0 0%
X≤ 96 Sangat Rendah 0 0%
Total 85 100%
sangat rendah.
Penggolongan asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dapat dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Diagram 1 Tingkat Asertivitas
Siswa SMP BOPKRI 1 Tahun Ajaran 2013/2014
2. Perbedaan Tingkat Asertivitas antara Siswa Yang Cenderung Populer dan Siswa Yang Cenderung Terisolir Pada Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
Untuk megetahui perbedaan tingkat asertivitas antara siswa yang cenderung populer dan cenderung terisolir, terlebih dahulu subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu siswa yang cenderung populer dan yang cenderung terisolir menggunakan sosiometri. Adapun hasil sosiometri seperti pada table 10.
0 10 20 30 40 50 60 70
Hasil Sosiometri Kelas VIII B
No. Nama Pemilih / Penolak Jumlah
Pemilih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 11 0
2 12 3 1
3 13 1 3 4
4 14 3 3 1 5
5 15 0
6 16 3 2 2 5
7 17 1 3 2 2 8
8 18 2 3 3 2 6
9 19 3 3 3 3
10 20 2 2 1 2 3 1 13
11 21 1 2 1 3 9
12 22 0
13 23 1 3
14 24 3 3 2 3 5
15 25 3 1 2 1 1 1 15
16 26 3 3 3 2 5
17 27 2 2 2 2 1 11
18 28 1 1 1 1 12
19 29 1 2 2 7
Hasil Sosiometri Kelas VIII C
No.
Nama
Pemilih / Penolak Jumlah
Hasil Sosiometri Kelas VIII D
No.
Nama
Pemilih / Penolak Jumlah
Pemilih
pada tabel 14
Table 14.
Perbedaan Tingkat Asertivitas Siswa Yang Cenderung Populer dan Yang Cenderung Terisolir Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah dilakukan memperoleh nilai t tabel = 1,989 dengan nilai t hitung = 0.671 dengan signifikansi 5% . hal ini menunjukan ada perbedaan tingkat asertivitas pada siswa yang cenderung populer dengan siswa yang cenderung terisolir.
Data dan deskripsi di atas juga didukung oleh data kategorisasi tingkat asertivitas antara siswa yang cenderung populer dan siswa yang cenderung terisolir. Adapun data penggolongan kategorisasi tingkat asertivitas antara siswa cenderung populer dan siswa cenderung terisolir dapat dilihat pada tabel 15.
Table 15.
Penggolongan Tingkat Asertivitas Siswa Cenderung Populer dan Cenderung Terisolir
Sangat Tinggi
siswa cenderung popular dengan siswa cenderung terisolir. Berdasarkan data di atas, membuktikan bahwa siswa yang cenderug populer memiliki asertivitas yang lebih tinggi dibandingkan siswa cenderung terisolir. Perbedaan asertivitas siswa cenderung popular dan siswa cenderung terisolir pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, dapat dilihat dalam bentuk diagram 2.
Diagram 2
Perbedaan Tingkat Asertivitas Siswa Yang Cenderung Populer dan Yang Cenderung Terisolir
3. Hasil Analisis Skor-skor Butir Instrumen Asertivitas
Berdasarkan analisis skor butir/item pengukuran asertivitas diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam table 16.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kategori Skor Item Asertivitas
pada Siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014
Rentang Skor Kategori No Item Jumlah
≥ 277 Sangat Tinggi 63 1
235-276 Tinggi 2, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 27, 29, 30, 31, 33, 36, 37, 38, 39, 42, 43, 44, 46, 48, 49,
50, 54, 55, 56, 57, 59,
46
192-234 Sedang 61,52,45,28,26,25,14,13 8
150-191 Rendah - 0
≤149 Sangat Rendah - 0
Total 55
Item yang Menunjukan Asertivitasnya Kurang
No. Aspek Indikator No Item dan Pernyataan Skor
Item
14. Ketika saya sedang
merasakan ketakutan, saya akan membicarakannya dengan teman tanpa rasa malu
223 7
3 Pertahanan diri Mempertahankan hak dan pendapat
25. Ketika ada permasalahan dalam kelompok, saya akan menyampaikan ide saya untuk jalan keluar dari persoalan tersebut tanpa merasa cemas
225 8
26. Saya merasa percaya diri ketika harus menyampaikan ide saya di depan umum
28. Saya memilih untuk tidak menyampaikan kritik saya daripada saya harus menghadapi konflik dengan teman
218 5
61. Saya akan memberikan masukan terhadap teman saya dengan tidak
menjelek-jelekkannya
219 6
pertahanan diri, dan menyatakan pendapat.
B. Pembahasan Hasil Penelitian.
Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam pembahasan ini, asertivitas siswa yang sangat tinggi dan tinggi disatukan menjadi tinggi sedangkan asertivitas yang sedang, rendah, dan sangat rendah menjadi kurang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada (76%) siswa yang asertivitasnya tinggi. Tingginya asertivitas siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pola asuh, konsep diri, dan penyesuaian sosial.
Faktor pertama polah asuh. Siswa yang asertivitasnya tinggi kemungkinan berasal dari keluarga yang berpola asuh demokratis. Anak yang dididik dengan demokratis dapat mengkomunikasikan segala keinginannya secara wajar dan tidak memaksa kehendak (Santosa, 1999). Anak yang diasuh secara demokratis terbiasa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
terhadap orang tua. Hal ini kiranya terbawa sampai pada lingkungan sekolah
atau lingkungan bermain sehingga memungkinkan anak untuk asertif.
Faktor kedua, konsep diri. Siswa yang asertivitasnya tinggi kemungkinan juga memiliki konsep diri yang positif. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat akan mampu berperilaku asertif.
Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri yang lemah, maka perilaku
untuk melihat diri secara realistis. Sifat-sifat inilah yang membuat anak
menerima diri apa adanya sehingga menumbuhkan perasaan positif dalam
dirinya. Perasaan positif ini membuat anak lebih mampu untuk asertif.
Perasaan positif ini membuat anak lebih mampu untuk terbuka.
Faktor ketiga, penyesuaian sosial. Siswa yang asertivitasnya tinggi kemungkinan juga memiliki penyesuaian sosial yang baik. Siswa yang memiliki penyesuaian sosial yang baik mampu untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat dan menghargai orang lain sehingga mampu menjalin relasi yang baik (Gunarsa, 2007). Kemampuan inilah yang membuat siswa yang memiliki penyesuaian sosial yang baik asertivitasnya tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada (24%) siswa yang asertivitasya kurang. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: memiliki ketidakpercayaan akan haknya untuk asertif, memiliki kecemasan untuk asertif, kurang terampil dalam mengekspresikan diri, dan kurang terampil membuat keputusan bagi diri sendiri.
ketidaknyamanan baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
Kedua, memiliki kecemasan untuk asertif. Kecemasan atau ketakutan kadang kala membuat remaja sulit untuk asertif. Sebagai contoh ketika ada temannya yang melakukan kesalahan, mereka tidak berani untuk mengatakan sejujurnya mengenai kesalahan dari temannya karena takut konflik. Mereka lebih memilih diam daripada harus konflik dengan temannya.
Ketiga, kurang terampil dalam mengekspresikan diri. Terampil dalam mengekspresikan diri secara asertif berarti berani mengekspresikan perasaan secara jujur tanpa rasa takut. Siswa yang kurang asertif kemungkinan kurang terampil dalam mengekspresikan diri karena merasa takut untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur.
Keempat, kurang terampil membuat keputusan bagi diri sendiri. Siswa yang kurang asertif kemungkinan belum mampu untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Siswa belum memiliki keberanian untuk mengambil sebuah keputusan. Siswa merasa belum mampu ketika mengambil sebuah keputusan tanpa dukungan orang lain dan takut salah.
populer memiliki asertivitas yang lebih tinggi dibandingkan siswa cenderung terisolir. Hal ini kemungkinan karena kemampuan berpikirnya. Mappiare (1982) menyebutkan bahwa salah satu faktor remaja diterima dan ditolak adalah kemampuan berpikir. Siswa yang diterima oleh kelompoknya mampu mengemukakan pikiran, pendapatya dan inisiatif. Sementara itu siswa yang ditolak oleh kelompoknya kurang pandai dan kurang inisiatif sehingga kurang mampu mengemukakan pikiran dan pendapatnya.
Kedua, sikap. Setiap orang memiliki sikap yang berbeda. Sikap mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan asertivitas antara siswa cenderung popular dengan siswa cederung terisolir. Mappiare (1982) menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab remaja diterima dan ditolak oleh kelompoknya adalah sikap. Siswa cenderung populer memperhatikan orang lain sedangkan siswa terisolir memiliki sikap agresif.
asertif.
C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial yang Relevan Elinor. 1995. Jadilah diri
anda sendiri = Be your Elinor. 1995. Jadilah diri anda sendiri = Be your best : efektivitas pribadi dalam hidup dan
hubungan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
mengungkapkan
Manajer yang asertif
terampil mengelola
Alberti, R & Emmons, R. 2002. Your Perfect Right: Panduan Praktis Hidup Lebih Ekspresif dan Jujur Pada Diri sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo. 14. Ketika saya sedang
percaya diri ketika
menit /klasikal Dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab
Mengapa Rendah Diri.
Yogyakarta: Kanisius
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran-saran bagi berbagai pihak.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat asertivitas siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebagian
besar sudah tergolong tinggi
2. Ada perbedaan tingkat asertivitas antara siswa yang cenderung populer
dengan siswa yang cenderung terisolir. Tingkat asertivitas siswa cenderung
populer lebih tinggi dibandingkan siswa cenderung terisolir.
B. Saran
Berikut ini disajikan beberapa saran untuk berbagi pihak.
1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling
a. Tingkat asertivitas siswa kelas VIII sebagian besar sudah tergolong tinggi,
maka sangat penting bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk menjaga
dan mengembangkannya.
b. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya merealisasikan atau
mengembangkan topik-topik bimbingan yang telah diusulkan dalam
penelitian ini hingga dapat membantu meningkatkan dan mengembangkan
2. Bagi Peneliti Lain
a. Jika ingin melakukan penelitian yang serupa, peneliti lain hendaknya
melakukan penelitian dengan subjek yang lebih banyak dan tidak hanya
siswa-siswi di sekolah.
b. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa akan sangat baik
jika asertivitas diungkap dengan pertanyaan atau pernyataan yang terbuka
yang dapat mengungkap berbagai aspek asertivitas yang lain seperti nada
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Linda & Lenz, Elinor. 1995. Jadilah Diri Anda Sendiri = Be Your Best : Efektivitas Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Alberti, R & Emmons, R. 2002. Your Perfect Right: Panduan Praktis Hidup Lebih Ekspresif dan Jujur pada Diri sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ali, M & Asrori, M. 2009. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Arminda Yeni. 2013. Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Terisolir dan Populer Pada Kelas XI SMA Negeri 1 Kalasan Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Azwar. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cawood, D. 1997. Manajer yang Asertif Terampil Mengelola Orang dan Efektif dalam Komunikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Desmita 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Jay, Ros. 2007. How To Manage Your Boss = Bagaimana Menyikapi Bos Anda : Membangun Hubungan Kerja yang Sempurna. Jakarta: Esensi
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Nafisah, A. 2010. Perbedaan Asertivitas Antara Santri Yang Menempuh Pendidikan Formal Dengan Santri Yang Tidak Menempuh Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling : dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Santosa, J.S. (1999). Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Asertivitas Pada Remaja. Anima: Indonesian Psycological Journal.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya).
Jakarta: Bumi Aksara.
Ulfa, M. 2013. Hubungan Polah Asuh Demokratis Orang Tua, Konsep Diri, Dan Peyesuaian Sosial Dengan Perilaku Asertif Siswa SMK Muhammadiyah 1 Sleman Yogyakarta. Jurnal Psikolgia.
Winkel & Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
61 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 4 3 4 2 2 158
VAR00018 Pearson Correlation -0.328727279 Tidak Valid
VAR00021 Pearson Correlation 0.176621246 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 0.105878934
VAR00024 Pearson Correlation -0.462331605 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 8.40936E-06
VAR00032 Pearson Correlation -0.238699016 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 0.02780558
N 85
VAR00033 Pearson Correlation 0.733429807 Valid Sig. (2-tailed) 1.43628E-15
N 85
VAR00038 Pearson Correlation 0.900524326 Valid
VAR00041 Pearson Correlation -0.575578713 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 8.29009E-09
VAR00047 Pearson Correlation 0.201172767 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 0.064865695
VAR00058 Pearson Correlation 0.42209607 Valid
VAR00060 Pearson Correlation -0.495570269 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 1.41969E-06
N 85
VAR00061 Pearson Correlation 0.709616297 Valid Sig. (2-tailed) 2.90944E-14
N 85
VAR00062 Pearson Correlation 0.158280131 Tidak Valid Sig. (2-tailed) 0.147952456
Lampiran 3
RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 85 100
Excluded(a) 0 0
Total 85 100
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Part 1 Value 0.90705 N of Items 34 Part 2 Value 0.595047 N of Items 34 Total N of Items 68 Correlation Between Forms 0.966778 Spearman-BEqual Length 0.983109 Unequal Length 0.983109 Guttman Split-Half Coefficient 0.683925
Lampiran 4
UJI-T
Group Statistics
Status SosialN Mean Std. DeviatioStd. Error Mean Asertivitas populer 48 143.6042 32.51889 4.693698
terisolir 37 138.5405 36.86431 6.060456
Independent Samples Test
Levene's Test for Equalit-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailedMean DifferStd. Error Di95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower