• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD

2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif

Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran, mulai dari keterampilan-ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks”.

Johnson & Johnson dalam Isjoni (2011:23) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.

Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan siswa dibagi dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Menurut Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang diarahkan oleh guru, guru menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Dari definisi-definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dimana dalam kelompok tersebut beranggotakan siswa secara heterogen mulai dari kemampuan akademik, jenis kelamin, suku/ras dan di dalam kelompok tersebut terjadi kerjasama yang positif antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif juga menanamkan tentang

(2)

perbedaan dalam kelompok dan bagaimana cara untuk mengatasi perbedaan tersebut untuk mencapai satu tujuan yang sama.

Dalam pembelajaran kooperatif ditekankan agar siswa melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama yang dimaksudkan adalah untuk saling membantu antar anggota kelompok dengan jalan apabila salah satu anggota kelompok sudah menguasai materi maka diharapkan dapat memberikan penjelasan bagi anggota kelompok lainnya. Dalam kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir, menjadi pendengar aktif, dan saling berdiskusi. Tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang diberikan oleh guru. Belajar dikatakan tuntas apabila semua anggota kelompok sudah menguasai materi.

Roger dan David Johnson dalam Suprijono ( 2011:58) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat disebut sebagai pembelajaran kooperatif. Terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, antara lain:

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung kepada usaha dari setiap anggota kelompok. Dalam menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu merancang penugasan yang menuntut setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugasnya sendiri dan agar anggota kelompok yang lain dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2) Tanggung jawab perseorangan

Tanggung jawab perseorangan dalam model pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tugas kelompok. Tanggung jawab perseorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota dapat menyelesaikan tugas yang sama di dalam kelompok. Siswa diharapkan untuk dapat saling membantu untuk menyelesaikan tugas kelompok.

3) Tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

(3)

memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompok. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. 4) Komunikasi antaranggota kelompok

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat-pendapatnya. Untuk memeroleh keterampilan berkomunikasi dalam kelompok memerlukan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5) Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Siswa secara berkelompok bekerjasama untuk menyelesaikan materi

pembelajaran yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik, ras/etnis, dan jenis kelamin.

3. Penghargaan kelompok lebih diutamakan daripada penghargaan individu.

2.1.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin (2005:11) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan

(4)

campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan materi pembelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi pembelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Menurut Trianto (2009:69) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling membantu dan memotivasi dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student

Team Achievement Division) siswa belajar dan membentuk sendiri

pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka. Pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka, sedangkan guru pada model pembelajaran ini berperan sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar dalam kelompok yang dibentuk secara heterogen menurut tingkat kemampuan akademik, ras/suku, dan jenis kelamin. Belajar dalam kelompok dimaksudkan bukan hanya belajar materi di dalam kelompok, tetapi siswa dalam kelompok harus saling bekerja sama dan saling memotivasi satu sama lain untuk menguasai materi yang disajikan. Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin (2005:143) dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu:

(5)

Pertama-tama materi dalam pembelajaran STAD diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi dalam kelas hampir sama dengan pembelajaran langsung seperti yang sering kali dikakukan dalam pembelajaran. Presentasi dalam kelas ini dipimpin oleh guru.

2) Tim

Setiap Tim terdiri atas 4-5 orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, saling bekerjasama dalam pemecahan masalah, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

3) Kuis

Dalam akhir pembelajaran siswa diberikan kuis individual. Dalam pengerjaannya siswa dilarang saling membantu.

4) Skor kemajuan individu

Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Setiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memeroleh poin untuk timnya berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

5) Rekognisi tim

Tim akan memeroleh sertifikat atau penghargaan tertentu jika skor rata-rata tim mencapai kriteria tertentu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki langkah pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005) :

1. Persiapan a. Materi

Guru mempersiapkan materi pembelajaran yang dirancang untuk pembelajaran secara berkelompok. kemudian membuat lembar diskusi, lembar jawaban diskusi, dan kuis untuk setiap periode pembelajaran.

(6)

b. Pembagian siswa ke dalam tim/kelompok

Anggota tim berjumlahkan 4-5 orang yang heterogen. Aturan heterogenitas tim dapat berdasarkan pada kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah), jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif).

c. Penentuan skor awal

Skor awal dapat diambil dari nilai tes paling akhir yang dimiliki siswa. Bisa juga diambil dari rapor siswa pada semester sebelumnya. d. Membangun tim

Sebelum memulai pembelajaran dapat dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan antar anggota dalam tim. Misalnya dengan cara memberikan kesempatan kepada tim untuk memberikan nama tim, menciptakan logo tim, atau yel-yel tim.

2. Pengajaran

Pembelajaran dalam STAD diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran. Dalam penyajian materi pelajaran yang perlu dilakukan adalah menginformasikan dan membangun rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.

3. Belajar Tim

Dalam kegiatan ini, guru membagikan lembar diskusi dan lembar jawaban diskusi untuk setiap tim sebagai bahan yang akan dipelajari siswa di dalam tim. Siswa di dalam tim dituntut untuk secara bersama-sama mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru melalui lembar diskusi. Guru membantu siswa mengarahkan, memperjelas konsep, dan menjawab pertanyaan siswa di dalam tim.

4. Tes

Setelah kegiatan tim berakhir, dilanjutkan pemberian tes/kuis kepada setiap siswa. Dalam mengerjakan kuis siswa dilarang untuk saling membantu. Hasil tes digunakan untuk nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

(7)

a. Menghitung skor individual dan tim

Setelah pemberian tes/kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentan skor yang diperoleh setiap individu. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin kemajuan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan pada tabel 1. Sedangkan untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan cara mencatat setiap poin kemajuan anggota tim dan membagi jumlah total poin kemajuan semua anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.

Tabel 1

Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

(Sumber: Slavin, 2005:159)

b. Pemberian penghargaan kelompok

Setelah dihitung skor perkembangan individu dan kelompok, kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki poin paling tinggi. Pemberian penghargaan tergantung pada kreativitas guru, dapat berupa pujian, sertifikat, atau hadiah.

6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok

Setelah beberapa periode pertemuan (2-3 pertemuan) dilakukan penghitungan ulang skor skor evaluasi yang berfungsi untuk penentuan skor awal siswa yang baru. Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

Skor Kuis Poin Kemajuan

>10 poin di bawah skor awal 10-1 poin di bawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor awal)

5 10 20 30 30

(8)

Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

2.1.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama di dalam kelompok. b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam berpikir kritis dan mengungkapkan

ide serta pendapat.

c. Meningkatkan komitmen untuk saling membantu menyelesaikan tugas kelompok.

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sekelas di dalam belajar bersama.

e. Tidak bersifat kompetitif antar anggota kelompok.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin yaitu:

a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang karena didominasi oleh siswa berprestasi tinggi

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

2.1.1.4. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Siswa dibentuk dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang yang dipilih secara heterogen.

b. Guru menyajikan materi pelajaran.

c. Guru membagikan tugas pada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dikerjakan siswa di dalam kelompok.

d. Siswa yang bisa mengerjakan tugas/soal membantu anggota kelompok lainnya agar semua anggota kelompok dapat mengerti.

(9)

e. Guru membantu siswa mengarahkan, memperjelas konsep, dan menjawab pertanyaan siswa di dalam tim

f. Guru memberikan kuis individual kepada setiap siswa. Dalam mengerjakan kuis, siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu. g. Guru memberikan penghargaan (rewards) kepada kelompok yang

mendapatkan poin tertinggi. h. Guru memberikan evaluasi. i. Penutup.

2.1.2. Hasil Belajar

Abdurrahman (2003:37) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memeroleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sudjana, 2011). Pendapat lain mengenai hasil belajar adalah “hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar” (Djamarah dan Zain, 2002).

Dimyati, Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi

(10)

peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana (2011) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah yaitu:

1. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Menurut Slameto (2003:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu (intern), yang meliputi : (1) Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. (3) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor ekstern, yang meliputi: (1) Faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan

(11)

yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2) Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3) Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat pencapaian suatu tujuan pembelajaran oleh siswa setelah melalui kegiatan belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif , dan psikomotorik. Untuk memeroleh hasil belajar diperlukan penilaian atau dilakukan evaluasi pada siswa yang merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam proses mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.1.3. Hakekat Pembelajaran IPA

2.1.3.1. Pengertian IPA

Menurut Suyoso (2001) Ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata sain yang berarti alam. Sain merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistimatis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.

Menurut KTSP (2006) IPA merupakan “suatu kumpulan pengetahuan yang tersususn secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”. Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. IPA adalah “pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,

(12)

eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain” (Abdullah, 1998: 18).

Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat dinamis atau tiada henti-hentinya sepanjang hayat dengan mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam baik di sekitar tempat tinggal manusia maupun alam yang bersifat global mencakup semua yang ada di dunia ini yang didapat melalui proses ilmiah mulai dari melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar manusia memunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar.

2.1.3.2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa:

Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memeroleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memeroleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3.3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yaitu meliputi benda padat, cair, dan gas.

(13)

3. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

4. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

2.2. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada pokok bahasan bilangan bulat kelas 7 A SMP Negeri 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret Tentang Energi Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Sulastri mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 10 siswa (33,33%) dari total 30 siswa. Pada siklus I meningkat menjadi 21 siswa (70%) yang nilainya memenuhi KKM. Pada siklus II siswa yang nilainya memenuhi KKM menjadi 26 siswa (86,67%).

Iknasius (2012) dengan judul “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” pada materi kenampakan bumi dan benda langit. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 83,49 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa secara konvensional yaitu 71,46. Dari

(14)

hasil uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi (0,000<0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar model konvensional, maka treatment yang diberikan dapat berpengaruh signifikan.

2.3. Kerangka Pikir

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terdapat dua unsur utama. Unsur yang pertama yaitu guru, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang menyediakan, merancang, menjalankan, dan mengevaluasi pembelajaran. Unsur yang kedua adalah siswa atau objek pembelajaran. Siswa adalah sasaran yang dibelajarkan. Pembelajaran dikatakan sukses atau mencapai target yang diinginkan apabila hasil belajar yang diperoleh siswa memenuhi standar KKM. Pemerolehan hasil belajar siswa yang optimal tergantung pada metode pembelajaran yang digunakan oleh guru apakah model pembelajaran itu tepat atau tidak. Ketepatan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran IPA, hasil atau output yang baik berupa nilai, kemampuan maupun pengetahuan siswa yang baik dan memenuhi target tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Namun dalam kenyataanya hasil belajar IPA siswa masih rendah. Oleh diperlukan upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat hasil belajar IPA akan meningkat. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai yang tertulis dalam kajian teori yaitu: (1) mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama di dalam kelompok, (2) meningkatkan kecakapan siswa dalam berpikir kritis dan mengungkapkan ide serta pendapat, (3) meningkatkan komitmen untuk saling membantu menyelesaikan tugas kelompok, (4) menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sekelas di dalam belajar bersama, (5) tidak bersifat kompetitif antar anggota kelompok.

(15)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teoritis dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 4 semester II SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menghitung dan meminimumkan biaya material handling , membuat disain usulan layout baru berdasarkan systematic layout

Manfaat dari pembuatan web e- commerce ini agar pihak Surabaya Elektronik umumnya dan Kepala Toko dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan penjualan dan pembelian

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Namun, kenyataannya secara menyeluruh bahwa tidak adanya dicantumkan atau tidak secara rinci menjelaskan ketentuan mengenai pengunduran diri dari organisasi internasional dimana

Tindakan yang dilakukan adalah membongkar paksa kotak SDB (Safe Deposit Box) menggunakan dana setoran jaminan yang telah nasabah serahkan pada saat awal pembukaan SDB (Safe

Analisis MVA (market Value Added) adalah analisis yang membandingkan nilai pasar saham dari modal yang diinvestasikan dengan nilai dasar modalnya, semakin tinggi nilai

terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1)

Dan kelompok percobaan P3 kelompok tikus yang dipapar gelombang elektromagnetik ponsel dengan durasi 3 jam per hari selama 28 hari dan diberikan ekstrak etanol kulit