• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG ALJABAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG ALJABAR"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Turyani

NIM: 06450863

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

(2)

Oleh : TURYANI

Nomor Pokok : 06450863

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

(3)

Operasi hitung mungkin tak asing lagi dengan dunia matematika karena matematika merupakan mata pelajaran yang dikenal dengan menghitung. Setiap siswa pasti pernah merasakan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah itu susah maupun mudah dan dalam menyelesaikan pun berbeda-beda. Matematika dianggap sulit dan membosankan oleh beberapa siswa, sementara metode pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian guru cenderung masih didominasi oleh guru sebagai sumber informasi dan tugas siswa hanya mencatat sehingga suasana belajar menjadi membosankan dan metode ceramah masih merupakan metode utama dalam pembelajaran. Dengan kata lain, diperlukan suatu metode selain pembelajaran biasa (metode ceramah) yang dapat membuat pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Metode kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengakaitkan antara materi pembelajarn dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari kerangka pemikiran bahwa metode pembelajaran ikut mempengaruhi kemampuan operasi hitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peningkatan kemampuan operasi hitung aljabar, seberapa besar peningkatannya, serta bagaimana respon siswa yang pembelajarannya dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Ikhlas Setupatok Mundu-Cirebon tahun ajaran 2010/2011 yang sampelnya dipilih secara acak yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data melalui hasil angket dan pemberian post-tes. Instrumen penelitian berupa angket dan tes (soal pilihan ganda), sebelum digunakan untuk instrumen penelitian yaitu tes terlebih dahulu diujicobakan ke salah satu kelas yang bukan sampel tetapi sudah mendapatkan materi tersebut sebelumnya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat analisis, korelasi, regresi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan operasi hitung aljabar kelas eksperimen lebih baik setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan metode kontekstual mengalami kenaikan rata-rata hasil tes sebesar 72,85. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil uji analisis regresi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,749, serta sebesar 56,1%, berpengaruh terhadap kemampuan operasi hitung aljabar sedangkan sisanya 25,9% adalah faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Karena nilai R2 hampir mendekati 1 yaitu 0,749 maka persamaan regresi: Ŷ0,833X cenderung sangat baik dalam menerangkan model.

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG ALJABAR

STUDI EKSPERIMEN DI KELAS VIII MTs AL-IKHLAS SETUPATOK MUNDU-CIREBON Oleh: TURYANI NIM. 06450863 Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aris Suherman, M.Pd Hj. Indah Nursuprianah, M.Si

(5)

EKSPERIMEN DI KELAS VIII MTs AL-IKHLAS SETUPATOK MUNDU-CIREBON” oleh TURYANI, NIM. 06450863, setelah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada hari Kamis tanggal 27 Januari 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.

Cirebon,27 Januari 2011 Sidang Munaqosah,

Jurusan Tadris Matematika Ketua

TOHERI, S. Si, M. Pd NIP. 19730716 200003 1 002

Sekretaris

Reza Oktiana Akbar, M.Pd NIP. 19811022 200501 1 001 Penguji II HADI KUSMANTO, M. Si NIP... Penguji I TOHERI, S. Si, M. Pd NIP. 19730716 200003 1 002

(6)

Iain Syekh Nurjati Cirebon Di Cirebon

Assalum’alaikum Wr. Wb

Setelah melakukan bimbingan, telaah dan korelasi terhadap penulisan skripai di atas:

Nama : TURYANI NIM : 06450863

Judul : PENGARUH PENGGUNAAN METODE KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG ALJABAR STUDI EKSPERIMEN DI KELAS VIII MTs AL-IKHLAS SETUPATOK MUNDU-CIREBON

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut di atas sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk dimunaqosakan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aris Suherman, M.Pd Hj. Indah Nursuprianah, M.Si

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “PENGARUH PENGGUNAAN METODE KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG ALJABAR STUDI EKSPERIMEN DI KELAS VIII MTs AL-IKHLAS SETUPATOK MUNDU-CIREBON” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung segala resiko atau sanksi apapun yang dijatuhkan kepada saya dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dan ada klaim terhadap keaslian karya saya.

Cirebon, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,

TURYANI NIM.06450863

(8)

Pekerjaan : Mahasiswi S1

Jurusan : Pendidikan Matematika Fakultas : Tarbiyah

Asal Kampus : IAIN Syekh Nurjati Cirebon Telepon : 081 324 776 410

Email : tyani28@gmail.com

Alamat Rumah : Ds. Penpen Blok Simacan RT 01 RW 02 Kec. Mundu Kab. Cirebon

Pengalaman Pendidikan

1. SDN 1 Sinarancang lulus tahun 2000

2. MTs Manbaul Hikmah Pon-Pest Gedongan lulus tahun 2003 3. MA Manbaul Hikmah Pon-Pest Gedongan lulus tahun 2006 Pengalaman Mengajar

Pengajar di Madrasah Diniyah Sinarancang Pengajar di SDN 1 Sinarancang

(9)

tangismu, langkahmu, dan do’a dalam setiap sujudmu selama ini, kini terbukti dengan lulusnya ananda. Walau kadang aku sering mengecewakanmu. Don’t sad Mam!

Ayah…

Kerja kerasmu, cucuran keringatmu, langkahmu, dan do’a dalam setiap sujudmu selama ini, kini terbukti dengan lulusnya ananda. Walau kadang aku sering mengecewakanmu. Don’t sad Mam!

Adik-adiku…

Dukungan dan hiburan kalian selama ini mampu membuatku tegar dalam menjalani kehidupan ini,. Thanks banget buat adikku INEZZ, nok Aas and dede yang selama ini selalu menghibur dalam menyelesaikan skripsi ini

Para 2 boys (Z-1 & M.U and 2 girls (D-She & Mumy)…

Kehadiran kalian di dunia ini selalu membuatku tertawa riang dan selalu semangat !!!!

Teman-teman matematika C.…

Canda tawa kita selama 4 tahun ini tertuang dalam memory terindahku, semoga setelah kita lulus dari gerbang IAIN ini, kita bisa menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Amiin…

(10)

Kekayaan itu...

Bukan

diukur dengan banyaknya

harta benda,

Tetapi....

kekayaan yang sesungguhnya ialah

terletak pada hati atau ketenangan

jiwa

.

(11)

i

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T., karena berkat, kehendak, dan izinNyalah skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang diberikan dan semoga Allah S.W.T. memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.

Pada kesempatan ini, penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Maksum Mukhtar, MA., Pgs. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

2. Bapak Prof. DR. H. Abdul Latief, M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

3. Bapak Toheri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

4. Bapak Drs. Aris Suherman, M.Pd., pembimbing I, yang telah banyak mencurahkan perhatiannya pada proses penyelesaian skripsi ini mulai dari ide awal penelitian sampai proses akhir skripsi.

5. Ibu Indah Nursuprianah, M.Si., pembimbing II yang telah mencurahan perhatian dalam bentuk diskusi kritis serta dorongan untuk memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

(12)

ii

Penulis pada pelaksanaan penelitian, memberikan dorongan, masukan berharga, serta sejumlah referensi untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Orang tuaku, my mother, my father. Terimakasih untuk semua kasih sayang yang dicurahkan untukku.

9. Teman-teman seperjuangan jurusan Matematika 3 yang selalu mendukung dan memberikan bantuan khususnya Ibu Desy , Jahwan Rosadi, Ibu Ikah, M.U dan Mumy

10. Semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah kalian berikan mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT.

Semoga Allah S.W.T. senantiasa melimpahkan rahmat dan pertolongan kepada kita semua, amin.

Cirebon, November 2010

(13)

iii

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Masalah ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Pemikiran ... 7

F. Hipotesis Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 11

A. Metode Pembelajaran ... 11

B. Operasi Bentuk Aljabar ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

(14)

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskritif Data ... 47

B. Analisis Data ... 51

C. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

v

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Sebaran Populasi ... 32

Tabel 3.3 Desain Penelitian... 34

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefesien Validitas ... 37

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas ... 39

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefesien Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefesien Indeks Kesukaran ... 41

Tabel 3.8 Skor Penilaian Angket ... 43

Tabel 3.9 Perhitungan Uji Validitas ... 95

Tabel 3.10 Perhitungan Uji Reliabilitas ... 67

Tabel 3.11 Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 100

Tabel 3.12 Perhitungan Uji Indeks Kesukaran ... 103

Tabel 4.1 Klasifikasi Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 4.2 Klasifikasi Angket Kelas Eksperimen ... 51

(16)

vi BAGAN

Bagan. 1.1 Kerangka Pemikiran ... 8

GRAFIK Grafik Data Post Test Kelas Eksperimen ... 106

Grafik Pola Pikir Siswa... 107

Grafik Hasil Uji Homogenitas ... 108

(17)

vii

Silabus ... 64

RPP ... 66

Kisi-Kisi Tes Instrumen ... 72

Kisi-Kisi Angket ... 74

Soal Instrumen ... 77

Kunci Jawaban Instrumen ... 80

Soal Post Test ... 81

Kunci Jawaban Post Test ... 84

Lembaran Jawaban ... 85

Angket ... 86

Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 88

Hasil Post Test kelas Eksperimen ... 90

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu negara dan bangsa bisa terwujud manakala dilihat dari kualitas suatu pendidikan yang ada, sebab, pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang bisa mengupayakan maju mundurnya nilai suatu bangsa. Di samping itu pula, pendidikan merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh negara, demi tercapainya kelangsungan hidup bermasyarakat dalam berbangsa dan bernegara yang baik.

Pendidikan juga merupakan suatu dasar manusia sebagai suatu kebutuhan dasar, pendidikan itulah haruslah sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat. Hal ini berarti pula bahwa system pelayanan, organisasi serta pelaksanaan pelayanan itu haruslah sedikit mungkin dengan msayarakat. Oleh karena itu, pendidikan sangat pengaruh terhadap berkembang atau tidaknya suatu individu atau masyarakat.

Ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan. Dan tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijungjung tinggi oleh seseorang. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normative, maka dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normative.

(19)

2

Matematika merupakan salah satu pendidikan yang ikut berperan dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah. Matematika merupakan cabang ilmu eksak yang dikenal oleh siswa merupakan pendidikan yang membosankan, yang sulit bahkan dianggap sebagai musuh bagi mereka.

Pendidikan matematika itu mencangkup beberapa ilmu-ilmu, diantara lain yaitu tentang aljabar. Pada aljabar ini matematika membahas tentang beberapa pokok masalah-masalah diantara lain tentang operasi aljabar.

Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pendidikan adalah individu. Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan peserta didik dipengaruhi oleh karakteristrik siswa sebagai individu. Sebagai individu siswa memiliki keunikkan sendiri-sendiri, kedua dia selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis.

Dalam setiap tahap perkembangan, ada keragaman kecepatan aspek perkembangan. Pada masa tertentu perkembangan aspek fisik-motorik lebih menonjol, pada masa lainnya aspek intelektual, sosial, moral dan lain-lainnya yang lebih nampak. Tiap individu memiliki pola, kecenderungan dan dinamika perkembangan sendiri-sendiri. Ada pola-pola umum atau kecenderungan-kencederungan perkembangan yang hampir sama dari perkembangan individu, tetapi secara lebih spesifik rinci, tiap perkembangan individu memperlihatkan pola, kecepatan dan dinamika perkembangan sendir-sendiri.(Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. 23)

(20)

3

Pada dasarnya operasi hitung mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini karena operasi hitung sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah, misalnya penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tetapi kenyataanya di lapangan masih banyak siswa yang belum bisa memahami operasi hitung sehingga pola pikir mereka belum berkembang pada operasi aljabar di MTs Al-Ikhlas Setupatok Kecamatan Mundu pada kelas VIII B masih terbilang rendah. Kurangnya pemahaman pola pikir siswa dipicu oleh perilaku negatif seperti mengganggu teman, tertidur pada proses pembelajaran dan kurangnya latihan soal. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman pola pikir khususnya materi operasi aljabar.

Penelitian ini difokuskan pada peningkatan pola pikir siswa pada materi operasi hitung aljabar pada siswa MTs. Pemahaman dan peningkatan pola pikir ini berupa kesanggupan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip dan skiil.

Peneliti melakukan penelitian di MTs Al-Ikhlas Setupatok. Penelitian ini akan diuji pengaruh operasi hitung aljabar terhadap pola pikir siswa. Pada penelitian ini diharapkan adanya suatu peningkatan pola pikir siswa setelah siswa memahami operasi hitung khususnya pada operasi hitung aljabar dalam proses pembelajaran di kelas tersebut.

(21)

4

B. Perumusan Masalah

Dalam rumusan masalah ini penulis membagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah materi matematika

b. Jenis masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh penggunaaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar.

c. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. 2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari keragua-raguan dalam kesalahpahaman dalam masalah yang akan dibahas, penulis memberi pembatasan masalah, yaitu

a. Operasi hitung aljabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dalam bentuk aljabar.

b. Metode kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajarn dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

c. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII MTs Al-Ikhlas Setupatok Mundu-Cirebon tahun ajaran 2010/2011

(22)

5

3. Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah maka masalah penelitian dipertajam dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika ?

2. Seberapa besar kemampuan operasi hitung aljabar siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakankan metode pembelajaran kontekstual ?

3. Seberapa besar pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar ?

C. Tujuan Penelitian

Usaha yang dilakukan oleh manusia tak lepas dari tujuan yang hendak dicapai, karena tujuan merupakan pedoman untuk berbuat dan sebagai jalan dalam rangka menentukan arah yang tepat dalam mencapai citi-cita. Demikian halnya dengan penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji bagaimana respon siswa terhadap penggunaan metode

pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika.

2. Untuk mengkaji seberapa besar kemampuan operasi hitung aljabar siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakankan metode pembelajaran kontekstual.

3. Untuk mengkaji seberapa besar pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar

(23)

6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Peneliti

Menerapkan dan mengembangkan metode-metode pembelajaran yang jarang diterapkan oleh guru matematika pada umumnya sehingga dapat mengetahui bentuk kesulitan selama proses pembelajaran serta dapat mempersiapkan proses pembelajaran dengan baik dari sebelumnya.

2) Siswa

Meningkatkan semangat belajar dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan operasi hitung aljabar.

3) Guru

Proses pembelajaran lebih kreatif dan menyenangkan sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak membosankan serta meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam pembelajaran matematika. 4) Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan pada kualitas pendidikan sekolah.

(24)

7

E. Kerangka Pemikiran

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang diperolehnya kebiasan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru sebagai pola-pola respon yang baru yang membentuk keterampilan dan kecakapan. Dimana tempat dan ruangan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan pun dan kepada siapa saja.

Proses belajar ditandai oleh adanya perubahan pada perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar. Perilaku atau kemampuan tertentu dikuasai oleh individu karena refleks. Untuk menghindari diri dari bahaya atau gangguan-gangguan tertentu, individu melakukan gerakan-gerakan refleks, seperti mengedipkan mata, menarik tangan dari sengatan api, meloncat bila akan jatuh dan lain-lainnya.

Bentuk perbuatan belajar yang cukup kompleks dan menurut penggunaan kemampuan berpikir yang cukup tinggi adalah pemecahan masalah. Dalam kehidupannya individu manusia selalu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkannya. Sebenarnya melalui usaha pemecahan masalah inilah manusia mampu berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya. Manusia mampu memecahkan masalah-masalahyang dihadapinya karena ia memilki kemampuan berpikir, yaitu kemampuan untuk menggunakan rasio atau intelek.

Bahwasannya keberhasilan pendidikan merupakan tujuan bagi semua pihak. Begitu pula dengan pendidikan dari pembelajaran matematika. Namun sebagian orang masih menganggap bahwa matematika sebagai pelajaran yang

(25)

8

sulit dan membosankan. Bahkan tak jarang siswa lebih memilih bolos pada mata pelajaran matematika.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika tak lepas dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Aljabar juga merupakan ilmu matematika yang membahas tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kerangka pemikiran penelitian tersebut dapat digambarkan dengan bagan berikut ini :

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Proses Pembelajaran

Guru Siswa

Menyampaikan materi Menerima materi

Metode kontekstual

Pola Pikir Siswa INTERAKSI

(26)

9

Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya kemampuan operasi aljabar dalam mata pelajaran matematika. Namun pada kenyataan pembelajaran matematika sering kali terhambat karena siswa kurang memiliki penguasaan operasi aljabar. Pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X : Penggunaan Metode Kontekstual Y : Kemampuan Operasi Hitung Aljabar

: Garis yang menunjukan pengaruh antara variabel X dengan Y

Y

X

(27)

10

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat dikatakan sebagai dugaan sementara yang kemungkinan benar atau kemungkinan juga salah. Arikunto (2006: 71)

menyatakan, ”hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul”. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan belum relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008 : 96). Hipotesis juga menjadi kendali bagi seorang peneliti agar arah penelitian sesuai dengan tujuan penelitiannya. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho = Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar.

Ha = Terdapat pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. METODE PEMBELAJARAN 1. Pengertian Metode Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi siswa. Saloah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2008: 147) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menerapakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penerapan metode pembelajaran. Penerapan metode yang tepat

(29)

dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Sudjana (2002: 76) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan perkataan lain, proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang mencipatakan suasana belajar dan siswa yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut. Oleh sebab itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi siswa, dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan upaya mempertinggi mutu pengajaran atau pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengimplementasikan rencana yang sudah tersusun dalam kegiatan nyata pada saat berlangsungnya pengajaran.

(30)

2. Metode Kontekstual

Siswa sebagai yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat sekiranya ada kemungkinan perkembangannya terhambat oleh sikap guru dan kondisi masyarakat. Dengan demikian keberhasilan murid itu ditentukan oleh guru, masyarakat dan siswa itu sendiri.

Namun sumbangsih guru dalam proses belajar mengajar jugasangat besar dimana guru memiliki tanggung jawab untuk dapat menyampaikan tugasnya menjadi seorang guru salah satunya dalam penyampain materi. Bagaimana guru dapat menyampaikan materi sehingga dapat difahami oleh siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan suatu strategi, metode atau pendekatan dalam mengajar.

Ruseffendi (2005:240) mengemukakan bahwa pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pangajaran atau materi pengajaran. Ada beberapa pendekatan dalam pengajaran yang dilakukan seperti pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif), pemecahan masalah, induktif, deduktif, laboratorium dan terpadu. Pendekatan ini bukan merupakan strategi belajar-mengajar, juga bukan metode mengajar. Tetapi dipilihnya suatu pedekatan seperti CBSA menyebabkan kita harusmemilih strategi/metode belajar mengajar tertentu sehingga CBSA itu berjalan sebagai mana mestinya.

(31)

Metode kontekstual salah satu pengembangan pembelajaran yang ada didalam CBSA karena didalam pendekatan kontekstual menekankan cara belajar siswa aktif.

1. Pendekatan kontekstual

Masnur Muslich (2008:41) mengatakan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini merupakan pendekatan dari pembelajaran CBSA karena didalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pendekatan kontekstual landasan filosofinya adalah kontruktivisme (Masnur Muslich, 2008:41) yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi mengkontruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya.

(32)

Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Nurhadi dalam Masnur Muslich (2008:41) menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Proses pembelajaran dalam pendekatan kontekstual ini berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, tidak hanya mentransfer dan mengkopi dari guru. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada dalam dunia nyata. Siswa tidak belajar dalam proses seketika, tetapi diperoleh sedikit demi sedikit. Kemajuan diukur dari proses, kinerja dan produk, berbasis pada prinsip authentic assesment. Peran guru dalam pembelajaran kontekstual adalah sebagai pengarah dan pembimbing (Machrus, 2008:72) artinya guru bukanlah salah satunya sumber belajar yang harus selalu ditiru dan segala ucapan dan tindakannya tidak selalu benar maka siswa dalam pembelajaran kontruktifisme diharapkan selalu aktif, kreatif dan kritis.

2. Karakteristik pembelajaran kontekstual

Menurut Masnur Muslich (2008:42) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karekteristik sebagai berikut:

(33)

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang alamiah (learning in real life setting).

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas bermakna (meaningful learning).

c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi saling mengoreksi antar teman (learning by group).

e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning toknow each other deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

g. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual (Masnur Muslich, 2008:50) antara lain:

(34)

1) Pembelajaran berbaris masalah

Sebelum proses belajar mengajar dimulai, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena, kemudian siswa disuruh mencatat permasalahan-permasalahan yang mucul. Setelah itu, guru merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Tujuan penugasan ini adalah untuk memberikan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

3) Memberikan aktifitas kelompok

Aktifitas belajar dalam kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.guru dapat menyusun

(35)

kelompok terdiri dari tiga,lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan pengajaran.

4) Membuat aktivitas mandiri

Siswa mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit bantuan dari guru, supaya dapat melakukanya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereke memproses infromasi, menerapkan strategi pemecahan masalah dan menggunakan pengetahuanyang telah mereka peroleh.

5) Membuat aktivita belajar bekerja sama dengan masyarakat Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.

6) Menerapkan penilaian autentik

Penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson dalam Masnur Muslich ( 2008: 52 ) penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun

(36)

penilaian yang dilakukan guru adalah bisa dengan portopolio, tugas kelompok, demostrasi ataupun laporan tertulis.

Pendekatan kontestual memiliki tujuh komponen utama, sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontestual jika menerapkan ketujuh komponen tersbut ada dalam pembelajarannya. Adapun tujuh komponen CTL tersebut, sebagaimana yang ditulis oleh Nurhadi ( 2002: 10 ) adalah sebagai berikut:

a. Kontruktivisme ( Contrukctivisme )

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir ( filosofi ) pendekatan Conteectuak Teaching Learning ( CTL ),yaitu pengetahuan dibangun oleh meuasia sedikit demi sedikit,pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siaa diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengaetahuan itu dan memaknainya melalui pengalaman nyata. Dalam pandangan kontruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan sebrapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dengan dasar

itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “

mengkontruksi” bukan membangun sendiri pengetahuan

mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

(37)

b. Menemukan ( Inquiry )

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi dasil dari menemukan sendiri, guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

c. Bertanya ( Question )

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk menduga, mengira dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya merupakan bagian pentingdalam melaksanakan pembelajaran berbasis inquiri yaitu meggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarakan pola aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

d. Masyarakat belajar ( Learning Community )

Konsep inimenyarakan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan cara sharing antar teman, berkelompok dan antara yang sudah kepada yang belum tahu, kelompok-kelompok belajar dibentuk dengan anggota yang heterogen, masyarakat belajar dapat terjadi jika ada proses komunikasi dua arah

(38)

e. Pemodelan ( Modeling )

Pemodelan adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga dan sebagainya atau guru memberikan contoh cara mengerjkan sesuatu. Dengan begitu guru memberi model

tentang “bagaimana belajar”. Dapat disimpulkan yaitu segala sesuatu yang dapat ditiru dan didemostrasikan di dalam kelas. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi ( Reflecting )

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang harus dipelajari atau berfikir ke belakang tetang apa yang sudah kita lakukan dimasa lampau. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru. Guru hanya membantu siswa menghubungkan pengethuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. g. Penilaian Autentik ( Authentic Assessment )

Assessment adalah proses pemgumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

(39)

Assessment dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajarn.

Assessment menekankan pada proses pembelajaran karena itu data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil dari kegiatan siswa baik di adalam kelas maupun di luar kelas, itulah yang disebut data autentuk. Penenilaian autentik menilai penegtahuan dan keterampilan (performansi yang diperoleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran di kelas dengan situasi kehidupan nyata yang dialami oleh siswa. Komponen CTL meliputi kontruktivisme (Contructinisme), penemuan (inquiry), bertanya (Question),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling) refleksi (Reflecting) dan penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

3. Langkah-langkah pembelajaran kontestual.

Pembelajaran dengan pendekatan kontestual ini terdapat lima langkah dalam pembelajaran, Zahorik (Masnur Muslich, 2008:52) yaitu:

a. Mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada b. Memperoleh pengetahuan yang baru c. Pemahaman pengetahuan

(40)

d. Mempraktikan pengetahuan dari pengalaman tersebut e. Melakukan refleksi.

Langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran dengan menggunakan kontekstual meliputi empat tahapan,

(http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html) yaitu :

1. Tahap Invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi, dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tadi.

2. Tahap Eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, dan menemukan konsep, melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa tentang fenomena kehidupan nyata dari lingkungan sekitarnya.

(41)

3. Tahap Penjelasan dan Solusi, pada saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, dan membuat rangkuman serta ringkasan hasil pekerjaannya.

4. Tahap Pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun secara berkelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kontekstual a. Kelebihan metode kontekstual

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa

(42)

dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar

melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html

b. Kekurangan metode kontekstual

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru

bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa

kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–

strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang

(43)

ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html

B. OPERASI BENTUK ALJABAR

1. Bentuk Aljabar dan Unsur-Unsurnya Perhatikan ilustrasi berikut:

Banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka suci dinyataka dengan x maka banyak boneka Suci dinyatakan dengan x + 5. Jika boneka Suci sebanyak 4 buah boneka Suci sebanyak 9 buah. Bentuk seperti (x + 5) disebut bentuk aljabar.

Bentuk alajabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui.

Selanjutnya pada suatu aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi variabel, konstanta, faktor, suku sejenis dan suku tak sejenis. Adapun agar lebih jelas mengenai unsur-unsur pada bentuk aljabar, ( Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008: 80) sebagai berikut:

a. Variabel, Konstanta dan Faktor

Perhatikan bentuk alajabar 5x + 3y + 8x–6y + 9.

Pada bentuk aljabar tersebut, huruf x dan y disebut variabel. Variabel adalah lambanga pengganti suatu bilangan yang belum

(44)

diketahui nilainya dengan jelas. Variabel biasanya dilambangnkan dengan huruf kecil a, b, c, ...,z.

Adapun bilangan 9 pada bentuk aljabar diatas disbut konstanta. Konstanta adalah suku bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel.

Jika suatu bilangan a dapat diubah menjadi a = p x q dengan a, p, q bilangan bulat, maka p dan q disebut faktor-faktor dari a. Pada bentuk aljabar diatas, 5x dapat diuraikan sebagai 5x = 5 × x atau 5x = 1 × 5x. Jadi faktor-faktor dari 5x adalah 1.

Adapun yang dimaksud dengan koefesien adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.

Suku sejenis dan Suku Tak Sejenis

a) Suku adalah variabel beserta koefesiennya atau konstanta ada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih

b) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.

Contoh: 3x, 2a2, -4xy, ...

c) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.

Contoh: 2x + 3, a2–4, 3x2+ 4x, ...

d) Suku tiga adalah bentuk alajabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih.

(45)

Contoh: 2x2+ x–1, 3x + y–xy, ...

Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masingmasing variabel yang sama.Contoh:5x dan -2x,3a2dan a2,y dan 4y, ...

Suku-suku tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-maisng variabel yang tidak sama. Contoh: 2x dan -3x2,-x2 dan y, ... ( Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008. Hal 81)

2. Operasi Hitung Pada Bentuk Aljabar

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar

Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan koefesien pada suku-suku yang sejenis. Contoh: -4ax + 7ax = ( -4 + 7 )ax = 3ax

2. Perkalian

(Agus Aris Subagyo, 2003: 139) Perlu diingat kembali bahwa pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, yaitu a × (b + c) = (a x b ) + (a x c) dan sifat distributif terhadap pengurangan, yaitu a x (b –c) = (a x b) – (a x c), untuk setipa bilangan bulat a, b dan c. Sifat ini juga berlaku pada perkalian bentuk aljabar.

(46)

a. Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar

Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut:

k(ax) = kax

k(ax + b) = kax + kb Contoh: 4(p + q) = 4p + 4q

5(ax + by) = 5ax + 5by b. Perkalian antara dua bentuk aljabar

Perhatikan perkalian antara bentuk aljabar suku dua dengan suku dua berikut:

(ax + b ) (cx + d) = xa × cx + ax ×d + b × cx + b × d = acx2+ (ad + bc)x +bd

Selain dengan skema seperti diatas, untuk mengalikan bentuk aljabar suku dua dengan suku dua dapat menggunakan sifat distributif seperti berikut:

(ax + b) (cx + d) = ax (cx + d) + b (cx +d)

= ax × cx + ax × d + b × cx + b × d = acx2+ adx + bcx + bd

= acx2+ (ad + bc)x + bd

Adapun pada perkalian bentk aljabar suku dua dengan suku tiga berlaku sebagai berikut:

(ax + b) (cx2+ dx + e) = ax × cx2+ ax × dx + ax × e + b × cx2 + b × dx + b × e

(47)

= acx3+ adx2+ aex + bcx2+ bdx + be = acx3+ (ad + bc)x2+ (ae + bd)x +be 3. Perpangkatan

Operasi perpengkatan diartikan sebagai perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Jadi untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku

= × × × … ×

Hal ini juga berlaku pada perpangkatan bentuk aljabar. Pada perpangkatan bentuk aljabar suku dua, koefesien suku ditentukan menurut segitiga Pascal.

1. Suku Sejenis

(ab)2= ab × ab = a2b2 2. Suku Tidak Sejenis

(a + b) = (a + b) (a + b) = a2+ ab + ab + b2= a2+ 2ab + b2 (a–b) = (a–b) (a–b) = a2–ab–ab + b2= a2- 2ab + b2 4. Pembagian

Hasil bagi bentuk aljabar dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bnetuk aljabar tersebut, kemudian melakukan pembagian pada pembilang dan penyebutnya. (Endang Retno Wulan, 2005.)

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Ikhlas Setupatok. MTs Al-Ikhlas Setupatok didirikan pada tahun 2003. Pertama kali didirikan proses kegiatan belajar mnegajarnya masih menggunakan gedung milik desa. Kemudian pada tahun 2005 sudah menggunakan gedung sendiri hingga saat sekarang.

Peneliti memilih sekolah tersebut karena letak sekolah yang strategis dan dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga proses penelitian dapat lebih efektif dan efisien, selain itu juga karena sekolah ini sebagai tempat wa peneliti mengajar setiap harinya, sehingga peneliti tidak memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak tanggal 17 Oktober 2010 sampai 17 Desember 2010. Tahapan kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perizinan dan pembuatan SK √

(49)

3 Eksperimen Mengajar √ √

4 Post tes √

5 Pengumpulan Data √ √

6 Penglolahan Data √ √

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sudjana (2002:6) mengatakan populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin hasil, penghitugan maupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dan semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Setupatok Mundu tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 130 yang tersebar dalam 3 kelas, secara rinci jumlah siswa tiap kelas dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sebaran Populasi Kelas VIII

MTs Al-Ikhlas Setupatok Mundu-Cirebon Tahun Ajaran 2010/2011

No Nama

Kelas

Jumlah

Lelaki Perempuan Seluruhnya

1 VIII A 20 20 40

2 VIII B 19 25 46

3 VIII C 19 23 44

(50)

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:13) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak (random sampling) dengan menerapkan teknik random sampling, yaitu mengambil sample secara acak sebanyak 1 kelas dari 3 kelas yang dianggap homogen. Sampel yang terpilih kelas VIII B yang berjumlah 46 siswa sebagai kelas eksperimen dengan komposisi kelas terdiri dari 19 orang lelaki dan 25 orang perempuan.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 149), ”metode penelitian adalah cara

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh operasi hitung terhadap pola pikir dalam penyelesaian masalah operasi aljabar. Maka metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode kontekstual pada kelas eksperimen. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena data yang akan diolah berhubungan dengan nilai atau angka-angka yang dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan perhitungan statistika.

(51)

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah “One-Shot Case

Study”. Adapun desain penelitiannya digambarkan dengan hubungan sebagai berikut: Tabel 3.3 Desain penelitian Perlakuan Post-test Kelompok eksperimen X1 O1 Keterangan: O1 : Pemberian post-test

X1 : Perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen dengan menerapkan metode kontekstual

Desain ini menunjukkan bahwa terdapat kelas eksperimen yaitu: kelas VIII B sebagai kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan yaitu dengan menerapkan metode kontekstual). Dalam penelitian ini, tes akhir (post-test) yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran atau setelah diterapkan treatmen

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, maka diperlukan teknik dalam mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah:

(52)

a) Sebelum mengadakan proses pembelajaran penulis mengadakan uji instrumen. Uji instrumen ini dilakukan untuk mengukur kevalidan instrumen.

b) Setelah pembelajaran dilaksanakan, penulis melakukan tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen. Tes akhir ini diberikan untuk mengetahui

kemajuan atau peningkatan pola pikir siswa pada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan.

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Arikunto (2006: 150) menyatakan bahwa, ”instrumen penelitian adalahalat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Untuk memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, maka diperlukan instrumen penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah tes (multiple choice) dan angket (kuesioner).

1. Tes

Arikunto (2006 : 150) menjelaskan bahwa: “tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang

(53)

Jenis tes yang digunakan untuk mengukur pola pikir pada penelitian ini adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda (multiple choice test) sebanyak 25 item soal dengan 4 pilihan jawaban

Teknik tes dalam penelitian ini terdiri dari post-test. Post-test (tes akhir) adalah serangkaian soal yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah proses pembelajaran dengan perlakuan atau treatment berlangsung.

Dengan demikian, pola pikir siswa dapat dilihat rata-rata nilai tes pada akhir pembelajaran (post-test) sehingga dapat diketahui pengaruh operasi hitung terhadap pola pikir dalam penyelesaian masalah operasi aljbar dengan menggunakan metode kontekstual di kelas VIII

Berikut ini adalah perhitungan uji coba instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Validitas butir soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006;168). Menurut Russefendi, (1993 : 132) suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelas tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapannya besar, validitasnya tinggi. Validitas suatu instrumen berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2006:168) menyatakan bahwa suatu instrumen yang valid atau sahih

(54)

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Menurut Arikunto (2009:72), bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk kevalidan instrumen ialah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :

rxy=

∑ (∑ )(∑ )

( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) ) Keterangan :

r

xy: Koefisien korelasi (koefisien validitas). N : Jumlah Subjek.

ΣX : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar).

ΣX2: Jumlah kuadarat dari skor setiap butir soal.

ΣY : Jumlah skor total.

ΣY2: Jumlah kuadrat skor total.

Selanjutnya digunakan kriteria pengklasifikasian validitas (Arikunto,2009:75) untuk mengetahui derajat validitasnya. Kriteria tersebut ialah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klafisikasi koefesein validitas Koefesien Validitas Kriteria

0,80 < rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < rxy≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 < rxy≤ 0,20 Validitas sangat rendah

(55)

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap 46 siswa kelas IX MTs Al-Ikhlas Setupatok diperoleh validitas instrumen tes nomor 1 rxy

= 0,477 kemudian dibandingkan dengan rxy tabel pada interval

kepercayaan 95% dengan n = 46 yaitu sebesar 0,291. Tiap item soal yang nilai rxyrxy tabel, dinyatakan valid, sedangkan rxy < rxy tabel

dinyatakan tidak valid. Pada soal nomor 1, rxyrxy tabel maka soal

nomor 1 dinyatakan valid.

Perhitungan untuk mengetahui validitas tes dapat dilihat pada lampiran halaman 94.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan atau ketepatan instrumen terhadap kelas yang dapat dipercaya sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai pengambil data. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan untuk mengukur objek yang sama berulang-ulang hasilnya relatif sama. Menurut Suharsimi (2006 :178) reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat dipecaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas pada tes evaluasi adalah metode belah dua atau split-half method dengan pembelahan ganjil-genap. Rumus tersebut adalah :

(56)

= 2 1 + Keterangan :

= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

= Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

(Suharsimi, 2009 : 93)

Sanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klafisikasi koefesein Reliabilitas Koefesien Reliabilitas Kriteria

0,80 < rxy≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < rxy≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < rxy≤ 0,40 Reliabilitas Rendah 0,00 < rxy≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh harga reliabilitas tes uji coba instrumen sebesar r = 0,79 . Dengan demikian interpretasi tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas tinggi. Adapun untuk mengetahui perhitungan-perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 96.

(57)

c. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2009:211), Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah), Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda (Arikunto, 2009:213) adalah sebagai berikut:

= − = −

Keterangan:

D : Daya pembeda.

AJ : Banyaknya peserta kelas atas.

BJ : Banyaknya peserta kelas bawah.

AB : Banyaknya kelas atas yang menjawab soal dengan benar.

Klasifikasi untuk interpretasi daya pembeda adalah sebagai berikut (Arikunto, 2009:218):

Tabel 3.7

Klafisikasi Daya Pembeda Daya Pembeda (D) Kriteria 0,00 < D≤ 0,20 Jelek 0,20 < D≤ 0,40 Cukup 0,40 < D≤ 0,70 Baik 0,70 < D≤ I,00 Baik Sekali

Berdasarkan hasil perhitungan item soal pada perhitungan daya beda soal nomer 1 diperoleh D = 0,391304348, apabila dikonsultaskan dengan ketentuan daya beda, maka soal no.1

(58)

berada diklasifikasi soal dengan D 0,00 sampai 0,20 sehingga soal nomer 1 dinyatakan baik.Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 99.

d. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui soal baik atau tidak, perlu diketahui pula mudah atau sukarnya. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Derajat kesukaran tiap butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran tiap butir soal (Arikunto, 2009:208) adalah sebagai berikut:

P =

Keterangan :

P : Indeks Kesukaran.

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Selanjutnya Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil uji coba diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan menurut Arikunto (2009:210), yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klafisikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (P) Kriteria 0,00 < P≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P≤ 1,00 Soal Mudah

(59)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari tiap butir soal postes pada lampiran halaman 102

2. Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Berdasarkan angket ini peneliti dapat memperoleh informasi tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual. Angket yang disebarkan terhadap responden sebanyak 20 item dengan 5 pilihan jawaban. Angket dalam penelitian ini tidak di uji cobakan.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode kontekstual, peneliti menggunakan angket yang berskala Likert dalam Arikunto (2005:180) dengan ketentuan sebagai berikut:

SS, jika siswa sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan S, jika siswa setuju dengan pernyataan yang diberikan R, jika siswa ragu dengan pernyataan yang diberikan

TS,jika siswa tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan

STS, jika siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan Kriteria penskoran setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:

(60)

Tabel 3.8 Skor penilaian angket

kriteria Pernyataan positif Pernyataan negative

SS 5 1

S 4 2

R 3 3

TS 2 4

STS 1 5

Angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini seluruhnya menggunakan pernyataan positif.

F. Tehnik Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, baik data dari angket sebagai variabel X yaitu respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual maupun data dari tes sebagai variable Y yaitu kemampuan operasi hitung siswa, maka langkah selanjutnya adalah menganalisnya. Uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Minitab. Minitab merupakan salah satu software populer yang banyak digunakan oleh user untuk mengolah data-data statistika (Pramesti, 2009: 1).

Sebelum menentukan analisis regresi, ada beberapa hal yang harus diujikan terlebih dahulu, yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji Prasyarat Analisis Data

(61)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan MINITAB 14 adalah sebagai berikut:

a) Input data pada worksheet 1

b) Pilih menu Stat–Basic Statistic–Display Descriptive Statistics c) Isi kotak dialog Display Descriptive Statistics dengan data yang

akan diuji

d) Klik Statistics kemudian pilih (klik) menu yang akan digunakan, misalnya: Mean, standar deviations, variance, minimum, maxsimum, range, sum dll.

e) Output analisis data. f) Interpretasi Output Data 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan menggunakan MINITAB 14 adalah sebagai berikut:

a) Input data pada worksheet 1 b) Pilih menu Data–Stack c) Pilih menu Stat

d) Isi kotak dialog dengan data yang akan diuji e) Klik Statistics-menu–Anova–Equal Variances. f) Output analisi data

(62)

b) Uji Analisis Data

Salah satu analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Analisis regresi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tergantung (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan operasi hitung aljabar. Karena hanya terdapat 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat maka persamaan regresi yang terbentuk disebut regresi sederhana. Dari persamaan tersebut, selanjutnya dengan analisis korelasi yang berfungsi untuk mengetahui kuat tidaknya pengaruh kedua variabel tersebut. Sedangkan besar pengaruh variabel diukur dari koefisien regresi yang terbentuk.

Langkah-langkah uji analisis data, diantaranya:

1. Uji Linieritas Regresi

Adapun langkah-langkah pengujian linieritas dengan menggunakan bantuan software MINITAB 14 adalah sebagai berikut:

1. Input data

 Buka MINITAB 14

(63)

 Beri nama kolom C1: respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual  Beri nama kolom C2: kemampuan operasi hitung aljabar  simpan file dengan nama yang ssuai keinginan peneliti. 2. Analisis Data

Pilih menu Stat–Regression–Regression

Isi kotak dialog dengan menentukan  Response: variabel Y

 Predictirs: Variabel X

Klik Graphs

 Klik Residurals for Plot: Reguler  Klik Residurals plot

 Klik OK 3. Output Analisis Data 4. Interpretasi Output Data

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

1. Kemampuan Siswa Terhadap Operasi Hitung Aljabar

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Ikhlas Setupatok kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dengan populasi seluruh siswa kelas VIII dan sampel yang diambil adalah VIII B sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metode kontekstual terhadap kemampuan operasi hitung aljabar.

Kegiatan pembelajaran selama penelitian di MTs Al-Ikhlas Setupatok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon berlangsung dengan pembelajaran menerapkan metode kontekstual pada kelas eksperimen pokok bahasan operasi hitung aljabar.

Pembelajaran matematika di MTs Al-Ikhlas Setupatok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dengan menerapkan metode kontesktual dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari pokok bahasan operasi aljabar dan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan rajin,

(65)

2) Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan metode kontekstual,

3) Setelah dirasa siswa telah mengerti dengan bagaimana cara (metode) kontekstual maka guru mulai masuk ke materi pelajaran. Ketika guru menyajikan materi dari poin ke poin,guru memberikan lembaran-lembaran materi yang akan dibahas.

4) Selesaikan penyajian materi pelajaran Setelah itu guru memberikan latihan-latihan kepada siswa dengan melihat cara menyelesaikannya di lembar-lembaran tesebut.

5) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dibahas kemudian guru memberikan pekerjaan rumah.

Berdasarkan proses pembelajaran dikelas, penulis melihat bahwa pembelajaran matematika dengan metode kontekstual dapat menciptakan suasana kelas yang lebih aktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode kontekstual ini juga cukup baik. Hal ini terlihat dari semangat siswa pada saat pembelajaran berlangsung cukup tinggi. Para siswa aktif bertanya dan tidak takut untuk mengemukakan jawaban-jawaban mereka baik dari pertanyaan yang guru ajukan langsung maupun jawaban atas soal yang guru berikan. Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai pada materi aljabar pokok bahasan operasi aljabar, guru memberikan post-test

Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa respon siswa terhadap penerapan metode ini cukup baik, sebagai penguat berikut

(66)

penulis sajikan respon siswa mengenai kontekstual. Respon siswa ini penulis dapatkan dari data angket. Angket ini berjumlah 20 pernyataan dengan menerapkan skala Likert yang disebarkan kepada 46 siswa MTs Al-Ikhlas Setupatok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Dari data angket yang terkumpul didapat nilai tertinggi adalah 92 dan nilai terendahnya adalah 32 dengan nilai rata-rata sebesar 73,88.

2. Hasil post-test kelas eksperimen

Rata-rata hasil post-test kelas eksperimen pada pokok bahasan operasi hitung aljabar adalah sebagai berikut:

Descriptive Statistics: y

Variable Mean SE Mean StDev Sum Minimum Median Maximum

y 72,85 1,36 9,22 3351,00 50,00 75,00 92,00

Hasil deskripsi diatas menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen telah terjadi perubahan berupa peningkatan kemampuan siswa terhadap operasi hitung aljabar sebesar 72,85. Sedangkan pengelompokkan data nilai siswa untuk mengetahui persentase kemampuan siswa terhadap operasi hitung aljabar pada kelas eksperimen yang proses pembelajarannya menerapkan metode kontekstual adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Klasifikasi Hasil Post-test Kelas Eksperimen

Klasifikasi Kategori Frekuensi Persentase (%)

21–40 Rendah 3 6,52

41–60 Cukup 9 19,56

61–80 Baik 27 58,69

81–100 Sangat baik 7 15,21

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.8 Skor penilaian angket

Referensi

Dokumen terkait

gas karbondioksida (CO 2 ) sebesar 24 %. 2) Biogas dengan kadar metana yang paling rendah dihasilkan yaitu pada variasi nutrisi campuran 2 urea dengan 4 molasses sebesar 4,57

• Using the Setting Leading in Your Software feature as a guide, open your favorite page layout, graphics, and word processing programs and experiment with the different methods

Perluasan luang pemasaran kepada pesawah melalui pewujudan 36 Pusat Belian Padi (PBP) supaya pesawah dapat menjual hasil padi secara terus kepada PBP tanpa melalui

Hasil estimasi parameter variabel jumlah anggota rumahtangga dan pendapatan juga sejalan dengan dugaan, yaitu kedua variabel tersebut berpengaruh positif dengan

[r]

Dengan demikian diharapkan dengan adanya perubahan dan transformasi peran dan fungsi sumber daya manusia dari bersifat mendasar dan tradisional menjadi

Perbankan Syariah) , Vol.. Dalam implementasinya pembiayaan IMBT Refinancing aset, ijarah dilakukan dengan objek barang yang bukan dijaminkan kepada bank BRISyariah,

Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Berdasar Teori Dienes Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 4 SD.. Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen