• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pratikum Manajemen Pemasaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Pratikum Manajemen Pemasaran"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era persaingan usaha yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam persaingan pasar akan memberikan perhatian penuh pada srategi pemasaran yang dijalankannya . Produk yang dipasarkan diolah melalui suatu proses yang berkualitas dan akan memberikan sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen atas penggunaan produk tersebut. Dengan demikian bersedia untuk kembali menikmati apa yang ditawarkan oleh perusahaan dan menjadi pelanggan yang setia bagi perusahaan. Sedangkan untuk dapat mendistribusikan kualitas dibidang jasa merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, dalam proses pendistribusian barang kepada konsumen harus ada perhatian penuh dari manajemen pemasaran paling atas hingga karyawan levelbawah ..

Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan karena perusahaan merupakan pintu terdepan untuk mengambilkan dana kembali ke perusahaan, kelancaran masuknya kembali dana dari hasil operasi dari hasil perusahaan sangat ditentukan oleh bidang pemasaran. Demikian pula pencapaian keuntungan perusahaan sangat ditentukan pada kemampuan perusahaan dalam memasarkan produk perusahaan dengan harga yang menguntungkan. (Anonim 2010)

(2)

Manajemen pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan pelaksanaan dari suatu perwujudan, seperti pemberian harga, promosi, dan distribusi dari barang-barang maupun jasa. yang dimana manajemen pemasaran mempunyai tugas yaitu mempengaruhi tingkat harga, waktu dan komposisi permintaan didalam pemasaran. (anonim 2010)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana state of the problem di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah?

2. Bagaimana tingkat significan evironment developments di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah?

3. Bagaimnakah analisis SWOT matrix di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah?

4. Apa alternatives atau strategic options di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah?

5. Bagaimanakah decision and rationale di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah?

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui state of the problem di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah.

2 Untuk mengetahui tingkat significan evironment developmentsdi PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah.

3 Untuk mengetahui bagaimana analisis SWOT matrix pada di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah.

4 Untuk mengetahui alternatives atau strategic options pada di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah.

5 Untuk mengetahui decision and rationale pada di PR SUKUN di Kudus Jawa Tengah.

BAB II

(3)

2.1 Pengertian dan Hal Terkait Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, berkembang untuk mendapatkan laba. Kegiatan pemasaran dirancang untuk memberi arti melayani dan memuaskan kebutuhan konsumen yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2008 : 3) mengemukakan bahwa : ”Manajemen pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dikoordinasikan serta diawasi akan membuahkan hasil yang memuaskan. Kotler dan Philip (2005) pemasaran adalah bahwa pemasaran memiliki konsep inti : keinginan,kebutuhan,permintaan,produk,nilai biaya dan kepuasan,penukaran transaksi,relasi dan pemasaran serta pemasar dan propek.

Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Asosiasi Pemasaran Amerika menawarkan definisi formal berikut: Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya ( Kotler dan Keller, 2009 ). Indriyo Gitosudarmo ( 2008 )Pengelolaan proses pemasaran adalah sekumpulan rancangan kegiatan yang saling terkait untuk mengenali kebutuhan konsumen dan mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan, serta menetapkan harga yang tepat dari sebuah produk dan layanan untuk mencapai kepuasan dari konsumen yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan.

Oleh karena itu dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulakan bahwa manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar tersebut.

(4)

1. Menganalisa kesempatan pasar 2. Memilih pasar sasaran

3. Mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) 4. Mengelola usaha pemasaran yang mencakup :

- pengembangan sistem informasi pasar

- pengorganisasian dan pengendalian pemasaran - perencanaan pemasaran strategis

Rencana pemasaran merupakan perumusan usaha yang akan dilakukan dalam bidang pemasaran, dengan menggunakan sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan, guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu dibidang pemasaran pada waktu tertentu dimasa yang akan datang. Perencanaan strategi pemasaran adalah bagaiamana cara untuk dapat menemukan berbagai peluang menarik dan menyusun strategi yang menguntungkan. Kegiatan penyusunan rencana pemasaran inilah yang disebut dengan perencanaan pemasaran

Menurut Indriyo Gitosudarmo ( 2008 : 182 ) mendefinisikan bauran pemasaran sebagai alat bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumen agar konsumennya dapat menjadi kenal kemudian menyenangi dan kemudian melakukan transaksi pembelian serta akhirnya konsumen itu menjadi puas.

Menurut Catur E. Rismiati dan Ig. Bondan Suratno ( 2001 : 190 ) mengemukakan bahwa : Marketing mix adalah kombinasi dari empat kegiatan perusahaan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur harga, sistem distribusi dan kegiatan promosi.

Menurut Kotler dan Keller ( 2009 ) menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Kotler dan Keller ( 2009 ) menyatakan bahwa harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk.

(5)

investasi tempat menjadi semakin mahal. Tingginya biaya lokasi tersebut dapat terkompensasi dengan reducing biaya marketing, sebaliknya lokasi yang kurang strategis akan membutuhkan biaya marketing lebih mahal untuk menarik konsumen agar berkunjung. Dekorasi dan desain sering menjadi daya tarik tersendiri bagi para target konsumen. Kondisi bangunan juga menjadi persyaratan yang memberikan kenyamanan ( Fandy Tjiptono, 2009 ).

Menurut Kotler dan Keller ( 2009 :510 ) menyatakan bahwa promosi adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau brand yang dijual.

2.1 Persepsi , Atribut dan Kepuasan 2.2.1 Persepsi

Para konsumen tidak asal saja mengambil keputusan pembelian. Pembelian maerka sangat terpengaruh oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor-faktor psikologis di sini diantaranya adalah motivasi, belajar, persepsi, kepercayaan dan sikap persepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengambilan keputusan pembelian. (Kotler, 1999)

Selanjutnya dikatakan oleh Walgito (1997) bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptor, yang diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya.

(6)

dimana bagian ini diinterpretasikan sesuai dengan harapan, nilai-nilai serta keyakinan individu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulokan bahwa persepsi adalah proses penginderaan, penafsiran, pengorganisasian dan penginterprestasikan terhadap suatu obyek, kejadian, informasi atau pengalaman yang mungkin dialami atau diterima individu yang kemudian diolah dan menimbulkan suatu reaksi.

Pengertian kualitas produk

Ahyari (1990) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Dengan demikian termasuk dalam kualitas ini adalah daya tahan, kenyamanan pemakaian serta daya guna.

(Simamora, 2002) mengatakan bahwa kualitas merupakan totalitas fitur dan karakteristik yang yang mampu memuaskan kebutuhan, yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan, kualitas mencakup pula daya tahan produk, kehandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut-atribut nilai lainnya. Beberapa atribut itu dapat diukur secara obyektif. Dari sudut pandangan pemasaran, kualitas harus diukur sehubungan dengan persepsi kualitas para pembeli.

Assauri (1998) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan.

(7)

dimiliki oleh barang tersebut, seperti wujudnya, komposisinya dan kekuatan. Kualitas produk yang ditetapkan oleh perusahaan adalah suatu keadaan produk yang terbaik, berguna untuk memuaskan konsumen, karena konsumen lebih mengetahui apakah produk tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah bagaimana produk itu memiliki nilai yang dapat memuaskan konsumen baik secara fisik maupun secara psikologis yang menunjuk pada atribut atau sifat-sifat yang terdapat dalam suatu barang atau hasil.

Pengertian persepsi terhadap kualitas produk

Pada hakekatnya, setiap orang selalu melakukan persepsi terhadap hal-hal di sekitarnya. Hal-hal telah dipelajari sebeluknya atau pengalaman-pengalaman masa lalunya bersama dengan hal-hal dari luar individu yang baru saja dipelajari, ditambah dengan hal-hal lain, seperti sikap, harapan-harapan, fantasi, ingatan dan nilai-nilai yang dimiliki individu akan mempengaruhi persepsinya terhadap suatu obyek.( Simamora : 2002)

(8)

produk didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durlanto, Sugiarto & Sitinjak, 2001). Karena persepsi terhadap kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, maka tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting agar pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kualitas produk adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu dalam memilih, menafsirkan, mengorganisasikan, menginterprestasikan, dan memberikan penilaian terhadap kualitas suatu produk apakah produk tersebut memuaskan atau tidak yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu obyek. Faktor-faktor itu menyangkut faktor yang ada dalam diri individu dan faktor yang berhubungan dengan lingkungan individu. Faktor-faktor teknis dan timbul dalam diri individu yang mempengaruhi proses persepsi diantaranya faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan (Mar’at, 1981). Kriteria-kriteria tersebut juga mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas produk yang akan mereka beli. Konsumen dapat mempunyai kesan-kesan tentang diri mereka sendiri maupun produk yang akan mereka beli, sehingga konsumen dapat mempersepsi produk yang akan dibeli dan melakukan keputusan pembelian.

(9)

Faktor-faktor ini menyebabkan seseorang individu memiliki pengalaman yang berbeda dengan individu lainnya, sehingga berpengaruh pula pada caranya mempersepsi stimulus yang diterima. Faktor-faktor lain yang juga ikut mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk adalah harga dan merk (Walters dan Paul dalam Orbandini, 1996)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk adalah harga, merk, pengalaman, suasana hati, usia, pendidikan dan pengetahuannya, pekerjaan, kelas sosial dan lokasi dimana konsumen itu berada.

Aspek untuk mengukur persepsi terhadap kualitas produk

Persepsi terhadap kualitas produk merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Karena persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi konsumen akan melibatkan apa yang penting bagi konsumen, karena setiap konsumen memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk ( Durianto, dkk, 2001).

Sehubungan dengan penelitian ini aspek-aspek untuk mengukur persepsi terhadap kualitas produk berdasarkan teori dari Rakhmat (1988) yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan obyek yang dipersepsi adalah kualitas produk yang pengukurannya didasarkan pada dimensi kualitas produk dengan mengacu pada pendapat Garvin (Durianto dkk, 2001) yang mengatakan bahwa terdapat tujuh dimensi karakteristik yang digunakan oleh para konsumen dalam mempersepsi kualitas produk.

Ketujuh dimensi karakteristik kualitas produk tsb adalah :

(10)

2. Pelayanan : mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. Misalnya motor merk tertentu menyediakan bengkel pelayanan kerusakan atau service bergaransi

3. Ketahanan : mencerminkan umur ekonomis dari produk tsbn, atau beberapa lama produk dapat digunakan. Misal motor merk tertentu yang memposisikan dirinyta sebagai mobil tahan lama walau telah berumur di atas 5 tahun tetapi masih berfungsi dengan baik.

4. Keandalan : konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk : bagian-bagian tambahan dari produk. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggarannya yang dinamis sesuai perkembangan, yaitu menyangkut corak, rasa, penampilan, bau dan daya tarik produk.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7. Hasil : mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

( Nitisemito, A. 1993) mengemukakan bahwa ada enam dimensi karakteristik yang digunakan oleh para konsumen dalam mempersepsi kualitas suatu produk. Keenam dimensi karakteristik kualitas produk tersebut adalah :

1) Performance : karakteristik operasi dasar dari suatu produk.

(11)

3) Reliability and durability : kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa lama produk dapat digunakan

4) Maintainability and serviceability : kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan pemakaian.

5) Sensory characteristics : penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan beberapa faktor lainnya yang mungkin terjadi aspek penting dalam kualitas.

6) Ethical profile and image : kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk.

Dari aspek-aspek yang telah diterangkan di atas maka dipilih salah satu aspek yang dipakai, yaitu aspek persepsi terhadap kualitas produk oleh David A. Garvin (Durianto, dkk : 2001) yaitu dimensi persepsi terhadap kualitas produk terdiri dari kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi dan hasil yang didapatkan oleh konsumen.

2.2.2 Pengertian Atribut dan Evaluasi Atibut

Atribut adalah karakteristik dari objek. Sering juga disebut Salient Belief yang merupakan kepercayaan konsumen bahwa produk tersebut memiliki karakteristik. Para peneliti harus meneliti berbagai atribut yang akan dipertimbangkan oleh konsumen ketika mengevaluasi objek atau sikap ( Ujang : 2003 ).

Sedangkan evaluasi atribut adalah evaluasi tentang baik buruknya suatu atribut, yaitu menggambarkan pentingnya atribut bagi konsumen. Konsumen akan mengidentifikasi atribut-atribut atau karakteristik yang dimiliki sebuah objek atau produk yang akan dievaluasi ( Ujang : 2003 )

2.2.3 Kepuasan

(12)

atau jasa yang telah dikonsumsinya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengonsumsi ulang produk atau jasa tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan perasaan kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut. Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antera harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya ddiperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut

( Ujang : 2003 ).

2.2 Analisis SWOT

Matrik SWOT adalah alat yang di pakai untuk menyusun Faktor-faktor strategi perusahaan. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapai perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matrik ini dapat menghasilkan empat (4) set kemungkinan alternatif strategi.

Adapun SWOT adalah sebuah singkatan dari : a) S adalah STRENGHT (Kekuatan)

Strengths (Kekuatan) adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang sifatnya internal agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan maksimal.

b) W adalah WEAKNESS (Kelemahan)

Weaknesses (Kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi internal, akibatnya kegiatan-kegiatan organisasi belum maksimal terlaksana.

c) O adalah OPPORTUNITY (Kesempatan)

Opportunities (Kesempatan) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif.

d) T adalah THREAT (Ancaman).

(13)

Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.

2.3 Matriks strategi

Berdasarkanhasilanalisisfaktor-faktor SWOT diatasditetapkanstrategi-strategiseperti di bawahini:

Tabel 1. Analisis SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengtht ( S ) Kekuatan

Weaknesses ( W ) Kelemahan

Opportunites SO WO

Memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya inilah yang kami bahasakan strategi agresif positif

Strategi yang

diterapkan berdasarkan pemenfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

Treat ST WT

Strategi yang diterapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organiasi untuk mengatasi ancaman

Strategi yang

(14)

serta menghindari ancaman

(15)

BAB III

METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 09 - 18 November 2015 di Desa Palem Sari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

3.2 Pendekatan Sumber Data

Dalam praktikum ini, data yang diambil bersumber pada data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi, survey dan wawancara dengan konsumen yang mengkonsumsi produk yang bersangkutan. Pada praktikum kali ini, data primer didapat dengan dari sumber-sumber asli, misalnya penjelasan dari pihak PR.SUKUN. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut diperoleh.

Wawancara dilengkapi dengan kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu (terdapat dilampiran).

Pengisian kuisioner data primer mencakup pertanyaan :

1. Identitas anggota 2. Seleksi :

• Opini tentang image atau pencitraan • Opini tentang Attitude atau sikap • Usage (Experince)

(16)

3.1 Metode Analisis Data  Analisis SWOT

(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS SWOT 4.1 State Of The Problems

Industri rokok di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Persaingan semakin ketat dengan lahirnya produk-produk baru. Salah satu cikal bakal produk rokok yang mampu bertahan sampai saat ini adalah produk rokok Sukun yang diproduksi oleh Perusahaan Rokok (PR) SUKUN yang didirikan oleh Bpk MC. Wartono pada tahun 1947 di Desa Gondosari Kecamatan Gebog, sekitar 10 km dari kota Kudus.

Peningkatan permintaan akan produk rokok Sukun ini disertai pula dengan persaingan yang semakin ketat.Sehingga perusahaan harus melakukan perbaikan mutu rokok secara terus menerus dan kegiatan yang mendukung volume penjualan agar para pesaing tidak menggrogoti pangsa pasar produk rokok sukun. Saat didirikan perusahaan hanya memproduksi rokok klobot dan sigaret kretek tangan. Semula rokok Sukun hanya dipasarkan di Kota Kudus dan sekitarnya, yang dalam perkembangannya semakin luas. Untuk menangani permintaan yang semakin meningkat perusahaan rokok sukun menambah kapasitas bahan baku, tenaga kerja dan alat alat produksinya.

Produk rokok sukun pada saat ini nilai penjualannya semakin menurun. Hal tersebut terjadi karena perusahaan rokok sukun tidak mampu mempertahankan diri dari pesaing rokok sejenis maupun beda jenis. Serta pesaing yang memiliki kedekatan dengan harga eceran rokok Sukun. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 2: Data produksi sukun tahun 2000-2010.

Bulan 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Januari 75000 74500 79000 82000 82300 81900

Februari 75200 74300 78800 82150 81900 82200

Marer 75500 75150 78950 82450 81750 81700

April 74800 75150 79000 81900 82000 81900

Mei 74200 74950 79100 82000 82150 82300

Juni 75100 74750 78900 81800 82200 81600

Juli 74500 75200 79100 81700 81800 81950

Agustus 75200 74800 78750 82000 81950 82300

September 75300 74800 79800 82000 81900 81900

Oktober 74850 75200 78900 82000 82200 82500

Nopember 75250 75400 78900 82400 82400 81900

Desember 75100 75800 78850 81700 81700 82000

(18)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 75200 75200 67200 67150 61200

Februari 74900 75500 66800 67300 59300

Maret 74950 75000 66650 66900 60500

April 75200 74200 67250 66750 60200

Mei 75100 74800 66900 66700 59800

Juni 74950 75300 66750 67400 60250

Juli 74800 75200 67200 67300 59800

Agustus 74900 74500 67250 66850 59750

September 75200 75100 67100 67000 60200

Oktober 75000 75100 66800 67000 59650

Nopember 75100 74850 66900 66900 60150

Desember 75000 75250 67200 67200 60300

Jumlah 900300 900000 804000 804450 721100

Sumber : Data sekunder PT. Sukun yang telah diolah

Untuk menghadapi hal tersebut perusahaan harus mempunyai keunggulan bersaing yang mampu bertahan lama agar tetap unggul didalam persaingan. Keunggulan bersaing ini berasal dari banyak aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan rokok sukun itu sendiri, dalam mengolah, memasarkan dan mempromosikan produknya. Disamping itu perusahaan juga harus memilih segmen pasar tertentu untuk dilayani, memiliki produk unggulan yang akan mampu meningkatkan volume penjualan perusahaan serta berupaya menciptakan dan mempertahankan strategi bersaing.

Tujuan keunggulan bersaing adalah agar perusahaan memiliki nilai yang tinggi dan dapat memenuhi kepuasan konsumen sehingga mampu bertahan dalam persaingan dan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Keberhasilan Sebuah perusahaan adalah ketika perusahaan mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.

4.2Significant Environment Developments

4.2.1. Lingkungan Eksternal (External Environment)

(19)

Di PR. Sukun Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar, yaitu: perusahaan, para pemasok bahan mentah, pasar perantara, para. pelanggan, pesaing, dan para anggota masyarakat. Sedangkan Lingkungan makro PR. Sukun terdiri dari kekuatan-kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan yang mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro perusahaan, yaitu: faktor kependudukan ekonomi, fisik, teknologi, politik, hukum dan kekuatan sosial/budaya. Lingkungan PR. Sukun adalah tempat dimana perusahaan harus memulai penelitiannya atas peluang dan ancaman yang mungkin timbul. Lingkungan tidak akan berubah dengan perlahan dan dapat diramalkan, tetapi mampu menghasilkan kejutan-kejutan besar karena lingkungan pemasaran akan selalu berada pada perubahan yang terus menerus sehingga dapat mempengaruhi perusahaan.Para pemasar suatu barang harus memantau secara terus menerus keadaan lingkungan yang terus berubah-ubah dari pencairan dan pemprosesan informasi tentang perusahaan yang terjadi pada lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan dibedakan kedalam dua bentuk yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro.

4.2.1.1. Lingkungan Makro (Macro Enviroment)

Lingkungan makro PR. Sukun adalah tempat di mana perusahaan harus memulai pencariannya atas peluang dan kemungkinan ancaman. Lingkungan ini terdiri semua pihak dan kekuatan yang mempengaruhi operasi dan prestasi perusahaan. PR. Sukun perlu untuk memahami kecenderungan dan megatrend yang menandai lingkungan saat ini.Lingkungan makro perusahaan terdiri dari enam kekuatan utama: demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan budaya.

a) Teknologi

a. Teknologi adalah pengetahuan ,peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk masukan (input) menjadi keluaran (output).Sehingga perubahan dalam teknologi dapat membantu perusahaan meyediakan produk yang lebih baik atau menghasilkan produknya dengan lebih efisien. PR. Sukun menggunakan teknologi sederhana dan modern.

Teknologi pada jenis produk rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah :

 Tong tempat tembakau yang digunakan untuk rokok jenis SKT ( Sigaret Kretek Tangan )

(20)

 Kertas sebagai alas tembakau.

b. Sigaret Kretek Mesin (SKM)

Teknologi pada jenis produk rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah :

 Traktor untuk mengangkut bahan baku dari tempat penyimpanan ke tempat pembuatan produk rokok

 Mesin yang digunakan untuk melinting rokok. Ada 3 buah mesin yang digunakan untuk proses produksi pembuatan rokok.

Selain itu teknologi juga dapat digunakan sebagai media promosi seperti pemasangan iklan di televisi,radio, majalah, koran dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 21 responden yang bertempat di daerah Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang provinsi jawa tengah maka di peroleh hasil presentase jenis atau merek rokok yang paling sering diingat.

Tabel 3. Presentase jenis merek rokok yang paling diingat No

.

Merek/Jenis Rokok yang paling diingat

Presentase (%)

1. Sukun 42.8

2. Gudang Garam 14.3

3. El Mild 9.5

4. Diplomat 9.5

5. Djarum 9.5

6. Gudang super 4.7

7. Surya 9.5

Sumber : Data Sekunder diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis merk rokok yang paling sering diingat oleh responden yang ada kabupaten rembang adalah produk rokok Sukun yaitu sebesar 47.6 %. Walaupun Produk sukun tetap menjadi produk yang paling diingat oleh responden, akan tetapi produk sukun tidak dapat meremehkan produk rokok yang lainnya seperti rokok Sampoerna, Djarum, Gudang Garam dan Djisamsu yang memliki peresentase yang cukup tinggi.

(21)

Tabel 4. Presentase Sumber informasi produk rokok No

.

Sumber informasiproduk Presentasi(%)

1. TV 33.3

2. Relasi 4.7

3. Toko 42.8

4. Teman 19.0

Sumber : Data Sekunder diolah

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi akan produk rokok yang dikonsumsi melalui teman, televisi dan toko. Sumber informasi terbesar yang diperoleh oleh respon yaitu dari Toko. Selain took tempat responden memperoleh rokok mengetahui informasi produk dari iklan yang ditayangkan di TV.

Namun dalam kenyatannya produk rokok sukun tidak pernah muncul iklannya di TV. Perusahaan seharusnya lebih sering menggunakan media promosi Televisi, sehingga rokok ‘Sukun’ akan lebih dikenal oleh masyarakat.Selama ini perusahaan hampir tidak pernah melakukan promosi lewat TV karena perusahaan berasumsi bahwa segmen pasarnya adalah golongan menengah kebawah lebih menyukai promosi yang langsung dapat dirasakan,seperti sponsor berbagai kegiatan, hiburan masyarakat,papan reklame dan kalender. Dengan media TV, perusahaan dapat lebih dekat dengan konsumen produk rokok, tidak terbatas konsumen rokok ‘Sukun’. Sehingga akan mendorong konsumen selain rokok ‘Sukun’ untuk melakukan pembelian. Perusahaan dapat mencoba promosi melalui media TV dengan ciri yang berbeda dari promosi produk rokok yang lain sehingga akan mudah diingat oleh konsumen. Dengan kata lain teknologi sangat berpengaruh terhadap produktifitas penjualan.

b) Ekonomi

Pasar membutuhkan daya beli seperti halnya orang banyak. Daya beli keseluruhan merupakan fungsi dari pendapatan, tabungan dan kredit yang tersedia. Para pemasar perlu menyadari keempat kecenderungan itu dalam lingkungan ekonomi. Penambahan-penambahan dalam variabel ekonomi diatas akan mempengaruhi dampak penjualan suatu produk secara langsung.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh presentase jumlah pendapatan sebagai berikut:

Tabel 5. Presentase Jumlah Pendapatan Responden Rokok No

.

(22)

1. 1.250.000 – 1.449.999 42.8

2. > 1.500.000 57.2

Sumber : Data Sekunder diolah

Dari data jumlah pendapatan yang terlihat pada table diatas dapat diketahui bahwa pendapatan masyarakat paling banyak berkisar pada Rp.>1.500.000 perbulannya, yaitu dengan presentase sebesar 57.2%. Kemudian disusul dengan masyarakat yang berpenghasilan Rp. 1.250.000 – Rp.1.449.999 memiliki presentase sebesar 42.8%

Ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di kecamatan bulu, Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah berpenghasilan tinggi.Jika dilihat tidak ada pengaruh pendapatan masyarakat terhadap rokok yang mereka konsumsi, yang mana rokok yang paling banyak dikonsumsi adalah rokok sukun mungkin saja hal ini disebabkan karena rokok sukun adalah produk asli jawa tengah tepatnya daerah Kudus. Karena harga bukanlah satu satunnya indikator yang membuat masyarakat membeli atau tidak suatu produk. Masyarakat akan lebih teliti untuk membeli produk yang akan dikonsumsi baik dari segi harga, kualitas, brand dan lain sebagainya.

c) Political / Hukum

Keputusan-keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan perundang-undangan yang berlaku dan sikap pemerintah yang mempengaruhi dan membatasi gerak usaha perusahaan. Lingkungan ini terbentuk oleh hukum-hukum, lembaga pemerintah, dan kelompok penentang yang mempengaruhi dan membatasi gerak berbagai organisasi dan individu dalam masyarakat. PR. Sukun mendapatkan badan hukum dengan izin cukai no. SIP 6500/F; no. 067/WF/HO.

Lingkungan politik memperlihatkan pengaturan bisnis yang substansial, peranan badan pemerintah yang kuat, dan pertumbuhan kelompok kepentingan umum. Lingkungan budaya memperlihatkan kecenderungan jangka panjang menuju realisasi diri, kepuasan langsung, dan orientasi yang lebih sekuler.

(23)

produsen rokok, seperti menetapkan harga tinggi pada produk rokok, larangan iklan rokok secara langsung di televisi, dan peraturan udara bersih. Peraturan pemerintah tersebut menjadi salah satu kendala bagi prospek bisnis rokok, dan seperti pabrik rokok pada umumnya, Pabrik Rokok Sukun juga terkena imbas dari peraturan pemerintah yang ada. Segi lain, Pabrik Rokok Sukun juga mengalami berbagai kendala internal yang menyebabkan penjualannya menurun.

Rokok Sukun sendiri merupakan rokok kretek yang berusaha membidik segmen menengah ke bawah. Dengan kualitas yang hampir sama dengan hasil produksi dari pabrik besar, Rokok Sukun berani menjual dengan harga di bawah harga rokok pabrik besar. Hal tersebut diharapkan dapat menarik minat membeli ulang konsumen.

d) Lingkungan Sosial/Budaya

Pengaruh membeli suatu peroduk rokok juga ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada setiap orang dan langsung ditiru oleh pihak lain. Kehadiran suatu produk rokok dalam masyarakat serta diterima atau tindakannya yang baru sangat dipengaruhi oleh kultur masyarakat setempat. Lingkungan budaya juga dapat menciptakan peluang yang sangat besar bagi sebuah perusahaan.

Jika dilihat dari wilayah pemasarannya produk rokok sukun sudah sangat tepat dalam memilih wilayah untuk memasarkan produknya. Produk rokok Sukun sangat potensial jika dipasarkan di daerah jawa, karena kebanyakan masyarakat jawa pada usia lanjut sebagian besar mengkonsumsi rokok, ditambah lagi dengan harga rokok Sukun yang sangat terjangkau untuk kalangan menengah kebawah. Dimana rata-rata pendapatan masyarakat di wilayah jawa masih tergolong menengah kebawah.

Sehingga dengan keunggulan harga yang dimiliki oleh produk rokok Sukun dibanding dengan produk rokok lain yag kelasnya setara dengan rokok Sukun maupun rokok yang memiliki kelas yang premium, maka masyarakat akan lebih memilih membeli ataupun mengkonsumsi rokok yang memiliki keunggulan harga yang lebih murah dibanding dengan produk rokok dengan merk yang lain dan tentunya memiliki kualitas yang tidak kalah baik.

e) Natural

(24)

Dilihat dari karakter wilayah tempat pelaksanan praktikum dimana wilayah yang bertempat di kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, wilayah tersebut adalah suatu wilayah yang daerahnya merupakan wilayah sentra petani tembakau. Dimana para petani tembakau tersebut bekerjasama atau bermitra dengan salah satu perusahaan tembakau yang ada di Rembang. Walaupun hasil panen tembakau yang dihasilkan oleh petani tidak didistribusikan oleh perusahaan tembakau ke PR.SUKUN. Namun masyarakat tetap loyal untuk mengkonsumsi produk rokok Sukun tersebut, karena Rokok Sukun memiliki keunggulan pada segi harga.

f) Demografi

Kekuatan lingkungan yang pertama dimonitor adalah kependudukan karena orang banyak yang membentuk pasar. Perkembangan kependudukan dari waktu kewaktu yang terus meningkat dapat merupakan suatu peluang, sekaligus menjadi ancaman bagi sebuah usaha. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan pertumbuhan permintaan terhadap barang-barang yang dibutuhkan.

Lingkungan demografi memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, perusahaan distribusi, umur, etnis, dan pendidikan, jenis rumah tangga baru, pergeseran populasi secara geografi, dan perpecahan dari pasar masal menjadi pasar-pasar mikro.

Tabel 6. Karakteristik Responden

No

Nama

Responden Alamat Jk Usia

Pendidikan

Terakhir Pekerjaan

1 Mahmud PondokRejo Laki-laki 55 SMP Petani

2 Robiin PondokRejo Laki-laki 40 SMP Petani

3 Jayadi

Sendang

Mulyo Laki-laki 34 SD Petani

4 Junari

Pondok

Rejo Laki-laki 32 SMP Petani

5 Sutukul

Pondok

Rejo Laki-laki 35 SMA Petani

6 Punarto

Pondok

Rejo Laki-laki 39 SMP Petani

7 Tamin

Pondok

Rejo Laki-laki 46 SMP Petani

8 Paidi PondokRejo Laki-laki 41 SD Petani

9 Darno PondokRejo Laki-laki 34 SMA Petani

10 Jupri

Pondok

(25)

11 Sarijan PondokRejo Laki-laki 43 SD Petani

12 Saminto PondokRejo Laki-laki 50 SMP Petani

13 Madirin

Pondok

Rejo Laki-laki 43 SMP Petani

14 Kasmindar

Pondok

Rejo Laki-laki 41 SMA Petani

15 Suripan

Pondok

Rejo Laki-laki 38 SD Petani

16 Jamin

Pondok

Rejo Laki-laki 33 SD Petani

17 Poyo

Pondok

Rejo Laki-laki 31 SMP Petani

18 Gini PondokRejo Laki-laki 44 SMP Petani

19 Yadiman PondokRejo Laki-laki 38 SMA Petani

20 Rejo

Pondok

Rejo Laki-laki 23 SMP Petani

21 Sumangat

Pondok

Rejo Laki-laki 35 SD Petani

Sumber : Data Sekunder diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden dalam penelitian untuk melihat konsumsi suatu produk rokok adalah pada penelitian ini di dapat responden yang semuannya berjenis kalamin laki-laki. Sedangkan untuk kelompok umur responden yang merokok.

Pada kelompok umur di atas 20-30 tahun adalah 4.7 %, umur 31- 40 tahun 47,6 %, umur 41-50 tahun 33.3% dan umur diatas 50 tahun adalah 4.7 %. Dan untuk pekerjaan responden semua responden adalah petani.

Dari hasil data yang diperoleh maka diketahui bahwa yang paling banyak merokok adalah responden pada kelompok umur 30-41 tahu sebesar 47,6 %. Dan sebagian besar dari kelompok umur tersebut responden mengkonsumsi produk rokok sukun. Dimana produk rokok sukun merupakan rokok yang terkenal bagi kalangan umur 30 tahun keatas.

4.2.1.2Lingkungan Mikro (Micro Environment)

(26)

a) Perusahaan (Company)

Didalam membuat rencana pemasaran, manajemen pemasaran perusahaan harus memperhitungkan kelompok-kelompok lain dalam perusahaan seperti manajemen puncak, keuangan, riset dan pengembangan, pembelian, produksi, dan bagian akuntansi.

PR.Sukun adalah sebuah perusahaan yang memproduksi jenis rokok kretek Pemasarannya ditangani oleh bagian pemasaran dan penjualan yang terdiri dari para manajer untuk mengelola berbagai merk penjualan dan perwakilan penjualan, dan lain-lain. Bagian pemasaran bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana pemasaran untuk semua produk dan merk yang telah ada dan juga mengembangkan produk -produk dan merk-merk yang baru.

Manajemen pemasaran di PR.Sukun harus memperhitungkan kelompok lain di perusahaan dalam merumuskan rencana pemasarannya, seperti bagian keuangan, bagian produksi,bagian pembukuan, bagian percetakan, bagian tekhnik, bagian kendaraan dan bagian personalia. Semua kelompok ini membangun sebuah lingkungan mikro perusahaan bagi para perencana pemasaran. Semua bagian ini mempunyai dampak terhadap rencana dan kegiatan bagian pemasaran. Manajemen pemasaran harus bekerja sama dengan kelompok-kelompok lainnya dalam perusahaan untuk merancang dan melaksanakan rencana pemasarannya.

b) Suplier

Para pemasok adalah perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Perkembangan dalam lingkungan pemasok ini bisa sangat mempengaruhi pemasaran dimana manajer pemasaran perlu mengawasi harga-harga bahan baku karena kenaikan bahan baku bisa mempengaruhi harga jual dari produk yang akhirnya akan mengurangi pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan.

Dalam memproduksi produk rokoknya PR.Sukun menggunakan bahan baku seperti tembakau dan cengkih sebagai bahan baku utma dalam pembuatan rokok sukun. Untuk mendapatkan bahan bahan baku tersebut PR.Sukun telah memiliki pemasok yang memasok bahan baku dan cengkih.Dimana bahan baku tembakau biasannya PR.Sukun memperoleh tembakau dari daerah Waleri, Temanggung, Muntilan, Meranggen,Bojonegoro, Madura dan ada pula tembakau yang di pasok dari luar negeri. Sedangkan untuk bahan baku cengkih PR.Sukun memasok sukun dari daerah Lampung, Manado, dan Purwokerto.

(27)

Para perantara pemasaran adalah perusahaan yang membantu perusahaan itu dalam promosi, penjualan dan distribusi barang-barangnya kepada para pembeli terakhir. Mereka ini meliputi para perantara, perusahaan distribusi fisik, lembaga-lembaga jasa pemasaran, dan perantara bidang keuangan.

Perantara Perantara adalah perusahaan dagang yang membantu perusahaan untuk menemukan pembeli dan/atau menutup penjualan dengan mereka. Mereka terbagi menjadi dua macam, yaitu agen perantara dan pedagang perantara. Agen perantara seperti agen, pialang, dan perwakilan produsen, yang mencari dan menemukan para pelanggan dan/atau melakukan perjanjian dengan pihak lain, tapi tidak memiliki barang dagangan itu sendiri.

Dalam mendistribusikan produk rokok Sukun PR.Sukun menggunakan atau melibatkan beberapa perantara pemasaran yaitu:

 Distribusi Fisik, membantu perusahaan dalam penyimpanan dan pemindahan produk rokok Sukun dari tempat asalnya ketempat-tempat yang dituju. seperti Agen, Perwakilan,Pedagang besar dan pengecer.

 Para Agen Jasa Pemasaran, seperti agen periklanan, perusahaan media, dan perusahaan konsultan pemasaran,kesemuanya membantu PR.Sukun dalam rangka mengarahkan dan mempromosikan produknya ke pasar yang tepat.

 Perantara Keuangan, seperti bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi, danperusahaan lain yang membantu dalam segi keuangan PR.Sukun.

d) Pelanggan (Costumers)

Pelanggan membeli produk barang dan jasa.Perusahaan tidak dapat hidup tanpa dukungan pelanggan.Oleh karena itu,untuk mencapai keberhasilan usahannya,suatu perusahaan perlu mengamati kebutuhan dan keinginan pelanhggan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 21 responden yang bertempat di daerah Kecamata Bulu Kabupaten Rembang provinsi jawa tengah maka di peroleh hasil:

Tabel 7. Presentase Jumlah Pengguna jenis/merek rokok

No. Merek / Jenis Rokok Jumlah Pengguna Presentase (%)

1. Sukun 9 Responden 43

2. Gudang Garam 3 Responden 14

(28)

4. Diplomat 2 Responden 9

5. Djarum 1 Responden 5

6. Gudang super 1 Responden 5

7. Surya 2 Responden 9

8. Tidak merokok 1 Responden 5

Sumber : Data Sekunder diolah

Dari data diatas dapat dilihat bahwa presentase pengunaan rokok paling besar adalah pada produk rokok sukun yaitu sebanyak 43 %. Walaupun produk rokok yang juga banyak penggunanya adalah rokok diplomat, el mild dan surya sebanyak 9 %Hal ini menunjukkan bahwa produk rokok sukun masih mempunyaibanyak konsumen, hal ini dikarenakan harga dari produk rokok Sukun tergolong lebih murah dibanding dengan jenis merk rokok yang lainnya.

Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik pribadinya sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.

Tabel 8. Presentase tingkat kepentingan atribut yang harus dimiliki

No Atribut Tingkat Kepentingan (%)

4 3 2 1

1. Rasa 57.1 % 33.3 % 4.7% 4.7 %

2. Ukuran 14.2 % 23.8 % 42.8% 19.0 %

3. Bentuk 0 % 0 % 52.3% 47.6 %

4. Harga yang sesuai 38.0 % 42.8 % 14.8 % 4.7 %

5. Kadaluarsa 14.2 % 4.7 % 19.0 % 61.9%

Sumber : Data Sekunder diolah

Keterangan: 4 (Sangat penting) 3 (Penting)

2 (Sedikit penting) 1 (Tidak penting)

(29)

kepentingan yang tinggi atau sangat penting pada produk rokok tersebut. Kemudian 4.7 % responden mengganggap rasa tidak penting dan 4.7 % menganggap rasa tidak penting pada pada suatu produk yaitu produk rokok. Serta 33.3% responden menganggap bahwa Rasa sedikit penting.

Untuk ukuran rokok ada sebannyak 42.8 % resonden menganggap bahwa hal tersebut sedikit penting ada pada sebuah produk rokok. 19.0 % responden menganggap tidak penting,, 14.2 % responden menganggap ukuran sangat penting dan 23.8 % responden menganggap ukuran penting bagi sebuah produk.

Bentuk pada rokok memiliki peresentase paling tingggi pada penilaian sedikit penting yaitu sebesar 52.3 %, dan 47.6 % menganggap tidak penting , sebannyak 0 % menganggap ukuran penting dan sangat bagi sebuah produk.

Harga yang sesuai memiliki peresentasi pada penilaian yang penting yaitu sebesar 42.8% begitu juga dengan penilain sangat penting yang memiliki presentase sebesar 38.0 % kemudian sebesar 14.8% responden menggap bentuk sedikit penting dengan presentase 4.7 % responden menganggap bahwa harga tidak penting bagi konsumen.

Kemudian yang terakhir adalah kadaluarsa dimana kadaluarsa memiliki tingkat peresentasi yang paling besar adalah pada penilaian tidak penting yaitu sebesar 61.9% dan 19.0 % responden menganggap kadaluarsa sedikit penting bagi konsumen untuk membeli produk rokok dan 14.2% menganggap sangat penting serta 4.7% menganggap penting.

Dari data-data yang telah diperoleh maka dapat disimpukan bahwa rasa memiliki tingkat presentase yang paling besar bagi konsumen, bukan hannya rasa tingkat kadaluarsa dan haga juga penting bagi konsumen untuk mendorong konsumen membeli produk rokok

Tabel 9. Rata-rata konsumsi rokok selama priode 6 bulan

No Merek produk

Jumlah yang dikonsi selama 6 bulan terahhir

Rata-rata (bungkus)

t-0 t-1 t-2 t-3 t-4 t-5

1 Sukun 248 283 281 277 280 281 275

2 Gudang Garam 105 135 135 135 135 135 130

3 El Mild 75 75 73 74 75 75 75

4 Diplomat 46 46 47 47 47 47 47

5 Djarum 24 24 25 23 25 25 24

6 Gudang super 34 34 34 34 34 34 34

7 Surya 35 35 35 35 35 35 35

(30)

Dari data diatas dapat diketahui bahwa konsumsi rokok terbanyak selama periode 6 bulan adalah konsumsi produk rokok Sukun, yaitu dengan rata-rata konsumsi sebannyak 275 bungkus per bulannya. Kemudian disusul oleh peroduk rokok Gudang Garam yaitu besarnya konsumsi adalah 130 bungkus per perbulannya dan pada pada posisi ketiga yaitu produk rokok El Mild.

Sedangkan untuk konsumsi yang juga tidak kalah adalan produk rokok Diplomat yaitu dengan konsumsi rata-rata sebesar 47 bungkus per bulannya,untuk rokok Surya rata-rata Konsumsi sebanyak 35 perbulan, dan Gudang Super rata-rata 34 perbulan dan yang palig rendah adalah Djarum sebanyak 24 perbulan.

[image:30.595.74.350.484.631.2]

Dari penguraian diatas dapat disimpulan bahwa produk rokk sukun memiliki tingkat konsumsi yang paling tinggi sedanggkan tingkat konsumsi paling rendah terdapat pada produk rokok Djarum . Hal terjadi karena produk rokok sukun mempunnyai tingkat harga yang relatif murah dan terjangkau sesuai dengan tingkat penghasilan masyarakat yang ada.dimana memang penghasilan masyarakat disekitar tempat praktikum masih menegah kebawah, sehinnga produk rokok Djarum memiliki tingkat konsumsi yang rendah dikarenakan memang produk rokok ini merupakan rokok yang membidik konsumen yang berpenghasilan menengah keatas,sehingga produk rokok Djarum tingkat konsumsinnya rendah dikalangan masyarakat yang mempunnyai tingkat pendapatan menengah kebawah.

Tabel 10. Tingkat pembelian No

.

Merek Produk Tingkat pembelian Terusmenerus Tidak

1. Sukun 

-2. Gudang Garam 

-3. El Mild 

-4. Diplomat 

-5. Djarum 

-6. Gudang super 

-7. Surya 

-Sumber : Data Sekunder diolah

Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat loyalita konsumen/pelanggan tinggi terhadap produk produk yang mereka konsumsi.Hal ini dapat dilihat bahwa konsumen/membeli membeli secara terus menerus terhadap produk yang mereka konsumsi.

(31)

pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik pribadinya sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.

Minat membeli ulang merupakan salah satu indikator dari adanya loyalitas yang tinggi. perilaku pelanggan dimana pelanggan merespons positif terhadap kualitas produk / jasa dari suatu perusahaan dan berniat mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Minat tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain seperti kekhasan produk, citra merek, derajat komunitas, dan sikap merek.

e) Competitors

Pesaing adalah perusahaan di dalam industry yang sama dan menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung pada apakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain, yaitu menentkan siapa pesaingnya, mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhiyungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.

[image:31.595.73.413.464.615.2]

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 21 responden yang bertempat di daerah Kecamata Bulu Kabupaten Rembang provinsi jawa tengah maka di peroleh hasil: Tabel 11. presentase pengunaan

No. Merek / Jenis Rokok Jumlah Pengguna Presentase (%)

1. Sukun 9 Responden 43

2. Gudang Garam 3 Responden 14

3. El Mild 2 Responden 9

4. Diplomat 2 Responden 9

5. Djarum 1 Responden 5

6. Gudang super 1 Responden 5

7. Surya 2 Responden 9

8. Tidak Merokok 1 Responden 5

Sumber : Data Sekunder diolah

(32)

bisnis yang baik sehingga tidak kalah bersaing dengan produk-produk rokok yang lain. Salah satu penyebab turunnya volume penjualan adalah perusahaan tidak mampu mempertahankan diri dari pesaing rokok sejenis atau tidak sejenis, pesaing yang mempunyai kesamaan atau kedekatan harga eceran,dan pesaing perusahaan rokok beda kala golongan perusahaan. Pesaing sejenis datang dari Djarum yang memiliki rasa yang sangat mirip dengan Rokok ‘Sukun’. Sedangkan dari segi harga eceran rokok Sukun disaingi oleh Djarum dan Gudang Garam kretek.

f) Publik

Sebuah perusahaan juga harus memperhatikan sejumlah besar lapisan masyarakat yang tentu saja besar atau kecil menaruh perhatian terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan, apakah mereka menerima atau menolak metode-metode dari perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena kegiatanperusahaan pasti mempengaruhi minat kelompok lain, kelompok-kelompok inilah yang menjadi masyarakat umum. Masyarakat umum dapat memperlancar atau sebaliknya dapat sebagai penghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai sasarannya.

Efek komunitas juga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Adanya kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sebaya menyebabkan individu melakukan perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku anggota kelompok teman sebaya. Oleh karena itu, misalnya, individu yang kelompok teman sebayanya mengkonsumsi rokok, maka besar sekali kecenderungan individu bersangkutan untuk mengkonsumsi rokok. Selain itu, apabila perilaku rokok dari teman sebaya tinggi maka kecenderungan individu bersangkutan untuk loyal juga tinggi akibat perilakunya sudah menjadi kebiasaan dan mendapatkan reward dari teman sebaya.

4.2.2 Internal Environment

(33)

Kelemahan produkadalah belum bagusnya proses pengembangan produk dan riset yang dilakukan masih terlalu minim.Analsisis dicurahkan kepada salah satu atau beberapa manajemen fungsional tersebut yang memang memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Seberapa besar ketidakseimbangan peran masing-masing manajemen fungsional pada keunggulan perusahaan tergantung pada banyak faktor, misalnya jenis pasar, segmen pasar yang dilayani, daur kehidupan barang, modal kerja, dan posisi pasar perusahaan.

Kadang perusahaan dalam satu jenis industri yang sama juga terdapat perbedaan faktor strategis penentu keberhasilan perusahaan. Sekalipun komponen pokok manajemen fungsional yang dipilih oleh perusahaan dalam melakukan analisis kekuatan dan kelemahan perusahan cenderung sama, akan tetapi peran masing-masing komponen berbeda secara signifikan. Tugas manajemen adalah melihat komponen mana yang berperan sangat signifikan terhadap keberhasilan perusahaan.

4.4 Matrix SWOT

IFE

EFE

STRENGHT

(S1) Produk memiliki harga yang relative terjangkau

(S2) Segi pelayanan dan pemasaran yang baik,

mendukung dalam

popularitas perusahaan

WEAKNESS

( W1 ) Kurang promosi melalui media massa

( W2) Perluasan pasar yang belum maksimal dalam tataran wilayah Indonesia

OPORTUNITY(O1) Perusahaan ini

menempatkan produknya pada tempat yang

stratejik, mudah

dijangkau, dekat

keramayan dan periwisata.  (O2) Produk dengan harga terjangkau untuk semua kalangan.

SO STRETEGI  Terus mempertahankan

segi pelayanan yang baik, sehingga mendorong loyalitas konsumen dan pelanggan

 Mempertahankan harga yang terjangkau namun

tetap memberikan

keuntungan perusahan.  Produk-produk terus

dikembangkan agar dapat lebih banyak memenuhi kepentingan, keinginan dan kabutuhan konsumen.

WO STRATEGI Meningkatkan promosi

melalui berbagai media. Perlunya perluasan pasar ke

(34)

THREATH

( T1 )Kudus sebagai wilayah pariwisata dan daerah maju menjadi daya tarik pendatang untuk mendirikan perusahaan sejenis yang menyaingi Perusahaan lain.

ST STRATEGI

 Terus mengadakan

pengembangan produk, mencari ide-ide untuk perbaikan produk sehingga menciptakan produk-produk baru yang memiliki daya saing tinggi.

 Menguasai pasar dengan cara perluasan pasar diberbagai tempat sehingga meempersempit

kesempatan pendatang baru dalam menyaingi usaha.

WT STRATEGI Meningkatkan promosi

untuk memperluas

konsumen, sehingga dapat memajukan perusahaan.

4.3 Alternatif Strategy Options

Menurut teori Rangkuti (1997) yang mengatakan bahwa untuk strategi stabilitas alternatif detail strategi yang paling tepat adalah dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Maksudnya apabila kelemahan perusahaan dapat diminimalkan, perusahaan akan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Strategi alternatif yang bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan opportunities di luar perusahaan dan meminimalkan weakness internal perusahaan. Dengan rincian strategi sebagai berikut :

STRATEGI W-O

1. Gencarkan promotion mix melalui media penyampaian informasi dan acara favorit masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas agar masyarakat mengenal produk dan mempengaruhi masyarakat untuk loyal terhadap produk.

2. Investasi dan menambah mitra kerja untuk pasar yang lebih luas sehingga dapat memenuhi permintaan produk baik di dalam negeri maupun luar negeri, sehingga dapat meningkatkan kuantitas penjualan produk. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh tentu akan lebih tinggi.

(35)

4.5 Rational Dan Keputusan

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 Produk Sukun menjadi produk yang populer dari segi image atau pandangan konsumen.

 Produk Sukun memperoleh penilaian yang penuh dari seluruh konsumen dari segi bentuk, ukuran serta harga yang sedang dari aspek kepentingannya dibandingkan produk Djarum untuk kawasan Jawa Timur . Kemudian untuk atribut pelayanan dari produk Sukun memiliki skoring rata-rata 4 dimana artinya mereka menganggap penting pelayanan dari produk Sukun ini.

 Untuk atribut rasa, ukuran, bentuk dan harga dinilai secara rata-rata berada dalam kategori penting. Kemudian untuk atribut pelayanan memiliki skoring rata-rata 5 artinya mereka menganggap sangat penting pelayanan dari produk Sukun ini.

 Matrik Strategi yang di sarankan :

SO STRETEGI : Terus mempertahankan segi pelayanan yang baik, sehingga mendorong loyalitas konsumen dan pelanggan, Mempertahankan harga yang terjangkau namun tetap memberikan keuntungan perusahan. Produk-produk terus dikembangkan agar dapat lebih banyak memenuhi kepentingan, keinginan dan kabutuhan konsumen.

WO STRATEGI : Meningkatkan promosi melalui berbagai media. Perlunya perluasan pasar ke wilayah yang lebih luas sehingga dapat dikenal masyarakat luas

ST STRATEGI : Terus mengadakan pengembangan produk, mencari ide-ide untuk perbaikan produk sehingga menciptakan produk-produk baru yang memiliki daya saing tinggi.

WT STRATEGI : Meningkatkan promosi untuk memperluas konsumen, sehingga dapat memajukan perusahaan

(37)

Sebaiknya PR sukun lebih meningkatkan promosi melalui media masa karena media masa merupakan salah satu indicator dalam pemasaran yang berpengaruh besar terhadap tingkat pembelian konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. 1990. Management Produksi. Yogyakarta : BPFE

Anonim.2010. http://www.sinartani.com/nasional/materi-manajemen-pemasaran-2010 1294028275.html. Diakses Pada Tanggal 9 Januari 2013.

Anonym.2011.SaluranPemasaran.

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2224662-saluran-pemasaran/ Diakses Pada Tanggal 20 desember 2015.

Anonym.2011.ProsesPemasaran.http://adji14.wordpress.com/2010/03/18/peroses-pemasaran-di-suatu-daerah.com. Diakses Pada Tanggal 9 Januari 2013. Assauri, S. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : LPFEUI

Catur E. Rismiati dan Ig. Bondan Suratno. 2001.Pemasaran Barang dan Jasa, cetaan pertama, Penerbit : Kanisius. Yogyakarta.

Fandy Tjiptono. 2009.Strategi Pemasaran. edisi kedua, cetakan ketujuh, Penerbit : Andi Offset. Yogyakarta.

Indriyo Gitosudarmo. 2008.Manajemen Pemasaran. edisi pertama, cetakan keempat. Penerbit : BPFE – Yogyakarta.

Kotler, Keller. 2009. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.

Kotler, P. 1999. Marketing Jilid I (Terjemahan Herujat; Purwoko). Jakarta : Erlangga

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Mar’at. 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia. Nitisemito, A. 1993. Marketing. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rangkuti, Freddy.2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, edisi keenam belas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

(38)

Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia

Swastha, Basu dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Gambar

Tabel 1. Analisis SWOT
Tabel 2: Data produksi sukun tahun 2000-2010.
Tabel 3. Presentase jenis merek rokok yang paling diingat
Tabel 4. Presentase Sumber informasi produk rokok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih topik anggaran ini karena anggaran merupakan salah satu bagian dari perencanaan dan pengendalian perusahaan dalam menjalankan usaha bisnisnya dan anggaran

Usaha Baru Ibu merupakan salah satu usaha home industri yang ada di daerah Desa Kualu Kabupaten Kampar. Usaha yang dimiliki ibu Tini ini memproduksi dua jenis

Apabila terdapat bukti objektif (seperti memburuknya lingkungan bisnis di mana entitas penerbit menjalankan bisnisnya, kemungkinan ketidakmampuan di dalam membayar atau

c) Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. d) Ekologis,

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik (kondisi kerja) yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun

Apabila terdapat bukti objektif (seperti memburuknya lingkungan bisnis di mana entitas penerbit menjalankan bisnisnya, kemungkinan ketidakmampuan di dalam membayar

Masih menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis

Masih menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis