• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PEWARNAAN SPORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PEWARNAAN SPORA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN SPORA

untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Yang dibimbing olehIbu Sitoresmi Prabningtyas

Disusun oleh Kelompok 2 :

Fitriatul Ummah (140341606221)

Ika Prastika Sari (14034160)

Indah Syafinatu Zafi` (140341601596)

Intan Yunanda (140341600448)

Anton ()

Kelas : B

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

TOPIK : PEWARNAAN SPORA TUJUAN :

 Untuk mengenal dan mempelajari pewarnaan bakteri secara diferensial.

 Untuk mengenal, mempelajari, dan mempraktekan pewarnaan gram spora.

 Untuk mengetahui golongan bakteri pembentk spora

 Untuk mengamati macam-macam letak spora pada bakteri.

DASAR TEORI

Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakterimempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalambentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimanakedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadapfaktor luar yang tidak menguntungkan (Dwidjoseputro, 1989).

Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genusBacillus dan Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan diluar sel vegetatif (eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakterimembentuk spora bila kondisilingkungan tidak optimum lagi untukpertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).

Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal.Streptomyces misalnya, meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yangdisangga di ujung hifa, suatu filamen vegetatif. Proses ini serupa denganproses pembentukan spora pada beberapa cendawan(Irianto, 2006).

Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktilterdapat dalam induk sel danmerupakan suatu stadium isrtirahat dari seltersebut. Endospora memiliki tingkatme tabolisme yang sangat rendahsehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa memerlukan sumbermakanan dari luar (Irianto, 2006).

Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu prosesdiferensiasi dari suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal iniberbeda dari peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasikromosom (Pelczar, 1986).

(3)

Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologispada bakteri, karena memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaanburuk. Langkah-langkah utama di dalam proses pembentukan spora sebagaiberikut :

1. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membran sel di dekatsatu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.

2. Pembentukan sederet lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.

3. Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis (Pelczar, 1986).

Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya.Semua endospora bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitusuatu substansi yang tidak terdeteksi pada sel vegetatif. Sesungguhnya, asamtersebut merupakan 5-10 % berat kering endospora. Sejumlah besar kalsiumjuga terdapat dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan korteks terbuat darikompleks Ca2+ asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986).

Letak spora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannyatidaklah sama bagi semua spesies contoh, beberapa spora adalah sentral yaitudibentuk ditengah – tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung danyang lain lagi lateral yaitu di bentuk di tepi sel (Pelczar, 1986).

Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter selvegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resistenterhadap kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhutinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti desinfektan. Ketahanantersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras (Hadioetomo, 1985).

Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentuyang dapat menembus dinding tebal spora. Pewarnaan tersebut adalah denganpenggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan,sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga selvegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya sporadapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative jugadapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai sporadan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; pora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindungspora bakteri (Volk & Wheeler, 1988).

Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalamkeadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkankarena bakteri tersebut secara

(4)

genetis, dalam tahapan pertumbuhan danperkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi (Dwidjoseputro,1989).

Jika medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungandisekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapatkehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkankarena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangatmudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerusdapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangankemampuannya dalam membentuk spora (Dwidjoseputro, 1989).

Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidupbertahun - tahun bahkan berabad - abad jika berada dalam kondisi lingkunganyang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namunspora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkanselama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, sporaakan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggapmenguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru danberkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).

ALAT DAN BAHAN

Alat  Mikroskop  Kaca benda  Lampus piritus  Mangkuk pewarna  Kawat penyangga  Pipet  Pinset  Botol penyembprot Bahan

 Biakan murni bakteri

 Aquades steril

 Larutan hijau malakit 5%

 Larutan safranin 0,5%  Kertas lensa  Alkohol 70%  Lisol  Sabun cuci  Kore kapi  Lap  Kertas tissue

(5)
(6)

Menyediakan kaca benda yang bersih kemudian melewatkan diatas nyala api lampu

spiritus

Meneteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut

Mengambil inokulum bakteri secara aseptik, lalu meletakkan diatas tetesan aquades tersebut

Meratakan secara perlahan-lahan dan menunggu sampai

mengering

Melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan diatas nyala api spiritus

Meneteskan larutan hijau malakit diatas sediaan, lalu memanaskan sediaan diatas nyala api spiritus selama 3 menit dengan menjepit memakai pinset

Menjaga sediaan agar tidak sampai mendidih atau mengering, menambahkan tetesan hijau malakit jika sediaan

mengering

Meletakkan sediaan diatas kawat penyangga yang berada diatas mangkuk pewarna, membiarkan sampai

dingin

Mencuci kelebihan larutan hijau malakit dengan air kran dalam botol

penyemprot

Meneteskan larutan safranin diatas sediaan dan membiarkan selama 3

menit

Mencuci kelebihan safranin pada

sediaan

Mengeringkan sediaan dengan kertas penghisap dan mengamati dibawah

mikroskop

(7)

No. Koloni Ada/Tidak ada

Spora Bentuk Spora Letak Spora Gambar

1

Ada Spora Bulat Terminal

2

Ada Spora Bulat Terminal

ANALISIS DATA

Pada praktikum pewarnaan spora bakteri ini melakukan pengamatan terhadap bakteri untuk mengetahui ada tidaknya spora. Bakteri yang digunakan adalah bakteri hasil dari biakan murni pada praktikum sebelumnya. Untuk pengamatan spora ini yang dilakukan adalah melewatkan kaca benda bersih diatas nyala api lampu spiritus (bunsen), di atas kaca benda ditetesi setetes aquadest steril.

Bakteri yang akan diperiksa diambil dengan jarum inokulum secara aseptik lalu meletakkan di atas aquadest steril dan meratakan secara perlahan-lahan serta ditunggu sampai kering. Pada sediaan tersebut dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan di atas nyala api spiritus (bunsen) dengan cepat. Sediaan diletakkan di atas kawat penyangga yang berada di atas mangkuk pewarna. Lalu diteteskan larutan hijau malakit dan sediaan tersebut dipanaskan diatas lampu spiritus selama 3 menit dengan memakai penjepit pinset. Mengusahakan agar sediaan tidak mendidih atau mengering saat dipanaskan. Jika mengering, ditambahkan larutan hijau malakit. Setelah 3 menit, meletakkan sediaan diatas kawat penyangga yang diletakkan diatas mangkuk pewarna dan membiarkan sampai dingin. Kemudian mencuci kelebihan larutan hijau malakit pada sediaan dengan menggunakan air kran dalam botol penyemprot. Pewarnaan dengan larutan hijau malakit bertujuan untuk memberikan warna hijau pada spora. Setelah itu meneteskan larutan safranin diatas sediaan dan menunggu selama 3 menit, mencuci kelebihan safranin dengan air kran dalam botol penyemprot. Lalu mengeringkan sediaan dengan kertas penghisap dan diamati dibawah mikroskop. Pewarnaan dengan larutan safranin bertujuan untuk memberikan warna merah pada sel vegetatif.

(8)

Hasil dari pengamatan spora adalah pada koloni I dan koloni II sama yaitu memiliki spora yang berbentuk bulat dan letak spora ada di terminal. Bakteri yang diamati berbentuk basil.

PEMBAHASAN

Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri. Karena kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat di bawah mikroskop .Ada dua tipe spora yang terbentuk, yang pertama terbentuk dalam sel, yang disebut dengan endospora dan spora yang terbentuk diluar sel yang disebut eksospora. Lapisan bagian luar spora merupakan lapisan penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanaskan.

Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk, dapat memakai larutan hijau malakhit dan lauran safranin (Waluyo, 2008).

Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat

masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau. Melalui pendinginan warna utama akan

terperangkap di dalam spora,dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (safranin), sel vegetatif akan berwarna merah (Pelczar,1986).

Spora bakteri dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel bakteri, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel bakteri, sehingga menyebabkan pembengkakan sel bakteri (Dwijoseputro, 1979).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada koloni 1 terlihat warna hijau berbentuk bulat, yang merupakan spora bakteri. Warna hijau dari spora adalah akibat pewarnaan hijau malakit. Spora ini berada di terminal sel. Pada ujung yang lain terdapat warna merah yang merupakan sel vegetatif. Warna merah ini akibat pewarnaan safranin. Bakteri koloni 1 berbentuk basil sehingga masuk famili Bacillaceae. . Bakteri yang mampu membuat spora adalah yang termasuk ke dalam famili Basillaceae, genus Bacillus, Clostridium dan Sporosarkina (Pelczar,1986).

Pada koloni 2 juga terlihat warna hijau berbentuk bulat, yang merupakan spora bakteri. Warna hijau dari spora adalah akibat pewarnaan hijau malakit. Spora ini berada di terminal

(9)

sel. Pada ujung yang lain terdapat warna merah yang merupakan sel vegetatif. Warna merah ini akibat pewarnaan safranin. Bakteri koloni 2 berbentuk basil sehingga masuk famili Bacillaceae. Menurut Pelczar (1986) bakteri yang mampu membuat spora adalah yang termasuk ke dalam famili Bacillaceae, genus Bacillus, Clostridium dan Sporosarkina.

Spora merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak mengntungkan bagi bakteri tersebut. Lingkungan yang tidak memungkinkan atau menguntungkan disebabkan langkanya sumber karbon, energy dan fosfat. Selain itu bahaya yang bersifat toksik, suhu yang tidak sesuai atau lingkungan yang kering (Dwijoseputro, 1979) .

Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).

Namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih menurut Dwijoseputro (1979) jka medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora.

KESIMPULAN

1) Cara melakukan pewarnaan spora bakteri adalah dengan menggunakan zat pewarna malakit hijau dan safranin

2) Koloni bakteri yang diambil dari udara sekitar hidung dan koloni di kolam Biologi memiliki spora berbentuk bulat dalam posisi terminalis

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1979. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Etsha. 2013. Makalah Celup. Jakarta : PT. Gramedia

Hadioetomo, R.S. 1985.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta :PT. Gramedia. Hastuti, S.U. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi . Malang : UMM Press. Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung : Yrama Widya.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Pelczar, M.J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: UI Press.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

(11)
(12)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi lingkungan fisik sangat berpengaruh bagi suatu usaha yang akan menjalankan bisnisnya. Lingkungan fisik biasanya dikaitkan dengan kondisi lingkungan alam disekitar usaha

Koloni mikroorganisme merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada suatu tempat di medium kultur atau kumpulan bakteri

Pada praktikum mengamati pergerakan bakteri ini diketahui dari tabel 1 yaitu, pada medium dengan perlakuan disejajarkan dengan hidung (bagian atas) setelah diamati pergerakan

Pada setiap perlakuan terhadap medium kultur yang digunakan terjadi perbedaan pada kuantitas bakteri yang tumbuh di dalam cawan petri, di dalam cawan biakan menggunakan medium

plantarum dari medium (filet nila) sudah sangat berkurang (Fardiaz, 1992). plantarum memperlihatkan efektivitasnya dalam menghambat bakteri pembusuk pada filet nila

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk2.

Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol 70% agar tidak terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan saat perlakuan, kemudian bakteri

Medium agar yang sudah diinokulasi dengan bakteri dibuat parit lalu diisi dengan zat antibakteri dan diinkubasi sesuai dengan suhu dan waktu dari  bakteri yang di