• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum mikrobiologi Tentang I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum mikrobiologi Tentang I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

1. Nama : Yozi Muzennorta

2. NPM : E1F016020

3. Judul Acara : Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme 4. Hari/Tanggal Praktikum : Selasa/9 Mei 2017

5. Dosen Pembimbing : Ir. Hartal, MP Ir. Jamilah, MP

6. Co-Ass : Fitria Adriyani (E1J013009)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu mengukur pengaruh bahan kimia tehadap pertumbuhan mikroorganisme.

2. Mahasiswa dapat membuktikan bahwa bahan kimia tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

B. DASAR TEORI

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Buchanan, 2003).

(2)

tumbuh sampai salah satu faktor kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Kalau sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi penambahan nutrisi atau penyaluran keluar produk–produk metabolisme, maka pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum, yang tidak hanya berlaku bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel banyak dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik (Burrows, 2004).

Fase lag pada fase pertumbuhan bakteri merupakan fase yang dilakukan mikroorganisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sebelum memulai pertumbuhan. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak cukup lama, kecepatan pertumbuhan berada pada titik yang rendah mendekati nol dengan waktu generasi yang panjang. Ukuran serta kecepatan aktivitas metabolisme berada pada kondisi maksimum. Fase log akan pendek jika inokulum yang dipakai adalah bakteri pada pertumbuhan eksponensial dan media memiliki komposisi yang sama dengan media pertumbuhan sebelumnya. Inokulasi bakteri pada fase stasioner atau inokulasi ke media dengan komposisi berbeda akan menghasilkan fase lag sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase lag mengindikasikan waktu yang diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang dibutuhkan dalam metabolisme nutrisi baru. Setelah aklimatisasi sel akan mengalami fase percepatan pertumbuhan eksponensial, di mana nutrisi digunakan untuk membentuk materi sel baru. Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak semakin pendek dan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan(Adam, 2001).

(3)

lingkungan dan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menggunakan substrat(Burrows, 2004).

Pada fase ini nutrien telah habis, konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme yang bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan populasi yang tinggi. Fase stasioner merupakan fase keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian sel. Sebenarnya dalam fase ini sel berada pada tahap tidak melakukan aktivitas (suspended animation), dengan berakhirnya fase stasioner akan diikuti dengan mulainya fase kematian. Pada fase ini proses metabolisme berhenti, laju kematian meningkat dan ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang berasal dari sel itu sendiri (autolisis). Ketika proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas ke dalam medium yang kemudian dapat digunakan oleh mikroorganisme lain yang masih hidup (Adam, 2001).

Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan lingkungan menjadi kering, kegiatan metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Sel bakteri mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri berada pada lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang pekat) pertumbuhannya akan terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel (Burrows, 2004).

Namun demikian beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi. Bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi disebut bakteri halofil, misalnya Halobacterium. Setiap jenis bakteri menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini berkaitan dengan batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar batas nilai optimum menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu (Cappuccino, 2000).

(4)

umumnya radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu energi radiasi dari sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan makanan. Beberapa bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Cappuccino, 2000).

C. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan : alkohol 96%, tisue, slotip bening, medium kultur (NA, NA+ antibiotik, NA+NaCl, PDA, PDA+antibiotik, PDA+NaCl), biakan bakteri, biakan jamur.

2. Alat : cawan petri, batang pengaduk segitiga, jarum ose bulat, bunsen, entcase, inkubator, korek api, pipet elektron.

D. CARA KERJA

1. Entcase disterilkan menggunakan alkohol, setelah alkohol sudah mengering bunsen dinyalakan.

2. Siapkan alat-alat (6 cawan petri, jarum ose) yang akan digunakan agar steril, kemudian dimasukan ke dalam entcase. Didiamkan beberapa saat.

3. Medium kultur yang diberi perlakuan (ditambah NaCl, antibiotik) dan tidak diberi pelakuan dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri. Didiamkan beberapa saat sampai medium membeku.

4. Biakan bakteri dipipet menggunakan pipet elektron dan diletakkan pada medium NA yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan. Lalu cawan petri dislotip sampai rapat dan diberi label.

5. 3 cawan petri sisanya yang menggunakan medium PDA yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan dimasukan ke dalamnya biakan jamur menggunakan jarum ose. Lalu cawan petri dislotip sampai rapat dan diberi label.

(5)

E. DATA HASIL PRAKTIKUM

Gambar Perlakuan

NA kontrol

NA+antibiotik

(6)

Tidak tumbuh PDA kontrol

Tidak tumbuh PDA+antibiotik

(7)

F. PEMBAHSAN

Praktikum kali ini menggunakan biakan bakteri dan jamur sebagai objek pengamatan dengan perlakuan menggunakan bahan kimia NaCl dan antibiotik, dimana kultivasi jamur dilakukan menggunakan medium kultur PDA dan biakan bakteri menggunakan medium kultur NA. Pada setiap perlakuan terhadap medium kultur yang digunakan terjadi perbedaan pada kuantitas bakteri yang tumbuh di dalam cawan petri, di dalam cawan biakan menggunakan medium kultur NA dan PDA tanpa diberi NaCl dan antibiotik bakteri serta jamur pertumbuhannya cukup rapat, tetapi pada perlakuan dengan NaCl agak kurang dibanding medium yang tidak diberi perlakuan.

Bakteri beradaptasi dengan lingkungan, belum mampu mengadakan pembiakan, terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi perbesaran ukuran sel bakteri. Pada fase eksponesial merupakan periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang didalamnya dapat teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase ini pembiakan bakteri berlangsung cepat, sel-sel membelah dan jumlahnya meningkat secara logaritma sesuai dengan pertambahan waktu, beberapa bakteri pada fase ini biasanya menghasilkan senyawa metabolit primer, seperti karbohidrat dan protein (Colome, 2001).

Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri Jika keadaan lingkungan menjadi kering, kegiatan metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Sel bakteri mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri berada pada lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang pekat) pertumbuhannya akan terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel (Colome, 2001).

(8)

Derajat keasaman di luar batas nilai optimum menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu (Cappuccino, 2000).

Beberapa jenis bakteri dapat hidup dengan baik pada pH tinggi (lingkungan bersifat basa) maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat asam) misalnya Thiobacillus ferrooxidans dapat tumbuh dengan baik pada pH 1,3, namun kebanyakan bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5..Pada umumnya radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu energi radiasi dari sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan makanan. Beberapa bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Fardiaz, 2002).

G. KESIMPULAN

1. Pertumbuhan mikroorganisme yang dibiakan mengalami penghambatan saat diberi perlakuan dengan menambahkan bahan kimia berupa NaCl dan antibiotik terhadap medium kultur yang dipakai.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, MR. 2001. Microbiology of Fermented Food . Elsivier Applied Science

Publisher, Ltd : NewYork.

Buchanan, RE. & Gibbons, NE. 2003. Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology. The William & Wilkins Company Baltimore :

USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology.

W.B. Saunders Company : Philadelphia .

Cappuccino, JG. & Sherman, N. 2000. Microbiology : A Laboratory Manual. The

Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc : California.

Colome, JS. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing

Company : New York.

Cowan, ST. 2004. Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge

University Press : London .

Fardiaz, Srikandi. 2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta

Lim, D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill : New York .

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill : New York .

Ratna, Siri . 2012. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur

dasar Laboratorium. PT Gramedia : Jakarta.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keadaan masih cair, tuangkan nutrien agar yang telah mengandung suspensi bakteri tersebut ke dalam cawan petri secara aseptis sebanyak 20 ml. Biarkan

Berilah label cawan petri dan letakkan tulang/cangkang yang telah direndam pada cawan petri A (tulang direndam HCL),cawan petri B (tulang direndam air), cawan petri C

Medium TSA 25 ml dicairkan, kemudian menuangkan medium pada cawan petri yang sudah berisi 0,1 ml biakan strain bakteri tertentu campuran dihomogenkan dengan cara

Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat

Menentukan jumlah koloni yang tumbuh dalam media padat pada media padat dalam cawan petri, menggunakan jarum ose dengan teknik streak, air keran menggunakan batang L

Dipilih cawan petri dari suatu pengenceran yang menunjukkan  jumlah koloni antara 10-150.Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor

Sedangkan tahapan sterilisasi alat yaitu pertamatama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, membungkus cawan petri dengan kertas buram lalu memasukkannya ke dalam plastik tahan

Alat dan Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu gambar cawan petri, jarum ose, labu erlenmayer, mortar, batang L, pestle, batang pengaduk, gelas ukur, tip, tabung