• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM Mikrobiologi PEMBUAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM Mikrobiologi PEMBUAT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN PEMBUATAN MIKROBA STARTER

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Mikrobiologi Perairan

Disusun oleh :

Perikanan B – Kelompok 9

Aldwin Rahadian N 230110130084 Fauziah Arini S 230110130085 M.Aditya Ryandani 230110130094 Raden Nadya D.H 230110130103 Riza Sulaiman 230110130115 Rika Mustikawati 230110130125 Widi Ridwanto 230110130148

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pembuatan Mikroba Starter ”pada mata kuliah Mikrobiologi Perairan ini.

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi Perairan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Laporan ini disusun berdasarkan percobaan yang dilakukan hari Kamis 27 November sampai dengan Kamis 11 Desember 2014.Pada praktikum ini dilakukan pembuatan starter kubis, perendaman ikan menggunakan starter, inokulasi mikroba dari air cucian ikan. Terlepas dari itu semua, penulis banyak mendapat bantuan dan petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sungguh penyusun harapkan.

Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih kepada pembaca atas perhatiannya terhadap laporan ini. Semoga dapat berguna dan membuahkan hasil yang bermanfaat. Amin

Jatinangor, Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

2.3 Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus spp) 8

2.4 Limbah Kubis 13

2.5 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Mikroba

14

2.6 Bakteri Antagonis 16

III. METODOLOGI

3.1. Alat dan bahan Praktikum 17

3.2. Prosedur praktikum 20

IV. HASIL DAN

PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 23

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya penggunaan formalin dan zat kimia berbahaya lainnya di Indonesia sebagai bahan pengawet pada makanan terutama ikan segar merupakan bentuk penyalahgunaan fungsi dari formalin, karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker. Hal ini dilakukan produsen karena belum menemukan jalan keluar untuk dapat mempertahankan kualitas ikan dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan pengawet alami makanan yang ada saat ini.

Penanggulangan masalah tersebut dapat diatasi dengan mencari alternatif bahan pengawet makanan yang mudah didapat dan efisien. Kombinasi fermentasi limbah kubis dan penyimpanan suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan ikan. Limbah kubis yang umumnya sudah tidak dapat digunakan lagi ternyata bisa menjadi jalan keluar bagi masalah ini. Pemanfaatan limbah kubis dalam proses fermentasi dapat menghasilkan bakteri asam laktat yang dapat menghambat proses pembusukkan pada ikan karena bersifat membunuh bakteri pembusuk.

Penyimpanan ikan pada suhu rendah juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk karena sebagian besar bakteri tidak dapat hidup pada suhu 5 -10o C. Namun, meskipun telah disimpan pada suhu rendah masih ada saja bakteri pembusuk yang dapat bertahan. Oleh karena itu diperlukan penambahan bakteri asam laktat pada ikan untuk memperpanjang kualitas dan masa simpan ikan.

(5)

1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan praktikum adalah menghasilkan mikroba starter yang dapat digunakan sebagai mikroba antagonis dalam memperpanjang masa simpan hasil perikanan.

1.3 Manfaat

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroba Starter 2.1.1 Pengertian Starter

Starter adalah inokulum yang ditambahkan pada suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah atau mengalami fermentasi. Pada umumnya di Indonesia digunakan khamir,kapang, maupun bakteri untuk membuat makanan fermentasi. Starter merupakan media berisi mikroba tertentu dan digunakan untuk memacu tumbuhnya mikroba yang diharapkan. Wujud starter beragam, tergantung dari mikroba yang dikandungnya. Mikroba yang terkandung di dalam starter sudahnon aktif (immobil). Dalam keadaan non aktif, kebutuhan mikroba terhadap energi relatif rendah.

Starter komersil banyak dijual, misalnya ragi peuyeum, ragi kue, EM4, Starbia dan lain-lain. Wujud starter beragam, tergantung dari mikroba yang dikandungnya. Starter yang mengandung jamur atau ragi berbentuk kering (tepung), sedangkan starter bakteri berbentuk cair. Starter dapat dibuat dengan mengendalikan lingkungan hidup mikroba sehingga mikroba yang diharapkan tetap hidup dan mikroba lain tidak dapat tumbuh dan berkembang. Kegagalan pengendalian lingkungan dapat menyebabkan populasi mikroba yang diharapkan menjadi menurun atau aktivitasnya menurun.

2.1.2 Pembuatan Starter

(7)

kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis.

2.1.3 Manfaat Starter Kubis

Manfaat fermentasi limbah kubis mengandung mikroba antara lain : Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Aspergillus sp, dan Rhizopus sp. Nilai pH yang rendah terkait dengan terbentuknya asam laktat oleh Lactobacillus sp. Selama proses fermentasi berlangsung Lactobacillus sp menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Sehingga, ekstrak fermentasi limbah kubis layak digunakan sebagai starter yang bersifat probiotik dalam proses fermentasi.

Bakteri Lactobacillus plantarum adalah bakteri asam laktat dari famili Lactobacilliceae dan genus Lactobacillus. Jenis bakteri asam laktat ini digunakan untuk menghambat penurunan mutu filet nila merah sehinga dapat disimpan dalam waktu lebih lama. Menurut Jenie dan Rini (1995).

2.2 Fermentasi

Fermentasi dapat didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim dari beberapa bakteri, khamir, dan jamur di dalam media pertumbuhan. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati, dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida (Hidayat, 2006).

(8)

Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik mutlak diperlukan agar fermentasi berjalan dengan baik. Suhu selama proses fermentasi juga sangat menentukan jenis mikroba dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 30ºC untuk pertumbuhan mikroba (Prasetya, 1985).

Fermentasi asam laktat terbagi menjadi dua jenis, yaitu homofermentatif (sebagian besar hasil akhir merupakan asam laktat) dan heterofermentatif (hasil akhir berupa asam laktat, asam asetat, etanol dan CO2). Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme pembentukan asam laktat, yaitu piruvat akan diubah menjadi laktat (atau asam laktat) dan diikuti dengan proses transfer elektron dari NADH menjadi NAD+. Pola fermentasi ini dapat dibedakan dengan mengetahui keberadaan enzim-enzim yang berperan di dalam jalur metabolisme glikolisis. Pada heterofermentatif, tidak ada aldolase dan heksosa isomerase tetapi menggunakan enzim fosfoketolase dan menghasilkan CO2. Metabolisme heterofermentatif dengan menggunakan heksosa (golongan karbohidrat yang terdiri dari 6 atom karbon) akan melalui jalur heksosa monofosfat atau pentosa fosfat. Sedangkan, homofermentatif melibatkan aldolase dan heksosa aldolase namun tidak memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan CO2.

(9)

membutuhkan energi yang umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam keadaan aerob, mikroba mengubah glukosa menjadi air, CO2, dan energi (ATP) yang digunakan untuk kegiatan pertumbuhan. Beberapa mikroba hanya dapat melangsungkan metabolisme dalam keadaan anaerob dan hasilnya adalah substrat setengah terurai (Muchtadi, 2010).

Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Fermentasi sayur asin sangat sensitif terhadap suhu, jika konsentrasi asam yang dikehendaki telah tercapai, maka suhu dapat dinaikkan untuk menghentikan fermentasi. Pada pembuatan sayur asin terdapat 3 macam mikroba yang akan mengubah gula dari kubis menjadi asam asetat, asam laktat dan hasil hasil lainnya. Mikroba tersebut adalah Leuconostoc Mesentroides, Lactobacillus Cucumeris, dan Lactobacillus Pentoaceticus. Leuconostoc mempunyai suhu optimum yang lebih tinggi. Pada suhu diatas 21 derajat Celsius, Leuconostoc tidak dapat tumbuh sehingga tidak terbentuk asam asetat, tetapi pada suhu ini akan diproduksi bakteri asam laktat oleh Lactobacillus. Penambahan garam akan menyebabkan pengeluaran air dan gula dari sayur - sayuran dan menyebabkan timbulnya bakteri asam laktat (Septiadi, 2000). Semakin lama waktu (3-9 hari) fermentasi pada kubis maka jumlah bakteri asam laktat makin meningkat. Meningkatnya jumlah bakteri asam laktat selama fermentasi disebabkan kondisi substrat masih memungkinkan untuk berlangsungnya metabolisme bakteri asam laktat (Saripah, 1983).

Seperti sebagian besar dari fermentasi sayuran, fermentasi sayur asin merupakan fermentasi spontan yaitu proses fermentasi tanpa digunakan starter dan terjadi dengan sendirinya dengan bantuan mikroflora alami. Karakteristik dari proses ini adalah adanya berbagai bakteri asam laktat yang termasuk bakteri heterofermentatif. Bakteri asam laktat penting dalam pencapaian produk yang stabil dengan rasa dan aroma yang khas. Hasil pertumbuhan bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat, asam asetat, etanol, ester dan CO2 (Rukmana, 1994).

(10)

kandungan bahan tersebut. Jika cara pengawetan pangan yang lainnya dijadikan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya didalam makanan. Tetapi jenis mikroba sangat terbatas sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki. Pada mulanya yang dimaksud fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkohol dan CO2 tetapi banyak proses yang disebut fermentasi tidak selalu menggunakan substrat gula dan menghasilkan alkohol sebagai CO2. Sebagai contoh misalnya perubahan laktosa menjadi asam laktat pada kondisi Streptococcus lactis pada kondisi anaerobik.

Hasil hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), jenis mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. Perubahan selama fermentasi, mikroba selama fermentasi dapat mengubah karbohidrat dan turunan-turunannya terutama menjadi alkohol, asam dan CO2. Mikroba proteolitik dapat memecah protein dan komponen nitrogen lainnya sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan sedangkan mikroba lipolitik akan memecah atau menghidrolisa lemak fosfolipida dan turunannya dengan menghasilkan bau yang tengik. Bila alkohol dan asam yang dihasilkan oleh mikroba fermentatif cukup tinggi maka pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik dapat dihambat. Jadi prinsip pengawetan pangan dengan cara fermentasi sebenarnya adalah mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme dari mikroba pembentuk alkohol dan asam, dan menekan pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik.

(11)

asam-asam yang dihasilkan bila diurai lebih lanjut akan menjadi senyawa volatil seperti dihasilkannya amoniak, gas CO2 dari hasil fermentasi (Dwidjoseputro, 1985).

2.3 Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus plantarum)

Salah satu jenis bakteri asam laktat yang dapat digunakan untuk produk perikanan adalah Lactobacillus plantarum. Jenis bakteri asam laktat ini digunakan untuk menghambat penurunan mutu filet nila merah sehinga dapat disimpan dalam waktu lebih lama. Menurut Jenie dan Rini (1995) Lactobacillus plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme pathogen pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan bakteri asam laktat lainnya.

Ensiling merupakan proses biokimia yang dilakukan oleh kelompok bakteri laktat yaitu Lactobacillus dengan hasil akhirnya antara lain mendapatkan asam laktat dan pH yang rendah (Nilsson dan Rydin, 1965). Asam laktat dapat bersifat mengawetkan bahan pangan (Winarno, 1994). pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroorganisme pembusuk, mokroorganisme pathogen serta mikroorganisme penghasil racun akan mati (Sperling, 1968 dalam Suriawiria, 1983).

Lactobacillus juga dapat menghasilkan H2O2 akibat adanya oksigen dan berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menyebabkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan mikroorganisme lain. Lactobacillus mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik yang disebut bakteriosin (Suriawiria, 1983). Pada pH rendah tersebut nilai nutrisi dan organoleptik dapat dipertahankan (Lovern 1955, Amano 1962, dan Meseck, 1969).

(12)

pathogen yang penting terutama pada makanan dingin seperti susu, daging sapi, sosis kering, hasil laut dan sayur-sayuran, karena bakteri Ini bersifat pathogen (Schofield, 1992). L. plantarum merupakan spesies Lactobacillus yang mampu memproduksi H2O2 dalam jumlah yang tinggi (Jenie dan Rini, 1995). Lactobacillus mampu mengakumulasi H2O2 selama penyimpanan dalam refrigerasi tanpa pertumbuhan kultur dan produksi asam, hal ini memungkinkan aplikasi kultur laktat untuk pengawetan makanan tanpa harus melalui proses fermentasi (Gilliland, 1985).

Menurut Suriawiria (1983) starter adalah biakan pemula bakteri laktat yang digunakan untuk pengawetan ikan secara biologis, pada umumnya terdiri dari L. plantarum yang jumlahnya 109 cfu/gram sustrat. Menurut Raccach et al. (1979) L. plantarum yang dapat digunakan dalam memperpanjang daya simpan jumlahnya adalah sebanyak 108 sampai dengan 109 cfu/ml. Berdasarkan hasil penelitian Rostini (2002), diketahui bahwa jumlah bakteri L. plantarum 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, dan 1010 cfu/ml berada pada fase logaritmik.

Fase logaritmik adalah fase pertambahan populasi secara teratur menjadi dua kali lipat pada interval waktu tertentu (waktu generasi) selama inkubasi (Pelczar dan Chan, 1986). Jumlah L. plantarum 108 cfu/ml berada di awal fase logaritmik sehingga pertumbuhannya sangat pesat, L. plantarum 109 cfu/ml berada di tengah-tengah fase logaritmik, dan L. plantarum sebanyak 1010 cfu/ml berada di akhir fase logaritmik menjelang fase stasioner. Karakteristik organoleptik yang meliputi kenampakan lendir, aroma, dan tekstur pada filet dengan konsentrasi perendaman dalam larutan biakan bakteri sebanyak 109 cfu/ml mengalami perubahan ke arah pembusukan pada hari ke-10. Penyimpanan dilakukan di dalam lemari pendingin pada suhu antara 5-10oC.

(13)

Bakteri asam laktat pada ikan merupakan salah satu bagian dari bakteri awal. Pertumbuhan bakteri ini dapat menyebabkan gangguan terhadap bakteri pembusuk dan pathogen (Bromerg, dkk., 2001). Bakteri yang termasuk kelompok BAL adalah Aerococcus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, dan Vagococcus (Ali dan Radu, 1998).

Efektivitas BAL dalam menghambat bakteri pembusuk dipengaruhi oleh kepadatan BAL, strain BAL, dan komposisi media (Jeppensen dan Huss, 1993). Selain itu, produki substansi penghambat dari BAL dipengaruhi oleh media pertumbuhan, pH, dan temperature lingkungan (Ahn dan Stiles, 1990).

Penambahan bakteri asam laktat (L. plantarum) dapat menurunkan nilai pH filet nila merah (Rostini, 2002). Penurunan nilai pH pada filet dapat memperlambat pertumbuhan bakteri pembusuk, hal ini menyebabkan aktivitas bakteri pembusuk yang terdapat di dalam filet dapat diperlambat, sehingga penguraian protein oleh bakteri pembusuk dapat diperlambat juga. Penurunan nilai pH yang terjadi pada filet nila merah dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri tidak terlalu cepat karena dihambat oleh asam laktat yang dihasilkan dari perombakan glikogen oleh L. plantarum. Dengan terhambatnya pertumbuhan bakteri pembusuk tersebut maka masa simpan filet nila merah akan menjadi lebih lama. Jumlah bakteri dapat mempengaruhi karakteristik organoleptik filet nila merah karena metabolisme bakteri dapat menyebabkan perubahan terhadap kenampakan, lendir, aroma, dan tekstur, sehingga karakteristik organoleptik akan mudah mengalami kerusakan.

(14)

Karakteristik ini merupakan keuntungan dalam memanfaatkan bakteriosin untuk memperpanjang masa simpan filet nila pada suhu rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Rostini (2002), dilihat dari jumlah bakteri dan organoleptik, filet yang diberi L. plantarum 108 cfu/ml dapat diterima sampai hari ke9. Jumlah bakteri, kenampakan, dan aroma filet yang diberi L. plantarum 109 cfu/ml dapat diterima sampai hari ke-9, sedangkan lendir dan tekstur diterima sampai hari ke-8, dan pemberian L. plantarum 1010 cfu/ml berdasarkan jumlah bakteri dan organoleptik dapat diterima sampai hari ke-7. Hal ini berarti bahwa konsentrasi pemberian L. plantarum dilihat dari jumlah bakteri dan karakteristik organoleptik, pemberian L. plantarum dengan konsentrasi 108 cfu/ml menghasilkan lama penyimpanan yang lebih lama. Berdasarkan hasil penelitian Liviawaty et al. (1999) filet nila merah yang disimpan pada suhu 5-10oC dapat diterima sampai hari ke-7 berdasarkan batas penerimaan terhadap aroma dan serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri sampai hari ke-7. Dengan demikian berarti bahwa filet nila merah yang diberi bakteri asam laktat (BAL) jenis L. plantarum memiliki masa simpan dua hari lebih lama bila dibandingkan dengan filet yang tidak diberi L. plantarum.

Di dukung oleh hasil penelitian Oktaviani (2004), menyatakan bahwa filet nila merah yang direndam dengan larutan L. plantarum sebanyak 108 cfu/ml selama 5, 10, dan 15 menit mampu mencapai masa simpan hingga hari ke-9. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang menjadi lebih lambat karena L. plantarum yang diinokulasikan ke dalam filet konsentrasinya cukup padat ssehingga terjadi persaingan dengan bakter pembusuk dalam memperebutkan nutrient pada medium filet. Adanya proses persaingan serta terbatasnya jumlah nutrient pada medium filet menyebabkan pertumbuhan bakteri pembusuk menjadi terhambat (Jenie et al., 1997).

(15)

reaksi metabolisme L. plantarum itu sendiri, dan pada akhirnya senyawa-senyawa metabolit tersebut akan bersifat racun serta mengganggu keseimbangan pertumbuhan L. plantarum. Selain itu, kandungan nutrisi sangat diperlukan oleh L. plantarum dari medium (filet nila) sudah sangat berkurang (Fardiaz, 1992). BAL jenis L. plantarum memperlihatkan efektivitasnya dalam menghambat bakteri pembusuk pada filet nila merah. Perendaman filet nila merah dalam larutan L. plantarum dapat menghasilkan penurunan nilai pH substrat sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk yang tidak tahan terhadap kondisi asam atau pH rendah. Efektivitas BAL (L. plantarum) paling tinggi dalam memperpanjang masa simpan filet nila merah diperoleh melalui perendaman L. plantarum dengan konsentrasi 108 cfu/ml selama 5, 10, dan 15 menit, yaitu hingga hari ke-9. Filet nila merah yang diberi bakteri asam laktat (BAL) jenis L. plantarum memiliki masa simpan dua hari lebih lama bila dibandingkan dengan filet yang tidak diberi Lactobacillus plantarum.

Taksonomi Lactobacillus plantarum Domain : Bacteria

Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli

Order : Lactobacillales Family : Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus

(16)

Kubis (Brassica olerace) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi. Jenis kubis ada beberapa macam, diantaranya kubis putih dan kubis hijau. Pemakaian kubis sebagai sayuran terkadang menghasilkan limbah yang tidak pernah digunakan. Kita dapat menjumpai limbah kubis di pasar. Seringkali produsen membuang lapisan terluar kubis karena tidak layak untuk dikonsumsi akibat faktor kotor dan dapat menurunkan harga jual.

Akan tetapi limbah kubis yang biasanya tidak digunakan tersebut masih menyimpan kandungan gizi, terutama karbohidrat untuk dimanfaatkan dalam fermentasi asam laktat untuk menghasilkan bakteri asam laktat.

Tabel 1 : Kandungan gizi limbah kubis mentah, energi 103 kJ (25 kcal) Kandungan Gizi Nilai gizi per 100 g (3.5 oz)

Karbohidrat 5,8 g

Gula 3,2 g

Diet serat 2,5 g

Lemak 0,1 g

Protein 1,28 g

(17)

2.5 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Mikroba Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain meliputi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor proses, dan faktor implisit. Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi, kandungan nutrien, bahan antimikroba, dan struktur bahan makanan. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan, kelembaban, tekanan gas (O2), cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet. Meningkatnya jumlah asam laktat, selain menurunkan nilai pH juga akan mempengaruhi nilai total asam tertitrasi (Fardiaz,1989).

Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika gen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari tersebut akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteolitik dan lipolitik dapat berkembang biak. Dalam hal ini mula mula adalah Streptococcus lactis sehingga dapat menghasilkan asam laktat. Tetapi pertumbuhan selanjutnya dari bakteri ini akan terhambat oleh keamsamaan yang dihasilkannya sendiri. Oleh karena itu bakteri tersebut akan menjadi inaktif sehingga kemudian akan tumbuh bakteri jenis Lactobacillus yang lebih toleran terhadap asam daripada Streptococcus. Lactobacillus juga akan menghasilkan asam lebih banyak lagi sampai jumlah tertentu yang dapat menghambat pertumbuhannya, selama pembentukan asam tersebut pH akan menurun (Suharto, 1994).

(18)

cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Lama proses fermentasi berkisar antara 1 hari (fermentasi sehari), beberapa hari (fermentasi pendek), sampai beberapa bulan. Kadar garam yang terlalu rendah (kurangdari 2,5%) mengakibatkan tumbuhnya bakteri proteolitik (bakteri yang menguraikan protein). Sedangkan konsentrasi garam lebih dari 10% akan memungkinkan tumbuhnya bakteri halofilik (bakteri yang menyenangi kadar garam tinggi). Oleh karena itu, kadar garam harus dipertahankan selama proses fermentasi, karena garam menarik air dari jaringan sayuran, maka selama proses fermentasi secara periodik ditambahkan garam pada media fermentasi. Pada umumnya kadar garam medium dinaikkan setiap minggu sampai tercapai produk yang baik. Kecepatan fermentasi turut dipengaruhi oleh kadar garam medium. Pada umumnya makin tinggi konsentrasi garam makin lambat proses fermentasi. Untuk fermentasi pendek sebaiknya digunakan larutan garam 2-10% agar laju fermentasi berkisar antar sedang dan cepat. Konsentrasi medium melebihi 20% tidak dianjurkan, karena menghasilkan produk yang keriputdan menyebabkan bakteri yang tumbuh adalah bakteri halofilik atau bahkan fermentasi tidak berlangsung. Pada awal proses fermentasi, pH cairan sekitar 5,34 - 5,57 karena asam laktat belum terbentuk. Fermentasi asam laktat terjadi karena adanya aktivitas bakteri laktat yang mengubahglukosa menjadi asam laktat. Setelah proses fermentasi berlangsung, yang ditandai dengan timbulnya gas,jumlah asam laktat meningkat yang diikuti dengan penurunan pH (Buckle, 1987).

(19)

Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki sifat berlawanan(menghambat dan membunuh) dikernakan bakteri pembusukan dan patogen atau yang tidak diharapkan

Keuntungan menggunakan mikroba antagonis :  Aman bagi manusia dan lingkungan

 Dapat mencegah timbulnya bakteri yang merugikan karna lawan dari bakteri yang merugikan.

 Produksi yang dihasilkan bebas residu

 Menghilangkan ketergantungan bahan sintesis

 Biayanya murah

Keunggulan bakteri asam laktat :

 Tahan garam yang berkonsentrasi tinggi

 Tahan sifat asam (dapat bertahan hidup pada ph 3-4)

 Kompetisi pakan

(20)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan Praktikum 3.1.1 Alat

Adapun peralatan utama yang dibutuhkan pada proses inokulasi, isolasi, dan identifikasi mikroba adalah sebagai berikut :

No Nama Alat Prinsip Kerja Prosedur Gambar

1. Pisau Pemotongan

3. Toples Wadah Starter Kubis yang telah dipotong-potong dimasukan kedalan

(21)

6. Talenan Alas

pemotongan

Pada saat melakukan pemotongan kubis, dilakukan diatas talenan

7. Korek Api Menyalakan Bunsen

Mengeluarkan api untuk menyalakan bunsen.

8. Suryakanta Pembesar Memperbesar visual mikroba yang akan diteliti.

9. Kertas Pembungku s

Membungkus alat yang akan diinkubasi

Membungkus cawan petri yang berisi inokulan yang akan diinkubasikan.

10. Benang Mengikat Mengikat alat yang telah dibungkus.

(22)

Inkubator Suhu konstan Sebagai tempat inkubasi biakan pada suhu tertentu (berupa oven yang suhunya di set pada derajat tertentu)

3.1.2 Bahan

Adapun bahan utama yang dibutuhkan pada proses inokulasi, isolasi mikroba adalah sebagai berikut :

No .

Nama Bahan Fungsi Gambar

1. Kubis Media tumbuhnya bakteri asam laktat

2. Ikan Kembung Sebagai sumber mikroba yang bisa diambil dari air cuciannya, insang dan alat pencernaannya.

3. Media agar Sebagai media tumbuh mikroba

4. Garam Merangsang bakteri asam laktat untuk tumbuh

(23)

tempat praktikum steril.

6. Akuades Sebagai pengencer

inokulan dan pencuci sampel.

3.2 Prosedur Praktikum

3.2.1 Pembuatan Starter Lactobacillus spp.

Untuk membuat mikroba starter Lactobacillus spp., lakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :

Mensterilisasi stoples menggunakan sabun dan bilas dengan air hingga bersih. Tiriskan.

Potong kubis hingga berukuran panjang 3 cm dan lebar 0.2 cm

Masukan potongan kubis kedalam stoples dan ukur tingginya. Tambahkan air sebanyak 2 kali tinggi kubis dan ukur volumenya

Tambahkan pada stoples garam sebanyak 3 persen dari volume air

(24)

Lakukan pengamatan setiap hari

3.2.2 Mikroba Antagonis

Ambil cairan hasil fermentasi sebanyak 50 persen volume yang ada. Tuang ke dalam piring.

Rendamkan ikan dalam media mikroba starter selama 25 menit dan tiriskan.

Ikan disimpan pada piring stirofoam dan dikemas dengan cling wrap.

Simpan di lemari pendingin selama seminggu.

3.2.3 Pengamatan

Setelah disimpan dalam lemari pendingin selama seminggu, masing-masing kelompok melakukan pengamatan sebagai berikut :

Amati secara organoleptik perubahan yang terjadi pada ikan.

(25)

Gunakan ose untuk menginokulasi mikroba yang terkandung pada tubuh ikan (air pencuci) pada lempeng agar

Lakukan inkubasi selama 2 x 24 jam.

Lakukan pengamatan terhadap mikroba yang tumbuh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

(26)

Gambar perhitungan Isolasi 10-5 Gambar perhitungan Isolasi 10-6 (Sumber : Dokumentasi Pribadi) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar Isolasi Kontrol (Sumber : Dokumentasi Pribadi) 4.2 Hasil Identifikasi

Pengenceran 10-5

Jumlah mikroba/titik pengamatan A = 27

B = 51

C = 73

Mikroba dari Pengenceran 10-5

Σ = A+B3+C

(27)

Σ = 1513

Σ = 50 koloni/cm2 Populasi Mikroba Ikan

= 10-5 x 50 = 0.5 x 10-7

Pengenceran 10-6

Jumlah mikroba/titik pengamatan A = 24

B = 46

C = 62

Mikroba dari Pengenceran 10-6

Σ = A+B3+C

Σ = 24+46+3 62

Σ = 1323

Σ = 44 koloni/cm2 Populasi Mikroba Ikan

= 10-6 x 44 = 0.44 x 10-8

Gambar 1. Hasil Isolasi 10-5 (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 1. Hasil Isolasi 10-5

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tabel Hasil Identifikasi Data Kelas

Kelompo

(28)
(29)

merah, bau khas.

Dari hasil praktikum pembuatan mikroba starter yang telah kami lakukan, Kami menemukan hasil populasi mikroba dari pengenceran 10-5 adalah 0.5 x 10-7 Sedangkan untuk hasil populasi mikroba dari pengenceran 10-6 adalah 0.44 x 10-8. Praktikum pembuatan mikroba starter yang kami lakukan pertama kali adalah sterilisasi alat yang akan digunakan untuk praktikum, kemudian mencuci bersih dengan air kola tau kubis yang akan digunakan sebagai media starter mikroba. Setelah itu sterilisasi tangan praktikan dengan alcohol agar tak terjadi kontaminasi mikroba yang berasal dari tangan praktikan.

(30)

masukan garam sebanyak 3% dari total volume air dalam toples, fungsi garam dalam pembuatan mikroba starter yaitu untuk merangsang bakteri asam laktat untuk tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Kami memasukan 24 gram garam yang telah dilarutkan sebelumnya dengan air. Kemudian toples ditutup rapat-rapat agar takada oksigen yang masuk dan mengganggu proses pertumbuhan mikroba. Toples disimpan dan diberi label untuk kemudian dilihat pertumbuhan mikroba tersebut.

Setelah selama satu minggu kami melakukan praktikum lanjutan, yaitu mengamati pertumbuhan mikroba. Dan hasilnya adalah terjadi perubahan pada air maupun bau dari kol yang tercium bau busuk. Air berubah menjadi keruh dan ketika dibuka tercium mau busuk yang berasal dari kol. Bau busuk dan air yang keruh menandakan bahwa telah terjadi pertumbuhan mikroba dalam toples yang telah didiamkan selama tujuh hari.

(31)

Setelah tujuh hari barulah lakukan pembukaan terhadap ikan yang telah direndam dalam air mikroba dan diinkubasi. Lakukan pembukaan terhadap plastic wrap. Tekstur ikan setlah tujuh hari mengalami perubahan menjadi lebih lembek, terdapat sedikit warna merah dan kuning pada bagian tubuh ikan dan ikan sedikit basah, bau ikan menjadi busuk. Kemudian ikan dicuci dengan akuades, cara mencucinya yaitu dengan mengarilkan akuades pada sekujur tubuh iakn dari ekor ke kepala. Air hasil cucian ikan ditampung dalam beaker glass untuk digunakan sebagai sampel yang kemudian diencerkan sebanyak lima kali dan enam kali pengenceran. Cara pengenceran yaitu dengan mengambil 1 ml sampel yang dimasukan dalam 9 ml akuades. Begitu seterusnya sampai didapatkan hasil 10-5 dan 10-6.

Hasil dari 10-5 dan 10-6 di masukan kedalam petri disk. sampel tersebut dimasukan kedalam petri disk dengan cara didekatkan pada api bunsen sambil diputar 360 derajat. Perlakuan ini dimaksudkan agar media tetap steril. Kemudian masukan media agar yang sudah disiapkan sebelumnya kedalam petri disk, sambil didekatkan dan diputar 360 derajat di dekat api Bunsen. Kondisi media agar saat melakukan pemasukan haruslah dalam kondisi hangat, dan tidak membeku, karena jika media agar dalam kondisi panas akan membunh mikroba yang ada pada petri disk, dan jika media agar membeku, maka tidak bisa dimasukan kedalam petri disk. Setelah tercampur segera homogenkan dengan cara digoyangkan pada papan atau meja dengan menbentuk angka delapan. Tunggu sampai campuran inokulan membeku dan lakukan pembelikan terhadap petri disk untuk selanjutnya dibungkus dengan kertas pembungkus dan dimasukan kedalam inkubator selama dua hari. Hal tersebut dilakukan untuk hasil pengenceran dari 10-5 dan 10-6. Kenudian diberi label pada masing-masing petridisk agar nanti tidak tertukar dan memudahkan dalam pengamatan.

(32)

Kemudian titik B dilakukan untuk keadaan mikroba dengan konsentrasi sedang yaitu lebih dari 30. Kemudian titik C dilakukan untuk keadaan mikroba dengan konsentrasi tinggi yaitu diatas 30 lingkaran tapi dibawah 300 lingkaran mikroba.

Hasil mikroba yang kami dapatkan lebih sedikit dari pada mikroba yang terdapat pada control, ini menandakan bahwa praktikum yang kami lakukan berhasil. Karena tujuan dari perendaman ini bertujuan menumbuhkan mikrobna antagonis dalam ikan dan agar mikroba antagonis dapat menekan angka mikroba pembusuk dan menghabat laju pembusukan oleh mikroba pembusuk.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor proses, dan faktor implisit. Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi, kandungan nutrien, bahan antimikroba, dan struktur bahan makanan. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan, kelembaban, tekanan gas (O2), cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet. Meningkatnya jumlah asam laktat, selain menurunkan nilai pH juga akan mempengaruhi nilai total asam tertitrasi (Fardiaz,1989).

Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari kelompok lainnya, maka kami dapat meyatakan bahwa jumlah mikroba paling sedikit terdapat pada kelompok 9 dengan lama perendaman 25 menit dengan jumlah 10 -5 = 0.5 x 10-7. Sedangkan jumlah mikroba terbanyak terdapat pada kelompok 4 dengan lama perendaman 10 menit dengan jumlah m ikroba totalnya adalah 18,07 x 10-9 pada pengenceran 10-6. Ini dapat dikatakan bahwa semakin lama proses perendamannya maka mikroba antagonis yang dihasilkan akan semakin besar dan mikroba pembusuk yang terdapat dalam ikan semakin sedikit.

(33)

BAB V KESIMPULAN

Starter adalah inokulum yang ditambahkan pada suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah atau mengalami fermentasi. Pada umumnya di Indonesia digunakan khamir,kapang, maupun bakteri untuk membuat makanan fermentasi. Starter merupakan media berisi mikroba tertentu dan digunakan untuk memacu tumbuhnya mikroba yang diharapkan. Wujud starter beragam, tergantung dari mikroba yang dikandungnya. Mikroba yang terkandung di dalam starter sudahnon aktif (immobil). Dalam keadaan non aktif, kebutuhan mikroba terhadap energi relatif rendah.

(34)

sinar ultraviolet. Meningkatnya jumlah asam laktat, selain menurunkan nilai pH juga akan mempengaruhi nilai total asam tertitrasi (Fardiaz,1989).

Jumlah mikroba paling sedikit terdapat pada kelompok 9 dengan lama perendaman 25 menit dengan jumlah 10 -5 = 0.5 x 10-7. Sedangkan jumlah mikroba terbanyak terdapat pada kelompok 4 dengan lama perendaman 10 menit dengan jumlah m ikroba totalnya adalah 18,07 x 10-9 pada pengenceran 10-6. Ini dapat dikatakan bahwa semakin lama proses perendamannya maka mikroba antagonis yang dihasilkan akan semakin besar dan mikroba pembusuk yang terdapat dalam ikan semakin sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum Mikrobiologi Perikanan “Pembuatan Starter”. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Wikanastri H, Cahya S. Utama, Agus Suyanto. 2012. Aplikasi Proses Fermentasi Kulit

Singkong Menggunakan Stater Asal Limbah Kubis Dan Sawi Pada Pembuatan Pakan Ternak Berpotensi Probiotik. Program Studi Teknologi Pangan. Universitas Muhammadiyah. Semarang.

Jenie, B. S. L. & S. E. Rini. 1995. Aktivitas Anti Mikroba Dari Beberapa Spesies Lactobacillus Terhadap Mikroba Patogen Dan Perusak Makanan. Bul. Tek. dan Industri Pangan. 6:46-51.

(35)

Dwijoseputro. 1995. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Stanier Roger. Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya

Aksara. Jakarta.

Suriawiria U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees.

Malang.

J. Pelczar, Jr. Michael.2005. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Herudiyanto, Marleen. 2006. Pengantar Pengolahan Pangan. Jatinangor. FakultasTeknologi Industri Pertanian UNPAD.

Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.

Buckle, K.A, et al. 1985. Ilmu Pangan. UI – Press: Jakarta

(36)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan Praktikum

(37)

Gambar penimbangan kol Gambar penimbangan garam gambar pengukuran

volume air

Gambar kol hari ke-1

Gambar kol hari ke-7 Gambar

penganbilan kol

Gambar ikan sampel

Gambar

perendaman ikan Gambar yang

(38)

Gambar ikan hasil inkubasi Gambar hasil pengenceran

gambar mikroba sebelum di isolasi

(39)

Lampiran 2 Pendalaman

Nama : Rika Mustikawati NPM : 230110130125

1. Bagaimana Anda mengetahui bahwa starter telah tumbuh? Jelaskan. Jawab :

Cara mengetahui bahwa starter telah tumbuh ditandai dengan adanya lapisan berbusa atau putih pada bagian lapisan atas starter, warna air starter menjadi keruh serta adanya bau menyengat pada starter yang menandakan telah terjadinya proses fermentasi. Apabila pada starter tidak terdapat lapisan berbusa atau putih, tidak terjadi perubahan bau maupun warna air, serta ditumbuhi oleh jamur, maka starter yang dibuat gagal atau tidak ditumbuhi oleh mikroba yang kita inginkan.

2. Apakah lama perendaman ikan dalam larutan media mikroba starter memberikan perbedaan terhadap penurunan tingkat kesegaran hasil perikanan? Jelaskan.

Jawab :

Iya, dengan perbedaan lama perendaman ikan dalam larutan mikroba starter memberikan

(40)

kesegaran ikan lebih terjaga, karena dengan semakin lamanya dilakukan perendaman ikan

terhadap mikroba starter, maka akan makin banyak pula mikroba antagonis yang tumbuh pada ikan, dengan banyaknya mikroba antagonis yang terdapat pada ikan, maka mikroba antagonis ini dapat menekan pertumbuhan mikroba pembusuk pada ikan dengan cara menimbulkan persaingan makan/ nutrisi, menurunkan pH lingkungan, dan menghasilkan produk metabolit yang bersifat racun bagi mikroba – mikroba merugikan.

3. Dari mana datangnya mikroba Lactobacillus plantarum pada starter? Jawab :

Lactobacillus plantarum datangnya dari potongan kubis yang ditambahkan air bergaram tersebut menyimpan kandungan gizi, terutama karbohidrat untuk dimanfaatkan dalam fermentasi asam laktat untuk menghasilkan bakteri asam laktat .Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut

4. Jelaskan fungsi kubis dan garam dalam pembuatan mikroba starter? Jawab :

(41)

Fauziah Arini Shaqina 230110130085

Untuk meningkatkan pemahaman praktikan mengenai materi praktikum, berikut ini diberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi praktikum yang harus dijawab oleh setiap praktikan :

1. Bagaimana Anda mengetahui bahwa starter telah tumbuh? Jelaskan.

Tanda bahwa starter telah ditumbuhi mikroba adalah adanya lapisan putih yang terdapat pada larutan.

2. Apakah lama perendaman ikan dalam larutan media mikroba starter memberikan perbedaan terhadap penurunan tingkat kesegaran hasil perikanan? Jelaskan.

Iya,

3. Darimana datangnya mikroba Lactobacillus plantarum pada starter?

Lactobacillus plantarum merupakan mikroba anaerob mudah tumbuh pada starter hasil fermentasi seperti pada larutan gara, cuka dan jeruk nipis.

4. Jelaskan fungsi kubis dan garam dalam pembuatan mikroba starter?

(42)

Aldwin Rahadian Nandang 230110130084

1.Dengan melihat warna dari media air yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya starter,apabila media air berwarna bening dan tidak keruh maka starter bisa dikatakan mati atau tidak tumbuh,sebaliknya jika air yang digunakan sebagai media starter berwarna keruh dapat dikatakan starter itu tumbuh.

2.Tidak,karena mikroba starter dapat memperlambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan dan mikroba starter mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang menyulitkan pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.

3.Lactobacillus plantarum adalah bakteri anaerob yang mudah tumbuh pada mikroba starter. Lactobacillus plantarum dihasilkan dari hasil fermentasi starter seperti larutan garam,cuka dan jeruk nipis.

(43)

Raden NadyaDwi Harini 230110130103

1. Bagaimana Anda mengetahui bahwa starter telah tumbuh? Jelaskan! - Tanda-tanda starter telah ditumbuhi mikroba adalah dengan adanya

lapis putih yang terdapat pada larutan

2. Apakah lama perendaman ikan dalam larutan media mikroba starter memberikan perbedaan terhadapap penurunan tingkat kesegaran hasil perikanan? Jelaskan!

- Tidak, karena mikroba starter dapat memperlambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan dan mikroba starter mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang menyulitkan pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.

3. Darimana datangnya mikroba Lactobacillus plantarum pada starter? - Lactobacillus plantarum merupakan mikroba anaerob yang mudah

tumbuh pada starter mikroba. Lactobacillus plantarum dihasilkan dari hasil fermentasi starter seperti larutan garam, cuka dan jeruk nipis.

4. Jelaskan fungsi kubis dan garam dalam pembuatan mikroba starter!

(44)

dengan adanya aktivitas bakteri halofilik atau haloteloran. Fermentasi asam laktat berlangsung secara anaerobic oleh mikroba anaerob atau obligat anaerob. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang dapat menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri pathogen.

Riza Sulaiman 230110130115

1. Bagaimana saudara mengetahui bahwa starter telah tumbuh? Jelaskan.

Jawab : Tanda bahwa starter telah tumbuh dapat diamati dari munculnya bercak -bercak putih pada bagian permukaan media tumbuh. Bercak- -bercak putih itu adalah kumpulan dari mikroba yang berkoloni. Meskipun kalau di lihat lebih jelas mikroba tersebut belum homogeny.

2. Apakah lama perendaman ikan dalam larutan media mikroba starter memberikan perbedaan terhadap penurunan tingkat kesegaran hasil perikanan ? jelaskan !

Jawab : Kalau menurut saya lama perendaman larutan media mikroba tidak terlalu berpengaruh signifikan, karena total mikroba yang di hasilkan hampir sama. Dan dari proses perendaman ini maka akan menghasilkan BAL yang akan membantu untuk proses pengawetan.

3. Darimana datang nya mikroba lactobacillus plantarum pada starter ?

Jawab : Dari hasil perendaman kubis yang di rendam memaki garam sehingga pada proses proses tersebut lactobacillus plantarum berasal. Dengan cara starter mikroba agar mendapatkan mikroba yang di inginkan atau diharapkan.

4. jelaskan fungsi kubis dan garam dalam pembuatan starter mikroba ?

(45)

hidup. Karena garam bersifat asam maka mikroba bakteri antagonis akan hidup dikarenakan mikroba antagonis tahan dengan asam sedangkan mikroba patogen tidak tahan terhadap asam. Maka dari hasil perendaman kubis di dalam air garam akan menghasilkan lactobacillus sp.

Widi Ridwanto 230110130148

1. Bagaimana Anda mengetahui bahwa starter telah tumbuh? Jelaskan!

JAWAB : Starter dapat diketahui dengan cara melihat warna dan baunya. Warna air yang sudah dirumbuhi dengan mikroba antagonis berubah dari yang asalnya berwana bening menjadi putih kekeruhan, kemudian terlihat buih dibagian permukaan dan bau yang dihasilkan sangat menyengat.

2. Apakah lama perendaman ikan dalam larutan media mikroba starter memberikan perbedaan terhadap penurunan tingkat kesegaran hasil perikanan ? jelaskan !

JAWAB : Jika menurut saya jawabannya adalah ya. Ketika mikroba yang menempel atau melekat pada tubuh ikan itulah yang nantinya akan membuat mikroba antagonis berkembang cepat. Jika waktu perendaman lama, maka waktu yang digunakan oleh mikroba untuk masuk kedalam tubuh ikan menjadi lebih kama, sehingga kinerja mikroba antagonis untuk menghambat mikroba pembusuk menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja mikroba antagonis yang sebentar saja proses perendamannya.

3. Darimana datang nya mikroba lactobacillus plantarum pada starter ?

(46)

4. Jelaskan fungsi kubis dan garam dalam pembuatan starter mikroba ? JAWAB : Fungsi kubis : sebagai media tumbuhnya mikroba

Gambar

Tabel 1 : Kandungan gizi limbah kubis mentah, energi 103 kJ (25 kcal)
Gambar Isolasi Kontrol
Gambar 1. Hasil Isolasi 10-5
Gambar Alat dan bahan praktikum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan jumlah tenaga kerja untuk agroindustri keripik ketela ungu, mengingat

Karena, walaupun seperti dikatakan al- Ghazāliy otak adalah alat dari qalb untuk berpikir, tetapi otak mempunyai struktur yang sangat rumit dan kompleks, bentuk dan polanya

Perubahan sosio-kultural di Keraton Yogyakarta mencakup perubahan dalam wujud pemikiran/pandangan atau ide yang diimplemetasikan secara tegas dengan sikap demokrasi Sultan

Karakteristik Pedagang Pasar Tawangmangu adalah pedagang di Pasar Tawangmangu mayoritas perempuan, Umur pedagang sebagian besar berusia produktif antara usia 50-60

Sifat melawan hukum dari Pasal 90,91,92, atau 93 yang menyebabkan timbulnya tindak pidana tersebut dan kejahatan Pasal 94 terletak pada merek atau tanda yang dipergunakan si

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Malang yang selanjutnya disebut RKPD adalah. dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Malang untuk jangka waktu 1

Judul :Pengelolaan Sumber Daya Manusia Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta.. Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat

Bersama ini penulis memohon kesediaan Bapak / Ibu untuk memberikan informasinya, karena tanpa bantuan Bapak / Ibu, saya tidak mungkin dapat menyelesaikan