SKRIPSI
PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDATERHADAP
PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR
Oleh :
ARIF SYAIFURRISAL
SIDOARJO – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
ARIF SYAIFURRISAL NIM : 140911137
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Agustono, Ir., M.Kes.
SKRIPSI
PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR
Oleh :
ARIF SYAIFURRISAL NIM : 140911137
Telah diujikan pada Tanggal : 21 Juli 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Sudarno, Ir., M.Kes.
Anggota : Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P Prayogo, SPi., MP.
Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. Agustono, Ir., M.Kes.
Surabaya,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Dekan,
RINGKASAN
ARIF SYAIFURRISAL. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial Dengan Penambahan Volume Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Dan Kandungan Protein Kasar. Dosen Pembimbing I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Dosen Pembimbing II Agustono, Ir., M.Kes.
Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan (Suparjo, 2010). Salah satu organisme yang menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen (Suparjo, 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jamur dan mengalanisa perubahan Protein Kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air yang berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), air steril, akuades steril dan kloramfenikol 50 µg/ml, aquades, NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H2SO4, asam borat, indikator Metil-merah, Brom cresol green, silika gel dan HCl.
SUMMARY
ARIF SYAIFURRISAL. The Effect of Storage Commercial Shrimp Feed With Addition of Different Water Volume to Growth of Fungi and Crude Protein Content. Academic Advisor I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Academic Advisor II Agustono, Ir., M.Kes.
Feed very important role in aquaculture because it is useful to meet the needs of nutrients necessary for growth, development and reproduction (Suprijatna et al., 2005). One of the constraints in the supply of aquaculture feed is the feed material damage during storage (Suparjo, 2010). One of the organisms that cause damage to the feed material is mildew. The rate of reproduction and growth of this organism is affected by water content, temperature and duration of storage of materials. The level of contamination by fungi are largely determined by the temperature of storage and the availability of water and oxygen (Suparjo, 2010).
The purpose of this study is to identify and analyze changes in fungal Crude Protein (CP) due to the influence of feed storage with the addition of different volumes of water. The study was conducted at the Laboratory of The Faculty of Fisheries and Marine and Forage Laboratory Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya. The study design used was Completely Randomized Design (CRD) followed by Duncan's Multiple Range Test.
Materials used in this study is a medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar), sterile water, sterile distilled water and chloramphenicol 50 ug / ml, distilled water, NaOH 4% and 40%, Kjeldahl tablets, H2SO4, boric acid, methyl-red indicator, Brom cresol green, silica gel and HCl.
Fungi identification results show the presence of five species of fungus that grows on food storage with the addition of different volumes of water, five species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus and Rhizopus oryzae. Results of Analysis of Variance (ANOVA) were conducted showed that each treatment is to give effect to changes in crude protein levels (p <0.05). Average changes in the levels of crude protein was highest in treatment P3 (113.54%) and lowest in P2 (90.27%). At P3 treatment found four species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus and Rhizopus oryzae,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pakan udang komersial dengan penambahan volume air berbeda terhadap pertumbuhan jamur dan perubahan protein kasar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan produktifitas perikanan di Indonesia. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan ijin dan bantuan fasilitas dalam penyelesaian penelitan ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi serta perkembangan ilmu dan teknologi di bidang perikanan Indonesia.
Surabaya, Juli 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Sri Subekti B.S., DEA selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes.
selaku dosen pembimbing pertama dan selaku dosen pembimbing kedua yang selama ini telah memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., Bapak Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P dan Bapak
Prayogo, SPi., MP. selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi ini. 4. Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku dosen wali yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi bagi saya selama menempuh kuliah.
5. Bapak/Ibu dosen dan staf pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
6. Ayah dan ibuku yang selalu mendukung segala keputusanku. 7. Rekan-rekan SKI FPK UNAIR
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009.
9. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... iv
SUMMARY ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat ... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Pakan Udang ... 4
2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan ... 5
2.1.3 Penyimpanan Pakan 6
2.2 Jamur ... 7
2.2.1 Jamur pada Pakan Udang ... III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 14
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 14
3.2 Hipotesis Penelitian ... 16
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 17
4.1 Waktu dan Tempat ... 17
4.2 Materi Penelitian ... 17
4.3 Metode Penelitian ... 18
4.3.1 Rancangan Penelitian ... 18
4.3.2 Prosedur Kerja ... 20
A. Penyimpanan Pakan ... 20
B. Isolasi dan Identifikasi Jamur ... 21
C. Analisis Proksimat ... 22
4.3.3 Parameter Pengamatan ... 23
A. Parameter Utama ... 23
4.3.4 Analisis Data ... 23
V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1 Hasil ... 24
5.1.1 Identifikasi ... 24
5.2 Pembahasan ... 38
VI SIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan 7
2. Hasil Identifikasi Jamur pada Penyimpanan Pakan
Komersial dengan Penambahan Volume Air Berbeda 25 3. Rata-rata kandungan berat kering pakan komersial dengan
penambahan volume air berbeda 35
4. . Rata-rata nilai perubahan kandungan protein kasar pakan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Aspergillus sp ... 7
2. Fusarium sp. ... 11
3. Penicillium sp. ... 13
4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 15
5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL) ... 20
6. Diagram alir penelitian ... 23
7. Koloni Aspergillus flavus ... 27
8. Bagain-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis. ... 28
9. Koloni Aspergillus niger ... 29
10 Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskopis. ... 30
11. Koloni Aspergillus fumigatus ... 31
12. Bagian-bagian Aspergillus fumigatus secara mikroskopis... 31
13. Koloni Aspergillus candidus ... 32
14. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara mikroskopis.. ... 33
15. Koloni Rhizopus oryzae ... 34
16. Bagian-bagian Rhizopus oryzae secara mikroskopis.. ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Prosedur Analisis Proksimat ... 50
2. Hasil Uji Proksimat Bahan Kering (BK) dan Protein Kasar (PK) Pakan yang diberi Volume Air yang Berbeda Sebelum Perlakuan Penyimpanan ... 51
3. Perhitungan Perubahan Protein Kasar (PK). ... 54
4. Data glukosa darah selama penelitian ... 56
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Kebutuhan
pakan pada usaha budidaya perikanan dapat mencapai 60-70% dari biaya produksi
(Anggraeni dkk., 2010).
Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya
adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan. Kerusakan bahan pakan
selama penyimpanan dipengaruhi oleh interaksi kondisi bahan pakan, kondisi
lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodenta) perusak
kualitas bahan pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan akibat
interaksi tadi berupa kehilangan berat, penurunan kualitas, peningkatan resiko
terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis (Suparjo, 2010).
Penanganan pakan dan bahan baku pakan sangat penting bagi ketersediaan
nutrisi pakan, sehingga penyimpanan yang tidak baik berujung pada rusaknya
kandungan nutrisi. (Sihombing, 2013). Penyimpanan pakan yang baik akan
memperpanjang waktu penyimpanan. (Afrianto dan Liviawaty, 2005 dalam
Purbaya, 2011). Menurut (Toto dalam Sihombing, 2013) parameter gudang
penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung,
terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 300C – 340C, kelembaban tidak lebih
kimia seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Pengaturan gudang penyimpanan
yang baik adalah harus memiliki catatan stok yang rapi, memiliki jarak antara
dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan dan cukup luas untuk mengatur
FIFO (First In First Out).
Pada daerah dengan iklim tropis, kecepatan penurunan kualitas pakan
berlangsung 10 kali lipat lebih cepat, hal ini disebabkan oleh tingginya curah
hujan, serta kelembaban yang tinggi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
aktivitas air yang terkandung dalam pakan (Sihombing, 2013).
Berbagai kerusakan bahan pakan yang terjadi selama penyimpanan secara
umum disebabkan oleh jamur, serangga dan tikus. Salah satu organisme yang
menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan
pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama
penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan
oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh
pada kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami
penurunan seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara
suhu dan kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur.
Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu (Suparjo,
2010).
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang dijelaskan tersebut,
maka dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi jamur dan analisa protein
kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis jamur apa saja yang tumbuh pada pakan selama penyimpanan dengan
penambahan volume air berbeda?
2. Berapa kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur selama
penyimpanan dengan kadar air berbeda?
1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui Jenis jamur yang tumbuh pada penyimpanan pakan dengan
penambahan volume air berbeda.
2. Mengetahui kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur pada
penyimpanan dengan penambahan volume air berbeda.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat dijadikan
data untuk melakukan pencegahan penyebaran jamur yang tumbuh pada pakan
selama penyimpanan di gudang budidaya. Dapat dijadikan pertimbangan untuk
metode penyimpanan pakan agar tidak mengalami kerugian yang besar akibat
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Udang
Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Menurut
Tangendjaja dan Wina (2008), pada budidaya perikanan secara intensif peranan
pakan sangat penting karena sebagian besar biaya operasional digunakan untuk
pembelian pakan, dan sebagai pengganti pakan alami, pakan buatan harus
memiliki kandungan gizi lengkap yaitu sumber kalori, protein, vitamin dan
mineral yang sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.
Pakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami merupakan makanan yang tumbuh di alam tanpa
campur tangan manusia secara langsung, misalnya plankton dan tumbuhan air.
Sedangkan pakan buatan merupakan makanan yang dibuat dari campuran
bahan-bahan alami atau bahan-bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan
serta dibuat dalam bentuk tertentu (Djarijah, 1995). Asal bahan pakan buatan
terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam
bahan pakan antara lain, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen,
sedang bahan anorganik yang dimaksud seperti kalsium, phospor, magnesium,
kalium, natrium dan lain sebagainya (Kartasudjana, 2001). Dalam budidaya udang
Air Payau Situbondo (2006) menyatakan bahwa, kebutuhan protein pada udang
vannamei sebesar 32-38%.
2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan
Protein adalah senyawa organik kompleks dan merupakan protoplasma
aktif dalam semua sel hidup baik hewan maupun tumbuhan. Protein adalah
sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Budianto, 2009). Protein pada pakan berasal
dari hewani (tepung ikan, tepung daging, tepung darah dan tepung tulang),
kacang-kacangan atau leguminosa (kacang tanah, kedelai, turi, gamal dan
lamtoro), bungkil (bungkil dari kelapa, kelapa sawit, kedelai, kacang, kapok,
kapas dan jagung) (Hartadi dkk., 1997).
Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan
faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor
6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung
nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya
berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan
protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen / NPN). Nilai yang
diperoleh dari perhitungan tersebut merupakan nilai dari apa yang disebut protein
kasar (Kamal, 1994).
2.1.2 Bahan Kering (BK) Pakan
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105°C selama beberapa waktu sehingga kadar airnya menguap, setelah pemanasan
disebut persen air atau kadar air. Bahan kering dibagi menjadi dua bagian yaitu
bahan kering sebagian (Partial Dry Matter) dan bahan kering bebas air (Dry
Matter). Prinsip dari bahan kering sebagian yaitu sebagian air diuapkan sampai
kadar air bahan maksimal mencapai 14%, sedangkan bahan kering bebas air yaitu
semua air diuapkan sampai kadar bahan air 0%. Bahan kering bebas air digunakan
sebagai bahan analisis proksimat lebih lanjut, untuk perhitungan pembandingan
nilai nutrisi antar pakan, dan kepadatan suatu pakan. Sampel bahan pakan yang
sudah dipanaskan disebut sampel bahan kering dan penguapannya dengan sampel
bahan pakan tersebut disebut persen air atau kadar air (Tillman dkk, 1998).
Interaksi suhu dan kadar air yang meningkat memacu perkembangan dan
pertumbuhan kapang. Pengaruh terhadap bahan pakan adalah penurunan kualitas
akibat perubahan komposisi dan serangan kapang yang makin meningkat
(Suparjo, 2010).
Tabel 1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan
Kadar Air (%) Jenis Kerusakan
<8 Kerusakan oleh serangan tikus
8-14 Kerusakan oleh serangan serangga dan tikus
14-28 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur dan tikus 20-25 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur, bakteri, tikus Sumber: (Suparjo, 2010)
2.1.3 Penyimpanan Pakan
. Penyimpanan pakan yang baik akan memperpanjang waktu
penyimpanan. Pakan yang terkena air akan menyebabkan kandungan nutrisinya
matahari juga tidak baik karena kandungan vitamin C-nya akan rusak (Afrianto
dan Liviawaty, 2005 dalam Purbaya, 2011).
Menurut Toto (2008) dalam Sihombing (2013), parameter gudang
penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung,
terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 30– 34 oC, kelembaban tidak lebih dari
70%, bebas dari hama kutu dan tikus serta tidak bercampur dengan bahan kimia
seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Untuk layout atau desain gudang
penyimpanan, yang baik adalah cukup luas untuk mengatur FIFO (First In First
Out). Gudang penyimpanan harus memiliki catatan stok yang rapi dan cukup jarak
antara dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan.
2.2 Jamur
Berdasarkan struktur tubuhnya, jamur digolongkan ke dalam tumbuhan
tingkat rendah (Thallophyta), tetapi jika dilihat dari ada tidaknya klorofil maka
jamur dikelompokkan tersendiri, tidak dijadikan satu kelompok dengan tumbuhan
yang lain (Budhisma, 2013).
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat
(tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau
bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan
manusia (Sumarsih, 2003).
Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil
makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah
tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanan kemudian
mencernanya sebelum diserap (Iswanto, 2009).
Setiap jamur memerlukan tingkat kadar air dan temperatur yang spesifik
untuk perkecambahan dan perkembangan. Untuk berkembang jamur akan
menghancurkan nutrien dengan bantuan aktivitas enzimnya dan menghasilkan air
yang memungkinkan peningkatan kolonisasi (Suparjo, 2010).
2.2.1. Jamur Pada Pakan Udang
Tingkat kontaminasi pakan oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh
suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh pada
kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami penurunan
seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara suhu dan
kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur.
Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu.
Akibatnya, kandungan air dan pertumbuhan jamur akan meningkat dengan
meningkatnya suhu penyimpanan (Suparjo, 2010). Kontaminasi jamur yang
paling banyak ditemukan pada pakan ternak di daerah tropis adalah adalah
Aspergillus (Dhand, Joshi dan Jand, 1998). Menurut Suparjo (2010), kapang dari
genus Aspergillus, Fusarium dan Penicillium merupakan kontaminan utama
A. Aspergillus sp.
Menurut Sukma dkk. (2010), miselia kapang Aspergillus sp.mulai tumbuh pada hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada
permukaan media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih
luas dan kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. Sumanti dkk.
(2003) menyatakan spora Aspergillus sp. berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat,
memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya
dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia.
Konidia dari Aspergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 µm, berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis,
konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus
sehingga menimbulkan vesikel bulat biseriate (Balajee, 2009).
Aspergillus sp. memiliki kemampuan untuk memproduksi aksesoris konidia (aleuroconidia) yang tumbuh tunggal dari hifa. Permukaan aleuroconidia mulus
tanpa struktur yang berbentuk batang atau tonjolan yang jelas. Percobaan in vitro
terlepas dari hifa. Kemampuan aleuroconidia untuk berkecambah dengan cepat ke
dalam jaringan hifa invasif dapat menjadi faktor yang mematikan Aspergillus sp, selain dari konidia istirahat dan perkecambahan yang selanjutnya sangat penting
untuk pembentukan infeksi (Deak et al., 2009).
Gambar 1. Aspergillus sp. (Tehnologijahrane, 2014)
B.Fusarium sp.
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), Fusarium sp. diklasifikasikan sebagai
berikut
Kingdom : Mycetaceae Divisi : Amastigomycota Kelas : Deuteromycetes Ordo :
Famili : Moniales Genus : Fusarium Spesies : Fusarium sp.
Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia (terdiri dari
1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora (pembengkakan pada hifa).
Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan
mempunyai satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1
patogen berada dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk
yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya
dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora
memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua atau
didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau spora
bertahan pada lingkungan yang kurang baik (Alexopoulus dan Mims, 1979).
Jamur ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada
yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu
disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah
struktur yang berpengaruh dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga
cendawan dapat tumbuh dan pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus
menghasilkan spora reproduktif (Saragih, 2009).
Jamur Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam
media agar terutama media yang mengandung ekstrak sayuran. Tahap
pertumbuhan awal miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya akan semakin
krem, hingga koloni tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua
terbentuk klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak
mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4
µm, makrokonidium lebih jarang, berbentuk kumparan, tidak berwarna,
kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm (Semangun,
Gambar 2. Fusarium sp. (Benadof, 2010)
C.Penicillium sp.
Menurut Astriana (2010) Penicillium sp. diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eorotiales Famili : Trichocomaceae Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium sp.
Ciri morfologi Penicillium yaitu memiliki hifa bersepta, konidia, sterigma,
dan konidiospora (Kurasein, 2009). Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa
bersepta, miselium bercabang, konidiospora yang muncul di atas permukaan,
spora dengan sterigma yang berkelompok, dan konidia membentuk rantai
(Fardiaz, 1989). Penicillium sp. pada beberapa spesies, miselium berkembang
menjadi sklerotium (Pelczar, 2005).
Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa vegetative yang disebut dengan
disebut askospora dan secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu
spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa (Pohan, 2009).
Bentuk sel konidiospora pada kapang Penicillium sp. adalah seperti botol dengan
leher panjang atau pendek, jamur ini berwarna hijau kebiruan. Penicillium sp.
termasuk jamur yang tidak bersifat patogen kecuali Penicillium marneffei
(Gandjar et. al., 2006).
Ada dua macam bentuk Penicillium sp. yang dapat diamati secara
makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis, ciri-ciri yang dapat dilihat
adalah koloni tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 25oC pada medium saboroud
dextrose agar dan koloni mula-mula berwarna putih kemudian akan berwarna
kehijauan, sedang secara mikroskopis dengan ciri-ciri yang sapat dilihat adalah
hifa bersepta dan konidiofor mempunyai cabang yang disebut dengan metula, di
atas metula terdapat fialid (Pohan, 2009).
Pertumbuhan kapang Penicillium sp. dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
penting, yaitu : substrat, kelmbaban, suhu, dan pH. Penicillium sp. dapat hidup
pada kelembaban yang rendah yaitu 80%. Suhu yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah 25oC (Gandjar e.t al., 2006). Menurut penelitian
Indahwati (2009), pH optimum yang dihasilan oleh 25oC berkisar 3,15-4,34.
III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam setiap aktivitas budidaya
akuatik. Pakan menjadi faktor produksi terbesar dan mencapai 50% atau lebih dari
total biaya operasional, sehingga perlu dikelola dengan baik agar dapat digunakan
secara efisien bagi kultivan. Salah aspek penting dalam pengolaan pakan adalah
aspek penyimpanan (Nur, 2011). Peningkatan kadar air dalam proses
penyimpanan pakan dapat menyebabkan munculnya faktor-faktor yang dapat
menurunkan kualitas pakan. Menurut Suparjo (2010), kadar air pakan diatas
8-14% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga dan tikus. Kadar air pakan
diatas 14-28% dapat memicu kerusakan pakan oleh sarangga, jamur dan tikus.
Kadar air pakan diatas 20-25% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga,
jamur, tikus, dan bakteri. Sedangkan kadar air pakan diatas 25% dapat memicu
kerusakan pakan oleh bakteri, tikus, dan tumbuhnya biji.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyimpaman, yakni
serangga, organisme mikroskopis (bakteri dan jamur) dan perubahan deteriratif,
yang akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas, resiko kesehatan dan
ekonomis (Sutikno, 2011). Menurut Nur (2011), pakan termasuk produk yang
mudah rusak, sehingga perlu disimpan dan ditangani dengan baik untuk
menghindari terjadinya hilangnya nutrien tertentu, terjadinya bau tengik, dan
tumbuhnya jamur atau kapang. Dampak yang ditimbulkan serangan jamur pada
pakan adalah produksi racun mikotoksin oleh jamur, timbulnya panas, naiknya
Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi
jamur dan analisa PK akibat pengaruh penyimpanan dengan kadar air yang
berbeda. Berikut kerangka konseptual penelitiannya.
Gambar 4. Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan: :
Faktor penting budidaya
Pakan buatan
Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti
Penyimpanan
Peningkatan Kadar Air
Serangan Serangga Serangan mikroorganisme
Bakteri Jamur Kerusakan nutrisi pakan
Kandungan Protein Kasar
Analisa Proksimat Isolasi dan Identifikasi
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
H1 : Ditemukan spesies jamur pada penyimpanan pakan dengan kadar air yang
berbeda.
H2 : Terdapat perbedaan kandungan protein kasar pada penyimpanan pakan
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kering Fakultas Perikanan
dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya dan analisis proksimat di ujikan di
Laboratorium Makan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga,
Surabaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada April sampai Mei 2013.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan sampel yaitu plastik untuk
kemasan pakan, ember, plastic sealer, sarung tangan karet dan penyemprot air.
Peralatan yang digunakan untuk proses identifikasi jamur yaitu mikroskop cahaya,
pinset, bunsen, selotip, cawan petri, gunting bedah, pisau bedah, pinset, ose, gelas
ukur, object glass, dan autoklaf. Peralatan untuk analisa proksimat meliputi,
cawan porselin, cruss tang, eksikator, oven, neraca analitik, labu Kjeldhal,
Erlenmeyer, alat destilasi uap, alat titrasi, pemanas labu Kjeldahl, lemari asam,
spatula, seperangkat alat marcam steel.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi jamur adalah pakan
komersial yang sering digunakan pembudidaya udang vannamei, media SDA
Bahan yang diperlukan untuk analisa proksimat adalah antara lain aquades,
NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H2SO4, asam borat, indikator Metil-merah,
Brom cresol green, silika gel dan HCl.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa rancangan acak lengkap disebut
pula Completely Randomized Design atau Fully Randomized Design dipergunakan
apabila media, alat dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam.
Rancangan Acak Lengkap hanya terdiri dari satu sumber keragaman, sehingga
hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan.
Model matematika untuk Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut :
Yij= µ + τi+ εij
Keterangan : i = 1,2,3,…..t
j = 1,2,3,…..n
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum τi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh galat atau acak percobaan (kesalahan percobaan) pada
Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa ulangan adalah banyaknya kali
atau frekuensi suatu macam perlakuan yang dicobakan dalam suatu percobaan.
Federer (1974) dalam Kusriningrum (2008) menyatakan hubungan antara
perlakuan dan ulangan adalah :
t (n-1) ≥ 15
Keterangan : t = banyaknya perlakuan; n = banyaknya ulangan
Rancangan percobaan ini terdiri atas lima perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3, dan P4
yang diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 20 satuan percobaan, yaitu:
P0.1, P0.2, P0.3, P0.4, P1.1, P1.2, P1.3, P1.4, P2.1, P2.2, P2.3, P2.4, P3.1, P3.2, P3.3, P3.4, P4.1,
P4.2, P4.3 dan P4.4.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang menunjukkan bahwa BK pakan
90,95%. Untuk meningkatkan kadar air pakan sampai pada kondisi kadar air yang
yang cocok untuk pertumbuhan jamur, dalam penelitian ini dilakukan perlakuan
sebagai berikut:
P0 : Campuran 100 gr Pakan + 0 ml air
P1 : Campuran 100 gr Pakan + 5 ml air.
P2 : Campuran 100 gr Pakan + 10 ml air.
P3 : Campuran 100 gr Pakan + 15 ml air.
P4 : Campuran 100 gr Pakan + 20ml air.
Penempatan perlakuan-perlakuan ke dalam tempat percobaan setelah
Gambar 5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL)
Keterangan: P1.1 artinya perlakuan P1 ulangan 1 dst.
4.3.2 Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu a) penyimpanan pakan dengan
penambahan air berbeda b.) isolasi dan identifikasi jamur pada pakan c.) analisis
proksimat kandungan PK pakan. Langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut:
A. Penyimpanan Pakan
Tiap sampel pakan terlebih dahulu dipastikan dalam kondisi fisik yang
baik dan steril, kemudian setiap sampel perlakuan diisi pakan udang seberat
100gr. Pakan ditingkatkan kuantitas airnya dengan lima dosis yang berbeda
dengan empat kali pengulangan, suhu ruangan diatur pada suhu 25oC, kemudian
disimpan dalam kemasan plastik selama 4 hari. Hasil penelitian pendahuluan
menunjukkan bahwa pakan yang disimpan dengan kadar air yang telah dinaikkan
diatas 10% akan ditumbuhi jamur pada hari ke 4.
P2.1 P4.2 P0.1 P1.4 P3.1
P1.3 P4.4 P2.2 P0.3 P3.3
P0.2 P1.2 P4.3 P3.2 P2.3
B. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) merupakan media yang
digunakan utuk mengisolasi jamur. Tahap awal dari persiapan media ini adalah
sterilisasi peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan suatu proses
untuk mematikan atau menghilangkan semua jasad renik yang ada, sehingga jika
ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembang biak (Idafi, 2009).
Sebelum dilakukan proses isolasi jamur, pakan yang telah ditumbuhi
jamur terlebih dahulu di homogenkan dengan dilakukan pengadukan sampai
merata dan penggerusan. Menurut Marlia (2014), bagian batch yang diambil
sampelnya untuk pengujian harus mewakili batch tersebut.
Jamur diisolasi menggunakan pinset dan kemudian ditanam pada media
SDA (Saboraud Dextrose Agar) kemudian diinkubasi pada suhu 25oC selama 2-7
hari dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium (Gandjar dkk, 2006). Sampel
yang diinokulasi pada media SDA (Saboraud Dextrose Agar) merupakan
campuran dari berbagai macam isolat jamur dan tidak jarang terkontaminasi oleh
bakteri. Oleh karena itu untuk mempermudah identifikasi maka isolat tersebut
dimurnikan. Proses pemurnian dimulai dengan mengambil satu jenis koloni
menggunakan ose pada media SDA lama yang memiliki warna dan tekstur sejenis
kemudian diisolasi pada media SDA baru dan diinkubasi pada suhu 25oC selama
2-7 hari untuk mendapatkan isolat murni.
Jamur yang sudah dimurnikan siap untuk dilakukan identifikasi.
ditetesi dengan larutan lactophenol blue sebanyak satu tetes. Kemudian dengan
selotip secukupnya lalu ditempelkan pada jamur yang tumbuh pada media. Selotip
yang tertempel jamur tersebut, ditempelkan pada object glass yang sudah ditetesi
dengan lactophenol blue lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
dan 400X dan jamur yang terlihat dapat diidentifikasi (Balai Karantina Ikan,
2011).
Identifikasi jamur menggunakan teknik identifikasi secara konvensional
yang meliputi dua tahap yaitu pengamatan fungi secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi bentuk koloni dan warna
koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopos meliputi bentuk hifa, bentuk
spora, letak spora dan identifikasi dilakukan menurut prosedur identifikasi Post
(1987) dan Murray et al. (2007).
C. Analisis Proksimat
Analisa Proksimat yang dilakukan adalah analisa bahan kering (BK) dan
protein kasar (PK) pakan saat sebelum perlakuan penyimpanan dan sesudah
perlakuan penyimpanan. Hal ini berguna untuk mengetahui %pengurangan kadar
BK dan PK sebelum penyimpanan (sebelum tumbuh jamur) dan sesudah
Penelitian ini dapat disajikan dalam diagram alur penelitian seperti pada
Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Diagram alir penelitian
4.3.4 Parameter Utama
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis jamur yang
tumbuh pada penyimpanan pakan dengan penambahan volume air berbeda dan
perubahan nilai protein kasar pada pakan.
4.3.5 Analisis Data
Hasil identifikasi jamur dianalisis menggunakan metode deskriptif.
Metode analisis yang menggambarkan fakta-fakta sebagaimana adanya
(Sangadji, 2010). Data persentase perubahan protein kasar pakan dianalisis
dengan analisis varian (Anova) untuk kemudian dilajutkan dengan uji jarak
berganda Duncan bila data yang didapat menunjukkan perbedaan nyata. Penimbangan dan Pengemasan Pakan Perlakuan
Analisa Bahan Kering dan Protein Kasar Pakan
P0 P1 P2 P4 P5
Penyimpanan Pakan
Identifikasi Jamur Analisa Bahan Kering dan Protein Kasar Pakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Identifikasi
Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang tumbuh pada
pakan udang yang disimpan dalam berbagai tingkat penambahan volume air.
Identifikasi pada fungi dilakukan dengan pemeriksaan secara makroskopis dan
mikroskopis (Ronald and Richard, 2000). Pengamatan secara makroskopis pada
penelitian ini diawali dengan menanam sampel pakan yang telah disimpan dengan
peningkatan kadar air berbeda pada media SDA yang telah disterilisasi dengan
pemberian antibiotik penicillin dan streptomycin. Menurut Idafi (2009), Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan atau menghilangkan semua jasad renik
yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad
renik yang dapat berkembang biak.
Hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis pada penelitian ini
mendapatkan lima macam isolat murni koloni fungi yang disajikan pada tabel 4.
Isolat murni pertama berwarna hijau tua dengan bentuk koloni granular dan
kompak, isolat murni yang ke dua berwarna hitam dengan dengan bentuk koloni
granular dan kompak, isolat murni yang ke tiga berwarna hijau muda dengan
bentuk koloni granular dan kompak, isolat murni yang ke empat berwarna putih
dengan dengan bentuk koloni granular dan kompak, sedangkan isolat murni yang
Pengamatan mikroskopis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
selotip untuk mendapatkan sampel struktur jamur yang baik dan dapat diamati.
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 untuk dapat
mengamati struktur hifa serta organ reproduksi jamur secara jelas (Balai
Karantina Ikan, 2011).
Tabel 2. Hasil Identifikasi Jamur pada Penyimpanan Pakan Komersial dengan
Penambahan Volume Air Berbeda
1. Aspergillus flavus
Menurut Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus flavus adalah
sebagai berikut:
Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus: Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus
flavus memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berwarna hijau muda dengan dengan bentuk
koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Elmer et all (1978) yang
mengatakan, pada isolate murni dalam media SDA Aspergillus flavus memiliki
koloni berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan, Koloni Aspergillus
flavus dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Koloni Aspergillus flavus
Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
vesikel yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan Koneman et al. (1992) yang
menyatakan bahwa Aspergillus flavus memiliki konidiofor, vesikel berbentuk
kasar. Bagian-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis dapat dilihat pada
gambar 8.
Gambar 8. Bagain-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis.
Keterangan: (a). Vesikel; (b). Konidia
2. Aspergillus niger
Menurut Zhao et al. (2009), klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai
berikut:
Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichomaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus niger
Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus
niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwana hitam. Hal ini sesuai
dengan Elmer et all (1978) yang mengatakan, pada isolat murni dalam media
SDA Aspergillus flavus memiliki koloni berwarna hitam. Koloni dari Aspergillus
niger dapat dilihat pada gambar 9.
a
Gambar 9. Koloni Aspergillus niger
Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
vesikel yang berbentuk bulat, konidiofor yang transparan serta konidia yang
berwarna hitam kecoklatan. Hal ini sesuai dengan Larone (2002) yang
menyatakan bahwa Aspergillus niger memiliki konidiofor halus dan berwarna
hitam, memiliki vesikel yang berbentuk bulat, memiliki konidia yang berwarna
coklat sampai hitam, kasar dan bulat. Bagian-bagian Aspergillus niger secara
c
Gambar 10. Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskopis.
Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel
3. Aspergillus fumigatus
Menurut Bennett dan Klich (1992)., klasifikasi Aspergillus fumigatus
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi Phylum :Ascomycota Class :Ascomycetes Order :Eurotiales Family :Trichocomaceae Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus
fumigatus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna hijau tua
dengan bentuk koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Elmer et all
(1978) yang mengatakan, pada isolat murni dalam media SDA Aspergillus
fumigatus memiliki koloni berwarna hijau. Koloni dari Aspergillus niger dapat
dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Koloni Aspergillus fumigatus
Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan terdapat ciri-ciri berupa
vesikel, dan konidia. Hal ini sesuai dengan pendapat Elmer et all (1978),
Aspergillus memiliki karakteristik dengan memiliki rantai oval kecil konidia yang
melekat pada ujung satu atau dua baris sterigmata yang teratur melingkar pada
permukaan ujung conidiophore yang disebut vesikel.
Gambar 12. Bagian-bagian Aspergillus fumigatus secara mikroskopis. Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel
4. Aspergillus candidus
Menurut Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus candidus adalah
sebagai berikut:
Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus candidus
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus candidus secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna putih dengan
bentuk koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Murray et al. (1995)
yang menyaatakan bahwa Aspergillus candidus merupakan jamur yang memiliki
ciri koloni yang berwarna putih sampai krem. Koloni dari Aspergillus candidus
dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Koloni Aspergillus candidus
Secara mikroskopis Aspergillus candidus memiliki ciri yaitu memiliki hifa
tidak bersepta dan vesikel yang bulat. Hal ini sesuai dengan Murray et al. (2007)
yang menyatakan bahwa Aspergillus candidus secara mikroskopis memiliki ciri
memiliki konidia bulat dan halus. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara
mikroskopis dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara mikroskopis.
Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel
5. Rhizopus oryzae
Menurut Plantamor (2012), klasifikasi Rhizopus oryzae adalah sebagai
berikut:
Kingdom :Fungi
Order : Mucorales
Family :Mucoraceae
Genus : Rhizopus Spesies : Rhizopus oryzae
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Rhizopus oryzae secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni berwarna putih-abu-abu
dengan dengan bentuk koloni seperti kapas yang memenuhi cawan petri.. Hal ini
sesuai dengan Indonesian mycology (2014), Rhizopus oryzae memiliki koloni
yang mengisi seluruh cawan petri dengan miselium berwarna abu-abu dan
sporangium kecil berwarna abu-abu. Koloni dari Aspergillus candidus dapat
dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Koloni Rhizopus oryzae
Sedangkan pengamatan secara mikroskopis menunjukkan ciri-ciri
berupa adanya sporangium yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Indonesian mycologi (2014), Rhizopus oryzae memiliki sporangium
membulat yang pada awalnya berwarna putih kemudian menjadi hitam agak
kelabu pada waktu matang.
Gambar 16. Bagian-bagian Rhizopus oryzae secara mikroskopis.
Keterangan: (a). Sporangium; (b). Hifa
b
5.1.2 Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat kandungan berat kering pakan komersial yang
telah ditambahkan air dengan volume berbeda dapat dilihat pada Lampiran 2.
rata-rata kandungan berat kering pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata kandungan berat kering pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda.
Sampel BK Rata-rata (%) Kadar Air Rata-rata (%)
P0 90,1693 9.8307
P1 86.2811 13.7189
P2 84.0379 15.9621
P3 79.8478 20.1522
P4 76.8667 23.1333
Hasil rata-rata kandungan berat kering dari ke lima perlakuan diketahui P0
sebagai control memiliki rata-rata BK 90,1693% sehingga kadar air rata-rata P0
mencapai 9,8307%. P1 menunjukkan rata-rata BK 86.2811% sehingga kadar air
rata-rata P1 mencapai 13, 718%, P2 menunjukkan rata-rata BK 84.0379% sehingga kadar air rata-rata P2 mencapai 15.9621%, P3 menunjukkan rata-rata BK
79.8478% sehingga kadar air rata-rata P3 mencapai 20.1522%, dan P4 menunjukkan rata-rata BK 76.8667% sehingga kadar air rata-rata P4 mencapai 23.1333%.
Hasil analisis statistik perubahan nilai bahan kering pada pakan yang
diberi perlakuan kadar air yang berbeda dan disimpan selama enam hari, dapat
bahwa penambahan volume air yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata
terhadap perubahan bahan kering pada pakan (p<0.05). Perlakuan tersebut
selanjutnya dilakukan Uji Jarak Berganda Dunchan (Duncan’s Multiple Range
Test) .
Tabel 4. Rata-rata nilai perubahan kandungan protein kasar pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda.
Hasil perubahan kandungan protein kasar tertinggi terjadi pada perlakuan
P3 sedangkan perubahan kandungan protein kasar terendah terjadi pada perlakuan
pada perlakuan P3 juga berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P4 dan P0. Namun
perubahan protein kasar pada perlakuan P1, P4 dan P0 tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
108.89 109.85
Gambar 17. Grafik Rata-Rata Nilai Perubahan Protein Kasar pada Masing-Masing Perlakuan Pakan.
Grafik di atas menunjukkan rata-rata nilai perubahan protein kasar pakan
yang diberi perlakuan penambahan air yang berbeda dan disimpan selama enam
hari. Grafik tersebut menunjukkan perbedaan nilai perubahan protein kasar pakan
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang dengan Penambahan Volume
Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur
Dalam penelitian ini telah terindentifikasi empat spesies Aspergillus (A.
niger, A. flavus, A. fumigatus, dan A. candidus) dan satu Spesies Rhizopus oryzae
yang menginfeksi pakan komersial yang disimpan dengan perlakuan penambahan
volume air yang berbeda. Munculnya spesies Aspergillus pada penyimpanan
pakan perlu diwaspadai karena menurut Elmer et all (1978), A. fumigatus, A.
Niger, dan A. flavus adalah tiga spesies Aspergillus yang merupakan penghasil
toxic dan sering muncul dalam spesimen klinis.
Menurut RHM Technology, 2003 dalam Noor (2006), aflatoksin
dihasilkan oleh A. flavus dan beberapa jamur lain, cyclopiazonic acid dapat
dihasilkan oleh A. flavus . Aflatoksin yang terdapat pada ikan dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan menjadi terganggu (Effiong And Alatise, 2009). Gejala klinis
ikan yang terinfeksi antara lain, insang pucat, sistem peredaran darah terganggu,
sistem kekebalan menurun, anemia, pertumbuhan terganggu dan kurangnya berat
badan dan efek jangka panjang menyebabkan tumor dan gangguan pada hati yang
berakibat tingginya mortalitas ikan (Russo and Yanong, 2010).
Menurut RHM Technology, 2003 dalam Noor (2006) disebutkan bahwa
ochratoksin dapat dihasilkan oleh A. niger, Selain berpotensi menghasilkan toksin,
jamur dalam bahan makanan menghasilkan berbagai enzim yang dapat merombak
mempengaruhi kualitasnya terutama apabila disimpan terlalu lama. A. niger dapat
menghasilkan enzim amilase, selulase, oksidase, oksidase glukosa, lipase dan
pektinase (Frazier dan Westhoff, 1988 dalam Noor, 2006).
Sedangkan A.fumigatus adalah jenis jamur yang dapat menghasilkan
gliotoxin yang menyebabkan penyakit aspergillosis (NCBI, 2006). A. flavus dapat
menyebabkan alergi pada paru-paru dan menyebarkan aspergillosis (Elmer et all,
1978).
5.2.1 Pengaruh Penyimpanan Pakan Komersial dengan Penambahan
Volume Air Berbeda Terhadap Perubahan Kadar Protein Kasar
Perlakuan P0 dengan rata-rata BK 90,1693% dan rata-rata kadar air
9,8307% tidak ditemukan pertumbuhan jamur pada pakan. Hal ini menunjukkan
pakan yang memiliki nilai kadar air dibawah 14% bukan merupakan lingkungan
yang baik untuk pertumbuhan jamur. Sedangkan perlakuan P1 dengan rata-rata
BK 86.2811% dan rata-rata kadar air 13, 718%, perlakuan P2 dengan rata-rata
BK 84.0379% dan rata-rata kadar air 15.9621%, perlakuan P3 dengan rata-rata BK
79.8478% dan rata-rata kadar air 20.1522%, dan perlakuan P4 dengan rata-rata BK 76.8667% dan rata-rata kadar air 23.1333% ditemukan pertumbuhan jamur pada pakan. Hal ini sesuai dengan Suparjo (2010) yang mengatakan, munculnya jamur
Berdasarkan pada Lampiran 4 dapat kita ketahui bahwa penambahan
volume air pada pakan komersial dapat mengakibatkan penurunan kadar protein
kasar pada sampel yang belum disimpan, sedangkan sampel yang sudah disimpan
menunjukan nilai protein kasar yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan jamur pada pakan dapat meningkatkan kandungan protein pada pakan.
Hal ini sesuai dengan FAO (1992), dalam Susi (2011), jamur memiliki kandungan
protein yang cukup tinggi mencapai 13,8%. Sehingga kandungan protein jamur
dapat meningkatkan kadar protein pakan. Selain itu menurut Purwadaria (1998)
dalam Haryati (2006), jamur Aspergillus dapat menghasilkan enzim hidrolitik
mananase dan selulase yang dapat menurunkan serat kasar dan meningkatkan
protein kasar. Menurut LIM et al. (2001) dalam Simon (2006) menyatakan
fermentasi bahan pakan dengan menggunakan A. flavus dapat meningkatkan kadar
protein kasar. Menurut Lina (2012) R. oryzae mampu meningkatkan kadar
protein dan menurunkan kadar HCN dari tepung mocaf. Menurut Sugiyono
(2008) dalam Ria (2012), fermentasi A.niger pada ampas sagu dapat
meningkatkan kadar protein sebesar 1,9% dalam waktu 12 hari. A. niger secara
kultur tunggal sering digunakan dalam pengolahan pakan karena kemampuannya
dalam degradasi selulosa maupun pati dan meningkatkan kadar protein.
Berdasarkan hasil uji proksimat protein kasar pada penelitian
penyimpanan pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda selama 6
hari yang disajikan pada lampiran 4 dan hasil Analisis Varian dan Duncan pada
tabel 5 menunjukkan bahwa perbedaan nilai perubahan (penurunan) kadar protein
kadar protein tertinggi sedangkan P2 dengan perubahan kadar protein terendah.
Pada perlakuan P3 teridentifikasi empat spesies jamur yaitu A. niger, A. flavus,
A fumigatus, dan R. oryzae. Sedangkan pada perlakuan P2 hanya teridentifikasi
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Jamur yang tumbuh pada pakan komersial yang disimpan dengan
perlakuan penambahan volume air berbeda adalah Aspergillus flavus,
Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus dan
Rhizopus oryzae.
b. Perubahan kandungan protein kasar pada penyimpanan pakan komersial
dengan perlakuan penambahan volume air berbeda menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan. Perlakuan P3 menunjukkan perubahan
kandungan PK tertinggi, sedangkan perlakuan P2 menunjukkan perubahan
kandungan PK terrendah.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu dilakukan penelitian
mengenai tingkat kandungan nutrisi serta patogenitas dari masing-masing spesies
sehingga diperoleh data yang dapat digunakan untuk meningkatkan nutrisi pakan
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, H. S., R. R. P. Fasa dan U. K. Alma’rufah. 2010. Inovasi Pengolahan Limbah Tepung (ampas ketela) menjadi Pelet sebagai Makanan Alternatif pada Ikan. http://community.um.ac.id. Diakses 17 Desember 2013. 10 hal. Alexopoulos, C. J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third Edition.
John Wiley and Sons. New York.
Ana, A. 2009. Biosolubilisasi Batubara Hasil Iradiasi Gamma. dalam Berbagai Dosis oleh Kapang Penicillium sp. Program studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Negeri Jakarta.
Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. 2006. Pembenihan Udang Vannamei. Departemen Kelautan Perikanan. Situbondo. 67 hal.
Balai Karantina Ikan. 2011. Teknik Identifikasi Jamur Metode Selotip. Balai Karantina Ikan Kelas II. Tanjung Emas. Semarang.
Balajee, M.S. 2009. Aspergillus terreus complex. Medical Mycology. 47: S42 – terreus accessory conidia are unique in surface architecture, cell wall composition and germination kinetics. Plos One 4: e7673.
Dhand, N.K., D.V. Joshi, and S.K. Jand. 1998. Fungal contaminants of dairy feed and their toxigenicity. Indian Journal of Animal Sciences 68: 1095-1096. Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Elmer, W.K., Glenn, D.R., and Sara, E.W. 1978. Practical Laboratory Mycologi 2nd Edition. The Williams and wilkins co. United States of Amerika. 7-96p
Effiong, B. N., and S. P. Alatise. 2009. Effect Of Mold Infested Feeds On The Growth And Survival Of Heterobranchus longifilis Fingerlings. Report and Opinion 1(3):9-14.
Survace Method. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Umum.Jakarta. hal 35-37.
Gandjar, I. 2008. Subbituminous Coal. http://www.rzfarland.com. 25 Februari 2014. hal 1
Gandjar, K., W. Sjamsurizal dan A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 237 Hal
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1997. Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Haryati, T., Togatorop, M.H., Sinurat, A.P., Purwadaria, T. Dan Murtiyeni. 2006. Pemanfaatan Bungkil Kelapa Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum Ayam Pedaging. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Idafi, M. 2009. Sterilisasi dan Pembuatan Medium Mikroba. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. http:// www.scribd.com/doc/24542047/Sterilisasi-Dan-Pembuatan-Medium-Mikro bia-Dafi017. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011.
Indahwati, E. 2009. Degradasi Batubara Subbituminus Asal Kalimantan Timur Menggunakan Fungi Aspergilus sp. dan Penicillium sp. Skripsi Sarjana Biologi. Universitas Islam Negeri Syahid. Jakarta.
Indonesian Mycology. 2014. Rhizopus oryzae. pp1. http://203.130.231.174:1107/GST/src/Html/Indonesian/I_Mycology/I_RH IZOPUS.HTM. Diakses 20 Juni 2014.
Iswanto, A. H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. Karya Tulis. Depertemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. 13 Hal
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Edition. United States of America. J.B. Lippincott Company. pp 804
Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya.
Larone, D. H. 2002. Medically Important Fungi. 4th ed. ASM Press. Washington, D.C. pp. 175-266.
Lina I. K., Nur A., Setiyo G., dan Tri W. 2012. Pembuatan Mocaf (Modified Cassava Flour) Dengan Proses Fermentasi Menggunakan Lactobacillus Plantarum, Saccharomyces Cereviseae, Dan Rhizopus Oryzae. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya. jamur-dan-mitotoksin-pada-ransum. 16 Juli 2013
Murray, P. R., E. J. Baron., J. H. Jorgensen., M. L. Landry., and M. A. Pfaller. 2007. Manual of Clinical Mikrobiology. 9th Edition. ASM Press. Washington, D.C. pp. 1726
NCBI (US National Library of MedicineNational Institutes of Health). 2006. Disruption of a nonribosomal peptide synthetase in Aspergillus fumigatus eliminates gliotoxin production. pp1. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16757745. Diakses 20 Juni 2014. Noor, S.H. dan Ratna, S. 2006. Identifikasi Jamur dan Deteksi Aflatoxin B1 pada
Petis Udang Komersial. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 3 hal
Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. Direktorat jenderal perikanan budidaya Balai besar pengembangan budidaya air payau. Jepara Pelczar, M. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Unversitas
Indonesia. Jakarta. 443 hal.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Indonesia University Press. Jakarta.
Plantamor. 2012. Rhizopus oryzae. Article Electronic. pp1. http://plantamor.com/index.php?plant=1621. Diakses 20 Juni 2014.
Post, G. 1987. Textbook of Fish Health. United States of Amerika. TFH Publication. 288 Hal
Purbaya, A. 2011. Manajemen Pemberian Pakan Budidaya Udang Putih ( Litopenaeus vannamei ) di PT. Aruna Wijaya Saktitulang Bawang Lampung. Tugas Akhir. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Peternakan. Politeknik Negeri Lampung. http://www.scribd.com/doc/62645125/29/Prinsip-Manajemen-Pakan. 12 Januari 2013. 63 hal.
Ria, F., Nora, I., dan Lia, D. 2012. Pengaruh Waktu Fermentasi Campuran
Trichoderma reesei Dan Aspergillus niger Terhadap Kandungan Protein Dan Serat Kasar Ampas Sagu. Program Studi Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura.
Ronald,A., Sacher, and Richard, A. Mc.Pherson. 2000. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan , Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal:114
Russo, J. A. R., and R. P. E. Yanong. 2010. Molds in Fish Feeds and Aflatoxicosis. Journal Mycologi. 21:1-4.
Samson, R. A. and J. I. Pitt. 2000. Integration of Modern Taxonomic Methods for
Penicillium and Aspergilluus Classofication. Harwood Scientific Publishers. Amsterdam.
Sangadji dan Etta, M. 2010. Metodologi Penelitian Pendektan Praktis dalam Penelitian. CV. Andi. Yogyakarta.
Saragih, S. 2009. Jenis-jenis Fungi pada Beberapa Tingkat Kematangan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Semangun. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 754 hal.
Sihombing, A. 2013. Gudang Pakan Ayam yang Baik. bptu-sembawa. http://www.bptu-sembawa.net/v1/data/download/20111210095235.pdf. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
Simon P. G. dan Rantan K. 2006. Pengaruh Fermentasi Menggunakan Beberapa Strain Trichoderma dan Masa Inkubasi Berbeda Terhadap Komposisi Kimiawi Bungkil Inti Sawit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006. Loka Penelitian Kambing Potong. Galang.
Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Agrikultur. Fakultas Teknologi Agrikultur Universitas Brawijaya. hal. 23
Sumanti, D.M., C. Tjahjadi, M. Herudiyanto, dan T. Sukarti. 2003. Mempelajari Mekanisme Produksi Minyak Sel Tunggal dengan Sistem Fermentasi Padat pada Media Onggok-Ampas Tahu dengan Menggunakan Kapang
Aspergillus terreus. Laporan penelitian dasar. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. hal 10.
Sumarsih, S. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN “Veteran”. Yogyakarta. 33-34 hal.
Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pakan: Kerusakan Bahan Pakan Selama Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Susi, S. 2011. Pengaruh Penambahan Molase pada Berbagai Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Sutikno, E. 2011. Pembuatan pakan buatan ikan bandeng. Direktorat jenderal perikanan budidaya Balai besar pengembangan budidaya air payau. Jepara Tangendjaja, B. dan E. Wina. 2008. Limbah tanaman dan produk samping industri
jagung untuk pakan. Dalam: Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. hlm. 427 – 455. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/duadua.pdf. 12 November 2012.
Technologija H. 2014. Vrste: A. clavatus, A. versicolor, A. niger, A. flavus. MAGAZIN POSVEĆEN TEHNOLOGIJI PROIZVODNJE HRANE. PP 2.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Labdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Zhao, K., W. Ping., Q. Li., S. Hao., T. Gao and D. Zhou. 2009. Aspergillus niger