• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDATERHADAP

PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR

Oleh :

ARIF SYAIFURRISAL

SIDOARJO – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

ARIF SYAIFURRISAL NIM : 140911137

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Agustono, Ir., M.Kes.

(3)

SKRIPSI

PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR

Oleh :

ARIF SYAIFURRISAL NIM : 140911137

Telah diujikan pada Tanggal : 21 Juli 2014

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Sudarno, Ir., M.Kes.

Anggota : Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P Prayogo, SPi., MP.

Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. Agustono, Ir., M.Kes.

Surabaya,

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Dekan,

(4)

RINGKASAN

ARIF SYAIFURRISAL. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial Dengan Penambahan Volume Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Dan Kandungan Protein Kasar. Dosen Pembimbing I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Dosen Pembimbing II Agustono, Ir., M.Kes.

Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan (Suparjo, 2010). Salah satu organisme yang menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen (Suparjo, 2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jamur dan mengalanisa perubahan Protein Kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air yang berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), air steril, akuades steril dan kloramfenikol 50 µg/ml, aquades, NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H2SO4, asam borat, indikator Metil-merah, Brom cresol green, silika gel dan HCl.

(5)

SUMMARY

ARIF SYAIFURRISAL. The Effect of Storage Commercial Shrimp Feed With Addition of Different Water Volume to Growth of Fungi and Crude Protein Content. Academic Advisor I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Academic Advisor II Agustono, Ir., M.Kes.

Feed very important role in aquaculture because it is useful to meet the needs of nutrients necessary for growth, development and reproduction (Suprijatna et al., 2005). One of the constraints in the supply of aquaculture feed is the feed material damage during storage (Suparjo, 2010). One of the organisms that cause damage to the feed material is mildew. The rate of reproduction and growth of this organism is affected by water content, temperature and duration of storage of materials. The level of contamination by fungi are largely determined by the temperature of storage and the availability of water and oxygen (Suparjo, 2010).

The purpose of this study is to identify and analyze changes in fungal Crude Protein (CP) due to the influence of feed storage with the addition of different volumes of water. The study was conducted at the Laboratory of The Faculty of Fisheries and Marine and Forage Laboratory Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya. The study design used was Completely Randomized Design (CRD) followed by Duncan's Multiple Range Test.

Materials used in this study is a medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar), sterile water, sterile distilled water and chloramphenicol 50 ug / ml, distilled water, NaOH 4% and 40%, Kjeldahl tablets, H2SO4, boric acid, methyl-red indicator, Brom cresol green, silica gel and HCl.

Fungi identification results show the presence of five species of fungus that grows on food storage with the addition of different volumes of water, five species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus and Rhizopus oryzae. Results of Analysis of Variance (ANOVA) were conducted showed that each treatment is to give effect to changes in crude protein levels (p <0.05). Average changes in the levels of crude protein was highest in treatment P3 (113.54%) and lowest in P2 (90.27%). At P3 treatment found four species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus and Rhizopus oryzae,

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pakan udang komersial dengan penambahan volume air berbeda terhadap pertumbuhan jamur dan perubahan protein kasar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan produktifitas perikanan di Indonesia. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan ijin dan bantuan fasilitas dalam penyelesaian penelitan ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi serta perkembangan ilmu dan teknologi di bidang perikanan Indonesia.

Surabaya, Juli 2014

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Sri Subekti B.S., DEA selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes.

selaku dosen pembimbing pertama dan selaku dosen pembimbing kedua yang selama ini telah memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., Bapak Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P dan Bapak

Prayogo, SPi., MP. selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi ini. 4. Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi bagi saya selama menempuh kuliah.

5. Bapak/Ibu dosen dan staf pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

6. Ayah dan ibuku yang selalu mendukung segala keputusanku. 7. Rekan-rekan SKI FPK UNAIR

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009.

9. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... iv

SUMMARY ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pakan Udang ... 4

2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan ... 5

(9)

2.1.3 Penyimpanan Pakan 6

2.2 Jamur ... 7

2.2.1 Jamur pada Pakan Udang ... III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 14

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 14

3.2 Hipotesis Penelitian ... 16

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 17

4.1 Waktu dan Tempat ... 17

4.2 Materi Penelitian ... 17

4.3 Metode Penelitian ... 18

4.3.1 Rancangan Penelitian ... 18

4.3.2 Prosedur Kerja ... 20

A. Penyimpanan Pakan ... 20

B. Isolasi dan Identifikasi Jamur ... 21

C. Analisis Proksimat ... 22

4.3.3 Parameter Pengamatan ... 23

A. Parameter Utama ... 23

4.3.4 Analisis Data ... 23

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Hasil ... 24

5.1.1 Identifikasi ... 24

(10)

5.2 Pembahasan ... 38

VI SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan 7

2. Hasil Identifikasi Jamur pada Penyimpanan Pakan

Komersial dengan Penambahan Volume Air Berbeda 25 3. Rata-rata kandungan berat kering pakan komersial dengan

penambahan volume air berbeda 35

4. . Rata-rata nilai perubahan kandungan protein kasar pakan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Aspergillus sp ... 7

2. Fusarium sp. ... 11

3. Penicillium sp. ... 13

4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 15

5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL) ... 20

6. Diagram alir penelitian ... 23

7. Koloni Aspergillus flavus ... 27

8. Bagain-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis. ... 28

9. Koloni Aspergillus niger ... 29

10 Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskopis. ... 30

11. Koloni Aspergillus fumigatus ... 31

12. Bagian-bagian Aspergillus fumigatus secara mikroskopis... 31

13. Koloni Aspergillus candidus ... 32

14. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara mikroskopis.. ... 33

15. Koloni Rhizopus oryzae ... 34

16. Bagian-bagian Rhizopus oryzae secara mikroskopis.. ... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Analisis Proksimat ... 50

2. Hasil Uji Proksimat Bahan Kering (BK) dan Protein Kasar (PK) Pakan yang diberi Volume Air yang Berbeda Sebelum Perlakuan Penyimpanan ... 51

3. Perhitungan Perubahan Protein Kasar (PK). ... 54

4. Data glukosa darah selama penelitian ... 56

(14)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena

bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Kebutuhan

pakan pada usaha budidaya perikanan dapat mencapai 60-70% dari biaya produksi

(Anggraeni dkk., 2010).

Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya

adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan. Kerusakan bahan pakan

selama penyimpanan dipengaruhi oleh interaksi kondisi bahan pakan, kondisi

lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodenta) perusak

kualitas bahan pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan akibat

interaksi tadi berupa kehilangan berat, penurunan kualitas, peningkatan resiko

terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis (Suparjo, 2010).

Penanganan pakan dan bahan baku pakan sangat penting bagi ketersediaan

nutrisi pakan, sehingga penyimpanan yang tidak baik berujung pada rusaknya

kandungan nutrisi. (Sihombing, 2013). Penyimpanan pakan yang baik akan

memperpanjang waktu penyimpanan. (Afrianto dan Liviawaty, 2005 dalam

Purbaya, 2011). Menurut (Toto dalam Sihombing, 2013) parameter gudang

penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung,

terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 300C – 340C, kelembaban tidak lebih

(15)

kimia seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Pengaturan gudang penyimpanan

yang baik adalah harus memiliki catatan stok yang rapi, memiliki jarak antara

dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan dan cukup luas untuk mengatur

FIFO (First In First Out).

Pada daerah dengan iklim tropis, kecepatan penurunan kualitas pakan

berlangsung 10 kali lipat lebih cepat, hal ini disebabkan oleh tingginya curah

hujan, serta kelembaban yang tinggi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

aktivitas air yang terkandung dalam pakan (Sihombing, 2013).

Berbagai kerusakan bahan pakan yang terjadi selama penyimpanan secara

umum disebabkan oleh jamur, serangga dan tikus. Salah satu organisme yang

menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan

pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama

penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan

oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh

pada kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami

penurunan seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara

suhu dan kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur.

Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu (Suparjo,

2010).

Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang dijelaskan tersebut,

maka dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi jamur dan analisa protein

kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis jamur apa saja yang tumbuh pada pakan selama penyimpanan dengan

penambahan volume air berbeda?

2. Berapa kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur selama

penyimpanan dengan kadar air berbeda?

1.3 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui Jenis jamur yang tumbuh pada penyimpanan pakan dengan

penambahan volume air berbeda.

2. Mengetahui kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur pada

penyimpanan dengan penambahan volume air berbeda.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat dijadikan

data untuk melakukan pencegahan penyebaran jamur yang tumbuh pada pakan

selama penyimpanan di gudang budidaya. Dapat dijadikan pertimbangan untuk

metode penyimpanan pakan agar tidak mengalami kerugian yang besar akibat

(17)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Udang

Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena

bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Menurut

Tangendjaja dan Wina (2008), pada budidaya perikanan secara intensif peranan

pakan sangat penting karena sebagian besar biaya operasional digunakan untuk

pembelian pakan, dan sebagai pengganti pakan alami, pakan buatan harus

memiliki kandungan gizi lengkap yaitu sumber kalori, protein, vitamin dan

mineral yang sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.

Pakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu pakan alami dan

pakan buatan. Pakan alami merupakan makanan yang tumbuh di alam tanpa

campur tangan manusia secara langsung, misalnya plankton dan tumbuhan air.

Sedangkan pakan buatan merupakan makanan yang dibuat dari campuran

bahan-bahan alami atau bahan-bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan

serta dibuat dalam bentuk tertentu (Djarijah, 1995). Asal bahan pakan buatan

terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam

bahan pakan antara lain, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen,

sedang bahan anorganik yang dimaksud seperti kalsium, phospor, magnesium,

kalium, natrium dan lain sebagainya (Kartasudjana, 2001). Dalam budidaya udang

(18)

Air Payau Situbondo (2006) menyatakan bahwa, kebutuhan protein pada udang

vannamei sebesar 32-38%.

2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan

Protein adalah senyawa organik kompleks dan merupakan protoplasma

aktif dalam semua sel hidup baik hewan maupun tumbuhan. Protein adalah

sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Budianto, 2009). Protein pada pakan berasal

dari hewani (tepung ikan, tepung daging, tepung darah dan tepung tulang),

kacang-kacangan atau leguminosa (kacang tanah, kedelai, turi, gamal dan

lamtoro), bungkil (bungkil dari kelapa, kelapa sawit, kedelai, kacang, kapok,

kapas dan jagung) (Hartadi dkk., 1997).

Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan

faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor

6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung

nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya

berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan

protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen / NPN). Nilai yang

diperoleh dari perhitungan tersebut merupakan nilai dari apa yang disebut protein

kasar (Kamal, 1994).

2.1.2 Bahan Kering (BK) Pakan

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105°C selama beberapa waktu sehingga kadar airnya menguap, setelah pemanasan

(19)

disebut persen air atau kadar air. Bahan kering dibagi menjadi dua bagian yaitu

bahan kering sebagian (Partial Dry Matter) dan bahan kering bebas air (Dry

Matter). Prinsip dari bahan kering sebagian yaitu sebagian air diuapkan sampai

kadar air bahan maksimal mencapai 14%, sedangkan bahan kering bebas air yaitu

semua air diuapkan sampai kadar bahan air 0%. Bahan kering bebas air digunakan

sebagai bahan analisis proksimat lebih lanjut, untuk perhitungan pembandingan

nilai nutrisi antar pakan, dan kepadatan suatu pakan. Sampel bahan pakan yang

sudah dipanaskan disebut sampel bahan kering dan penguapannya dengan sampel

bahan pakan tersebut disebut persen air atau kadar air (Tillman dkk, 1998).

Interaksi suhu dan kadar air yang meningkat memacu perkembangan dan

pertumbuhan kapang. Pengaruh terhadap bahan pakan adalah penurunan kualitas

akibat perubahan komposisi dan serangan kapang yang makin meningkat

(Suparjo, 2010).

Tabel 1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan

Kadar Air (%) Jenis Kerusakan

<8 Kerusakan oleh serangan tikus

8-14 Kerusakan oleh serangan serangga dan tikus

14-28 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur dan tikus 20-25 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur, bakteri, tikus Sumber: (Suparjo, 2010)

2.1.3 Penyimpanan Pakan

. Penyimpanan pakan yang baik akan memperpanjang waktu

penyimpanan. Pakan yang terkena air akan menyebabkan kandungan nutrisinya

(20)

matahari juga tidak baik karena kandungan vitamin C-nya akan rusak (Afrianto

dan Liviawaty, 2005 dalam Purbaya, 2011).

Menurut Toto (2008) dalam Sihombing (2013), parameter gudang

penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung,

terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 30– 34 oC, kelembaban tidak lebih dari

70%, bebas dari hama kutu dan tikus serta tidak bercampur dengan bahan kimia

seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Untuk layout atau desain gudang

penyimpanan, yang baik adalah cukup luas untuk mengatur FIFO (First In First

Out). Gudang penyimpanan harus memiliki catatan stok yang rapi dan cukup jarak

antara dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan.

2.2 Jamur

Berdasarkan struktur tubuhnya, jamur digolongkan ke dalam tumbuhan

tingkat rendah (Thallophyta), tetapi jika dilihat dari ada tidaknya klorofil maka

jamur dikelompokkan tersendiri, tidak dijadikan satu kelompok dengan tumbuhan

yang lain (Budhisma, 2013).

Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat

(tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau

bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan

manusia (Sumarsih, 2003).

Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil

makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah

(21)

tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanan kemudian

mencernanya sebelum diserap (Iswanto, 2009).

Setiap jamur memerlukan tingkat kadar air dan temperatur yang spesifik

untuk perkecambahan dan perkembangan. Untuk berkembang jamur akan

menghancurkan nutrien dengan bantuan aktivitas enzimnya dan menghasilkan air

yang memungkinkan peningkatan kolonisasi (Suparjo, 2010).

2.2.1. Jamur Pada Pakan Udang

Tingkat kontaminasi pakan oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh

suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh pada

kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami penurunan

seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara suhu dan

kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur.

Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu.

Akibatnya, kandungan air dan pertumbuhan jamur akan meningkat dengan

meningkatnya suhu penyimpanan (Suparjo, 2010). Kontaminasi jamur yang

paling banyak ditemukan pada pakan ternak di daerah tropis adalah adalah

Aspergillus (Dhand, Joshi dan Jand, 1998). Menurut Suparjo (2010), kapang dari

genus Aspergillus, Fusarium dan Penicillium merupakan kontaminan utama

(22)

A. Aspergillus sp.

Menurut Sukma dkk. (2010), miselia kapang Aspergillus sp.mulai tumbuh pada hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada

permukaan media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih

luas dan kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. Sumanti dkk.

(2003) menyatakan spora Aspergillus sp. berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat,

memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya

dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia.

Konidia dari Aspergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 µm, berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis,

konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus

sehingga menimbulkan vesikel bulat biseriate (Balajee, 2009).

Aspergillus sp. memiliki kemampuan untuk memproduksi aksesoris konidia (aleuroconidia) yang tumbuh tunggal dari hifa. Permukaan aleuroconidia mulus

tanpa struktur yang berbentuk batang atau tonjolan yang jelas. Percobaan in vitro

(23)

terlepas dari hifa. Kemampuan aleuroconidia untuk berkecambah dengan cepat ke

dalam jaringan hifa invasif dapat menjadi faktor yang mematikan Aspergillus sp, selain dari konidia istirahat dan perkecambahan yang selanjutnya sangat penting

untuk pembentukan infeksi (Deak et al., 2009).

Gambar 1. Aspergillus sp. (Tehnologijahrane, 2014)

B.Fusarium sp.

Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), Fusarium sp. diklasifikasikan sebagai

berikut

Kingdom : Mycetaceae Divisi : Amastigomycota Kelas : Deuteromycetes Ordo :

Famili : Moniales Genus : Fusarium Spesies : Fusarium sp.

Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia (terdiri dari

1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora (pembengkakan pada hifa).

Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan

mempunyai satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1

(24)

patogen berada dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk

yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya

dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora

memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua atau

didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau spora

bertahan pada lingkungan yang kurang baik (Alexopoulus dan Mims, 1979).

Jamur ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada

yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu

disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah

struktur yang berpengaruh dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga

cendawan dapat tumbuh dan pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus

menghasilkan spora reproduktif (Saragih, 2009).

Jamur Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam

media agar terutama media yang mengandung ekstrak sayuran. Tahap

pertumbuhan awal miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya akan semakin

krem, hingga koloni tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua

terbentuk klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak

mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4

µm, makrokonidium lebih jarang, berbentuk kumparan, tidak berwarna,

kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm (Semangun,

(25)

Gambar 2. Fusarium sp. (Benadof, 2010)

C.Penicillium sp.

Menurut Astriana (2010) Penicillium sp. diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eorotiales Famili : Trichocomaceae Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium sp.

Ciri morfologi Penicillium yaitu memiliki hifa bersepta, konidia, sterigma,

dan konidiospora (Kurasein, 2009). Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa

bersepta, miselium bercabang, konidiospora yang muncul di atas permukaan,

spora dengan sterigma yang berkelompok, dan konidia membentuk rantai

(Fardiaz, 1989). Penicillium sp. pada beberapa spesies, miselium berkembang

menjadi sklerotium (Pelczar, 2005).

Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa vegetative yang disebut dengan

(26)

disebut askospora dan secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu

spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa (Pohan, 2009).

Bentuk sel konidiospora pada kapang Penicillium sp. adalah seperti botol dengan

leher panjang atau pendek, jamur ini berwarna hijau kebiruan. Penicillium sp.

termasuk jamur yang tidak bersifat patogen kecuali Penicillium marneffei

(Gandjar et. al., 2006).

Ada dua macam bentuk Penicillium sp. yang dapat diamati secara

makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis, ciri-ciri yang dapat dilihat

adalah koloni tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 25oC pada medium saboroud

dextrose agar dan koloni mula-mula berwarna putih kemudian akan berwarna

kehijauan, sedang secara mikroskopis dengan ciri-ciri yang sapat dilihat adalah

hifa bersepta dan konidiofor mempunyai cabang yang disebut dengan metula, di

atas metula terdapat fialid (Pohan, 2009).

Pertumbuhan kapang Penicillium sp. dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

penting, yaitu : substrat, kelmbaban, suhu, dan pH. Penicillium sp. dapat hidup

pada kelembaban yang rendah yaitu 80%. Suhu yang optimum untuk

pertumbuhannya adalah 25oC (Gandjar e.t al., 2006). Menurut penelitian

Indahwati (2009), pH optimum yang dihasilan oleh 25oC berkisar 3,15-4,34.

(27)

III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam setiap aktivitas budidaya

akuatik. Pakan menjadi faktor produksi terbesar dan mencapai 50% atau lebih dari

total biaya operasional, sehingga perlu dikelola dengan baik agar dapat digunakan

secara efisien bagi kultivan. Salah aspek penting dalam pengolaan pakan adalah

aspek penyimpanan (Nur, 2011). Peningkatan kadar air dalam proses

penyimpanan pakan dapat menyebabkan munculnya faktor-faktor yang dapat

menurunkan kualitas pakan. Menurut Suparjo (2010), kadar air pakan diatas

8-14% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga dan tikus. Kadar air pakan

diatas 14-28% dapat memicu kerusakan pakan oleh sarangga, jamur dan tikus.

Kadar air pakan diatas 20-25% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga,

jamur, tikus, dan bakteri. Sedangkan kadar air pakan diatas 25% dapat memicu

kerusakan pakan oleh bakteri, tikus, dan tumbuhnya biji.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyimpaman, yakni

serangga, organisme mikroskopis (bakteri dan jamur) dan perubahan deteriratif,

yang akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas, resiko kesehatan dan

ekonomis (Sutikno, 2011). Menurut Nur (2011), pakan termasuk produk yang

mudah rusak, sehingga perlu disimpan dan ditangani dengan baik untuk

menghindari terjadinya hilangnya nutrien tertentu, terjadinya bau tengik, dan

tumbuhnya jamur atau kapang. Dampak yang ditimbulkan serangan jamur pada

pakan adalah produksi racun mikotoksin oleh jamur, timbulnya panas, naiknya

(28)

Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi

jamur dan analisa PK akibat pengaruh penyimpanan dengan kadar air yang

berbeda. Berikut kerangka konseptual penelitiannya.

Gambar 4. Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan: :

Faktor penting budidaya

Pakan buatan

Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti

Penyimpanan

Peningkatan Kadar Air

Serangan Serangga Serangan mikroorganisme

Bakteri Jamur Kerusakan nutrisi pakan

Kandungan Protein Kasar

Analisa Proksimat Isolasi dan Identifikasi

(29)

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

H1 : Ditemukan spesies jamur pada penyimpanan pakan dengan kadar air yang

berbeda.

H2 : Terdapat perbedaan kandungan protein kasar pada penyimpanan pakan

(30)

IV METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kering Fakultas Perikanan

dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya dan analisis proksimat di ujikan di

Laboratorium Makan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga,

Surabaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada April sampai Mei 2013.

4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan sampel yaitu plastik untuk

kemasan pakan, ember, plastic sealer, sarung tangan karet dan penyemprot air.

Peralatan yang digunakan untuk proses identifikasi jamur yaitu mikroskop cahaya,

pinset, bunsen, selotip, cawan petri, gunting bedah, pisau bedah, pinset, ose, gelas

ukur, object glass, dan autoklaf. Peralatan untuk analisa proksimat meliputi,

cawan porselin, cruss tang, eksikator, oven, neraca analitik, labu Kjeldhal,

Erlenmeyer, alat destilasi uap, alat titrasi, pemanas labu Kjeldahl, lemari asam,

spatula, seperangkat alat marcam steel.

4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi jamur adalah pakan

komersial yang sering digunakan pembudidaya udang vannamei, media SDA

(31)

Bahan yang diperlukan untuk analisa proksimat adalah antara lain aquades,

NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H2SO4, asam borat, indikator Metil-merah,

Brom cresol green, silika gel dan HCl.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa rancangan acak lengkap disebut

pula Completely Randomized Design atau Fully Randomized Design dipergunakan

apabila media, alat dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam.

Rancangan Acak Lengkap hanya terdiri dari satu sumber keragaman, sehingga

hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan.

Model matematika untuk Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut :

Yij= µ + τi+ εij

Keterangan : i = 1,2,3,…..t

j = 1,2,3,…..n

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = pengaruh galat atau acak percobaan (kesalahan percobaan) pada

(32)

Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa ulangan adalah banyaknya kali

atau frekuensi suatu macam perlakuan yang dicobakan dalam suatu percobaan.

Federer (1974) dalam Kusriningrum (2008) menyatakan hubungan antara

perlakuan dan ulangan adalah :

t (n-1) ≥ 15

Keterangan : t = banyaknya perlakuan; n = banyaknya ulangan

Rancangan percobaan ini terdiri atas lima perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3, dan P4

yang diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 20 satuan percobaan, yaitu:

P0.1, P0.2, P0.3, P0.4, P1.1, P1.2, P1.3, P1.4, P2.1, P2.2, P2.3, P2.4, P3.1, P3.2, P3.3, P3.4, P4.1,

P4.2, P4.3 dan P4.4.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang menunjukkan bahwa BK pakan

90,95%. Untuk meningkatkan kadar air pakan sampai pada kondisi kadar air yang

yang cocok untuk pertumbuhan jamur, dalam penelitian ini dilakukan perlakuan

sebagai berikut:

P0 : Campuran 100 gr Pakan + 0 ml air

P1 : Campuran 100 gr Pakan + 5 ml air.

P2 : Campuran 100 gr Pakan + 10 ml air.

P3 : Campuran 100 gr Pakan + 15 ml air.

P4 : Campuran 100 gr Pakan + 20ml air.

Penempatan perlakuan-perlakuan ke dalam tempat percobaan setelah

(33)

Gambar 5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL)

Keterangan: P1.1 artinya perlakuan P1 ulangan 1 dst.

4.3.2 Prosedur Kerja

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu a) penyimpanan pakan dengan

penambahan air berbeda b.) isolasi dan identifikasi jamur pada pakan c.) analisis

proksimat kandungan PK pakan. Langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut:

A. Penyimpanan Pakan

Tiap sampel pakan terlebih dahulu dipastikan dalam kondisi fisik yang

baik dan steril, kemudian setiap sampel perlakuan diisi pakan udang seberat

100gr. Pakan ditingkatkan kuantitas airnya dengan lima dosis yang berbeda

dengan empat kali pengulangan, suhu ruangan diatur pada suhu 25oC, kemudian

disimpan dalam kemasan plastik selama 4 hari. Hasil penelitian pendahuluan

menunjukkan bahwa pakan yang disimpan dengan kadar air yang telah dinaikkan

diatas 10% akan ditumbuhi jamur pada hari ke 4.

P2.1 P4.2 P0.1 P1.4 P3.1

P1.3 P4.4 P2.2 P0.3 P3.3

P0.2 P1.2 P4.3 P3.2 P2.3

(34)

B. Isolasi dan Identifikasi Jamur

Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) merupakan media yang

digunakan utuk mengisolasi jamur. Tahap awal dari persiapan media ini adalah

sterilisasi peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan suatu proses

untuk mematikan atau menghilangkan semua jasad renik yang ada, sehingga jika

ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat

berkembang biak (Idafi, 2009).

Sebelum dilakukan proses isolasi jamur, pakan yang telah ditumbuhi

jamur terlebih dahulu di homogenkan dengan dilakukan pengadukan sampai

merata dan penggerusan. Menurut Marlia (2014), bagian batch yang diambil

sampelnya untuk pengujian harus mewakili batch tersebut.

Jamur diisolasi menggunakan pinset dan kemudian ditanam pada media

SDA (Saboraud Dextrose Agar) kemudian diinkubasi pada suhu 25oC selama 2-7

hari dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium (Gandjar dkk, 2006). Sampel

yang diinokulasi pada media SDA (Saboraud Dextrose Agar) merupakan

campuran dari berbagai macam isolat jamur dan tidak jarang terkontaminasi oleh

bakteri. Oleh karena itu untuk mempermudah identifikasi maka isolat tersebut

dimurnikan. Proses pemurnian dimulai dengan mengambil satu jenis koloni

menggunakan ose pada media SDA lama yang memiliki warna dan tekstur sejenis

kemudian diisolasi pada media SDA baru dan diinkubasi pada suhu 25oC selama

2-7 hari untuk mendapatkan isolat murni.

Jamur yang sudah dimurnikan siap untuk dilakukan identifikasi.

(35)

ditetesi dengan larutan lactophenol blue sebanyak satu tetes. Kemudian dengan

selotip secukupnya lalu ditempelkan pada jamur yang tumbuh pada media. Selotip

yang tertempel jamur tersebut, ditempelkan pada object glass yang sudah ditetesi

dengan lactophenol blue lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100

dan 400X dan jamur yang terlihat dapat diidentifikasi (Balai Karantina Ikan,

2011).

Identifikasi jamur menggunakan teknik identifikasi secara konvensional

yang meliputi dua tahap yaitu pengamatan fungi secara makroskopis dan

mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi bentuk koloni dan warna

koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopos meliputi bentuk hifa, bentuk

spora, letak spora dan identifikasi dilakukan menurut prosedur identifikasi Post

(1987) dan Murray et al. (2007).

C. Analisis Proksimat

Analisa Proksimat yang dilakukan adalah analisa bahan kering (BK) dan

protein kasar (PK) pakan saat sebelum perlakuan penyimpanan dan sesudah

perlakuan penyimpanan. Hal ini berguna untuk mengetahui %pengurangan kadar

BK dan PK sebelum penyimpanan (sebelum tumbuh jamur) dan sesudah

(36)

Penelitian ini dapat disajikan dalam diagram alur penelitian seperti pada

Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Diagram alir penelitian

4.3.4 Parameter Utama

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis jamur yang

tumbuh pada penyimpanan pakan dengan penambahan volume air berbeda dan

perubahan nilai protein kasar pada pakan.

4.3.5 Analisis Data

Hasil identifikasi jamur dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Metode analisis yang menggambarkan fakta-fakta sebagaimana adanya

(Sangadji, 2010). Data persentase perubahan protein kasar pakan dianalisis

dengan analisis varian (Anova) untuk kemudian dilajutkan dengan uji jarak

berganda Duncan bila data yang didapat menunjukkan perbedaan nyata. Penimbangan dan Pengemasan Pakan Perlakuan

Analisa Bahan Kering dan Protein Kasar Pakan

P0 P1 P2 P4 P5

Penyimpanan Pakan

Identifikasi Jamur Analisa Bahan Kering dan Protein Kasar Pakan

(37)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Identifikasi

Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang tumbuh pada

pakan udang yang disimpan dalam berbagai tingkat penambahan volume air.

Identifikasi pada fungi dilakukan dengan pemeriksaan secara makroskopis dan

mikroskopis (Ronald and Richard, 2000). Pengamatan secara makroskopis pada

penelitian ini diawali dengan menanam sampel pakan yang telah disimpan dengan

peningkatan kadar air berbeda pada media SDA yang telah disterilisasi dengan

pemberian antibiotik penicillin dan streptomycin. Menurut Idafi (2009), Sterilisasi

merupakan suatu proses untuk mematikan atau menghilangkan semua jasad renik

yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad

renik yang dapat berkembang biak.

Hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis pada penelitian ini

mendapatkan lima macam isolat murni koloni fungi yang disajikan pada tabel 4.

Isolat murni pertama berwarna hijau tua dengan bentuk koloni granular dan

kompak, isolat murni yang ke dua berwarna hitam dengan dengan bentuk koloni

granular dan kompak, isolat murni yang ke tiga berwarna hijau muda dengan

bentuk koloni granular dan kompak, isolat murni yang ke empat berwarna putih

dengan dengan bentuk koloni granular dan kompak, sedangkan isolat murni yang

(38)

Pengamatan mikroskopis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

selotip untuk mendapatkan sampel struktur jamur yang baik dan dapat diamati.

Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 untuk dapat

mengamati struktur hifa serta organ reproduksi jamur secara jelas (Balai

Karantina Ikan, 2011).

Tabel 2. Hasil Identifikasi Jamur pada Penyimpanan Pakan Komersial dengan

Penambahan Volume Air Berbeda

(39)
(40)

1. Aspergillus flavus

Menurut Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus flavus adalah

sebagai berikut:

Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus: Aspergillus

Spesies : Aspergillus flavus

Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus

flavus memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berwarna hijau muda dengan dengan bentuk

koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Elmer et all (1978) yang

mengatakan, pada isolate murni dalam media SDA Aspergillus flavus memiliki

koloni berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan, Koloni Aspergillus

flavus dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Koloni Aspergillus flavus

Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki

vesikel yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan Koneman et al. (1992) yang

menyatakan bahwa Aspergillus flavus memiliki konidiofor, vesikel berbentuk

(41)

kasar. Bagian-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis dapat dilihat pada

gambar 8.

Gambar 8. Bagain-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis.

Keterangan: (a). Vesikel; (b). Konidia

2. Aspergillus niger

Menurut Zhao et al. (2009), klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai

berikut:

Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichomaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus niger

Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus

niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwana hitam. Hal ini sesuai

dengan Elmer et all (1978) yang mengatakan, pada isolat murni dalam media

SDA Aspergillus flavus memiliki koloni berwarna hitam. Koloni dari Aspergillus

niger dapat dilihat pada gambar 9.

a

(42)

Gambar 9. Koloni Aspergillus niger

Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki

vesikel yang berbentuk bulat, konidiofor yang transparan serta konidia yang

berwarna hitam kecoklatan. Hal ini sesuai dengan Larone (2002) yang

menyatakan bahwa Aspergillus niger memiliki konidiofor halus dan berwarna

hitam, memiliki vesikel yang berbentuk bulat, memiliki konidia yang berwarna

coklat sampai hitam, kasar dan bulat. Bagian-bagian Aspergillus niger secara

(43)

c

Gambar 10. Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskopis.

Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel

3. Aspergillus fumigatus

Menurut Bennett dan Klich (1992)., klasifikasi Aspergillus fumigatus

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi Phylum :Ascomycota Class :Ascomycetes Order :Eurotiales Family :Trichocomaceae Genus : Aspergillus

Species : Aspergillus fumigatus

Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa Aspergillus

fumigatus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna hijau tua

dengan bentuk koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Elmer et all

(1978) yang mengatakan, pada isolat murni dalam media SDA Aspergillus

fumigatus memiliki koloni berwarna hijau. Koloni dari Aspergillus niger dapat

dilihat pada gambar 11.

(44)

Gambar 11. Koloni Aspergillus fumigatus

Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan terdapat ciri-ciri berupa

vesikel, dan konidia. Hal ini sesuai dengan pendapat Elmer et all (1978),

Aspergillus memiliki karakteristik dengan memiliki rantai oval kecil konidia yang

melekat pada ujung satu atau dua baris sterigmata yang teratur melingkar pada

permukaan ujung conidiophore yang disebut vesikel.

Gambar 12. Bagian-bagian Aspergillus fumigatus secara mikroskopis. Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel

(45)

4. Aspergillus candidus

Menurut Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus candidus adalah

sebagai berikut:

Phylum : Ascomycota Class : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus candidus

Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus candidus secara

makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna putih dengan

bentuk koloni granular dan kompak. Hal ini sesuai dengan Murray et al. (1995)

yang menyaatakan bahwa Aspergillus candidus merupakan jamur yang memiliki

ciri koloni yang berwarna putih sampai krem. Koloni dari Aspergillus candidus

dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Koloni Aspergillus candidus

Secara mikroskopis Aspergillus candidus memiliki ciri yaitu memiliki hifa

tidak bersepta dan vesikel yang bulat. Hal ini sesuai dengan Murray et al. (2007)

yang menyatakan bahwa Aspergillus candidus secara mikroskopis memiliki ciri

(46)

memiliki konidia bulat dan halus. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara

mikroskopis dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara mikroskopis.

Keterangan: (a). Konidia; (b). Vesikel

5. Rhizopus oryzae

Menurut Plantamor (2012), klasifikasi Rhizopus oryzae adalah sebagai

berikut:

Kingdom :Fungi

Order : Mucorales

Family :Mucoraceae

Genus : Rhizopus Spesies : Rhizopus oryzae

Hasil identifikasi yang telah dilakukan Rhizopus oryzae secara

makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni berwarna putih-abu-abu

dengan dengan bentuk koloni seperti kapas yang memenuhi cawan petri.. Hal ini

sesuai dengan Indonesian mycology (2014), Rhizopus oryzae memiliki koloni

yang mengisi seluruh cawan petri dengan miselium berwarna abu-abu dan

(47)

sporangium kecil berwarna abu-abu. Koloni dari Aspergillus candidus dapat

dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Koloni Rhizopus oryzae

Sedangkan pengamatan secara mikroskopis menunjukkan ciri-ciri

berupa adanya sporangium yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Indonesian mycologi (2014), Rhizopus oryzae memiliki sporangium

membulat yang pada awalnya berwarna putih kemudian menjadi hitam agak

kelabu pada waktu matang.

Gambar 16. Bagian-bagian Rhizopus oryzae secara mikroskopis.

Keterangan: (a). Sporangium; (b). Hifa

b

(48)

5.1.2 Analisis Proksimat

Hasil analisis proksimat kandungan berat kering pakan komersial yang

telah ditambahkan air dengan volume berbeda dapat dilihat pada Lampiran 2.

rata-rata kandungan berat kering pakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata kandungan berat kering pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda.

Sampel BK Rata-rata (%) Kadar Air Rata-rata (%)

P0 90,1693 9.8307

P1 86.2811 13.7189

P2 84.0379 15.9621

P3 79.8478 20.1522

P4 76.8667 23.1333

Hasil rata-rata kandungan berat kering dari ke lima perlakuan diketahui P0

sebagai control memiliki rata-rata BK 90,1693% sehingga kadar air rata-rata P0

mencapai 9,8307%. P1 menunjukkan rata-rata BK 86.2811% sehingga kadar air

rata-rata P1 mencapai 13, 718%, P2 menunjukkan rata-rata BK 84.0379% sehingga kadar air rata-rata P2 mencapai 15.9621%, P3 menunjukkan rata-rata BK

79.8478% sehingga kadar air rata-rata P3 mencapai 20.1522%, dan P4 menunjukkan rata-rata BK 76.8667% sehingga kadar air rata-rata P4 mencapai 23.1333%.

Hasil analisis statistik perubahan nilai bahan kering pada pakan yang

diberi perlakuan kadar air yang berbeda dan disimpan selama enam hari, dapat

(49)

bahwa penambahan volume air yang berbeda memberikan perbedaan yang nyata

terhadap perubahan bahan kering pada pakan (p<0.05). Perlakuan tersebut

selanjutnya dilakukan Uji Jarak Berganda Dunchan (Duncan’s Multiple Range

Test) .

Tabel 4. Rata-rata nilai perubahan kandungan protein kasar pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda.

Hasil perubahan kandungan protein kasar tertinggi terjadi pada perlakuan

P3 sedangkan perubahan kandungan protein kasar terendah terjadi pada perlakuan

(50)

pada perlakuan P3 juga berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P4 dan P0. Namun

perubahan protein kasar pada perlakuan P1, P4 dan P0 tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan antar perlakuan.

108.89 109.85

Gambar 17. Grafik Rata-Rata Nilai Perubahan Protein Kasar pada Masing-Masing Perlakuan Pakan.

Grafik di atas menunjukkan rata-rata nilai perubahan protein kasar pakan

yang diberi perlakuan penambahan air yang berbeda dan disimpan selama enam

hari. Grafik tersebut menunjukkan perbedaan nilai perubahan protein kasar pakan

(51)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang dengan Penambahan Volume

Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur

Dalam penelitian ini telah terindentifikasi empat spesies Aspergillus (A.

niger, A. flavus, A. fumigatus, dan A. candidus) dan satu Spesies Rhizopus oryzae

yang menginfeksi pakan komersial yang disimpan dengan perlakuan penambahan

volume air yang berbeda. Munculnya spesies Aspergillus pada penyimpanan

pakan perlu diwaspadai karena menurut Elmer et all (1978), A. fumigatus, A.

Niger, dan A. flavus adalah tiga spesies Aspergillus yang merupakan penghasil

toxic dan sering muncul dalam spesimen klinis.

Menurut RHM Technology, 2003 dalam Noor (2006), aflatoksin

dihasilkan oleh A. flavus dan beberapa jamur lain, cyclopiazonic acid dapat

dihasilkan oleh A. flavus . Aflatoksin yang terdapat pada ikan dapat menyebabkan

pertumbuhan ikan menjadi terganggu (Effiong And Alatise, 2009). Gejala klinis

ikan yang terinfeksi antara lain, insang pucat, sistem peredaran darah terganggu,

sistem kekebalan menurun, anemia, pertumbuhan terganggu dan kurangnya berat

badan dan efek jangka panjang menyebabkan tumor dan gangguan pada hati yang

berakibat tingginya mortalitas ikan (Russo and Yanong, 2010).

Menurut RHM Technology, 2003 dalam Noor (2006) disebutkan bahwa

ochratoksin dapat dihasilkan oleh A. niger, Selain berpotensi menghasilkan toksin,

jamur dalam bahan makanan menghasilkan berbagai enzim yang dapat merombak

(52)

mempengaruhi kualitasnya terutama apabila disimpan terlalu lama. A. niger dapat

menghasilkan enzim amilase, selulase, oksidase, oksidase glukosa, lipase dan

pektinase (Frazier dan Westhoff, 1988 dalam Noor, 2006).

Sedangkan A.fumigatus adalah jenis jamur yang dapat menghasilkan

gliotoxin yang menyebabkan penyakit aspergillosis (NCBI, 2006). A. flavus dapat

menyebabkan alergi pada paru-paru dan menyebarkan aspergillosis (Elmer et all,

1978).

5.2.1 Pengaruh Penyimpanan Pakan Komersial dengan Penambahan

Volume Air Berbeda Terhadap Perubahan Kadar Protein Kasar

Perlakuan P0 dengan rata-rata BK 90,1693% dan rata-rata kadar air

9,8307% tidak ditemukan pertumbuhan jamur pada pakan. Hal ini menunjukkan

pakan yang memiliki nilai kadar air dibawah 14% bukan merupakan lingkungan

yang baik untuk pertumbuhan jamur. Sedangkan perlakuan P1 dengan rata-rata

BK 86.2811% dan rata-rata kadar air 13, 718%, perlakuan P2 dengan rata-rata

BK 84.0379% dan rata-rata kadar air 15.9621%, perlakuan P3 dengan rata-rata BK

79.8478% dan rata-rata kadar air 20.1522%, dan perlakuan P4 dengan rata-rata BK 76.8667% dan rata-rata kadar air 23.1333% ditemukan pertumbuhan jamur pada pakan. Hal ini sesuai dengan Suparjo (2010) yang mengatakan, munculnya jamur

(53)

Berdasarkan pada Lampiran 4 dapat kita ketahui bahwa penambahan

volume air pada pakan komersial dapat mengakibatkan penurunan kadar protein

kasar pada sampel yang belum disimpan, sedangkan sampel yang sudah disimpan

menunjukan nilai protein kasar yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa

keberadaan jamur pada pakan dapat meningkatkan kandungan protein pada pakan.

Hal ini sesuai dengan FAO (1992), dalam Susi (2011), jamur memiliki kandungan

protein yang cukup tinggi mencapai 13,8%. Sehingga kandungan protein jamur

dapat meningkatkan kadar protein pakan. Selain itu menurut Purwadaria (1998)

dalam Haryati (2006), jamur Aspergillus dapat menghasilkan enzim hidrolitik

mananase dan selulase yang dapat menurunkan serat kasar dan meningkatkan

protein kasar. Menurut LIM et al. (2001) dalam Simon (2006) menyatakan

fermentasi bahan pakan dengan menggunakan A. flavus dapat meningkatkan kadar

protein kasar. Menurut Lina (2012) R. oryzae mampu meningkatkan kadar

protein dan menurunkan kadar HCN dari tepung mocaf. Menurut Sugiyono

(2008) dalam Ria (2012), fermentasi A.niger pada ampas sagu dapat

meningkatkan kadar protein sebesar 1,9% dalam waktu 12 hari. A. niger secara

kultur tunggal sering digunakan dalam pengolahan pakan karena kemampuannya

dalam degradasi selulosa maupun pati dan meningkatkan kadar protein.

Berdasarkan hasil uji proksimat protein kasar pada penelitian

penyimpanan pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda selama 6

hari yang disajikan pada lampiran 4 dan hasil Analisis Varian dan Duncan pada

tabel 5 menunjukkan bahwa perbedaan nilai perubahan (penurunan) kadar protein

(54)

kadar protein tertinggi sedangkan P2 dengan perubahan kadar protein terendah.

Pada perlakuan P3 teridentifikasi empat spesies jamur yaitu A. niger, A. flavus,

A fumigatus, dan R. oryzae. Sedangkan pada perlakuan P2 hanya teridentifikasi

(55)

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

a. Jamur yang tumbuh pada pakan komersial yang disimpan dengan

perlakuan penambahan volume air berbeda adalah Aspergillus flavus,

Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus dan

Rhizopus oryzae.

b. Perubahan kandungan protein kasar pada penyimpanan pakan komersial

dengan perlakuan penambahan volume air berbeda menunjukkan

perbedaan yang sangat signifikan. Perlakuan P3 menunjukkan perubahan

kandungan PK tertinggi, sedangkan perlakuan P2 menunjukkan perubahan

kandungan PK terrendah.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu dilakukan penelitian

mengenai tingkat kandungan nutrisi serta patogenitas dari masing-masing spesies

sehingga diperoleh data yang dapat digunakan untuk meningkatkan nutrisi pakan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, H. S., R. R. P. Fasa dan U. K. Alma’rufah. 2010. Inovasi Pengolahan Limbah Tepung (ampas ketela) menjadi Pelet sebagai Makanan Alternatif pada Ikan. http://community.um.ac.id. Diakses 17 Desember 2013. 10 hal. Alexopoulos, C. J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third Edition.

John Wiley and Sons. New York.

Ana, A. 2009. Biosolubilisasi Batubara Hasil Iradiasi Gamma. dalam Berbagai Dosis oleh Kapang Penicillium sp. Program studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Negeri Jakarta.

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. 2006. Pembenihan Udang Vannamei. Departemen Kelautan Perikanan. Situbondo. 67 hal.

Balai Karantina Ikan. 2011. Teknik Identifikasi Jamur Metode Selotip. Balai Karantina Ikan Kelas II. Tanjung Emas. Semarang.

Balajee, M.S. 2009. Aspergillus terreus complex. Medical Mycology. 47: S42 – terreus accessory conidia are unique in surface architecture, cell wall composition and germination kinetics. Plos One 4: e7673.

Dhand, N.K., D.V. Joshi, and S.K. Jand. 1998. Fungal contaminants of dairy feed and their toxigenicity. Indian Journal of Animal Sciences 68: 1095-1096. Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.

Elmer, W.K., Glenn, D.R., and Sara, E.W. 1978. Practical Laboratory Mycologi 2nd Edition. The Williams and wilkins co. United States of Amerika. 7-96p

Effiong, B. N., and S. P. Alatise. 2009. Effect Of Mold Infested Feeds On The Growth And Survival Of Heterobranchus longifilis Fingerlings. Report and Opinion 1(3):9-14.

(57)

Survace Method. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Umum.Jakarta. hal 35-37.

Gandjar, I. 2008. Subbituminous Coal. http://www.rzfarland.com. 25 Februari 2014. hal 1

Gandjar, K., W. Sjamsurizal dan A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 237 Hal

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1997. Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Haryati, T., Togatorop, M.H., Sinurat, A.P., Purwadaria, T. Dan Murtiyeni. 2006. Pemanfaatan Bungkil Kelapa Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum Ayam Pedaging. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Idafi, M. 2009. Sterilisasi dan Pembuatan Medium Mikroba. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. http:// www.scribd.com/doc/24542047/Sterilisasi-Dan-Pembuatan-Medium-Mikro bia-Dafi017. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011.

Indahwati, E. 2009. Degradasi Batubara Subbituminus Asal Kalimantan Timur Menggunakan Fungi Aspergilus sp. dan Penicillium sp. Skripsi Sarjana Biologi. Universitas Islam Negeri Syahid. Jakarta.

Indonesian Mycology. 2014. Rhizopus oryzae. pp1. http://203.130.231.174:1107/GST/src/Html/Indonesian/I_Mycology/I_RH IZOPUS.HTM. Diakses 20 Juni 2014.

Iswanto, A. H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. Karya Tulis. Depertemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. 13 Hal

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Edition. United States of America. J.B. Lippincott Company. pp 804

(58)

Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya.

Larone, D. H. 2002. Medically Important Fungi. 4th ed. ASM Press. Washington, D.C. pp. 175-266.

Lina I. K., Nur A., Setiyo G., dan Tri W. 2012. Pembuatan Mocaf (Modified Cassava Flour) Dengan Proses Fermentasi Menggunakan Lactobacillus Plantarum, Saccharomyces Cereviseae, Dan Rhizopus Oryzae. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya. jamur-dan-mitotoksin-pada-ransum. 16 Juli 2013

Murray, P. R., E. J. Baron., J. H. Jorgensen., M. L. Landry., and M. A. Pfaller. 2007. Manual of Clinical Mikrobiology. 9th Edition. ASM Press. Washington, D.C. pp. 1726

NCBI (US National Library of MedicineNational Institutes of Health). 2006. Disruption of a nonribosomal peptide synthetase in Aspergillus fumigatus eliminates gliotoxin production. pp1. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16757745. Diakses 20 Juni 2014. Noor, S.H. dan Ratna, S. 2006. Identifikasi Jamur dan Deteksi Aflatoxin B1 pada

Petis Udang Komersial. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 3 hal

Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. Direktorat jenderal perikanan budidaya Balai besar pengembangan budidaya air payau. Jepara Pelczar, M. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Unversitas

Indonesia. Jakarta. 443 hal.

Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Indonesia University Press. Jakarta.

Plantamor. 2012. Rhizopus oryzae. Article Electronic. pp1. http://plantamor.com/index.php?plant=1621. Diakses 20 Juni 2014.

(59)

Post, G. 1987. Textbook of Fish Health. United States of Amerika. TFH Publication. 288 Hal

Purbaya, A. 2011. Manajemen Pemberian Pakan Budidaya Udang Putih ( Litopenaeus vannamei ) di PT. Aruna Wijaya Saktitulang Bawang Lampung. Tugas Akhir. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Peternakan. Politeknik Negeri Lampung. http://www.scribd.com/doc/62645125/29/Prinsip-Manajemen-Pakan. 12 Januari 2013. 63 hal.

Ria, F., Nora, I., dan Lia, D. 2012. Pengaruh Waktu Fermentasi Campuran

Trichoderma reesei Dan Aspergillus niger Terhadap Kandungan Protein Dan Serat Kasar Ampas Sagu. Program Studi Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura.

Ronald,A., Sacher, and Richard, A. Mc.Pherson. 2000. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan , Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal:114

Russo, J. A. R., and R. P. E. Yanong. 2010. Molds in Fish Feeds and Aflatoxicosis. Journal Mycologi. 21:1-4.

Samson, R. A. and J. I. Pitt. 2000. Integration of Modern Taxonomic Methods for

Penicillium and Aspergilluus Classofication. Harwood Scientific Publishers. Amsterdam.

Sangadji dan Etta, M. 2010. Metodologi Penelitian Pendektan Praktis dalam Penelitian. CV. Andi. Yogyakarta.

Saragih, S. 2009. Jenis-jenis Fungi pada Beberapa Tingkat Kematangan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.

Semangun. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 754 hal.

Sihombing, A. 2013. Gudang Pakan Ayam yang Baik. bptu-sembawa. http://www.bptu-sembawa.net/v1/data/download/20111210095235.pdf. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.

Simon P. G. dan Rantan K. 2006. Pengaruh Fermentasi Menggunakan Beberapa Strain Trichoderma dan Masa Inkubasi Berbeda Terhadap Komposisi Kimiawi Bungkil Inti Sawit. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006. Loka Penelitian Kambing Potong. Galang.

(60)

Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Agrikultur. Fakultas Teknologi Agrikultur Universitas Brawijaya. hal. 23

Sumanti, D.M., C. Tjahjadi, M. Herudiyanto, dan T. Sukarti. 2003. Mempelajari Mekanisme Produksi Minyak Sel Tunggal dengan Sistem Fermentasi Padat pada Media Onggok-Ampas Tahu dengan Menggunakan Kapang

Aspergillus terreus. Laporan penelitian dasar. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. hal 10.

Sumarsih, S. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN “Veteran”. Yogyakarta. 33-34 hal.

Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pakan: Kerusakan Bahan Pakan Selama Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Susi, S. 2011. Pengaruh Penambahan Molase pada Berbagai Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

Sutikno, E. 2011. Pembuatan pakan buatan ikan bandeng. Direktorat jenderal perikanan budidaya Balai besar pengembangan budidaya air payau. Jepara Tangendjaja, B. dan E. Wina. 2008. Limbah tanaman dan produk samping industri

jagung untuk pakan. Dalam: Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. hlm. 427 – 455. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/duadua.pdf. 12 November 2012.

Technologija H. 2014. Vrste: A. clavatus, A. versicolor, A. niger, A. flavus. MAGAZIN POSVEĆEN TEHNOLOGIJI PROIZVODNJE HRANE. PP 2.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Labdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Zhao, K., W. Ping., Q. Li., S. Hao., T. Gao and D. Zhou. 2009. Aspergillus niger

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1. Kadar Air dan Kerusakan  Pakan
Gambar 1. Aspergillus sp. (Tehnologijahrane, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial terhadap retensi protein dan retensi energi ikan bawal air

Kandungan protein kasar dan serat kasar pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan penambahan azolla sebagai pakan ruminansia menggunakan rancangan acak

Penambahan Cod Liver Oil (CLO) dengan dosis 6% pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi protein daging udang galah ( Macrobrachium rosenbergii ). Penambahan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung rumput laut coklat ( Sargassum sp.) dalam pakan dengan dosis yang berbeda tidak memberikan

Berbeda halnya laju pertumbuhan relatif udang windu pada perlakuan A dengan pemberian pakan tanpa penambahan enzim fitase memiliki nilai terendah sebesar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan buatan pasta memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p&lt;0,05) terhadap laju

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan pada pakan komersial terhadap laju pertumbuhan spesifik dan retensi protein udang

4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa umur panen berbeda pada hijauan pakan fodder jagung yang diberi air cucian beras sebagai hara utama