SKRIPSI
PEMANFAATAN PERASAN BIJI PEPAYA (Carica papaya) UNTUK MENCEGAH INFESTASI Argulus PADA
IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
Oleh :
DERIVA DWI KALSASIN SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMANFAATAN PERASAN BIJI PEPAYA (Carica papaya) UNTUK MENCEGAH INFESTASI Argulus PADA
IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
Oleh :
DERIVA DWI KALSASIN NIM. 141011094
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. Dr. Gunanti Mahasri,
Ir., M.Si.
NIP. 19590808 198603 2 002 NIP. 19600912
SKRIPSI
PEMANFAATAN PERASAN BIJI PEPAYA (Carica papaya) UNTUK MENCEGAH INFESTASI Argulus PADA
IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
Oleh :
DERIVA DWI KALSASIN NIM : 141011094
Telah diujikan pada Tanggal : 6 Agustus 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, DEA., drh. Anggota : Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si.
Dr. Kusnoto, drh, M.Si. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.
Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si..
Surabaya, 6 Agustus 2014
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Dekan,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Deriva Dwi Kalsasin
N I M : 141011094
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 September 1992
Alamat : Griya Kebraon Barat VII BF25, Surabaya
Judul Skripsi : PEMANFAATAN PERASAN BIJI PEPAYA (Carica papaya) UNTUK MENCEGAH INFESTASI Argulus PADA IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
Pembimbing : 1. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si
2. Dr. Gunanti Mahasri, Ir.,M.Si
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 18 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
RINGKASAN
DERIVA DWI KALSASIN. Pemanfaatan Perasan Biji Pepaya (Carica papaya) Untuk Mencegah Infestasi Argulus Pada Ikan Maskoki (Carassius auratus). Dosen Pembimbing Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. dan Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
Salah satu kendala budidaya ikan hias adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Pada ikan maskoki, parasit yang sering ditemukan adalah Argulus. Genus Argulus adalah parasit dari kelas Crustacea yang penyebarannya ditemukan di seluruh dunia (Taylor et al., 2005). Predileksi Argulus pada permukaan tubuh, sirip atau insang (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Keberadaan parasit ini menyebabkan ikan menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda keras yang ada disekitarnya. Parasit ini menghisap darah inang sehingga menyebabkan ikan kurus dan pertumbuhannya terhambat. Selain itu Argulus menyebabkan lesi pada kulit, sirip, kepala dan permukaan tubuh dan menyebabkan kematian ikan (Noaman et al., 2010).
Pencegahan terhadap Argulus dapat menggunakan bahan alami, namun kurangnya informasi dan tidak adanya produk dari bahan alami menjadikan konsumen memilih menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia memiliki dampak negatif yang besar sehingga diperlukan bahan substitusi untuk pencegahan parasit Argulus yang lebih ramah lingkungan, salah satunya adalah biji pepaya. Biji pepaya mengandung bahan aktif alkaloid karpain. Alkaloid karpain adalah salah satu bahan aktif dari biji pepaya yang juga bersifat sebagai insektisida nabati (Kurnia dkk., 2012).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan yaitu kontrol, 40 ppt, 45 ppt, 50 ppt dan 55 ppt dan diulang sebanyak lima kali. Parameter utama dalam penelitian ini adalah jumlah infestasi
Argulus pada ikan maskoki. Data kemudian dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANAVA).
SUMMARY
DERIVA DWI KALSASIN. Utilization of Papaya Seeds (Carica papaya) to Prevent Infestastion Argulus in Goldfish (Carassius auratus). Academic Advisor Dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
One problem in ornamental fish culture is desease cause by parasite. Parasite can found in goldfish is Argulus. Genus Argulus is parasite from Crustacean class and can found in entire world. Argulus predilection is on the body surface, fins or gills. This parasite make fish rub her body to hard object all around. This parasite suck blood from the host. It can make fish thin and stunted growth. Besidede that Argulus cause lesion in skin, fin, head, body surface and causing death to fish.
Prevention of Argulus can use traditional medicine, however less information and noone product from traditional medicine make consumen choose to use chemicals. Chemical use have many negative impact, so friendly substitution material is needed. That is papaya seeds. Papaya seeds contain alkaloid carpaine. Alkaloid carpaine is one of the active ingredients in papaya seeds are also edible as insecticide.
Design of experiment using Completely Randomized Design with control treatment, 40 ppt, 45 ppt, 50 ppt and 55 ppt and five repetation. The main parameters in this study is the number od Argulus infestation in goldfish. Data then analyzed using Analysis of Variance (ANOVA).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Pemanfaatan Perasan Biji Pepaya (Carica papaya) untuk Mencegah Infestasi Argulus pada Ikan Maskoki (Carassius auratus). Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga.
Penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan
informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu di bidang perikanan.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Gunanti
Mahasri, Ir., M.Si sebagai Pembimbing Serta skripsi yang memberikan
banyak bimbingan, saran dan ilmunya sejak penyusunan usulan hingga
laporan skripsi;
2. Bapak Abdul Manan, S. Pi., M. Si. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan saran dan motivasi dalam perkuliahan;
3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes sebagai Koordinator Skripsi yang
4. Ibu Prof. Dr. Sri Subekti, drh., DEA., Ibu Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si
dan Bapak Dr. Kusnoto, S.Kh. drh sebagai Dosen Penguji yang
memberikan saran dan evaluasi demi perbaikan skripsi;
5. Bapak Sigit Sumartono, SH., Bapak Sudarto dan Irma Hidayah, A.Md.,
Ak. yang membantu dalam perijinan dan penggunaan sarana prasarana
untuk penelitian serta Anita Erna Faricha, A.Md. yang membantu
memperoleh informasi dan literatur penyusunan skripsi;
6. Keluarga tercinta, Ibu Naning Utami, Ayah Aris Yuniarto, mas Iqbal (alm)
dan mas Rizky yang memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat
tiada henti;
7. Teman terbaik sekaligus saudara seperjuangan Gantheng, Ade,
Rahmawati, Sari, Devy, Nabila, Disty, Dewi, Seta, Aida, Ike, Dyo,
Ardhito, Slamet dan keluarga besar Piranha 2010;
8. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
Surabaya, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... iv
SUMMARY ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Balakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan ... 4
1.4 Manfaat ... 4
II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Ikan Maskoki (Carassius auratus) ... 5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 5
2.1.2 Habitat dam Kebiasaan Makan ... 6
2.2 Argulus ... 7
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 7
2.2.2 Daur Hidup Argulus ... 8
2.2.3 Sistem Saraf Argulus ... 9
2.2.4 Gejala Klnis dan Patogenesis Infestasi Argulus ... 9
2.3 Pepaya (Carica papaya) ... 10
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Pepaya ... 10
2.3.2 Bahan Aktif dan Mekanisme Kerja Biji Pepaya terhadap Argulus ... 11
III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN
HIPOTESIS ... 13
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 13
3.2 Hipotesis ... 15
4.4.3 Perhitungan Konsentrasi Perasan Biji Pepaya ... 19
4.4.4 Pembuatan Perasan Biji Pepaya ... 19
5.1.2 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Maskoki ... 24
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan ... 17
5.1 Rata-rata Jumlah Infestasi Argulus pada Ikan Maskoki
setelah Perlakuan . ... 22
5.2 Perubahan tingkah laku ikan sebelum, selama dan setelah
perlakuan ... 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Morfologi Carassius auratus ... 5
2.2 Morfologi Argulus ... 8
2.3 Daur hidup Argulus . ... 9
2.4 Morfologi buah dan biji pepaya ... 11
3.1 Kerangka konseptual penelitian ... 14
4.1 Diagram alir penelitian ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jumlah Argulus yang menginfestasi ... 36 2 Data Kualitas Air . ... 37
3 Hasil uji ANAVA dan uji Jarak Berganda Duncan infestasi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan maskoki merupakan salah satu komoditas ekspor ikan hias air tawar.
Ekspor ikan maskoki tidak sebanyak jenis ikan hias air tawar yang lain, tetapi
hampir setiap eksportir menyertakan ikan maskoki dalam pengirimannya (Beauty
dkk., 2012). Ikan maskoki termasuk ikan hias dengan banyak penggemar karena
strain yang beragam (Syaifudin dkk., 2004). Terdapat sedikitnya 14 strain ikan
maskoki, antara lain: wakin, faintail, oranda, lionhead, sisik mutiara, mata balon,
nirwana, kaliko, mata teleskop, pompom, blackmoor, ekor merah dan shubunkin
(FBAS, 2002).
Budidaya ikan hias menjadi salah satu pilihan untuk menjalankan bisnis di
bidang perikanan. Pemilihan bisnis tersebut didukung oleh produksi ikan maskoki
yang mencapai 6.732.000 ekor per tahunnya (Nevada, 2011). Selain produksi,
harga jual ikan maskoki cukup menjanjikan. Harga ikan maskoki dibedakan
menjadi tiga kelas pasar. Kelas pasar lokal ikan Maskoki ukuran 4 inci dijual
dengan harga Rp 2.000 per ekor, kelas penghobi harga Rp 200.000-Rp 500.000
per ekor, sedangkan untuk kelas kontes harga mencapai Rp 2.000.000-Rp
3.000.000 per ekor (DJPB, 2014). Dalam budidaya ikan hias, salah satu kendala
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Pada ikan maskoki, parasit yang
sering ditemukan adalah Argulus.
menginfestasi ikan hias Platy Koral (Xyphophorus maculatus) dengan prevalensi sebesar 50% (Nurfatimah, 2001). Argulus sp. ditemukan di tambak di Lamongan
dengan prevalensi 60%, di Karamba Jaring Apung Probolinggo sebesar 50%
(Musyaffak, 2010) dan tambak di Tulungagung dengan prevalensi 66% (Amzi
dkk., 2013). Argulus ditemukan di Inggris dengan prevalensi 29% yang menyebabkan kerugian ekonomi melalui penurunan jumlah peminat karena
mengurangi estetika tubuh dan mengurangi nilai penangkapan ikan (Taylor et al.,
2006).
Predileksi Argulus pada permukaan tubuh, sirip atau insang (Kismiyati dan
Mahasri, 2012). Keberadaan parasit ini menyebabkan ikan menggosok-gosokkan
tubuhnya pada benda keras yang ada di sekitarnya. Parasit ini menghisap darah
inang sehingga menyebabkan ikan kurus dan pertumbuhannya terhambat. Selain
itu Argulus menyebabkan lesi pada kulit, sirip, kepala dan permukaan tubuh dan menyebabkan kematian ikan (Noaman et al., 2010).
Pencegahan terhadap Argulus dapat menggunakan bahan alami, namun kurangnya informasi dan tidak adanya produk dari bahan alami menjadikan
konsumen memilih menggunakan bahan kimia.Menurut Tam (2005) penggunaan
bahan kimia ini tidak sesuai untuk ikan budidaya maupun ikan liar karena dapat
merusak lingkungan dan biota yang ada di dalamnya. Selain itu, penggunaan
bahan kimia dapat menyebabkan resistensi dan meninggalkan residu pada ikan.
Penggunaan bahan kimia memiliki dampak negatif yang besar sehingga
bahwa pemanfaatan bahan alami untuk pengendalian parasit ikan jarang
dilaporkan, akan tetapi penggunaan bahan alami efektif sebagai antibiotik dan
pestisida. Biji pepaya termasuk limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional. Kelebihan biji pepaya sebagai obat adalah tidak menimbulkan
efek samping, mudah didapat dan harga terjangkau. Pemanfaatan biji pepaya yaitu
dengan membuat perasan biji pepaya karena mudah, murah dan cepat.
Biji pepaya mengandung alkaloid karpain (Khrisna et al., 2008) yang juga
bersifat sebagai insektisida nabati (Kurnia dkk., 2012). Studi tentang aktivitas anti
parasit biji pepaya terhadap Argulus belum pernah dilakukan. Diduga pada biji
pepaya matang memiliki kandungan alkaloid yang lebih tinggi. Adanya zat aktif
pada biji pepaya mendorong untuk dilakukan penelitian tentang potensi perasan
biji pepaya (Carica papaya) untuk mencegah Argulus pada ikan maskoki
(Carassius auratus).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1) Apakah perasan biji pepaya (Carica papaya) dapat mencegah infestasi
Argulus pada ikan maskoki (Carassius auratus)?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk:
1) Mengetahui manfaat perasan biji pepaya untuk mencegah infestasi Argulus
pada ikan maskoki (Carassius auratus).
2) Mengetahui konsentrasi optimal perasan biji pepaya (Carica papaya) untuk mencegah infestasi Argulus pada ikan maskoki (Carassius auratus).
1.4 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang manfaat perasan biji pepaya (Carica papaya) untuk mencegah infestasi
Argulus pada ikan maskoki (Carassius auratus). Selain itu, dapat menjadi acuan
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Maskoki (Carassius auratus) 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan maskoki menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata Kelas : Ostheichthyes Ordo : Ostariophysoidei Familia : Cyprinidae Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Panjang tubuh ikan maskoki berkisar 2-31 cm dengan tipe mulut terminal
(Al-Noor, 2010). Ikan genus Carassius ini bermata besar yang sedikit menonjol
keluar, mempunyai sirip lengkap dan tanpa sungut di sekitar mulut (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Morfologi Carassius auratus. Sumber: Bright et al. (2013) Tipe sirip ekor ikan maskoki yaitu homocercal. Jari-jari sirip lemah mengeras pada sirip dorsal adalah 2-3 buah dan jari-jari sirip lemah 7-18 buah.
Jari-jari sirip lemah mengeras pada sirip anal adalah dua buah dan jari-jari sirip
dan jari-jari sirip lemah 13-16 buah. Jari-jari sirip lemah mengeras pada sirip
ventral adalah dua buah dan jari-jari sirip lemah delapan buah (Saanin, 1984).
2.1.2 Habitat dan Kebiasaan Makan
Ikan maskoki merupakan spesies asli Asia (Tarkan et al., 2010) yaitu berasal dari China. Ikan maskoki termasuk ikan air tawar yang hidup di aliran air
sedang. Ikan tersebut dapat hidup di sungai, danau, waduk maupun kolam buatan.
Ikan maskoki dapat hidup baik pada suhu 23-29 ºC, pH 6-8.3, DO 4-7 mg/l dan
amoniak 1,5-4,5 mg/l (Latha and Lipton, 2007).
Ikan maskoki termasuk omnivora dengan jenis pakan berupa algae, Daphnia
sp., diatoms, protozoa, Rotifer, Tubifex sp. dan vegetasi (Paulet, 2003; Syaifudin
dkk., 2004; Al-Noor, 2010). Ikan maskoki makan sesuai dengan bukaan mulut.
Ikan maskoki memiliki kebiasaan makan yang berlebihan. Pemberian pakan dapat
mencapai 4-6 kali dalam sehari. Pakan mudah dicerna sehingga menghasilkan
feses dalam beberapa jam setelah pemberian pakan. Pemberian pelet yang
berlebihan menyebabkan air kolam pemeliharaan cepat kotor sehingga memicu
2.2 Argulus
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Kabata (1984) klasifikasi Argulus sebagai berikut: Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea Ordo : Branchiura Familia : Arguilidae Genus : Argulus
Spesies : Argulus indicus, Argulus japonicus
Menurut Mousavi et al. (2011), Argulus memiliki panjang tubuh 4-12 mm
dengan bentuk pipih dorsoventral yang ditutupi oleh karapas dan sepasang mata
majemuk (Steckler and Yanong, 2012). Bagian anterior Argulus terdapat sepasang
antena, maxillae pertama dan kedua yang berfungsi untuk melekatkan diri pada
inang, stylet yang berfungsi untuk menusuk inang dan proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah. Pada bagian thorax Argulus terbagi menjadi empat
segmen. Masing-masing segmen memiliki sepasang kaki renang dan segmen
keempat tergabung dengan karapas. Thorax Argulus betina berfungsi untuk
menyimpan telur. Bagian posterior terdapat abdomen dengan bentuk bilobus
segmen. Abdomen pada Argulus jantan terdapat testis, sedangkan pada Argulus
betina terdapat seminal receptacle (Hoffman, 1977). Morfologi Argulus dapat
Gambar 2.2 Morfologi Argulus. Sumber: Tam (2005). Keterangan: V, tampak Ventral; D, tampak dorsal; A, Abdomen; An, Antena pertama; Ant, Antena kedua; C, Karapas; CE, Mata; L, kaki renang; Max, Maxillae pertama; Maxl,
Maxillae kedua; P, Proboscis; Ps, Stylet; T, Thorax; TS, Testis.
2.2.2 Daur Hidup Argulus
Daur hidup Argulus adalah langsung, yaitu hanya membutuhkan satu inang dalam daur hidupnya. Menurut Steckler and Yanong (2012), Branchiura memiliki
daur hidup rata-rata 30-60 hari, bergantung pada spesies parasit dan suhu
lingkungan. Setelah Argulus jantan dan betina kopulasi, Argulus betina akan meninggalkan inang dan meletakkan telurnya pada benda yang keras. Argulus
betina yang telah meletakkan telurnya akan kembali melekat pada inang.
Telur Argulus menetas dalam 17 hari pada suhu 23 ºC dan 30 hari pada suhu
20 ºC (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Telur yang menetas menjadi nimfa dan
harus menemukan inang dalam waktu 2-3 hari atau akan mati. Nimfa berkembang
menjadi stadium juvenil (Kismiyati dan Mahasri, 2012), kemudian berkembang
menjadi Argulus dewasa dalam waktu 30-40 hari setelah menetas (Steckler and
Gambar 2.3 Daur hidup Argulus. Sumber: Bandilla (2007). Keterangan: 1. Telur
Argulus yang melekat pada batu, 2. Nimfa Argulus, 3.Argulus menginfestasi ikan,
4.Argulus betina dewasa, 5.Argulus jantan dewasa.
2.2.3 Sistem Saraf Argulus
Sistem saraf Argulus adalah tangga tali yang saraf pusatnya berhubungan dengan alat indera (Chapman (1997) dalam Puspitasari dkk. (2012)). Saraf
tersebut terdiri dari enam rantai ganglia otak dorsal dan ventral. Saraf dari ganglia
pertama berhubungan dengan sucker. Saraf dari ganglia kedua berhubungan dengan maxillae kedua dan innervating di lateral karapas. Saraf dari ganglia
ketiga, empat dan lima berhubungan dengan kaki renang sedangkan sepasang
ganglia keenam berhubungan dengan organ reproduksi (Wilson, 1902).
2.2.4 Gejala Klinis dan Patogenesis Infestasi Argulus
Ikan yang terinfestasi Argulus akan memproduksi lendir berlebih, keadaan ikan yang melemah, menggosok-gosokkan tubuh pada permukaan kasar dan
melompat dari air (Kismiyati dkk., 2011). Infestasi Argulus tidak menyebabkan kematian pada ikan. Kematian ikan terjadi akibat infeksi sekunder yang
disebabkan infestasi Argulus. Ikan yang terinfestasi Argulus kemungkinan besar
akan mendapat infeksi sekunder oleh jamur dan bakteri (Kismiyati dan Mahasri,
jamur atau bakteri. Bakteri yang sering menginfeksi akibat infestasi Argulus yaitu
Aeromonas atau Pseudomonas (Yilidz and Kumantas, 2002).
2.3 Pepaya (Carica papaya L.)
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Pepaya
Menurut Ikeyi et al. (2013), sistematika tumbuhan pepaya (Carica papaya
L.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Familia : Caricaceae Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
Pepaya adalah tanaman asli dari daerah tropis Amerika. Pohon pepaya dapat
tumbuh pada ketinggian 0-1000 meter dpl dengan daun berbentuk menjari.
Pepaya memiliki varietas antara lain: pepaya Semangko, pepaya Dampit, pepaya
Arum Bogor, pepaya Carysa (pepaya Hawai), pepaya Sari Gading, pepaya Sari
Rona dan pepaya California (pepaya Callina) (Budiyanti dan Sunyoto, 2011).
Buah pepaya berbentuk lonjong yang terdapat rongga didalamnya. Rongga
tersebut berisi biji pepaya. Biji pepaya termasuk limbah pertanian, terdapat
dibagian rongga buah pepaya. Berbentuk bulat keriput yang dibungkus oleh kulit
ari yang transparan seperti agar. Biji pepaya pada buah yang belum matang
berwarna putih, sedangkan biji pepaya matang berwarna hitam dengan tekstur
Gambar 2.4 Morfologi buah dan biji pepaya. Sumber: Milind and Gurditta (2011)
2.3.2 Bahan Aktif dan Mekanisme Kerja Biji Pepaya Terhadap Argulus
Biji pepaya mengandung protein kasar, minyak pepaya, karpain,
benzilisothiosianat, benzilglukosinolat, glukotropakolin, benzilthiourea, caricin dan
enzym myrosin (Khrisna et al., 2008; Boshra and Tajul, 2013; Saran and Choudhary,
2013). Beberapa senyawa diketahui memiliki kelarutan yang baik dalam air, senyawa
tersebut adalah thiourea, karpain, karbohidrat dan protein (Whindhalz et al. (1989)
dalam Nur (2002)). Pada biji pepaya terdapat senyawa yang dapat digunakan sebagai
insektisida yaitu karpain. Karpain merupakan salah satu alkaloid yang memiliki
rasa yang pahit dan dapat menurunkan kerja organ tubuh. Roberts and Wink
(1998) menyebutkan bahwa alkaloid bekerja melumpuhkan sistem saraf. Selain
itu biji pepaya juga mengandung senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavanoid, tanin
dan saponin (Lusiana dkk., 2012).
Karpain dilaporkan menyebabkan penekanan sistem saraf pusat (Nur, 2002).
Saraf Argulus berhubungan dengan sucker yang berfungsi untuk menempel. Akibatya saraf tidak dapat mengantar impuls saraf sampai ke sucker dan Argulus
2.4 Pencegahan Argulus
Pencegahan Argulus dilakukan untuk mencegah timbulnya argulosis sehingga tidak terjadi penurunan nilai ekonomis pada ikan. Pencegahan Argulus
dapat menggunakan bahan alami maupun bahan kimia. Penggunaan bahan alami
sebagai pencegahan Argulus masih sangat sedikit, bahkan belum diperdagangkan. Kurangnya informasi dan tidak adanya produk menjadikan konsumen memilih
bahan kimia sebagai pengendali Argulus.
Metode pengobatan untuk ektoparasit adalah dipping (perendaman dalam
larutan insektisida) (Soeharsono, 2005). Metode ini merupakan metode yang
efektif karena ektoparasit yang hidup di permukaan tubuh inang. Namun,
insektisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Metode dipping dapat
menggunakan biji pepaya karena bahan aktif dari biji pepaya dapat menghambat
perkembangbiakan Argulus.
Menurut Kismiyati dan Mahasri (2012), pengendalian Argulus dapat menggunakan Gammexane, Benzene hexachloride (BHC) efektif digunakan
namun sangat bersifat racun serta tidak mudah terdegradasi. Dapat juga
menggunakan Pyrethrum dengan dosis 20-100 ppm selama 10-20 menit atau
Dipterex 100 ppm selama satu jam. Penggunaan bahan kimia tersebut bersifat
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Salah satu parasit yang menyerang ikan maskoki yaitu Argulus. Argulus
menginfestasi kepala, sirip dan permukaan tubuh ikan (Nagasawa et al., 2010). Keberadaan parasit ini dapat menimbulkan kerugian bagi pembudidaya dan
menyebabkan ikan kurus, pergerakan ikan abnormal, produksi lendir yang
berlebih dan lesi pada permukaan tubuh dan sirip (Mousavi et al., 2011). Akibat
yang ditimbulkan Argulus berdampak pada keindahan ikan sehingga mempengaruhi nilai ekonomis ikan tersebut.
Pencegahan parasit Argulus perlu dilakukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan. Pencegahan Argulus pada ikan maskoki dapat dilakukan menggunakan bahan kimia maupun bahan alami. Bahan kimia yang digunakan
adalah insektisida sisntesis yang bersifat spesifik. Insektisida dapat menyebabkan
resistensi pada ikan dan tidak mudah larut dalam air, oleh karena itu bahan kimia
dapat digantikan oleh bahan alami yaitu biji pepaya.
Biji pepaya termasuk limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai
insektisida alami, karena lebih aman, murah dan mudah didapat. Biji pepaya
mengandung karpain (Boshra and Tajul, 2013) yang merupakan salah satu golongan alkaloid pyroline. Roberts and Wink (1998), menyatakan bahwa alkaloid bekerja melumpuhkan sistem saraf. Saraf berhubungan dengan sucker
yang berfungsi untuk menempel. Saraf yang lumpuh tidak dapat mengantar
menempel pada ikan maskoki. Bagan kerangka konseptual penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian.
Keterangan Gambar :
= Konsep penelitian yang dikerjakan
= Konsep penelitian yang tidak dikerjakan Ikan Maskoki
tidak larut air Mudah, tidak Murah,
toksik ke alat indera yaitu Sucker
3.2 Hipotesis
1) Perasan biji pepaya (Carica papaya) dapat mencegah infestasi Argulus pada
ikan maskoki (Carasius auratus).
2) Terdapat konsentrasi optimal dari perasan biji pepaya (Carica papaya)
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 di laboratorium
pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari akuarium utama
berukuran 40x30x30 cm untuk pemeliharaan, 25 akuarium perlakuan berukuran
15x15x30 cm, gelas ukur 500 ml, kertas pH, DO meter, termometer, timbangan
digital, jaring, kertas saring, seperangkat alat aerasi, blender, dan spuit.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 25 ekor benih ikan
maskoki dengan ukuran 3-5 cm, dua kilogram biji pepaya, Argulus sebanyak 250 ekor, air PDAM yang telah diendapkan dan sabun cuci.
4.3 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimen
laboratorium dengan menggunakan hewan coba ikan maskoki sebagai objek
penelitian. Penelitian eksperimen dilakukan secara sengaja dengan cara
memberikan perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian dalam kondisi
Variabel yang digunakan dalam penelitian antara lain: variabel kontrol yaitu
kualitas air dan jumlah Argulus pada masing-masing ikan maskoki, variabel bebas
yaitu konsentrasi perasan biji pepaya, serta variabel terikat yaitu jumlah Argulus
yang tidak menempel pada ikan maskoki.
4.3.1 Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan save concentration
yiatu konsentrasi perasan biji pepaya yang aman untuk ikan dan menyebabkan
Argulus tidak menginfestasi. Pada penelitian pendahuluan konsentrasi yang digunakan kontrol, 10 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 60 ppt, 80 ppt dan 90 ppt. Hasil
penelitian pendahuluan ditemukan konsentrasi di mana Argulus yang menempel
dengan persentase paling sedikit dan ikan dapat bertahan hidup yaitu konsentrasi
60 ppt. Berikut (Tabel 4.1) hasil dan perlakuan dalam penelitian pendahuluan.
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan No Konsentrasi
(ppt)
Jumlah
Argulus
Jumlah infestasi Argulus (%)
dalam waktu (menit) Keterangan
15 30 45 60
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap yang dipergunakan
bila media dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam
ulangan. Dalam rancangan ini terdapat satu sumber keragaman yaitu konsentrasi
perasan biji pepaya. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi perasan biji pepaya
yang berbeda, yaitu:
1) Perlakuan A perasan sebagai kontrol (tanpa perasan biji pepaya),
2) Perlakuan B perasan biji pepaya dengan konsentrasi 40 ppt,
3) Perlakuan C perasan biji pepaya dengan konsentrasi 45 ppt,
4) Perlakuan D perasan biji pepaya dengan konsentrasi 50 ppt,
5) Perlakuan E perasan biji pepaya dengan konsentrasi 55 ppt.
Penentuan konsentrasi yang digunakan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan,
dimana ikan dapat bertahan hidup pada perasan biji pepaya konsentrasi 60 ppt.
4.4 Prosedur Kerja 4.4.1 Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium, blender dan
gelas ukur. Alat tersebut dibersihkan dari kotoran maupun debu. Akuarium,
blender dan gelas ukur dicuci menggunakan sabun kemudian dibilas dengan air
hingga bersih dan dikeringkan. Akuarium yang telah kering diisi air bersih dan
dipasang selang aerasi. Akuarium didiamkan selama 24 jam baru dapat digunakan
untuk aklimatisasi ikan sehat.
4.4.2 Aklimatisasi Ikan
Ikan maskoki yang digunakan dalam penelitian diaklimatisasi terlebih
5% dari biomas. Aklimatisasi dilakukan selama 24 jam sebelum perlakuan agar
ikan tidak stres.
4.4.3 Perhitungan Konsentrasi Perasan Biji Pepaya
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak lima perlakuan
dengan lima kali ulangan. Konsentrasi perasan biji pepaya yang digunakan yaitu
kontrol, 40 ppt, 45 ppt, 50 ppt, dan 55 ppt. Volume air yang digunakan adalah satu
liter. Perhitungan perasan biji pepaya adalah sebagai berikut:
1) Perlakuan A berisi 1000 ml air,
2) Perlakuan B berisi 40 ml perasan biji pepaya ditambah 960 ml air,
3) Perlakuan C berisi 45 ml perasan biji pepaya ditambah 955 ml air,
4) Perlakuan D berisi 50 ml perasan biji pepaya ditambah 950 ml air,
5) Perlakuan E berisi 55 ml perasan biji pepaya ditambah 945 ml air.
4.4.4 Pembuatan Perasan Biji Pepaya
Biji pepaya yang digunakan berwarna hitam, berasal dari buah pepaya
matang (kulit berwarna hijau kekuningan, lunak dan daging berwarna merah
oranye). Biji pepaya sebanyak dua kilogram yang masih segar diblender hingga
bentuknya menyerupai bubur. Bubur biji pepaya kemudian diperas menggunakan
kain bersih dan kertas saring. Air perasan biji pepaya yang diperoleh 850 ml
dengan konsentrasi 100% yang mengandung senyawa karpain.
4.4.5 Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian pemanfaatan biji pepaya untuk mencegah infestasi
2009). Akuarium diisi air perasan biji pepaya sesuai dengan konsentrasi yang
telah ditentukan. Satu ikan maskoki dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi
air perasan biji pepaya yang telah dilarutkan ke dalam air. Langkah selanjutnya
yaitu memasukkan Argulus yang telah dipuasakan selama 24 jam sebanyak 10
ekor ke masing-masing akuarium. Pengamatan dilakukan selama 60 menit
berdasarkan penelitian pendahuluan. Selama perlakuan ikan tidak diberi pakan.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.5 Parameter Penelitian 4.5.1 Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah jumlah infestasi Argulus pada
ikan maskoki. Argulus dihitung sesudah perlakuan sehingga diketahui jumlah
Argulus yang menempel.
4.5.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air dan tingkah
laku ikan. Pengamatan tingkah laku dan pengukuran kualitas air dilakukan
sebelum dan sesudah perlakuan. Pengukuran parameter kualitas air antara lain pH,
DO dan suhu air. Sedangkan pengamatan tingkah laku adalah pergerakan dan
metabolisme ikan. Data parameter penunjang digunakan sebagai data penunjang
parameter utama dalam menganalisis hasil penelitian.
4.6 Analisis Data
Penelitian perasan biji pepaya (Carica papaya) untuk mencegah infestasi
jumlah infestasi Argulus yang dianalisis menggunakan analisis variansi (ANAVA). Apabila terdapat pengaruh pada pemberian perlakuan, maka dilakukan
uji lanjutan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang
lain (Kusriningrum, 2008).
Gambar 4.1 Diagram alir penelitian. Persiapan (pH, DO, suhu) dan tingkah
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Penelitian ini menghasilkan data utama yaitu jumlah infestasi Argulus pada
ikan maskoki. Infestasi Argulus merupakan data utama yang dianalisis dengan uji
Analisis Variansi (ANAVA) satu arah dengan selang kepercayaan 95%. Hasil uji
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan terhadap hasil
pengamatan (p>0,05) (Lampiran 3). Dengan demikian H1 diterima kemudian
dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan 5% untuk mengetahui pengaruh
antar perlakuan. Data penunjang pada penelitian ini adalah kualitas air antara lain
DO, pH dan suhu.
5.1.1 Infestasi Argulus Pada Ikan Maskoki
Infestasi Argulus dinyatakan dengan jumlah Argulus yang menempel pada
permukaan tubuh ikan maskoki. Infestasi Argulus dihitung setelah melakukan perendaman dengan perasan biji pepaya. Rata-rata jumlah infestasi Argulus dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Rata-rata jumlah infestasi Argulus pada ikan maskoki setelah perlakuan Perlakuan Rata-rata infestasi Argulus ± SD
A 10a ± 0
B 8,4b ± 0,54
C 7,4c ± 0,54
D 5,8d ± 0,83
E 5,2d ± 0,44
Pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa perasan biji pepaya berpengaruh
terhadap infestasi Argulus pada ikan Maskoki. Perlakuan A (kontrol) berbeda
nyata dengan perlakuan B (40 ppt), C (45 ppt), D (50 ppt) dan E (55 ppt).
Perlakuan B (40 ppt) berbeda nyata dengan perlakuan C (45 ppt), D (50 ppt) dan
E (55 ppt). Perlakuan C (45 ppt) berbeda nyata dengan perlakuan D (50 ppt) dan E
(55 ppt). Sedangkan, perlakuan D (50 ppt) tidak berbeda nyata dengan perlakuan
E (55 ppt). Grafik persentase infestasi Argulus dapat dilihat pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Grafik persentase infestasi Argulus terhadap lima perlakuan yang berbeda. Keterangan: A. perlakuan kontrol, B. Perasan biji pepaya 40 ppt, C. Perasan biji pepaya 45 ppt, D. Perasan biji pepaya 50 ppt, E. Perasan biji pepaya 55 ppt.
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.1, konsentrasi optimal perasan biji
pepaya pada perlakuan D yaitu 50 ppt karena mampu mencegah rata-rata infestasi
Argulus dengan jumlah paling sedikit. Dari 10 Argulus yang akan diinfestasikan, perlakuan D dapat menyebabkan 42% Argulus tidak menginfestasi.
5.1.2 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Maskoki
Pengamatan tingkah laku ikan dilakukan sebelum, selama dan setelah
perlakuan. Tingkah laku yang diamati adalah pergerakan dan metabolisme ikan.
Perubahan tingkah laku pada ikan maskoki menunjukkan gejala klinis yang
disebabkan oleh Argulus, yaitu memproduksi lendir berlebih, keadaan ikan yang melemah dan menggosok-gosokkan tubuh pada permukaan kasar (Kismiyati dkk.,
2011). Perubahan tingkah laku ikan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Perubahan tingkah laku ikan sebelum, selama dan setelah perlakuan No Perlakuan
Tingkah Laku Ikan Sebelum
Perlakuan Selama Perlakuan Setelah perlakuan
Selama perlakuan terdapat perubahan tingkah laku pada ikan maskoki.
Setelah perlakuan, ikan maskoki dimasukkan kembali ke akuarium yang berisi air
bersih. Ikan maskoki kembali berenang aktif seperti sebelum dilakukan perlakuan.
5.1.3 Kualitas Air
Kualitas air yang diukur antara lain oksigen terlarut (DO), derajat keasaman
(pH) dan suhu. Kualitas air diukur sebelum dan setelah perlakuan. Data rata-rata
kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Rata-rata kualitas air sebelum dan sesudah perlakuan Parameter
sebelum dan sesudah perlakuan. Pengamatan DO dan pH perlakuan B, C, D dan E
mengalami penurunan setelah perlakuan. Sedangkan, suhu perlakuan B, C, D dan
5. 2 Pembahasan
Penentuan konsentrasi dalam penelitian pemanfaatan perasan biji pepaya
untuk mencegah infestasi Argulus pada ikan maskoki berdasarkan penelitian pendahuluan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata
antara perlakuan. Hasil tersebut membuktikan bahwa perasan biji pepaya
konsentrasi kontrol, 40 ppt, 45 ppt, 50 ppt dan 55 ppt dapat mencegah infestasi
Argulus dengan lama perendaman satu jam. Metode pencegahan yang digunakan adalah dipping yaitu merendam ikan dalam perasan biji pepaya. Dipping
merupakan metode yang efektif untuk mencegah infestasi Argulus karena
senyawa karpain larut dalam air (Whindhalz et al. (1989) dalam Nur (2002)) sehingga senyawa karpain dapat kontak langsung dengan parasit yang ada di
permukaan tubuh ikan.
Dalam penelitian ini menggunakan ikan maskoki berukuran 3-5 cm. Ikan
maskoki dengan lama pemeliharaan satu bulan mencapai panjang tubuh 3-5 cm
(Bappenas, 2000). Infestasi Argulus 10 ekor pada masing-masing ikan maskoki ukuran 3-5 cm termasuk infestasi berat. Nugraha (2008) menyatakan derajat
infeksi Argulus sp. sebanyak 3,12 parasit/ekor pada ikan maskoki umur dua bulan
termasuk kategori berat.
Perasan biji pepaya dapat mencegah infestasi Argulus pada ikan maskoki
karena terdapat karpain, benzilisothiosianat, benzilglukosinolat, glukotropakolin,
benzilthiourea, caricin dan enzym myrosin (Boshra and Tajul, 2013). Dari semua
insektisida nabati (Kurnia dkk, 2012). Karpain pada biji pepaya merupakan
golongan alkaloid dengan kadar 1000-1500 ppm (Duke, 1992).
Pada Gambar 5.1 grafik persentase infestasi Argulus menunjukkan bahwa pada perlakuan A, infestasi Argulus pada ikan maskoki dengan persentase
infestasi paling tinggi yaitu 100% karena perlakuan A merupakan perlakuan
kontrol. Pada perlakuan kontrol tidak ada penambahan perasan biji pepaya
sehingga tidak terdapat senyawa karpain yang mempengaruhi Argulus. Perlakuan
B berbeda nyata dengan perlakuan C, D dan E. Pada perlakuan B persentase
infestasi Argulus sebesar 84% sedangkan perlakuan C sebesar 74%. Perlakuan C
dapat dikatakan lebih optimal dari perlakuan B karena kemampuan perasan biji
pepaya mencegah infestasi Argulus sebesar 26%. Diduga pada perlakuan B dan C kerja dari senyawa karpain belum bekerja optimal sehingga infestasi Argulus
tinggi. Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan E. Persentase infestasi
Argulus pada perlakuan D mendekati perlakuan E dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (A, B, dan C), yaitu masing-masing 58% dan 52%. Kedua perlakuan
tersebut dapat dikatakan sebagai konsentrasi optimal karena mampu mencegah
infestasi Argulus sebesar 42% dan 48%. Kemampuan perasan biji pepaya
mencegah infestasi Argulus pada dua perlakuan tersebut merupakan yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut karena diduga pada
kedua konsentrasi tersebut, senyawa karpain dapat bekerja secara optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 55 ppt mampu mencegah
Argulus pada ikan maskoki. Namun, konsentrasi yang berlebihan dapat menyebabkan kematian pada ikan maskoki. Hal tersebut terbukti pada penelitian
pendahuluan yaitu pada konsentrasi di atas 60 ppt menyebabkan ikan mati. Lama
perendaman ikan maskoki selama satu jam juga tidak menyebabkan kematian,
namun menyebabkan pergerakan ikan melemah. Lama perendaman satu jam
merupakan waktu yang cukup untuk infestasi Argulus pada ikan karena waktu infestasi buatan pada Argulus yang dilakukan oleh Kismiyati (2009) adalah 15
menit.
Perlakuan D dan E menunjukkan persentase infestasi Argulus paling kecil
diantara perlakuan lainnya (A, B dan C) karena pengaruh karpain yang bekerja
menekan sistem saraf pusat (Nur, 2002). Duke (1992) juga mengatakan, karpain
memiliki aktivitas menekan Central Nervous system (CNS) dengan mengikat ion
Na+ pada saraf. Ion Na+ berfungsi untuk mengantarkan impuls saraf hingga
terjadi aksi. Saraf Argulus berhubungan dengan sucker yang berfungsi untuk
menempel. Saraf yang ditekan tidak dapat mengantar impuls saraf sampai ke
sucker mengakibatkan Argulus tidak dapat menginfestasi ikan maskoki.
Ikan maskoki pada perlakuan A menunjukkan tingkah laku
menggosok-gosokan tubuhnya ke dinding akuarium, ikan berada di dasar akuarium dan lendir
berlebih. Perlakuan A merupakan perlakuan kontrol, artinya perubahan tingkah
laku menunjukkan gejala klinis yang disebabkan oleh Argulus. Perlakuan B menunjukkan tingkah laku ikan menggosok-gosokkan tubuh ke dinding akuarium
dan lendir berlebih. Perlakuan C menunjukkan tingkah laku ikan cenderung diam
menunjukkan tingkah laku yang tidak jauh berbeda yaitu pergerakan ikan pasif,
lendir berlebih dan mengeluarkan feses. Produksi lendir berlebih terlihat dengan
terdapatnya gumpalan putih seperti kabut yang terdapat di bagian ekor dan
permukaan tubuh ikan sehingga menyebabkan warna tubuh ikan menjadi pucat.
Setelah perlakuan ikan dimasukkan ke akuarium yang berisi air bersih dan ikan
berenang aktif.
Kualitas air diukur sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui
perubahan kualitas air akibat perasan biji pepaya. Pengukuran kualitas air pada
penelitian yaitu DO, suhu dan pH. Hasil pengukuran suhu air sebelum dan
sesudah perlakuan tidak berbeda yaitu 29ᵒC pada perlakuan A. Perlakuan B, C, D
dan E yang mengalami perubahan suhu yaitu dari 29ᵒC menjadi 30ᵒC. Menurut
Latha and Lipton (2007) ikan mas koki dapat hidup pada suhu 23-29ᵒC.
Pengamatan terhadap DO menunjukkan adanya penurunan pada perlakuan B, C,
D dan E dari 8 mg/L masing-masing perlakuan menjadi 5,6 mg/L, 5,6 mg/L, 5,6
mg/L dan 6,8 mg/L. Sedangkan perlakuan A tidak mengalami perubahan DO
karena perlakuan A merupakan kontrol. Penurunan DO terjadi seiring
meningkatnya suhu air. Brown (1987) dalam Effendi (2003) mengatakan
peningkatan suhu 1ᵒC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%.
Perubahan DO dapat dikatakan baik karena ikan maskoki dapat hidup dengan
rentang DO 4-7 mg/L (Latha and Lipton, 2007). Pengamatan terhadap pH sebelum perlakuan adalah 7. Pada perlakuan A tidak mengalami perubahan pH
karena perlakuan A merupakan kontrol. Perlakuan B dan C mengalami penurunan
Penurunan pH tidak berpengaruh pada ikan karena ikan maskoki dapat tumbuh
baik pada rentang pH 6-8,3 (Latha and Lipton, 2007). Hasil pengukuran kualitas
air ini dapat sebagai pertimbangan bahwa perasan biji pepaya dapat digunakan
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Dari penelitian pemanfaatan perasan biji pepaya untuk mencegah infestasi
Argulus pada ikan maskoki yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan antara lain :
1) Perasan biji pepaya (Carica papaya) dapat mencegah infestasi Argulus
pada ikan maskoki (Carassius auratus)
2) Konsentrasi optimal perasan biji pepaya (Carica papaya) untuk mencegah infestasi Argulus pada ikan maskoki (Carassius auratus) adalah 50 ppt
yang dapat mencegah infestasi Argulus sebesar 42%.
6.2Saran
Pencegahan infestasi Argulus pada ikan maskoki ukuran 3-5 cm dapat
menggunakan perasan biji pepaya konsentrasi 50 ppt dengan lama perendaman 60
menit. Penggunaan konsentrasi diatas 60 ppt dan lama perendaman diatas 60 menit
dapat menyebabkan ikan mati. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji toksisitas
DAFTAR PUSTAKA
Al-Noor, S. S. 2010. Population Satus of Gold Fish Carassius auratus in Restored East Hammar Marsh, Sothern Iraq. JKAU: Mar. Sci, 21(1): 65-83.
Amzi, H., D. Rini dan N. Kariada. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Koi (Cyprinus carpio L) di Pasar Ikan Hias Jurnatan Semarang. Unnes Journal of Life Science, 2(2): 64-70.
Ardana, I. B. K., I. M. Bakta dan I. M Damriyasa. 2011. Pemakaian Herbal Serbuk Biji Pepaya Matang dalam Pengendalian Infeksi Ascaris suum
pada Babi. Jurnal Veteriner, 12 (4): 335-340.
Bandilla, M. 2007. Transmission and Host and Mate Location in the Fish Louse
Argulus coregoni and its Link with Bacterial Disease in Fish. Dissertation. University of Jyvaskyla. Finland. Hal 10.
Bappenas, 2000. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). www.ristek.go.id. 5 Juni 2014. 16 hal.
Beauty, G., A. Yustati dan R. Grandiosa. 2012. Pengaruh Dosis Mikroorganisme Media Pemeliharaan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Mas Koki (Carassius auratus) dengan Padat Penebaran Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3): 1-6.
Boshra, V and A. Y Tajul. 2013. Papaya-An Innovative Raw Material for Food and Pharmaceutical Processing Industry. Health and the Environment Journal, 4(1): 68-75.
Bright, A. R., N. Sathyan, S. P. Antony, T. J. James, R. Philip. 2013. Phylogeny and Genetic Divergence of Three Phenotypic Variants of the Ornamental Goldfish, Carassius auratus (Linnaeus, 1758) Based on CO1 Gene. International Journal of Research in Zoology 3(1): 4-9.
Budiyanti, T. dan Sunyoto. 2011. Vareitas Unggul Baru Pepaya Merah Delima, Si Merah yang Manis. SinarTani Edisi 2-8 Nopember No.3429 Tahun XLII.
DJPB (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya). 2014. Perikanan Budidaya di
Kabupaten Tulungagung Yang Sangat Menjanjikan.
http://www.djpb.kkp.go.id/berita. 3hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan lingkungan perairan. Kanius. Yogyakarta. hal 77.
FBAS (Federation of British Aquatic Societies). 2002. National Goldfish Standards and Technical Information. Booklet no 4, 11th edition.
www.fbas.co.uk. 37 p.
Hoffman, G. L. 1977. Argulus, a Branchiuran Parasite of Freshwater Fishes. US Fish & Wildlife Publications. US. Paper 137.
Ikeyi, A. P., A. O. Ogbonna and F. U. Eze. 2013. Phytochemical Analysis of Paw-Paw (Carica papaya) Leaves. Int. J.LifeSc. Bt and Pharm. Res., 2(3): 347-351.
Jaedun, A. 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen. Disampaikan Pada Kegiatan In Service I Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah. LPMP Prov DI. Yogyakarta. 13hal.
Kabata, Z. 1984. Parasit Disease Of Fish Culture in The Tropics. London : Taylor and Francis. 263pp.
Kismiyati dan Mahasri, G. 2012. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan I (Ilmu Penyakit Arthropoda Pada Ikan). Global Persada Press. Surabaya.
Kismiyati, R. N. Fatiza dan R. Kusdarwati. 2011. Pengaruh Pemberian Garam (NaCl) terhadap Kerusakan Telur Argulus japonicus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 3 (1): 113-115.
Kismiyati. 2009. Infestasi Ektoparasit Argulus japonicus (Crustacea :Argulidae) pada Ikan Mas Koki Carassius auratus (Cypriniformes :Cyprinidae) dan Upaya Pengendalian dengan Ikan Sumatera Puntius tetrazona
(Cypriniformes : Cyprinidae). Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.
Krishna, K. L., M. Paridhavi and J. A. Patel. 2008. Review on Nutritional, medical and pharmacological properties of Papaya (Carica papaya
Linn.). Natural Product Radiance, 7(4): 364-373.
Kusriningrum, R.S. 2012. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya.
Latha, Y. P and A. P Lipton. 2007. Water quality management in gold fish (Carassius auratus) rearing tanks using different filter materials. Indian Hydrobiology, 10 (2): 301-306.
Lusiana, K., P. Magatra dan Y. Martono. 2012. Ekstrak Limbah Biji Pepaya (Carica papaya seeds) Anti Penyakit Jantung Koroner. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW: Pemberdayaan Manusia dan Alam yang Berkelanjutan Melalui Sains, Matematika dan Pendidikan (The Human and Nature Sustainability Empowerment through Science, Mathematic and Education), 3(1):194-198.
Milind, P and Gurditta. 2011. Basketfull Benefits of Papaya. IRJP, 2 (7): 6-12.
Mousavi, H. E., F. Behtash, M. Rostami-Bashman, S. S. Mirzargar, P. Shayan and H. Rahmati-holasoo. 2011. Study of Argulus spp. infestation rate in Goldfish, Carassius auratus (Linnaeus, 1758) in Iran. HVM Bioflux, 3 (3): 198-204.
Musyaffak, M. 2010. Analisa Tingkat Prevalensi dan Derajat Infeksi Parasit Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinephilus fuscoguttatus) di Lokasi Budidaya Berbeda. Skripsi. Universitas Trunojoyo. Madura.
Nagasawa, K., H. Katahira and K. Mizuno. 2010. New Host and Locality of the Fish Ectoparasite Argulus japonicus (Crustacea, Branchiura, Argulidae) in Japan, with a Note on Its Heavy Infection. Biogeography, 12: 17-20.
Nevada, D. 2011. Menghidupkan Pertumbuhan Bisnis Ekspor-Impor.
http://forum.kompas.com/ekonomi-umum. 4hal.
Noaman, V., Y Chelongar and A. H Shahmoradi. 2010. The First Record of
Argulus foliacesus (Crustacea: Branchiura) Infestation on Lionhead Goldfish (Carassius auratus) in Iran. Iranian J Parasitol, 5(2): 71-76. Nugraha, M. A.2008. Derajat Infeksi Argulus sp. pada Ikan Maskoki (Carassius
Nur, F. 2002. Hambatan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus) setelah Pemberian Perasan Biji Pepaya (Carica papaya). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 4-6.
Nurfatimah, A. 2001. Inventarisasi Parasit Pada Ikan Hias Koral Platy (Xyphophorus maculatus), Ikan Gupi Kobra (Poecilia reticulata), Ikan Red Nose Tetra (Hemigrammus rhodostomus) dan Ikan Serpe Minor (Hyphessobrycon serpae) yang Dilalulintaskan Melalui Balai Karantina Ikan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal.
Paulet, T. G. 2003. The Effect of Diet Type and Feeding Rate on Growth, Morphological Development and Behaviour of Larval and Juvenil Goldfish Carassius auratus (L.). Thesis. Rhodes university. 152 p.
Puspitasari, P., Kismiyati dan L. Sulmartiwi. 2012. Perasan Daun Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Pengendali Infestasi Argulus Pada Ikan Komet (Carassius auratus auratus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4(1): 48-52.
Roberts, M. F and M. Wink. 1998. Alkaloids: Biochemistry, Ecology and Medicinal Applications. Plenum Press. New York.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bogor. Saran, P. L and R. Choudhary. 2013. Drug bioavailability and traditional
medicaments of commercially available papaya: A review. African Journal of Agriculture Research, 8(25): 3216-3223.
Soeharsono. 2005. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia, volume 2. Kanisius. Yogyakarta. Hal 29.
Steckler, N and R. P. E. Yanong. 2012. Argulus (Fish Louse) Infections in Fish. University of Florida.
Syaifudin, M., O. Carman dan K. Sumantadinata. 2004. Keragaman Tipe Sirip Pada Keturunan Ikan Maskoki Strain Lion Head. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 1-4.
Tam, Q and A. Avenant-Oldewage. 2009. The ultrastructure of the digestive cells of Argulus japonicus, Thiele 1900 (Crustacea: Branchiura). Arthropod Structure & Development 38: 45–53.
Tarkan, A. S., J. Cucherousset, G. Zieba, M. J. Godard and G. H. Copp. 2010. Growth and reproduction of introduced goldfish Carassius auratus in small ponds of southeast England with and without native crucian carp Carassius carassius. J. Appl. Ichthyol. 26 (2):102–108.
Taylor, N. G. H., C. Sommerville and R. Wootten. 2005. A Review of Argulus
spp. Occuring in UK Freshwater. Environtment Agency. Bristol. 30p.
Taylor, N. G. H., C. Sommerville and R. Wootten. 2006. The Epidemiology of
Argulus spp. (Crustacea: Branchiura) infections in Stillwater Trout Fisheries. Journal of Fish Diseases, 29: 193-200.
Wilson, C. B. 1902. A New Species of Argulus, With a More Complete Account of Two Species Already Described. Prod. U.S National Museum, XXVII (1368): 627-655.
Yilidz, K and A. Kumantas. 2002. Argulus foliaceus infection in a Goldfish
Lampiran 1. Jumlah Argulus yang menginfestasi
No Perlakuan Ulangan Argulus (ekor)
Lampiran 2. Data Kualitas Air
Perlakuan
Parameter Kualitas Air
Lampiran 3. Hasil uji ANAVA dan uji Jarak Berganda Duncan infestasi
Argulus pada ikan maskoki
Duncan
Argulus
Duncan
perasa
n N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
E 5 5.2000
D 5 5.8000
C 5 7.4000
B 5 8.4000
A 5 10.0000
Sig. .099 1.000 1.000 1.000