• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Motivasi Kewirausahaan

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang1

1. Independensi

. Motivasi seseorang melakukan bisnis atau usaha sering berbeda. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan.

Adanya resiko yang cukup besar serta banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan tidak menurunkan semangat munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausahawan termotivasi untuk melakukan kegiatan bisnis dengan berbagai alasan di antaranya:

2. Pengembangan diri

3. Alternatif terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan 4. Penghasilan

5. Keamanan

Berbagai macam teori motivasi juga mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis sebagai seorang wirausahawan.

1 R. Heru Kristanto HC, Kewirausahaan Entrepreneurship: Pendekatan Manajemen dan Praktik

(2)

2.1.1. Teori David McClelland

Menurut David McClelland (1961), seorang wirausahawan melakukan kegiatan bisnis didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan kekuasaan baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan kegiatan bisnis dimotivasi oleh:

1. Motif berprestasi (Need for achievement)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.

2. Motif berafiliasi (Need for affiliation)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.

3. Motif kekuasaan (Need for power)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas sumber daya yang ada. Peningkatan kekayaan dan penguasaan pasar sering menjadi pendorong wirausaha melakukan kegiatan bisnis.

2.1.2. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori hirarki kebutuhan Maslow (1970) mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis. Maslow membagi tingkatan motivasi ke dalam hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang rendah sampai yang berprioritas tinggi, dimana kebutuhan tersebut akan mendorong orang untuk melakukan kegiatan bisnis.

(3)

1. Physiological need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara fisiologi seperti makan, minum, dan kebutuhan hidup layak lainnya secara fisik dan mental.

2. Security need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa aman atas sumber daya yang dimiliki seperti investasi, perumahan, asuransi, dan lain-lain.

3. Social need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial dengan cara berhubungan dengan orang lain dalam suatu komunitas.

4. Esteem need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa kebanggaan, dimana diakui potensi yang dimiliki olehnya dalam melakukan kegiatan bisnis.

5. Self actualization need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Keinginan wirausaha untuk menghasilkan sesuatu yang diakui secara umum bahwa hasil kerjanya dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.

(4)

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kewirausahaan

Pada dasarnya pembentukan motivasi kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Suharti dan Sirine, 2011). Faktor internal berasal dari dalam diri pengusaha seperti sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku usaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lain-lain.

Menurut Suryaman (2006), yang mempengaruhi minat berwirausaha secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, peluang, dan pendidikan.

Suryana (2006) mengemukakan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Karena kemampuan afektif internal mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif

(5)

merupakan bagian dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang yang ada di lingkungan sekitarnya.

2.3. Faktor Internal

Faktor-faktor internal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi:

2.3.1. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement)

McClelland (1961) telah memperkenalkan konsep kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu motif psikologis2

1. Menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan.

. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Lee, 1997). Lebih lanjut, McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki minat kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu:

2. Mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya.

3. Memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima

2 Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan

(6)

kegagalan daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi rendah. Dengan kata lain, kebutuhan akan prestasi berpengaruh pada atribut kesuksesan dan kegagalan. Sejalan dengan hal tersebut, Sengupta dan Debnath (1994) dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar dalam tingkat kesuksesan seorang wirausahawan. Lebih spesifik, kebutuhan akan prestasi juga dapat mendorong kemampuan pengambilan keputusan dan kecenderungan untuk mengambil resiko seorang wirausahawan. Semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seorang wirausahawan, semakin banyak keputusan tepat yang akan diambil.

Pengusaha dengan kebutuhan akan prestasi tinggi adalah pengambil resiko yang moderat dan menyukai hal-hal yang menyediakan balikan yang tepat dan cepat. Para pengusaha akan selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin dengan tujuan agar bisnisnya dapat terus bertahan dari waktu ke waktu, karena itu mereka harus memiliki niat serta tekad yang kuat. Sekali seorang pengusaha sukses atau berhasil mencapai prestasi maka akan memacunya untuk mencapai kesuksesan berikutnya, sehingga bisnisnya akan semakin maju dan berkembang pula.

2.3.2. Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Independence)

Kebebasan dalam bekerja merupakan suatu model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan tidak berkomitmen bekerja untuk

(7)

atasan pada jangka panjang tertentu3

Seorang pengusaha adalah individu yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya. Mandiri berarti para pengusaha tidak menggantungkan keputusan tentang apa yang harus dilakukannya kepada orang lain. Mereka mengerjakan sesuatu karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar karena orang lain, namun merasa besar karena usaha kerasnya sendiri. Hal ini menyebabkan pengusaha merasa lebih bebas jika dapat memegang kendali langsung atas kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, kemandirian para pengusaha inilah yang menjadi penentu kesuksesan dan keberhasilan bisnis yang mereka jalankan.

. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang tetapi sekali mendapat keuntungan cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian periode ke depan (Kao dan Knight, 1987). Kebebasan dalam bekerja ini adalah suatu nilai lebih bagi seorang wirausahawan.

Pada dasarnya orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan maupun memiliki inisiatif akan lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan segala inovasi dan kreatifitasnya. Hisrich dan Peters (2000) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan kebebasan berarti kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri.

3 Aditya Dion Mahesa, Analisis Faktor-faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

(8)

2.3.3. Efikasi Diri

Bandura (1977) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang. Cromie (2000) juga menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan.

Lebih rinci, Bandura (1986) menjelaskan empat cara untuk mencapai efikasi diri. Pertama, pengalaman sukses yang terjadi berulang-ulang. Cara ini dipandang sebagai cara yang sangat efektif untuk mengembangkan rasa yang kuat pada efikasi diri. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan secara langsung. Dengan cara ini, seseorang akan memperkirakan keahlian dan perilaku yang relevan untuk dijadikan contoh dalam mengerjakan sebuah tugas. Penilaian atas keahlian yang dimilikinya juga dilakukan, untuk mengetahui besar usaha yang harus dikeluarkan dalam rangka mencapai keahlian yang dibutuhkan. Ketiga, persuasi sosial seperti diskusi yang persuasif dan balikan kinerja yang spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan untuk menyajikan informasi terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Keempat, penilaian terhadap status psikologis yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa seseorang sudah seharusnya meningkatkan kemampuan emosional dan fisik serta mengurangi tingkat stres.

(9)

Efikasi diri terkait dengan keyakinan wirausahawan mengenai kemampuannya untuk mengontrol fungsi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Wirausahawan dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang memiliki potensi mengubah apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sedangkan wirausahawan yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengatasi suatu keadaan. Efikasi diri juga dapat menjadi sarana evaluasi seorang wirausahawan mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah.

Peranan efikasi diri sangatlah penting karena akan mempengaruhi aspek motivasi, tingkah laku, dan emosi seorang pengusaha ketika sedang menjalankan bisnisnya. Pengusaha dengan efikasi tinggi dalam suatu kondisi tertentu akan memperlihatkan tingkah laku, motivasi, serta emosi yang berbeda dibandingkan dengan pengusaha yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Para pengusaha dengan efikasi diri yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi pula, mereka akan melakukan usaha yang lebih tekun dan lebih giat dalam menjalankan bisnis mereka.

2.3.4. Harga Diri

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia karena dikaruniai akal, pikiran, dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Harga diri menunjukkan sejauh mana seorang pengusaha menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kompetensi yang

(10)

pantas untuk dihargai, dihormati, serta bergengsi4

Dengan membuka suatu usaha atau berbisnis, harga diri seorang pengusaha tentunya akan meningkat. Dapat dilihat bahwa dahulu masyarakat merasa malu jika tidak menjadi karyawan, namun fenomena ini sekarang mulai

. Dengan memiliki bisnis, pengusaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan dianggap memiliki wibawa tertentu.

Suryaman (2006) menjelaskan bahwa menjadi wirausahawan dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Peningkatan harga diri juga akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk lebih terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan yang merupakan hal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh wirausahawan. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan.

Pengusaha yang memperoleh cukup penghargaan, pengakuan, status, ketenaran, dominasi, serta apresiasi dari orang lain akan lebih percaya diri, dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif menjalankan bisnisnya. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa. Para pengusaha yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap berkembang terus untuk meraih kesuksesan bisnisnya.

4 Wisnu Wardhana, Analisis Aspek-aspek yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Binus University

(11)

berbalik. Banyak pengusaha yang sukses dalam menjalankan bisnis mereka yang menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi jika pengusaha tersebut mampu memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, pengusaha bahkan dianggap sebagai penyelamat bagi mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Perlu juga diingat bahwa menjadi pemilik usaha dengan memperkerjakan orang lain merupakan hal yang mulia.

2.3.5. Tantangan Pribadi

Tantangan pribadi terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang untuk mengambil suatu resiko. Wirausahawan adalah orang yang lebih memilih melakukan hal-hal baru dan beresiko yang belum tentu dilakukan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemauan dan kemampuannya mengambil resiko yang diperhitungkan, wirausahawan tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan keberhasilan.

Orang yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Para wirausahawan umumnya kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan berpotensi menghasilkan kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang tinggi, namun dengan potensi kegagalan yang juga tinggi. Oleh karena itu, wirausahawan lebih menyukai resiko yang paling seimbang (moderat).

(12)

Para pengusaha juga selalu memperhitungkan secara cermat dan membuat antisipasi atas kemungkinan adanya hambatan yang dapat mengancam bisnisnya. Dalam situasi penuh hambatan inilah pengusaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Setiap jenis usaha pasti akan selalu mengandung potensi kegagalan, karena itu seorang pengusaha tidak boleh mudah menyerah. Pengusaha harus selalu memiliki semangat yang tinggi dan mau berjuang untuk maju serta optimis bahwa semua hambatan yang mengancam tersebut dapat diatasi.

2.3.6. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh ketika memiliki suatu usaha sendiri, misalnya dapat mengatur jam kerja sendiri. Menurut Bhandari (2006), individu yang tidak ingin waktu kerjanya terikat jika bekerja dengan orang lain akan lebih memilih untuk menjadi seorang wirausahawan5

1. Suka dengan pekerjaan yang waktunya tidak mengikat.

. Ciri-ciri individu tersebut di antaranya:

2. Tidak suka dengan hal-hal yang bersifat teratur.

3. Tidak suka terikat akan dengan sesuatu yang bukan minatnya.

Menjadi seorang wirausahawan adalah suatu kesempatan untuk dapat membagi kehidupan pribadi dan pekerjaan secara seimbang. Jam kerja seorang wirausahawan biasanya tidak terlalu ketat, namun juga tidak terlalu longgar. Seorang wirausahawan tidak akan terikat peraturan yang mengharuskannya

5 Aflit Nuryulia Praswati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha di

(13)

bekerja pada waktu-waktu tertentu. Di satu sisi, hal ini memang menyebabkan wirausahawan harus selalu standby, namun kapan waktu yang tepat untuk bekerja ditentukan oleh wirausahawan itu sendiri. Fleksibilitas waktu kerja dalam berwirausaha membuat wirausahawan lebih leluasa dalam mengejar target bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengalokasikan waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan bersosialisasi.

Dalam menjalankan bisnisnya sendiri, seorang pengusaha tidak harus memenuhi jam kerja dari pagi hingga sore sebagaimana tuntutan kebanyakan karyawan kantor. Tetapi harus diingat bahwa hal ini baru dapat dicapai jika bisnis tersebut telah berkembang. Pada saat awal merintis usaha, para pengusaha harus rela menginvestasikan segalanya, termasuk waktu yang banyak untuk membangun bisnis mereka tersebut. Pengusaha harus cermat memanfaatkan waktu pada saat awal membangun bisnis untuk bekerja keras agar dapat bersenang-senang ketika usaha mereka telah berkembang pesat. Karena sifatnya yang fleksibel ini, seorang pengusaha justru harus dapat melakukan manajemen waktu sekaligus memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya.

2.3.7. Inovasi dan Kreasi

Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan suatu gagasan yang baru yang memiliki nilai lebih. Orang yang mampu berpikir secara kreatif akan dapat menghadapi segala perubahan serta memiliki

(14)

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberikan alternatif yang berbeda (Utami, 2007).

Kreatifitas merupakan suatu produk imajinasi yang berupa kombinasi dari berbagai pemikiran yang melahirkan satu pemikiran baru. Wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dalam arti mampu mengembangkan ide atau konsep suatu produk atau jasa yang relatif baru, sehingga pasar dapat menerima produk atau jasa tersebut. Selain itu, wirausahawan yang inovatif juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain

Dunia wirausaha pada dasarnya adalah dunia penerapan kreatifitas bisnis. Membangun suatu bisnis dari nol memerlukan seorang wirausahawan yang memiliki karakteristik sebagai seorang kreator dan inovator sekaligus eksekutor yang antusias serta bersedia mengambil resiko yang telah dipikirkan dengan seksama. Menjadi seorang wirausahawan harus memiliki kreatifitas dan keberanian untuk tidak bergantung pada orang lain serta penuh rasa optimis akan keberhasilan ide-ide yang diciptakannya.

Pengusaha yang inovatif dan kreatif tidak berarti harus dapat menciptakan produk yang baru sama sekali, tetapi produk tersebut dapat mencerminkan hasil kombinasi atau integrasi dari komponen-komponen yang sudah ada sebelumnya sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pengusaha sering disebut sebagai pencipta perubahan (the change creator).

(15)

2.3.8. Pendapatan

Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kewirausahaan berpeluang memberikan kemampuan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suryaman (2006) menjelaskan bahwa keinginan untuk memperoleh atau meningkatkan pendapatan tersebut dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Berwirausaha dapat dijadikan jalan alternatif untuk mencari nafkah, menambah pendapatan, atau menjaga kestabilan keuangan.

Dari sisi pendapatan, memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan pendapatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan menjadi karyawan. Pendapatan seorang karyawan biasanya dapat dikalkulasikan untuk suatu periode dan tentu saja besarnya tidak jauh berbeda pada setiap periode. Sementara itu, besar kecilnya pendapatan seorang pengusaha tergantung dari usaha pengusaha itu sendiri. Meningkatnya penghasilan seorang pengusaha tidak mengenal batas waktu, terkadang ada saatnya pada musim atau periode tertentu ketika permintaan sangat tinggi maka pendapatan akan meningkat drastis pula.

Selain itu, berwirausaha juga memberikan kesempatan kepada seseorang untuk meraup keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja pada orang lain. Pengusaha dapat menetapkan target bisnis, target pasar, dan sumber-sumber modal serta pendapatannya sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing, dengan demikian besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh juga dapat ditentukan. Jika dijalankan secara konsisten dalam

(16)

jangka waktu yang lama, berwirausaha dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bekerja pada orang lain selama bertahun-tahun.

2.4. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi:

2.4.1. Dukungan Akademik

Menurut Wang, dkk. (2010), pendidikan kewirausahaan di universitas memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir mahasiswa di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan6

Para generasi muda tidak bisa lepas dari aktifitas berlatar belakang pendidikan, karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor penggerak bagi tumbuhnya wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengubah persepsi dan tingkah laku generasi muda agar memiliki motivasi kuat

. Kesadaran kewirausahaan merupakan tendensi psikologis dari subyek kewirausahaan akan praktek kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan merujuk pada struktur pengetahuan dalam bentuk perangkat dan sarana yang digunakan oleh subyek kewirausahaan untuk melakukan praktek kewirausahaan. Sedangkan kapasitas kewirausahaan merujuk pada kondisi subyek yang memfasilitasi kesuksesan praktek kewirausahaan dimana berpikir kreatif merupakan struktur dasar dari kapasitas kewirausahaan.

6 Adi Soeprapto, Sinergi Kalangan Akademik, Dunia Usaha dan Pemerintah dalam Program

Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa (Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012), h. 9-10.

(17)

dalam menciptakan inovasi dan kreatifitas demi terwujudnya wirausahawan yang handal. Pendidikan formal dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang akan dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan lain sebagainya.

Pendidikan kewirausahaan di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi dapat memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir seseorang di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan. Sistem dan proses belajar mengajar kewirausahaan yang dapat memotivasi munculnya ide-ide kreatif, penyediaan infrastruktur untuk pelatihan kewirausahaan di kampus serta adanya contoh individu yang sukses berwirausaha di lingkungan kampus adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan niat kewirausahaan pada mahasiswa.

2.4.2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang diajukan dengan memberikan bantuan kepada orang lain dan bantuan itu diperoleh dari pihak yang berarti penting bagi orang yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologi seseorang yang mengalami tekanan. Melalui dukungan sosial, kesejahteraan psikologis seseorang akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri, serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.

(18)

Dorongan dari unsur-unsur lingkungan sosial seseorang berpengaruh secara positif terhadap niat kewirausahaan seseorang7

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan seseorang. Dukungan keluarga adalah bantuan yang berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun

. Keluarga berperan sangat penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai wirausaha, karena keluarga terutama orang tua dapat berfungsi sebagai konsultan pribadi dan mentor. Selain keluarga, dukungan dari teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting juga dapat mendorong timbulnya motivasi seseorang untuk berwirausaha. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat berupa informasi atau nasehat berbentuk verbal atau non verbal, penghargaan dan materi.

Selain itu, dukungan dari pihak pemerintah untuk para pengusaha yang merintis suatu bisnis dapat dilihat dengan adanya program-program peminjaman dana untuk modal usaha, pembinaan dan pelatihan, lomba atau kompetisi kewirausahan, hingga pemberian penghargaan kepada usaha yang dipandang berprestasi. Beberapa perusahaan BUMN dan swasta juga ikut terlibat dalam mendukung program-program tersebut. Peminjaman modal usaha dan berbagai program pembekalan wawasan kewirausahaan tersebut pada akhirnya dimaksudkan agar lebih banyak orang yang tertarik untuk berwirausaha.

2.4.3. Lingkungan Keluarga

(19)

penelitian yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis pihak penerima dukungan, sehingga pihak penerima dukungan akan semakin produktif, kreatif, serta mampu mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal.

Individu yang terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam bidang wirausaha secara sengaja atau tidak sengaja dapat menjiwai pekerjaan semacam itu8

8 M. Musrofi, Kiat Sukses Berwirausaha (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 17.

. Kebanyakan usaha keluarga akan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Individu seperti ini biasanya lebih dapat mengelola suatu usaha dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hisrich dan Peters (dalam Cahyono, 2010) menemukan bahwa dari 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai orang tua terutama ayah yang juga seorang wirausahawan. Hasil penelitian Cahyono (2010) menemukan bukti bahwa pekerjaan orang tua berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Demikian juga hasil penelitian Endi (2011) menemukan bukti bahwa mahasiswa yang latar belakang keluarga atau saudaranya memiliki usaha ternyata memiliki tingkat intensi kewirausahaaan yang lebih besar dibandingkan mahasiswa yang keluarga atau saudaranya tidak memiliki usaha.

(20)

Pengusaha yang memulai bisnis karena faktor keluarga cukup banyak ditemui. Orang tua atau saudara pengusaha tersebut umumnya akan menganjurkan anggota keluarga lain untuk membuka usaha juga atau keluarga sengaja mengajak anggota keluarga lain untuk meneruskan usaha, membuka cabang atau merintis usaha lanjutan baru dari usaha yang sudah ada. Dengan demikian, pengusaha baru ini tinggal mengikuti anggota keluarganya yang sudah menjadi pengusaha mengenai berbagai aspek mulai dari modal, bahan-bahan yang dibutuhkan, hingga manajemen bisnis barunya tersebut.

2.4.4. Lingkungan Kerja

Lingkungan tempat kerja seseorang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Menurut Hendro (2006), lingkungan kerja yang nyaman dan sesuai dengan keinginan seseorang akan sulit menstimulus orang tersebut untuk berkeinginan menjadi pengusaha, namun bila lingkungan kerjanya tidak nyaman maka hal itu akan mempercepat seseorang memilih karir sebagai seorang pengusaha. Selain itu, hubungan yang terjalin baik antara seseorang dengan teman sejawat atau mitra kerjanya dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi seseorang untuk memiliki usaha sendiri (Utami, 2007).

Para pengusaha dapat menentukan keputusan menjadi pengusaha sepenuhnya dengan membandingkan pendapatan tetap dari pekerjaan yang masih digelutinya dengan pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya. Pendapatan seorang pengusaha biasanya naik turun, karena itu pengusaha tidak boleh terjebak dengan

(21)

keinginan keluar dari pekerjaan yang masih digelutinya jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya belum stabil. Jika naik turunnya pendapatan yang diperoleh dari suatu bisnis masih labil dan tidak bisa dijadikan pegangan, sebaiknya pengusaha jangan terburu-buru keluar dari pekerjaannya. Jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya minimal sama atau lebih besar dibandingkan pendapatan dari pekerjaan yang masih digelutinya serta pendapatan tersebut sudah bersifat permanen dan stabil, maka pilihan untuk meninggalkan pekerjaan dan memutuskan menjadi seorang pengusaha sepenuhnya tentu dapat diambil.

2.4.5. Kesiapan Instrumen

Tiga elemen kesiapan instrumen yang dipercaya mempengaruhi seseorang dalam memutuskan berbisnis yaitu akses modal, ketersediaan informasi dan jaringan sosial9

1. Akses modal .

Akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang.

(22)

2. Ketersediaaninformasi

Ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausahawan. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada karakteristik seseorang, seperti tingkat pendidikan dan kualitas infrastruktur, meliputi cakupan media dan sistem telekomunikasi.

3. Jaringansosial

Mazzarol, dkk. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi minat kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yangmencakup:

a. Komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b. Pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak.

c. Muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atributkhusus yang ada.

Bagi wirausahawan, jaringan sosial merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan

(23)

modal. Jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausahawan untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangandan kesuksesan usahanya.

Kesiapan berbagai instrumen tersebut merupakan salah satu prasyarat bagi seorang pengusaha untuk memulai segala sesuatu dalam membangun bisnisnya. Sekecil apapun instrumen yang dimiliki pengusaha tersebut harus dapat terus dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal sehingga bisnisnya dapat semakin maju dan berkembang.

2.4.6. Kesempatan dan Peluang

Peluang merupakan potensi yang dimiliki suatu daerah atau lingkungan di sekitar seseorang. Menurut Suryaman (2006), suatu daerah yang memberikan peluang seseorang untuk menjadi pengusaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sangat banyak kesempatan dan peluang yang dapat memberikan keuntungan di lingkungan sekitar seseorang. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan wirausahawan yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih kesuksesan.

Kesempatan dan peluang dapat muncul ketika pengusaha mengetahui kebutuhan lingkungan sehingga menimbulkan keinginan berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lingkungannya tersebut. Membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan oleh seorang pengusaha yang baru memulai bisnisnya, namun juga sebagai pondasi pada saat seorang pengusaha sudah bergelut lama dalam

(24)

dunia bisnis. Kemampuan seorang pengusaha dalam membaca peluang pasar juga harus dimiliki ketika pengusaha tersebut ingin lebih mengembangkan bisnisnya, melakukan segmentasi pasar, maupun pada saat melakukan perluasan jenis usaha baru.

Kemampuan pengusaha dalam menangkap peluang pasar juga akan mempengaruhi orientasinya akan masa depan. Para pengusaha yang memiliki pandangan ke masa depan akan selalu berusaha dan berkarya sehingga tidak cepat puas dengan apa yang telah ada. Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, mereka tidak akan cepat puas dan akan selalu mempersiapkan kreasi selanjutnya dengan terus mencari berbagai kesempatan dan peluang.

2.4.7. Tokoh Panutan (Role Model)

Memiliki tokoh panutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai karirnya10

Tokoh panutan berperan penting bagi seorang pengusaha karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah tokoh panutan yang telah meraih kesuksesan dapat memotivasinya untuk membuka usahanya sendiri. Pengusaha

. Orang tua, saudara, teman, guru atau wirausahawan lain dapat menjadi sosok panutan (role model)

bagi suatu individu. Wirausahawan membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usahanya, tokoh panutan dapat berperan sebagai mentor bagi wirausahawan. Wirausahawan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh tokoh panutan tersebut.

(25)

dapat membaca dan memahami profil serta kisah perjuangan tokoh panutan tersebut mulai dari saat merintis bisnisnya hingga menjadi seorang tokoh yang sukses. Kisah perjuangan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi para pengusaha untuk dapat mencapai kesuksesan dengan cara yang serupa.

Selain itu, sorang pengusaha juga akan membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dalam bisnisnya. Jika pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya terbatas, maka pengusaha tersebut perlu mempertimbangkan masukan atau pendapat dari seorang mentor. Seorang mentor dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dapat membimbing seorang pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya, baik dari bidang teknis maupun manajemen.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan rancang bangun trainer Yamaha Mio-J YMJet-FI ini adalah untuk mengetahui cara kerja sistem EFI Yamaha Mio-J, mengetahui komponen-komponen apa saja yang

Setelah kita menelusuri secara singkat sejarah praktek perbankan yang dilakukan oleh umat muslim, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun kosa kata fikih Islam

Dapat memberikan penjelasan hubungan antara status gizi dengan usia Menarche pada remaja, sehingga dokter dapat mengkaitkan kejadian menstruasi yang berbeda-beda

Berdasarkan hasil observasi didapatkan 25 dari 30 hand hygiene perawat dilakukan tidak tepat sesuai dengan five moment, 6 langkah dan waktu hand hygiene, walaupun di RS

Pada bagian akan dibahas masalah untuk menunjukkan eksistensi orbit periodik dari sistem dinamik tak linear yang memuat parameter dengan menggunakan

Peelotnau PcrrLrlisen Kur\ll Ilm[th l, PI ]t)l-l.. analisis data berupa laporan secara rinci tahaptahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam analisis data itu

Beberapa bulan yang lalu tepatnya 13 April 2006, terjadi demonstrasi yang cukup besar yang dilakukan oleh Persatuan Guru Honorer Tidak Tetap (PGHTT) baik dari guru

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis