• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2 Landasan Teori"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Teori Hinshi (品詞品詞品詞品詞) atau Kelas Kata

Setiap bahasa mempunyai kelas kata. Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis atau kelas kata, sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi, hinshi bunrui dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal. Untuk mengklasifikannya perlu ditentukan kriteria/parameter. Parameter tersebut dapat beragam bergantung pada pemahaman seseorang terhadap kaidah gramatika suatu bahasa atau kesadaran seseorang terhadap rasa bahasanya. Oleh sebab itu, terdapat klasifikasi kata yang bervariatif.

Mengenai hinshi, Masuoka dan Takubo (1992:4) dalam buku “Kiso Nihongo Bunpou” mengemukakan bahwa yang dimaksud hinshi yaitu: 「語は文の材料であり、ぶんの組み

立 て る 上 で 一 定 の 働 き を す る 。 こ の 働 き の 違 い に よ っ て 語 を 種 類 分 け し た も の が

「 品 詞 」 で あ る 。 」Yang artinya “Bahasa meupakan materi dari sebuah kalimat, dan

berfungsi membangun membangun kalimat tertentu. Terbaginya jenis–jenis kata inilah yang disebut dengan hinshi.”

Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi「 品 詞 」atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Doushi 「動詞」(Verba)

Yaitu salah satu jenis kata yang dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi sebuah predikat.

2. Keiyoushi 「形容詞」(Adjektiva)

Yaitu kata yang menunjukkan bermacam–macam kondisi atau situasi, dapat berperan sebagai predikat dan nomina yang menerangkan sifat.

3. Hanteishi 「判定詞」

Yaitu kata yang menggabungkan nomina untuk membentuk sebuah predikat. Hanteishi dibagi menjadi tiga, yaitu 「だ」,「である」dan 「です」

4. Jodoushi 「助動詞」(Verba bantu)

Yaitu kata yang tidak dapat berdiri sendiri, dapat berubah bentuk, dan banyak melekat pada doushi, keiyoushi, juga pada jodoushi lain.

(2)

5. Meishi 「名詞」(Nomina)

Yaitu kata–kata yang menunjukkan nama suatu tempat, benda, orang, peristiwa, keadaan, termasuk ke dalam meishi. Meishi dapat berdiri sendiri dan bisa menjadi subjek. Meishi tidak memiliki perubahan bentuk.

6. Fukushi 「副詞」(Adverbia)

Yaitu kata–kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial yang lainnya, tidak dapat berubah bentuk, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan pembicara.

7. Joshi 「助詞」(Partikel)

Yaitu kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki perubahan. Bila kata ini terpisah dari kata lain, maka kata ini tidak mempunyai arti. Joshi 「助詞」 hanya berfungsi untuk menyambung kata–kata jiritsugo dalam pembentukan kalimat bahasa Jepang dan juga menentukan arti kata tersebut.

8. Rentaishi 「連体詞」(Pronomina)

Yaitu kata yang secara keseluruhan memiliki fungsi untuk memodifikasi nomina atau pronomina.

9. Setsuzokushi「接続詞」(Konjugasi)

Yaitu kata yang dapat berdiri sendiri dan berfungsi untuk menyatakan hubungan antar kalimat atau bagian kalimat atau frase dengan frase. Setsuzokushi tidak bisa menjadi subjek, objek, predikat, ataupun kata yang menerangkan kata lain, dan tidak memiliki perubahan bentuk.

10. Kandoushi 「感動詞」(Interjeksi)

Yaitu kata yang dapat berdiri sendiri, pada umunya, menyatakan ekspresi, perasaan, cara memanggil, cara menjawab dan lain sebagainya. Kandoushi tidak dapat menjadi subjek dan tidak memiliki perubahan bentuk.

11. Shijishi 「指示詞」

Yaitu kata yang digunakan untuk menunjukkan tempat atau benda yang berada dalam wilayah pembicara atau pendengar.

(3)

Dalam bahasa Jepang nomina dikenal dengan sebutan meishi. Dilihat dari huruf kanjinya kata meishi terdiri dari huruf kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei, dan na yang berarti nama. Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah huruf kanji

yang dibaca shi yang berarti kata.

Masuoka dan Takubo (1992:33) mengatakan bahwa:

「 日 本 の 名 詞 は 、 「 人 名 詞 」 「 物 名 詞 」 「 事 態 名 詞 」 「 場 所 名 詞 」 「方向名詞」「時間名詞」という基本的な意味に分けて考えることが できる。」

Artinya :

“Nomina bahasa Jepang adalah makna yang pada dasarnya dibagi atas kata nama orang, nama benda, nama tempat, hal dan waktu. ”

2.2.1 Teori Keishiki Meishi (形式名詞形式名詞形式名詞形式名詞)

Yoshikawa dalam bukunya keishiki meishi ga kore de wakaru (2003:1) mendefinisikan keishiki meishi sebagai berikut ini:

「形式名詞というのは、実質的な意味を失っているが、名詞としての 形式と働きをもつものである。日本語では、この形式名詞が他のこと ばと組み合わさることにより、きわめて重要な文法上の役割を担って いる。」

Artinya :

“Keishiki meishi adalah kata yang kehilangan makna yang sebenarnya dan menjadi kata benda yang hanya memiliki peranan secara formalitas. Dalam bahasa Jepang, jika dipadukan dengan kata lain maka akan memiliki fungsi penting secara tata bahasa.”

2.3 Teori Tsumori (つもりつもりつもりつもり)

Kondou (2012:167) mendefinisikan tsumori adalah sebagai berikut:

「通常「つもり」は談話がなされる前から決意し固まっている意志を 表すため、その場でやろうと決めたことには使えないと指摘している。 なお、「つもり」はその行動が実際に行われるかどうかは問題にして いないため、必ず実現するとは限らない。」

Terjemahannya :

“Tsumori digunakan untuk menyampaikan keinginan yang benar – benar ditetapkan dalam hati. Dalam kondisi ini, kata tsumori yang digunakan tidak mengacu pada menyampaikan suatu keinginan (yarou to) atau sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya (kimeta koto). Namun harus diingat bahwa kata kerja yang ditunjuk oleh tsumori ini belum pasti benar – benar terjadi.”

Sedangkan Yoshikawa (2003:177) mendefiniskan tsumori pada umumnya mengekspresikan keinginan pembicaranya. Sebagai contoh yaitu iku tsumori desu mengekspresikan keinginan pembicaranya untuk pergi. Iku tsumori desu bisa digantikan

(4)

dengan ikou to omoimasu karena memiliki kemiripan dalam fungsi hyougen. Tetapi, jika kata kerja yang muncul sebelum kata tsumori adalah kata kerja bentuk lampau atau bentuk ta (

形), maka fungsinya akan berbeda dengan kata kerja bentuk biasa atau bentuk ru (ル形). Tsumori yang diikuti dengan bentuk biasa (iku tsumori) memiliki arti yang sangat berbeda dengan tsumori yang diikuti dengan bentuk lampau (itta tsumori). Tsumori yang diikuti dengan bentuk lampau mengekspresikan sakugo dan kasou, Yoshikawa (2003:177) contoh:

1) とらの絵を描いたつもりです。<錯誤>

Tora no e wo kaita tsumori desu.

2) 本を買ったつもりで貯金する。<仮想>

Hon o katta tsumori de chokin suru.

Namun dalam penelitian berikutnya, sakugo diganti menjadi omoikomi. Omoikomi tidak hanya diikuti dengan bentuk kerja lampau saja, melainkan ada juga yang diikuti dengan bentuk biasa.

2.3.1 Tsumori da

Yoshikawa (2003:178) menjabarkannya sebagai berikut:

「現在形+つもり」は<意志>を表すとされているが、それは意志動 詞の場合だけで、形容詞や形容動詞などによる無意志表現の場合は意 志を表さない。また、意志動詞でも実現困難な動作を表す場合は「つ もり」の特性から特別の意味・ニュアンスを表すことになる。

Terjemahannya:

“Tsumori dalam bentuk biasa mengekspresikan keinginan seseorang, namun hanya untuk kata kerja khusus verba keinginan, sedangkan adjektiva dan adjektiva na tidak mengekspresikan verba keinginan. Ditambah lagi, sekalipun verba keinginan, tsumori akan mengekspresikan nuansa makna khusus perbuatan untuk melakukan sesuatu yang sulit direalisasikan.”

Sedangkan menurut Kondou dan Himeno (2012:167) menjelaskan tsumori da sebagai

berikut:「つもりだ」は、話し手が事前に決意し、発話時点ですでに、“固っている”

意 志 を 表 す と 言 わ れ る 。Artinya : “Tsumori da dikatakan mengekspresikan keinginan

sebelum pembicara menentukan waktu untuk memulai pembicaraan yang sudah ditekankan.”

2.3.1.1 Bentuk biasa verba ishi(意志)(意志)(意志)(意志)+ tsumori da

Pada kasus ini, tsumori mengekspresikan “keinginan”. Seperti yang terdapat pada contoh kalimat berikut.

(5)

Contoh: 東京に行くつもりだ。本を読むつもりだ。 Tokyo ni iku tsumori da. Hon o yomu tsumori da.

(Saya bermaksud pergi ke Tokyo. Saya bermaksud membaca buku.)

Cara untuk mengekspresikan “keinginan” tidak hanya dengan menggunakan tsumori saja. Berikut merupakan cara mengekspresikan “ keinginan”:

Verba Contoh

a. Dengan verba keinginan saja b. Dengan ishi kei (bentuk

keinginan)

c. Menggunakan tsumori

Iku. Ikimasu

Ikou. Ikou to omoimasu

Iku tsumori da. Iku tsumori desu

2.3.1.2 Adjektiva Bentuk Kata Sifat + Tsumori Da

Yoshikawa (2003:178) berpendapat bahwa pada kasus ini pola kalimat tersebut tidak mengeskpresikan “keinginan”. Contohnya, watashi wa mada mada wakai tsumori desu. Kalimat tersebut mengekspresikan bahwa pembicara berpikir bahwa dia masih merasa muda. Bisa juga menunjukkan kepercayaan diri yang besar pembicaranya. Hal yang sama juga berlaku bagi adjektiva-na. Contohnya, watashi wa mada mada genki na tsumori desu.

Berikut merupakan pendapat dari Yoshikawa (2003:178) mengenai hubungan adjektiva dan adjektiva-na dengan tsumori yaitu sebagai berikut:

「形容詞や形容動詞(ナ形容詞)は状態を表すことばである。つまり、 状態を表すことばが「つもり」の前に来ると<思いこみ>を表す、と 言えそうである。しかし、そうではない。「いる」は状態動詞である、 同時に意志動詞である。したがって、「いるつもり」は<意志>の意 味になる。形容詞や形容動詞は状態を表すと同時に無意志表現をなす も の で あ る 。 「 無 意 志 表 現 + つ も り 」 が < 思 い こ み > を 表 す の で あ る。」 Terjemahannya:

Adjektiva dan adjektiva-na adalah kata yang mengekspresikan suatu keadaan. Dengan kata lain, kata yang mengeskpresikan keadaan yang berada di depan kata tsumori akan mengeskpresikan tekad atau curahan pikiran seseorang terhadap keadaanya. Namun, tidak berarti kemudian. Iru adalah kata kerja keterangan dan di saat yang sama adalah kata kerja keinginan juga. Dengan demikian, iru tsumori mempunyai makna “keinginan”. Adjektiva dan adjektiva–na mengeskpresikan sebuah keadaan dan di saat yang sama berfungsi sebagai hyougen “tanpa keinginan” bentuk hyougen “tanpa keinginan” + tsumori mengekspresikan omoikomi (dalam ingatannya).

(6)

Verba bermakna aksi perbuatan yang sulit dilaksanakan terdapat pada kalimat berikut:

私は医者になるつもりだ。Watashi wa isha ni naru tsumori da. Yang artinya, saya

bermaksud untuk menjadi dokter.

Isha ni naru sendiri mengeskpresikan keinginan pembicara untuk menjadi dokter. Isha ni naru tsumori da bisa diganti dengan isha ni narou to omou. Namun, menjadi seorang dokter bukanlah hal yang mudah. Orang yang mengucapkan isha ni naru tsumori da mungkin memiliki kepercayaan diri yang besar akan kemampuannya untuk menjadi dokter. Menurut Yoshikawa (2003:179) ketika verba keinginan + tsumori, maka kalimat tersebut akan mengekspresikan kepercayaan diri yang besar. Sehingga pembicara berpikir bahwa dia mampu menjadi dokter adalah suatu bentuk kepercayaan diri yang besar.

2.3.1.4 Bentuk biasa + tsumori datta

Frase iku tsumori dan frase ikou to omou kurang lebih memiliki makna yang sama. Karena itu, frase iku tsumori datta dan frase ikou to omotta juga memiliki makna yang kurang lebih sama.

Contoh: Ryokou ni iku tsumori datta / ryokou ni ikou to omou Hon o kau tsumori datta / hon o kaou to omotta Akan tetapi, terdapat perbedaan pada kalimat berikut:

a. Ikou to omotta. Soshite itta

b. Ikou to omotta. Shikashi, ikenaku natte shimatta c. Iku tsumori datta. Soshite, itta

d. Iku tsumori datta. Shikashi, ikenaku natte shimatta

Ikou to omotta bisa disambung dengan soshite dan shikashi. Iku tsumori datta tidak bisa disambung dengan soshite, namun dapat disambung dengan shikashi. Dengan kata lain, kalimat yang mengandung tsumori memiliki makna bahwa ada kemungkinan apa yang menjadi tujuan pembicara bisa saja tidak terjadi. (Yoshikawa 2003:179)

2.3.1.5 Fungsi Makna Tsumori yang Terdapat Dalam Kalimat Dialog

Berikut ini penulis akan menjelaskan fungsi makna tsumori yang terdapat dalam dialog. Lihat dua kalimat dibawah ini:

1. Kono hito, keirin senshu ni naru tsumori nan desu. (orang ini bermaksud untuk jadi atlet balapan sepeda) 2. Doushitemo ukeru tsumori? Tokyo no gakkou.

(7)

(apakah kamu bersikeras untuk mengambil ujian masuk seolah di Tokyo) (Yoshikawa 2003:182)

Kalimat pertama memiliki nuansa keirin senshu ni no wa muri darou ga yang berarti pembicara menyatakan keraguannya akan kemampuan orang yang dibicarakannya untuk menjadi atlet balapan sepeda. Kalimat kedua mengisyaratkan keraguan pembicara akan kemampuan lawan bicaranya untuk bisa lulus ujian masuk melalui pertanyaannya (doushitemo ukeru tsumori?), bisa dikatakan bahwa tsumori seperti ini memiliki nuansa muri kamoshirenai. Yang artinya “tidak mungkin bisa terjadi”. Dengan kata lain, tsumori bisa dijadikan kata kunci untuk mengekspresikan “sesuatu yang sulit direalisasikan”. Tetapi, yang dimaksud sulit untuk direalisasikan bukan berdasarkan dialognya, melainkan subjek dialognya. Pada kalimat pertama objek dialognya adalah keirin senshu pada kalimat kedua adalah tokyo gakkou. Subjek pada kalimat pertama adalah kono hito dan subjek pada kalimat kedua adalah lawan bicaranya, terdapat dalam kalimat berikut ini:

a. Fuyu yasumi ni wa ryokou ni ikimasu b. Fuyu yasumi ni wa ryokou iku tsumori desu

c. Fuyu yasumi ni wa ryokou ni iku tsumori desu ga, ikenaru kamoshiremasen. (Yoshikawa 2003:182)

Ikimasu pada kalimat a mengindikasikan keinginan yang sudah pasti terlaksana. Iku tsumori desu, pada kalimat b mengekspresikan bahwa pembicara memiliki keinginan untuk melakukan hal itu. Kalimat c memiliki nuansa perbuatan itu tidak terealisasi.

2.3.1.6 Verba Bentuk Lampau + Tsumori da

Verba bentuk lampau + tsumori da terdapat kalimat berikut ini:

1. 確かに火を消したつもりだ。

Tashika ni hi wo keshita tsumori da.

(saya yakin bahwa saya telah memadamkan api)

2. いい本を買ったつもりです。

Ii hon wo katta tsumori desu.

(saya yakin bahwa buku yang saya beli bagus)

3. とらの絵をかいたつもりです。

Tora no w wo kaita tsumori desu.

(saya yakin bahwa saya telah menggambar macam) (Yoshikawa 2003:182)

(8)

Menurut Yoshikawa (2003:182) verba bentuk lampau + tsumori da adalah sebagai

berikut:「過去形+つもり」は「現在形+つもり」と全く異なる意味を表す。Artinya:

“Tsumori bentuk lampau dengan tsumori bentuk biasa mengekspresikan arti yang sangat berbeda.”

Kalimat 1 mengungkapkan pembicara berpikir bahwa dia telah memadamkan api. Pada kalimat 2, kata hon (buku) diikuti oleh kata keterangan ii (bagus), sehingga artinya adalah pembicara berpikir bahwa buku yang telah dia beli itu adalah buku yang bagus. Sedangkan kalimat 3, tanpa menghiraukan bahwa kenyataannya dalam lukisan tersebut terlihat adalah misalnya seekor kucing, pembicara (yang melukis lukisan tersebut) bersikeras bahwa dia bermaksud untuk melukis seekor macan. Ketiga kalimat tersebut sama-sama mengekspresikan omoikomi (dalam ingatannya).

2.3.2 Tsumori de

Yoshikawa (2003:180) mangatakan bahwa tsumori de apabila digunakan di tengah kalimat, juga dapat ditambahkan pada akhir kalimat. Memiliki fungsi yaitu mengekspresikan perbuatan verba keinginan dan sesuatu yang sulit direalisasikan.

2.3.2.1 Verba Ishi + Tsumori de yang Mengekspresikan Keinginan

Yoshikawa (2003:180) mengungkapkan bahwa jika dalam bentuk verba keinginan biasa, misalnya iku tsumori artinya sama dengan ikou to omou, maka iku tsumori de artinya sama dengan ikou to omotte. Dengan kata lain, artinya mengekspresikan “keinginan”. Selain itu, bentuk tsumori ini juga menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk merealisasikan maksud atau niat seseorang.

Perhatikan dua contoh kalimat berikut ini:

1. 年末に旅行に行くつもりでそのときの日程をあけておいて。

(saya mengosongkan jadwal pada waktu akhir tahun dengan maksud untuk pergi bertamasya)

2. 優勝するつもりで、懸命に走った。

(saya berlari dengan bersungguh-sungguh dengan maksud juara) (Yoshikawa 2003:180)

Kedua kalimat di atas sama menggunakan kata tsumori de diikuti oleh sebuah frase yang mengandung kata kerja. Kalimat pertama mengandung kata akete oite yang artinya

(9)

membuka atau mengosongkan, dan kalimat kedua mengandung kata hashitta yang artinya berlari. Kata akete oite digunakan untuk oleh pembicaranya untuk menerangkan perbuatannya demi merealisasikan keinginannya, yaitu “pergi bertamasya”. Sama halnya dengan kata hashitta digunakan oleh pembicaranya untuk menerangkan perbuatannya demi merealisasikan keinginannya, yaitu “menjadi juara”.

2.3.2.2 Verba Ishi + Tsumori de yang Mengekspresikan Sesuatu yang sulit Dilaksanakan

「 優 勝 す る 、 1 位 に な る 、 合 格 す る 」(yuushou suru, ichi i ni naru, goukaku

suru) bila diterjemahkan menjadi menjadi juara, jadi juara 1, lulus. Ketiga kata tersebut adalah verba keinginan. Dengan demikian, yuushou suru tsumori de yang artinya sama dengan yuushou to omotte yang memiliki arti mengekspresikan “keinginan”. Kalimat jenis ini bergantung dari kasus masing-masing, maka maknanya yang berbeda seperti: ada tidaknya kalimat jenis ini memiliki arti ganbaru (berjuang) setelahnya. Ada tidaknya kalimat yuushou dekiru to... (bisa menjadi juara) memiliki arti omoikomi (dalam ingatannya). Hal itu tergantung dari kasus masing-masing maka maknanya pun akan berbeda. Bagaimana pun juga, bisa dibilang ada nuansa kepercayaan diri yang besar akan kemampuannya sendiri. Dengan kata lain, pada kasus ini tsumori de mengekspresikan “keinginan”, namun akan menimbulkan nuansa “kepercayaan diri yang besar” dan pada akhirnya akan menimbulkan nuansa bahwa pembicara tercurahkan pikirannya pada keyakinannya tersebut.

2.3.2.3 Bentuk「名詞の+つもり」「名詞の+つもり」「名詞の+つもり」「名詞の+つもり」 (meishi no + tsumori)

Menurut Yoshikawa (2003:184) mengenai bentuk tsumori ini adalah:

「つもり」の前が名詞だったら、「の」を介してつながれる。名詞は動

詞と違って<意志>を表さないから、<思い込み>か<仮想>の意味に

なる。

Terjemahannya:

“Apabila di depan kata tsumori adalah kata benda, maka bisa dihubungkan dengan partikel no. Karena kata benda berbeda dengan kata kerja maka tidak mengekspresikan sebuah keinginan, melainkan omoikomi (dalam ingatan si pembicara) atau kasou (kalimat yang mengekspresikan asumsi).”

Contoh:

トレーニングのつもりで腕がふりまわす。

(10)

Dalam kalimat di atas, ト レ ー ニ ン グ tidak hanya mengekspresikan omoikomi (pembicaranya tercurahkan pikiran akan sesuatu; bertekad) tetapi juga memiliki makna kasou (kalimat yang mengekspresikan asumsi).

2.3.2.4 Verba Bentuk Lampau + Tsumori de

Verba bentuk lampau + tsumori de terdapat dalam kalimat berikut ini:

1. 火を消したつもりで外出した。

Hi wo keshita tsumori de gaishuttsu shita (saya yakin sudah memadamkan api lalu keluar)

2. 小さい子どもになったつもりで遊ぼう。

Chiisai kodomo ni natta tsumori de asobou (ayo bermain seperti anak kecil)

3. 死んだつもりでがんばります。

Shinda tsumori de ganbarimasu

(saya akan berjuang seolah seolah sampai mati)

4. 本を買ったつもりで貯金した。

Hon wo katta tsumori de chokin shita (saya menabung untuk membeli buku) (Yoshikawa 2003:182)

Menurut Yoshikawa (2003:182) bentuk lampau + tsumori de adalah sebagai berikut:「過

去 形 + つ も り で 」 は < 思 い 込 み > を 表 す 場 合 と < 仮 想 > を 表 す 場 合 と が あ る 。 」

Artinya: “Tsumori bentuk lampau + tsumori de mengekspresikan omoikomi dan Kasou.” Kalimat 1 memiliki arti pembicaraanya berpikir bahwa dia sudah memadamkan api (sebelum dia keluar). Kalimat 2 pembicaraannya sadar bahwa dia tidak bisa kembali menjadi anak kecil sehingga dia mengatakan kodomo ni natta tsumori de. Dia berasumsi bahwa dia menjadi anak kecil. Karena itu, pembicara sadar betul bahwa apa yang dia ucapkan sangat berbeda dengan kenyataannya sehingga dia hanya berasumsi <kasou> mengenai hal itu.

Kalimat 3 dan 4 adalah contoh mengenai asumsi <kasou>. Pada kalimat 3, pembicara tidak mati. Dia hanya berasumsi mengenai hal itu saja. Pada kalimat 4 pun pembicara tidak membeli buku tersebut. Dia hanya berasumsi membeli buku tersebut. Kalimat-kalimat tersebut adalah contoh tipikal kalimat yang mempunyai dua makna yaitu kasou (berasumsi) dan omoikomi (dalam ingatannya).

(11)

2.4 Bentuk Verba Tsumori wa nai dan Verba nai tsumori

Verba tsumori wa nai dan verba nai tsumori dalam kalimat berikut ini:

1. 旅行に行くつもりはありません。

Ryokou ni iku tsumori wa arimasen (saya tidak bermaksud untuk pergi wisata)

2. 旅行に行かないつもりです。

Ryokou ni ikanai tsumori desu

(saya tidak bermaksud untuk pergi wisata) (Yoshikawa 2003:184)

Berikut adalah pendapat Yoshikawa (2003:184) mengenai hal tersebut:

「V つもりはない」は「V つもりだ」の否定の形で、よく使われる。 それに比べて「V つもり」はあまり使われない。「行くつもりはない」 は、行くという意志は全くない、という意味になる。これに対して、 「行かないつもり」は、行かないという意志があることはあるが、ひ ょっとしたら逆の事態(行くこと)になるかもしれない、というニュ アンスを含む。 Terjemahannya:

Verba tsumori wa nai adalah bentuk negatif dari verba tsumori da dan sering digunakan. Apabila dibandingkan dengan bentuk itu, bentuk verba nai tsumori jarang digunakan. Arti dari iku tsumori wa nai adalah sama sekali tidak punya tujuan atau maksud untuk pergi. Terhadap hal tersebut, ikanai tsumori berarti bahwa pembicara punya niat atau tujuan untuk tidak pergi, namun ada nuansa kemungkinan pada akhirnya dia pergi juga (keadaan yang sebaliknya dengan yang dia ucapkan).

2.5 Bentuk 「「「「V ているつもり」と「ているつもり」と「ているつもり」と「ているつもり」と「V つもりでいる」つもりでいる」つもりでいる」つもりでいる」(verba te iru tsumori) dan (verba tsumori de iru)

Bentuk 「V て い る つ も り 」 と 「V つ も り で い る 」(verba te iru tsumori) dan (verba tsumori de iru) dalam kalimat berikut ini:

1. いつまで泊っているつもりか。

2. 慣れているつもりです。

3. よく知っているつもりです。

4. 読むつもりでいる。(Yoshikawa 2003:185)

Perbedaan antara ke empat kalimat tersebut dijelaskan oleh Yoshikawa (2003:185) adalah sebagai berikut:

(12)

「V ているつもり」は、その「V ている」の意味によって違ってくる。 一般に、意志動詞では動作の継読を表し<意志>の意味となり、無意

志動詞では結果の状態を表し<思い込み>の意味になる。

Terjemahannya:

“Verba te iru tsumori akan memiliki makna yang berbeda tergantung dari verba te iru. Pada umumnya, verba keinginan mengekspresikan kelanjutan sebuah perbuatan dan memiliki arti “keinginan”, sementara dengan verba “tanpa keinginan” mengekspresikan omoikomi yaitu keadaan hasil sebuah perbuatan.”

Kalimat 1 mengekspresikan keinginan untuk melanjutkan menginap. Kalimat 2 mengekspresikan pembicaranya yakin dapat terbiasa, dan memiliki kepercayaan diri yang besar pada keterampilannya. Kalimat 3 mengekspresikan keyakinan pembicaranya bahwa dia mengetahui sesuatu. Verba tsumori de iru, seperti halnya pada kalimat 4, yaitu mengekspresikan pembicaranya tetap memiliki keinginan tersebut.

2.6 Bentuk 「その(そんな・どういう)つもり」「その(そんな・どういう)つもり」「その(そんな・どういう)つもり」「その(そんな・どういう)つもり」[sono (sonna, dou iu) tsumori] Yoshikawa (2003:185) mendefinisikan tsumori ini, adalah sebagai berikut:

次に、「つもり」の前に「その、そんな、どういう」ということばが、 付いた言い方、つまり「そのつもり」「そんなつもり」「どういうつも り」について、考えてみよう。これらは、特に 談話機能として重要な役割を果たしていると思われるので、それについ て重点的に述べることにする。 Terjemahannya:

Selanjutnya, mari coba pikirkan bentuk tsumori yang di depannya muncul kata sono, sonna, dou iu, dengan kata lain menjadi sono tsumori, sonna tsumori, dou iu tsumori.

Di bawah ini merupakan pendapat Yoshikawa (2003:185) mengenai sono tsumori:

「そのつ もり」 の「そ の」は、 談話に おいて 前の発話 者のこ とばを 受 ける場合 と、当 人のこ とばを受 ける場 合とが ある、ま た、受 けるこ と ば動詞の場合もあり、名詞の場合もある。

Terjemahannya:

Sono pada sono tsumori bisa merujuk pada suatu hal yang disebutkan oleh pembicaranya dan juga bisa merujuk pada suatu hal yang disebutkan lawan bicaranya. Selain itu, hal yang disebutkan bisa berupa verba atau bisa berupa nomina.

Sono tsumori terdapat dalam kalimat dibawah ini:

A. これから美術館へいらっしゃいますか?

(13)

Apakah anda sekarang akan pegi ke galeri?

B. ええ、そのつもりです。

Ee, sono tsumori desu

Ya, saya bermaksud demikian. (Yoshikawa 2003:185)

Pada kalimat di atas, kata sono yang diucapkan oleh B terdapat dalam ucapan A (irasshaimasu), dengan kata lain B menerima verba iku. Irassharu adalah bentuk bahasa sopan (sonkeigo) dari iku. Untuk menghindari pengulangan maka digunakan frase sono tsumori desu. Dengan kata lain, sono tsumori berfungsi menyatakan keinginan. Pada kasus ini sono tidak bisa dihilangkan demi penghematan. Jadi ee, tsumori desu tidak bisa digunakan.

Pendapat Yoshikawa (2003:187) mengenai dou iu tsumori sebagai berikut:

a.「どういうつもりであんなばかげたことをしたんだ。

b.「...(何も聞いてない振りをする)」

「いったいどういうつもりなんだ」

Pada kalimat a menunjukkan bahwa pembicara hanya menanyakan alasan yang dibuat oleh pendengar pada masa lampau. Sedangkan kalimat b menunjukkan bahwa pembicara lebih menekan pertanyaannya kepada si pemdengar kenapa mengambil sikap seperti itu. Kata dou merupakan sebuah pertanyaan, dan biasanya apabila kalimat terakhirnya merupakan n da atau no da akan menjadi kalimat pertanyaan.

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner yang menjadi sarana untuk mengukur variabel nilai wanita Indonesia disusun dengan cara mempertimbangkan variabel- variabel nilai wanita Indonesia yang terkait

Bagi Anda yang pertama kali memasuki halaman ini dan belum mendaftarkan produk yang Anda jual, Anda akan melihat tampilah Dasbor dengan pilihan-pilihan pengisian

Hasil penelitian terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi verbal ditandai kesulitan dalam menyampaikan informasi ketika berkomunikasi

Dampak dari pengelolaan Koperasi Kredit Bina Masyarakat (BIMA) Sintang sebagai jasa keuangan yang masih belum mampu dalam mendatangkan kesejahteraan bagi anggotanya

Dengan menggunakan aplikasi “mobile community” pengguna dapat dengan mudah melihat kalender dimana kalender ini nantinya akan dijadikan fitur untuk memuat event

Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi pola penyakit dan pola peresepan (jenis dan golongan antibiotika, rute pemakaian, bentuk sediaan, aturan

Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Tahun 2016-2021 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Indonesia, Grup melaporkan pajak berdasarkan sistem self- assessment. Fiskus dapat menetapkan atau mengubah pajak-pajak tersebut dalam